Laporan Intervensi Diagnosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Public Health

Citation preview

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Hasil Diagnosis dan Intervensi dengan judul PERILAKU MEROKOK PADA KELUARGA BINAAN DI RT 005/RW 006 KAMPUNG GARAPAN DESA TANJUNG PASIR KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN, PERIODE 2 FEBRUARI 7 MARET 2015 telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Jakarta, Februari 2015 Pembimbing,

DR.Dr.H.Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur kami senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas yang berjudul PERILAKU MEROKOK PADA KELUARGA BINAAN DI RT 005/006 KAMPUNG GARAPAN, DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN, PERIODE 2 FEBRUARI 7 MARET 2015 ini dapat diselesaikan dengan baik.Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, periode 2 Februari 7 Maret 2015. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan Masyarakat, sehingga dapat memberikan manfaat.

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf pengajar, serta orang-orang sekitar yang terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. DR. Dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes selaku Dekan dan dosen pembimbing Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat.2. Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas YARSI.3. Dr. Citra Dewi, M.Kes selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.4. Rifda Wulansari, SP, M.Kes selaku Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran YARSI5. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes sebagai staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. 6. Dr. Dian Mardhiyah, MKK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI.7. Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.8. Dr. Erlina Wijayanti, MPH selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.9. Dr. Dini Widianti, MKK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.10. Dr. Taufit Wirawan selaku Kepala Puskesmas Tegal Angus dan pembimbing yang membimbing dan member masukan yang bermanfaat selama berada di Puskesmas Tegal angus.11. Dr. Nurlela selaku pembimbing yang membimbing dan memberi masukan bermanfaat selama berada di Puskesmas Tegal angus.12. Seluruh staf & tenaga kesehatan Puskesmas Tegal Angus yang telah memberikan bimbingan dan data kepada penulis untuk kelancaran proses penulisan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai perbaikan. Kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak terkait.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2015

Tim Penulis

BAB I

LATAR BELAKANG

I.1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS

I.1.1. Situasi Keadaan Umum

Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut satu meter dengan suhu udara 30-37C. (Kartikawatie, 2012)

Gambar 1.1. Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)

Sumber : google maps, 2014

Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,613 Km), terdiri dari luas daratan 2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter. Topografi kecamatan Teluk Naga meliputi :1. Daerah sawah

2. Daerah pantai

3. Daratan rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut

4. Daerah tambakWilayah kerja puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluk Naga dipantai utara kabupaten Tangerang dengan wilayah kerja 2.481.599 Ha (30 km) terdiri dari luas daratan 1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata-rata antara 30C - 37C.

I.1.2. Batas WilayahBatas batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa2. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Sumber : kartikawatie, 2012Terdapat enam desa binaan Puskesmas :a. Desa Lemo

b. Desa Tanjung Pasir

c. Desa Tanjung Burung

d. Desa Pangkalan

e. Desa Tegal Angus

f. Desa Muara

Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut (Kartikawatie, 2012) :

1. Dengan kantor kecamatan berjarak :12 km

2. Dengan ibukota kabupaten berjarak :54 km

3. Dengan ibukota provinsi berjarak

:72 km

I.2. GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI

I.2.1. Situasi KependudukanJumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak 9.513 jiwa, terdiri dari laki-laki 4884 jiwa dan perempuan 4629 jiwa. Secara rinci klasifikasi penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012) : Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan

No.Warga NegaraLaki lakiPerempuan

1Warga Negara Indonesia (WNI)4884orang4629orang

2Warga Negara Asing( WNA)- orang- orang

Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)

Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan UmurNo.UmurJumlah Penduduk

1.0 4 tahun920 orang

2.5 14 tahun1880 orang

3.15 44 tahun5139 orang

4.45 64 tahun1273 orang

5.>65 tahun301 orang

Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum di tabel bawah ini :

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus NODESALuas wilayah (km)Jumlah pendudukJumlah rumah tanggaRata-rata jiwa/rumah tanggaKepadatan penduduk per km

1234567

1Pangkalan7.5416,8884,1384.082239.79

2Tanjung Burung5.247,6692,4733.101463.55

3Tegal Angus2.839,5132,8793.303361.48

4Tanjung Pasir5.649,5131,7875.321686.70

5Muara5.143,5664967.19693.77

6Lemo3.616,68264810.311850.97

Jumlah30.0053,83112,4214.331,794

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Tangerang Jumlah penduduk yang berubah-ubah dikarenakan adanya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Migrasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cenderung terjadi dengan cepat, mengingat letak wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang.

Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu tantangan dalam pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dan program pembangunan kesehatan sekaligus menjadi faktor pendorong pembangunan karena tersedia SDM (sumber daya manusia) yang cukup untuk menggerakkan pembangunan. Akan tetapi SDM bidangkesehatan masih sangat kurang di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga diharapkan Puskesmas dapat terus meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyesuaikan program puskesmas dengan keadaan penduduk di wilayah kerjanya.

Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat pada tabel dibawah ini :Tabel 1.4. Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

NODesa/kelJumlah Penduduk

Laki-lakiPerempuanJumlah

1Pangkalan8.7108.17816.888

2Tanjung Burung3.9373.7327.669

3Tegal Angus4.8904.6229.512

4Tanjung Pasir4.8844.6299.513

5Muara 1.8201.7463.566

6Lemo 3.4303.2526.682

JUMLAH27.67126.16053.831

Sumber : Kantor BPS kabupaten Tangerang 2012Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat partisipasi terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada perempuan baik sebagai sasaran kesehatan seperti bumil, bulin maupun kader kesehatan. Program-program seperti KIA-KB dan gizi identik dengan ibu-ibu padahal peran laki-laki juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan pengembangan seperti usaha kesehatan kerja mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih banyak laki-laki yang bekerja bandingkan perempuan.I.2.2. Keadaan Sosial EkonomiPotensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan dimanfaatkan atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu

a. Potensi umum

Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh masyarakat.

b. Potensi khusus

Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh masyarakat.Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian PokokNo.Mata Pencaharian PokokJumlah Penduduk

1.Buruh/swasta65 orang

2.Praktek Dokter/Bidan6 orang

3.Montir25 orang

4.Nelayan2.331 orang

5.Pedagang1.213 orang

6.Pegawai Negeri Sipil (PNS)15 orang

7.Pengemudi Becak43 orang

8.Pengrajin5 orang

9.Pengusaha8 orang

10.Penjahit24 orang

11.Petani176 orang

12.Peternak6 orang

13.Supir30 orang

14.TNI / POLRI6 orang

15.Tukang Batu42 orang

Sumber : (Kartikawatie, 2012)

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan sekitarnya. Jumlah pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.6. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Tegal Angus

NoAgamaJumlah Penduduk

1

2

3

4

5

6Islam

Budha

Kristen

Khatolik

Khonghucu

Hindu45481

3059

671

105

27

1

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus 2012Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus di dominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha. Kehidupan agama di wilayah ini berjalan dengan harmonis.I.2.3. Keadaan Sosial Budaya

Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun, tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam menghadapi permasalahan yang timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai contoh: musibah kematian dan sebagainya, serta kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.Tabel 1.7. Sarana Peribadatan yang Tersedia di Desa Tanjung PasirNo.Tempat PeribadatanJumlah Penduduk

1.Masjid6 Unit

2.Musholla30 Unit

3.Majelis Taklim4 Unit

4.Gereja- Unit

5.Pura- Unit

Sumber : (Kartikawatie, 2012)1.2.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan kesehatan.

Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada tabel dibawah ini :Tabel 1.8. Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal AngusNoNama DesaJUMLAH SEKOLAH

PAUDTKRASDMISMPMTSSMASMKMA

1Pangkalan1205121010

2Tanjung Burung1002100000

3Tegal Angus0102221100

4Tanjung Pasir0202101000

5Muara0003000000

6Lemo0003000000

PUSKESMAS13012422100

Sumber data : puskesmas tegal angus 2012Perkembangan pendidikan 2 tahun terakhir (2010-2012) dan tingkat partisipasi sekolah menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, terlihat dari jumlah siswa.Tabel 1.9. Lembaga pendidikan

NOLembaga pendidikanTKSDNMISLTP negeriMTSSLTP swasta islamSMU negeriSMK

1Jumlah sekolah5175-3---

2Jumlah murid153 orang1.269 orang876 orang-413 orang---

3Jumlah guru5 orang28 orang16 orang-16 orang---

Tabel 1.10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NoTingkat PendidikanJumlah Penduduk

1Belum Sekolah1.976 jiwa

2Usia 7-45 th tidak sekolah145 jiwa

3Tidak tamat SD/Sederajat234 jiwa

4Tamat SD/Sederajat3.789 jiwa

5Tamat SLTP/Sederajat1.653 jiwa

6Tamat SLTA/Sederajat954 jiwa

7Sarjana/D1-D341 jiwa

8Pasca Sarjana/S2-S3-

I.2.5. KesehatanUpaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :

1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita, pemberian vitamin A.3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan yang bernutrisi.5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam LANSIA dan POSBINDUI.2.6. Data Puskemas Tegal Angus1. TB Paru

Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat TB Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus, didapatkan kasus baru pada:

Laki-laki: 26 orang dari 27.671 orang

Perempuan: 21 orang dari 26.160 orang

Total

: 48 orang dari 53.831 orang

Kasus lama: (-)

a) Angka insiden per 100.000 penduduk:

Laki-laki: 94.0

Perempuan: 80.0

Total

: 89.1b) Jumlah BTA (+)

Laki-laki: 13 orang

Perempuan: 14 orang

Total

: 27 orang

c) CDR

Laki-laki: 48.15

Perempuan: 50.0

Total

: 49.09

Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 20122. Diare

Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:

a) Jumlah perkiraan kasus:

Laki-laki: 1.170 orang dari 27.671 orang

Perempuan : 1.107 orang dari 26.160 orang

Total

: 2.277 orang dari 53.831 orang

b) Jumlah kasus yang di tangani

Laki laki : 394 orang (33.7%)

Perempuan: 553 orang (50%

Total

: 947 orang (41.6%)

Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 20123. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan

Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu:

a) Jumlah ibu yang bersalin: 928 orang dari 1.025 persalinan

b) Jumlah ibu yang nifas

: 1.025 orang

Yankes

: 1.022 orang

Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 20124. Kepemilikan Jamban

a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan puskesmas:

1. Jumlah keluarga: 12.421

2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968

3. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117

4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 20135. Tempat Sampah

a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan dan puskesmas:

1. Jumlah keluarga: 12.421

2. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106

3. Keluarga yng diperiksa: 117

4. Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 20136. Air Minum

a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan puskesmas:

1. Jumlah keluarga : 12.421

2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117b) Jenis sarana air minum

1. Kemasan: (-)

2. Ledeng: 25 keluarga

3. Air isi ulang: 89 keluarga

4. Sumur terlindung: 3 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 20137. Sarana dan Akses Air Bersiha) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan dan puskesmas

1. Jumlah keluarga: 12.421

2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117Jenis sarana air bersih

1. PDAM : 4 keluarga

2. SGL : 31 keluarga

3. Sumur Bor : 82 keluarga

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 20138. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan puskesmas

1. Jumlah keluarga : 12.421

2. Keluarga yang diperiksa :1260

3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183

Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 20139. Sepuluh Besar Penyakit

Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 menurut semua golongan umur seperti diagram berikut ini : Diagram 1.1. : Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus

Sumber: Data Surveilance Puskesmas Tegal Angus

Diagram 1.1 Jumlah penderita ISPA jenis kelamin laki-laki di Desa Tanjung Pasir bulan Januari-Agustus 2012

(sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2012Diagram 1.2 Jumlah penderita ISPA jenis kelamin perempuan di Desa Tanjung Pasir bulan januari - Agustus 2012Tabel 1.11. Sarana Pelayanan KesehatanNoSarana Pelayanan KesehatanJumlah

1Poskesdes1 Unit

2Pos KB Keluarga-

3Posyandu6 Unit

4Pos Mandiri-

5Klinik Bersalin/ BKIA-

6Praktek Dokter/ Bidan4 Unit

7Praktek Bidan4 Unit

8Paraji4 Orang

9

Keluarga Berencana

a. Jumlah Pos/ Klinik KB : -

b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) : 334 Pasang

c. Jumlah Akseptor KB :

1) Pil

: 127 orang

2) IUD

: 14 orang

3) Kondom: - orang

4) Suntik

: 190 orang

5) Implan : 13 orang Unit

1.3 Data Keluarga BinaanGambar 1.3 Denah Keluarga Binaan

Jalan setapakEmpang1.3.1 Keluarga Tn. EmetKeluarga binaan adalah keluarga Tn. Emet yang memiliki empat orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:Tabel 1.12. Tabel Keluarga Tn. EmetNoNamaStatus keluargaJenis kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan

1H. EmetKepala keluargaLaki-laki60SDPengusaha Tambak

2Hj. SawiyahIstriWanita45SDIbu Rumah Tangga

3Meti AnakWanita32D3Bidan

4Emi Anak Wanita 30S1Guru

5ArunAnakLaki-laki29D3Pegawai Negeri

6Dedi AnakLaki-laki28D3Buruh Pabrik

7MarjayaAnakLaki-laki27 D3Pegawai Swasta

8ErnawatiAnak Perempuan 25D3Bidan

9MardiyahMenantu Perempuan27S1Guru

10AndriMenantuLaki-laki27 SMAPegawai Swasta

11RafaCucuLaki-laki2Belum sekolah-

Keluarga Tn. Emet tinggal di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 05/06. Keluarga ini terdiri dari seorang kakek nenek dengan anak-anaknya yang telah berkeluarga, dan satu orang cucu yang tinggal serumah. Tn. Emet sebagai pemilik rumah, berusia 60 tahun dan pekerjaan pengusaha tambak, sedangkan Ny. Sawiyah sebagai istri berusia 45 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah dasar. Ny. Meti sebagai anak pertama yang berusia 32 tahun dengan latar pendidikan D3 mempunyai pekerjaan bidan tidak tinggal serumah dengan orang tuanya yaitu H. Emet. Anak kedua yaitu Ny. Erni 30 tahun dengan latar belakang pendidikan S1 mempunyai pekerjaan guru juga tidak tinggal serumah dengan orang tuanya. Anaknya yang ketiga bernama Tn. Arun saat ini berusia 29 tahun, pendidikan terakhir D3 dan mempunyai pekerjaan pegawai negeri juga tidak tinggal serumah dengan orang tuanya. Tn. Dedi sebagai anak keempat berusia 28 tahun dengan pendidikan terakhirnya D3 dan mempunyai pekerjaan sebagai buruh pabrik juga tidak tinggal serumah dengan orang tuanya. Anak ke lima yaitu Tn. Marjaya berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikjan terakhir D3 dan mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta tinggal serumah dengan orang tuanya.Tn. Marjaya mempunyai istri yang bernama Ny. Mardiyah berumur 27 tahun dengan latar belakang pendidikan S1 dan mempunyai pekerjaan sebagai seorang guru juga tinggal bersama keluarga H. Emet. Pasangan tersebut mempunyai seorang anak bernama Rafa berumur 2 tahun dan belum sekolah. Rafa diberikan ASI Ekslusif sampai berumur 4 bulan dan dilanjutkan dengan susu formula, setelah itu mulai diberikan makanan seperti nasi, lauk pauk, dan buah.An.Raffa tidak diberikan imunisasi dasar secara lengkap yaitu kurang imuniasi campak. Pada umur 1,5 tahun, An. Rafa pernah menderita batuk pilek yang berulang, namun tidak diperiksakan ke dokter spesialis anak ataupun berobat ke balai pengobatan lainnya hanya diberikan obat dari warung.

Anak yang terakhir bernama Ny. Ernawati berusia 25 tahun dengan latar belakang pendidikan D3 bekerja sebagai bidan tinggal bersama orang tuanya dan mempunyai seorang suami bernama Tn. Andri berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP mempunyai pekerjaan pegawai swasta, pasangan ini belum mempunyai keturunan. Tn. Budi berprofesi sebagai tukang pabrik bangunan dengan pendapatan Rp 1.200.000,- tiap bulan. Tn. Emet dan Ny. Ami bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Keluarga Tn. Emet tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 15 x 10 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata, lantai menggunakan semen. Atap rumah menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Emet terdiri dari 4 buah kamar tidur, satu ruang keluarga, satu ruang tamu, satu ruang kerja, satu dapur, dan dua kamar mandi. Ruang tamu berukuran 2 x 2 m2 beralaskan semen dan terdapat kursi kayu sebanyak 4 buah. Ditengah terdapat ruang keluarga, dimana terdapat TV, diruangan tersebut tidak terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari pada sisi rumah Tn. Emet terdapat adanya ventilasi udara yang kurang. Pada ruang tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.Di rumah Tn. Emet terdapat WC ( jamban ) dan di sebelah dapur dan dalam ruang tidur utama. Dapur Tn. Emet menggunakan kompor gas. Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Emet terbiasa melakukan cuci tangan sebelum makan, tetapi tidak menggunakan sabun, kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Emet terbiasa mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya. Cucu Tn. Emet yaitu rafa jarang menggunakan alas kaki ketika keluar rumah, dan akhir akhir ini mengeluhkan gatal gatal pada kaki akibat terkena air banjir.

Rumah keluarga Tn. Emet terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 5 meter dari rumahnya. Keluarga Tn. Emet memiliki kebiasaan membuang sampah di dekat empang.

Gambar 1.4 Denah keluarga Tn. EmetKeluarga Tn. Emet memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang biasa dimakan adalah tahu, tempe, dan telur. Tn. Emet memiliki kebiasaan merokok. Seluruh anggota keluarga mengaku jarang melakukan olahraga. Tn. Emet dan seluruh anggota keluarga tidak mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar, sehingga mereka hanya melakukan cuci tangan dengan air bersih saja. Tn. Emet tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini. Tabel 1.13 Faktor Internal Keluarga Tn. EmetNoFaktor Internal Permasalahan

1Kebiasaan MerokokAda yang merokok

2Olah ragaKeluarga Tn. Emet tidak ada yang memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga.

3Pola MakanIstri Tn. Emet memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe, dan telur.

4Pola Pencarian PengobatanApabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak sembuh, mereka berobat ke mantri untuk minta obat.

5MenabungKeluarga Tn. Emet tidak memiliki kebiasaan menabung

6Aktivitas sehari-hariTn. Emet bekerja di tambak, Ia berangkat jam 08.00 WIB dan pulang pada pukul 14.00 WIB

7Perilaku mencuci tanganKeluarga Tn. Emet tidak memiliki pengetahuan cuci tangan yang baik dan benar

Tabel 1.14 Faktor Eksternal Keluarga Tn. EmetNoKriteriaPermasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 15 x 10 m2

2.Ruangan dalam rumahDalam rumah terdapat ruang tamu, empat kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur, satu ruang kerja dan dua kamar mandi.

3.VentilasiTidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar tidak terdapat ventilasi.

4.Pencahayaana. Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.

b. Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah, 3 berwarna putih. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar tidur dan ruang tamu.

5.MCKTerdapat tempat untuk mandi, buang aur besar, dan cuci piring.

6.Sumber AirDalam kesehariannya Tn. Emet mendapatkan sumber air bersih dari PAM

7.SPLAir Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di belakang rumah

8.TPSSampah rumah tangga di kumpulkan dibelakang rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak di buang ke empang

9.Lingkungan sekitar rumahDi samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Emet masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan lingkungannya.

1.3.2.Keluarga Binaan Tn. YamanKeluarga binaan adalah keluarga Tn. Yaman yang memiliki tiga orang anak dan keluarga yang tinggal dalam satu rumah ada tiga anggota keluarga. Ketiga anggota keluarga tersebut adalah:Tabel 1.15 Data Keluaga Tn. YamanNoNamaStatus KeluargaJenis KelaminUsiaPendidikanPekerjaan

1Tn.YamanSuamiLaki-laki63th Tidak sekolahNelayan

2Ny. SapinahIstriPerempuan60th SDIbu Rumah Tangga

3Ny.YatiAnak Perempuan30thSDIbu Rumah Tangga

4Ny.Yanti Anak Perempuan 28thTidak sekolahIbu Rumah Tangga

5Tn.Suryadi Anak Laki-laki22thS1Mahasiswa

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 05/06, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang menikah dan memiliki 3 orang anak. Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Yaman , 63 tahun. Ia memiliki istri bernama Ny. Sapinah yang berusia 60 tahun. Keluarga ini memiliki penghasilan dari hasil bernelayan rata-rata pendapatan Rp.1.200.000 tiap bulan.

Anak pertama Tn. Yaman dan Ny. Sapinah bernama Tn.Yaman yang sekarang berusia 45 tahun dulu lahir dibantu oleh dukun beranak. Anak pertama bernama Yati berumur 30 tahun, berpendidikan terakhir SD, sebagai ibu rumah tangga, Ny. Yati tidak tinggal dirumah tersebut. Anak ke dua bernama Ny.Yanti yang usianya sekarang 28 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak dan berpendidikan tidak bersekolah dan sebagai ibu rumah tangga, Ny. Yanti tidak tinggal dirumah tersebut . Anak ke tiga bernama Tn. Suryadi sekarang berusia 22 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak dan sedang berkuliah menjalani pendidikan strata satu.Keluarga Tn. Yaman tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 7 x 10 m2. Dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan keramik . Atap rumah menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Yaman terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur,satu tempat sholat dan satu kamar mandi . Ruang keluarga berukuran 3x 2 m2 beralaskan keramik dan terdapat kursi sebanyak tiga buah,terdapat TV, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari pada depan rumah Tn. Yaman terdapat adanya ventilasi udara yang kurang cukup. Pada ruang tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.

Di rumah Tn. Yaman terdapat WC ( jamban ) dan hanya terdapar dapur dan kamar mandi. Disebelah dapur terdapat tempat sholat yang dialasi oleh keramik. Dapur Tn. Yaman menggunakan kompor gas . Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Yaman terbiasa melakukan cuci tangan sebelum makan,kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Yaman terbiasa mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya.

Rumah keluarga Tn. Yaman terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 20 meter dari rumahnya. Keluarga Tn. Yaman memiliki kebiasaan membuang sampah dikumpulkan didepan rumahnya, kemudian dibuang ke empang.

Gambar 1.5 Denah keluarga Tn. YamanKeluarga Tn. Yaman memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang biasa dimakan adalah tahu, tempe,ikan, sayuran. Tn. Yaman memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah lama kurang lebih 25 tahun. Keluarga Ny. Taman mengaku melakukan mencuci tangan sebelum makan. Seluruh anggota keluarga mengaku jarang melakukan olahraga. Ny. Sapinah menderita hipertensi dan diabetes melitus rajin kontrol ke dokter puskesmas, dan Keluarga Tn. Yaman dalam sebulan ini mengaku terkena penyakit ISPA .Tabel 1.16 Faktor Internal Keluarga Tn. YamanNoFaktor Internal Permasalahan

1Kebiasaan MerokokTn. Yaman memiliki kebiasaan merokok

2Olah ragaKeluarga Tn. Yaman tidak ada yang memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga.

3Pola MakanNy. Sapinah memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe,ikan dan sayuran.

4Pola Pencarian PengobatanApabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak sembuh, mereka berobat ke puskesmas.

5MenabungKeluarga Tn. Emet tidak memiliki kebiasaan menabung

6Aktivitas sehari-hariTn. Yaman bekerja sebagai nelayan.

7Perilaku mencuci tanganKeluarga Tn. Emet memiliki pengetahuan cuci tangan yang baik dan benar

Tabel 1.17 Faktor Eksternal Keluarga Tn. YamanNoKriteriaPermasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 7x 10 m2

2.Ruangan dalam rumahDalam rumah terdapat dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur,satu ruang sholat dan satu kamar mandi.

3.VentilasiTidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar tidak terdapat ventilasi.

4.Pencahayaanc. Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.

d. Terdapat 5 buah lampu di dalam rumah. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar tidur,kamar mandi dan dapur.

5.MCKTerdapat tempat untuk mandi, buang air besar, dan cuci piring.

6.Sumber AirDalam kesehariannya menggunakan air dari PAM

7.SPLAir Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di depan rumah

8.TPSSampah rumah tangga di kumpulkan didepan rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak lalu dibuang ke empang.

9.Lingkungan sekitar rumahDi samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Yaman masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan lingkungannya.

1.3.3 Keluarga Binaan Tn. Umin

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Umin yang memiliki empat orang anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:Tabel 1.18. Tabel Keluarga Tn. UminNoNamaStatus keluargaJenis kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan

1Tn.UminKepala keluargaLaki-laki40SDNelayan

2Ny. YatiIstriWanita30SDIbu Rumah Tangga

3Nengsih AnakWanita14SMPPelajar

4Nugiansyah Anak Laki-laki3Belum Sekolah-

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 05/06, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang menikah dan memiliki 2 orang anak. Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Umin , 40 tahun. Ia memiliki istri bernama Ny. Yati yang berusia 30 tahun. Keluarga ini memiliki penghasilan dari hasil bernelayan rata-rata pendapatan Rp.1.000.000 tiap bulan.

Anak pertama Tn. Umin dan Ny. Yati bernama Nengsih yang sekarang berusia 14 tahun dulu lahir dibantu oleh bidan desa. Anak pertama berpendidikan terakhir SD. Anak kedua bernama Nugiansyah berumur 3 tahun, dulu lahir dibantu oleh bidan desa

Keluarga Tn. Umin tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 7 x 10 m2. Dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan keramik . Atap rumah menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Umin terdiri dari tiga kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur. Ruang keluarga berukuran 3x 2 m2 beralaskan keramik dan terdapat kursi sebanyak empat buah,terdapat TV, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari pada depan rumah Tn. Umin terdapat adanya ventilasi udara yang kurang cukup. Pada ruang tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.

Di rumah Tn. Umin tidak terdapat WC ( jamban ), untuk mandi keluarga ini ikut mandi di rumah sebelah, dan dapur memakai kompor gas beralaskan keramik. Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Yaman terbiasa melakukan cuci tangan sebelum makan,kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Yaman terbiasa mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya.

Rumah keluarga Tn. Umin terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 20 meter dari rumahnya. Keluarga Tn. Umin memiliki kebiasaan membuang sampah dikumpulkan didepan rumahnya, kemudian dibuang ke empang. Anak- anak tuan Umin tidak dibiasakan keluar rumah memakai sandal dan karena banjir di daerah dekat rumahnya, akhir akhir ini menderita gatal gatal.

Gambar 1.6 Denah keluarga Tn. UminKeluarga Tn. Umin memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang biasa dimakan adalah tahu, tempe,ikan, sayuran. Tn. Umin memiliki kebiasaan merokok. Merokok sudah lama kurang lebih 20 tahun. Keluarga Tn. Umin mengaku melakukan mencuci tangan sebelum makan. Seluruh anggota keluarga mengaku jarang melakukan olahraga. Keluarga Tn. Umin dalam sebulan ini mengaku terkena penyakit ISPA .Tabel 1.19 Faktor Internal Keluarga Tn.UminNoFaktor Internal Permasalahan

1Kebiasaan MerokokTn. Umin memiliki kebiasaan merokok

2Olah ragaKeluarga Tn. Umin tidak ada yang memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga.

3Pola MakanNy. Yati memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe,ikan dan sayuran.

4Pola Pencarian PengobatanApabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak sembuh, mereka berobat ke puskesmas.

5MenabungKeluarga Tn. Umin tidak memiliki kebiasaan menabung

6Aktivitas sehari-hariTn. Umin bekerja sebagai nelayan.

7Perilaku mencuci tanganKeluarga Tn. Umin memiliki pengetahuan cuci tangan yang baik dan benar

Tabel 1.20 Faktor Eksternal Keluarga Tn. UminNoKriteriaPermasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 7x 10 m2

2.Ruangan dalam rumahDalam rumah terdapat tiga kamar tidur, satu ruang keluarga

3.VentilasiTidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar tidak terdapat ventilasi.

4.Pencahayaane. Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.

f. Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar tidur

5.MCKMenumpang dirumah sebelah (Tn. Yaman)

6.Sumber AirDalam kesehariannya menggunakan air dari PAM

7.SPLAir Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di depan rumah

8.TPSSampah rumah tangga di kumpulkan didepan rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak lalu dibuang ke empang.

9.Lingkungan sekitar rumahDi samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Umin masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan lingkungannya.

1.4 Penentuan Area Masalah Kesehatan

1.4.1 Rumusan Area masalah Keluarga Binaan

1.4.1.1 Keluarga Tn. Emet

Area masalah yang terdapat pada keluarga Tn. Emet dibagi menjadi 2, yaitu masalah medis dan non medis. Masalah non medis yang terdapat pada keluarga Tn. Emet yaitu perilaku merokok, kurangnya sirkulasi udara yang cukup. Kebiasaan mencuci tangan tidak memakai sabun sebelum makan,membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak memakai alas kaki ketika keluar rumah dan ventilasi yang kurang.

Sedangkan masalah medis yang ada adalah ISPA yang diderita oleh keluarga, gatal gatal akibat banjir, dan Herpes Zooster yang diderita Tn. Emet, hipertensi pada istri Tn. Emet, keluarga Tn. Emet memiliki kebiasaan tidak berobat ke klinik ataupun puskesmas jika sakit, mereka hanya membeli obat warung atau pergi ke bidan terdekat. Dan imunisasi dasar tidak lengkap pada cucu Tn. Emet.1.4.1.2 Keluarga Tn. Yaman Area masalah yang terdapat pada keluarga Tn. Masa dibagi menjadi 2, yaitu masalah medis dan non medis. Masalah non medis yang terdapat pada keluarga Tn. Yaman adalah perilaku merokok dan buang sampah tidak pada tempatnya, tidak adanya ventilasi yang baik dalam rumah, dan tidak memakai alas sendal saat keluar rumah. Sedangkan masalah medis yang ada adalah penyakit DM dan menderita Hipertensi yang sedang dialami oleh Ny. Sapinah, dan Suryadi sedang mengalami ISPA.

1.4.1.3 Keluarga Tn. Umin

Area masalah yang terdapat pada keluarga Tn. Umin dibagi menjadi 2, yaitu masalah medis dan non medis. Masalah non medis yang terdapat pada keluarga Tn. Umin adalah perilaku merokok, cuci tangan menggunakan air mengalir dan tanpa sabun saat melakukan kegiatan termasuk saat ingin makan, BAB di jamban pada keluarga sebelah, tidak memakai alas kaki, perilaku membuang sampah di lingkungan sekitar tempat tinggal, kurangnya ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan, kurangnya pencahayaan di rumah keluarga binaan. Masalah medis yaitu menderita ISPA, gatal gatal karena banjir, serta tidak lengkapnya imunisasi dasar.

1.4.2 Alasan Pemilihan Area Masalah

Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis laporan tahunan puskesmas mengenai data program kesehatan lingkungan, PHBS wilayah Puskesmas Tegal Angus, serta kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat yang menyatakan bahwa jumlah perokok masih sangat banyak. Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Telaga Sukamana, Desa Tanjung Pasir terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:

1. Perilaku merokok 2. Perilaku membuang sampah disekitar rumah3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan4. Mencuci tangan tidak memakai sabun sebelum makan. 5. Tidak memakai alas kaki6. Gatal gatal akibat banjir7. Imunisasi dasar tidak lengkap8. Banyaknya penderita ISPA 9. Menderita Herpes Zooster10. Hipertensi11. Diabetes MelitusDari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan PERILAKU MEROKOK TERHADAP KELUARGA BINAAN RT 05 RW 06 KAMPUNG GARAPAN DESA TANJUNG PASIR . Dalam pengambilan sebuah masalah digunakan Metode Delphi.

Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya.Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai pertimbangan yaitu : Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, kami menemukan bahwa ketiga keluarga binaan memiliki masalah banyaknya jumlah perokok. Dari hasil presurvey didapatkan presentasi masing-masing ketiga domain pembentuk perilaku yaitu, sebanyak 70% memiliki knowledge yang baik, sebanyak 55% memiliki attitude yang positif, dan sebanyak 45% memiliki practice yang buruk. Jadi dari ke tiga keluarga binaan tidak memiliki masalah pada knowledge nya. Sehingga, selama kunjungan dengan waktu yang berbeda, kami observasi perilaku merokok pada ketiga keluarga binaan, dan didapatkan bahwa perilaku merokok yang membahayakan kesehatan berdasarkan hasil checklist observasi. Hal ini dikarenakan kesadaran dari keluarga binaan tentang bahaya merokok pada kesehatan. Kebiasaan buruk ini dapat menjadi salah satu sebab timbulnya berbagai penyakit paru,kelamin,jantung,dan lain-lain. Banyak keluarga anggota binaan termasuk perokok yang mengalami gangguan dalam pernapasan Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2013 mengenai PHBS (Tabel 1.21), merokok merupakan indikator yang presentasenya (65,2%) masih tinggi di daerah tanjung pasir.Tabel 1.21 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013INDIKATOR

Nama DesaJumlah KK YDT % Persalinan O/ tks % Asi eks % By/ blt dtmbg % Cuci Tangan % Air Bersih % Jamban Sehat% Bersikan Jentik% Makan Sayur Buah% Aktivitas Fisik% Tdk Merokok dlm Rumah% Jmlh (Sehat)

Pangkalan 21057.642.467.17095.766.551.45733.333.516.2

Tj. Burung21064.658.665.743.396.646.77961.972.872.816.7

Tegal Angus21435.624.358.987.490.2579439.772.45717

Tj. Pasir21071.449.579.538.691.468.892.772.365.665.217

Muara21071.543.670.645.999439273.43371.256.5

Lemo 20663.624.86491.683.644.880.884624518

Jumlah 126065.237.767.563.692.8548655.361.55415.5

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).2.2 Konsep Perilaku2.2.1.Pengertian PerilakuPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : 1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.2.2.2. Klasifikasi Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.2.2.3. Domain PerilakuTheory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :1. Pengetahuan (knowlegde)Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor Internal

Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik.b) Faktor Eksternal

Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.c) Faktor pendekatan belajar

Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : 1) Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.2) Memahami (Comprehension)Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.3) AplikasiDiartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya4) AnalisisAdalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.5) SintesaSintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.6) EvaluasiEvaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objekb. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objekc. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :a. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).b. Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.3. Praktik atau tindakan (practice)Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :a. Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :1. Kesadaran (awareness)Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)2. Tertarik (interest)Dimana orang mulai tertarik pada stimulus3. Evaluasi (evaluation)Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial)Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.5. Menerima (Adoption)Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.2.2.4. Asumsi Determinan PerilakuMenurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain: 1. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).

(a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.(b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2). Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3). Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).2. Theory of Reasoned Action (TRA)

Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).

Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.3. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.4. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).2.3 Teori perilaku merokok.2.3.1 Definisi Merokok

Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas membakar tembakau kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok atau pipa. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif. Sumarno (2007) menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan yaitu;(1) menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan dihembuskan; (2) hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung. Adapun definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah menghisap asap tembakau ke dalam tubuh lalu menghembuskannya keluar.

Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas adalah aktivitas membakar temb akau dan menghisap atau menghirup asap rokok dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian menghembuskan kembali asap tersebut ke udara (sidestream smoke).2.3.2 Tahapan menjadi Perokok

Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui, antara lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi perokok (Ogden, 2000) antara lain :

1. Tahap I dan II: Initation dan MaintenanceInitation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang meneruskan atau tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance merupakan tahap dimana individu kembali merokok. Factor kognitif berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain menghubungkan perilaku merokok dengan kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetiakawanan, dan percaya diri. Faktor lainnya adalah memiliki orang tua perokok, tekanan teman sebaya untuk merokok, menjadi pemimpin dalam kegiatan social.

2. Tahap III : CessationMerupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran untuk berhenti merokok), action (ada usaha untuk berubah), maintenance (tidak merokok selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis karena seseorang yang berada di tahap contemplation dapat menjadi tahap precontemplation.3. Tahap IV : Relapse

Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa ia tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden, 2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah kembali merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali merokok dalam jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu high-risk situation coping behavior dan positive-negative outcome expectancies.

Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk perilaku misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku pengganti sedangkan bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk berhenti merokok. Positive outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi kecemasan) dan negative outcome expectancies (merokok membuatnya sakit) dipengaruhi pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki strategi coping dan negative outcome expectancies seta self efficacy yang rendah maka individu akan mengalami lapse.

2.3.3 Kategori PerokokSitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsi rokok harian, yaitu

(a) Perokok ringan (1-10 batang/hari)

(b) Perokok sedang (11-20batang/hari)

(c) Perokok berat (>20 batang/hari)

Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil memiliki kecenderungan berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009) menyebut istilah chippers untuk menjelaskan perokok yang mengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan yang kecil untuk kecanduan nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya pada situasi social. Situasi social itu merupakan syarat atau pemicu untuk merokok2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok

Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe perilaku merokok, yaitu:

a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang diinginkan.

b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative affect smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.

c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi sebelumnya mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap sehingga individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan tipe perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan rokok.

d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking). Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya secara langsung melainkan karena sudah terbiasa.

2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok

Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok dan teman sebaya yang merokok). Menurut Mutadin (dalam Aula, 2010) mengemukakan alasan seseorang merokok, diantaranya:

a. Pengaruh Orangtua

Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan individu yang berasal dari lingkunag rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok. Hal ini terlihat pada wanita.

b. Pengaruh Teman

Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka semakin banyak teman-teman individu yang merokok, begitu pula sebaliknya.

c. Faktor Kepribadian

Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.

d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:

Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.

Faktor Psikologis

Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit dihindari.

Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

Faktor Demografis

Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah merokok.

Faktor Sosial Kultural

Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).

Faktor Sosial PolitikMenambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar bagi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Smet, 1994).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari dalam diri individu dan juga dari lingkungan.

2.3.6 Dampak dari perilaku merokok

Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:

1. Dampak positif

Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden, 2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.

2. Dampak negative

Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang berpengaruh bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah, memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni, penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).

Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi adrenocorticotropic hormone yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose (Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain: menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung, meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang lebih lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain : penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).

Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan (Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki kecendurungan yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis, 1999). Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat (Donatelle & Davis, 1999).

2.3.7 Aspek-aspek perilaku merokok

Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :

a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap asap rokok, merasakan dan menikmatinya).

b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas merokoknya (rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).

c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu melakukan aktivitas merokoknya.

d) Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu sendiri bagi individu yang bersangkutan.2.4 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori WHO (1984), yang menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok, yaitu:

2.5 Kerangka Konsep

2.6 Definisi OperasionalTabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah Perilaku Merokok Pada Daerah Keluarga Binaan RT 05/RW 06 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi BantenNo.VariabelDefinisi OperasionalAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala

1. Perilaku merokok

aktifitas menghirup atau menghisap asap rokok

menggunakan pipa atau rokokChecklist

KuesionerObservasi

WawancaraTidak merokok : 1-4Merokok : 5-7Nominal

2.Pengetahuan yang kurang memadai

merupakan hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan penghindaran terhadap suatu objek tertentukuesionerWawancaraBaik :1-2Buruk : 3

Nominal

3Sikap yang salah

Ide yang mucul mempengaruhi emosinal untuk melakukann kecendrungan merokokKuesionerWawancaraBaik : 1-3Buruk 4-7Nominal

4.Percaya akan rokok membuat lebih jantanMeyakini perilaku merokok dapat meningkatkan pandangan menjadi pria lebih jantanKuiesioner WawancaraTidak percaya

: 1Percaya : 2-3Nominal

5.Ekonomi yang rendah

Pendapatan responden perbulan dibandingkan dengan UMR kabupaten tangerangKuesionerWawancaraTinggi : 1Rendah : 2-3Ordinal

6.Kurangnya jumlah Tenaga kesehatan

Ada tidaknya peran (edukasi, pengawasan, dan dorongan) petugas kesehatan dalam bahaya merokokKuesionerWawancaraMemadai : 1Tidak memadai : 2-3

Nominal

7. Pendidikan yang rendah

Jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden yang mempengaruhi perilaku merokokKuesionerWawancaraTinggi : 1-3Rendah : 4-6Ordinal

8. Tokoh penting sebagai panutan

Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat.cenderung untuk dicontoh.Kuisoner WawancaraBaik : 1-2Buruk: 3-5Nominal

9.Kebiasaan merokok di lingkungan sekitar

Mengulangi melakukan sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam suatu komunitas.KuesionerWawancaraBaik: 1-3Buruk: 4-11Nominal

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.

3.1Populasi.Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah 3 keluarga binaan, yaitu : keluarga Tn. Emet, Tn. Yaman, Tn. Umin,di RT 05/ RW 06 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2Sampel.Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi mencakup usia >17 tahun, sehat mental dan tidak cacat fisik. Responden adalah sebagian sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung melakukan observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.

3.3 Responden.

Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang kooperatif, usia di atas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu sebanyak 11 orang, yaitu : keluarga Tn. Emet sebanyak 6 orang, Tn. Yaman sebanyak 3 orang, Tn. Umin sebanyak 2 orangAdapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :a. Kriteria inklusiKriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu : Bersedia untuk menjadi informan

Merupakan anggota keluarga binaan

Usia diatas 17-64 tahun

Sehat jasmani dan rohanib. Kriteria Ekslusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :

1. Tidak bersedia menjadi informan

2. Berusia diatas 65 tahun

3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui

4. Memiliki gangguan mental3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.4.1Jenis data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara pada keluarga binaan, analisis, dan observasi observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit dan data kontinu yaitu :

1. Data diskrit

Dalam penelitian ini terdapat 11 responden yang tercantum dalam tabel 3.1.dan tabel 3.2 mengenai jumlah perempuan dan laki-laki serta distribusi tingkat pendidikan pada keluarga binaan

Tabel 3.1 Jumlah perempuan dan laki-laki pada Keluarga Binaan di di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015Jenis KelaminJumlah Responden

Laki-laki6

Perempuan5

Total11

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan, RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015No.Tingkat PendidikanJumlahPersentase

1Tidak sekolah218,18%

2SD436,36%

3SMP00%

4SMA19,09%

5D3218,18%

6S1218,18%

Jumlah11100%

2. Data kontinu diperoleh dari segi umur atau usia yang tercantum dalam tabel 3.3Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan, RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015Umur (dalam tahun)JumlahPersentase

< 2000%

21-40545,45%

41-60545,45%

>6019,09%

Jumlah11100%

3.4.2Sumber DataSumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu tiga keluarga binaan RT 005/ RW 006, Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

a. Data primer

Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah, melalui hasil wawancara, analisis dan observasi pada keluarga binaan di RT 005/ RW 006, Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.b. Data sekunder

Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus berupa data kesehatan lingkungan yaitu PHBS yang tercantum dalam tabel 1.5, dan data kesehatan mengenai kejadian ISPA.c. Data tersier

Data yang didapat dari buku dan internet yaitu mengenai Manajemen Penelitian, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pokok pokok metodologi penelitian, Pendidilkan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian Kualitatif dan lain-lain\

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Pengumpulan DataTanggalKegiatan

Kamis, 12 Februari 2015

a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus, laporan penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.

b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.c. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.

Jumat , 13 Februari 2015

a. Observasi rumah keluarga binaan.

b. Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan dengan beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.

c. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan dengan menjabarkan permasalahan pada keluarga binaan masing-masing.

d. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga Garapan RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, KecamatanTeluk Naga, KabupatenTangerang, Provinsi Banten, Februari 2015.

Sabtu , 14 Februari 2015

a. Diskusi dengan dr. Taufit Wiryawan (Kepala PKM Tegal Angus)

b. Diskusi kelompok :

1. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan area masalah.

2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai seputar faktor-faktor yang berkaitan dengan area masalah.

3. Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data, disepakati melalui observasi dan wawancara dengan metode checklist

Minggu, 15 Februari 2015

Diskusi kelompok:

1. Membuat kerangka konsep

2. Membuat definisi operasional

3. Membuat checklist4. Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Senin, 16 Februari 20151. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan langsung

2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil checklist dan kuesioner

3. Membuat laporan

3.4.3 Pengolahan Data dan Analisa DataUntuk pengolahan data tentang Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, KecamatanTeluk Naga, KabupatenTangerang, Provinsi Banten, 02 Februari 07 Maret 2015 digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :

1. Perilaku responden mengenai merokok.

2. Pengetahuan responden mengenai rokok.

3. Tingkat pendidikan responden terhadap perilaku merokok.4. Peran tingkat ekonomi responden terhadap perilaku merokok.5. Peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai aktivitas merokok.6. Peran tokoh masyarakat dalam memberikan penyuluhan mengenai perilaku merokok.BAB IV

HASIL ANALISA

4.1 Karakteristik Keluarga Binaan

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik responden yang terdiri dari enam keluarga binaan di Kampung Garapan RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Tn. Emet,Tn. Yaman,Tn. Umin.Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015Umur (dalam tahun)JumlahPersentase

< 20321,42%

21-40535,71%

41-60535,71%

>6017,14%

Jumlah 14100%

Berdasarkan dari tabel tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21-40 tahun (35,71%) dan 41-60 tahun (35,71%).Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Garapan, RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015

No.PekerjaanJumlahPersentase

1Tidak Bekerja214,28%

2Ibu Rumah Tangga321,42%

22,167sa1.4 lansediaan air, Ny. ian (kepala Puskesmas Tegal Angus)

an dan menghindari penyakit.but mempengaruhi perilaku cuci tan14,28%

4Wiraswasta17,14%

5Pelajar17,14%

6Mahasiswa17,14%

7Bidan17,14%

8Guru17,14%

9Pegawai swasta214,28%

Jumlah 14100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga, sebanyak 3 orang. 21,42%.4.2 Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam check list dan kuesioner yang diambil langsung pada tiga rumah keluarga binaan pada bulan Februari 2015.

Tabel 4.3 Distribusi responden terhadap aspek perilaku merokok di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,Februari 2015PerilakuJumlah RespondenPersentase (%)

Tidak Merokok654,54%

Merokok545,45%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 5 orang responden (45,45%) memiliki perilaku merokok.Tabel 4.4 Distribusi responden terhadap aspek sikap yang salah di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015Sikap yang SalahJumlah RespondenPersentase (%)

Benar654,54%

Salah 545,45%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 5 responden (45,45%) memiliki sikap terhadap merokok yang salah.

Tabel 4.5 Distribusi Responden terhadap aspek percaya akan rokok membuat lebih jantan di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015Percaya Rokok Membuat Lebih JantanJumlah RespondenPersentase (%)

Tidak percaya11100%

Percaya 00%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (100%) memiliki aspek percaya akan rokok membuat lebih jantan tidak berpengaruhTabel 4.6 Distribusi responden terhadap aspek tingkat ekonomi terhadap perilaku merokok di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015Tingkat EkonomiJumlah RespondenPersentase (%)

Tinggi 327,27%

Rendah 872,72%

Total11100%

Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 3 responden (27,27) berada pada tingkat ekonomi tinggi.Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek tenaga kesehatan di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,Februari 2015Ketersediaan Tenaga KesehatanJumlah RespondenPersentase (%)

Cukup memadai0 0%

Kurang memadai11100%

Total11100%

Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (100%) menagatakan kurangnya memadai tenaga kesehatan untuk penyuluhan perilaku merokokTabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek pendidikan rendah di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015PendidikanJumlah RespondenPresentase (%)

Tinggi 545,45%

Rendah 654,54%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (54,54%) memiliki pendidikan yang rendah.Tabel 4.9 Distribusi responden terhadap aspek tokoh penting sebagai panutan di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni Februari 2015Tokoh MasyarakatJumlah RespondenPresentase (%)

Baik 654,54%

Buruk 545,45%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (54,54%) mengaku tokoh penting sebagai panutan berperan terhadap perilaku merokok.Tabel 4.10 Distribusi responden terhadap aspek kebiasaan merokok di lingkungan sekitar di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni Februari 2015Kebiasaan Merokok di Lingkungan SekitarJumlah RespondenPresentase (%)

Baik 654,54%

Buruk 545,45%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan bahwa sebanyak 5 responden (45,45% ) mempunyai kebiasaan buruk merokok di lingkungan sekitar .Tabel 4.11 Distribusi responden terhadap pengetahuan merokok di lingkungan sekitar di Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni Februari 2015Pengetahuan merokokJumlah RespondenPresentase (%)

Baik 872,72%

Buruk 327,27%

Total11100%

Berdasarkan Tabel 4.11 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (72,72%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang merokok.4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut Tabel 4.12 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi

No.

Akar Penyebab MasalahAlternatif

Pemecahan MasalahRencana IntervensiIntervensi Yang Dilakukan

1.Tradisi keluarga hanya bersekolah sampai sekolah dasar

Mengubah tradisi keluarga sehingga meningkatkan pentingnya pendidikan penyuluhan tentang pentingnya pendidikan serta manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. memberikan informasi mengenai beasiswa pendidikan berupa BOS. memberikan informasi mengenai pendidikan tingkat lanjut serta informasi universitas yang memberikan beasiswa pendidikan.-

2.Merokok membuat laki-laki lebih jantan

Mengubah kepercayaan akan merokok tidak menjadi lebih jantan Memberikan bukti nyata (penelitian para ahli) kepada perokok terhadap bahaya merokok Menceritakan efek buruknya merokok dari seorang mantan pecandu rokok Memberikan pemahaman kepada warga akan mitos tentang merokok lebih terlihat jantan salah

3Pemahaman akan rokok yang salah

Memberi pemahaman rokok yang benar dan baik Menempelkan poster tentang bahaya merokok dan pengaruhnya bagi kesehatan. Penyuluhan mengenai pentingnya bahaya merokok. Tiap keluarga binaan menanamkan dan memahami akan bahaya merokok.

Menempelkan poster tentang bahaya merokok di tempat yang selalu terlihat dan menyebarkan pamflet mengenai bahaya merokok bagi kesehatan.

4.

Banyaknya tokoh masyarakat yang merokok

Mengurangi tokoh masyarakat yang merokok Mengikutsertakan tokoh masyarakat dalam penyuluhan bahaya merokok. Melakukan penyuluhan dan pengawasan secara berkala dan memberikan informasi terbaru mengenai bahaya merokok oleh tokoh masyarakat. tokoh masyarakat ikut serta dalam mengkoordinasi program bahaya merokok.-

5.Hanya bergantung pada satu pekerjaan

Menambah lapangan pekerjaan di daerah tersebut dan sekitarnya. Memberikan pelajaran keterampilan untuk keluarga binaan, seperti mengolah barang daur ulang untuk dijual.

Memberikan pelajaran keterampilan untuk keluarga binaan, seperti mengolah barang daur ulang untuk dijual secara berkala.

Tiap keluarga binaan melakukan pemberdayaan UKM.-

6.Kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang kompetenMenambah jumlah tenaga kesehatan yang kompeten. Memberikan beasiswa di bidang kesehatan bagi para pemuda-pemudi setempat yang berprestasi.

Memberikan reward kepada para tenaga kesehatan yang kompeten secara berkala.

Meningkatkan fasilitas untuk puskesmas dan tenaga kesehatan utuk menarik minta para tenaga kesehatan-

7Tidak ditanamkannya pengetahuan bahaya rokok sejak diniMenanamkan akan bahaya merokok bagi kesehatan sejak dini Memberikan informasi secara terbuka dan larangan terhadap rokok sejak dini Membentuk pemahaman tentang bahaya merokok Menilai dan mengawasi terhadap pengetahuan bahaya merokokMemberikan penyuluhan tentang bahaya merokok

8Dari kecil terbiasa melihat laki-laki merokokMenghindari orang dewasa yang merokok. Memberikan pengertian pada perokok untuk tidak menularkan kebiasaan merokok Meminta pengertian orang merokok untuk menghargai orang yang tidak merokok Mengurangi jumlah perokok di desa tersebut dengan cara membatasi area merokokMemberikan informasi tentang bahaya perokok pasif dan membatasi area merokok

Diagram 4. 1 Diagram Fishbone

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 005/RW 006 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu perilaku mmerokok pada keluarga binaan.

5.1.2 Akar Penyebab Masalah

a) Tradisi keluarga hanya bersekolah sampai sekolah dasar

b) Merokok membuat laki-laki lebih jantan

c) Pemahaman akan rokok yang salah

d) Anggapan sepele dari tokoh masyarakat perihal tentang bahaya merokoke) Hanya bergantung pada satu pekerjaan

f) Kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang kompeteng) idak ditanamkannya pengetahuan bahaya rokok sejak dini

h) Dari kecil terbiasa melihat laki-laki merokok

5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

a) Mem