Author
anonymous-d0m7bd
View
273
Download
4
Embed Size (px)
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
1/44
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN KASUS INDIVIDU
ASMA BRONKIALE EKSASERBASI AKUT
Oleh
NURUL HIDAYATI
H1A 010 053
Pembimbing :
dr I!" Prim"#"n$i% MKe&
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK
MADYA
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS GUNUNG SARI
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
2/44
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan inflamasi
kronis pada saluran pernapasan. Hal ini didefinisikan oleh gejala pernapasan
seperti mengi, sesak napas, sesak di dada, batuk yang yang intesditasnya semakin
sering dari waktu ke waktu, dan keterbatasan aliran udara ekspirasi. 1
Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat
kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun
belakangan ini obat obatan asma banyak dikembangkan. National Health
nterview !urvey di Amerika !erikat memperkirakan bahwa setidaknya ",# juta
orang penduduk negeri itu mengidap brochitis kronik, lebih dari $ juta menderita
emfisema dan setidaknya %.# juta orang menderita salah satu bentuk asma. &aoran
kesehatan organisasi dunia '(H)* dalam (orld Health +eport $
menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 1",- dari seluruh kematiandi dunia, masing/ masing terdiri dari infeksi paru ",$, 00) -,2, 3uberkulosis
4, , kanker paru5trakea5 bronkus $,1 dan Asma ,4 .$
6erdasarkan data (orld Helath )rgani7ation '(H)*, hingga saat ini
jumlah pasien asma di dunia diperkirakan mencapai 4 juta orang dan
diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga - juta penderita pada tahun
$$#. 8i dunia, penyakit asma termasuk # besar penyebab kematian, yaitu
mencapai 1",-. !edangkan di ndonesia, penyakit ini masuk dalam sepuluh
besar penyebab kesakitan dan kematian. 8iperkirakan prevalensi asma di
ndonesia mencapai # dari seluruh penduduk ndonesia, artinya saat ini ada 1$,#
juta pasien yang menderita asma di ndonesia. 8i 0rovinsi N36 pada tahun $1-
jumlah kasus asma dilaporkan sebanyak -#.2%". 6erdasarkan gambaran tersebut,
terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu
mendapat perhatian serius.$
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
3/44
8i ndonesia sendiri, prevalensi nasional terjadinya asma sebesar -,
'berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala*. !ebanyak 9 provinsi yang
mempunai prevalensi asma terbanyak diatas prevalensi nasional, antara lain
adalah Nagroe Aceh 8arussalam pada urutan pertama, diikuti oleh :awa 6arat,
N36, N33, alimantan !elatan, !ulawesi 3engah, !ulawesi 3enggara, ;orontalo
dan 0apua 6arat.4
!aat ini penyakit Asma menunjukkan prevalensi yang tinggi. 6erdasarkan
data 1 penyakit terbanyak di 0uskesmas ;unung !ari, penderita asma di
0uskesmas ;unung !ari, menempati peringkat 1$ dengan jumlah pasien 14-9
pada tahun $1$ dan $14, dan peringkat 1- dengan jumlah pasien 1$%2 pada
tahun $1-. 3ahun $1#, asma menempati peringkat 1 yaitu pada bulan
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
4/44
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
5/44
:uli jumlah pasien 11#. :umlah ini dapat saja lebih besar mengingat Asma
merupakan penyakit underdiagnose. 6uruknya kualitas udara dan berubahnya pola
hidup masyarakat diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya penderita asma.-
!elain itu asma menempati urutan ketiga penyakit tidak menular
puskesmas ;unung sari setelah kecelakaan lalu lintas dan hipertensi pada bulan
:uli $1# dengan jumlah kasus baru laki/laki dan perempuan $- orang.-
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
6/44
148
!
541
""
"
4"
38
41
23
GRAFIK 10 PENYAKIT TERBANYAK POLI DE#ASABULAN $ULI 2015
ISPA HIPERTENSI
GASTRITIS PENY% KULIT INFEKSIPENY% PD SISTEM OTOT
DAN $ARINGAN IKAT
LAIN
DIABETES MELITUS
PENYAKIT LAIN NYA PENY% KULIT ALERGI
PENY% ISPA LAINNYA DIARE
6erdasarkan data jumlah 1 kunjungan terbanyak di poli dewasa, Asma sebanyak
-1 orang. pada grafik di bawah Asma tergolong ke dalam penyakit lainnya.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
7/44
PATO(ISOLOGI
A Ob&$r)!&i S"*)r"n Re&+ir"$,ri!
nflamasi saluran respiratorik yang ditemukan pada pasien asma diyakini
merupakan hal yang mendasari gangguan fungsi = obstruksi saluran respiratorik
yang menyebabkan keterbatasan aliran udara yang dapat kembali secara spontan
atau setelah pengobatan. 0erubahan fungsional yang dihubungkan dengan gejala
khas pada asma, yakni berupa batuk, sesak, whee7ing dan disertai hiperaktivitas
saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan. 6atuk sangat mungkin
disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran respiratorik oleh mediator
inflamasi.1,#
)bstruksi saluran napas ini bersifat difus dan bervariasi derajatnya, dapat
membaik spontan atau dengan pengobatan. 0enyempitan saluran napas ini
menyebabkan gejala batuk, rasa berat di dada, mengi dan hiperesponsivitas
bronkus terhadap berbagai stimuli. 0enyebabnya multifaktor, yang utama adalahkontraksi otot polos bronkus yang diprovokasi oleh mediator yang dilepaskan sel
inflamasi.1,#
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
8/44
;ambar 1. !aluran napas normal dan penderita asma'1*
Adapun beberapa mekanisme yang bisa menyebabkan terjadinya
inflamasi pada saluran napas, diantaranya yaitu 1=
Me!"ni&me *im-,&i$ T . IgE
!etelah A0> (Antigen Presenting Cells) mempresentasikan alergen 5
antigen kepada sel limfosit 3 dengan bantuan major histocompatibility '* kls
, limfosit 3 akan membawa ciri antigen spesifik, teraktivasi kemudian
berdiferensiasi dan berproliferasi. &imfosit 3 spesifik '3h$* dan produknya akan
mempengaruhi dan mengontrol limfosit 6 dalam memproduksi imunoglobulin.
nteraksi alergen pada limfosit 6 dengan limfosit 3 spesifik/alergen akan
menyebabkan limfosit 6 memproduksi g? spesifik alergen. 0ajanan ulang oleh
alergen yang sama akan meningkatkan produksi g? spesifik. munoglobulin ?
spesifik akan berikatan dengan sel/sel yang mempunyai reseptor g? seperti sel
mast,basofil, eosinofil, makrofag dan platelet. 6ila alergen berikatan dengan sel
tersebut maka sel akan teraktivasi dan berdegranulasi mengeluarkan mediatoryang berperan pada reaksi inflamasi.1
Me!"ni&me *im-,&i$ T / n,nIgE
!etelah limfosit 3 teraktivasi akan mengeluarkan sitokin &/4, &/-, &/#,
&/9, &/14 dan granulocyte monocyte colony stimulating factor ';[email protected]*.
!itokin bersama sel inflamasi yang lain akan saling berinteraksi sehingga terjadi
proses inflamasi yang kompleks, degranulasi eosinofil, mengeluarkan berbagai
protein toksik yang merusak epitel saluran napas dan merupakan salah satu
penyebab hiperesponsivitas saluran napas (airway hyperresponsiveness A!").1
Me!"ni&me im)n,*,gi in-*"m"&i &"*)r"n n"+"&
!istem imun dibagi menjadi dua yaitu imunitas humoral dan selular. munitas
humoral ditandai oleh produksi dan sekresi antibodi spesifik oleh sel limfosit 6
sedangkan selular diperankan oleh sel limfosit 3. !el limfosit 3 mengontrol fungsi
limfosit 6 dan meningkatkan proses inflamasi melalui aktivitas sitotoksik cluster
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
9/44
#ifferentiation $ '>82* dan mensekresi berbagai sitokin. !el limfosit 3 helper
'>8-* dibedakan menjadi 3h1 dan 3h$. !el 3h1 mensekresi interleukin/$ '&/$*,
&/4, granulocytet monocyte colony stimulating factor ';[email protected]*, interferon/
'@N/* dan tumor necrosis factor%B '[email protected]/B* sedangkan 3h$ mensekresi &/4, &/
-, &/#, &/9, &/14, &/1% dan ;[email protected] +espons imun dimulai dengan aktivasi
sel 3 oleh antigen melalui sel dendrit yang merupakan sel pengenal antigen primer
( primary antigen presenting cellsAPC). !kema itu dapat kita lihat pada gambar $
sebagai berikut '1,2*=
eterangan =
C major histocompatibility
g C imunoglobulin
AH+ C airway hiperresponsiveness
eosC eosinofil,
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
10/44
6as C basofil
;ambar $.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
11/44
(AKTOR RISIKO
Adapun beberapa faktor yang bisa menimbulkan terjadinya penyakit asma
diantaranya yaitu #=
A (AKTOR PE'AMU (Host)
0redisposisi genetik
Hiperesponsif saluran napas
Atopi
:enis kelamin
+as
B (AKTOR LINGKUNGAN
@aktor yang mempengaruhi kerentanan terbentuk asma pada individu yang
terpajan dengan faktor predisposisi.
Alergen dalam rumah
3ungau debu rumah
Alergen pada hewan
Alergen kecoa
:amur
Alergen luar
3epung sari
:amur
0ajanan pekerjaan
Asap rokok
0erokok pasif
0erokok aktif
0olusi udara
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
12/44
0olutan luar rumah (out#oor pollutants)
0olutan dalam rumah (in#oor pollutants) nfeksi saluran napas
Higiene
nfeksi parasit
!tatus sosial ekonomi
8iet dan obat obatan
)besitas
ETIOLOGI
Asma bronkial merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor
otonom, imunologis, infeksi, endokrin, dan psikologis dalam berbagai tingkat
pada berbagai individu. 0engendalian diameter jalan napas dapat dipandang
sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan humoral. Aktivitas
bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf otonom.
@aktor humoral membantu bronkodilatasi termasuk katekolamin endogen yang
bekerja pada reseptor adrenergik/E yang mengakibatkan terjadinya relaksasi otot
polos bronkus. Asma dapat disebabkan oleh kelainan fungsi reseptor adenilat
siklase adrenergik/E, dengan penurunan reseptor adrenergik/E pada leukosit
penderita asma.#
!elain hal/hal tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang juga turut
berperan sebagai etiologi penyakit ini, diantaranya yaitu
#
=
@aktor/faktor imunologis
0enderita yang dikategorikan dalam penderita asma ekstrinsik atau
alergik, eksaserbasi terjadi setelah adanya paparan dari faktor lingkungan seperti
debu rumah, serbuksari bunga, dan ketombe. Hal ini seringkali akan
meningkatkan kadar imunoglobulin ? ' g? * total maupun g? spesifik pada
penderita terhadap antigen/antigen tersebut. Asma yang tergolong kategori ini,
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
13/44
sering dijumpai pada anak/anak dengan kisaran usia $ tahun pertama dan pada
orang dewasa 'asma yang timbul lambat* yang disebut juga asma intrinsik .
@aktor endokrin
Asma bronkial dapat menjadi lebih buruk pada pasien dengan keadaan
hamil dan menstruasi, terutama pada premenstruasi atau pada wanita yang
menopause. !edangkan pada anak dengan masa pubertas, keadaan asma
cenderung akan lebih baik. Hanya sedikit yang diketahui tentang peranan faktor
endokrin pada etiologi dan patogenesis asma bronkial.
@aktor 0sikologis
@aktor emosi dapat memicu timbulnya gejala/gejala asma.
@aktor lain
@aktor lain yang juga dapat menjadi pencetus (trigger) terjadinya asma
ialah infeksi saluran napas, faktor fisik 'aktivitas fisik yang berlebih*, perubahan
cuaca, obat/obatan, dan paparan bahan/bahan di lingkungan kerja.
KLASI(IKASI
DIAGNOSIS
An"mne&i&
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
14/44
Fmumnya diagnosa asma tidak sulit, terutama bila ditemukan gejala klasik
asma yaitu batuk, sesak napas, dan mengi yang timbul secara tiba/tiba dan dapat
hilang secara spontan5pengobatan. Adanya riwayat asma5riwayat alergi dan faktor
pencetus.
Pemeri!&""n (i&i!
8alam keadaan serangan, tekanan darah biasanya meningkat, frekuensi
pernapasan dan denyut nadi meningkat.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
15/44
ditemukan. 0ada pasien ini hasil foto toraks didapatkan hasil gambaran infiltrat '/*
dan adanya gambaran bronkitis kronis.
DIAGNOSIS BANDING
6eberapa dianosis banding terhadap penyakit asma bronkial ini diantaranya yaitu #
=
a. +hinitis alergika
b. !inusitis
c. 6ronkhiolitis
d. 6enda asing pada saluran napas
0ada rhinitis alergika, ditemukan adanya penyumbatan hidung secara
bilateral akibat edema basahnya membran mukosa. !elain itu, pada rhenitis
alergika ditemukan bersin/bersin, hidung yang berair, mata yang terasa gatal dan
mengeluarkan air mata yang berlebihan. !inusitis mempunyai gejala berupa
adanya batuk malam hari, tetapi hal itu jarang karena lebih sering batuk pada
siang hari. !elain itu, juga ditemukan nyeri kepala, nyeri wajah dan bisa
ditemukan nanah dalah meatus media.#
0ada bronkhiolitis, ditemukan adanya demam, batuk serta whee&ing atau
mengi sedangkan pada auskulasi akan ditemukan suara ronkhi.
'2*
Hal ini miripdengan asma bronkial, tetapi pada asma whee&ing akan timbul secara periodik
atau episode. !elain itu, asma dicetuskan oleh adanya alergen baik dari
lingkungan maupun yang nonspesifik sedangkan pada bronkholitis tidak
demikian.
6enda asing pada saluran napas juga dapat menyebabkan sesak pada
penderita. 3etapi diagnosis ini dapat disingkirkan karena pada aloanamnesa dan
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
16/44
pemeriksaan fisik akan ditemukan riwayat dari pasien dengan sengaja atau tidak
memasukkan benda asing ke saluran nafasnya.
KOMPLIKASI
0enyakit asma bila tidak mendapatkan terapi atau penangan secara benar,
bisa menimbulkan komplikasi/komplikasi yang cukup mengkhawatirkan.
6eberapa komplikasi yang bisa terjadi diantaranya yaitu #=
0neumotoraks spontan
(alaupun ini jarang sekali dijumpai, akan tetapi kadang dapat ditemukan
sebagai sebuah fenomena yang cukup menarik.
0neumomediastinum
0enyakit ini kadang ditemukan pada penderita dengan usia yang cukup
muda. 0enyakit ini timbul sebagai suatu proses yang berlangsung secara
alamiah, seperti yang dilaporkan oleh :amadar yang telah melakukan
penelitian terhadap hewan coba.0neumomediastinum ini pada umumnya
akan sembuh dengan sendirinya (self%limite# #isease)
?mpisema
0enyakit ini sering ditemukan terjadi di subdural dan paling sering terjadi
pada anak/anak. 0ergerakan udara terjadi dengan mengarah ke posterior,
yakni dari pneumomediastinum menuju foramina intervertebralis.
0neumoperikardium
0enyakit ini jarang ditemukan sebagai komplikasi asma. Akan tetapi bila
terjadi, maka akan lebih sering terjadi pada anak/anak. Hal ini disebabkan
selaput pericardial pada anak/anak cenderung lebih rapuh dibndingkan
dengan orang dewasa. !eperti halnya dengan pneumomediastinum,
pneumoperikardium biasanya ditemui dengan sifat yang benigna.
0erdarahan pada subarakhnoid
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
17/44
asus ini bisa ditemui pada pasien status asmatikus dengan perawatan
yang menggunakan ventilator. 0asien dengan keadaan seperti ini rentan
terhadap timbulnya peningkatan tekanan parsial karbondioksida, sehingga
dapat menyebabkan vasodilatasi di pembuluh darah serebral dan
meningkatnya tekanan intrakranial. eadaan ini dapat diperparah dengan
adanya batuk/batuk pada pasien sehingga terjadi peningkatan tekanan
intrathoraks. 3erapi ventilasi diyakini menjadi pencetus terjadinya edema
serebral dan terbatasnya aliran darah vena pada serebral.
PENATALAKSANAAN
A T"$"*"!&"n" di +e*"#"n"n +rimer 2P)&!e&m"&3
:ika pasien menunjukkan tanda/ tanda eksaserbasi akut atau mengancam
jiwa, segera pengobatan dengan !A6A, )ksigen dan kortikosteroid sistemik.
+ujuk ke fasilitas yang lebih memadai jika dibutuhkan monitoring yang ketat
dan spesialisasi paru. ?ksaserbasi ringan dapat diobati di 0uskesmas, tapi
tergantung ketersediaan alat ataupun obat/obatan. 1
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
18/44
M"n"gemen$ ,- "&$4m" e5"6erb"$i,n& in +rim"r# 6"re 2"d)*$&% "d,*e&6en$&%
64i*dren 7/88 #e"r&3
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
19/44
B T"$"*"!&"n" di !*ini! "$") Uni$ G"9"$ D"r)r"$
0asien asma yang datang dalam keadaan serangan di Fnit ;awat 8arurat,
langsung dinilai derajat serangannya sesuai dengan fasilitas yang tersedia. 8alam
panduan ;NA ditekankan bahwa pemeriksaan uji fungsi paru 'spirometer atau
flea' flowmeter* merupakan bagian integral penilaian tatalaksana serangan asma,
bukan hanya evaluasi klinis. Namun, di ndonesia penggunaan alat tersebut belum
memasyarakat.1
3atalaksana awal terhadap pasien adalah pemberian E/agonis dengan
penambahan garam fisiologis secara nebulisasi. Nebulisasi serupa dapat diulang
dua kali dengan selang waktu $ menit. 0ada pemberian ketiga, nebulisasi
ditambahkan obat antikolinergik. 3atalaksana awal ini sekaligus dapat berfungsi
sebagai penapis yaitu untuk penentuan derajat serangan, karena penilaian derajat
secara klinis dapat dilakukan dengan cepat dan jelas. 1
:ika menurut penilaian awal pasien datang jelas dalam serangan yang
berat, langsung berikan nebulisasi E/agonis dikombinasikan dengan
antikolinergik. 0asien dengan serangan berat yang disertai dehidrasi dan asidosis
metabolic, mungkin akan mengalami takifilasis atau refrakter yaitu respons yang
kurang baik terhadap nebulisasi E/agonis. 0asien seperti ini cukup sekali
dinebulisasi kemudian secepatnya dirawat untuk mendapat obat intravena selain
dibatasi masalah dehidrasi dan asidosisnya.1
Ser"ng"n A&m" Ring"n
Apabila keadaan pasien dengan sekali pemberian nebulisasi telah
menunjukkan respons yang baik 'complete response*, berarti serangannya
tergolong ringan. 0asien diobservasiselama1 jam, jika tetap baik, maka pasien
dapat dipulangkan. 0asien dibekali dengan obat E/agonis 'obat hirup atau oral*
yang diberikan tiap -/% jam. :ika pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat
ditambahkan steroid oral, namun hanya diberikan untuk jangka waktu yang
pendek '4/# hari*.1
Ser"ng"n A&m" Sed"ng
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
20/44
:ika dengan pemberian nebulisasi dua kali, pasien hanya menunjukkan
respons parsial 'incomplete response*, kemungkinan derajat serangannya sedang.
0ada serangan asma sedang, diberikan steroid sistemik 'oral* metilprednisolon
dengan dosis ,#/1 mg5kg5665hari selama 4/# hari. !teroid lain yang dapat
diberikan selain metilprednisolon adalah prednison.1
Ser"ng"n A&m" Ber"$
6ila dengan nebulisasi tiga kali berturut/turut pasien tidak menunjukkan
respons 'poor response*, yaitu gejala dan tanda serangan masih ada maka pasien
harus dirawat di ruang rawat inap. 6ila sejak awal dinilai sebagai serangan berat,
maka nebulisasi pertama kali langsung E/agonis dengan penambahan
antikolinergik. )ksigen $/- liter5menit diberikan sejak awal, termasuk saat
nebulisasi. 0asang jalur parenteral dan lakukan foto thoraks. 1
:ika pasien menunjukkan gejala dan tanda ancaman henti napas, pasien
harus langsung dirawat di ruang rawat intensif. Fntuk pasien dengan serangan
berat dan ancaman henti napas, langsung dibuat foto +ontgen thoraks guna
komplikasi pneumotoraks dan5atau pneumomediastinum.1,#
M"n"gemen$ ,- "&$4m" e5"6erb"$i,n& in "6)$e 6"re -"6i*i$#% eg emergen6#
de+"r$men$
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
21/44
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
22/44
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
23/44
:ika dalam $- jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan
dibekali obat E/agonis 'hirup atau oral* yang diberikan tiap -/% jam selama$-/-2 jam. !teroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik rawat jalan
dalam $-/-2 jam untuk reevaluasi tatalaksana.
E Kri$eri" R"9"$ di R)"ng R"9"$ In$en&i-
riteria pasien yang memerlukan perawatan di >F adalah #=
3idak ada respons sama sekali terhadap tatalaksana awal di F;8 dan5atau
perburukan asma yang cepat.
Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman henti napas atau
hilangnya kesadaran.
3idak ada perbaikan dengan tatalaksana di ruang rawat inap.
Ancaman henti napas = hipoksemia tetap terjadi walaupun sudah diberikan
oksigen 'adar 0a)$ % mmHg dan5atau 0a>)$ I -# mmHg, walaupun
tentu saja gagal napas dapat terjadi dalam kadar 0a>)$yang lebih tinggi atau
lebih rendah*.
6erdasarkan patofisiologinya, maka secara garis besar terapi
farmakokinetika pada penatalaksanaan asma bronkial meliputi =
8 Men6eg"4 i!"$"n "*ergen deng"n Ig E
a.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
24/44
; Men6eg"4 +e*e+"&"n medi"$,r d"n mered"m in-*"m"&i &"*)r"n n"+"&
/ !odium kromoglikat
!odium kromoglikat salah satu kerjanya mencegah degranulasi sel mast
merupakan obat untuk mencegah serangan asma terutama bila diberikan secara
teratur. 6ila diberikan sebelum kegiatan jasmani dapat mencegah ?A (eercise
in#uce# asthma).
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
25/44
ditemukan. Lileuton dihubungkan dengan toksik hati, sehingga monitor fungsi
hati dianjurkan apabila diberikan terapi 7ileuton. #
/ etotifen
etotifen berperan memperkuat dinding sel mast sehingga mencegah
keluarnya mediator dilaporkan dapat merupakan obat pencegahan per oral yang
dapat diberikan $ kali sehari. #
/
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
26/44
menurunkan permeabilitas pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator
dari sel mast dan basofil. enyataannya pada pemberian jangka lama, mempunyai
efek antiiflamasi walau kecil. nhalasi agonis M/$ kerja lama yang diberikan
jangka lama mempunyai efek protektif terhadap rangsang bronkokonstriktor.
0emberian inhalasi agonis M/$ kerja lama, menghasilkan efek bronkodilatasi lebih
baik dibandingkan preparat oral.#
b.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
27/44
bromide. Analisis meta penelitian menunjukkan ipratropium bromide mempunyai
efek meningkatkan bronkodilatasi agonis M/$ kerja singkat pada serangan asma,
memperbaiki faal paru dan menurunkan risiko perawatan rumah sakit secara
bermakna. )leh karena itu disarankan menggunakan kombinasi inhalasi
antikolinergik dan agonis M/$ kerja singkat sebagai bronkodilator pada terapi awal
serangan asma berat atau pada serangan asma yang kurang respons dengan agonis
M/$ saja, sehingga dicapai efek bronkodilatasi maksimal. 3idak bermanfaat
diberikan jangka panjang, dianjurkan sebagai alternatif pelega pada penderita
yang menunjukkan efek samping dengan agonis M/$ kerja singkat seperti inhalasi
seperti takikardia, aritmia, dan tremor. ?fek samping berupa rasa kering di mulut
dan rasa pahit.#
= M)!,*i$i!
0erlu juga dikemukakan bahwa pada bayi dan anak serangan asma
mungkin lebih banyak disebabkan oleh udem mukosa dan sekresi mukus
dibanding dengan bronkospasme.#
> An$ibi,$i!
3idak rutin diberikan kecuali pada keadaan disertai infeksi bakteri
'pneumonia, bronkitis akut, sinusitis* yang ditandai dengan gejala sputum purulen
dan demam. nfeksi bakteri yang sering menyertai serangan asma adalah bakteri
gram positif, dan bakteri atipik kecuali pada keadaan dicurigai ada infeksi bakteri
gram negatif 'penyakit gangguan pernapasan kronik* dan bahkan anaerob seperti
sinusitis, bronkiektasis atau penyakit paru obstruktif kronik '00)*.#
PROGNOSIS
6eberapa studi menemukan bahwa banyak bayi dengan whee&ing tidak
berlanjut menjadi asma pada masa anak/anak dan remajanya. 0roporsi kelompok
tersebut berkisar antara -# hingga 2#, tergantung besarnya sampel studi, tipe
studi, dan lamanya pementauan. Adanya asma pada orang tua dan dermatitis
atopik pada anak dengan whee&ingmerupakan salah satu indikator penting untuk
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
28/44
terjadinya asma dikemudian hari. Apabila terdapat kedua hal tersebut, maka
kemungkinan menjadi asma lebih besar atau terdapat salah satu di atas disertai
dengan $ dari 4 keadaan berikut yaitu eosinofia, rinitis alergika, dan whee&ing
yang menetap pada keadaan bukan flu.#,"
BAB III
LAPORAN KASUS
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
29/44
engok, ;unung sari
!uku = !asak
Agama = slam
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
30/44
+iwayat penyakit jantung '/*, hipertensi '/*, 8< '/*, riwayat operasi '/*, bronkitis
'/*.
Ri9"#"$ Pen#"!i$ Ke*)"rg" :
"iwayat asma pa#a ayah pasien (+) , penyakit jantung '/*, hipertensi '/*, 8< '/*,
riwayat operasi '/*, bronkitis '/*.
Ri9"#"$ Peng,b"$"n
0asien mengkonsumsi obat/obatan dari puskesmas yaitu salbutamol,
methilprednisolon dan vitamin 6 kompleks.
Ri9"#"$ E!,n,mi d"n Ling!)ng"n:
0asien memiliki # orang anak=
. 0erempuan, 4 tahun, sudah menikah
. 0erempuan , $2, sudah menikah
. &aki/ laki, $" tahun, sudah menikah
D. 0erempuan, $# tahun, belum menikah
D. &aki/ laki 1" tahun, belum menikah dan masih sekolah !
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
31/44
3inggi 6adan = 1# cm
!tatus ;i7i = normal
Dital sign
3ekanan darah = 1152 mmHg
Nadi = 22 P5menit, reguler dan kuat angkat
@rekeunsi Nafas = 4$ P5menit, reguler
!uhu = 4%,# Q >, suhu aksiler
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala:
?kspresi wajah = normal
6entuk dan ukuran = normal
+ambut = normal
?dema = '/*
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
32/44
&ubang telinga = normal, secret '/5/*
Nyeri tekan = '/5/*
0eradangan pada telinga = '/*0endengaran = kesan normal
Hidung:
!imetris
8eviasi septum = '/5/*
0erdarahan = '/5/*
!ecret = '/5/*
0enciuman = kesan normal
Mulut:
!imetris6ibir = kering 'G*, sianosis '/*, stomatitis angularis '/*, purse# lips
breathing'/*
;usi = hiperemia '/*, perdarahan '/*
&idah = glositis '/*, atropi papil lidah '/*, lidah berselaput '/*,
kemerahan di pinggir '/*, tremor '/*, lidah kotor '/*
;igi = karang gigi 'G*
! '/*.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
33/44
#. @ossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis= cekung, simetris kiri dan kanan
jugularis= tak tampak deviasi
%. 3ipe pernapasan= torako/abdominal, frekuensi 4$ P5 menit
P"*+"&i:
3rakea= tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di >! D linea
parasternal sinistra.
Nyeri tekan '/*, massa '/*, edema '/*, krepitasi '/*.
;erakan dinding dada= simetris kiri dan kanan.
@remitus vocal= simetris kiri dan kanan menurun
Per!)&i:
!onor seluruh lapang paru.
6atas paru/hepar nspirasi= >! D, ?kspirasi= >! DK ?kskursi= $ >!.
6atas paru/jantung=
anan= >! linea parasternalis dekstra
iri= >! D linea mid clavicula sinistra
A)&!)*$"&i:
>or= !1 !$ tunggal regular,
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
34/44
0ermukaan kulit= tanda/tanda inflamasi '/*, sianpasienis '/*, venektasi '/*,
ikterik '/*, massa '/*, vena kolateral '/*, caput meducae '/*, papula '/*,petekie '/*, purpura '/*, ekimpasienis '/*, spider nevy '/*
8istensi '/*
Ascites '/*
A)&!)*$"&i:
6ising usus 'G* normal
DA '/5/*
P"*+"&i:
Nyeri tekan epigastrium '/*
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
35/44
nguinal-genitalia-anus= tidak diperiksa
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
36/44
K,n&e*ing
-
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
37/44
BAB IV
PENELUSURAN 2HOME VISIT3
=8 T)1)"n
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
38/44
G"mb"r"n Ke"d""n R)m"4 P"&ien
K"m"r $id)r D"+)r
K"m"r m"ndi
H"*"m"n be*"!"ng
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
39/44
BAB V
PEMBAHASAN
0ada kasus ini, pasien perempuan berusia # tahun datang ke ;8 0uskesmas
;unung !ari '$- Agustus $1#* dengan keluhan sesak yang disertai bunyi ngikO,
dan batuk berdahak sejak dua hari yang lalu dan memberat hari ini. Nyeri dada
disangkal oleh pasien. 0asien lebih nyaman duduk dan masih dapat berbicara
beberapa penggal kalimat. 0asien menyangkal sering sesak nafas seak kecil.
0asien mulai sesak nafas sejak usia $ tahun. 8alam satu bulan terahir pasien dua
kali mengalami serangan sesak. !erangan sesak terahir yaitu dua minggu yang
lalu dan membaik dengan pemberian uap. !esak dirasakan memberat terutama
saat cuaca dingin dan saat terpapar oleh debu. 6A dan 6A6 dalam batas normal.
8ari hasil pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas pasien 4$ P5menit,
whee7ing 'G5G* dan terdapat retraksi supraternal. 6erdasarkan gejala dan tanda
tersebut maka pasien masuk dalam klasifikasi penyakit asma bronkiale
eksaserbasi akut.!uatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor/
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. 0aradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. &. 6lum mencakup - faktor yaitu faktor
genetik5biologis 'keturunan*, perilaku 'gaya hidup* individu atau masyarakat,
faktor lingkungan 'sosial ekonomi, fisik, politik* dan faktor pelayanan kesehatan
'jenis, cakupan dan kualitasnya*. 6erdasarkan hasil penulusuran kasus di atas, jika
dilihat dari segi konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa faktor yang
menjadi faktor resiko terjadinya penyakit asma, yaitu =
8 ("!$,r Bi,*,gi&
@aktor biologis yang paling mendukung terjadinya asma pada pasien ini
adalah adanya riwayat asma yang dimiliki oleh ayah pasien. !alah satu faktor
utama terjadinya asma adalah adanya predisposisi genetik yang biasanya
diturunkan oleh orangtua pasien kepada anaknya. !elain itu, faktor usia juga
mendukung mengarahkan diagnosa karena asma lebih sering terjadi pada masa
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
40/44
anak/anak sampai remaja. 0ada pasien ini serangan sesak pertama pada usia
remaja yaitu $ tahun.
$. ("!$,r Ling!)ng"n
8alam kasus ini, lingkungan pasien pasien yang mendukung terjadinya
serangan asma yang dialaminya adalah sering terpapar dengan alergen debu di
sawah dan selain itu pasien juga alergi terhadap dingin.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
41/44
3idak pernah dilakukan training5pelatihan khusus untuk manajemen asma,
khususnya petugas kesehatan di ;8 serta kurangnya informasi mengenai
penanganan penyakit asma.
BAB VI
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
42/44
SIMPULAN DAN SARAN
78 Sim+)*"n
Asma menempati peringkat ke empat belas dalam data 1 penyakit
terbanyak puskesmas ;unungsari tahun $1-, yang artinya asma tidak termasuk
dalam 1 penyakit perbanyak. Namun asma memiliki peringkat ketiga dalam data
penyakit tidak menular tahun $1- di puskesmas ;unungsari.
0enyebab terjadinya asma pada pasien ini berkaitan dengan empat
determinan kesehatan, yaitu faktor biologis5genetik, lingkungan, perilaku, dan
faktor pelayanan kesehatan masyarakat. Namun faktor yang paling berperan
dalam kasus ini adalah faktor genetik dan lingkungan yaitu pasien memiliki
riwayat keturuan asma yang didapatkan dari ayah pasien serta lingkungan pasien
yang berpengaruh untuk terjadinya serangan asma pada pasien.
7; S"r"n
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
43/44
1. Fpaya preventif, promotif, dan kuratif perlu dilakukan untuk menurunkan
kejadian serangan asma.
$.
7/25/2019 LAPORAN KASUS IKM ASMA
44/44
1. ;NA. Global trategy for Asthma -anagement an# Prevention. National
nstitutes of Health. $1#. 8ilihat tanggal 1 !eptember $1# = diunduh di
www.ginasthma.org.
$. 8epkes. /ou Can Control /our Astma. nfodatin pusat data dan informasi
kementrian kesehatan +. 8ilihat tanggal 1 !eptember $1# = diunduh di
http=55www.depkes.go.id5resources5download5pusdatin5infodatin5infodatin/
asma.pdf.
4. 6adan 0enelitian dan 0engembangan 8epartemen esehatan + . $2.
0aporan 1asional "iset 2esehatan 3asar 4ahun *556. 8epkes
-. 3im 0enyusun, $1-. 3ata 75 penya'it terbanya' pus'esmas;unungsari
tahun $1- = 0uskesmas ;unungsari..
#. Neri