54
PENGARUH INDEKS HARAPAN HIDUP, INDEKS PENDAPATAN, INDEKS PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 LAPORAN Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah Geografi Regional Indonesia yang dibimbing oleh Bapak Marhadi Slamet Kistiyanto Oleh Shima Tandya Lestari NIM 110721435066 Offering B 2011 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

PENGARUH INDEKS HARAPAN HIDUP, INDEKS PENDAPATAN, INDEKS PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011

LAPORAN

Tugas ini disusun guna memenuhi mata kuliah Geografi Regional Indonesia

yang dibimbing oleh Bapak Marhadi Slamet Kistiyanto

Oleh

Shima Tandya Lestari

NIM 110721435066

Offering B 2011

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

DESEMBER 2013

Page 2: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

saya dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul ‘Pengaruh Indeks Harapan

Hidup, Indeks Pendapatan, Indeks Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Provinsi Bengkulu Tahun 2011’. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk

memenuhi mata kuliah Geografi Regional Indonesia pada program studi pendidikan geografi.

Pada kesempatan kali ini, saya menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada

seluruh pihak yang telah memberikan berbagai masukan dalam penyelesaian tugas akhir ini,

khususnya kepada Bapak Marhadi Slamet Kistiyanto sebagai dosen pengampu mata kuliah

Geografi Regional Indonesia.

Melalui penulisan ini, saya berharap bahwa nantinya laporan tugas akhir mata kuliah

Geografi Regional Indonesia mampu memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukan baik dari segi akademis maupun bidang yang terkait. Penulis menyadari bahwa

dalam kepenulisan laporan masih terdapat kekurangan, sehingga memohon krtik dan saran

yang membangun agar tercapai kesempurnaan. Semoga laporan tugas akhir ini memberikan

manfaat bagi saya dan pihak manapun.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Lawang, 10 Desember 2013

Shima Tandya Lestari

Page 3: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan .............................................................................................. 4

1.4 Manfaat ............................................................................................ 5

1.5 Hipotesis ........................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Indeks Pembangunan Manusia ........................................................ 7

2.2 Jumlah Penduduk Miskin ................................................................. 13

2.3 Pertumbuhan Ekonomi ................................................................... 18

2.4 Pengeluaran Pemerintah ................................................................. 21

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Demografi Provinsi Bengkulu Tahun 2012 ........................ 25

3.2 Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia ................................... 26

3.3 Analisa Data ..................................................................................... 27

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 35

4.2 Saran ................................................................................................ 35

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................... 36

Page 4: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Provinsi Bengkulu ditinjau dari letak geografisnya terletak di antara 1010 01’– 1030

41’ BT dan 20 16’ – 30 31’ LS terletak disebelah barat pegunungan Bukit Barisan dan

memanjang dari perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi

Lampung sepanjang lebih kurang 567 kilometer.

Batas-batas wilayah Provinsi Bengkulu sebagai berikut :

v Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat

v Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.

v Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Provinsi Lampung .

v Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Wilayah Provinsi Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia

pada garis pantai sepanjang 525 kilometer, terletak pada bagian Barat dan merupakan

dataran rendah yang relatif sempit, memanjang dari Utara ke Selatan serta diselang-

selingi daerah yang bergelombang, sedangkan pada bagian Timur berbukit-bukit

dengan dataran tinggi yang subur.

Perbedaan keadaan pada permukaan bumi ditiap wilayah mengakibatkan

adanya perbedaan daya dukung lingkungan terhadap kebutuhan makhluk hidup

didalamnya. Perbedaan daya dukung lingkungan tersebut berdampak pada perbedaan

kemampuan suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan makhluk

hidup lainnya pada wilayah tersebut. Penduduk yang tinggal pada daerah yang daya

dukung lingkungannya rendah akan berupaya untuk memenuhi kebutuhannya dengan

bekerja di daerah lain maupun pindah secara permanen.

Dapat dikatakan keadaan suatu daerah menyebabkan adanya dinamika

penduduk.Sebagaimana propinsi lainnya, perubahan tingkat kelahiran dan kematian

akan mempengaruhi jumlah dan struktur penduduk. Tinggi rendahnya jumlah

penduduk dan komposisinya akan menentukan jumlah dan pemanfaatan sarana dan

prasarana pendidikan, pelayanan kesehatan, atau peluang kerja yang harus

dipenuhi. Sehingga antara indeks pendapatan, indeks harapan hidup serta indeks

pendidikan perlu adanya perhitungan guna untuk melanjutkan pembangunan provinsi

Sumatera Barat Untuk kedepannya. Sehingga untuk lebih jelasnya perlu adanya

Page 5: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

analisis apakan ada hubungan dan pengaruh antara ketiga vareabel tersebut, yang akan

diuraikan pada bab selanjutnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi demografi Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

2. Bagaimana indeks harapan hidup Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

3. Bagaimana indeks pendidikan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

4. Bagaimana indeks pendapatan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

5. Bagaimana indeks pembangunan manusia Provinsi Bengkulu Tahun 2012

1.3 TUJUAN

Selanjutnya tujuan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi demografi Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

2. Mengetahui indeks harapan hidup Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

3. Menegtahui indeks pendidikan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

4. Mengetahui indeks pendapatan Provinsi Bengkulu Tahun 2012?

5. Mengetahui indeks pembangunan manusia Provinsi Bengkulu Tahun 2012

1.4 MANFAAT

1. Bagi Penulis

Penulis diharapkan mampu menambah wawasan mengenai pembangunan

nasional dengan mengetahui indeks pembangunan manusia salah satu provinsi

di Indonesia beserta komponen-komponen yang mempengaruhi indeks

tersebut dan dapat dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan pembelajaran

geografi di sekolah pada kelas XI semester 2 mengenai menganalisis

pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannnya dengan pembangunan

berkelanjutan.

2. Bagi masyarakat

Laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta informasi kepada

masyarakat tentang indeks pemabangunan manusia di Indonesia tepatnya pada

Page 6: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Provinsi Bengkulu yang dapat diaplikasikan dalam aspek perencanaan dalam

pembangunan regional daerah.

1.5 HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan yakni mengenai indeks pemba-

ngunan manusia dapat dikemukakan tiga hal yang menjadi hipotesis, yaitu:

1. Adanya hubungan indeks harapan hidup terhadap indeks pembangunan

manusia

2. Adanya hubungan indeks pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia

3. Adanya hubungan indeks pendapatan terhadap indeks pembangunan manusia

Page 7: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Indeks Pembangunan Manusia

2.1.1 Definisi Pembangunan Manusia dan Pengukurannya

UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan

pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi

penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the

ultimated end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal

means) untuk mencapai tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan

manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan,

kesinambungan, pemberdayaan (UNDP, 1995). Secara ringkas empat hal pokok

tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Produktivitas

Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan

berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari

model pembangunan manusia.

2) Pemerataan

Penduduk harus memiliki kesempatan/peluang yang sama untuk mendapatkan

akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan social. Semua hambata yang

memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus,

sehingga mereka dapat mengambil menfaat dari kesempatan yang ada dan

berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang dapat meningkatkan kualitas

hidup.

3) Kesinambungan

Akses terhadap sumber daya ekonomi dan social harus dipastikan tidak hanya

untuk generasi-generasi yang aka datang. Semua sumber daya fisik, manusia,

dan lingkungan selalu diperbaharui.

4) Pemberdayaan

Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan

menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan

mengambil manfaat dari proses pembangunan.

Page 8: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana.

Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti

kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan

produktif, dan menikmati kehidupa yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani

hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigm tersebut. Dengan demikian,

paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa informasi

kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan.

Sisi lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang

bersifat produktif, cultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi itu didak seimbang maka

hasilnya adalah frustasi masyarakat.

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih baik dari

pada teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model

pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan

kesejateraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model

pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi

nasional (GNP). Pembangunan manusia teruatama sebagai input dari proses produksi

(sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia

sebagai agen perubahan dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar

memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup.

Untuk dapat membuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) maka UNDP

mensponsoru sebuah proyek tahun 1989 yang dilaksanakan oleh tim ekonomi dan

pembangunan. Tim tersebut menciptakan kemampuan dasar. Kemampuan dasar itu

adalah umur panjang, pengetahuan dan daya beli. Umur panjang yang

dikuantifikasikan dalam umur harapan hidup saat lahir atau sering disebut Angka

Harapan Hidup/AHH (eo). Pengetahuan dikuantifikasikan dalam kemampuan baca

tulis/ angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Daya beli dikuantifikasikan

terhadap kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai

standar hidup yang layak.

Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau

wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85

tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat

pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup yang layak. Semakin

dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus

ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Page 9: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Karena hanya mencakup tiga komponen, maka IPM harus dilihat sebagai

penyederhanaan dari realitas yang kompleks dari luasnya dimensi pembangunan

manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan kajian dan

analisis yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan manusia yang

penting lainnya ( yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan politik,

kesinambungan lingkungan, kemerataan antar generasi.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat

memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli

yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi

sejak pertengahan tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada

tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurutnya kesempata kerja

yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998.

Menurutnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia

merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi

dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan

menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan

kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen

IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap

perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

2.1.2 Metode Perhitungan dan Komponen-Komponen IPM

2.1.2.1 Metode Perhitungan IPM

Adapun komponen IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup diukur

dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara

angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama

sekolah (dengan bobot sepertiga), dan tingkat kehidupan yang layak yang diukur dengan

pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah), indeks ini merupakan rata-

rata sederhana dari ketiga komponen tersebut diatas :

Dimana :

X1 = Lamanya hidup

X2 = Tingkat Pendidikan

IPM= 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)

Page 10: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Kehidupan yang Layak

Pengeluaran (kapita riil yang disesuaikan)(PPP Rupiah)

Indeks Pendapatan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Indeks Pendidikan

Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)

Pengetahuan

Angka Melek Huruf (Lit)

Indeks Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup pada Saat Lahir

Umur Panjang dan Sehat

INDIKATOR DIMENSI

INDIKATOR

DIMENSI

PERHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

X3 = Tingkat kehidupan yang layak

Indeks X(I,J)=(X(I,J)-X(i-min)) / (X(I,J)-X(i-max) )

Dimana :

X(I,J) = Indikator ke-I dari daerah J

X(i-min) = Nilai minimum dari Xi

X(i-max) = Nilai maksimal dari Xi

2.1.2.2 Komponen-Komponen IPM

1) Lamanya Hidup

Lamanya hidup adalah kehidupan untuk bertahan lebih lama diukur dengan

indikator harapan hidup pada saat lahir ( life expectancy at birth ) (e0), angka e0

yang disajikan pada laporan ini merupakan ekstrapolasi dari angka e0 pada akhir

tahun 1996 dan akhir tahun 1999 yang merupakan penyesuaian dari angka

kematian bayi ( infant mortality rate ) dalam periode yang sama. Dalam publikasi

ini, angka IMR untuk tingkat provinsi dihitung berdasarkan data yang diperoleh

dalam sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990 serta data gabungan dari SUPAS

1995 dan SUSENAS 1996.

Perhitungan dilakukan secara tidak langsung berdasarkan dua data dasar yaitu

rata-rata jumlah lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup dari wanita yang

pernah kawin. Untuk mendapatkan Indeks Harapan Hidup dengan menstandarkan

Page 11: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

angka harapan hidup terhadap nilai maksimum dan minimumnya, seperti yang

tercantum pada tabel 2.1 di bawah ini :

Catatan:

a) Proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai di Jakarta pada tahun 2018

(akhir dari Pembangunan Jangka Panjang II) setelah disesuaikan dengan

formula Atkinson. Proyeksi ini berdasarkan pada asumsi tingkat

pertumbuhan daya beli sebesar 6,5% pertahun selama periode 1993-2018.

b) Sama dengan dua kali garis kemiskinan di provinsi yang dimiliki tingkat

konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990, nilai minimum

disesuaikan menjadi Rp 360.000. penyesuaian ini dilakukan karena krisis

ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara

drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan

penurunan riil. Penambahan sebesar Rp 60.000 didasarkan pada

perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru

yang jumlahnya Rp 5.000 per bulan (Rp 60.000 per tahun).

2) Tingkat Pendidikan

Dalam perhitungan IPM , komponen tingkat pendidikan diukur dari dua indikator,

yaitu : angka melek huruf (Lit) dan rata-rata lama sekolah (MYS). Angka melek

huruf adalah persentase dari pendidik usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca

dan menulis dalam huruf latin atau huruf lainnya. Rata-rata lama sekolah, yaitu

rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di

seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani atau sedang menjalani.

Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan yang tertinggi yang ditamatkan dan

tingkat pendidikan yang sedang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang

Page 12: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

diduduki. Tabel 2.2 menyajikan faktor konversi dari tiap jenjang pendidikan, rata-

rata lama sekolah (MYS) dihitung berdasarkan formula sebagai berikut :

Tahun Konversi dari Pendidikan Tetinggi yang Ditamatkan

3) Standar Hidup

Standar hidup dalam perhitungan IPM, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antardaerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut :

1. Menghitung pengeluaran per kapita dari modul SUSENAS (=Y)

2. Menaikkan nilai Y sebesar 20% (=Y), karena berbagai studi diperkirakan bahwa data dari SUSENAS cenderung lebih rendah dari 20%

3. Menghitung nilai daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) untuk setiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relative terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar

4. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasikan Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) (=Y2)

5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah (=Y3)

6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan estimasi daya beli (=Y4). Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan.

MYS = tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki – 1

Page 13: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

2.2 Jumlah Penduduk Miskin

2.2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Hendra Esmara (1986) mengukur dari

ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang

berlaku, maka kemiskinan dapat dibagi tiga:

1. Miskin absolut yaitu apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis

kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan,

sandang, kesehatan, papan, pendidikan.

2. Miskin relatif yaitu seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan

namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

3. Miskin kultural yaitu berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok

masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya

sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantu.

Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan kemiskinan

dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan komunitas. Karena

permasalahn kemiskinan komunitas bukan hanya masalah ekonomi namun meliputui

berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan

kemiskinan plural. Delina Hutabarat (1994), menyebutkan sekurang-kurangnya ada enam

macam kemiskinan yang ditanggung komunitas yaitu :

1. Kemiskinan Subsistensi yaitu penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan

buruk, fasilitas air bersih mahal.

2. Kemiskinan Perlindungan yaitu lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan

sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.

3. Kemiskinan Pemahaman yaitu kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya

akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak,

kemampuan, dan potensi untuk mengupayakan perubahan.

4. Kemiskinan Partisipasi yaitu tidak ada akses dan control atas proses pengambilan

keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas.

5. Kemiskinan Identitas yaitu terbatasnya perbauran antar kelompok sosial,

terfragmentasi.

6. Kemiskinan Kebebasan yitu stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat

pribadi maupun komunitas.

Page 14: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, secara harfiah kata miskin diberi arti tidak

berharta benda. Sayogyanya membedakan tiga tipe orang miskin, yakni miskin (poor),

sangat miskin (very poor) dan termiskin (poorest). Penggolongan ini berdasarkan

pendapatan yang diperoleh setiap tahun. Orang miskin adalah orang yang berpenghasilan

kalau diwujudkan dalam bentuk beras yakni 320 kg/orang/tahun. Jumlah tersebut

dianggap cukup memenuhi kebutuhan makan minimum (1,900 kalori/orang/hari dan 40

gr protein/orang/hari). Orang yang sangat miskin berpenghasilan antara 2240 kg, 320 kg

beras/orang/tahun, dan orang yang digolongkan sebagai termiskin berpenghasilan

berkisar antara 180 kg, 240 kg beras/orang/tahun.

Menurut BPS, penduduk miskin adalah mereka yang asupan kalorinya di bawah 2,100

kalori berdasarkan kategori food dan nonfood diukur menurut infrastruktur antara lain

jalan raya, rumah, serta ukuran sosial berupa kesehatan dan pendidikan.

2.2.2 Pembangunan dan Kemiskinan

Membaiknya indikator-indikator makro ekonomi diharapkan dapat memberikan

dampak postif terhadap masalah pengangguran, kualitas hidup, dan terutama kemiskinan

yang menjadi issue penting, dan terus mendapat perhatian serius dari setiap

penyelenggaraan pemerintah. Pembangunan ekonomi berhubungan erat dengan masalah

kemiskinan. Sebab tujuan utama dari pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran

masyarakat atau pemerataan kesejahteraan. Dengan kata lain, pembangunan bertujan

untuk mengentaskan kemiskinan.

Masalah pokok yang dihadapi oleh pedesaan di Indonesia adalah kemiskinan dan

keterbelakangan. Keadaan ini ditandai oleh :

1. Pendapatan yang rendah dari sebagian besar penduduk pedesaan.

2. Terdapatnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin dalam usaha-usaha

pembangunan sehingga disinyalir kondisi-kondisi tersebut kurang menguntungkan

dalam mempercepat laju pertumbuhan.

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia pada umumnya melanda penduduk yang tinggal

di pedesaan. Salah satu golongan miskin di pedesaan adalah mereka yang termasuk

kategori petani kecil yang bertempat tinggal di daerah yang terisolir dengan kondisi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kurang menguntungkan. Petani kecil

yan ghidup dalam kemiskinan tersebut umumnya memiliki lahan pertanian yang sempit.

Kecilnya luas lahan yang dimiliki mengakibatkan mereka sangat sulit meningkatkan taraf

hidupnya.

Page 15: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Dari waktu ke waktu jumlah penduduk miskin ini semakin berkurang di daerah

pedesaan sementara jumlah penduduk miskin dikota semakin banyak. Hal ini disebabkan

banyak penduduk miskin dari desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yan

glebih baik. Akibatnya mereka bekerja di sektor informal perkotaan seperti pedangang

kako lima, pedangan asongan, pemulung, gelandangan, dan sebagainya. Sebagian dari

profesi ini membuat mereka tetap tergolong miskin.

2.2.2 Konsep dan Indikator Kemiskinan Menurut Pemerintah Indonesia

Untuk mewujudkan hak dasar masyarakat miskin, Bappenas menggunakan beberapa

pendekatan utama, antara lain pendekatan kebutuhan dasar, pendikatan pendapatan,

pendekatan kemampuan dasar, dan pendekatan objektif dan subjektif.

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan

seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan minimum, antara lain

pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan,penyediaan air bersih dan

sanitasi. Menurut pendekatan pendapatan, kemiskinan disebabkan oleh rendahnya

penguasaan asset dan alat produktif seperti tanah dan lahan pertanian atau perkebunan,

sehingga secara langsung memengaruhi pendapatan seseorang dalam masyarakat.

Pendekatan ini, menentukan secara kaku standar pendapatan seseorang di dalam

masyarakat untuk membedakan kelas sosialnya. Pendekatan kemampuan membaca dan

menulis untuk menjalankan fungsi minimal dalam masyarakat. Keterbatasan kemampuan

ini menyebabkan tertutupnya kemungkinan bagi orang miskin terlibat dalam pengambilan

keputusan. Pendekatan obyektif atau sering juga disebut sebagai pendekatan

kesejahteraan menekankan pada penilaian normatif dan syarat yang harus dipenuhi agar

keluar dari kemiskinan. Pendekatan subyektif menilai kemiskinan berdasarkan pendapt

atau pandangan orang miskin sendiri (Stepanek, 1985).

Indikator-indikator utama kemiskinan berdasarkan pendekatan di atas yang di kutip

dari Badan Pusat Statistik, antara lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).

2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,

sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan

keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.

Page 16: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Tidak adanya akses dalam lapanga kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacar fisik maupun mental.

9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban

kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).

Indikator kemiskinan menurut Bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan

mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses

dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya

kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup

dan sumber daya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya pertisipasi, dan besarnya

beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga dan adanya

tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi.

2.2.3 Penyebab Kemiskinan

Nasikun menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu :

1. Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan, direproduksi

melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy) diantaranya adalah kebijakan

anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan.

2. Socio-economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami kemiskinan karena

pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal karena tanah yang paling subur

dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3. Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan seperti deret

hitung.

4. Resources management and The Environment, yaitu adanya unsur misalnya

manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal

tebang akan menurunkan produktivitas.

5. Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus alam.

Misalnya tinggal di lahan kritis =, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir

tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan

produktivitas yang maksimal terus-menerus. Universitas Sumatera Utara

Page 17: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

6. The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena

perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan

penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

7. Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memlihara

kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya,

serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara adat-istiadat keagamaan.

8. Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti

rentenir (lintah darat).

9. Internal Political Fragmentation and Civil stratfe, yaitu suatu kebijakan yang

diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat menjadi

penyebab kemiskinan.

10. International Processes, yaitu bekerjanya sistem-sistem internasional (kolonialisme

dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin miskin.

Selain beberapa faktor di atas, penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya di

pedesaan disebabkan oleh keterbatasan asset yang dimiliki, yaitu :

1. Natural Assets; seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya

menguasai lahan yang kurang memadai untk mata pencahariannya.

2. Human Assets; menyangkut kualits sumber daya manusia yang relatif masih rendah

dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat Universitas Sumatera Utara

pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan

teknologi).

3. Physical Assets; minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan

jalan, listrik dan komunikasi.

4. Financial Assets; berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal

usaha.

5. Social Assets; berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan

bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik.

2.2.4 Karekteristik atau Ciri-ciri Penduduk Miskin

Emil Salim (1976) mengemukakan lima karakteristik kemiskinan, kelima karakteristik

kemiskinan tersebut adalah :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

Page 18: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan

sendiri.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya sendiri.

4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau

pendidikan yang memadai.

2.3 Pertumbuhan Ekonomi

2.3.1 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto

riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang

bila terjadi pertumbuhan output riil.

Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi

bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan

taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat

yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam

proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” dalam produksi itu

sendiri.

Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai

kemampuan negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat

bagi penduduknya, dimana pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan kepada kemajuan

teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya.

2.3.2 Mengukur Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu kegunaan penting dari data-data pendapatan nasional adalah untuk

menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari tahun ke tahun.

Dalam perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pada harga-harga yang berlaku pada

tahun tersebut. Apabila menggunakan harga berlaku, maka nilai pendapatan nasional

menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perubahan

tersebut dikarenakan oleh pertambahan barang dan jasa dalam perekonomian serta adanya

kenaikan-kenaikan harga berlaku dari waktu ke waktu.

Pendapatan nasional berdasarkan harga tetap yakni perhitungan pendapatan nesional

dengan menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu (tahun dasar) yang

Page 19: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun

berikutnya. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh secara harga tetap ini dinamakan

pendapatan nasional riil.

Perhitungan ekonomi biasanya menggunakan data PDB triwulan dan tahunan.

Adapun konsep perhitungan petumbuhan ekonomi dalam satu periode (Rahardja. 2000),

yaitu :

¿=PDBR t−PDRB t−1

PDRBt−1

×100 %

Dimana :

Gt = Pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)

PDBRt-1= PDBR satu periode sebelumnya

Jika interval waktu lebih dari satu periode maka perhitungan pertumbuhan ekonomi dapat

dilakukan dengan menggunakan persamaan eksponensial :PDBRt = PDBR0 (1+r)2Dimana :

PDBRt = PDBR periode t

PDBR0= PDBR periode t

r = tingkat pertumbuhan

t = jarak periode

Perhitungan PDB dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:

1. PDB menurut harga berlaku

Dimana PDB dengan faktor inflasi yang masih terkandung di dalamnya.

2. PDB menurut harga konstan

Dimana PDB meniadakan faktor inflasi. Artinya pengaruh perubahan harga telah

dihilangkan.

Untuk menghitung besarnya pendaptan nasional atau regional, maka ada tiga metode

pendekatan yang dipakai :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan sektor ekonomi

produktif dalam wilayah suatu negara. Secara matematis :NI = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn

Page 20: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Dimana :

NI = PDB (Produk Domestik Bruto).

P1, P2,…, Pn = Harga satuan produk pada satuan Masing-masing sektor ekonomi.

Q1, Q2,…, Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor ekonomi yang dipakai

hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan ganda.

Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari adanya perhitungan

ganda.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Universitas Sumatera Utara

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan besarnya total pendapatan atau balas jasa

setiap faktor-faktor produksi. Secara matematis :Y = Yw + Yr + Yi + YpDimana :

Y = Pendapatan Nasional atau PDB

Yw = Pendapatan Upah/ gaji

Yr = Pendapatan Sewa

Yi = Pendapatan Bunga

Yp = Pendapatan Laba atau profit

3. Pendekatan Pengeluaran (Consumption Approach)

Metode ini dihitung dengan menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan berbagai

golongan pembeli dalam masyarakat. Secara matematis :Y = C + I + G + (X-M)Dimana :

Y = PDB (Produk Domestik Bruto)

C = Pengeluaran Rumah Tangga Konsumen Untuk Konsumsi

I = Pengeluaran Rumah Tangga Perusahaan Untuk Investasi

G = Pengeluaran Rumah Tangga Pemerintah

(X-M) = Ekspor Netto atau Perusahaan Rumah Luar Negeri

Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk menghindari adanya

perhitungan ganda.

Page 21: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

2.3.3 Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa.

Ketiga faktor tersebut adalah :

1. Akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modul atau sumber daya manusia. Akumulasi

modal terjdi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali

dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.

2. Pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan

kerja. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa

tahun setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu

faktor yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti

akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumnuhan penduduk yang lebih

besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestik.

3. Kemajuan teknologi yang terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas

cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional. Dalam hal ini dikenal

ada tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu :

• Kemajuan teknologi yang bersifat netral.

• Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja.

• Kemajuan teknologi yang hemat modal.

2.4 Pengeluaran Pemerintah

Dalam kebijakan fiscal dikenal ada beberapa kebijakan anggaran, yaitu

anggaran berimbang, anggaran surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian umum,

anggaran brimbang adalah suaatu kondisi dimana penerimaan sama dengan

pengeluaran (G = T). Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan

(G < T) sedangkan anggaran defisit adalah anggaran dimana komposisi pengeluaran

lebih besar dari pada penerimaan (G > T).

Anggaran surplus digunkan jika pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi

sedangkan anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi masalah

pengangguran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi untuk mengurangangi angka

pengangguran, pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran rutin dan pengeluaran

pembangunan. Sampai dengan tahun 2004, rincian belanja pemerintah pusat masih

terdiri dari : 1. Pengeluaran rutin dan 2. Pengeluaran pembangunan. Namun sejak

Page 22: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

tahun 2005 mulai diterapkan penyatuan anggaran (unified budgeti) antara pengeluaran

rutin dan pengeluaran pembangunan.

2.4.1 Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin yaitu pengeluaran yang digunakan untuk pemeliharaan dan

penyelenggaraan pemerintah yang meliputi belanja pegawai, belanja barang,

pembayaran bunga utang, subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya. Melalui pengeluaran

rutin, pemerintah dapat menjalankan misinya dalam rangka menjaga kelancaran

penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan pemeliharaan asset negara,

pemenuhan kewajiban pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada

masyarakat miskin dan kurang mampu, serta menjaga stabilitas perekonomian

(Djunasien dan Hidayat,1989).

Besarnya pengeluaran rutin dipengaruhi oleh berbagai langkah kebijakan yang

ditempuh pemerintah dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan stabilitas

perekonomian, seperti perbaikan pendapatan aparatur pemerintah, penghematan

pembayaran bunga utang, dan pengalihan subsidi agar lebih tepat sasaran. Kenaikan

pengeluaran pemerintah terutama dari pos belanja pegawai yang dialokasikan untuk

menaikkan gaji pegawai dan pensiunan. Selain itu, lonjokan pengeluaran pemerintah

yang terjadi pada pos pembayaran bunga utang luar negeri dan dalam negeri.

Perbedaan karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman dari dalam dan luar

negeri yaitu pada implikasi disaat pengembalian.

2.4.2 Pengeluaran Pembagunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang bersifat modal masyarakat

dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik. Dibedakan atas pengeluaran

pembangunan merupakan pengeluaran yang ditunjukan untuk membiayai program-

program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang

berhasil imobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai

dengan prioritas yang telah direncanakan.

Dalam teori ekonomi makro, ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran, yaitu :

1. Pegeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.

3. Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer (transfer payment).

Page 23: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Di samping itu, pengelolaan anggaran pembangunan juga harus tetap

ditempatkan sebagai bagian yang utuh dari upaya menciptakan anggaran pendapatan

dan belanja negara yang sehat, melalui upaya mngurangi upaya menciptakan

pertumbuhan yang berkesinambungan. Pembiayaan pembangunan rupiah dibiayai dari

sumber-sumber pembiayaan dalam negeri, dan pinjaman program. Pengelolaan dana

tersebut akan dialokasikan kepada departemen dan lembaga pemerintah non

departemen di tingkat pusat termasuk Departemen Hankam, dan pemerintah daerah,

yang diklasifikasikan ke dalam dana pembangunan yang dikelola oleh instansi pusat,

dan dana pembangunan yang dikelola daerah (Djamin, 1993).

Dalam rangka menutupi kesenjangan antara kebutuhan pembangunan dengan

kemampuan dana dalam negeri, maka pembiayaan proyek masih tetap dibutuhkan.

Pada tahun 1994-2004 pembiayaan pembangunan dengan dana yang bersumber dari

luar negeri diupayakan untuk secara bertahap dikurangi. Untuk itu, pembiayaan

proyek harus dimanfaatkan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang

produktif dan dilaksanakan secara lebih optimal terutama bagi kegiatan ekonomi yang

produktif dan dilaksanakan secara lebih transparan, efektif, dan efisien. Dengan

demikian pemilihan proyek-proyek yang pembiayaan bersumber dari pinjaman luar

negeri harus dilakukan berdasarkan prioritas sehingga dapat mendukung penciptaan

sasaran.

Perubahan dalam pengeluaran pemertintah dan pajak akan mempengaruhi

tingkat pendapatan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal dapat

digunakan untuk menstabilkan perekonomian. Jika perekonomian berada dalam

keadaan resesi, pajak harus dikurangi atau pengeluaran ditingkatkan untuk menaikkan

output. Jika sedang berada dalam masa makmur (booming) pajak seharusnya

dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.

Pengeluaran pemerintah dapat dinilai dari berbagai segi sehingga dapat

dibedakan menjadi (Suparmoko, 1996) :

1. Pengeluaran itu merupakan investasi untuk menambah kekuatan dan ketahanan

ekonomi di masa-masa mendatang.

2. Pengeluaran itu langsung memberikan kesejahteraan dan kegembiraan bagi

masyarakat.

3. Merupakan penghematan pengeluaran yang akan datang.

4. Penyediaan kesempatan kerja lebih banyak dan penyebaran tenaga beli yang lebih

luas.

Page 24: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Berdasarkan penilaian ini, pengeluaran negara dapat dibedakan atas :

Pengeluaran yang self liquiditing sebagian dan seluruhnya, artinya

pengeluaran pemerintah mendapatkan pembayaran kembali dari masyarakat

yang menerima jasa atau barang-barang yang bersangkutan. Misalnya

pengeluaran untuk jasa-jasa perusahaan negara, atau untuk proyek-proyek

barang produktif ekspor.

Pengeluaran yang reproduktif, artinya mewujudkan keuntungan-keuntungan

ekonomis bagi masyarakat, yang dengan naiknya tingkat penghasilan dan

sasaran pajak yang lain yang akhirnya akan menaikkan penerimaan

pemerintah. Misalnya pengeluaran untuk bidang pengairan, pertanian,

pendidikan, kesehatan masyarakat (public health).

Pengeluaran yang tidak self liquiditing maupun yang tidak produktif, yaitu

pengeluaran yang langsung menambah kegembiraan dan kesejahteraan

masyarakat. Misalnya untuk bidang-bidang rekreasi, pendirian monument,

objek-objek wisata Universitas Sumatera Utara dan sebagainya. Dan hal ini

dapat juga mengakibatkan naiknya penghasilan nasional dalam arti jasa-jasa

tadi.

Pengeluaran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan

pemborosan. Misalnya untuk pembiayaan pertahanan perang meskipun pada

saat pengeluaran terjadi penghasilan yang menerimanya akan naik.

Pengeluaran yang merupakan penghematan dimasa yang akan datang.

Misalnya pengeluaran untuk anak yatim piatu, kalau hal ini tidak dijalankan

sekarang, kebutuhan-kebutuhan pemeliharaan bagi mereka dimasa mendatang

pada usia yang lebih lanjut pasti akan lebih besar.

Page 25: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Kondisi Demografi Propinsi Bengkulu

Jumlah Penduduk Provinsi Bengkulu Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2012

Kabupaten/Kota 2010* 2011 2012

Bengkulu Selatan

Rejang Lebong

Bengkulu Utara

Kaur

Seluma

Mukomuko

Lebong

Kepahiang

Bengkulu Tengah

Kota Bengkulu

Provinsi Bengkulu

142.940

246.787

257.675

107.899

173.507

155.753

99.215

124.865

98.333

308.544

1.715.518

145.153

250.608

261.665

109.569

176.193

158.164

100.751

126.798

99.855

313.324

1.742.080

146.891

250.986

268.921

110.921

178.689

161.087

102.126

127.047

101.028

319.098

1.766.794

3.2 Perhitungan Data Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012

Kabupaten/ KotaAngka

Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup

Angka Melek Huruf

Indeks Melek Huruf

Rata-rata Lama

Sekolah

Indeks Lama

Sekolah

Indeks Pendidikan

Pendapatan Riil (Konsumsi Riil)

Indeks Pendapatan

IPM

Page 26: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

BENGKULU 67,99 71,65 97,61 97,61 8,79 58,6 84,61 66,79 70,34 75,53Bengkulu Selatan 65,49 67,48 98,61 98,61 9,25 61,7 86,30 60,43 55,81 69,86Rejanglebong 65,34 67,23 98,03 98,03 8,57 57,1 84,40 76,94 93,53 81,72Bengkulu Utara 67,62 71,03 96,41 96,41 8,01 53,4 82,07 62,27 60,02 71,04Kaur 65,32 67,20 98,8 98,8 8,59 57,3 84,96 63,24 62,23 71,46Seluma 63,82 64,70 97,48 97,48 8,01 53,4 82,79 67,72 72,47 73,32Mukomuko 65,88 68,13 97,32 97,32 7,86 52,4 82,35 68,01 73,13 74,54Lebong 64,75 66,25 98,23 98,23 8,3 55,3 83,93 64 63,97 71,38Kapahlang 62,41 62,35 98,55 98,55 8,06 53,7 83,61 65,73 67,92 71,29Bengkulu Tengah 68,2 72,00 96,9 96,9 7,68 51,2 81,67 60,92 56,93 70,20Kota Bengkulu 68,57 72,62 99,76 99,76 11,37 75,8 91,77 69,49 76,51 80,30

Page 27: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

3.3 Analisa Data

3.3.1 Memaknai Hasil Regresi Ganda

3.3.1.1 Tabel Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Indeks Pembangunan Manusia 73.69 4.029 11

Indeks Harapan Hidup 68.24 3.265 11

Indeks Pendidikan 84.41 2.807 11

Indeks Pendapatan 67.91 10.830 11

Tabel Descripstive Statistics menyajikan variabel Indeks harapan Hidup (X1); Indeks

Pendidikan (X2); Indeks Pendapatan (X3) dan variabel IPM (Y).

Hasil deskriptif IPM (Y) dijelaskan bahwa rata-rata (mean) sebesar 73,69

dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 4,03 dengan jumlah (N)

sebanyak 11 kota

Hasil deskriptif Indeks Harapan Hidup (X1) dijelaskan bahwa rata-rata (mean)

sebesar 68,24 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 3,26 dengan

jumlah (N) sebanyak 11 kota

Hasil deskriptif Indeks Pendidikan (X2) dijelaskan bahwa rata-rata (mean)

sebesar 84,4 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 2,80 dengan

jumlah (N) sebanyak 11 kota

Hasil deskriptif Indeks Pendapatan (X3) dijelaskan bahwa rata-rata (mean)

sebesar 67,91 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar = 10,76

dengan jumlah (N) sebanyak 11 kota

3.3.1.2 Tabel Model Summary

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Changedf1 df2

Sig. F

Change

1 1.000a .999 .999 .118 .999 3880.618 3 7 .000

a. Predictors: (Constant), Indeks Pendapatan, Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan

b. Dependent Variable: Indeks Pembangunan Manusia

Page 28: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Tabel Model Summary, pada bagian ini ditampilkan nilai R= 1,000 dan koefisien

Determinasi (Rsquare) sebesar 0,999 adalah pengkuadratan dari nilai 1,0002=0,999. Hal

ini menunjukkan pengertian bahwa IPM (Y) dipengaruhi sebesar 100% oleh variabel

Indeks Harapan Hidup (X1), Indeks Pendidikan (X2) dan Indeks Pendapatan (X3)

dengan catatan semakin kecil angka Rsquare,semakin lemah hubungan kedua atau lebih

variabel tersebut.

3.3.1.3 Tabel ANOVA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 162.261 3 54.087 3.881E3 .000a

Residual .098 7 .014

Total 162.358 10

a. Predictors: (Constant), Indeks Pendapatan, Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan

b. Dependent Variable: Indeks Pembangunan Manusia

Hasil dari uji ANOVA, pada bagian ini ditampilkan bahwa hasil yang diperoleh

adalah nilai F =3,881 dengan tingkat probabilitas sig.0,000. Oleh karena nilai

probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ganda dipakai untuk

memprediksi indeks pembangunan manusia.

3.3.1.4 Tabel Coefficients

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .502 1.225 .410 .694

Indeks Harapan Hidup .319 .012 .259 26.409 .000

Indeks Pendidikan .343 .014 .239 23.893 .000

Indeks Pendapatan .330 .004 .887 91.909 .000

a. Dependent Variable: Indeks Pembangunan Manusia

Page 29: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

1. Hasil dari uji Coefficients, pada bagian Indeks Harapan Hidup dikemuka-

kan nilai konstant (a) = 0,502; nilai B= 0,319 dan nilai t-hitung = 26,4 dengan

sig=0,000. Dari tabel Coefficients diperoleh persamaan perhitungan regresi,

yaitu: Y= a+bX1 = 0,502+0,319 X1

Keterangan: Konstanta sebesar 0,502 menyatakan bahwa jika tidak ada

peningkatan umur, maka indeks harapan hidup umur adalah 0,502

Koefisien regresi sebesar 0,319 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena

ada tanda +) 0,319 tahun akan meningkatkan IPM sebesar 0,319 tahun.

Sebaliknya jika indeks pembangunan manusia turun 1 maka dapat diprediksi

mengalami penurunan sebesar 0,319 tahun . Jadi tanda + menyatakan arah

hubungan yang searah, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X)

akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel terikat (Y)

Uji Regresi: Indeks Harapan Hidup berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

a. Hipotesis berdasarkan uji t dirumuskan secara statistik sebagai berikut:

Ha : Pyx1 ≠ 0

Ho : Pyx1 = 0

Hipotesis bentuk kalimat:

Ha : Indeks Harapan Hidup berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Ho : Indeks Harapan Hidup tidak berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Kaidah Keputusan:

Jika nilai thitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

signifkan

Jika nilai thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

tidak signifkan

Tabel Coefficients diperoleh thitung = 26,4. Prosedur mencari statistik

tabel dengan kriteria:

Tingkat signifkan (α = 0,05) untuk uji dua pihak df atau dk

(derajat kebebasan) dengan jumlah data (N) – 2 atau 11-2= 9

Sehingga didapat t tabel = 1,83

Page 30: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Ternyata nilai t hitung > t tabel atau 26,4 > 1,83, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya signifkan. Jadi indeks harapan hidup berpengaruh

signifkan terhadap pembangunan manusia.

b. Hipotesis dengan teknik probabilitas diuji dirumuskan secara statistik

sebagai berikut:

Ha : Indeks Harapan Hidup berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Ho : Indeks Harapan Hidup tidak berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Kaidah Keputusan:

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak siginifkan

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha

diterima , artinya siginifkan

Tabel Coefficients diperoleh variabel indeks harapan hidup dengan

nilai Sig sebesar 0,000 dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata

nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05

> 0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifkan. Terbukti

bahwa indeks harapan hidup berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

2. Hasil dari uji Coefficients, pada bagian Indeks Pendidikan dikemukakan nilai konstan (a) = 0,502; nilai B= 0,343 dan nilai t-hitung = 23,893 dengan sig=0,000. Dari tabel Coefficients diperoleh persamaan perhitungan regresi, yaitu: Y= a+bX1 = 0,502+0,343 X1

Keterangan: Konstanta sebesar 0,502 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan indeks pendidikan , maka indeks pembangunan manusia adalah 0,502

Koefisien regresi sebesar 0,502 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena ada tanda +) 0,502 tahun akan meningkatkan IPM sebesar 0,502 tahun. Sebaliknya jika indeks pendidikan turun 1 maka dapat diprediksi mengalami penurunan sebesar 0,502 . Jadi tanda + menyatakan arah hubungan yang searah, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel terikat (Y)

Page 31: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Uji Regresi: Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

a. Hipotesis berdasarkan uji t dirumuskan secara statistik sebagai berikut:

Ha : Pyx1 ≠ 0

Ho : Pyx1 = 0

Hipotesis bentuk kalimat:

Ha : Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Ho : Indeks Pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Kaidah Keputusan:

Jika nilai thitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

signifkan

Jika nilai thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

tidak signifkan

Tabel Coefficients diperoleh thitung = 23,89 Prosedur mencari statistik

tabel dengan kriteria:

Tingkat signifkan (α = 0,05) untuk uji dua pihak df atau dk

(derajat kebebasan) dengan jumlah data (N) – 2 atau 11-2= 9

Sehingga didapat t tabel = 1,83

Ternyata nilai t hitung > t tabel atau 23,89 > 1,83, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya signifkan. Jadi Indeks Pendidikan berpengaruh

signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

b. Hipotesis dengan teknik probabilitas diuji dirumuskan secara statistik

sebagai berikut:

Ha : Pyx1 ≠ 0

Ho : Pyx1 = 0

Hipotesis bnetuk kalimat

Ha : Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Ho : Indeks Pendidikan tidak berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Kaidah Keputusan:

Page 32: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak siginifkan

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha

diterima , artinya siginifkan

Tabel Coefficients diperoleh variabel Indeks Pendidikan dengan nilai

Sig sebesar 0,000 dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata nilai

probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05 >

0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifkan. Terbukti

bahwa Indeks Pendidikan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

3. Hasil dari uji Coefficients, pada bagian Indeks Pendapatan dikemukakan nilai konstan (a) = 0,502; nilai B= 0,330 dan nilai t-hitung = 91,90 dengan sig=0,000. Dari tabel Coefficients diperoleh persamaan perhitungan regresi, yaitu: Y= a+bX1 = 0,502+0,330 X1

Keterangan: Konstanta sebesar 0,502 menyatakan bahwa jika tidak ada peningkatan indeks pendapatan, maka indeks pembangunan manusia adalah 0,502

Koefisien regresi sebesar 0,330 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena ada tanda +) 0,330 tahun akan meningkatkan IPM sebesar 0,330 tahun. Sebaliknya jika indeks pendapatan turun 1 maka dapat diprediksi mengalami penurunan sebesar 0,330 . Jadi tanda + menyatakan arah hubungan yang searah, dimana kenaikan atau penurunan variabel bebas (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel terikat (Y)

Uji Regresi: Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

a. Hipotesis berdasarkan uji t dirumuskan secara statistik sebagai berikut:

Ha : Pyx1 ≠ 0

Ho : Pyx1 = 0

Hipotesis bentuk kalimat:

Ha : Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Ho : Indeks Pendapatan tidak berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Page 33: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

Kaidah Keputusan:

Jika nilai thitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

signifkan

Jika nilai thitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

tidak signifkan

Tabel Coefficients diperoleh thitung = 23,89 Prosedur mencari statistik

tabel dengan kriteria:

Tingkat signifkan (α = 0,05) untuk uji dua pihak df atau dk

(derajat kebebasan) dengan jumlah data (N) – 2 atau 11-2= 9

Sehingga didapat t tabel = 1,83

Ternyata nilai t hitung > t tabel atau 91,90 > 1,83, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinya signifkan. Jadi Indeks Pendapatan berpengaruh

signifkan terhadap pembangunan manusia.

b. Hipotesis dengan teknik probabilitas diuji dirumuskan secara statistik

sebagai berikut:

Ha : Pyx1 ≠ 0

Ho : Pyx1 = 0

Hipotesis bentuk kalimat

Ha : Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Ho : Indeks Pendapatan tidak berpengaruh signifkan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia

Kaidah Keputusan:

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya tidak siginifkan

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha

diterima , artinya siginifkan

Tabel Coefficients diperoleh variabel Indeks Pendapatan dengan nilai

Sig sebesar 0,000 dibandingkan dengan probabilitas 0,05 ternyata nilai

probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas Sig atau [0,05 >

0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifkan. Terbukti

Page 34: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

bahwa Indeks Pendapatan berpengaruh signifkan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Page 35: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

BAB IVPENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada laporan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Bengkulu Tahun 2011 yang sebagaimana dalam pengelolaan datanya menggunakan aplikasi SPSS 16.0 dengan analisis regresi ganda dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Indeks Harapan Hidup yang berpengaruh signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

2. Indeks Pendidikan yang berpengaruh signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

3. Indeks Pendapatan yang berpengaruh signifkan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

B. SARANBeberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat dalam menghadapi dinamika penduduk yang sebagaimana dapat mempengaruhi indeks pembangunan manusia tersebut diantaranya: 1. Meningkatkan pengetahuan mengenai masalah kependudukan, baik melalui pendidikan formal maupun informasi yang kemudian disebar-luaskan pada masyarakat dengan tujuan menumbuhkan kesadaran, pengetahuan dan tingkah laku yang bertanggung-jawab serta rasional mengenai permasalahan kependudukan.2. Menurunkan tingkat kelahiran baik secara langsung maupun tidak langsung. Cara langsung adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi.3. Sedangkan untuk cara tidak langsung adalah melalui faktor sosial-budaya, seperti berikut:

Page 36: Laporan Ipm Provinsi Bengkulu Tahun 2011

DAFTAR RUJUKAN

http://www.bkpmdbengkulu.com/jo/index.php?option=com_content&view=article&id=47&Itemid=2. Kondisi Umum Provinsi Bengkulu. diakses 14 Desember 2013

http://adetiapunya.blogspot.com/2012/05/pengendalian-dinamika-dan-pengukuran.html. Pengendalian Dinamika Dan Pengukuran Kependudukan Dalam Konsep Dasar Dan Pengelolaankependudukan. diakses 14 Desember 2013

http://bengkulu.bps.go.id/index.php?r=site/page&view=penduduk. Penduduk. diakses 14 Desember 2013

http://altitudesjablog.blogspot.com/2013/02/indikator-indikator-pembangunan-manusia.html. Indikator-Indikator Pembangunan Manusia. Diakses 14 Desember 2013