Upload
mitha-maulidya
View
270
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 4
INFEKSI LANJUT (Peritonitis generalisata, ileus ulseratif, sepsis )
Disusun Oleh:
Kelompok: A2
Nurul Layyin G1F009002
Tri Ayu Apriyani G1F009004
Mitha Maulidya G1F009008
Retna Pancawati G1F009034
Bhaskara Maulana G1F009048
Titah Nindya P. G1F009058
Winahto G1F009066
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
I. Identitas pasien
Nama : Tn. MSF (Laki-laki)
No. RM : 7978xx
Alamat : Bojongsari
Status/kls : Umum/III
Umur : 56 thn
MRS : 3/10/12
KRS : 7/10/12 (meninggal)
Diagnosa : Peritonitis generalisata, ileus ulseratif, sepsis.
II. Subjektif
o Keluhan utama
pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAB dan kentut selama lebih dari 2
hari. Pada saat BAB fesesnya encer dan kecil-kecil,
o Keluhan tambahan
Sakit perut, tidak mual dan tidak muntah.
o Diagnosa
Peritonitis generalisata, ileus ulseratif, sepsis.
o Riwayat kesehatan
-
o Riwayat Obat
-
o Alergi obat
-
III. Objektif
1. Pemeriksaan fisik
Data Klinik
Parameter normal 3/10/12 4/10/12 5/10/12 6/10/12
TD (mmHg) 110/80-
120/90
180/90 128/68 140/78 130/80
N (x/menit) 60-80 100 80 94 84
RR (x/menit) 12-20 17 17 20 24
Suhu (ᵒC) 36-37oC 36 36 36,6 36,6
Sakit perut - √ √ √ √
BAB √
BAK √ √ √
Nyeri luka
operasi
- √ √
Sesak - √
Perut
kembung
- √
Flatus √ √
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
DATA LABORATORIUM
Parameter normal 3/10/12 4/10/12
Hemoglobin 13-17 9,8 8,6
Leukosit 4.000-10.00 6800
Hematokrit 40-54 30
Eritrosit 3,9-5,0 3,4
Trombosit 150-400rbu 44.000 66.000
Na 135-145 146
K 3,5-5 3,6
Cl 95-108 117
GDS <126 113
Kolesterol total 150-250 92
Trigliserida 34-134 104
Ureum 24,8
Kreatinin 0,6-1,1 1
Asam urat 4,2
SGOT 5-34 19
SGPT 11-60 15
IV. Assesment
4.1 Terapi Pasien
Nama obat Dosis/rute 3/10/12 4/10/12 5/10/12 6/10/12 7/10/12
Ceftriaxon 1gr, iv √ √ √ √ √
Tramadol i.v.: 100
mg (1
ampul)
√ √ √ √ √
Ranitidin Inj, 3x1 A √ √ √ √ √
Kalnex Inj. 500mg √ √ √ √ √
Sukralfat p.o 4 x
1g/hr
√ √ √ √ √
Vit C Inj, 1 A √ √ √ √ √
Alinamin Inj, 2x1 A √ √ √ √ √
New diatab PO, 3x2tab √ √ √ √ √
Curcuma PO,2x1tab √ √ √ √ √
Amlodipin PO,1x10m
g
√ √ √ √ √
Infus RL Loading
dose 0,5 L
√
30 tpm √
40 tpm √
20 tpm √
14 tpm √ √ √
4.2. Problem Medik dan Drug Related Problem Pasien
Problem
Medik
Subjek /
ObjektifTerapi
DRP
Rekomendasi &
Monitoring
Peritonitis
generalisata
- tidak bisa
BAB dan
kentut
- Sakit perut
- Sesak nafas,
RR 24x/ menit
- Ceftriaxon.1gr,
iv
- Infus RL loading
dose 30 tpm, 40
tpm, 20 tpm.
- Curcuma
PO,2x1tab
- Amlodipin
PO,1x10mg
- Ketorolac Inj,
3x30mg
- Alinamin Inj,
2x1 A
- Pemilihan
agen antinyeri
yang kurang
tepat.
Ketorolac
menyebabkan
pendarahan yg
dapat
memperburuk
kondisi pasien
yang telah
mengalami
pendarahan
- Tidak
diperbolehkan
makan pedas,
masam,
berkarbonasi.
- Makan
makanan
yang lunak
dan
mengandung
susu.
- Bedrest.
- Monitoring
sebelumnya.
Diganti
Tramadol >>
teratasi.
defekasi dan
flatus.
- Monitoring
tramadol dan
amlodipin.
- Monitoring
trombosit dan
tekanan darah
Ileus
ulseratif
- Sakit perut
- Hb 9,8
- Hematokrit 30
- Trombosit
45rb
- BAB encer
- Ranitidin Inj,
3x1 A
- Kalnex Inj.
500mg
- Vit K Inj, 1 A
- Vit C Inj, 1 A
- New diatab PO,
3x2tab
- Seharusnya
pasien
ulseratif di
beri agen anti
ulkus untuk
melindungi
ulkus dr HCL ,
diberi
sukralfat p.o 4
x 1g/hr >>>
teratasi.
- tidak
diperbolehkan
makan pedas,
masam
- Perut tidak
boleh kosong
atau terlalu
penuh.
- Monitoring
Tekanan
darah
- Monitoring
jumlah
trombosit
- Monitoring
hemoglobin
- Monitoring
eritrosit dan
kadar
hematokrit
Sepsis - Nyeri
- TD turun
drastis dari
180/80
menjadi
- Ceftriaxon 1gr,
iv
- - Dilakukan
kultur bakteri
- Monitoring
tekanan darah
- Bedrest.
128/68 (syok
sepsis)
- Nadi
100/menit
SOAP 1
ILEUS ULSERATIF
Subjektif, Objektif:
Sakit perut
Hb menurun
HCT menurun
Eritrosit menurun
Trombosit menurun
Terapi:
Ceftriakson 1-2 gr IV
Ranitidin 2x1 ampul
Tramadol
Sukralfat
DRP:
Pemilihan antibiotic ceftriakson sudah tepat karena merupakan spektrim luas dan
belum adanya kultur bakteri.
Ketorolak diganti dengan tramadol, karena pasien membutuhkan prostaglandin
sebagai pelindung mokusa lambung.
Diberi tambahan sukralfat untuk melindungi luka pada lambung agar tidak terkena
asam lambung yang dapat memperparah kondisi pasien.
Ileus ulseratif adalah penyakit kronis dimana usus halus mengalami inflamasi dan
ulserasi menghasilkan keadaan nyeri perut, dan demam. Ada kemungkinan lebih dari satu
penyebab terjadinya ileus ulseratif. Penyebabnya meliputi herediter, faktor genetik, faktor
lingkungan, atau gangguan sistem imun. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik :
Faktor ekstrinsik
1. Diet : asupan makanan cepat saji dan gula telah dihubungkan pada banyak
penelitian dengan kemungkinan menderita ileus ulseratif.
2. Infeksi : beberapa peneliti menyatakan bahwa ileus ulseratif dapat berhubungan
dengan beberapa infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh mikroorganisme E.
Coli. Satu teori menjelaskan bahwa virus measles yang belum dibersihkan dari
tubuh dengan tuntas dapat menyebabkan inflamasi kronik ringan dari mukosa usus.
3. Obat-obatan : penelitian juga menunjukkan hubungan antara asupan oral pil
kontrasepsi dan ileus ulseratif dapat menyebabkan pasien menderita serangan
apalagi jika mengkonsumsi NSAIDs.
Hal yang terpenting adalah meskipun banyak dari orang yang memakan diet buruk atau
mempunyai infeksi E. Coli belum pasti akan menderita ileus ulseratif sehinga dapat
disimpulkan bahwa masih ada sesuatu yang membuat seseorang menjadi lebih rentan.
Faktor intrinsik
1. Gangguan sistem imun : beberapa ahli percaya bahwa adanya defek pada sistem
imun seseorang berperan dalam terjadinya inflamasi dinding usus.
2. Genetik : penelitian terbaru menujukkan bahwa faktor genetik dapat meningkatkan
kecenderungan untuk menderita ulseratif.
3. Faktor herediter : adanya anggota keluarga yang menderita ulseratif akan
meningkatkan resiko anggota keluarga lain untuk menderita penyakit serupa.
4. Psikosomatik : pikiran berperan penting dalam menjaga kondisi sehat atau sakit
dari tubuh. Setiap stres emosional mempunyai efek yang merugikan sistem imun
sehingga dapat menyebabkan penyakit kronik seperti ileus ulseratif. Terdapat fakta
bahwa banyak pasien ileus ulseratif mengalami situasi stres berat dikehidupannya.
(Anonim, 2011)
Luka pada ileus atau usus halus yang diderita pasien ini kemungkinan karena
penggunaan NSAID, pola makan yang tidak sehat, maupun karena infeksi. Ileus ulseratif
menyebabkan adanya perforasi atau lubang pada dinding usus yang mana dapat
mengakibatkan peradangan pada rongga perut atau peritonitis. Berdasarkan pemeriksaan lab
Hb, HCT, eritrosit, dan trombosit mengalami penurunan yang mengindikasikan adanya luka
dan terjadinya perdarahan.
Rekomendasi dan Monitoring
Monitoring eritrosit dan kadar hematokrit
Tidak diperbolehkan makan pedas, masam. Serta perut tidak boleh kosong atau
terlalu penuh.
Monitoring Tekanan darah
Monitoring jumlah trombosit dan hemoglobin
SOAP 2
PERITONITIS GENERALISATA
Subjektif, Objektif:
Pasien tidak bisa buang air besar pada saat masuk rumah sakit, tidak bisa flatus,
melakukan terapi laparotomi biopsy, RR dan denyut nadi meningkat.
Terapi:
Tramadol IV 2 x 1 ampul 100 mg diberikan pada tanggal 3/10 sampai 7/10.
Infus RL 30 tpm pada tanggal 3/10, 20 tpm pada tanggal 4/10, dan 14 tpm pada
tanggal 5/10 sampai 7/10.
DRP:
Pemberian tramadol perlu dimonitoring terkait efek sampingnya.
Peritonitis adalah suatu inflamasi pada peritenoum yaitu membran yang melapisi
rongga abdomen. Peritonitis biasanya terjadi akibat jalur bakteri melewati saluran GI atau
organ abdomen ke ruang peritoneum, karena perforasi usus atau ruptur organ. Pembedahan
GI atau penetrasi luka di usus juga dapat mengakibatkan tumpah masuk ke rongga abdomen.
Infeksi berat yang terjadi akibat pergerakan isi usus masuk ke rongga peritoneum
menegaskan fakta bahwa saluran GI benar-benar diluar tubuh, bukan bagian lingkungan
internal. Manifestasi dari perotonitis dapat dilihat dari data lab dan keluhan pasien saat MRS,
antara lain nyeri atau sakit perut, tidak bisa BAB dan kentut, dan mengalami peningkatan
denyut jantung dan RR. Peningkatan denyut jantung disebabkan hipovolemia yang terjadi
akibat pergerakan cairan ke dalam peritoneum (Corwin,2009).
Peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1. Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
2. Setelah suatu pembedahan.
3. Iritasi tanpa infeksi.
4. Perforasi gaster/ ulkus peptikum
5. Lifestyle (pola makan, stress dan merokok)
6. Ingesti aspirin, anti inflamasi non steroid, dan steroid terutama pada pasien usia lanjut.
7. Adanya faktor predisposisi termasuk ulkus peptik
8. Perforasi oleh malignansi intraabdomen atau limfoma
9. Benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi esofagus, gaster
atau usus dengan infeksi intraabdomen, peritonitis, dan sepsis.
10. Obat-obatan, merokok dan pola makan yang tidak sehat (Corwin, 2009).
Biasanya pasien peritonitis diberi tindakan pembedahan dengan laparatomi biopsy.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan keluhan, pasien tidak dapat
mengeluarkan gas atau kentut dari tubuh, nyeri perut, dan tidak bisa BAB (Wahyuningsih,
2012). Untuk mengatasi rasa nyeri yang dialami pasien maka digunakan tramadol IV sebagai
analgesik opioid. Pada pasien peritonitis, perlu dikontrol asupan cairan elektrolitnya, oleh
karena itu diberikan infus RL.
Berdasarkan riwayat MRS, pasien mengeluhkan tidak bisa kentut, tidak bisa BAB,
dan perut sakit yang mana merupakan manifestasi dari peritonitis. Infeksi peritonitis dapat
menyebabkan infeksi sistemik atau sepsis.
Rekomendasi & Monitoring:
Monitoring penggunaan tramadol
Monitoring defekasi dan banyaknya flatus setiap hari
Istirahat yang cukup
Jangan makan makanan yang terlalu keras, berikan makan yang halus, dan lebih baik
diberikan asupan nutrisi dan cairan secara IV agar tidak memperkeras kerja usus.
SOAP 3
SEPSIS
Subjektif, Objektif:
Nadi tinggi (>80) yaitu pada tanggal 3,5,dan 6 Oktober 2012
Respirasi meningkat (>20x/menit) yaitu 6 oktober sebesar 24
Terapi
Ceftriaxon 1 gr (IV) digunakan pada tgl 3-7 oktober
Amlodipin PO 1x10mgdigunakan pada tol 3-7 oktober
Vitamin C
DRP
Penggunaan ceftriaxon dengan kerja spektrum luas.
Tekanan darah pasien tinggi pada tgl 3-6, digunakan amlodipin untuk menormalkan
tekanan darah pasien. Amlodipin bekerja dengan mengeblok kanal Ca menurunkan
kontraksi otot, vasodilatasi.
Vitamin C diberikan untuk menjaga daya tahan tubuh pasien, karena pasien menderita
sepsis dimana daya tahan tubuh menurun
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai dengan
rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga terjadi aktivasi
makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi komplemen dan netrofil, sehingga
terjadi disfungsi dan kerusakan endotel, aktivasi sistem koagulasi dan trombosit yang
menyebabkan gangguan perfusi ke berbagai jaringan dan disfungsi/kegagalan organ multipel.
Tanda-tanda dan gejala-gejalanya memenuhi paling sedikit dua dari kriteria-kriteria berikut
dari sindrom respon peradangan sistemik atau systemic inflammatory response syndrome
(SIRS):
1. suhu>380C atau<360C
2. frekuensi jantung>90x.menit
3. frekuensi napas >20x/menit atau PaCO2<32 mmHg
4. leukosit darah >12000/mm3, <4000/mm3 atau batang >10%
(Widodo, 2004)
Berdasarkan pemeriksaan fisik pasien, pasien mengalami peningkatan denyut jantung
mncapai 100x/menit, RR mencapai 24x/menit pada tanggal 6.
Pasien-pasien yang memenuhi kriteria-kriteria diatas mempunyai sepsis dan juga
diistilahkan septic. Berdasarkan pemeriksaan fisik pasien, pasien mengalami peningkatan
denyut jantung mncapai 100x/menit, RR mencapai 24x/menit pada tanggal 6. Sepsis pada
pasien disebabkan karena infeksi bakteri dari peritonitis dimana bakteri yang menginfeksi
menyebar ke aliran darah. Selainitu dapat disebabkan karena pembedahan laparotomi biopsy
yang dilakukan pasien.
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi bakteri, beberapa
disebabkan oleh infeksi-infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab-penyebab
lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS. Agen-agen infeksius,
biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi hampir segala lokasi organ atau alat-alat yang
ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.).
Agen-agen yang menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian
menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini mengizinkan mereka
untuk menyebar ke hampir segala sistim organ lain.
Baik bakteri gram positif maupun gram negatif dapat menimbulkan sepsis. Pada
bakteri gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida (LPS). Suatu protein di dalam
plasma, dikenal dengan LBP (Lipopolysacharide binding protein) yang disintesis oleh
hepatosit, diketahui berperan penting dalam metabolisme LPS. LPS masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian akan diikat oleh faktor inhibitor dalam serum seperti lipoprotein,
kilomikron sehingga LPS akan dimetabolisme. Sebagian LPS akan berikatan dengan LBP
sehingga mempercepat ikatan dengan CD14.1,2 Kompleks CD14-LPS menyebabkan
transduksi sinyal intraseluler melalui nuklear factor kappaB (NFkB), tyrosin kinase(TK),
protein kinase C (PKC), suatu faktor transkripsi yang menyebabkan diproduksinya RNA
sitokin oleh sel. Kompleks LPS-CD14 terlarut juga akan menyebabkan aktivasi intrasel
melalui toll like receptor-2 (TLR2) (Widodo, 2004).
Pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri berupa Lipoteichoic acid
(LTA) dan peptidoglikan (PG) merupakan induktor sitokin. Bakteri gram positif
menyebabkan sepsis melalui 2 mekanisme: eksotoksin sebagai superantigen dan komponen
dinding sel yang menstimulasi imun. Superantigen berikatan dengan molekul MHC kelas II
dari antigen presenting cells dan Vβ-chains dari reseptor sel T, kemudian akan mengaktivasi
sel T dalam jumlah besar untuk memproduksi sitokin proinflamasi yang berlebih (Bochud,
2003).
Faktor Resiko
• Pasien dengan penyakit imunitas (diabetes, AIDS) atau terapi penekan imunitas
(kemoterapi, steroid)
• Pasien yang sistem imunnya tidak berkembang sempurna misalnya akibat infeksi akut
saat bayi
• Pasien geriatri
• Pasien rawat inap
Etiologi
Penyebab tersering adalah bakteri, namun bisa juga virus dan jamur menyebabkan
sepsis. Penyebab sepsis paling banyak berasal dari stimulasi toksin, baik dari
endotoksin gram (-) maupun eksotoksin gram (+).
Penyebab penyakit yang menyebabkan sepsis yang paling sering adalah infeksi paru
(pneumonia), saluran kemih (UTI), kulit (selulitis), abdomen (apendisitis), dan area
lainnya seperti meningitis.
Infeksi pasca pembedahan juga berpotensi tinggi menyebabkan sepsis
Sepsis pada pasien disebabkan karena infeksi bakteri dari peritonitis dimana bakteri
yang menginfeksi menyebar ke aliran darah. Selainitu dapat disebabkan karena pembedahan
laparotomi biopsy yang dilakukan pasien (Surviving Sepsis Campaign, 2008).
Rekomendasi dan Monitoring
Lanjutkan terapi antibiotik untuk menghindari infeksi sekunder
Monitor nadi, kecepatan respirasi, suhu tubuh serta kadar leukosit dalam darah,
Monitoring kemungkinan adanya iteraksi obat lain dengan ceftriaxon.
Terapi Non Farmakologi
1. Diet
Pada garis besarnya yang dipakai ialah cara pemberian diet lambung dengan dasarnya
makan sedikit berulang kali, makanan yang banyak mengandung susu dalam porsi
kecil. Jadi makanan yang dimakan harus lembek dan mudah dicernakan, tidak
merangsang, kemungkinan dapat menetralisir asam HCl. Pemberiannya dalam porsi
kecil dan berulang kali. Pada pasien peritonitis tidak diperbolehkan makan pedas,
masam, dan berkarbonasi. Perut tidak boleh kosong atau terlalu penuh.
2. Istirahat (Bedrest)
Harus banyak istirahat dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mencegah
timbulnya komplikasi
3. Diberikan cairan yang cukup
KIE
1. Memberikan informasi mengenai terapi yang diberikan berupa dosis, aturan pakai,
efek samping
2. Menjelaskan gejala-gejala penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi hal
tersebut
3. Anjurkan pasien untuk beristirahat total
4. Menyarankan pasien untuk menjaga asupan cairan normal
Kesimpulan
- Penyakit awal pasien adalah ileus ulseratif yang ditandai dengan perforasi usus
sehingga menyebabkan peritonitis. Infeksi peritonitis dapat menyebabkan infeksi
sistemik atau sepsis.
- Vit K tidak digunakan karena berinteraksi dengan New Diatab. New Diatab
merupakan antagonis vit K. Pasien telah diberi terapi Kalnek yang berisi asam
traneksamat yang berfungsi untuk menghentikan pendarahan di GI, sehingga
penngunaan vit K tidak terlalu dibutuhkan lagi.
- Ketorolak diganti dengan tramadol, karena pasien membutuhkan prostaglandin
sebagai pelindung mokusa lambung.
- Monitoring Tekanan darah, jumlah trombosit, hemoglobin, eritrosit dan kadar
hematokrit, penggunaan amlodipin, penggunaan tramadol, defekasi dan banyaknya
flatus setiap hari
Daftar pustaka
Anonim. 2010. Sukralfat. http://obat.name/sukralfat. Diakses tanggal 24 November
2012.
Anonim.2011.http://www.farmasiku.com/index.php?
target=categories&category_id=184. Diakses tanggal 24 November 2012.
Anonim. 2011. Curcuma. (http://www.dechacare.com/Curcuma-P95.html. Diakses
tanggal 24 November 2012.
Bochud PY, Calandra T. 2003. Pathogenesis of sepsis: new concepts and implication
for future treatment. BMJ 325:262-266
Surviving Sepsis Campaign. 2008. Guidelines for Management of Severe Sepsis and
Septic Shock. European Society of Intensive Care Medicine.
Tatro, David S. 2003. A to Z Drug Facts. Facts and Comparisons : San Fransisco
Wahyuningsih, Merri. 2012. Flatus menyebabkan kematian. www.resep.web.id diakses
pada tgl 24 nov 2012)
Widodo D, Pohan HT (editor).2004. Bunga rampai penyakit infeksi. Jakarta:; h.54-88.