44
STATUS PASIEN I. KETERANGAN UMUM Nama : Tn.MYI Kelamin : Laki-laki Umur : 47 tahun Alamat : Desa Rayeuk Paya Itek, Meurah Mulia Tempat Asal : - Pekerjaan : Petani Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam Bangsa : Indonesia Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2012 Jam 21.00 WIB Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2012 II. KELUHAN UTAMA Nyeri dan luka di kaki III. ANAMNESIS KHUSUS Riwayat Penyakit Sekarang 1

Laporan Kasus Dm Tipe 2 Gangren

  • Upload
    joandre

  • View
    1.072

  • Download
    60

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rey

Citation preview

STATUS PASIEN

I. KETERANGAN UMUM

Nama : Tn.MYI

Kelamin : Laki-laki

Umur : 47 tahun

Alamat : Desa Rayeuk Paya Itek, Meurah Mulia

Tempat Asal : -

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Tanggal Masuk RS : 18 Desember 2012 Jam 21.00 WIB

Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2012

II. KELUHAN UTAMA

Nyeri dan luka di kaki

III. ANAMNESIS KHUSUS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya yang di

alaminya ± 1 minggu ini. Luka yang dialaminya di akibatkan oleh gesekan sepatu

boat. Semula luka yang dialaminya kecil dan semakin hari semakin membesar.

Pasien juga mengeluh luka tersebut berwarna kehitaman dan menjalar ke bagian

atas. Pasien mengeluh nyeri pada luka yang dialaminya tersebut seperti perasaan

terbakar/panas. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK di malam hari,

1

banyak makan, banyak minum dan terjadi penurunan berat badan yang dulunya 58

kg menjadi 46 kg. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas dan matanya menjadi

kabur semenjak terkena DM. Pasien mengeluh tidak BAB selama 1 hari dan BAK

diakui pasien berwarna kuning jernih.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat diabetes melitus dan artritis reumatoid ± 4 tahun

yang lalu.

Riwayat Penggunaan Obat

Pasien sebelumnya menggunakan glibenklamid dan vitamin (rodex).

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama.

IV. ANAMNESIS KELUHAN TAMBAHAN

A. Keadaan Umum

Panas badan : (-)

Kapan mulai timbul : (-)

Tipe : (-)

Nafsu makan : baik

Udema : (+) pada dorsum pedis

Ikterus : (-)

Haus : (+)

Berat Badan : 46 kg

B. Keluhan Organ di Kepala

Mata : (+) penglihatan kabur

2

Hidung : (-)

Lidah : (-)

Gangguan menelan : (-)

Sakit kepala : (-)

Telinga : (-)

Mulut : (-)

Gigi : (-)

Suara : (-)

C. Keluhan Organ di Leher

Kaku kuduk : (-)

Pembesaran kelenjar : (-)

D. Keluhan Organ di Thoraks

Sesak napas : (-)

Sakit dada : (-)

Batuk : (-)

Kapan : (-)

Dahak : (-)

Darah : (-)

Jantung berdebar : (-)

Napas berbunyi : (-)

E. Keluhan Organ di Perut

Nyeri - Lokalisasi : (-)

-Sifat Nyeri : (-)

3

-Penjalaran : (-)

Nyeri tekan : (-)

Nyeri berhubungan dengan makanan: (-)

Nyeri berhubungan dengan BAB : (-)

Nyeri berhubungan dengan miksi : (-)

Nyeri berhubungan dengan haid : (-)

Perasaan tumor di perut : (-)

Muntah-muntah : (-)

Diare : (-)

Perubahan dalam haid : (-)

Obstipasi : (+)

Perubahan bentuk tinja : (-)

Perubahan air seni :(-) sering dan banyak terutama

malam hari

F. Keluhan Organ di Tangan dan Kaki

Keluhan rasa kaku : (-)

Artrosis : (-)

Fraktur : (-)

Nyeri tekan : (-)

Luka/bekas luka : (+)

Udema pretibial : (+)

Rasa lemas : (+)

Parese/paraparese : (-)

4

Jalan : (-)

Perasaan kesemutan: (+)

Udema dorsum pedis : (+) dextra dan sinistra

G. Keluhan Lainnya

Keluhan alat motoris : (+) keterbatasan dalam berjalan

Keluhan kelenjar endokrin :

-Haid : (-)

-Diabetes mellitus : (+)

-Tiroid : (-)

Keluhan kelenjar limfe : (-)

5

STATUS PRESENT

1. KESAN UMUM

A. Keadaan Umum

Kesan sakit : (+)

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi badan :170 cm

Berat Badan : 46 kg

Gizi : IMT : 15,91 kg/m2, Berat badan kurang

(<18,5)

Lain-lain : (-)

B. Keadaan Sirkulasi

Tekanan darah :110/60 mmHg

Nadi : 84x/menit

- Tipe :

- Isi : penuh

- Irama : reguler

Suhu : 37,40C

C. Keadaan pernapasan

Frekuensi : 20x/menit

Corak pernapasan : pernapasan dada, pernapasan normal.

Bau napas (foetor) : (-)

6

2. PEMERIKSAAN KHUSUS

A. KEPALA

1. Tengkorak : dalam batas normal

2. Muka : (-)

3. Mata : dbn

Letak : orthoporia (cahaya tepat jatuh di atas kornea)

Palpebra : dbn

Kornea : jernih

Pupil : isokor (+/+)

Sclera : ikterik (-/-)

Konjungtiva : anemis (-/-)

Pergerakan : dbn

Reaksi cahaya : (+)

Refleks kornea: (+/+)

Reaksi konvergens: dbn

Lain-lain

4. Telinga :dbn

5. Hidung : Pernapasan Cuping Hidung (-)

6. Bibir : Sianosis : (-) Kering: (-) Lain: (-)

7. Gigi dan gusi : caries gigi (+)

8. Lidah :

- Pergerakan : dbn

- Permukaan : kasar (+), papil lidah (+)

7

-Tremor : (-)

-Lain-lain : (-)

9. Rongga mulut : dbn

10. Rongga leher :

Faring : dbn

Tonsil : dbn

11. Kelenjar parotis : tidak terdapat pembengkakan kelenjar

parotis

B. LEHER

-Inspeksi : Kelenjar tiroid : dbn

Pembesaran vena : (-)

: Pulsasi vena : (-)

: Refluks hepatojugular : (-)

-Palpasi : Kaku kuduk : (-)

Kelenjar tiroid : pembesaran (-), mobile saat menelan

Kelenjar getah bening : pembengkakan (-)

C. KETIAK : tidak terdapat pembengkakan kelenjar limfe axilla

D. THORAKS

1. Thoraks Depan

Inspeksi

Bentuk umum : normal, simetris fusiformis

Sudut epigastrium : tidak tumpul

Sela iga : melebar

8

Pergerakan : simetris

Skeletal : dbn

Kulit : (-)

Ictus cordis : ICS V 2 jari medial linea midclavicula

sinistra

Tumor : (-)

Pembesaran vena : (-)

Palpasi

Kulit : dbn

Muskulus : dbn

Vocal fremitus : simetris kiri dan kanan

Mammae : dbn, ginekomastia (-)

Ictus cordis :- Lokalisasi : ICS V 2 jari medial linea

midclavicula sinistra

- Pelebaran : (-)

- Irama : teratur

- Thrill : (-)

Perkusi

Paru : Kanan : sonor

Kiri : sonor

Batas Paru Hati: ICS VI linea midclavicula dextra

Peranjakan : 2 jari di bawah batas paru hati

Cor : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra

9

: Batas kanan : linea midsternal dextra

: Batas kiri : 2 jari medial linea midklavicula

sinistra

Auskultasi

Paru : Suara pernapasan : vesikular (+/+)

Suara tambahan : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Cor : Bunyi jantung: M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2

Murmur : (-)

2. Thoraks Belakang

Inspeksi : Bentuk : simetris.

: Pergerakan : dbn

Palpasi : Vocal Fremitus: simetris kiri dan kanan.

Perkusi : Batas bawah paru kanan: 2 jari di atas vertebra

thorakalis 10.

Batas bawah paru kiri: setinggi vertebra thorakalis

10.

E. ABDOMEN

Inspeksi

Bentuk : simetris

Kulit : (-)

Pergerakan saat bernapas : (-)

Lain-lain

10

Palpasi

Dinding perut : (+) soepel

Nyeri tekan : (-)

Nyeri lokal : (-)

Hepar

Pembesaran : (-)

Tepi : (-)

Permukaan : (-)

Konsistensi : (-)

Nyeri tekan : (-)

Lain-lain :

Lien

Pembesaran : (-)

Incisura : tidak teraba

Permukaan : tidak teraba

Ruang Traube : tidak teraba

Nyeri Tekan : (-)

Lain-lain : (-)

Ginjal

Pembesaran : (-)

Nyeri tekan : (-)

Lain-lain : (-)

Perkusi

11

Asites : Batas kiri : (-)

Batas kanan: (-)

Pekak Pindah : (-)

Nyeri ketok CVA : Kiri : (-) Kanan : (-)

Auskultasi

Bising usus : (-)

Bruit : (-)

F. LIPAT PAHA

- Pembesaran kelenjar : (-)

- Tumor : (-)

- Pulsasi a.femoralis : tidak dilakukan pemeriksaan

G. KAKI DAN TANGAN

Inspeksi

- Bentuk : dbn

- Kulit : dbn

- Pergerakan : terbatas

- Palmar eritem : (-)

- Clubbing finger : (-)

- Edema : (+) et regio dorsum pedis dextra sinistra

Palpasi

- Kulit : dbn

- Lain-lain : (-)

H. SENDI

12

Inspeksi

- Kelainan bentuk : (-)

- Tanda radang : (-)

- Pergerakan : terbatas

I. NEUROLOGIS

Refleks fisiologis : ABR: Kiri : TDP Kanan :TDP

KPR : Kiri : (-) Kanan : (-)

Refleks Patologis : TDP

Rangsangan meningeal : TDP

Lain-lain : (-)

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DARAH

Hb : 12,8 gr%

Leukosit : 21,3x103/mm3

Eritrosit : x106/mm3

Hematokrit : %

MCV : fl

MCH : pg

MCHC : g%

RDW : %

Trombosit : x103/mm3

Golongan darah :

Glukosa sewaktu : 690 mg/dl

13

URIN

KESIMPULAN

KETERANGAN UMUM

Nama : Tn.MYI

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 47 tahun

Alamat : Ds.Rayeuk Paya Itek, Meurah Mulia

Pekerjaan : Petani

Masuk Tanggal: 18 Desember 2012

KELUHAN UTAMA

Nyeri dan luka di kaki.

ANAMNESIS KHUSUS

Pasien datang dengan keluhan nyeri dan luka di kaki kanannya yang di

alaminya ± 1 minggu ini. Luka yang dialaminya di akibatkan oleh gesekan sepatu

boat. Semula luka yang dialaminya kecil dan semakin hari semakin membesar.

Pasien juga mengeluh luka tersebut berwarna kehitaman dan menjalar ke bagian

atas. Pasien mengeluh nyeri pada luka yang dialaminya tersebut seperti perasaan

terbakar/panas. Selain itu pasien juga mengeluh sering BAK di malam hari,

banyak makan, banyak minum dan terjadi penurunan berat badan yang dulunya 58

kg menjadi 46 kg. Pasien mengeluh kakinya kebas-kebas dan matanya menjadi

kabur semenjak terkena DM. Pasien mengeluh tidak BAB selama 1 hari dan BAK

diakui pasien berwarna kuning jernih. Pasien memiliki riwayat diabetes melitus

14

dan artritis reumatoid ± 4 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya menggunakan

glibenklamid dan vitamin (rodex).

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Kesan sakit (+)

Kesadaran: Compos Mentis

Berat badan kurang (IMT < 18,5)

Kepala : Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)

Leher : tidak terdapat pembengkakan KGB leher

Thoraks : Inspeksi: simetris

Palpasi : stem fremitus simetris kiri kanan

Perkusi : paru : suara sonor, batas paru hati normal.

Auskultasi : suara napas vesikular (+/+), suara tambahan

(-), bunyi jantung M1>M2, A2>A1, P2>P1, A2>P2

Abdomen : Bentuk simetris, soepel.

Ekstremitas/Genu : edema et regio dorsum pedis sinistra dextra.

LABORATORIUM

1. Pemeriksaan urin darah rutin

2. Glukosa sewaktu

DIAGNOSIS KERJA

Diabetes mellitus tipe II + gangren diabetikum et regio pedis dextra

PENGOBATAN

Diet hati

IVFD NaCl 10 gtt/i

15

Cefotaxim 1gr/12 jam

Ranitidin 1 amp/8 jam

Ondansetron 1 amp/8 jam

Kalnex 1 amp/8 jam

Vitamin K 1 amp/ hari

Spironolakton 2x1

PROGNOSIS

Prognosis penyakit ini buruk, hanya 10-20 % yang sembuh sempurna. Biasanya

ketahanan hidup pasien dengan karsinoma hepatoseluler hanya 1 hari sampai 1

tahun.

16

17

LEMBAR FOLLOW UP PASIEN

Rabu, 19 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 78x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,20C

Terapi:

Kamis, 20 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- batuk

18

Vital Sign:

TD : 130/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,40C

Terapi:

Jumat, 21 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- batuk

Vital Sign :

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,80C

Terapi:

Sabtu, 22 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

19

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 370C

Terapi:

Minggu, 23 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- Edema dorsum pedis dextra (+),

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 24x/menit

T : 37,00C

Terapi:

20

Senin, 24 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- sering buang air kecil, terutama malam hari,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 36,50C

Terapi:

Selasa, 25 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign :

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,00C

Terapi

21

Rabu, 26 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

Vital Sign :

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 74x/menit

RR : 20x/menit

T : 370C

Terapi

Kamis, 27 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- badan berkeringat

Vital Sign :

TD : 120/60 mmHg

Nadi : 78x/menit

RR : 24x/menit

T : 37,30C

Terapi

22

Jumat, 28 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- demam dan berkeringat

- BAB keras

Vital Sign :

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 24x/menit

T : 38,00C

Terapi

Sabtu, 29 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- demam dan berkeringat

Vital Sign :

TD : 110/60 mmHg

Nadi : 78x/menit

RR : 20x/menit

23

T : 37,80C

Terapi

Minggu, 30 Desember 2012

Keluhan Tambahan :

- Pasien mengeluh nyeri pada luka di kaki kanannya,

- tungkai bawah seperti kesemutan

- penglihatan kabur

- demam dan berkeringat

Vital Sign :

TD : 90/60 mmHg

Nadi : 84x/menit

RR : 20x/menit

T : 37,80C

Terapi

24

KARSINOMA HEPATOSELULER

1. PENDAHULUAN

Karsinoma hepatoseluler (hepatocellular carcinoma = HCC) merupakan

tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan

karsinoma fibrolamelar dan hepatoblastoma. Tumor ganas hati lainnya,

kolangiokarsinoma (Cholangiocarcinoma = CC) dan sistoadenokarsinoma berasal

dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarkoma dan leiomiosarkoma berasal dari sel

mesenkim. Dari seluruh tunor ganas hati yang pernah didiagnosis, 85%

merupakan HCC, 10% CC, 5% jenis lainnya.

2. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta

menempati peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan

sebagai kanker tersering di dunia, dan urutan ketiga dari kanker sistem saluran

cernasetelah kanker kolorektal dan kanker lambung. Tingkat kematiannya sangat

tinggi, berada di urutan kedua setelah kanker pankreas. Secara geografis, di dunia

terdapat tiga kelompok wilayah tingkat kekerapan HCC, yaitu tingkat kekerapan

25

rendah (kurang dari tiga kasus), menengah (tiga hingga sepuluh kasus) dan tinggi

(lebih dari sepuluh kasus per 100.000 penduduk. Tingkat kekerapan tertinggi

tercatat di Asia Timur dan Tenggara serta Afrika Tengah. Sedangkan tingkat

kekerapan rendah di Eropa Utara, Amerika Tengah, Australia, dan Selandia Baru.

HCC jarang ditemukan pada usia muda, kecuali di wilayah endemik

infeksi HBV serta banyak terjadi transmisi HBV perinatal. Pada semua populasi,

kasus HCC laki-laki jauh lebih banyak (2-4 kali lipat) daripada kasus HCC

perempuan, dapat sampai 8:1. Di Indonesia HCC ditemukan tersering pada

median umur antara 50-60 tahun dengan predominasi pada laki-laki. Rasio antara

kasus laki-laki dan perempuan berkisar antara 2-6:1.Faktor resiko timbulnya HCC

ini antara lain infeksi virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), sirosis

hati, aflatoksin, obesitas, diabetes mellitus dan alkohol.

3. PATOLOGI

Secara mikroskopis biasanya tumor berwarna putih, padat, kadang

nekrotik kehijauan atau hemoragik. Seringkali ditemukan trombus tumor di dalam

vena hepatika atau portaintrahepatik. Pembagian atas tipe morfologinya adalah

tipe ekspansif dengan batas jelas, tipe infiltrat, menyebar, menjalar, dan tipe

multifokal. Menurut WHO secara histologik HCC dapat diklasifikasikan

berdasarkan organisasi struktur sel tumor yaitu trabekular (sinusoidal),

pseudoglandular (asiner), kompak (padat), dan sirous.

26

4. PATOGENESIS MOLEKULER

Mekanisme karsinogenesis HCC belum sepenuhnya diketahui. Apapun

agen penyebabnya, transformasi maligna hepatosit, dapat terjadi melalui

peningkatan perputaran (turnover) sel hati yang diinduksi oleh cedera dan

regenerasi kronik dalam bentuk inflamasi dan kerusakan oksidatif DNA. Hal ini

dapat menimbulkan perubahan genetikseperti perubahan kromosom , aktivasi

27

onkogen seluler atau inaktivasi gen supresor tumor, yang mungkin bersama

dengan kurang baiknya penanganan DNA mismatch, aktivasi telomerase, serta

induksi faktor-faktor pertumbuhan dan angiogenik.

5. PENYEBARAN

Metastasis intrahepatik dapat melaui pembuluh darah, saluran limfe, atau

infiltrasi langsung. Metastasis ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatika, vena

porta, atau vena kava. Dapat terjadi metastasis pada varises esofagus dan di paru.

Metastasis sistemik seperti ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang

terjadi dan dapat juga sampai ke mediastinum. Bila sampai di peritoneum, dapat

menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal.

6. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis HCC sangat bervariasi, dari yang asimtomatik sampai

yang jelas tanda dan gejalanya dan disertai gagal hati. Gejala yang paling sering

dikeluhkan adalah nyeri atai perasaan tidak nyaman pada kuadran kanan atas

abdomen. Pasien sirosis hati yang makin memburuk kondisinya, disertai keluhan

nyeri di kuadran kanan atas atau teraba pembengkakan lokal di hepar perlu

dicurigai HCC. Demikian pula bila tiodak terjadi perbaikan pada asites,

perdarahan varises atau pre koma setelah diberikan terapi adekuat atau pasien

penyakit hati kronik dengan HbsAg atau anti HCV yang mengalami perburukan

kondisi secara mendadak. Juga harus diwaspadai bila ada keluhan rasa penuh di

abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat badan dengan atau tanpa demam.

28

Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung, konstipasi atau

diare. Sesak napas dapat terjadi akibat besarnya tumor yang menekan diafragma,

atau karena sudah ada metastasis ke paru-paru. Sebagian besar penderita

HCCsudah menderita sirosis hati, baik yang masih dalam stadium kompensasi

maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda gagal hati seperti malaise,

anoreksia, penurunan berat badan dan ikterus.

Temuan fisik yang sering adalah hepatomegali dengan atau tanpa bruit

hepatik, splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Sebagian dari pasien

yang dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan varises varises esofagus atau

peritonitis bakterial spontan (SBP) ternyata sudah menderita HCC.

7. PEMERIKSAAN PENYARING

Pemeriksaan laboratorium urin darah rutin, pemeriksaan fungsi hati kadar

bilirubin (total dan direct), SGOT dan SGPT, albumin dan globulin.

Kenaikan alkali fosfatase dan γ GT pada tes faal hati

USG abdomen.

CT Scan abdomen.

Penanda tumor (tumor marker) seperti Alfa-fetoprotein (AFP), des gamma

carboxy prothrombin (DCP), atau PIVKA-2.

Petanda virus hepatitis B dan C.

Aspirasi jarum halus atau biopsi hati jarum besar (Menghini).

Angiografi dengan lipiodal bila gambaran USG meragukan dan nilai AFP

tidak meningkat.

8. DIAGNOSIS

29

Untuk tumor dengan diameter lebih dari 2 cm, adanya penyakit hati

kronik, hipervaskularisasi arterialdari nodul (dengan CT atau MRI) serta kadar

AFP serum ≥400 ng/mL.

Kriteria diagnostik HCC menurut Barcelona EASL Conference:

Kriteria sito histologis

Kriteria non invasif (khusus untuk pasien sirosis hati):

Kriteria radiologis : koinsidensi 2 cara imaging (USG/CT

–spiral/MRI/angiografi)

- Lesi fokal > 2 cm dengan hipervaskularisasi arterial

Kriteria kombinasi : satu caraimaging dengan kadar AFP serum:

- Lesi fokal >2 cm dengan hipervaskularisasi arterial

- Kadar AFP serum ≥ 400 ng/ml.

9. TERAPI

Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada tidaknya sirosis, jumlah dan

ukuran tumor, serta derajat perburukan hepatik. Untuk menilai status klinis,

sistem skor Child Pugh menunjukkan estimasi yang akurat mengenai kesintasan

pasien.

Reseksi Hepatik

Pada pasien kelompok non sirosis yang biasanya mempunyai fungsi

normal pilihan utama terapi adalah reseksi hepatik. Namun untuk pasien sirosis

diperlukan kriteria seleksi karena operasi dapat memicu timbulnya gagal hati yang

menurunkan angka harapan hidup. Parameter yang digunakan untuk seleksi

adalah skor Child-Pugh dan derajat hipertensi portal atau kadar bilirubin

30

serumdan derajat hipertensi portal saja subjek dengan bilirubin normal tanpa

hipertensi portal yang bermakna, harapan hidup 5 tahunnya dapat mencapai 70%.

Kontraindikasi tindakan ini adalah adanya metastasis ekstrahepatik , HCC difus

atau multifokal, sirosis stadium lanjut dan penyakit penyerta yang dapat

mempengaruhi ketahanan pasien menjalani operasi.

Transplantasi Hati

Bagi pasien HCC dan sirosis hati, transplantasi hati memberikan

kemungkinan untuk menyingkirkan tumor dan menggantikan parenkim hati yang

mengalami disfungsi. Dilaporkan kesintasan 3 tahun mencapai 80%, bahkan

dengan obat antiviral seperti lamivudin, ribavirin, dan interferon dapat dicapai

kesintasan 5 tahun sebesar 92%. Kematian pasca transplantasi tersering

disebabkan oleh rekurensi tumor di dalam maupun di luar transplan. Rekurensi

tumor bahkan mungkin diperkuat oleh obatantirejeksi yang harus diberikan.

Tumor yang berdiameter kurang dari 3 cm lebih jarang kambuh dibandingkan

dengan tumor yang diameternya lebih dari 5 cm.

Ablasi Tumor Perkutan

Destruksi sel neoplastik dapat dicapai dengan bahan kimia (alkohol,asam

asetat) atau dengan memodifikasi suhunya (radiofrequency, microwave, laser dan

cryoablation). Injeksi etanol perkutan (PEI) merupakan teknik terpilih untuk

tumor kecil karena efikasinya tinggi, efek sampingnya rendah serta relatif murah.

Untuk tumor kecil (diameter < 5cm) pada pasien sirosis Child Pugh A, kesintasan

5 tahun dapat mencapai 50%. PEI bermanfaat untuk pasien dengan tumor kecil

namun resektabilitasnya terbatas karena adanya sirosis hati non-Child A.

31

Radiofrequency ablation (RFA) menunjukkan angka keberhasilan yang

lebih tinggi dari pada PEI dan efikasinya tertinggi untuk tumor yang lebih besar

dari 3 cm, namun tetap tidak berpengaruh terhadap harapan hidup pasien. Selain

itu, RFA lebih mahal dan efek sampingnya lebih banyak dibandingkan dengan

PEI.

Terapi Paliatif

Sebagian besar pasien HCC didiagnosis pada stadium menengah lanjut

(intermedoate-advance stage) yang tidak ada terapi standarnya. Berdasarkan meta

analisis, pada stadium ini hanya TAE/TACE (transarterial embolization/chemo

embolization) saja yang menunjukkan penurunan pertumbuhan tumor serta dapat

meningkatkan harapan hidup pasien dengan HCC yang tidak resectable. TACE

dengan frekuensi 3-4 kali setahun dianjurkan pada pasien yang fungsi hatinya

cukup baik (Child Pugh A) serta tumor multinodular asimtomatik tanpa invasi

vaskular atau penyebaran ekstrahepatik yang tidak dapat diterapi secara radikal.

Sebaliknya bagi pasien dalam keadaan gagal hari (Child Pugh B-C), serangan

iskemik akibat terapi ini dapat mengakibatkan efek samping yang berat.

Adapun beberapa jenis terapi lain untuk HCC yang resectable seperti

imunoterapi dengan interferon, antiestrogen, antiandrogen, octreotide, radiasi

internal, kemoterapi arterial atau sistemik masih memerlukan penelitian lebih

lanjut untuk mendapatkan penilaian yang meyakinkan.

Tabel Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan

Fungsi Hati

Derajat Minimal Sedang Berat

32

kerusakan

Bil.serum

(mu.mol/dl

<35 35-50 >50

Alb.serum (gr/dl) >35 30-35 <30

Asites Nihil mudah dikontrol Sukar

PSE/Ensefalopati Nihil Minimal berat/koma

Nutrisi Sempurna baik kurang/kurus

Grade (CHILD) Nilai Prognosis

A 5-6 10-15%

B 7-9 30%

C 10-15 >60%

10. PROGNOSIS

Sebagian besar kasus HCC berprognosis buruk karena tumor yang besar atau

ganda dan penyakit hati yang lanjut serta ketiadaan atau ketidakmampuan

penerapan terapi yang berpotensi kuratif (reseksi, transplantasi dan PEI). Stadium

tumor, kondisi umum, fungsi hati dan intervensi spesifik mempengaruhi prognosis

pasien HCC. Pada kelompok kasus aterseleksi cangkok hai menghasilkan

kesintasan lebih baik daripada reseksi hepatik maupun PEI.

33