Laporan Kasus Chf Dcm

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    1/14

    1

    LAPORAN KASUS

    LAKI-LAKI 46 TAHUN dengan GAGAL JANTUNG KONGESTIF YANG

    DISEBABKAN OLEH KARDIOMIOPATI DILATASI

    A.  IDENTITAS PASIEN

       Nama : Tn. ST

      Umur : 47 Tahun

      Jenis kelamin : Laki-laki

      Tanggal masuk: 2 Juni 2014

    B.  ANAMNESIS 

      Keluhan Utama : Sesak napas

      Riwayat penyakit sekarang : 

    Sesak napas dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan memberta dalam 2 minggu

    sebelum masuk rumah sakit. DOE (+) PND (+) orthopnea (+). Batuk dialami sejak

    1 tahun terakhir dan memberat dalam 2 minggu terakhir. Batuk berlendir berwarna

     putih tidak ada darah. Nyeri dada (-), riwayat nyeri dada sebelumnya disangkal.

    Tidak ada keringat malam. Mual (+) muntah (-). Riwayat hipertensi dan DM

    disangkal. Riwayat berobat paru-paru selama 6 bulan (+) pada tahun 2009 dan

    dinyatakan sembuh. Riwayat berobat jantung sebelumnya disangkal. Riwayat

    dirawat di infeksi center RSWS 2 minggu yang lalu. Riwayat penurunan berat

     badan 20 kg dalam 6 bulan terakhir. Riwayat merokok disangkal.

    C.  FAKTOR RISIKO

    a. 

    Tidak dapat dimodifikasi: laki-laki, usia

     b. 

    Dapat dimodifikasi: -

    D.  PEMERIKSAAN FISIK  

    1.  Keadaan umum : Sakit berat/ gizi cukup/ composmentis

    2.  Tanda vital

      Tekanan darah : 130/80mmHg

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    2/14

    2

       Nadi : 100 x/menit, reguler

      Pernapasan : 28 x/menit

      Suhu : 36,7C (aksilla)

    3.  Kepala

      Mata : Anemis (-), ikterus (-)

      Bibir : Sianosis (-)

      Leher : Limfadenopati (-), DVS R+3 cmH2O

    4.  Dada

      Inspeksi : Simetris kiri=kanan, normochest

      Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-) vokal fremitus

    kiri=kanan

      Perkusi : Sonor

      Auskultasi : BP: Vesikuler; BT: Ronkhi+/+ mediobasal paru kiri dan

    kanan, Wheezing -/-

    5.  Jantung

      Inspeksi : Ictus cordis tampak

      Palpasi : Ictus cordis teraba

      Perkusi : Pekak

      Batas kanan : Linea parasternalis kanan

      Batas kiri : linea medioklavikularis kiri

      Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni, reguler, bising sistolik (+) di apex

    grade 3/6 dan pada ICS IV LLSB grade 3/6

    6. 

    Abdomen

      Inspeksi : cembung, ikut gerak nafas

      Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

      Palpasi : Hepar teraba 3 jari b.a.c , lien tidak teraba

      Perkusi : Timpani (+), ascites (+)

    7.  Ekstremitas : Edema: dorsum pedis +/+

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    3/14

    3

    E.  PEMERIKSAAN EKG 

    Data EKG saat masuk :

    -  Irama : Sinus ritme

    - Heart rate : 100 x / menit

    -  Axis : Normoaxis

    -  Gelombang P : 0.08 detik

    -  Interval PR : 0.20 detik

    -  QRS komplex : 0,06 detik

    -  Segmen ST : depresi segmen ST di lead II, II, aVF

    -  T wave : Normal

    - Poor r wave progression di v1-v3

    Kesan: Sinus ritme dengan poor r wave progression v1-v3 , iskemik inferior

    F.  PEMERIKSAAN LABORATORIUM 

    Pemeriksaan lab tanggal 2-6-2014

    •  WBC : 9,01 x 103 /uL  PT : 17,1

    •  HB : 14,9mg/dl INR : 1,40

    •  HCT : 46% APTT : 36,0

    •  PLT : 187 x 103 /uL GDS : 116mg/dl 

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    4/14

    4

    •  RBC : 4,92 x 106 /uL HBs Ag : non reaktif

    •  Ur : 27 mg/dl Anti HCV : non reaktif

    •  Cr : 0,97 mg/dl

    • 

    SGOT : 37 mg/dl

    •  SGPT : 20 mg/dl

    G.  PEMERIKSAAN RADIOLOGI 

    Pemeriksaan foto thorax :

    -  Bercak-bercak berawan dan garis fibrosis pada lapangan atas kedua paru

    -  Cor membesar ke kanan dank e kiri dengan CTI 0,75, aorta elongasi

    -  Kedua sinus da diafragma baik

    -  Tulang-tulang intak

    Kesimpulan :

    -  TB paru lama

    -  Kardiomegali dengan dilatasi aorta

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    5/14

    5

    Pemeriksaan MSCT :

    Kesan : - TB paru duplex dan atelektasis paru kanan

    - Efusi pericard

    - cardiomegali dan dilatasi aorta

    Pemeriksaan USG abdomen :

    Kesan : - kongestif liver dengan slight hepatomegaly

    - ascites

    H.  PEMERIKSAAN ECHOCARDIOGRAPHY 

    - Disfungsi sitolik dan diastolic LV, EF 19%

    -  Dilatasi semua ruangan jantung

    -  LVH

    -  Global hipokinetik

    -  Disfungsi sistolik RV

    -  MR severe, AR mild

    -  TR severe, PH moderate, PR moderate

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    6/14

    6

    I.  DIAGNOSIS 

      Gagal jantung kongestif e.c kardiomiopati dilatasi 

      CAP DD susp TB paru relaps

    J.  PENGOBATAN

      O2 2-4 ltr/min/NK

      IVFD NaCl 0,9% 500 cc dalam 24 jam

      Restriksi cairan

      Ceftriaxone 2 gr/24 jam/intravena

      Furosemide 200 mg/24jam/sp

     

    Spironolakton 50 mg 1-0-0

      Digoksin 0,25 mg 1x1

      Micardis 80 mg 0-0-1

      Balance cairan

    K.  Plan

    •  Cek Sputum BTA

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    7/14

    7

    DISKUSI & PEMBAHASAN

    A.  PENDAHULUAN

    Secara normal, jantung menerima darah dari seluruh tubuh kemudian

    memompakannya kembali ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh

     pada setiap saat, baik saat beristirahat maupun saat bekerja. Gagal jantung adalah suatu

    keadaan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk

    memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Banyak faktor yang menjadi penyebab

    terjadinya gagal jantung, baik penyebab dari jantung itu sendiri maupun penyebab lain di

    luar jantung misalnya hipertiroidisme, perdarahan masif, dan lainnya. Penyebab dari

     jantung itu sendiri misalnya akibat infark miokard, hipertensi, penyakit katup, penyakit

     jantung kongenital dan kardiomiopati.

    B.  DEFINISI DAN KLASIFIKASI

    Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah

     jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Oleh karena itu terjadi suatu

    mekanisme kompensasi tubuh yakni suatu perubahan neurohormonal, dilatasi ventrikel

    dan mekanisme Frank Starling. Hal ini mengakibatkan terjadinya suatu gagal jantung

    kongestif.

    Klasifikasi gagal jantung dibagi menjadi :

    1. 

    Gagal jantung backward dan gagal jantung forward

    Gagal jantung backward terjadi apabila ventrikel gagal untuk memompakan darah,

    maka darah akan terbendung dan tekanan di atrium dan vena-vena di belakangnya

    akan meningkat akan mengakibatkan manifestasi gagal jantung yang timbul akibat

     berkurangnya aliran darah ke sistem atrial, sehingga terjadi pengurangan perfusi

     pada organ.

    Gagal jantung forward terjadi ketika jalur yang akan di pompa terganggu misalnya

     pada jantung kanan, yang akan memompakan darah ke paru-paru, jika darah yang

    akan di pompa ke paru terganggu misalnya akibat adanya emboli paru. Pada

     jantung kiri, misalnya akibat adanya hipertensi.

    2. 

    Gagal jantung sistolik dan gagal jantung diastolik

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    8/14

    8

    Kedua jenis gagal jantung ini biasa dibedakandengan pemeriksaan echocardiografi.

    Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung untuk memompa

    sehingga curah jantung menurun.

    Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian

    ventrikel. Gagal jantung diastolik didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi

    ejeksi lebih dari 50%.

    3.  Gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan

    4.  Pembagian gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)

    Kelas 1 : Aktifitas sehari hari tidak terganggu. Sesak timbul jika melakukan

    kegiatan fisik yang berat

    Kelas 2 : Aktivitas fisik sehari-hari sedikit terganggu

    Kelas 3 : Aktifitas sehari-hari sangat terganggu. Merasa nyaman pada waktu

    istirahat

    Kelas 4 : Walaupun istirahat tetap sesak

    C.  TANDA DAN GEJALA

    Adanya gagal jantung dapat memberikan manifestasi gejala yaitu adanya sesak saat

     beraktifitas, sesak saat berbaring, paroxysmal nocturnl dyspnea.

    Sedangkan pada pemeriksaan dapat ditemukan adanya peningkatan vena juguler,

    udema perifer, irama gallop, dan hepatomegali.

    Menurut criteria Framingham gambaran klinis dapat pula dipakai untuk diagnosis

    gagal jantung yaitu :

    Kriteria mayor : paroxysmal nocturnal dyspnea, rhonki basah pada basal paru,

    kardiomegali, udema paru akut, gallop S3, peninggian tekanan vena jugularis dan reflus

    hepatojugular.Kriteria minor : edema extremitas, batuk pada malam hari, dyspnea d’effort, hepatomegali,

    efusi pleura, takikardi > 120x/menit.

    Diagnosis gagal jantung ditegakkan jika ditemukan minimal 2 kriteria mayor atau

    ditemukan 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

    D.  PENANGANAN

    Pada umumnya semua penderita gagal jantung dianjurkan untuk membatasi

    aktifitas dan cairan sesuai dengan beratnya keluhan. Pemberian obat-obatan untuk

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    9/14

    9

     penanganan gagal jantung bertujuan untuk mengurangi beban jantung dan memperkuat

    kontraktilitas misalnya diuretika, nitrat, penghambat ACE, digitalis, dopamine maupun

    dobutamin. 

    KARDIOMIOPATI DILATASI

    DEFINISI

    Kardiomipati adalah suatu jenis penyakit jantung yang berupa keabnormalan struktur

    dari miokardium. Kardiomiopati selalu mengenai kedua bagian jantung baik atrium maupun

    ventrikel. Pada kardiomiopati terjadi pembesaran pada seluruh ruangan jantung termasuk pada

    ventrikel sehingga kemampuan ventrikel untuk memompa darah menjadi berkurang yang pada

    akhirnya mengakibatkan terjadinya suatu gagal jantung, meskipun pada awalnya untuk

    mengkompensasi hal tersebut, otot-otot jantung meregang agar dapat memompa darah lebih

     banyak, hal ini dapat membantu memperkuat kontraksi untuk sementara, namun seiring

    dengan berjalannya waktu, otot jantung melemah danterjadi pengurangan jumlah darah yg

    dipompakan, sehingga ginjal merespon dengan menahan cairan dan sodium, jika cairan

     bertumumpuk pada tungkai maka akan terjadi udema yang merupakanejala gagal jantung.

    Penyebab dari kardiomiopati masih belum diketahui dengan jelas, banyak hal yg dapat

    menyebabkan terjadinya kardiomiopati akan tetapi pada banyak kasus, disebabkan oleh

    infeksi virus. Kardiomiopati dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu kardiomiopati dilatasi,

    kardiomiopati restriktif, kardiomiopati hipertrofi, dan kardiomiopati aritmogenik ventrikel

    kanan.

    ETIOLOGI

    Kerusakan miosit dan pembesaran jantung pada kardiomiopati dilatasi

    kebanyakan akibat genetic, toksik dan metabolik.

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    10/14

    10

    Kardiomiopati alkohol merupakan suatu bentuk kardiomiopati dilatasi yg

    didapatkan pada orang-orang ang mengkonsumsi minuman beralkohol secara

     berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama. Patofisiologi terjadinya

    kardiomiopati alkoholik ini belum diketahui dengan jelas namun, ethanol diketahui

    mempunyai dampak terhadap fungsi sel, engan menghambat fosforilasi oksidatif dari

    mitokondria dan oksidasi asam lemak. Kardiomiopati alkoholik ini penting untuk

    segera diidentifikasi karena kardiomiopati jenis ini sifatnya reversible.

    PATOFISIOLOGI

    Tanda utama pada kardiomiopati dilatasi adalah adanya dilatasi ventrikel

    dan penurunan fungsi kontraksi. Sering ditemukan pada kardiomipati dilatasi terjadi

     pembesaran pada kedua ventrikel, tetapi terkadang hanya terjadi pembesaran pada

    ventrikel kiri, sangat jarang ditemukan pembesaran ventrikel kanan saja.

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    11/14

    11

    DIAGNOSIS

    a. Gejala klinis

    Manifestasi klinis dari pasien kardiomiopati dilatasi sama dengan

    manifestasi klinis pada pasien gagal jantung kongestif. Gejala yang paling

    umum ditemukan adalah tanda-tanda rendahnya cardiac output   yaitu fatigue, pusing, dan sesak saat beraktivitas yang berhubungan dengan penurunan

     perfusi di jaringan. Terjadinya kongesti paru menyebabkan adanya orthopnea,

    dan  paroxysmal nocturnal dyspnea. Adanya kongesti vena menyebabkan

    terjadinya ascites dan udem perifer. Karena gejala-gejala tersebut terjadi secara

     perlahan-lahan, maka pasien hanya mengeluhkan adanya peningkatan berat

     badan dan sesak saat beraktifitas.

     b. 

    Pemeriksaan fisis

    Tanda penurunan cardiac output salah satunya adalah dingin pada perabaan

    ekstremitas disebabkan oleh vasokonstriksi perifer, takikardi. Adanya kongesti

    vena menyebabkan adanya ronki pada pemeriksaan auskultasi. Pada perkusi di

     basal paru kadang ditemukan pekak akibat adanya efusi pleura.

    Pada pemeriksaan jantung, ditemukan pembesaran jantung dengan apeks

    tertanam, dan pada auskultasi jantung dapat ditemukan bunyi jantung ketiga

    atau gallop S3 yang umum ditemukan sebagai tanda buruknya fungsi sistolik.

    Jika terjadi gagal jantung kanan, ditemukan tanda-tanda kongesti vena sistemik

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    12/14

    12

    yaitu peningkatan JVP, hepatomegali, ascites dan udem perifer, pembesaran

    ventrikel kanan, dan disfungsi kontraksi yang diikuti dengan terdengarnya

     bunyi murmur di katup tricuspid.

    c. 

    Pemeriksaan penunjang

    -  Foto thorax

    Tampak pembesaran jantung, jika terjadi gagal jantung maka akan tampak

    vaskuler parau ramai, dan tampak adanya udem paru.

    -  EKG

    Terlihat adanya gambaran pebesaran atrium dan ventrikel, kadang juga

    ditemukan aritmia yng berup atrial fibrilasi ataupun ventrikel takikardi.

    Dapat pula ditemukan adanya LBBB maupun RBBB, perubahan pada ST-

    segmen maupun terbentuknya gelombang Q yang nyerupai tanda old

    myocard infarction.

    -  Echocardiografi

    Echocrdiografi merupakan pemeriksaan yang paling penting untuk

    mendiagnosis kardiomiopati dilatasi. Pada echo ditemukan pembesaran

    keempat ruang jantung dengan sedikit hipertrofi dan penurunan fungsi

    sistolik. Adanya regurgitasi mitral dan atau tricuspid juga dapat dilihat pada

     pemeriksaan ini.

    -  Kateterisasi jantung

    Untuk melihat apakah ada keterlibatan pembuluh darah koroner yang

    menyebabkan gangguan pada fungsi ventrikel.

    -  MRI jantung

    Pemeriksaan ini pada umumnya untuk mendiagnosis adanya inflamasi pada

    miokard.

    PENGOBATAN

    Tujuan utama terapi pada kardioiopati dilatasi adalah untuk mengurangi gejala,

    mencegah komplikasi dan meningkatkan  survival rate  jangka panjang. Jadi tujuan

     pengobatan kardiomiopati dilatasi adalah dengan mengobati penyakit dasar yang

    merupakan penyebabnya.

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    13/14

    13

    Penatalaksanaan untuk meningkatkan cardiac output dan menguragi kongesti

    vaskuler sama seperti terapi pada gagal jantung kongesti, yaitu pembatasan cairan,

     pemberian diuretic, ACEI atau angiotensin II receptor blocker , dan penyekat beta.

    Pada pasien yang telah menderita gagal jantung tahap lanjut, dipertimbangkan untuk

     pemberian spironolakton yang merupakan diuretic hemat kalium yang terbukti dapat

    mengurangi angka mortalitas. Terapi pada kardiomiopati dilatasi juga meliputi

     pencegahan dan terapi aritmia, misalnya dengan penggunaan amiodaron. Terapi lain

    yang juga dapat diberikan adalah berupa obat-obatan untuk mencegah terjadinya

    tromboemboli. Selain itu harus dilakukan pembatasan aktivitas fisik yng berat dan

    restriksi cairan.

    COMMUNITY ACQUIRED PNEUMONIA

    CAP merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering ditemukan dan

    merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas terutama di seluruh dunia.

    Bakteri patogen yang tipikal yang merupakan penyebab tersering (85%) terjadinya

    CAP adalah Streptococcus pneumonia, Haemophillus influenza, dan Moraxella

    catarrhalis. CAP jarang disebabkan oleh bakteremia yang berasal dari focus infeksi

    yang jauh seperti bakteri Eschericia coli pada infeksi saluran kemih. Pneumonia aspirasi

    adalah salah satu bentuk CAP yang disebabkan oleh multiple pathogen.

    GEJALA DAN TANDA

    Penderita-penderita CAP dengan bakteri patogen yang tipikal memiliki manifestasi

    gejala seperti dmam, dan batuk produktif kadang-kadang terdapat nyeri pleuritik

    sedangkan penderita CAP dengan bakteri patogen yang atipikal memiliki manifestasi

    gejala paru dan juga extra paru misalnya batuk dan diare. Sputum yang purulen

    merupakan karakteristik pneumonia yang disebabkan oleh bakteri-bakteri pathogen

    yang tipikal, dan bukan merupakan gambaran yang umum didapatkan pada bakteri

     pathogen atipikal.

    Pada pemeriksaan dapat ditemukan ronki pada daerah lobus yang terkena. Jika

    terdapat konsolidasi maka terjadi peningkatan taktil fremitus dan suara napas bronchial.

    Kadang-kadang juga ditemukan adanya efusi pleura dan empiema.

  • 8/20/2019 Laporan Kasus Chf Dcm

    14/14

    14

    DIAGNOSIS BANDING

    -  Bronkitis akut

    -  Gagal jantung kongestif dan udema paru

    - Drug induced penyakit paru

    -  SLE pneumonitis

    -  TB paru

    PENATALAKSANAAN

    Obat-obatan yang biasa diberikan adalah kombinasi antar ceftriaxone dan

    doksisiklin, atau azithromicin dengan respiratori quinolon. Pasien-pasien dengan CAP

    yang dating berobat ke rumah sakit diterapi dengan terapi intravena dan pengobatan oral

    selama 12 hari. Jadi secara keseluruhan pasien CAP yang dirawat di rumah sakit

    optimalnya dirawat selama 14 hari.

    PROGNOSIS

    Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan pada CAP termasuk adanya

     penyakit paru, ada riwayat penyakit jantung sebelumnya, umur tua, keterlibatan

    multilobar dan keterlambatan pemberian obat-obat antimikroba yang tepat. Bakteremia

    merupakan proses dari penyakit itu sendiri dan bukan merupakan tanda-tanda prognosa

    yang buruk.