29
1 BAB I PENDAHULUAN Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin cataracta yang berarti air terjun, dalam bahasa Indonesiadisebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya. 1 Berbagai studi cross- sectional melaporkan bahwa prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun ialah sebanyak 50%. Prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun. 2 Kekeruhan dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. 1 Penuaan merupakan penyebab umum katarak. Namun faktor lain yang juga dapat terlibat dalam pembentukan katarak, yaitu: toksin, trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes mellitus), dan herediter. Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum dari gangguan penglihatan. 2 Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata ataupun sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Bermacam- macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Jadi, penyakit intraocular juga bisa mempengaruhi terjadinya katarak. 1 Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50 tahun . Katarak senilis merupakan hasil dari proses penuaan normal yang mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori “A free radical”, dan teori “A-cross link. Katarak senilis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium hipermatur. 1 Patofisiologi dari katarak senilis sangat pelik dan masih belum dapat dipahami sepenuhnya. Namun, sudah banyak konsep yang mencoba menjelaskan tentang bagaimana katarak dapat terjadi pada individu terutama pada usia lanjut. Makalah ini mencoba membahas tentang katarak khususnya katarak senilis yang ditinjau dari berbagai referensi.

Laporan Kasus Katarak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

katarak

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan

    Latin cataracta yang berarti air terjun, dalam bahasa Indonesiadisebut bular dimana

    penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap

    keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)

    lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.1 Berbagai studi cross-

    sectional melaporkan bahwa prevalensi katarak pada individu berusia 65-74 tahun ialah

    sebanyak 50%. Prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.2

    Kekeruhan dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak

    mengalami perubahan dalam waktu yang lama.1 Penuaan merupakan penyebab umum

    katarak. Namun faktor lain yang juga dapat terlibat dalam pembentukan katarak, yaitu:

    toksin, trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes mellitus), dan herediter.

    Katarak akibat penuaan merupakan penyebab umum dari gangguan penglihatan.2

    Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata ataupun sistemik

    (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata. Bermacam- macam

    penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan

    retinitis pigmentosa. Jadi, penyakit intraocular juga bisa mempengaruhi terjadinya

    katarak.1

    Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50 tahun .

    Katarak senilis merupakan hasil dari proses penuaan normal yang mengakibatkan lensa

    menjadi keras dan keruh. penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.

    Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti teori putaran biologik, teori

    imunologis, teori mutasi spontan, teori A free radical, dan teori A-cross link.

    Katarak senilis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis,

    katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur,

    stadium matur, stadium hipermatur.1

    Patofisiologi dari katarak senilis sangat pelik dan masih belum dapat dipahami

    sepenuhnya. Namun, sudah banyak konsep yang mencoba menjelaskan tentang bagaimana

    katarak dapat terjadi pada individu terutama pada usia lanjut. Makalah ini mencoba

    membahas tentang katarak khususnya katarak senilis yang ditinjau dari berbagai referensi.

  • 2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa

    Lensa merupakan salah satu media refraksi pada mata yang sangat

    penting dan berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Total kekuatan refraktif

    sekitar 10-20 Dioptri bergantung pada akomodasi tiap individu. Lensa merupakan

    sruktur transparan, bikonveks seperti cakram. Ketebalan lensa sekitar 4 mm2.

    Pada orang dewasa berat lensa sekitar 220 mg.3

    Posisinya disebelah posterior iris

    dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal dari corpus cilliare. Serat-serat

    ini menyisip kebagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu mebran

    basalis yang mengelilingi substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator lensa

    membelah sepanjang hidup dan terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa

    baru sehingga serat-serat lensa yang lebih tua dipampatkan ke nucleus sentral.

    Serat-serat muda yang kurang padat, di sekeliling nucleus menyusun korteks

    lensa. 2

    Gambar 2.1 Bentuk dan posisi lensa mata4

  • 3

    Lensa merupakan struktur yang avascular dan tidak mempunyai

    persyarafan. Sehingga lensa bergantung sepenuhnya pada aqueous humor untuk

    memnuhi kebutuhan metabolik dan membuang zat sisa.5

    Metabolisme lensa

    bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen terlarut dalam aqueous. 2,5

    Lapisan epitelium lensa yang berperan dalam menjaga keseimbangan dan

    mengatur transportasi nutrien, mineral dan air ke dalam lensa melalui pump-leak

    system. Sistem ini memperbolehkan terjadinya transportasi aktif natrium,

    klorida, kalsium dan asam amino dari aqueous humor ke dalam lensa. Sedangkan

    perpindahan pada bagian kapsul lensa posterior melalui difusi pasif.3

    Proses

    keseimbangan transportasi ini penting bagi transparansi lensa. Kandungan air

    yang dimiliki lensa harus stabil. Kandungan air yang dimiliki oleh lensa akan

    semakin menurun seiring dengan pertambahan usia, hal ini berbanding terbalik

    dengan kandungan protein lensa tidak larut air yang semakin meningkat.

    Sehingga lensa pada usia tua menjadi lebih keras, kurang elastik dan kurang

    transparan. Proses ini terjadi hampir 95% pada orang tua usia diatas 65 tahun .

    lensa yang keruh akan memperlihatkan pupil berwarna putih atau abu-abu. 3

    Gambar 2.2 Mekanisme pump-leak system pada lensa mata5

  • 4

    2.2 Katarak

    Berdasarkan data WHO, katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan

    dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. WHO memperkirakan katarak

    menyebabkan buta yang bersifat reversibel lebih dari 17 juta dari 37 juta individu

    yang mengalami kebutaan di seluruh dunia dan angka ini diperkirakan mencapai

    40 juta individu pada tahun 2020.5

    Walaupun katarak dapat disebabkan oleh faktor metabolik, kongenital,

    ataupun traumatik, namun katarak yang berhubungan dengan usia yaitu katarak

    senilis lah yang mempunyai efek sosioekonomik paling besar. Hal ini disebabkan

    oleh prevalensinya yang tinggi.5

    Berikut tabel yang memaparkan klasifikasi dan penyebab kekeruhan pada

    lensa :

    Tabel 2.1 Klasifikasi (terminology) dari kekeruhan lensa3

  • 5

    Tabel 2.2 Penyebab kekeruhan lensa3

  • 6

    2.3 Katarak Senilis

    2.3.1 Definisi

    Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

    lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.1

    2.3.2 Klasifikasi

    Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium

    insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium hipermatur. Berikut pembagian

    klinis dari katarak senilis:

    Tabel 2.3 Klasifikasi dan gambaran klinis katarak senilis1,2

    Insipien Imatur Matur Hipermatur

    Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Seluruh

    Cairan

    lensa

    Normal Bisa

    Bertambah

    (air masuk)

    Normal Bisa Berkurang

    (air+massa lensa

    keluar)

    Iris Normal Bisa

    Terdorong

    Normal Bisa Tremulans

    Bilik mata

    depan

    Normal Bisa Dangkal Normal Bisa Dalam

    Sudut bilik

    mata

    Normal Bisa Sempit Normal Bisa Terbuka

    Shadow

    test

    Negatif Bisa Positif Negatif Bisa

    Pseudopositif

    Penyulit - Glaukoma

    Fakomorfik

    - Uveitis,

    Glaucoma

    Fakolitik

  • 7

    Pada katarak senilis sebaiknya disingkirkan penyakit mata local dan

    penyakit sistemik seperti diabetes mellitus yang dapat menimbulkan katarak

    komplikata.1

    Pada Katarak insipien kekeruhan dimulai pada tepi ekuator berbentuk jeriji

    menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat

    didalam korteks.1

    Pada Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Jika mengambil

    air, lensa akan menjadi intumesen (pembengkakan lensa), bertambahnya volume

    lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Lensa

    yang menjadi bengkak dan besar akan mendorong iris sehingga bilik mata

    menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa akan

    memberi penyulit glaucoma. Intumesen biasanya terjadi pada katarak yang

    berjalan cepat. Lensa yang mencembung daya biasnya akan bertambah, yang

    memberikan miopisasi.1,2

    Katarak matur adalah bentuk katarak yang seluruh proteinnya mengalami

    kekeruhan.2

    Bila kondisi intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan

    keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan

    seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lenssa (deposit ion

    Ca). bilik mata depan akan berkedalaman normal.1

    Pada Katarak hipermatur, protein-protein dibagian korteks lensa telah

    mencair. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang

    mengerut dengan kapsul keriput. Katarak hipermatur yang nucleus lensanya

    mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya disebut katarak

    morgagni.2

    Gambar 2.3 dari kiri ke kanan : katakak imatur, matur dan hipermatur3

  • 8

    Berdasarkan morfologinya, katarak senilis dibagi menjadi 3 tipe, yakni tipe

    nuklear, tipe kortikal, dan tipe subkapsular. Katarak senilis paling sering ditemui

    tipe nuklear, kemudian disusul tipe kortikal. Tipe subkapsular mungkin terjadi,

    terutama subkapsular posterior.5,6

    Katarak Senilis Nuklear merupakan hasil proses penuaan lensa yang

    berlebihan, yang melibatkan nukleus lensa yang berwarna kecoklatan. Korteks

    anterior dan posterior cenderung jernih dan masih tipis. Bentuk kekeruhan

    nuklear ini dapat menyebabkan terjadinya miopia berat yang memungkinkan

    penderita membaca jarak dekat tanpa memakai kacamata koreksi seperti

    seharusnya (second sight of the aged).2,6

    Pada Katarak Senilis Kortikal kekeruhan lensa melibatkan korteks anterior,

    posterior, serta ekuatorial. Pada awalnya katarak bermula dengan adanya vakuol

    air pada korteks yang kemudian menyusup diantara lamelar korteks. Kekeruhan

    dimulai pada daerah perifer dan menjalar menuju sentral dan sering digambarkan

    sebagai radial spoke-like, atau shield-like configuration. Pada katarak kortikal

    terjadi peningkatan cairan yang masuk pada lensa mengakibatkan separasi

    lamelar dan akhirnya terjadi kekeruhan seluruh korteks berwarna abu-abu putih

    yang tidak merata. Kekeruhan ini bisa terjadi cepat tetapi juga bisa tahunan.6

    Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat

    kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan.2

    Pada katarak senilis subkapsular anterior kekeruhan terjadi tepat dibawah

    kapsula lensa dan dihubungkan dengan metaplasi fibrosa dari epitel anterior

    lensa. Sedangkan tipe subkapsular posterior kekeruhan terjadi didepan kapsula

    posterior, dan dihubungkan dengan migrasi sel epitel posterior dari lensa. Pasien

    katarak tipe ini terutama berusia lebih muda dan mengalami kesulitan jika

    menghadapi cahaya lampu mobil dari arah yang berlawanan dan juga oleh sinar

    matahari terik. Penglihatan jarak dekat mereka lebih terganggu dibandingkan

    penglihatan jarak jauh. Tipe subkapsular posterior sering dihubungkan dengan

    katarak akibat paparan sinar ultraviolet, penggunaan kortikosteroid jangka

    panjang, trauma, peradangan, dan retinitis pigmentosa.6

  • 9

    Gambar 2.4 Gambaran morfologi lensa pada katarak senilis2

    2.3.3 Patogenesis

    Patogenesis katarak sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Pada

    lensa katarak secara karakteristik dapat ditemukan agregat-agregat protein yang

    menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansiya.Temuan

    tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel

    epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Setelah usia pertengahan

    terjadi proses kondensasi normal dalam nukleus lensa.2

    Semakin tua usia lensa,

    maka akan semakin meningkat berat dan ketebalannya namun berkurang daya

    akomodasinya. Seiring dengan terbentukya lapisan baru lensa secara konsentrik,

    teradilah pengerasan lensa (sklerosis lensa). Modifikasi kimiawi dan proses

    proteolitik yang terjad pada molekul kristalin menghasilkan pembentukan agregat

    protein dengan berat molekul yang besar. Agregat ini dapat menjadi cukup besar

    untuk mengubah indeks refraksi lensa yang membuat pemantulan cahaya dan

    mengurangi transparansi lensa.5

    Modifikasi kimiawi lain yang terjadi yaitu peningkatan pigmentasi. Pada

    usia lanjut juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium namun terjadi

    peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium pada sitoplasma sel yang menyusun

    lensa.5

  • 10

    Adapun teori yang dipaparkan pada proses terjadinya katarak pada usia

    lanjut yaitu meliputi teori putaran biologik, imunologis, teori mutasi spontan,

    teori a free radical dan teori a cross link.1

    2.3.4 Gambaran Klinis

    Gambaran klinis katarak senilis bervariasi menurut tipe dan maturasi

    katarak. Pada awalnya, hanya terdapat sedikit keluhan penglihatan, kemudian

    terjadi kehilangan penglihatan progresif tanpa nyeri. Tajam penglihatan dekat

    biasanya masih baik kecuali pada tipe posterior subkapsuler dan pada vakuola

    hidropik padat yang terletak pada bagian sentral.6

    Keluhan yang paling umum adalah rasa silau, terutama terjadi saat individu

    dengan katarak mengemudikan kendaraan. Hal ini terjadi karena katarak

    mendispersikan cahaya putih dan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan

    secara drastis, multilopia, starburst, serta penurunan tajam penglihatan malam

    hari yang dramatis. Gejala lain yang mungkin timbul adalah diplopia dan

    gangguan tajam penglihatan warna.6

    Gambar 2.5 Gambaran penglihatan pada katarak senilis2

    Berdasarkan gambar diatas, foto sebelah kanan, pemandangan yang

    diperlihatkan foto sebelah kiri direproduksi sedemikian rupa tampak seperti yang

    terlihat oleh individu dengan katarak senilis tahap menengahlanjut (kekeruhan

    disentral lebih padat).2

    2.3.5 Diagnosis

  • 11

    Dalam menegakkan diagnosis katarak, diperlukan anamnesis dan

    pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Pasien dengan katarak

    biasanya datang sendiri ke dokter mata dan mengeluhkan ada katarak. Pada

    kondisi seperti ini anamnesis dilakukan mengarah secara langsung. Pasien juga

    akan mengeluhkan bagaimana penurunan tajam penglihatan ini mengganggu

    beberapa kegiatan yang sebelumnya dapat dikerjakan. Namun ada juga pasien

    yang baru menyadari penurunan tajam penglihatan pada saat dilakukan

    pemeriksaan. Derajat klinis pembentukan katarak, dengan menganggap bahwa

    tidak terdapat penyakit mata lain, terutama dinilai berdasarkan hasil uji ketajaman

    penglihatan Snellen. Secara umum, penurunan ketajaman penglihatan

    berhubungan langsung dengan kepadatan katarak. Beberapa orang yang klinis

    katarak cukuo bermaknaberdasarkan pemeriksaan oftalmoskop atau slit lamp

    dapat melihat cukup baik sehingga melaksanakan aktivitas sehari-hari. Lainnya

    megalami penurunan tajam penglihatan yang tidak sebanding dengan derajat

    kekeruhan lensa yang diamati. 2

    Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan status

    oftalmologi secara lengkap. Untuk lensa bisa dinilai lebih baik dan lebih detail

    secara tiga dimensi dengan fokal illumination dengan slit lamp pada mata yang

    sudah dilatasi maksimal. Kekeruhan lensa yang sudah matur bisa didiagnosis

    dengan melihat adanya pupil putih (leukokoria) dengan mata biasa.3

    Gambar 2.6 Pemeriksaan lensa dengan slit-lamp3

  • 12

    2.3.7 Diagnosis Banding

    Katarak Traumatika

    Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada

    lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angina dan petasan

    merupakan penyebab tersering. Penyebab lain yang lebih jarang adalahanak

    panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas. Di dunia industri

    pengamanan terbaik adalah sepasangkacamatapelindung yang bermutu baik.

    Lensa menjadi putih segera setelahmasuknya benda asing karena lubang pada

    kapsul lensa menyebabkan aqueous humor dan kadang-kadang vitreus masuk

    Pasien sering kali adalah seorang pekerja industri yang pekerjaannya

    memukulkan baja ke bajalain. Contohnya, potongan kecil palu baja dapat

    menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut

    di vitreus atau di dalam retina. kedalam lensa.2

    Gambar 2.8 katarak traumatik berbentuk bintang dibagian posterior lensa. Ini

    biasanya terjadi karena kontusio okulardan hanya bisa dideteksi melalui pupil

    terdilatasi baik2

    Katarak Komplikata

    Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang

    mempengaruhi fisiologi lensa (missal uveitis rekuren yang parah). Katarak

    biasanya berawal didaerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh

    struktur lensa. Penyakit-penyakit intraocular yang sering berkaitan dengan

    pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau berulang, glaukoma, retinitis

  • 13

    pigmentosa, dan ablasio retina. Katarak-katarak ini biasanya unilateral

    prognosis visual tidak sebaik katarak terkait usia biasa.2

    Katarak Akibat Penyakit Sistemik

    Katarak bilateral dapat terjadi karena berbagai gangguan sistemik

    berikut ini : diabetes mellitus, hipokalsemia, distrofi miotonik, dermatitis atopic,

    galaktosemia, sindrom down.2

    Gambar 2.9 katarak titik pungtata. Jenis katarak ini kadang-kadang ditemukan sebagai

    komplikasi mata pada diabetes mellitus. Bisa juga kongenital.

  • 14

    2.3.7 Tatalaksana

    Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan

    jika tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu

    pekerjaan sehari-hari, bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma

    dan uveitis. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu

    kehidupan sosial atau atas indikasi medis lainnya.1

    Indikasi yang paling sering dari operasi katarak ialah indikasi sosial yaitu

    pasien menginginkan operasi untuk memperbaiki penglihatannya. Apabila pasien

    memiliki katarak bilateral dengan fungsi penglihatan yang signifikan maka

    operasi dilakukan pertama pada mata dengan katarak yang lebih berat. Indikasi

    medis dari operasi katarak antara lain glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik,

    uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa ke kamera okuli anterior. Tambahan

    indikasi dari operasi katarak yaitu apabila lensa sudah keruh seluruhnya sehingga

    tidak dapat dinilai fundus dan dapat mengganggu diagnosis dan manajemen

    penyakit mata lain misalkan retinopati diabetik dan glaukoma.5

    Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang

    katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama

    dengan kapsul lensa, atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks

    dan nukleus) dengan meninggalkan kapsul posterior.1

    Metode operasi yang umum dipilih untuk katarak dewasa atauanak-anak

    adalah dengan ECCE (extra capsular cataract extraction). Penanaman lensa

    intraokular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau

    kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada kapsul

    anterior dan nukeus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular

    ditempatkan pada kantung kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kaspul

    posterior yang masih utuh, tetapi prosedur ini memerlukan insisi yang relative

    besar.2

    Fakoemulsifikasi saat ini ialah teknik ECCE yang paling sering digunakan.

    Teknik ini menggunakan vibraor ultrasonik genggam untuk menghanurkan

    nukleus yang keras hingga substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasimelalui

    insisi berukuran 3 mm. Ukuran insisi tersebut cukup intuk memasukkan lensa

    intraokular yang dapat dilipat. Jika digunakan lensa yang tidak dapat dilipat insisi

    dilebarkan hingga 5 mm. Keuntungan yang didapat dari bedah insisi kecil ini

    adalah kondisi intraoperasi yang lebih terkendali, menghindari penjahitan,

  • 15

    perbaikan luka lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang lebih rendah dan

    mengurangi derajat peradangan intraokular pasa operasi. Namun teknik

    fakoemulsifikasi menimbulkan ririko yang lebih besar terjadinya pergeseran

    materi nukleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul posterior. Kejadian ini

    membutuhkan tindakan bedah vitreoretina yang kompleks. Setelah tindakan

    bedah katarak ekstrakapsular apapun, mungkin terjadi kekeruhan sekunder pada

    kapsular posterior yang memerlukan disisi dengan menggunakan laser

    YAG:neodymium.2

    Gambar 2.7 Fakoemulsifikasi3

    ICCE (intracapsular cataract extraction) merupakan suatu tindakan

    mengangkat seluruh lensa berikut kapsulya. Metode ini jarang dilakukan saat ini.

    Dapat dilakukan pada Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah

    putus. Insiden terjadinya ablasio retina pasca operasi jauh lebih tinggi

    dibandingkan dengan ECCE. Namun metode ICCE tetap merupakan suatu

    prosedur yang berguna, khusunya bila tidak tersedia fasilitas untuk melakukan

    bedah ekstrakapsular.2

  • 16

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS

    I. Identitas Pasien

    Nama : Tn. AH

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Umur : 51 tahun

    Suku/Bangsa : Betawi

    Alamat : Haji Nawi, Jakarta Selatan

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Satpam

    Pendidikan : SMA

    Masuk Poli Mata : 10 September 2014

    II. Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 10 September 2014 di

    Poli Mata RSUP Fatmawati.

    Keluhan Utama

    Pandangan mata kanan terhalang asap

    Keluhan Tambahan

    -

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datng ke poliklinik mata RSUP Fatmawati karena mata kanan seperti

    terhalang asap sejak 5 bulan yang lalu. Pasien juga merasa pandangannya semakin

    menurun dibandingkan sebelum muncul pandangan terhalang asap. Kedua mata

    tidak merah, tidak pegal, tidak nyeri, tidak ada penglihatan ganda. Pasien merasa

    pandangannya lebih enak kalau berada ditempat yang tidak terlalu terang. Pasien

    sulit berkendara di malam hari saat melihat cahaya kendaraan lain yang datang dari

    depan. Pasien merasa pandangannya ini sudah mengganggu pekerjaanya.

  • 17

    Pasien menyangkal melihat adanya pelangi disekitar lampu, sakit kepala, mual,

    muntah juga tidak ada.

    Riwayat trauma disekitar bola mata tidak ada, riwayat mata merah dan nyeri

    sebelum keluhan mata terhalang asap tidak ada. Riwayat minum obat atau

    pemakaian oat tetes mata tidak ada.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien tidak tahu ada atau tidak penyakit kencing manis, darah tinggi ataupun

    kolesterol. Riwayat alergi makanan atau obat-obatan tidak ada. Riwayat terpukul

    dikepala, trauma, terkena petasan disangkal oleh pasien. Riwayat memakai

    kacamata tidak ada. Pasien tidak menggunakan obat-obatan tertentu baik yang

    diminum maupun ditetes ke mata. Riwayat minum jamu-jamuan juga disangkal.

    Riwayat mata merah berulang tidak ada.

    Riwayat penyakit keluarga

    Keluarga pasien tidak memiliki riwayat DM, hipertensi, asma, alergi, maupun

    penyakit pada mata.

    III. Pemeriksaan Fisik

    Status Generalis

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda vital

    Tekanan darah : 130/80 mmHg

    Nadi : 84 kali / menit

    Suhu : 36.6 oC

    Pernapasan : 18 kali / menit

    BB : 58 kg

    TB : 165 cm

    Kepala : Normocephali

    THT : Dalam batas normal

    Mulut : Karies gigi (-)

    Leher : KGB tidak teraba membesar

  • 18

    Thoraks

    Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

    Paru : Suara napas vesikuler, wheezing -/-, rhonkii -/-

    Abdomen : Buncit, supel, bising usus (+) normal

    Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema --/--

    Status Oftalmologi

    Pemeriksaan kamar terang

    OD OS

    Visus 5/10 Ph (-) tdk 5/7.5 C-0,50 x 90o5/5

    Kedudukan bola mata

    Posisi Ortoposisi Ortoposisi

    Eksoftalmus - -

    Enoftalmus - -

    Pergerakan bola mata

    Palpebra superior

    Edema - -

    Spasme - -

    Hiperemis - -

    Benjolan - -

    Ulkus - -

    Fistel - -

    Hordeolum - -

    Kalazion - -

    Ptosis - -

  • 19

    Palpebra inferior

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Benjolan - -

    Ulkus - -

    Fistel - -

    Hordeolum - -

    Kalazion - -

    Margo Palpebra Superior et Silia

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Ektropion - -

    Entropion - -

    Sekret - -

    Benjolan - -

    Trikiasis - -

    Madarosis - -

    Poliosis + +

    Ulkus - -

    Fistel - -

    Margo Palpebra Inferior et Silia

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Ektropion - -

    Entropion - -

    Sekret - -

    Benjolan - -

    Trikiasis - -

    Madarosis - -

    Poliosis - -

    Ulkus - -

  • 20

    Fistel - -

    Area Kelenjar Lakrimalis

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Benjolan - -

    Fistel - -

    Punctum Lakrimalis

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Sekret - -

    Epikantus - -

    Konjungtiva Tarsal Superior

    Kemosis - -

    Hiperemis - -

    Anemis - -

    Folikel - -

    Papil - -

    Litiasis - -

    Simblefaron - -

    Konjungtiva Tarsal Inferior

    Kemosis - -

    Hiperemis - -

    Anemis - -

    Folikel - -

    Papil - -

    Litiasis - -

  • 21

    Simblefaron - -

    Konjungtiva Fornix Superior et Inferior

    Kemosis - -

    Hiperemis - -

    Folikel - -

    Simblefaron - -

    Konjungtiva bulbi

    Kemosis - -

    Pterigium - -

    Pinguekula - -

    Flikten - -

    Simblefaron - -

    Injeksi konjungtiva - -

    Injeksi silier - -

    Injeksi episklera - -

    Perdarahan

    subkonjungtiva

    - -

    Kornea

    Kejernihan Jernih Jernih

    Edema - -

    Ulkus - -

    Flikten - -

    Makula - -

    Leukoma - -

    Leukoma adheren - -

    Stafiloma - -

    Neovaskularisasi - -

    Pigmen iris - -

    Bekas jahitan - -

  • 22

    Tes fluoresein Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Limbus kornea

    Arkus senilis - -

    Bekas jahitan - -

    Sklera

    Episkleritis - -

    Skleritis - -

    Tekanan intraokuler

    Tonometri Schiotz 7/7,5 7/7,5

    Pemeriksaan kamar gelap

    Kornea

    OD OS

    Kejernihan Jernih Jernih

    Keratik presipitat - -

    Infiltrat - -

    Kamera Okuli Anterior

    Kedalaman Dalam Dalam

    Kejernihan Jernih Jernih

    Flare - -

    Sel - -

    Hipopion - -

    Hifema - -

    Iris

    Warna Coklat tua Coklat tua

    Gambaran radier Normal Normal

    Eksudat - -

  • 23

    Atrofi - -

    Sinekia anterior - -

    Sinekia anterior

    perifer

    - -

    Sinekia posterior - -

    Iris bombe - -

    Iris tremulans - -

    Pupil

    Bentuk Bulat Bulat

    Besar 3 mm 3 mm

    Regularitas Baik Baik

    Isokoria + +

    Letak Sentral Sentral

    Refleks cahaya

    langsung

    + +

    Refleks cahaya tak

    langsung

    + +

    Lensa

    Kejernihan Keruh Keruh ringan

    Shadow test + -

    Refleks kaca - -

    Pigmen iris - -

    Luksasi - -

    Subluksasi - -

    Lensa intra okular - -

    Corpus vitreus

    Kejernihan Sulit dinilai Sulit dinilai

    Perdarahan Sulit dinilai Sulit dinilai

  • 24

    Funduskopi

    Refleks fundus Menurun Menurun

    Papil

    Warna

    Bentuk

    Batas

    Tidak pucat

    bulat

    tegas

    Tidak pucat

    bulat

    tegas

    C/D ratio 0,3 0,3

    A/V ratio 2/3 2/3

    Retina Warna orange, perdarahan

    (-), eksudat (-)

    Warna orange, perdarahan

    (-), eksudat (-)

    Makula lutea Refleks makula (+) Refleks makula (+)

    Gambar refleks fundus

    Gambar funduskopi

    Normal Normal

    IV. Resume

    Tn. AH, 51 tahun dating dengan keluhan pandangan mata kanan terhalang asap

    sejak 5 bulan lalu. Pandangan lebih enak di tempatyang tidak terlalu terang. Sulit

    membawa kendaraan di malam hari. Pandangan terhalang asap sudah mengganggu

    Menurun Menurun

  • 25

    pekerjaannya. Riwayat trauma, kencing manis, alergi, mata merah berulang dan

    pemakaian obat jangka panjang termasuk obat tetes disangkal, minum jamu-

    jamuan disangkal.

    Status Oftalmologi :

    OD OS

    5/10 Ph (-) Tdk Visus 5/7.5 C-0,5 x 90o5/5

    Keruh, shadow test (+) Lensa Keruh, shadow test (-)

    Refleks fundus menurun Funduskopi Refleks fundus menurun

    V. Diagnosis Kerja

    - Katarak senilis imatur OD

    - Katarak senilis insipien OS

    VI. Diagnosis Banding

    - Katarak komplikata

    VII. Rencana Pemeriksaan

    - Pemeriksaan Slit lamp

    - Pemeriksaan GDS, GD 2PP, GDP dan HbA1C untuk eliminasi kemungkinan

    diabetes mellitus

    - Persiapan operasi : Keratobiometri OD, retinometri, Laboratorium darah,

    Rontgen thoraks

    VIII. Penatalaksanaan

    Phacoemulsifikasi + IOL OD

    Catarlent 6 x1 gtt ODS

    Konsul persiapan operasi ke dokter Penyakit Dalam dan Kardiologi

    IX. Prognosis

    OD Ad vitam : ad Bonam

    Ad visam : ad Bonam

    OS Ad vitam : ad Bonam

    Ad visam : ad Bonam

  • 26

    BAB IV

    PENGKAJIAN MASALAH

    Pasien ditegakkan mengalami katarak senilis imatur pada mata kanan

    didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yaitu pasien berusia 51 tahun, pasien

    mata tenang, visus turun perlahan, pasien mengeluhkan terhalangan asap sejak 5 bulan

    yang lalu. Pasien juga tidak ada riwayat trauma di sekitar mata dan penyakit intraocular

    seperti uveitis berulang. Riwayat pengobatan sistemik maupun topical di mata juga

    disangkal.Dari sini sedikit mengarah ke katarak yang berhubungan dengan usia, katarak

    senilis. Namun, penyebab katarak komplikata yang lain misalnya diabetes tidakbisa

    disingkirkan karena pasien tidak tahu ada riwayat atau tidak.

    Pasien mengeuh adanya pandangan asap hal ini terjadi karena adanya lensa

    yang keruh. Pasien mengeluh sulit berkendara ketika malam hari karena cahaya dari

    depan. Hal ini disebabkan pupil menjadi kecil yang akan menambah gangguan

    penglihatan.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya lensa yang berwarna keruh,

    kemudian dari shadow test didapatkan shadow test (+) pada mata kanan, refleks fundus

    juga menurun. Pada mata kiri walaupun pasien tidak mengeluhkan penglihatan seperti

    asap, pada pemeriksaan funduskopi setelah mata diberikan midril sehingga pupil

    menjadi midriasis ditemukan refleks fundus juga menurun. Berarti didapatkan tingkat

    kekeruhan lensa mata kanan lebih banyak dari pada mata kiri. Hal ini cukup sesuai

    dengan hasil visus-refraksi yang menunjukkan visus mata kiri lebih baik dari pada

    mata kanan. Pada mata kiri visus masih bisa dikoreksi hingga 5/5, kemungkinan

    katarak senilis mata kiri berada di stadium insipien. Pada pasien ini direncanakan untuk

    dilakukan slit lamp untuk memperjelas posisi katarak dan retinometri karena pada

    pasien katarak imatur, perlu dilakukan untuk menilai prognosis setelah operasi nanti.

    Untuk saat ini pasien diberi catarlent, untuk menghambat progresifitas dari katarak

    pada lensa mata kanan maupun kiri.

    Pada pasien tidak ada keluhan nyeri pada mata, sakit kepala, mual dan muntah

    serta tidak ada gangguan lapang pandang pada pemeriksaan oftalmologi. Hal ini

    diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya glaukoma kronik atau glaukoma sekunder

  • 27

    akibat penyakit katarak pada pasien, pada pasien juga tidak ditemukan peningkatan TIO

    dan perbesaran cup disk ratio sehingga diagnosis glaukoma dapat disingkirkan.

    Operasi katarak dapat direncanakan untuk pasien ini atas indikasi sosial untuk

    memperbaiki penglihatan pasien yaitu Fakoemulsifikasi +IOL. Mata kanan lebih

    didahulukan karena dari tajam penglihatan dan kekeruhan lensa, mata kanan lebih

    buruk dari pada mata kiri. Penatalaksanaan katarak senilis imatur yaitu dengan dilkukan

    pembedahan ekstraksi lensa dengan penanaman lensa intraokular okuli dextra. Teknik

    ekstraksi lensa yang baik dilakukan pada pasien ini yaitu fakoemulsifikasi, karena

    selain insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan

    edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi yang relatif

    labih cepat, tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan

    ekspulsif jarang terjadi. Tetapi teknik ini memiliki kerugian berupa dapat terjadinya

    katarak sekunder.

    .

  • 28

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1 Kesimpulan

    Katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak

    mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Penuaan merupakan penyebab

    umum katarak. Namun faktor lain yang juga dapat terlibat dalam pembentukan

    katarak, yaitu: toksin, trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes

    mellitus), dan herediter.

    Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50

    tahun . Katarak senilis merupakan hasil dari proses penuaan normal yang

    mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. penyebabnya sampai sekarang

    tidak diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti

    teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori A free

    radical, dan teori A-cross link. Katarak senilis dapat diklasifikasikan

    berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4

    stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium

    hipermatur.

    Selain katarak senilis juga terdapat katarak traumatika, komplikata dan

    penyakit sistemik. Dibedakan berdasarkan penyebabnya dan masing-masing

    jenis katarak terkadang memperlihatkan bentuk khusus dari kataraknya.

    Indikasi pembedahan pada katarak terdiri dari indikasi medis yaitu

    adanya penyulit seperti glaukoma ataupun indikasi sosial yaitu permintaan

    pasien bahwa penglihatannya sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.

    Pada pasien disimpulkan diagnosa kerja pasien katarak senilis imatur

    OD dan katarak senilis insipien OS. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala

    yang dialami pasien dan pemeriksaan oftalmologi. Tatalaksana yang diberikan

    pada pasien ini adalah pembedahan dengan teknik fakoemulsifikasi dan

    pemasangan IOL. Prognosis pasien ini adalah baik.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Katarak kongenital. Ed 3. Balai Penerbit

    FKUI: Jakarta. 2010. Hal 201-204

    2. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 17.Jakarta: EGC. 2012

    3. Lang, Gerhard K. Ophthalmology. Thieme: New York. 2000

    4. Weng SK, William RL. Ophthakmic Pathology. USA: Blackwell publishing.

    2005. Hal 13

    5. American academy of ophtalmology. Lens and cataract, basic and clinical

    science course. AAO. 2011

    6. J. Mariannete. Cataract and Lens Disorder. Clinical Guide to Comprehensive

    Opthalmology. New York: Thieme Medical Publishers, 1999, 303-331.