30
LAPORAN KASUS F25.0 GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di Departemen Ilmu Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura Oleh : ANASTASIA L.N SUMENDA, S.Ked 0090840004 Pembimbing : dr. Manoe Bernd P, Sp.KJ, M.Kes DEPARTEMEN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA – PAPUA 2015

Laporan Kasus F25.0 Gangguan Skizoafektif tipe manik

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN KASUS

F25.0 GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mengikuti ujian di Departemen Ilmu Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

Oleh :

ANASTASIA L.N SUMENDA, S.Ked

0090840004

Pembimbing :

dr. Manoe Bernd P, Sp.KJ, M.Kes

DEPARTEMEN PSIKIATRI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA – PAPUA

2015

DATA EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik : 5092

Nama : Nn. AM

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Kairawi, 25 April 1986

Umur : 29 tahun

Pendidikan : SD

Status Pernikahan : Belum menikah

Suku/Bangsa : Serui / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Serui / Hamadi Karang putih

Ruang Perawatan : Bangsal Akut Wanita

Tanggal MRSJ : 7 September 2015

Tanggal Pemeriksaan : 12 September 2015

Yang Mengantar : Ayah Pasien

Alamat : Serui

Nama Ayah : Edison Maniani

Nama Ibu : Dolina May

Pemberi Informasi : Tn. Edison Maniani ( Ayah pasien )

LAPORAN PSIKIATRIK

I. Riwayat Psikiatrik

(Heteroanamnesis : Ayah Pasien)

A. Keluhan Utama

Gelisah dan berteriak-teriak

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSJD Abepura diantar oleh Ayah pasien sejak seminggu yang

lalu dengan keluhan utama pasien gelisah di rumah, berteriak-teriak dan menyanyi,

sering – sering mandi, jalan sendiri keluar tanpa pamit dan tanpa tujuan atau tidak

memberitahukan ke orang rumah.

Menurut penuturan Ayah pasien, perubahan tingkah laku yang terjadi pada pasien

ini sudah mulai terjadi sekitar bulan Agustus pada saat pasien masih berada di Serui

dan atas inisiatif dari kedua orang tua pasien, pasien ini dibawa ke Jayapura untuk

berobat. Pasien dibawah oleh Ayahnya berobat ke Polik di RSJD Abepura dan rawat

jalan. Menurut Ayah pasien, setelah berobat rawat jalan pasien meminum obat teratur

tetapi pada malam hari pasien masih merasa gelisah dan tidak bisa tidur. Besoknya

pasien jalan ke daerah perikanan di Hamadi tanpa sepengetahuan Ayah pasien, pada

saat pulang pasien mengeluh pusing, pada malam hari pasien masih gelisah dan tidak

bisa tidur, pasien berteriak-teriak, menyanyi dan memarahi orang-orang dirumah

tanpa sebab. Sehingga pada hari Senin, 7 September 2015 pasien dibawah ke RSJD

Abepura dan dirawat inap.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah dibawah dan mendapat perawatan di RSJD Abepura sebelumnya.

Pasien juga pernah sakit malaria.

D. Riwayat Sosial

Kebiasaan meminum alkohol dan merokok disangkal, baik oleh pasien dan keluarga pasien.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Masa Prenatal, perinatal dan postnatal

Menurut Ayah Pasien, pasien lahir normal dengan dibantu bidan dirumah.

2. Masa Kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang layaknya anak-anak yang lain

3. Masa Kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien ini putus sekolah pada saat duduk di kelas 6 SD

4. Masa Kanak akhir ( Pubertas – masa remaja)

Pasien bergaul dengan siapa saja dan tidak memilih-milih teman

5. Masa dewasa

a) Riwayat pendidikan

Pasien putus sekolah pada saat duduk di kelas 6 SD

b) Riwayat kebiasaan

Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman alcohol.

c) Riwayat perkawinan

Pasien belum menikah

d) Aktivitas social

Menurut keterangan dari Ayah pasien, pasien bergaul dengan siapa saja

dan pasien merupakan orang yang cukup ramah.

e) Keagamaan

Pasien dan keluarganya beragama Kristen Protestan dan rajin mengikuti

kegiatan kerohanian.

f) Riwayat hukum

Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hokum

g) Riwayat kehidupan psikoseksual

Pasien tidak pernah mengalami masalah psikoseksual

F. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak ke 2 dari 9 bersaudara. Pasien memiliki 1 kakak perempuan, 5

adik perempuan dan dua adik laki-laki. Dalam keluarga pasien tidak ada anggota

keluarga yang memiliki gangguan jiwa seperti pasien.

Pohon keluarga :

: Laki-laki : Perempuan

: Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal

: Pasien

G. Status Psikososial Sekarang

Selama pasien berobat di RSJD Abepura, pasien tinggal dirumah keluarganya yaitu

tantenya yang juga sudah berkeluarga dan juga ada saudara-saudaranya yang lain.

H. Persepsi / Tanggapan Pasien Tentang Dirinya

Pasien merasa dirinya sakit sehingga dirawat di Rumah Sakit.

II. Status Psikiatrik

A. Deskripsi umum

1. Penampilan

Seorang perempuan dengan tampilan perawakan sesuai dengan usianya, berkulit

hitam, berambut keriting warna hitam dan diikat, menggunakan celana pendek

dan baju kaos.

2. Kesadaran

Kualitas : Compos Mentis

Kuantitas : GCS 15 (E4V5M6)

3. Perilaku dan psikomotor

Perilaku pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan. Pasien tampak tenang saat dilakukan pemeriksaan.

4. Bicara

Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa secara tidak spontan, dalam hal ini pasien

bicara hanya ketika diberikan pertanyaan (proverty of speech). Namun sesekali

juga pasien mengalihkan pembicaraan, bicara cepat dengan intonasi yang

bervariasi. Jika disuruh mengulang jawaban, pasien langsung menjawab dengan

berteriak.

5. Sikap pasien terhadap pemeriksa

Pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan pemeriksa, saat wawancara

mata pasien menatap pemeriksa tetapi kadang menatap ke tempat lain.

B. Emosi

1. Mood

Iritable , mood yang mudah diganggu atau dibuat marah.

2. Afek

Appropriate, ekspresi emosi pasien yang terlihat sesuai pembicaraan .

C. Gangguan persepsi

1. Halusinasi

Halusinasi auditorik (+), pasien mengatakan bahwa sering mendengar bisikan

dari om pasien yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

2. Ilusi

Tidak terdapat ilusi

D. Proses berpikir

1. Bentuk

Kesan autistik, pasien seperti sedang berada didalam dunianya sendiri

2. Isi pikiran

Waham kebesaran (+), Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang

penyanyi.

3. Arus pikiran

Flight of ideas (+), Jawaban pasien cepat berpindah secara cepat dari satu ide ke

ide yang lain, dan dengan bicara yang cepat.

E. Fungsi kognitif

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan

Pasien putus sekolah saat duduk di kelas 6 SD

2. Daya konsentrasi dan kalkulasi

Kurang, dalam hal ini pasien tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan

pemeriksa (pasien diminta untuk menghitung 100-7yang kemudian dikurangi 7

lagi berurutan smpai 5 kali).

Pasien mampu menyebutkan angka 1-10, tetapi pada saat diminta untuk

mengulang kembali pasien sudah terlihat bingung.

3. Orientasi

Orang : Pasien mampu mengenal anggota keluarganya

Waktu : Pasien mampu membedakan pagi, siang dan malam

Tempat : Pasien tahu dia berada dimana sekarang

4. Memori

Daya ingat jauh : Pasien masih ingat masa lalunya ketika masih sekolah dasar.

Daya ingat masa lalu yang belum lama : Pasien tidak menjawab saat ditanya

kegiatannya beberapa bulan ini sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa.

Daya ingat yang baru saja : Pasien mampu menceriterakan kegiatan apa yang

dilakukan sebelum pemeriksaan.

Penyimpanan daya ingat segera : Pasien dapat mengulangi kalimat yang

diucapkan pemeriksa.

5. Pikiran abstrak

Pasien tidak dapat menjawab pertanyaan arti dari peribahasa panjang tangan.

6. Kemampuan menolong diri

Pasien dapat melakukan aktivitas (mandi dan makan) sendiri, namun harus selalu

disuruh terlebih dahulu.

F. Tilikan

Tilikan 2 : Pasien menyadari dirinya sakit, membutuhkan bantuan namun dalam

waktu yang bersamaan pasien menyangkal sakit yang dialaminya.

III. Pemeriksaan Diagnosis Lebih Lanjut

A. Pemeriksaan fisik

1. Vital sign

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15 (E4V5M6)

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 84 x/m

Respirasi : 17 x/m

Suhu : 36,70 C

2. Status internus

Kepala :Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), OC (-/-)

Leher :Pembesaran KGB (-/-), Peningkatan JVP (-/-)

Thorax :Paru : I :simetris, ikut gerak napas,retraksi (-/-)

P :v/f (Dextra = Sinistra)

P :sonor seluruh lapang paru

A :Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung : I :Ictus cordis (-)

P :Thrill (-)

P : Pekak

A: BJ I-II Reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen : I :Supel,datar

P:Hepar (ttb), Lien (ttb), nyeri tekan (-)

P:Timpani

A:Bising usus (+) normal (2-3x/m)

Extremitas :Akral hangat, udem (-/-), anemis (-/-), ikterik (-/-), sianosis (-/-)

Genitalia :Tidak dilakukan evaluasi

3. Status neurologis

Refleks Fisiologi : BTR (+/+), TPR (+/+), APR (+/+), KPR (+/+)

Refleks Patologi : Babinski (-/-),Chaddock (-/-),Gordon (-/-), Oppenheim(-/-),Schaefer (-/-),Gonda (-/-)

Motorik : Tremor (-), kekuatan otot 5 55 5

B. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan

1. Hemoglobin : Tidak dievaluasi

2. Jumlah leukosit : Tidak dievaluasi

3. DDR : Tidak dievaluasi

C. Wawancara dengan anggota keluarga

Nama : Edison Maniani

Hubungan dengan pasien : Ayah Pasien

IV. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Seorang perempuan dalam perawatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Jayapura dengan

tampilan perawakan sesuai dengan usianya, berkulit hitam, berambut keriting warna

hitam dan diikat, menggunakan celana pendek dan baju kaos.

Saat pertama datang, pasien diantar oleh keluarganya ( Ayah pasien ) karena

Perubahan tingkah laku yang dialami pasien seperti pasien merasa gelisah di rumah,

berteriak-teriak dan suka menyanyi, sering-sering mandi, jalan sendiri keluar tanpa pamit

atau tidak memberitahukan ke orang rumah dan tanpa tujuan. Pasien juga mengeluh

pusing. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada pasien ini sudah mulai terjadi sekitar

bulan Agustus pada saat pasien masih berada di Serui. Pasien sebelumnya sudah pernah

dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura.

Pemeriksaan fisik, tanda tanda vital : TD : 110/80 mmHg, N : 84x/m, R : 17x/m, SB :

36,7 ºC. Pada pemeriksaan status interna tidak didapatkan kelainan, semua dalam batas

normal.Pada pemeriksaan refleks fisiologi dan refleks patologi semua dalam batas

normal.

Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan mood iritable, afek appropriate. Kesan adanya

halusinasi auditorik (+). Bentuk pikiran kesan autistik, isi pikiran adanya waham

kebesaran, arus pikiran terdapat flight of ideas. Daya konsentrasi dan kalkulasi pasien

kurang, pikiran abstrak pasien kurang. Tilikan 2.

V. Formulasi Diagnostik

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak keluarga

pasien, ditemukan adanya kejadian – kejadian yang mencetuskan perubahan pola perilaku

dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan

adanya gangguan kejiwaan. Dengan demikian dapat disimpulkan penderita mengalami

gangguan jiwa.

Dari riwayat psikiatrik, dan pemeriksaan status mental pasien yang terangkum dalam

ikhtisar penemuan bermakna diatas, tidak ditemukan tanda-tanda atau gejala gangguan

mental organik. Dengan demikian gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-

F09). Pasien ini juga tidak merokok dan minum-minuman beralkohol. Penderita juga

tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga kemungkinan gangguan mental

akibat zat psikoaktif (F10-F19) juga dapat disingkirkan.

Dari hasil heteroanamnesa dan hasil pemeriksaan status psikiatri, gejala dan tanda

yang dialami pasien serta onset dan perjalanan penyakit pada saat ini memenuhi kriteria

diagnostik F.25.0 Gangguan Skizoafektif tipe manik berdasarkan Pedoman

Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III).

VI. Daftar Masalah

1. Biologis/somatic

Tidak terdapat masalah medis umum

2. Psikologis

1. Kegelisahan yang memuncak ( jalan sendiri tanpa tujuan, berteriak-teriak,

menyanyi, sering-sering mandi, memarahi orang tanpa sebab ).

2. Mood iritable

3. Halusinasi auditorik

4. Bentuk pikiran autistik

5. Waham kebesaran

6. Flight of ideas

7. Tilikan 2

3. Sosial

Tidak terdapat masalah sosial

VII. Evaluasi Multiaksial

Aksis I : F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe manik

Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : Tidak ada

Aksis V : GAF 70-61 Beberapa gejala ringan menetap, disabilitas ringan dalam

fungsi, secara umum masih baik.

VIII. Diagnosa Banding

F.20.0 Skizofrenia Paranoid

IX. Prognosis

Ad Vitam :Dubia ad bonam

Ad Fungsionam :Dubia ad bonam

Ad Sanationam :Dubia ad bonam

X. Terapi

1. Perawatan di Rumah Sakit

2. Farmakoterapi

3. Terapi psikososial

XI. Diskusi / Pemahaman

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak

belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”)

yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,

fisik, dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari

pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul

(blunted).Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian.

Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas ( dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas ) :

a) - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda; atau

- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari

luar dirinya (withdrawal); dan

- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umum mengetahuinya;

b) - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap

suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan

tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

- “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yangbermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,

atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang

berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari

dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas

e)Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang

jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbula-bulan terus

menerus.

f)Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang

berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

g)Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu

(posturing), atau fleksibilitas cera, negativism, mutisme, dan stupor.

h)Gejala-gejala “negative”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan

diri dari pergaulan social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu

bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam suatu mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat

sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.

A. Diagnosis Kerja pada Tipe Skizofrenia menurut PPDGJ III

F.25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

Pedoman diagnostik

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal

maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe

manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu

menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,

gejala skizofrenia yang khas.

Dari hasil heteroanamnesa dan hasil pemeriksaan status psikiatri, gejala dan tanda

yang dialami pasien serta onset dan perjalanan penyakit pada saat ini memenuhi

kriteria diagnostik F.25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik berdasarkan Pedoman

Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III), dimana pada pasien

ini mengalami kegelisahan yang memuncak, berteriak-teriak, menyanyi, sering-sering

mandi, jalan sendiri tanpa tujuan, adanya halusinasi auditorik, arus pikiran flight of

ideas, dan afek yang meningkat.

B. Kriteria Diagnosis Banding Menurut PPDGJ III

F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Sebagai tambahan :

a. Halusinasi dan / atau waham harus menonjol

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien untuk member

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh;halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol

Waham dapat berupa hamper setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau

passivity (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam adalah yang paling khas.

b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol

Rencana terapi yang diberikan kepada pasien :

1. Perawatan di Rumah Sakit

Pada pasien ini dilakukan perawatan di Rumah Sakit ( rawat inap ). Indikasi utama

untuk perawatan di Rumah Sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan pasien karena sering jalan keluarh rumah tanpa pamit dan tanpa

tujuan, merasa gelisah, suka berteriak-teriak, menyanyi, sering-sering mandi,

memarahi orang tanpa sebab. Perawatan di Rumah Sakit ini menurunkan stress pada

pasien dan membantu pasien menyusun aktivitas harian pasien.

2. Perawatan antipsikotik, yaitu :

1. Triheksifenidil

2. Lodomer

3. Merlopam

3. Terapi psikososial

Terhadap penderita :

Memberikan edukasi terhadap penderita agar memahami gangguannya

lebih lanjut , cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul,

pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.

Dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, memberikan

dukungan kepada penderita agar penderita tidak merasa putus asa.

Terhadap keluarga :

Menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai sakit yang dialami

pasien dan pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan

menerima kondisi penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur

dan pentingnya peran keluarga dalam mendampingi pasien.

Farmakoterapi

1. Triheksifenidil

Indikasi

Parkinsonisme, gangguan ekstrapiramidal karena obat (kecuali tardive

dyskinesia).

Peringatan

Penyakit kardiovaskular, hati, atau ginjal, hindari pemutusan obat mendadak,

lansia.

Kontraindikasi

Retensi urin, glaucoma, dan obstruksi saluran cerna.

Efek samping

Mulut kering, gangguan saluran cerna, pusing, penglihatan kabur; lebih jarang:

retensi urin, takikardia, hipersensitivitas, gugup; dosis tinggi pada pasien yang

peka : bingung, eksitasi, gangguan jiwa.

Dosis

1 mg/hari, dinaikkan bertahap.Dosis pemeliharaan 5-15 mg/hari, terbagi dalam

3-4 kali pemberian.Lansia : dosis di batas bawah dari kisaran dosis.

Sediaan

Tablet: 2 mg, 5 mg.

2. Haloperidol (lodomer)

Indikasi

Psikosis

Kontraindikasi

Wanita hamil

Efek samping

Reaksi ekstrapiramidal, depresi, galaktore, hipotensi, dan leucopenia.

Dosis

Psikosis : 2 mg dalam 1-2 dosis terbagi pada hari pertama, kemudian 4 mg

dalam 1-2 dosis terbagi pada hari kedua. Dosis lazim 4-6 mg per hari. Dosis

diatas 10 mg per hari jika manfaatnya lebih besar daripada resikonya

Pada pasien ini pemberian Trihexylfenidil 3 x 1 mg selama di Rumah Sakit Jiwa Abepura

(maksimum 16 mg perhari). Lansia (atau gangguan fungsi hati atau ginjal)

dosis awal 500 mcg dua kali sehari dinaikkan bertahap sebesar 500 mcg hingga

mencapai 1-2 mg, dua kali sehari. Anak-anak dibawah 15 tahun tidak

direkomendasikan.

Mania : dosis awal 2 mg, satu kali sehari, naikan dosis jika perlu secara

bertahap sebanyak 1 mg perhari. Dosis lazim 1-6 mg per hari; lansia (atau pada

gangguan fungsi hati atau ginjal) dosis awal 50 mcg 2 kali sehari, naikkan

dosis bertahap sebesar 500 mcg dua kali sehaari hingga mencapai 1-2 mg dua

kali sehari.

Sediaan

Tablet 0,5mg dan 1,5mg. Selain itu juga tersedia dalam bentuk sirup

5mg/100ml dan ampul 5mg/ml.

3. Lorazepam (Merlopam)

Indikasi

Pengobatan jangka pendek gejala ansietas atau ansietas yang berhubungan

dengan gejala depresi.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap benzodiazepine

Efek samping

Sedasi diikuti pusing, lemah, lesu, disorientasi, depresi, mual, sakit kepala &

gangguan tidur, agitasi, gejala dermatologi, penglihatan kabur, penurunan TD.

Pada pasien ini pemberian Lodomer 3 x 1 mg selama di Rumah Sakit Jiwa Abepura

Dosis

Dosis lazim 2-6 mg/hari dalam dosis terbagi

Dosis bervariasi 1-10 mg

Ansietas awal 2-3 mg/hari terbagi dalam 2-3 dosis

Insomnia yang berhubungan dengan ansietas atau stress sementara 2-4 mg

dosis tunggal sebelum tidur

Usia lanjut & pasien kondisi lemah, awal 1-2 mg/hari dalam dosis terbagi

Insomnia karena ansietas atau stress ringan 1-2 mg dosis tunggal menjelang

tidur.

Sediaan

Tab 0,5-2 mg

Pada pasien ini pemberian Merlopam1 x 1 mg setiap malam selama di Rumah Sakit Jiwa Abepura

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI.Informatorium Obat Nasional Indonesia . 2008. Jakarta : Segung Seto.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Indonesia.Farmakologi dan

Terapi Edisi 5 . 2008. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Kaplan, H.I. Sadock, B.J. Sinopsis Psikiatri Klinis Edisi 2. 2010. Jakarta : EGC.

Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. 2003.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Maslim, R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. 2007. Jakarta :

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Merlopam. Info Obat. 2014. Diakses dari www.farmasi-id.com>merlopam pada tanggal 18

September 2015 jam 15.00 WIT.