Upload
iklima-rizkia-bahfie
View
221
Download
0
Embed Size (px)
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 1/13
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1
Topik : Setting expansion Gipsum Tipe III Berdasarkan W:P Ratio
Grup : A2a
Tgl. Pratikum : Selasa, 13 Maret 2012
Pembimbing : Dr. Elly Munadziroh, drg.,Msi
Penyusun:
1. Ivan Indra Kusuma ( 020810264 )
2. Like Aprilia Karunia S. ( 021111018 )
3. Prevy Anirtha Savitri ( 021111019 )
4. Maretha Siwinata P.A ( 021111020 )
5. Aditya Dana Iswara ( 021111021 )
6. Ririh Setyo Khrisnanthi ( 021111022 )
7. Niken Probowati ( 021111023 )
8. Iklima Rizkia Bahfie ( 021111025 )
9. Annisa Fardhani ( 021111026 )
DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2012
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 2/13
2
1. TUJUAN
1.1 Di akhir praktikum mahasiswa mampu melakukan manipulasi gipsum keras
serta dapat mengukur dan mengamati perubahan setting expansion dengan
tepat.
1.2 Di akhir praktikum mahasiswa mampu mengukur dan mengamati perubahan
setting expansion dengan variasi perubahan ratio w:p
2. METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Bahan :
a. Gipsum stone (w:p = 28ml:100gr)
b. Air
c. Vaselin
Alat :
a. Bowl
b. Spatula
c. Gelas Ukur
d. Jam(stopwatch)
e. Timbangan Analitik
f. Vibrator
g. Ekstensometer
2.2 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Mengolesi bagian dalam cetakan ekstensometer dengan vaselin
3. Memosisikan indikator pada ekstensometer dalam posisi angka nol
4. Menimbang sebanyak 45 gram, 50 gram, dan 55 gram gipsum tipe III
5. Menyiapkan air sebanyak 14ml dengan gelas ukur
6. Memasukan air yang telah diukur dalam masing-masing bowl ,
kemudian gipsum dimasukan sedikit demi sedikit
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 3/13
3
7. Mengaduk air dan gipsum sampai homogen dengan spatula
8. Menuang adonan gipsum dalam cetakan vibrator, sampai udara yang
terjebak dalam adonan hilang.
9. Adonan gipsum dituang dalam cetakan ekstensometer tanpa merubah
posisi jarum dial indikator,kemuadian ratakan menggunakan spatula
10. Menghitung perubahan panjang yang ditunjukan selama 30 menit
dengan setiap 5 menit pengecekan.
3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel hasil praktikum Setting expansion pada Gipsum Tipe III dengan W/P ratio
I
(Menit
ke-5)
II
(Menit
ke-10)
III
(Menit
ke-15)
IV
(Menit
ke-20)
V
(Menit
ke-25)
VI
(Menit
ke-30)
45 gram0,005
mm
0,01
mm
0,01
mm
0,015
mm
0,02
mm
0,03
mm
50 gram0,003
mm
0,003
mm
0,003
mm
0,003
mm
0,01
mm
0,01
mm
55 gram0,009
mm
0,011
mm
0,045
mm
0,095
mm
0,12
mm
0,15
mm
Waktu
(menit)
Gipsum Tipe
III (gram)
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 4/13
4
Tabel di atas adalah hasil praktikum Setting expansion pada Gipsum Tipe
III dengan W/P ratio. Pada hasil praktikum tersebut, terdapat suatu kejanggalan
setting expansion pada variabel (gipsum) dengan massa 45 gram dan 50 gram.
4. PEMBAHASAN
4.1 Proses Reaksi Gipsum Type 3
Gipsum type 3 atau yang lebih dikenal di bidang kedokteran gigi dengan
istilah dental stone mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai bahan pembuatan model dan die
b. Sebagai binder bagi bahan investment yang sesuai untuk penuangan alloy
pada suhu dibawah 1200 derajat celcius.
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 5/13
5
3.1.1 Compressive Strength
Kekuatan kompresi atau yang biasa disebut compressive strength
merupakan kekuatan yang diperoleh apabila kelebihan air yang dibutuhkan
untuk hidrasi hemihidrat tertinggal dalam contoh bahan uji. Besarnya
kekuatan kompresi dari beberapa produk gipsum yang paling rendah adalah
12 MPa dan yang paling tinggi adalah 38 MPa atau sekitar 7000 psi. Pada
gipsum type 3 sendiri memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam 20,7 MPa
atau sekitar 3000 psi, tetapi tidak lebih dari 34,5 MPa atau 5000 psi.
Compressive strength ini berhubungan dengan w/p ratio dan
pengadukan. Jika air yang digunakan lebih banyak, maka compressive
strengthnya menurun. Berikut ialah compressive strength dari 3 type gipsum
yang berbeda selama 1 jam pengerasan :
a. Model plaster 12,5 MPa
b. Dental stone 31 MPa
c. Dental stone high strength 45 MPa
3.1.2 Surface hardness and Abration Resistance
Surface hardness ( kekerasan permukaan ) dan abration resistance
( ketahanan abrasi ) sangat penting diperhatikan agar tidak banyak atau tidak
keilangan bentuk pada model selama proses manipulasi untuk mempelajari
oklusi atau membuat restorasi. Dua factor yang berkontribusi terhadap
kekuatan dan daya tahan abrasi produk akhir ialah bentuk akhir dan prositas
untuk meningkatkan kekerasan pada permukaan gipsum yang telah mengeras,
dapat ditambahkan epoxy atau monomer metal metakrilat.
3.1.3 Setting expansion
Semua produk gipsum mengalami setting expansion ( perubahan
dimensi / expansion selama proses pengerasan ). Ekspansi pada dental plaster
biasanya 0,00% - 0,30%, dental stone 0,00% - 0,20%, dental stone high
strength 0,00% - 0,10%, dental stone high strength high expansion 0,10% -
0,30%. Setting expansion bisa dikontrol dengan manipulasi variable.
Campuran yang kental dan cara pengadukan yang cepat bisa meningkatkan
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 6/13
6
jumlah setting expansion, sedangkan campuran yang encer atau cair dan cara
pengadukan yang lambat bisa mengurangi jumlah setting expansion.
3.1.4 Manipulation
Gipsum hendaknya dicampur dengan air atau larutan PE dengan
perbandingan 100 gr dengan 50 sampai 60 ml. Hrus dijaga agar tidak
terbentuk gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat
muncul di permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan
(Combe,1992). Untuk lebih detailnya manipulasi dapat dipengaruhi oleh hal-
hal sebagai berikut :
1. Pemilihan
2. Perbandingan w/p ratio
3. Temperatur
4. Pencampuran ( mixing )
5. Waktu pengerasan awal kerja
6. Waktu pengerasan akhir kerja ( final setting time )
7. Control setting time
4.2 Proses Terjadinya Ekspansi
Pada saat gipsum mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk
menghilangkan kadar airnya, gipsum berubah menjadi kalsium sulfat
hemihidrat,(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi. Kandungan utama
gipsum adalah kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2.H2O atau CaSO4. . H2O.
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 7/13
7
bergantung pada metode pengapuran bentuk hemihidrat yang berbeda dapat
diperoleh.
Karena gipsum adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO4.2H2O),
pada saat panas, akan kehilangan 1,5 gr mol dari H2O dan bersifat kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4.½H2O), atau bisa juga ditulis (CaSO4)2 H2O. Jika kalsium
sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi berbalik dan kalsium sulfat
hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat dihidrat. Oleh karena itu,
dehidrasi parsial dari batu gipsum dehidrasi dari calsium sulfat hemihidrat
tersusun secara reversibel (Robert G. Craig and John M. Power:392).
Terlepas dari jenis produk gipsum yang digunakan, ekspansi dapat
terdeteksi selama perubahan dari hemihidrate ke dihidrate. Ekspansi pada
gipsum bergantung pada komposisi produk gipsum. Ekspansi gipsum paling
rendah 0,06% linier dan yang paling tinggi 0,5%. Ekspansi dapat diamati dan
dirationalisasi berdasarkan mekasnisme kristalisasi. ( Skinner and Phillips : 60 )
Seperti disebutkan sebelumnya, proses kristalisasi digambarkan sebagai
hasil dari kristal dari inti kristalisasi. berdasarkan keterlibatan dari kristal
dihidrat. kristal tumbuh dan saling mengganggu antara satu dengan yang lain.
Jika pertumbuhan satu kristal terganggu oleh yang lain, tekanan akan hadir pada
pertumbuhan kristal yang bertabrakan atau bertumbukan. Jika proses ini diulang
oleh ribuan kristal selama pertumbuhan, kemungkinan tekanan luar atau
dorongan bisa menghasilkan ekspansi. Dan dengan demikian, ekspansi jelas dan
dapat diamati. (Skinner and Phillips : 61)
Semua produk gipsum mengalami setting expansion (perubahan dimensi
atau ekspansi selama proses pengerasan). Ekspansi pada gipsum tipe III
biasanya 0,00%-0,20. Setting expansion bisa dikontrol dengan memanipulasivariable. Campuran yang kental dan cara pengadukan yang cepat bisa
meningkatkan jumlah setting expansion, sedangkan campuran yang lebih encer
atau cair dan cara pengadukan yang lambat dapat mengurangi jumlah setting
expansion
4.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi setting expansion
1. W/P RATIO
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 8/13
8
Ekspansi dari gipsum dipengaruhi oleh W/P ratio dan komposisi
filler gipsum itu sendiri. (Azer, Shereen:2008) Besar ekspansi bukan
ditentukan dengan semakin banyak atau sedikitnya ratio w/p tetapi
semakin sesuainya dengan aturan w/p yang diberikan pabrik. Hal
tersebut dikarenakan kandungan w/p ratio yang diberikan pabrik sudah
ditentukan untuk meminimalisir adanya ekspansi yang nantinya akan
mengubah bentuk fisik dari model.
W/p ratio yang tidak sesuai dengan aturan pabrik menimbulkan
kristalisasi menjadi abnormal sehingga menimbulkan pertambahan
ekspansi juga (Philips:1977). Campuran kental dengan w / p ratio
rendah memiliki kristal lebih padat dan saling menumpuk selama proses
pertumbuhan kristal, akibatnya ekspansi lebih tinggi dan lebih banyak
panas yang dihasilkan (eksotherm). (Alberto, Nélia:2011)
Pengaturan ekspansi secara signifikan berhubungan dengan
porositas massal agregat pengisi (variasi jenis filler), ratio filler MgO
untuk NH4H2PO4 dan juga jenis air. Fluiditas dan waktu sampai
pengaturan mulai ekspansi juga terkait dengan curah porositas agregat
filler. (Takahashi, J:1988)
Jenis produk gipsum tipe III menunjukkan nilai ekspansi lebih
rendah rata-rata dari produk tipe II. Waktu dan materi merupakan faktor
lebih penting daripada kondisi kering / basah ketika mengukur nilai
ekspansi total.( Michalakis, Konstantinos:2009)
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 9/13
9
2. WAKTU PENGADUKAN, bila waktu pengadukan pendek maka
ekspansi makin kecil
3. KECEPATAN PENGADUKAN, makin lambat pengadukan maka
ekspansi makin kecil
4. TEMPERATUR AIR, bila temperatur air yang digunakan tinggi maka
ekspansi kecil
5. ACCELARATOR dan RETARDER, dengan penambahan accelerator
dan retarder , ekspansi menjadi lebih kecil. Cara yang efektif untuk
mengecilkan ekspansi dari campuran gipsum ialah dengan penambahan
accelerator dan retarder .
4.3 Hubungan Teori dengan Hasil Praktikum
Pada percobaan pertama dan kedua (gipsum 45 gram dan 50 gram) terdapat
suatu kejanggalan pada setting expansion-nya. Biasanya semakin kecil W/P ratio,
semakin besar setting expansion-nya, namun pada hasil praktikum justru
sebaliknya. Pada percobaan pertama (gipsum 45 gram), W/P ratio-nya 0.31 dan
pada percobaan kedua (50 gram), W/P ratio-nya 0.28, tetapi yang memiliki setting
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 10/13
10
expansion lebih besar justru percobaan pertama. Kejanggalan hasil praktikum ini
dapat dipengaruhi oleh salah satu kemungkinan dari beberapa faktor di bawah ini:
1. Pengadukan yang lebih cepat dapat menambah setting expansion dental
stone. Kemungkinan pada percobaan pertama, pengadukannya lebih
cepat dibandingkan dengan percobaan kedua atau pengadukan pada
percobaan yang kedua cenderung lebih lamban, padahal pengadukan
pada setiap percobaan harus sama sehingga setting expansion
percobaan pertama lebih besar daripada percobaan kedua.
2. Dental stone (gipsum tipe III) relatifnya mempunyai W/P ratio sekitar
0.33 (O’Brien, William, J., 1989). Seperti penjelasan sebelumnya, W/P
ratio percobaan pertama adalah 0.31 yang mendekati angka W/P ratio
relatif pada dental stone.
3. Pada merk gipsum yang dipakai, standarnya adalah 14 ml air dengan 50
gram bubuk gipsum dan biasanya standar dari pabrik setting expansion-
nya selalu mendekati 0.00 (nol).
4. Pabrik menambahkan accelator dan retarder dalam bubuk gipsum yang
berfungsi sebagai antiexpansion agent yang dapat mengurangi
terjadinya setting expansion.
4.4 Perbandingan percobaan I, II, dan III
Sesuai tabel di atas, dapat diketahui perbandingan-perbandingan pada hasil
percobaan I, II, dan III. Berikut penjelasan perbandingan dari percobaan-
percobaan di atas.
Percobaan
Perbandingan
Percobaan I
(Gipsum 45
gram)
Percobaan II
(Gipsum 50
gram)
Percobaan III
(Gipsum 55
gram)
Setting expansion Sedang Kecil Besar
Porus Sedikit Sedang Banyak
Flow Rendah Sedang Tinggi
Setting time Sedang Lama Cepat
Surface hardness Kurang keras Keras Paling keras
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 11/13
11
1. Perbandingan Percobaan I dengan Percobaan II
Pada percobaan I flow dan porusnya lebih sedikit dibandingkan
percobaan II karena percobaan I campuran gipsumnya mengandung lebih
banyak air. Semakin banyak airnya, semakin kecil pula flow dan porusnya
namun kekerasan permukaannya masih lebih keras pada percobaan II.
Selain itu, terdapat suatu kejanggalan pada setting expansion dan setting
time dari kedua percobaan ini. Setting time percobaan I lebih cepat dan
setting expansion-nya lebih besar pula jika dibandingkan dengan
percobaan II. Hal ini bisa saja disebabkan oleh pengadukan yang lebih
cepat dan waktu pengadukan yang lebih lama pada percobaan I sehingga
percobaan I mencapai setting time yang lebih cepat dari percobaan II dan
setting expansion-nya juga menjadi lebih besar.
2. Perbandingan Percobaan II dengan Percobaan III
Pada percobaan II porus dan flow-nya lebih sedikit dari percobaan III
karena campuran gipsum pada percobaan II lebih encer jika dibandingkan
dengan percobaan III. Semakin sedikit porus-nya, maka semakin baik.
Namun setting expansion, setting time dan surface hardness pada
percobaan III lebih besar, cepat dan keras daripada percobaan II
disebabkan campuran pada percobaan III lebih banyak mengandung bubuk
gipsum dan lebih kental sehingga lebih cepat mengeras.
3. Perbandingan Percobaan III dengan Percobaan I
Pada percobaan III setting expansion, porus dan flow-nya lebih besar
daripada percobaan I, setting time-nya lebih cepat, serta surface hardness-nya lebih keras juga. Hal ini disebabkan karena campuran gipsum
percobaan III lebih banyak mengandung bubuk gipsum dibandingkan
percobaan I. Campuran gipsum pada percobaan III dapat dikatakan
sebagai campuran yang memiliki setting expansion, porus dan flow yang
paling besar, setting time-nya paling cepat, serta surface hardness-nya
paling keras dibandingkan percobaan I maupun percobaan II.
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 12/13
12
5. SIMPULAN
Gipsum adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat dan bersifat kalsium
sulfat hemihidrat. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air,
reaksi berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium
sulfat dihidrat. Hal ini menyebabkan dehidrasi parsial dari batu gipsum
dehidrasi dari kalsium sulfat hemihidrat tersusun secara reversibel.
Compressive strength berhubungan dengan w/p ratio dan pengadukan. Jika
air yang digunakan lebih banyak, maka compressive strength-nya menurun.
Pengendapan bubuk gipsum dalam air saat proses pengadukan dapat
menyebabkan gipsum mengeras sebelum pengadukan selesai.
Jenis produk gipsum tipe III menunjukkan nilai ekspansi lebih rendah rata-
rata dari produk tipe II.
Campuran kental dengan w/p ratio rendah memiliki kristal lebih padat dan
saling menumpuk selama proses pertumbuhan kristal, akibatnya ekspansi
lebih tinggi dan lebih banyak panas yang dihasilkan.
Ekspansi dapat terdeteksi selama perubahan dari hemihidrat ke dihidrat
dan bergantung pada komposisi produk gipsum. Ekspansi dapat diamati
dan dirationalisasi berdasarkan mekasnisme kristalisasi atau hasil dari
kristal dari inti kristalisasi.
Besar ekspansi bukan ditentukan dengan semakin banyak atau sedikitnya
ratio w/p tetapi semakin sesuainya dengan aturan w/p yang diberikan
pabrik. W/p ratio yang tidak sesuai dengan aturan pabrik menimbulkan
kristalisasi menjadi abnormal sehingga menimbulkan pertambahan
ekspansi juga. Bila waktu pengadukan pendek, dan kecepatan pengadukan
lambat maka ekspansi makin kecil. Penambahan accelerator dan retarder
juga dapat membuat ekspansi menjadi lebih kecil.
7/31/2019 laporan IM2
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-im2 13/13
13
Daftar Pustaka
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.
Jakarta: EGC
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material. 11th
ed.United State of America : Mosby
O’Brien, William, J. 1989. Dental Materials: Properties and Selection.
0867151994. Chicago: Quintessence Publishing Company.
Phillips, Ralph W, and Eugene W skinner: The Science Of Dental Materials.
London: W.B. Saunders Company