27
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. Imam Umur : 23 tahun Agama : Islam Alamat : Jl. Tandang Raya, Semarang Pekerjaan : Operator warnet Status : Belum menikah No RM :- Tgl Masuk RS : 06 Mei 2013 II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin, tanggal 06 Mei 2013 pukul 08.00 wib. Keluhan Utama : Nyeri tungkai atas sebelah kiri Riwayat Penyakit Sekarang 2 jam yang lalu pasien mengeluh bahwa ia tertabrak dan tertindih badan pemain bola saat menonton sepak bola. Pasien terjatuh dengan posisi miring ke kiri dan kaki kiri tertindih, yang diawali dengan jatuh pada badan terlebih dahulu. Pasien jatuh pada lapangan berumput. Nyeri hanya dirasakan pada anggota gerak bawah bagian kiri. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan dirasa tidak membaik walaupun pasien

Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Imam

Umur : 23 tahun

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tandang Raya, Semarang

Pekerjaan : Operator warnet

Status : Belum menikah

No RM : -

Tgl Masuk RS : 06 Mei 2013

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin, tanggal

06 Mei 2013 pukul 08.00 wib.

Keluhan Utama : Nyeri tungkai atas sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

2 jam yang lalu pasien mengeluh bahwa ia tertabrak dan tertindih

badan pemain bola saat menonton sepak bola. Pasien terjatuh dengan

posisi miring ke kiri dan kaki kiri tertindih, yang diawali dengan jatuh

pada badan terlebih dahulu. Pasien jatuh pada lapangan berumput.

Nyeri hanya dirasakan pada anggota gerak bawah bagian kiri. Nyeri

dirasakan terus-menerus. Keluhan dirasa tidak membaik walaupun

pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan paha kirinya membengkak

dan terasa sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku

dalam kondisi tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat

pingsan ataupun muntah. Pasien juga tidak merasakan adanya mual,

namun mengeluhkan adanya pusing.

Saat dibawa ke klinik, nyeri pada tungkai kiri masih terasa. Saat

digerakkan semakin nyeri. Pasien masih merasakan pusing, namun

tidak ada mual.

Page 2: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Jatuh : Disangkal

Riwayat kepala terbentur : Disangkal

Riwayat patah tulang : Disangkal

Riwayat trauma pada kaki : Disangkal

Riwayat operasi kaki : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Kencing manis : Disangkal

Riwayat Alergi Obat : Disangkal

Riwayat Alergi makanan : Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat DM : Disangkal

Riwayat Alergi Obat : Disangkal

Riwayat Aleergi Makanan : Disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien bekerja sebagai operator warnet. Biaya pengobatan ditanggung

sendiri oleh pasien. Kesan sosial ekonomi cukup.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik dilakukan hari Senin pada Tanggal 5 mei 2013

Keadaan Umum :Tampak kesakitan, dan merintih

Kesadaran : Compos Mentis GCS 15 (E4VM6)

Vital Sign :

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 68x/ menit

RR : 24x/ menit

Suhu : 36,3oC

Page 3: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Status Gizi

Berat Badan : 55 kg

Tinggi Badan : 165 cm

BMI : 20,20 (Normal)

Gizi : Kesan gizi cukup

Status Internus

Kulit : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar.

Hiperpigmentasi (-), spider angioma (-), ikterik (-).

Kepala : kesan mesocephal.

Hidung : warna kulit sama dengan warna kulit sekitar, nafas cuping

hidung (-), deformitas (-), septum deviasi (-), konka

hiperemis (-), pembesaran konka (-), sekret (-).

Telinga : warna kuliat sama dengan warna kulit sekitar, nyeri tekan

aurikula (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus

(-/-), serumen (-/-), MAE hiperemis (-/-), MAE terdapat

massa (-/-), membrane timpani intake (+/+).

Mulut : bibir kering (-), bibir pecah-pecah (-), sianosis (-), karies

gigi (-), stomatitis (-), lidah kotor (-), hiperemis (-), kripte

melebar (-), uvula hiperemis (-), uvula memanjang (-).

Leher : kulit seperti warna sekitar, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi trakea (-),

otot bantu pernafasan (-)

Thorax :

Paru Dextra Sinistra

1. Inspeksi

Bentuk dada

Hemitorak

2. Palpasi

Stem fremitus

Datar

Simetris dextra = sinistra

Simetris, statis, dinamis

Dextra = sinistra

Datar

Simetris dextra = sinistra

Simetris, statis, dinamis

Dextra = sinistra

Page 4: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Nyeri tekan

Pelebaran ICS

3. Perkusi

4. Auskultasi

Suara dasar

Suara tambahan

(-)

(-)

Sonor di seluruh lapang

paru

Suara dasar vesikuler

(-)

(-)

(-)

Sonor di seluruh lapang

paru

Suara dasar vesikuler

(-)

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS v 2 cm medial linea

midklavikularis sinistra dan tidak melebar, thrill (-), pulsus

epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)

Perkusi :

batas kanan atas : ICS II linea parasternal dextra

batas kanan bawah : ICS IV linea Parasternal dextra

batas kiri atas : ICS II linea Parasternal sinistra

batas kiri bawah : ICS V 2 cm ke arah medial

midclavikula sinistra

pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra

KESAN : konfigurasi jantung Normal

Auskultasi : Reguler

Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.

Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),

SIV (-)

Page 5: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,

ikterik (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, ascites (-), pekak hepar

(+), tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak

teraba

Ektremitas

Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+↑

Oedem -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Gerak (Aktif-

pasif)

+/+ +/terbatas karena

nyeri

Refleks Fisiologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Refleks Patologis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

CRT <2”/<2” <2”/<2”

STATUS LOKALIS (Ekstremitas Bawah)

1. LOOK

DEXTRA SINISTRA

a. Perubahan

warna kulit

Atas : sama seperti

warna kulit sekitar,

Atas : hematom (+),

Bawah : sama seperti

Page 6: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

b. bengkak

c. deformitas

d. luka

(terbuka/tertut

up)

e. perdarahan

hematom (-) Bawah :

sama seperti warna

kulit sekitar, hematom

(-), Kaki : sama seperti

warna kulit sekitar,

hematom (-)

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

warna kulit sekitar,

hematom (-), Kaki :

sama seperti warna

kulit sekitar, hematom

(-)

Atas: (+),

bawah/kaki :-/-

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

Atas/bawah/kaki/ : -/-/-

2. FEEL

DEXTRA SINISTRA

a. nyeri tekan

b. pulsasi

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

- A. poplitea : (+)

reguler, isi dan

tegangan cukup

- A. tibialis posterior

(+) reguler, isi dan

tegangan cukup

Atas/Bawah/Kaki :

+/+↓/+↓

- A. poplitea : (+)

reguler, isi dan

tegangan cukup

- A. tibialis posterior

(+) reguler, isi dan

tegangan cukup

Page 7: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

c. sensibilitas

d. krepitasi

e. deformitas

- A. dorsalis pedis (+)

reguler, isi dan

tegangan cukup

Raba/suhu/nyeri :

Atas/bawah/kaki/ :

+/+/+

Tidak ditemukan

- panjang anatomis :

85 cm

- panjang klinis : 90

cm

- lingkar femur : 38

cm

- segitiga briant:

sama kaki

- A. dorsalis pedis

(+) reguler, isi dan

tegangan cukup

Raba/suhu/nyeri :

Atas/bawah/kaki/ :

+/+/+

Sulit dinilai

- panjang

anatomis : 83 cm

- panjang klinis : 87

cm

- lingkar femur : 44

cm

- segitiga briant:

sama kaki

3. KEKUATAN

DEXTRA SINISTRA

Atas/Bawah/Kaki :

5/5/5

Atas/Bawah/Kaki :

5/5/5

Page 8: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

4. MOVE

DEXTRA SINISTRA

a. gerak (aktif-

pasif)

b. ROM

c. nyeri sumbu

+

- articulatio coxae:

exorotasi (+),

endorotasi

(+),abduksi (+),

adduksi (+), fleksi

(+), ekstensi (+)

- articulatio genu:

fleksi (+), ekstensi

(+)

- articulatio

talocruralis

exorotasi (+),

endorotasi (+),

dorsofleksi (+),

plantarfleksi (+),

abduksi (+), adduksi

(+)

-

- (terbatas)

- articulatio coxae

pergerakan sendi

terbatas karena

nyeri

- articulatio genu

pergerakan sendi

terbatas karena

nyeri

- articulatio

talocruralis

Sulit dinilai

Page 9: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

5. TANDA-TANDA COMPARTMEN SYNDROME

DEXTRA SINISTRA

a. Pain

b. Pallor

c. Pulslessness

d. Parestesia

e. Paviness

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki :

+/+↓/+↓

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

Atas/Bawah/Kaki : -/-/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Usulan Pemeriksaan Foto Rontgen AP Lateral Os Femur Sinistra

Resume/Kesimpulan

Pasien laki-laki 23 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri femur

sinistra. Keluhan ini dikarenakan 2 jam yang lalu saat pasien menonton

sepak bola tiba-tiba tertabrak pemain bola. Pasien jatuh pada lapangan

berumput. Nyeri hanya dirasakan pada ekstremitas bawah bagian kiri.

Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan dirasa tidak membaik walaupun

pasien beristirahat. Pasien mengeluhkan femur sinistra membengkak dan

terasa sangat nyeri hingga tidak dapat berjalan. Pasien mengaku dalam

kondisi tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan

Page 10: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

ataupun vomitting. Pasien juga tidak merasakan adanya mual, namun

mengeluhkan adanya pusing.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan hematom dan nyeri tekan di femur

sinistra. Suhu di femur sinistra lebih hangat daripada femur dekstra.

Pulsasi a. Poplitea, a. Tibialis posterior, dan a. Dorsalis pedis reguler, kuat,

isi tegangan cukup. Panjang klinis 90 cm/87 cm, panjang anatomis 85

cm/83 cm, diameter femur 38 cm/44 cm. Ditemukan juga nyeri sumbu,

gerak aktif dan pasif femur sinistra terbatas karena nyeri. ROM pada A.

Coxae, A. Genu, A. Talocruralis terbatas karena nyeri. Krepitasi sulit

dinilai pada femur sinistra.

V. DAFTAR MASALAH

Anamnesis

1. Nyeri femur sinistra

2. Pusing

Pemeriksaan Fisik

3. Hematom femur sinistra

4. Nyeri tekan femur sinistra

5. Suhu femur sinistra lebih hangat

daripada femur dekstra

6. Panjang klinis femur 90cm/87cm

7. Panjang anatomis femur

85cm/83cm

8. Diameter femur 38cm/44cm

9. Nyeri sumbu femur sinistra

10. Gerak aktif & pasif femur

sinistra terbatas karena nyeri

11. ROM pada A. Coxae, A. Genu,

A. Talocrularis terbatas karena

nyeri

Fraktur Os Femur Sinistra Tertutup Non Komplikata : 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11

VI. ASSESMENT

Page 11: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

No. Masalah Aktif Masalah Pasif

1. Fraktur Os Femur Sinistra

Tertutup Non Komplikata

Pusing

INISIAL PLAN

1. Dx. Kerja :

Dx Subyektif : -

Dx Objektif : Foto rongent AP Lateral Os.femur sinistra

2. Tx :

- Pembidaian untuk immobilisasi untuk selanjutnya dilakukan x-ray

- Terapi awal : Analgesik kuat bisa menggunakan ketorolak IM 60 mg

single dose

- Rujuk Spesialis Bedah Ortopedi untuk tindakan operatif

3. Mx :

- Monitoring keadaan umum dan vital sign

- Awasi tanda-tanda shok dan compartmen syndrom

4. Ex :

- Penjelasan tentang penyakit apa yang telah dialami oleh pasien akibat

dari kejadian yangvtelah dialami oleh pasien

- Penjelasan perlunya tindakan operasi untuk penatalaksanaan patah

tulang pada tungkai, maka segera di Rujuk ke Spesialis Bedah

Ortopedi

- Jangan merubah posisi atau memanipulasi bidai

- Diberikan edukasi bahwa obat yang diberikan hanya untuk mengurangi

rasa sakit

Page 12: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

- Terapi rehabilitasi disarankan untuk memulihkan fungsi tungkai kiri

Fraktur

A. Pendahuluan

1. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan

tulang rawan biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.1

2. Penyebab patah tulang2

a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar

daripada daya tahan tulang, seperti benturan dan cedera.

b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur

patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau

osteoporosis.

3. Jenis-jenis fraktur2

a. Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya megalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

b. Fraktur Tidak komplit (inkomplit) adalah patah yang hanya terjadi

pada sebagian dari garis tengah tulang.

c. Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit

d. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur

dengan luka pada kulit atau mebran mukosa sampai ke patahan

kaki.

1) Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat, yaitu :

Derajat I :

Luka < 1 cm

Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka

remuk

Fraktur sederhana, tranversal, oblik, atau kominutif

ringan

Page 13: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Kontaminasi minimal

Derajat II :

laserasi > 1 cm

Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse

Fraktur kominutif sedang

Kontaminasi sedang

Derajat III :

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi

struktur kulit, otot. dan neurovascular serta

kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat tiga terbagi

atas :

Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulse atau

fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan

oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya

ukuran luka.

Kehilangann jaringan lunak dengan fraktur tulang

yang terpapar atau kontaminasi massif. Luka pada

pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

e. Sesuai pergerseran anatomisnya fraktur dibedakan menjadi tulang

bergeser/tidak bergeser. Jenis khusus fraktur dibagi menjadi2:

1) Greensick, fraktur dimana salah satu sisi

tulang patah sedang sisi lainnya

membengkok.

2) Transversal, fraktur sepanjang garis tengah

tulang.

3) Oblik, fraktur membentuk sudut dengan

garis tengah tulang (lebih tidak stabil

dibanding transversal).

Page 14: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

4) Spiral, fraktur memuntir seputar batang

tulang.

5) Kominutif, fraktur dengan tulang pecah

menjadi beberapa fragmen.

6) Depresi, fraktur dengan fragmen patahan

terdorng ke dalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah).

7) Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami

kompresi (terjadi pada tulang belakang).

8) Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah

tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit

Paget, metastasi tulang, tumor).

9) Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh

ligamen atau tendo pada perlengkatannya.

10) Epfiseal, fraktur melalui epifisis

11) Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang

terdorong ke fragmen tulang lainnya.

B. Definisi Fraktur Femur

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang

dapat disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian), kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi

tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari fraktur femur2, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul

dan kapsula.

a. Melalui kepala femur (capital fraktur)

b. Hanya di bawah kepala femur

c. Melalui leher dari femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler;

a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih

besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.

b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2

Page 15: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

inci di bawah trokhanter kecil.

C. Etiologi

penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga2, yaitu:

1. Cedera traumatic

a) cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga

tulang patah secara spontan

b) cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari

benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.

2. Fraktur patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan

trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada

keadaan :

a) Tumor tulang (jinak atau ganas)

b) Infeksi seperti osteomielitis

c) Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi

vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain.

3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus

misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.

D. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan

gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang

datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma

pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas

tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf

dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang

rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah

hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke

bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

Page 16: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn

vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.

ini merupakan dasar penyembuhan tulang2.

E. Manifestasi Klinik

Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan

tanda functio lesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak adanya

deformitas angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya

perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat

pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi

panggul dan robeknya ligamentum didaerah lutut. Selain itu periksa juga

nervus siatika dan arteri dorsalis pedis2

F. Pemeriksaan penunjang1

1. X.Ray

2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans

3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan

vaskuler.

4. CCT kalau banyak kerusakan otot.

G. Komplikasi

Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan

emboli lemak. Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed

union, non-union, malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan

saraf perifer akibat traksi yang berlebihan2.

H. Penatalaksanaan

Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis1

Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

fragmen tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi

manual.

Page 17: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot

yang terjadi.

Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang

direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat,

sekrup, plat, paku atau batangan logam yang dapat

digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam

posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

Imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi

penyembuhan. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang

benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi

pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau

fiksator eksterna. Sedangkan fiksasi interna dapat digunakan

implant logam yang dapat berperan sebagai bidai interna untuk

mengimobilisasi fraktur.

Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah

dilakukan reduksi dan imobilisasi.

Page 18: Laporan Kasus Fraktur Femur Sinistra

Daftar Pustaka

1. Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Media

Aesculapius: Jakarta

2. Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta