16
LAPORAN KASUS 1. Identitas Pasien Nama : Nevita Mutiara Suci Umur : 8 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : YPPKK Km 7/23 Status Perkawinan : Belum Menikah Tanggal Masuk RS : Kamis, 12 Maret 2015 2. Anamnesis (Heteroanamnesis) Keluhan utama : Timbul bintik-bintik pada paha dan bokong. Anamnesis Terpimpin : Pasien datang ke rumah sakit didampingi oleh ibunya dengan keluhan adanya masa berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun yang lalu dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh gatal dan nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pasien belum pernah berobat sebelumnya. 3. Status Pasien Keadaan Umum : Sakit ringan, Compos Mentis, Gizi Baik Higiene Baik 2

LAPORAN KASUS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

moluskum kontagiosum

Citation preview

LAPORAN KASUS1. Identitas PasienNama: Nevita Mutiara SuciUmur: 8 TahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat: YPPKK Km 7/23Status Perkawinan: Belum MenikahTanggal Masuk RS: Kamis, 12 Maret 20152. Anamnesis (Heteroanamnesis)Keluhan utama: Timbul bintik-bintik pada paha dan bokong.Anamnesis Terpimpin: Pasien datang ke rumah sakit didampingi oleh ibunya dengan keluhan adanya masa berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun yang lalu dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh gatal dan nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pasien belum pernah berobat sebelumnya. 3. Status PasienKeadaan Umum: Sakit ringan, Compos Mentis, Gizi Baik Higiene Baik TD = 110/70 mmHg Nadi= 90 kali/menit Pernapasan= 22 kali/menit Suhu= 270CJantung/Paru: Dalam batas normalAbdomen: Dalam batas normalEkstremitas: Dalam batas normalKelenjar limfe: Dalam batas normal4. Status Lokasi:5. Status Dermatologi: Lokasi= Regio gluteus dan kruris sinistra Ukuran= < 1 mm Effloresensi= Papul miliar6. Laboratorium: Tidak Dilakkukan7. Resume:Pasien masuk Rumah Sakit diantar oleh ibunya dengan keluhan adanya massa berupa bintik-bintik pada daerah bokong yang dialami sejak setahun yang lalu dan mulai menyebar ke paha dan tungkai. Pasien tidak mengeluh gatal dan nyeri. Riwayat gatal dan alergi disangkal. Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum baik dan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan status dermatologi ditemukan papul milier di daerah gluteus sinistra dan kruris sinistra.

Gambar 1

8. Diagnosis Banding: Miliaria, karsinoma sel basal, veruka vulgaris9. Diagnosis: Moluskum kontagiosum10. Diskusi:Moluskum kontagiosum (MK) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus poks. Penyakit ini terutamam menyerang anak-anak. Karakteristik penyakit ini yaitu permukaan halus, papul berbentuk kubah yang biasanya disertai eritem (dermatitis moluskum), dan berisi massa yang mengandung badan moluskum. [1,2] Pasien dan keluarganya merasa terganggu oleh lamanya perjalanan penyakit ini sebab penyakit ini bisa bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Moluskum Kontagiosum perlu diperhatikan pada individu dengan imunokompromais dan dermatitis atopik, dimana masa infeksi menjadi lebih ekstrim. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual bagi orang dewasa namun tidak bagi anak-anak.[2] Infeksi melalui seksual bagi anak-anak bisa saja terjadi pada kasus-kasus pelecehan seksual. Meskipun penyebarannya luas, Moluskum kontagiosum biasanya terlihat di daerah genital, perineal dan seluruh tubuh pada anak-anak, dan pada kasus-kasus pelecehan biasanya tidak nampak kecuali ditemukan lesi yang mencurigakan.[3]EpidemiologiAngka kejadian moluskum kontagiosum diseluruh dunia diperkirakan sebesar 2%-8%, dengan prevalensi 5%-8% pada pasien HIV/AIDS. Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk, hygiene buruk, dan daerah miskin. [4] Tiga kelompok utama yang terkena adalah: anak-anak, dewasa yang aktif secara seksual, dan orang-orang dengan imunosupresi, terutama mereka yan terinfeksi HIV. Prevalensi infeksi MK telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade ini, tercatat peningkatan 11 kali lipat pasien datang dengan infeksi ini dalam dua dekade. Peningkatan ini terjadi pada seluruh jumlah penyakit melalui hubungan seksual. Rata-rata variasi berdasarkan lokasi dan diperkirakan infeksi sub-klinis lebih umum tergadi daripada klinis. Pasien yang terinfeksi human immunodeficiency virus memiliki resiko tinggi terkena infeksi yang lama, dan pasien yang memiliki riwayat atopi dapat memiliki lesi yang lebih banyak dan masa infeksi yang lama.[2]Transmisi dapat terjadi melalui kontak kulit atau kontak membrana mukosa, atau via hubungan seksual. Handuk mandi, kolam renang dan bak mandi turki telah dilaporkan sebagai sumber infeksi, dan individu-individu yang terlibat olahraga yang mengharuskan kontak jarak dekat. (contoh: gulat) juga bisa menjadi resiko tinggi. Autoinkulasi dan koebnerisasi juga memainkan peranan penting pada penyebaran lesi.[2] Etiologi dan PatogenesisMoluskum kontagiosum disebabkan oleh lebih dari empat tipe poxvirus yang berhubungan, MCV-1 sampai -4, dan varian-variannya. Meskipun proporsi dari infeksi disebabkan oleh beragamnya letak geografis, di seluruh dunia infeksi MCV-1 merupakan yang paling sering. Pada anak-anak sebetulnya semua infeksi disebabkan oleh MCV-1.[5] MCV merupakan poxvirus yang besar, dan berbentuk seperti bata yang bereplikasi dalam sitoplasma dalam sel. Terdapat beberapa kesamaan genomik dengan poxvirus yang lainnya. Dan biasanya 2-3 gen sama dengan vaccinia dan variola virus. Terdapat empat sub-tipe dari MCV tapi semuanya identik secara klinis. 98% dari penyakit di Amerika Serikat disebabkan oleh MCV tipe 1.[2] Telah diteliti masa inkubasi terjadi antara 2-7 minggu.[2,6]Rata-rata masa inkubasi antara 2 dan 7 minggu dengan jarak melampaui lebih dari 6 bulan. Infeksi dengan virus dapat menyebabkan hyperplasia dan hipertropi pada epidermis. Inti virus yang telah ditemukan di semua lapisan epidermis. Pabrik virus ditemukan pada lapisan sel granuler dan malpigi. Badan Molluscum berisi virion dewasa dalam jumlah yang besar. Virion ini berisi struktur seperti kantung yang kaya akan lipid dan kolagen di ketahui bahwa untuk menghalangi pertemuan imunologis oleh induk. Robekan terjadi pada pertengahan luka dan keluarnya sel yang telah terinfeksi virus. MCV merangsang tumor jinak disamping lesi cacar yang biasanya nekrosis disertai virus cacar yang lain.[6]Virus bereplikasi dalam sitoplasma di sel epitel, dan sel yang telah terinfeksi bereplikasi sebanyak dua kali dari rata-rata. Ada banyak gen MCV yang dapat merusak sistem imun, termasuk (1) homolog dari kebanyakan histokompatibilitas tingkat 1 rantai berat, dimana dapat berinterfensi dengan presentasi antigen (2) homolog kemokin yang menghambat inflamasi dan (3) homolog glutathione peroxide yang dapat melindungi virus dari bahaya oksidatif dari peroxida.[2]Gambaran KlinisLesi kutaneus. Diagnosis moluskum kontagiosum didasarkan pada pengamatan papula umbilikasi yang khas. penggunaan dermatoscope membantu untuk memperlihatkan keberadaan lesi lubang dan dapat membantu diagnosis. Moluskum Kontagiosum sering memperlihatkan papul kecil merah muda yang dapat membesar, biasanya membesar hingga 3 cm (giant molluscum). Seiring pembesarannya, permukaan bentuk kubah dan morfologi seperti mata kucing dapat semakin jelas. Lesi dapat memiliki umblikasi, terdapat substansi seperti putih dadih dapat dilihat dengan tekanan. Pada kebanyakan pasien berkembang beberapa papul, sering pada tempat yang intertriginosa, seperti aksilla, fossa poplitea, dan panggul. Lesi pada genital dan perianal dapat berkembang pada anak-anak dan jarang yang memiliki kaitan dengan hubungan seksual. Lesi ini digolongkan dalam cluster atau dalam bentuk linear. Biasanya merupakan hasil dari koebnerisasi atau perkembangan lesi pada trauma. Eritema dan eksema dapat muncul di sekitar lesi; hal ini disebut Moluskum dermatitis. Papul dapat menjadi eritematosa, hal ini dipercaya merupakan respon imun dari infeksi. Pasien dengan sindrom immunodefisiensi dapat memperlihatkan lesi yang besar dan ekstensif baik di daerah genital maupun ekstra genital.[2,7]

Gambar 2a

Gambar 2b

Pemeriksaan PenunjangPenegakkan diagnosis moluskum kontagiosum dapat dilakukan secara langsung. Penilaian kandungan inti menggunakan pewarnaan Giemsa dapat dilakukan dan evaluasi histopatologi dapat dilakukan pula. (Gambar.2,3)[2]Histopatologi: pemeriksaan histopatologi memperlihatkan epidermis yang hipertropi dan hiperplastik. moluskum kontagiosum memiliki karakteristik gambaran histopatologi. Pada bagian atas lapisan basal dapat ditemukan pembesaran sel yang mengandung inklusi intrasitoplasmi (Henderson-Paterson body). (Gambar.3)[2,8]

Gambar 3a Gambar 3b

Gambar 3c

Diagnosis BandingDiagnosis banding untuk moluskum kontagiosum termasuk komedo, miliaria, verruca vulgaris, granuloma pyiogenic, amelanotic melanoma, basal cell carcinoma, dan apendageal tumor. Infeksi jamur seperti cryptococcosis, histoplasmosis, dan penicillosis harus dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan immunocompromised.[2,9]DiagnosisBerdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti histopatologi yang menunjukkan gambaran seperti Henderson-Paterson body maka dapatlah ditegakkan diagnosis moluskum kontagoisum.PenatalaksanaanYang paling awal yang harus diperhatikan oleh seseorang yang menderita moluskum kontagiosum adalah perlunya menjaga hygiene kulit. Selanjutnya, Prinsip pengobatan Moluskum Kontagiosum adalah mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum. Dapat dipakai alat seperti ekstraktor komedo, jarum suntik, atau kuret. Cara lain dapat digunakan elektrocauterisasi atau bedah beku dengan CO2, N2, dan sebagainya. Pada orang dewasa harus dilakukan terapi pada pasangannya.[8,9] Bedah Beku (Cryosurgery) merupakan salah satu terapi yang umum dan efisien digunakan dalam pengobatan moluskum kontagiosum, terutama pada lesi predileksi perianal dan perigenital.Bahan yang digunakan adalah nitrogen cair. Aplikasi menggunakan lidi kapas pada masing-masing lesi selama 10-15 detik.Pemberian terapi dapat diulang dengan interval 2-3 minggu. Efek samping meliputi rasa nyeri saat pemberian terapi, erosi, ulserasi serta terbentuknya jaringan parut hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi. [4] Leslie meneliti penggunaan asam salisilat gel 12% (2x/minggu) sebagai terapi moluskum kontagiosum pada anak dan mendapatkan bahwa sediaan ini cukup efektif dibandingkan placebo (alkohol 70%). Ohkuma meneliti penggunaan povidone iodine 10% dilanjutkan dengan plester asam salisilat 50% (1x/hari) untuk terapi moluskum kontagiosum. Kesembuhan total lesi dicapai dalam rata-rata 26 hari. 11. Anjuran Pemeriksaan: -12. Terapi: Elektrokauter untuk mengeluarkan Badan Moluscum Gambar 5a Gambar 5b

Gambar 5c13. Prognosis: Umumnya Bonam. Penyembuhan spontan dapat terjadi tetapi sering dalam jangka waktu yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kebanyakan keluarga memilih pengobatan pada lesi daripada menunggu sebulan maupun dua bulan.

Daftar Pustaka1. Wisnu i., Made dkk. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Sebuah Panduan Bergambar. 2005. PT Balai Medika Multimedia: Jakarta Pusat2. Tom W., Friedlander SF., In: Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI.,Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Poxvirus infections. 7th edition.2. New York; McGraw-Hill Medicine 2008; 1899-19133. Sterling JC., In: Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C. Rooks Textbook of Dermatology. Virus infections. 8th edition.2. Cambridge; Wiley-Balckwell 2010; 33.1-33.814. Haeriyoko, W.A. Diagnosis dan Tatalaksana Moluskum Kontagiosum. 2013. FK Udayana; Denpasar5. James DW., Berger TG., Elston DM., Andrews Disease of The Skin: Clinical Dermatology. Viral diseases. 10th edition. British; Saunders Elsevier 2006; 367-4206. Hanson D., Diven DG., Molluscum Contagiosum. Dermatology Online Jornal 2003; 9 : 2. Boise, Idaho USA. Primary Health7. Chen, Xiaoying dkk. Molluscum Contagiosum Virus Infection. 2013. www.thalancet.com/infection. Diakses tgl 20 Maret 20158. Handoko, PR. Penyakit Virus . In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 5th Edition, Balai Penerbit FKUI Jakarta; 9. Faqih, M.D dkk. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Layanan Primer Edisi 1. 2013. Depkes; Jakarta10. Sulistyaningrum, S.K dkk. The Use of Salicylic Acid in Dermatology. 2012. Departemen of Dermatovenerology, FK UI; Jakarta

LAMPIRAN

12