43
TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Waktu : 28/12/2012 Tempat : Ruang Nusa Indah 1. IDENTITAS PASIEN Nama : Nn. Y Umur : 15 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMP Alamat : Desa Silihwangi Kab. Majalengka Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26/12/2012 Cara Masuk Rumah Sakit : Masuk melalui UGD Diagnosa Medis : Illeus Obstruktif Partial Alasan dirawat : Perut nyeri, kembung, muntah, tidak bisa buang air besar dan flatus Keluhan Utama : Nyeri perut Upaya yang telah dilakukan : Langsung dibawa ke UGD RSUD

LAPORAN KASUS ILEUS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Waktu : 28/12/2012

Tempat : Ruang Nusa Indah

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. Y

Umur : 15 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMP

Alamat : Desa Silihwangi Kab. Majalengka

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26/12/2012

Cara Masuk Rumah Sakit : Masuk melalui UGD

Diagnosa Medis : Illeus Obstruktif Partial

Alasan dirawat : Perut nyeri, kembung, muntah, tidak

bisa buang air besar dan flatus

Keluhan Utama : Nyeri perut

Upaya yang telah dilakukan : Langsung dibawa ke UGD RSUD

Majalengka

Terapi/Operasi yang pernah dilakukan : IVFD RL 15 tetes/menit

Cefatoxim 2 x 1 gr, per IV

Ranitidin 2 x 1 ampul, per IV

Metronidazol 3 x 500 mg, per IV

Ketorolac 2 x 1 ampul, per IV

Dulcolak supp 0-0-1, per rectal

Page 2: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1) Riwayat Penyakit Sekarang

Nn. Y dirawat di RSUD Majalengka sejak 2 hari yang lalu, klien

langsung dibawa ke UGD RSUD Majalengka dengan keluhan mendadak

nyeri perut, tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji klien masih

mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari

perut sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai

dengan muntah 2 kali, tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri

timbul setiap 3-5 menit, nyeri bertambah jika tidur terlentang atau dalam

posisi miring, dan nyeri berkurang dalam posisi setengah duduk (semi

fowler).

2) Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat operasi dan sakit pada saluran pencernaan

sebelumnya.

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang

menderita penyakit keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota

keluarga yang mempunyai penyakit/kelainan bawaan lahir (congenital).

Gambar 3.1 Genogram

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan

: Klien : Meninggal

: Tinggal satu rumah

Page 3: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

4) Keadaan Kesehatan Lingkungan

Menurut klien, merasa nyaman dengan lingkungan fisik maupun

sosialnya. Klien tinggal di pedesaan. Rumah klien bersifat permanen dengan

lantai keramik. Luas rumah kurang lebih 90 m2 yang terdiri dari 3 kamar

tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Ventilasi dan

pencahayaan rumah melalui jendela kaca yang bisa dibuka tutup. Sumber air

minum dari sumur pompa, sarana pembuangan air limbah menggunakan

septik tank.

5) Riwayat Kesehatan Lainya

Tidak ada riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif.

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum :

Penampilan : Klien tampak meringis kesakitan

Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)

2) Tanda-tanda Vital :

Suhu : 36,7 o C

Nadi : 84 x/menit

Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Respirasi : 24 x/menit

3) Pengkajian

a. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Pengindaran

a Penglihatan

Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata

anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea (+), ptosis (-), distribusi

kedua alis merata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca

huruf pada koran pada jarak baca sekitar 30 cm) , strabismus (-),

lapang pandang pada kedua mata masih dalam batas normal, tidak

ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.

Page 4: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

b Penciuman

Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat

membedakan bau kopi dan kayu putih.

c Pendengaran

Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi

pendengaran pada kedua telinga baik ditandai dengan klien dapat

menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada nyri

tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak ada

massa pada kedua telinga.

d Pengecapan/Perasa

Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,

asam, asin dan pahit.

e Peraba

Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang,

klien dapat merasakan sensasi nyeri ketika dicubit.

2. Sistem Pernafasan

Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada

lesi pada hidung, polip (-), keadaan hidung bersih, sianosis (-), tidak ada

nyeri tekan pada area sinus, tidak ada lesi pada daerah leher dan dada,

tidak ada massa pada daerah leher, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri

tekan pada daerah leher dan dada, pergerakan dada simetris, tidak

tampak pernapasan cuping hidung dan retraksi interkosta, tidak ada

kesulitan saat bernafas atau berbicara. Pola nafas reguler dengan bunyi

nafas vesikuler.

3. Sistem Pencernaan

Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-), tidak

ada gigi yang tanggal maupun berlubang, lidah berwarna merah muda,

terpasang NGT, cairan NGT hijau ± 400 cc, tidak ada pembesaran

hepar, tidak ada parut, nyeri tekan (+) pada area supra umbilikus, bising

usus 3 x / menit, perut kembung (distensi), tidak bisa BAB dan flatus,

muntah 2 kali.

Page 5: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

Gambar 3.2 Distensi Abdomen pada Illeus Obstruktif

4. Sistem Kardiovaskuler

Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill Time

(CRT) kembali kurang dari 2 detik, bunyi perkusi dullness pada daerah

ICS 2 lineasternal dekstra dan sinistra, terdengar jelas bunyi jantung S1

pada ICS 4 lineasternal sinistra dan bunyi jantung S2 pada ICS 2

linesternal sinistra tanpa ada bunyi tambahan, irama jantung reguler.

5. Sistem Urinaria

Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat distensi

pada kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada daerah supra pubis,

terpasang cateter.

6. Sistem Endokrin

Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar

thyroid, tremor (-), tidak ada kretinisme, tidak ada gigantisme.

7. Sistem Muskuloskeletal

a) Ekstremitas Atas

Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep positif

pada kedua tangan. ROM (range of motion) pada kedua tangan

maksimal, tidak ada atrofi otot kedua tangan, terpasang infuse pada

tangan kiri.

b) Ekstremitas Bawah

Kedua kaki dapat digerakkan, tidak ada lesi, reflek patella

positif, reflek babinski negative, tidak ada varises, tidak ada edema.

Page 6: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

Kekuatan otot :

5 5

5 5

Keterangan :

Skala 0 : Paralisis berat

Skala 1 : Tidak ada gerakkan, teraba / terlihat adanya kontraksi

otot sedikit

Skala 2 : Gerakan otot penuh menentang gravitasi

Skala 3 : Rentang gerak lengkap / normal menentang gravitasi

Skala 4 : (jari pergelangan tangan dan kaki, siku dan lutut, bahu

dan panggul) gerakan otot penuh sedikit tekanan

Skala 5 : (jari, pergelangan tangan dan kaki, siku dan lutut, bahu

dan panggul) gerakan otot penuh menentang gravitasi

dengan penahanan penuh

8. Sistem Reproduksi

Pertumbuhan payudara (+), tidak ada lesi, tidak ada benjolan

pada payudara. Klien mengalami haid pertama pada usia 12 tahun

(kelas 6 SD), siklus haid 28 hari, kadang-kadang nyeri haid

(dismenorhoe).

9. Sistem Integumen

Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih, rambut

ikal tumbuh merata, turgor kulit baik, tidak ada lesi, kuku pendek dan

bersih.

10. Sistem Persyarafan

Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik.

a) Nervus I (Olfaktorius)

Fungsi penciuman hidung baik, terbukti klien dapat

membedakan bau kopi dan kayu putih.

b) Nerfus II (Optikus)

Fungsi penglihatan baik, klien dapat membaca koran pada

jarak sekitar 30 cm.

Page 7: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

c) Nerfus III (Oculomotorius)

Reflek pupil mengecil sama besar pada saat terkena cahaya,

klien dapat menggerakkan bola matanya ke atas.

d) Nerfus IV (Tochlearis)

Klien dapat menggerakkan bola matanya kesegala arah.

e) Nerfus V (Trigeminus)

Klien dapat merasakan sensasi nyeri dan sentuhan, gerakan

mengunyah baik.

f) Nerfus VI (Abdusen)

Klien dapat menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri.

g) Nerfus VII (Facialis)

Klien dapat menutup kedua mata, menggerakkan alis dan

dahi, klien dapat tersenyum, ada rangsangan nyeri saat dicubit.

h) Nerfus VIII (Aksutikus)

Fungsi pendengaran baik, klien dapat menjawab pertanyaan

perawat tanpa diulang.

i) Nerfus IX (Glosofaringeal)

Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa

manis, asin dan pahit.

j) Nerfus X (Vagus)

Reflek menelan baik.

k) Nerfus XI (Asesorius)

Leher dapat digerakkan kesegala arah, klien dapat

menggerakkan bahunya.

l) Nerfus XII (Hipoglosus)

Klien dapat menggerakkan dan menjulurkan lidahnya.

b. Pola Aktifitas Sehari-hari

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Klien berpandangan bahwa sehat itu sangat berharga karena saat

sakit ia tidak dapat melakukan aktivitas dengan bebas. Klien berusaha

untuk selalu berperilaku hidup sehat seperti cuci tangan sebelum

makan dan gosok gigi sebelum tidur dan sesudah makan,

Page 8: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

mengkonsumsi makanan bergizi serta tidak menyalahgunakan obat-

obatan.

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Tabel 3.1 Pola Nutrisi dan Metabolisme

NO KEBUTUHAN SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT

1 NUTRISI

a. BB/TB

b. Diet

c. Frekuensi

d. Porsi makan

e. Makanan yang

menimbulkan alergi

f. Makanan yang disukai

43 kg/158 cm

Nasi, lauk pauk,

sayur

3 kali/hari

1 piring

tidak ada

Mie instan & baso

43 kg/158cm

Puasa

-

-

-

-

2 CAIRAN

a. Intake

Oral

Jenis

Jumlah

Intra vena

Jenis

jumlah

b. Out put

Urine

Keringat, dll

Cairan NGT

Air putih

±1500-2000cc/hari

-

-

± 1200 cc/hari

± 800 cc/hari

-

Puasa

-

Asering

2000 cc/hari

± 900 cc/hari

-

± 400cc/hari

3. Pola Eliminasi

Sudah 3 hari di RS Klien tidak bisa BAB dan flatus, BAK

melalui catheter, warna urin kekuningan, jumlah ± 900 cc/24 jam. Di

rumah sakit klien menggunakan obat untuk merangsang BAB atau

pencahar (dulcolax supp, per rectal).

Page 9: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

4. Pola Aktifitas dan Latihan

Di RS sehari-hari hanya berbaring di tempat tidur, klien

mengatakan badanya terasa lemas, klien tampak lemah. Di rumah

klien sekolah dari jam 6.00 sampai dengan jam 14.00 dan langsung

pulang ke rumah. Penggunaan alat bantu (-), kesulitan gerak (-).

Di rumah klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam 04.30 dan

jarang tidur siang. Di RS klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam

05.00. Gangguan tidur (-).

Di rumah klien berolah raga setiap hari minggu dengan lari pagi

bersama teman-temannya. Apabila mempunyai waktu luang, klien

sering bepergian dengan teman-temannya. Klien merasa lebih santai

ketika menggunakan waktu luangnya.

5. Pola Kognitif dan Perseptual

Klien dapat melihat dengan baik, klien mampu melihat dengan

jelas tulisan dari jarak kurang lebih 30 cm. Indra perasa klien juga

berfungsi baik, klien dapat mengecap rasa manis, asam, asin, dan

pahit.

Klien mengetahui penyakitnya dengan bertanya kepada dokter

dan perawat, klien dapat mengatakan bahwa penyakit yang

dideritanya adalah akibat adanya sumbatan pada ususnya, klien

berharap proses penyembuhan penyakitnya jangan sampai melalui

tindakan pembedahan.

6. Persepsi dan Konsep Diri

Klien merasakan sakitnya sebagai sebuah stressor dan

menganggapnya sebagai sesuatu yang harus dijalani. Secara lengkap

konsep diri klien dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Body image / gambaran diri

Klien mengatakan menerima dengan keadaan tubuhnya

meskipun belum bisa buang air besar.

b) Ideal diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke

rumah, berkumpul dengan keluarganya dan kembali sekolah.

Page 10: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

c) Harga diri

Sejak klien dirawat di Rumah Sakit, semua kebutuhan

klien banyak dibantu oleh keluarganya serta perawat sehingga

klien merasa sangat diperhatikan.

d) Identitas diri

Klien mampu menyebutkan nama, umur, alamat dan lain-

lain pada saat dilakukan pengkajian.

e) Peran diri

Klien adalah seorang siswa SMP dan merasa dengan

kondisi sakitnya klien tidak dapat menjalankan perannya

7. Pola Hubungan dan Peran

Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Orang tuanya telah

berpisah, klien tinggal bersama ibunya. Klien merasa lebih dekat dengan

neneknya. Selama dirawat klien merasa bosan karena tidak dapat bertemu

dengan teman-temannya.

Klien lebih sering ditemani neneknya dan menurut neneknya klien

tampak senang sekali ketika teman-teman sekolahnya datang menjenguk.

Klien juga kooperatif terhadap dokter dan perawat.

8. Pola Reproduksi Seksual

Klien merasa sebagai seorang perempuan dan telah mengalami

haid pertama pada usia 12 tahun dengan siklus haid 28 hari, klien

merasa tertarik pada lawan jenis dan sudah mempunyai teman dekat

seorang lelaki teman sekolahnya.

9. Pola Penanggulangan Stress

Klien selalu menganggap masalah sebagai suatu cobaan hidup

yang harus dijalaninya, klien berpandangan bahwa setiap masalah

pasti ada jalan keluarnya. Walaupun kadang menangis ketika menghadapi

beban stress yang berat. Klien juga sering meminta bantuan dari teman

dekatnya atau orang tuanya terutama neneknya.

10. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Di lingkungan tempat tinggalnya terdapat kepercayaan

masyarakat yang berpandangan bahwa ketika sakit tidak boleh

Page 11: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

keramas, memotong rambut dan kuku (pamali), dan apabila ada luka

tidak boleh mengkonsumsi makanan yang anyir-anyir.

11. Personal Higiene

Di Rumah Sakit klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali

sehari, keramas belum pernah tetapi rambut klien tampak bersih,

gunting kuku juga belum pernah karena kukunya masih pendek.

Semua aktivitas personal hygiene dilakukan dengan bantuan keluarga.

12. Ketergantungan

Klien tidak mempunyai riwayat ketergantungan terhadap obat-

obat tertentu, termasuk alkohol, dan zat adiktif lainya.

c. Aspek Psikologis

Klien selalu menanyakan tentang kondisi penyakitnya, berapa lama

penyakitnya akan sembuh sehingga klien bisa beraktivitas seperti

biasanya, klien juga selalu menanyakan tindakan yang dilakukan. Ekspresi

wajah klien tampak lesu.

d. Aspek Sosial/Interaksi

Hubungan klien dengan anggota keluarga, saudara dan dengan

lingkungan tempat tinggal klien baik. Klien juga kooperatif terhadap

dokter dan perawat.

e. Aspek Spiritual

Klien beragama islam dan meyakini bahwa sakitnya merupakan

cobaan dari Allah SWT, sehingga klien merasa yakin bahwa dirinya akan

sembuh. Dalam kesehariannya di rumah, klien selalu melakukan shalat 5

waktu, namun selama klien dirawat di rumah sakit, klien merasa ada

hambatan untuk menunaikan kewajiban sholatnya, namun klien selalu

berdoa agar cepat diberi kesembuhan.

Page 12: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

4. DIAGNOSTIC TEST

A. Laboratorium

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

TanggalJENIS

PEMERIKSAANHASIL NILAI NORMAL ANALISA

27/12/2012 HB 12,4 12-18 NormalLeukosit 7800 4000-10.000 Normal

LED 40 0-20 TinggiSGOT 20 s/d 29 NormalSGPT 18 s/d 29 Normal

Natrium 137 135-145 NormalKalium 4,2 3,5-5,5 Normal

B. Radiologi :

Gambar 3.3 Foto Polos Abdomen Tanggal 27/12/2012

Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid dan

rectum.

C. TERAPI :

Tabel 3.3 Terapi yang diberikan di Ruang Nusa Indah

No. Nama Obat Dosis Jam Cara Pemberiaan Sediaan

1 IVFD : Asering 30 tts/menit Intravena Flabot2 Cefotaksim 2 x 1 gr 12 - 24 Intravena Flakon3 Ranitidin 2 x 1 12 - 24 Intravena Ampul4 Ketorolac 2 x 1 12 - 24 Intravena Ampul5 Alinamin F 2 x 1 12 - 24 Intravena Ampul6 Metronidazol 3 x 500 mg 12-20-04 Intravena Botol7 Dulcolac supp 2 x 1 12 - 24 Per rectal Tablet supp

Page 13: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

5. ANALISA DAN SINTESA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data subjektif

Klien mengeluh

nyeri pada bagian

abdomen

Data objektif

Klien tampak

kesakitan

Ekspresi wajah

meringis

Skala nyeri 7 (1-10)

Distensi abdomen

Peristaltik usus 3

kali/menit

Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Akumulasi cairan dan gas

Distensi abdomen

Rangsangan nyeri ditangkap oleh reseptor

nyeri

Rangsangan nyeri sampai ke serabut syaraf nyeri

Sampai ke dorsal horn prostaglandin

Melalui traktus spinotalamikus antero

lateralis

Thalamus

Cortex cerebri

Nyeri abdomen dipersepsikan

Nyeri abdomen

Page 14: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data subjektif

Klien mengatakan

sudah 3 hari tidak

bisa BAB dan

flatus

Data objektif

Distensi abdomen

Peristaltik usus 3

kali/menit

Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Refluk inhibisi spingter terganggu

Spingter ani ekterna tidak relaksasi

Refluk lama dalam colon dan rektum

Konstipasi

Gangguan pola eliminasi

Konstipasi

Data subjektif

Klien mengeluh

badan lemas dan

muntah 2 kali

Data objektif

Klien tampak

lemah

Distensi abdomen

Cairan NGT hijau

jumlah ± 400 cc

Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Peningkatan ekskresi cairan

kedalam lumen usus

Penimbunan cairan intra

lumen

Kehilangan H2O dan elektrolit

Volume ECF menurun

Resiko hipovolemik

Resiko kekurangan

volume cairan dan

elektrolit

Page 15: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data subjektif Klien mengeluh

badan lemes, kilen puasa

Data objektif Klien tampak lemah Bising usus

3x/menit Distensi abdomen

Obstruksi usus

Peristaltik usus menurun

Akumulasi cairan dan gas

Distensi abdomen

Gangguan absorbsi nutrisi

Resiko perubahan nutisi kurang dari kebutuhan

Resiko perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh

Subyektif : keluarga mengeluh tidak

tahu tentang pengelolaan penyakitnya

Obyektif : keluarga sering bertanya

mengenai keadaan penyakitnya

Keluarga sering mengulang pertanyaan yang sama

Kurang informasi

Keterbatasan kognitif

Perilaku tidak

sesuai/Ungkapan verbal

dari ketidaktahuan

Kurang pengetahuan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS

1. Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen

2. Ganguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas

usus

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

4. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan akumulasi

cairan dalam lumen usus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus

5. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan absobsi nutrisi.

Page 16: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGLDIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN

RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF

28/12/2012 Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen, yang ditandai dengan : Data subjektif

Klien mengeluh nyeri pada abdomen area supra umbilikus

Data objektif Klien tampak kesakitan Ekspresi wajah meringis Skala nyeri 7 (1-10) Distensi abdomen Peristaltik usus 3

kali/menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :

Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri hilang.

Skala nyeri 0 (1-10) Klien dapat rileks. Klien mampu

mendemonstrasikan keterampilan relaksasi

TTV dalam batas normal

1. Observasi TTV tiap shif

2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan adanya distensi abdomen

3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler

4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri

5. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik

1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien akibat adanya distensi abdomen dapat menyebabkan peningkatan hasil TTV.

2. Mengetahui kekuatan nyeri yang dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri.

3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

4. Relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

5. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

28/12/2012 Ganguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus, yang ditandai dengan : Data subjektif

Klien mengatakan sudah 3 hari tidak bisa BAB dan flatus

Data objektif Distensi abdomen (+) Peristaltik usus 3

kali/menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam konstipasi klien teratasi, dengan kriteria hasil : Pola BAB dalam batas

normal konsistensi lembek BU normal : 6-12

x/menit tidak ada distensi

abdomen.

1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces

2. Auskultasi bising usus

3. Kaji adanya flatus

4. Kaji adanya distensi abdomen

5. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB

1. Mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.

2. Mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.

3. Adanya flatus menunjukan perbaikan fungsi usus.

4. Gangguan motilitas usus dapat menyebabkan akumulasi gas di dalam lumen usus sehingga terjadi distensi abdomen.

5. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga serta untuk meningkatkan kerjasana antara perawat-pasien dan keluarga.

TGL DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF

Page 17: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

KEPERAWATAN YANG DIHARAPKAN6. Kolaborasi dalam pemberian

terafi pencahar (Laxatif) 6. Membantu dalam pemenuhan

kebutuhan eliminasi

28/12/2012 Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, ditandai dengan : Data subjektif

Keluarga mengeluh tidak tahu tentang pengelolaan penyakitnya

Data objektif Keluarga sering

bertanya mengenai keadaan penyakitnya

setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit klien dan keluarga mengerti tentang pengelolaan penyakitnya , dengan kriteria hasil : Pasien dan keluarga

mampu menjelaskan kembali tentang penyakitnya

Mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas

1. Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya

2. Jelaskan tentang proses penyakit (tanda dan gejala), identifikasi kemungkinan penyebab. Jelaskan kondisi tentangklien

3. Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobantan

4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk  mencegah komplikasi

5. Diskusikan tentang terapi dan pilihannya

1. Mempermudah dalam memberikan penjelasan pada klien

2. Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas

3. Mempermudah intervensi

4. Mencegah keparahan penyakit

5. Memberi gambaran tentang pilihan terapi yang bisa digunakan

TGLDIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN

RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF

Page 18: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

28/12/2012 Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan akumulasi cairan dalam lumen usus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus, yang ditandai dengan : Data subjektif

Klien mengeluh badan lemas dan muntah

Data objektif Klien tampak lemah Distensi abdomen (+) Cairan NGT Hijau,

jumlah ± 400 cc

Setelah dilakukan tindakan perawatan luka selama 2 x 24 jam klien tidak mengalami kekurangan volume cairan dan elektrolit, dengan kriteria hasil : TTV dalam batas normal Intake dan output cairan

seimbang Turgor kulit elastic Mukosa lembab Elektrolit dalam batas

normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).

1. Kaji kebutuhan cairan pasien

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok

4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam

5. Monitor intake dan output secara ketat

6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit

7. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan: pemasangan NGT dan puasa.

8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena.

1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.

2. Perubahan yang drastis pada tanda-tanda vital merupakan indikasi kekurangan cairan.

3. kekurangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi tingkat kesadaran dan mengakibatkan syok.

4. Menilai fungsi usus

5. Menilai keseimbangan cairan

6. Menilai keseimbangan cairan dan elektrolit

7. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga serta kerjasama antara perawat-pasien-keluarga.

8. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien.

28/12/2012 Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrisi yang ditandai dengan : Data subjektif

Klien mengeluh badan lemes, klien puasa

Data objektif Klien tampak lemah Bising usus 3x/menit Distensi abdomen

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam klien tidak mengalami perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi Berat badan stabil Bising usus 6-12

kali/menit

1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama

2. Auskultasi bising usus.

3. Mulai dengan nutrisi cairan perlahan, bila masukan oral dimulai

4. Berikan makanan enteral atau parenteral jika diindikasikan.

1. Mengidentifikasi kebutuhan

2. Kembalinya fungsi usus menunjukan kesiapan untuk mencerna kembali.

3. Menurunkan insiden kram abdomen dan mual.

4. Untuk mengantisipasi kebutuhan tubuh dalam metabolisme

D. IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Page 19: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

TGL JAMNO. DX

KEPERAWATANTINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PARAF

28/12/2012 14.30 WIB

20.00 WIB

DX 1 1. Mengobservasi TTV tiap shif

2. Mengkaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan adanya distensi abdomen

3. Memberikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler

4. Mengajarkan dan menganjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri

5. Kolaborasi dengan medik untuk terapi analgetik

1. TD : 100/70 mmHg, Suhu 36,7oc, Nadi 84 kali/menit, Respirasi 24 kali/menit.

2. Nyeri pada area supra umbilikus, nyeri melilit, skala nyeri 7 (1-10), klien tampak meringis.

3. Klien merasa lebih nyaman dalam posisi semi fowler

4. Klien merasa lebih rilek setelah dilakukan teknik relaksasi.

5. Memberikan obat analgetik injeksi, ketorolak 1 ampul iv

28/12/2012 15.00 WIB DX 2 1. Mengkaji dan mencatat frekuensi, warna dan konsistensi feces

2. Melakukan pemeriksaan auskultasi bising usus

3. Mengkaji adanya flatus4. Mengkaji adanya distensi abdomen5. Memberikan penjelasan kepada pasien dan

keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB

6. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)

1. Klien belum BAB

2. Bising usus 3 x/menit

3. Klien belum flatus4. Distensi abdomen berkurang5. Klien dan keluarga dapat memahami

penyebab terjadinya gangguan BAB, keluarga dan klien kooperatip.

6. Memberikan dulcolax supp 1 tablet per rektal.

Page 20: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

TGL JAMNO. DX

KEPERAWATANTINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PARAF

28/12/2012 14.00 WIB DX 3 1. Memberikan pendidikan kesehatan tentang manajemen teknik relaksasi, yang meliputi : Pengertian nyeri dan relaksasi Tujuan dan manfaat relaksasi Cara/prosedur teknik relaksasi

1. Setelah diberikan Penkes selama 1x30 menit klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali tentang pengertian nyeri dan relaksasi, tujuan dan manfaat relaksasi dan klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi.

28/12/2012 16.00 WIB DX 4 1. Mengkaji kebutuhan cairan pasien

2. Mengobservasi tanda-tanda vital

3. Mengobservasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok

4. Mengobservasi bising usus pasien tiap 1-2 jam

5. Memonitor intake dan output secara ketat

6. memantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit

7. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan: pemasangan NGT dan puasa.

8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena.

1. Klien dipuasakan, muntah 2 kali, terpasang NGT cairan warna hijau, jumlah 400 cc

2. TD : 100/70 mmHg, Suhu 36,7 oC, Nadi 84 x/menit, Respirasi 24 x/menit

3. Kesadaran komposmentis, GCS 15, Turgor kulit baik.

4. Peristaltik 3 kali/menit

5. Terasang infus asering 30 tetes/menit, output urine 300 cc pada urine bag

6. Hasil laboratorium : Na 137, K 4,2

7. Klien dan keluarga mengerti tentang tindakan yang dilakukan, klien dan keluarga kooperatif.

8. Terpasang infus asering 30 tetes/menit

28/12/2012 16.30 WIB DX 5 1. Melakukan pengkajian nutrisi dengan seksama

2. Melakukan pemeriksaan auskultasi bising usus.

1. Klien puasa, berat badan 43 kg

2. Bising usus 3 kali/menit

E. CATATAN PERKEMBANGAN

Page 21: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

TGL JAMNO. DX

KEPERAWATANCATATAN PERKEMBANGAN PARAF

28/12/2012 14.00

15.00

DX 1

DX 2

Subyektif : Klien masih mengeluh nyeri perut melilit dari supra umbilikus menyebar keatas.

Obyektif : Klien tampak meringis, Skala nyeri 7 (1-10), TD 100/70 mmHg, Nadi 84 x/menit, R : 24

x/menit Suhu 36,7 oCAnalisa :

Masalah belum teratasiPlanning :

1. Observasi TTV tiap shif2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan

adanya distensi abdomen3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler 4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri 5. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik

Implementasi :1. Mengobservasi TTV tiap shif2. Mengkaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan

dengan adanya distensi abdomen3. Memberikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler

Respon : Klien merasa lebih nyaman dalam posisi tidur semifowler4. Mengajarkan dan menganjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri 5. Kolaborasi dengan medik untuk terapi analgetik

Respon : Memberikan injeksi ketorolac 1 ampul ivEvaluasi :

Klien masih mengeluh nyeri Lanjutkan intervensi

Subyektif : Klien mengatakan belum BAB, flatus (-)

Obyektif : Distensi abdomen berkurang, peristaltik 3 x/menit

Analisa : Masalah belum teratasi

Page 22: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

16.00 DX 4

Planning :1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces 2. Auskultasi bising usus 3. Kaji adanya flatus4. Kaji adanya distensi abdomen5. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB6. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)

Implementasi :1. Mengkaji dan mencatat frekuensi, warna dan konsistensi feces

Respon : Belum BAB2. Melakukan pemeriksaan auskultasi bising usus

Respon : Bising usus 3x/menit3. Mengkaji adanya flatus

Respon : Flatus (-)4. Mengkaji adanya distensi abdomen

Respon : Distensi abdomen berkurang5. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam

BAB6. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)

Respon : Memberikan dulkolac supp 1 tablet supp, per rectalEvaluasi : Klien belum BAB Lanjutkan intervensi !

Subyektif : Klien mengatakan badan masih lemes, tidak muntah

Obyektif : Turgor baik, TD 100/70 mmHg, N 88 x/menit, R 24 x/menit, Suhu 36,7 oC, cairan NGT ± 400

ccAnalisa :

Masalah belum teratasi Planning :

1. Kaji kebutuhan cairan pasien2. Observasi tanda-tanda vital3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam5. Monitor intake dan output secara ketat

Page 23: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

16.30 DX 5

6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit7. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan: pemasangan

NGT dan puasa.8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena

Implementasi :1. Mengkaji kebutuhan cairan pasien2. Mengobservasi tanda-tanda vital3. Mengobservasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok4. Mengobservasi bising usus pasien tiap 1-2 jam

Respon : Peristaltik usus 3 x/menit5. Memonitor intake dan output secara ketat6. Memantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit7. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan:

pemasangan NGT dan puasa.8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena

Respon : Terpasang infus asering drif alinamin F 1 ampul 30 tetes/menitEvaluasi : Klien tampak lemes, klien puasa Lanjutkan intervensi

Subyektif : Klien mengatakan badan lemes, puasa.

Obyektif : Klien tampak lemah, bising usus 3 x/menit, distensi abdomen (+), BB 43 kg

Analisa Masalah belum teratasi

Planing1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama2. Auskultasi bising usus.3. Mulai dengan nutrisi cairan perlahan, bila masukan oral dimulai4. Berikan makanan enteral atau parenteral jika diindikasikan.

Implementasi :1. Melakukan pengkajian nutrisi dengan seksama2. Melakukan pemeriksaan auskultasi bising usus.

Evaluasi Klien tampak lemah, klien puasa

Page 24: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

Lanjutkan intervensi29/12/2012 14.00

15.00

DX 1

DX 2

Subyektif : Klien mengatakan nyeri perut berkurang

Obyektif : Skala nyeri 4 (1-10), TD 120/80 mmHg, Nadi : 80 x/menit, R : 20 x/menit

Analisa : Masalah belum teratasi

Planning :1. Observasi TTV tiap shif2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan

adanya distensi abdomen3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler 4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri 5. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik

Implementasi :6. Mengobservasi TTV tiap shif7. Mengkaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan

dengan adanya distensi abdomen8. Memberikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler

Respon : Klien merasa nyaman dalam posisi tidur semifowler9. Mengajarkan dan menganjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri 10. Kolaborasi dengan medik untuk terapi analgetik

Respon : Memberikan injeksi ketorolac 1 ampul ivEvaluasi : Klien masih mengeluh nyeri Lanjutkan intervensi !

Subyektif : Klien mengatakan belum BAB, flatus (+)

Obyektif : Distensi abdomen (-), peristaltik 6 x/menit

Analisa : Masalah belum teratasi

Planning :1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces

Page 25: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

16.00 DX 4

2. Auskultasi bising usus 3. Kaji adanya flatus4. Kaji adanya distensi abdomen5. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB6. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)

Implementasi :1. Mengkaji dan mencatat frekuensi, warna dan konsistensi feces 2. Respon : Belum BAB3. Melakukan pemeriksaan auskultasi bising usus 4. Respon : Bising usus 6x/menit5. Mengkaji adanya flatus6. Respon : Flatus (+)7. Mengkaji adanya distensi abdomen8. Respon : Distensi abdomen (-)9. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam

BAB10. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)11. Respon : Memberikan dulkolac supp 1 tablet supp, per rectal

Evaluasi : Klien belum BAB Lanjutkan intervensi !

Subyektif : Klien mengatakan badan masih lemes, puasa, tidak muntah

Obyektif : Terpasang NGT, cairan jernih jumlah 100 cc, turgor baik, TD 120/80 mmHg, N 80 x/menit,

R 20 x/menit, Suhu 36,7 oCAnalisa :

Masalah belum teratasi Planning :

1. Kaji kebutuhan cairan pasien2. Observasi tanda-tanda vital3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam5. Monitor intake dan output secara ketat6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit

Page 26: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

16.30 DX 5

7. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan: pemasangan NGT dan puasa.

8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravenaImplementasi :

1. Mengkaji kebutuhan cairan pasien2. Mengobservasi tanda-tanda vital3. Mengobservasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok4. Mengobservasi bising usus pasien tiap 1-2 jam

Respon : Peristaltik usus 6 x/menit5. Memonitor intake dan output secara ketat

Respon : Klien dicoba minum, Urin jernih jumlah 300 cc6. Memantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit7. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan:

pemasangan NGT dan puasa.8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena

Respon : Terpasang infus asering drif alinamin F 1 ampul 30 tetes/menitEvaluasi : Klien masih tampak lemah, puasa, NGT terpasang Lanjutkan intervensi.

Subyektif : Klien mengatakan badan lemes, sudah dicoba minum

Obyektif : Klien masih tampak lemah, bising usus 6 x/menit, distensi abdomen (-), BB 43 kg

Analisa Masalah belum teratasi

Planing1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama2. Auskultasi bising usus.3. Mulai dengan nutrisi cairan perlahan, bila masukan oral dimulai4. Berikan makanan enteral atau parenteral jika diindikasikan.

Implementasi :1. Melakukan pengkajian nutrisi dengan seksama2. Melakukan pemeriksaan auskultasi bising usus3. Memulai dengan nutrisi cairan perlahan peroral

Respon : klien tidak muntahEvaluasi

Page 27: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

Klien masih tampak lemah Lanjutkan intervensi

F. EVALUASI

Page 28: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

TGL JAMNO. DX

KEPERAWATANEVALUASI PARAF

30/12/2012 14.00 DX 1 Subyektif : Klien mengatakan nyeri sangat berkurang

Obyektif : Klien tampak rileks, Skala nyeri 2 (1-10), TD 110/70 mmHg, Nadi : 80

x/menit, R : 20 x/menitAnalisa :

Masalah belum teratasi Planning :

Lanjutkan intervensi :1. Observasi TTV tiap shif2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien

sehubungan dengan adanya distensi abdomen3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler 4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa

nyeri 5. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik

15.00 DX 2 Subyektif : Klien mengatakan sudah BAB jam 6.00 WIB, konsistensi lembek, warna

kekuningan.Obyektif :

Distensi abdomen (-), peristaltik usus 9 x/menitAnalisa :

Masalah teratasiPlanning :

Intervensi hentikan

TGL JAMNO. DX

KEPERAWATANEVALUASI PARAF

Page 29: LAPORAN KASUS ILEUS.docx

30/12/2012 16.00

16.30

DX 4

DX 5

Subyektif : Klien mengatakan badan masih lemes, sudah di coba minum air putih dan

susu.Obyektif :

Turgor baik, TD 110/70 mmHg, N 80 x/menit, R 20 x/menit, Suhu 36,7 oC, masih terpasang NGT di klem.

Analisa : Masalah belum teratasi

Planning : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji kebutuhan cairan pasien2. Observasi tanda-tanda vital3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam5. Monitor intake dan output secara ketat6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit7. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang

dilakukan: pemasangan NGT dan puasa.8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena

Subyektif : Klien mengatakan badan masih lemes

Obyektif : Klien masih tampak lemah, bising usus 9 x/menit, BB 43 kg

Analisa Masalah belum teratasi

Planing Lanjutkan intervensi

1. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama2. Auskultasi bising usus.3. Mulai dengan nutrisi cairan perlahan, bila masukan oral dimulai4. Berikan makanan enteral atau parenteral jika diindikasikan