Upload
phunghuong
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peneliti:
H. Yudha M. Saputra, M.Ed dr. Ambar S, M.Kes
Dra. Yati Ruhayati, M.Pd
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2007
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA
MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH KOMPETITIF UPI
1
IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP
(Program Payung Penelitian) : Pendidikan Kesehatan (Gizi Olahraga) Peneliti Utama : Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed Unit Kerja : Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi/ Prodi IKOR FPOK UPI Alamat Kantor : Jl. PHH Mustofa 200 Bandung Nama Anggota Peneliti : 1. dr. Ambar Sulianti, M.Kes 2. Dra. Yati Ruhayati, M.Pd Nama Mahasiswa : Panji Sumarna Putra NIM. 050556
Saepul Hamid NIM. 055695 Wahyu Santoso NIM. 055569
Reska Ardiansyah NIM. 055805 Jangka Waktu Penelitian : 8 Bulan Biaya yang Diajukan : Rp. 15.000.000,00 Sumber Dana : DIPA UPI 2007
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian UPI
Prof. Furqon, Ph.D NIP. 131627889
Mengetahui/Menyetujui: Dekan FPOK UPI, Dr. H. Amung Ma’mun, M.Pd. NIP. 131 633779
Bandung, November 2007 Ketua Peneliti, Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed NIP. 131 811 168
2
ABSTRAK
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP
Oleh
Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed., dkk
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan masih rendahnya perhatian kita terhadap para lansia. Padahal mereka juga manusia yang memerlukan perhatian dan perlakuan yang sama agar tetap berdaya dalam mengisi kehidupannya. Para lansia sering dibiarkan dalam kesendirian, sehingga dianggap mengganggu orang lain karena tidak mandiri. Aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi menjadi salah satu alternatif agar para lansia tetap berdaya dan mandiri dalam mengisi kehidupannya. Kebugaran menjadi target yang ingin dicapai dalam penelitian ini melalui dua jenis perlakuan yaitu kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi. Dengan pemberian pola hidup inilah, kebugaran lansia secara perlahan tapi pasti dapat meningkat. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus yaitu pengaruh pola hidup berupa aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi terhadap kebugaran para lansia. Secara teoritis, untuk meningkatkan kebugaran seseorang dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi yang seimbang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik observasi dan tes. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 perempuan lansia di panti sosial yang ada di Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Secara signifikan aktivitas olahraga tidak dapat meningkatkan kebugaran perempuan lansia. (2) Secara signifikan pemberian nutrisi tidak dapat meningkatkan kebugaran perempuan lansia. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran para perempuan lansia.
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kekhadirat Tuhan yang maha kuasa, karena
penelitian yang dibuat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian
dengan judul “Pemberdayaan perempuan lanjut usia melalui perubahan pola hidup
di Kota Bandung.”
Penelitian ini dimaksudkan sebagai upaya mengangkat kinerja para lansia
saat ini agar bersinergis dalam membangun bangsa melalui upaya pencitraan diri
dan pemberdayaan individu agar tidak banyak mengantungkan dirinya dengan
orang lain. Kamandirian menjadi target utama dalam menjadikan para lansia
sebagai komunitas yang tetap berperan dalam memberikan kontribusi dalam
pembangunan bangsa.
Ibarat pepatah “tiada gading yang tak retak”, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penuangan ide-ide pokok dalam penelitian ini
dan masih sangat terbatasnya variabel yang diungkap. Oleh karena itu, saran dan
kritik membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki dan memperkaya
pemaknaan dalam penelitian ini. Kami berharap mudah-mudahan penelitian ini
dapat dijadikan masukan dalam mewujudkan para lansia yang lebih berkinerja
dalam dunianya dan kemandirian dalam mengisi hidupnya, amin!
Bandung, November 2007
TIM.
4
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... i ABSTRAK …………………………………………………………… ii KATA PENGANTAR........................................................................... iii DAFTAR ISI …………………………………………………………. iv BAB I PENDAHULUAN…………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………… 1 B. Perumusan Masalah ……………………………….. 3 C. Tujuan Penelitian ………………………………… 4 D. Manfaat Penelitian ……………………………….. 6 E. Pembatasan Penelitian…………………………….. 7 F. Anggapan Dasar dan Hipotesis.. ………………….. 8 G. Definisi Operasional.……………………………….. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA.... ………………………………. 14 A. Konsep Dasar Olahraga Kebugaran......................… 14 B. Konsep Dasar Gizi.................................................... 18 C. Komponen Kebugaran Jasmani................…………. 39 D. Kondisi Perempuan Lanjut Usia................................ 41 E. Upaya Hidup Sehat…............................................... 46
BAB II I METODE PENELITIAN..........………………………. 50
A. Prosedur Penelitian ….…………………………….. 50 B. Desain Eksperimen................. …………………… 51 C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya.…………. 52 D. Teknik Penarikan Sampel………………………… 53 E. Instrumen Penelitian…… ………………………… 53 F. Teknik Analisis Data……………………………… 54 G. Lokasi Penelitian………………………………….. 54 H. Agenda Penelitian…………………………………. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 59
A. Prosedur Pengolahan Data ………………………. 59 B. Hasil Pengolahan dan Analisis Data…....………… 60 C. Pengujian Hipotesis Penelitian……………………. 64 D. Pembahasan Hasil Penelitian..……………………. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................... 70
A. Kesimpulan ………………………………………… 70 B. Rekomendasi……………………….……………… 71
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 72
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi
penduduk berusia lanjut bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda
menetap atau berkurang. Sekretaris Jenderal PBB (Kofi Annan) dalam peringatan
Hari Usia Lanjut Internasional pada tanggal 1 Oktober 2000 mengeluarkan
deklarasi yang mengandung peringatan, khususnya Indonesia di tahun 2050
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) akan mencapai sepuluh juta jiwa. WHO telah
memperhitungkan pada 2025 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah
warga lansia sebesaar 41,4% yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di
dunia. Dengan semakin berkembangnya teknologi di bidang kesehatan serta
meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, maka usia harapan hidup
pada tahun-tahun ke depan diperkirakan mencapai 70 tahun, sehingga populasi
lansia di Indonesia tidak saja akan melebihi jumlah balita bahkan menempati
peringkat keempat dunia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. (WHO, 2007).
Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam
berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Dengan
berkembangnya program Keluarga Berencana di Indonesia, maka keluarga-
keluarga di masa yang akan datang rata-rata hanya mempunyai dua anak saja.
Para lansia akan menghadapi keadaan yangmana semua anak mereka harus
bekerja. Tentunya akan dipermasalahkan siapa yang akan merawat para lansia
tersebut.
6
Jumlah penduduk perempuan mencapai lebih dari 50% dari jumlah
penduduk Indonesia. Ini berkembang menjadi topik yang besar, karena perempuan
lansia berkaitan dengan kekurangmampuan, kemiskinan akibat kurangnya
keterampilan perempuan dibanding kelompok pria dan masalah ketidakberdayaan.
Jumlah perempuan lansia tersebut seharusnya merupakan potensi yang harus
diberdayakan. Beberapa studi yang dilakukan terhadap peran perempuan dalam
ekonomi rumah tangga, menunjukkan betapa besarnya sumbangan para istri
terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Dengan kondisi ini, bisa dipahami
apabila sebuah kegiatan pembangunan perlu melibatkan peran perempuan baik
secara individu maupun secara kelompok. Namun terjadi beberapa hambatan
dalam memberdayakan perempuaan lansia, yang muncul akibat kontruksi sosial
dalam masyarakat yang syarat dengan ketimpangan dan ketidakadilan terhadap
kaum perempuan. Terbatasnya aksesibilitas perempuan lansia yang menyebabkan
terbatasnya mobilitas serta terbatasnya hubungan lansia dengan lingkungannya,
penurunan kesempatan kerja serta rendahnya penggunaan sumber daya yang ada
menyebabkan masalah perempuan lansia menjadi topik yang perlu diperhatikan.
Selain itu adanya hambatan dari menurunnya fungsi organ reproduksi yang
berdampak pada meningkatnya pengeroposan tulang pada perempuan lansia
menambah beban yang dialami perempuan lansia.
Permasalahan yang sedemikian besar yang dihadapi oleh perempuan lansia
telah memberikan inspirasi perlunya solusi yang tepat dalam mengatasi persoalan
tersebut. Terutama dalam hal mengatasi menurunnya kualitas hidup yang
diakibatkan oleh menurunnya fungsi organ reproduksi menjadi fokus yang akan
diangkat dalam penelitian ini. Pola makan dan olahraga menjadi salah satu
7
alternatif yang sederhana dan mudah untuk dilakukan dengan program yang
dibuat secara sederhana pula diharapkan mampu mengurangi dan bahkan
mengatasi berbagai persoalan menurunnya fungsi organ reproduksi tersebut.
Jadi road map dalam penelitian ini adalah mengangkat sebuah penomena
personal dan sosial yang dihadapi perempuan lansia yang saat ini mereka berada
dalam kondisi yang kurang stabil dalam menjalani kehidupannya. Ketidakstabilan
tersebut lebih dikarenakan kurang berfungsinya organ reproduksi sehingga
berdampak personal yaitu pada pengeroposan tulang khususnya pada perempuan
lansia. Dampak sosialnya menjadikan kualitas hidup semakin menurun dan
kurang berdaya dalam menjalankan aktivitasnya.
Berdasarkan kepedulian atas kondisi perempuan lansia itulah peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian untuk memberdayakan perempuan lansia
dengan mengadakan upaya dan tindakan-tindakan yang merubah pola hidup
perempuan lansia. Adapun pengertian pemberdayaan ini disesuaikan dengan
formulasi yang dirumuskan oleh Persatuan Geriatri Indonesia yaitu agar mereka
selama mungkin tetap dalam keadaan sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga
masih berguna bagi masyarakat, setidak-tidaknya sedikit mungkin merupakan
beban bagi masyarakat. (Semiawan, 1990). Perubahan pola hidup yang akan
diteliti meliputi perubahan pola makan dan pola olahraga.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas bahwa untuk
meningkatkan kualitas hidup perempuan lansia perlu dilakukan pembinaan berupa
program nutrisi dan olahraga secara tepat. Pembinaan melalui pemberian program
ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan perempuan lansia, maka fokus
8
penelitian ini adalah pemberdayaan perempuan lanjut usia melalui perubahan pola
hidup, yakni dengan program pemberian nutrisi dan olahraga secara teratur.
Pemberdayaan perempuan lansia dengan sasaran akhir terwujudnya kinerja
perempuan lansia yang lebih baik. Jadi pola pengembangan pembinaan lansia
dimaksudkan sebagai suatu sistem dalam konteks manajemen diri, khususnya
pemberdayaan perempuan lansia di Kota Bandung.
Oleh karena itu, penulis menetapkan masalah umum dari penelitian ini
adalah: “Bagaimana pemberdayaan perempuan lanjut usia melalui perubahan pola
hidup di Kota Bandung” Dengan mengetahui pola hidup yakni pola nutrisi dan
pola olahraga ini, maka proses pemberdayaan lansia akan terlaksana secara efektif
dan efisien.
Untuk selanjutnya penulis rumuskan masalah secara khusus dalam
beberapa bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa besar pengaruh pemberian nutrisi terhadap tingkat kebugaran
perempuan lanjut usia di Kota Bandung ?
2. Seberapa besar pengaruh pemberian program olahraga terhadap tingkat
kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung ?
3. Apakah ada perbedaan signifikan antara pengaruh pemberian program
olahraga dan pola nutrisi terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di
Kota Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, memahami,
memaknai hal-hal yang paling mendasar dalam setiap fenomena permasalahan
yang menjadi fokus penelitian. memperoleh temuan baru mengenai implementasi
9
pendekatan pemberdayaan perempuan dalam kehidupannya. Pokok permasalahan
diidentifikasi, digambarkan, dikaji secara induktif dan komparatif dalam rangka
pengembangan konsep dan pemahaman makna. Dengan kata lain, penelitian ini
menghimpun data obyektif empiris tentang upaya memberdayakan perempuan
lanjut usia melalui perubahan pola hidup di Kota Bandung.
Temuan-temuan yang diperoleh tersebut dapat dijadikan landasan dalam
upaya mengembangkan mutu perempuan lanjut usia agar mampu berdaya secara
proporsional dalam mengisi sisa hidupnya yang lebih bermakna. Hasil seperti ini
sangat diperlukan oleh para pengambil kebijakan dalam pembangunan SDM
dalam membantu memberikan kejelasan mengenai efektivitas pendekatan yang
dilaksanakan selama ini di Kota Bandung. Pemberdayaan perempuan lanjut usia
secara optimal diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mencapai tujuan
pembangunan Kota Bandung ke depan.
Tujuan yang lebih khusus adalah untuk menggali informasi mengenai
berbagai hal yang terkait dengan implementasi pemberdayaan perempuan lanjut
usia di Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini diarahkan
untuk mencapai tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, menggambarkan, dan mengkaji pelaksanaan program
pemberdayaan yang sedang digunakan sekarang ini di lembaga tempat
penitipan para kaum perempuan lanjut usia yang ada di Kota Bandung.
2. Mengidentifikasi, menggambarkan, dan mengkaji potensi sumber daya
perempuan di tingkat Kota Bandung berdasarkan latar belakang pola hidup
yaitu pola nutrisi dan olahraga.
10
3. Mengidentifikasi, menggambarkan, dan mengkaji pendekatan pemberdayaan
perempuan yang seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
perempuan lanjut usia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perempuan
lanjut usia secara luas mengenai bagaimana cara mengubah pola hidup mereka
supaya bermanfaat bagi peningkatan kesehatan fisik, mental, dan sosial sehingga
perempuan lanjut usia masih berguna bagi masyarakat, setidak-tidaknya dapat
mengurangi beban bagi masyarakat.
Dampak luas manfaat dari penelitian ini bagi pembangunan di Kota
Bandung antara lain:
1. Meningkatkan kualitas perempuan lansia yangmana pada beberapa tahun
yang akan datang diperkirakan mencapai peringkat keempat dunia sehingga
dapat mengurangi beban pemerintah.
2. Membuka lapangan kerja baru.
3. Dapat menjadi data bagi penelitian ke tingkat yang lebih lanjut
4. Melahirkan para ahli di bidang ini
Jadi manfaat penelitian ini adalah adanya program pemberdayaan
perempuan lanjut usia di wilayah Kota Bandung. Bagaimana implementasi
pendekatan yang sudah ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam hal
pemberdayaan perempuan dalam pembangunan. Pendekatan pemberdayaan
perempuan lahir dari ketidakpuasan terhadap pendekatan-pendekatan sebelumnya.
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa untuk memperbaiki posisi
perempuan dibutuhkan upaya untuk meningkatkan kekuasaan tawar-menawar
11
dalam mengubah nasibnya. Pendekatan ini meletakan upaya penghapusan
subordinasi perempuan sebagai pusat perhatian.
E. Pembatasan Penelitian
Untuk menghindari penafsiran yang terlalu luas dan untuk memperoleh
gambaran yang jelas, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian.
Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian ini pada masalah yang akan
diteliti agar ruang lingkupnya tidak terlalu luas. Sehingga pelaksanaannya dapat
lebih terarah dan tertuju pada obyek masalah yang akan diteliti.
Adapun ruang lingkup yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu
mengenai pola hidup lansia dalam berolahraga dan mengkonsumsi makanan
bergizi guna menopang hidupnya yang sudah tua renta tersebut. Sedangkan yang
menjadi obyek-obyek penelitian ini adalah para lansia yang berdomisili di Panti
PSTW “Senjarawi” dan Panti Sosial Tresna Wredha “Budi Pertiwi” Kota
Bandung.
Dengan pertimbangan bahwa para lansia yang ada di lokasi tersebut telah
mengerti dan mungkin bisa dan tahu cara melakukan berbagai aktivitas olahraga
dan nutrisi yang diberikan sebagai perlakuan (treatment) oleh peneliti.
Penelitian ini difokuskan pada penggunaan pola hidup dalam aktivitas
olahraga dan pola makan dari para lansia terhadap peningkatan kebugaran
jasmani. Studi ini dibatasi dengan subyek terdiri atas 20 orang lansia dari kaum
perempuan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan memperhatikan
fakta-fakta yang mempengaruhi validitasnya. Di antaranya adalah memahami arti
12
kesungguhan para lansia yang menjadi sampel penelitian selama proses pemberian
perlakuan. Untuk itu, dengan bantuan peneliti dan mahasiswa, penulis selalu
mendorong dan mengingatkan para lansia setiap kali akan dilakukan perlakuan.
Demikian pula kesungguhan para peneliti dan mahasiswa dalam
mengimplementasikan pola hidup dalam perlakuan lansia setiap hari. Oleh karena
itu, sebelumnya para lansia diberi perlakuan terlebih dahulu dikumpulkan di panti
asuhan masing-masing sambil diberi penjelasan terkait dengan pola hidup yang
sudah dirancang oleh peneliti. Kegiatan monitoring selama pelaksanaan
eksperimen di tempat penelitian menjadi perhatian utama, dengan maksud agar
penggunaan pola hisup yang dilakukan sesuai dengan konsep atau petunjuk yang
telah ditetapkan peneliti dalam penerapan perlakuan. Program perlakuan selama
eksperimen ditentukan sebagai pegangan.
F. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar (asumsi) merupakan titik tolak pemikiran yang akan
memberikan batasan-batasan dalam keseluruhan proses penelitian ini. Asumsi
dapat membantu peneliti dalam memberi arah terhadap kesimpulan yang akan
diambil. Dalam hal ini penulis mengamati mengenai perlunya peningkatan
kebugaran jasmani pada para lansia. Kemampuan ini sangat diperlukan dalam
menatap masa depan yang lebih berguna.
Dalam perkembangannya, konsep pola hidup ini telah digunakan dalam
berbagai situasi, termasuk untuk situasi panti sosial. Implementasi konsep pola
hidup dalam kondisi ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian sebagai
berikut:
13
a. Pola hidup merupakan suatu keputusan bertindak dengan menggunakan
kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan
melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling
menguntungkan. Lingkungan di sini adalah lingkungan yang memungkinkan
para lansia dan pembina panti sosial. Sedangkan kondisi dimaksudkan sebagai
suatu iklim konduktif dalam kegiatan pembinaan di panti sosial.
b. Dalam program pembangunan bangsa, pentingnya peran serta masyarakat
termasuk kelompok perempuan lanjut usia, merupakan suatu kebutuhan
mendesak yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Program tersebut setidaknya
sejalan dengan 3 (tiga) isi kunci pembangunan yang meliputi: (1) peningkatan
kualitas hidup, (2) pelibatan peran serta masyarakat, dan (3) pelestarian
lingkungan. Tanpa adanya peran serta masyarakat, termasuk kaum perempuan
lanjut usia secara optimal, sangat mustahil kebutuhan peningkatan kualitas
hidup dan pelestarian lingkungan dapat dicapai. Yang menjadi pertanyaan
adalah, mengapa kelompok perempuan lanjut usia mempunyai peranan yang
harus dilibatkan. Strategi merupakan garis besar haluan, bertindak dalam
mengelola proses belajar mengajar utnuk mencapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.
c. Beberapa kelebihan yang dimiliki kaum perempuan lanjut usia, sebagai
berikut: (1) Dengan jumlah perempuan > 50% dari jumlah penduduk dunia
telah menjadikan potensi yang tiada terbatas untuk terus diberdayakan.
Sehingga perempuan, baik sebagai individu maupun kelompok, merupakan
sumberdaya manusia yang potensial bila diberdayakan. (2) Berbagai penelitian
14
menunjukkan bahwa kaum perempuan mempunyai kecenderungan untuk lebih
peduli terhadap permasalahan yang terjadi dalam lingkungannya.
d. Beberapa kelemahan yang dimiliki kaum perempuan yang selama ini menjadi
sorotan, merupakan dampak konstruksi sosial yang ada, antara lain: (1) Masih
banyak dijumpai rendahnya status dan kedudukan perempuan dalam
masyarakat. (2) Adanya hambatan kultural bagi perempuan untuk berperan
serta secara aktif dalam pembangunan. (3) Adanya hambatan material berupa
rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan sebagian besar perempuan. (4)
Rentannya posisi perempuan (dan anak-anak) dalam masyarakat, sehingga
apabila masyarakatnya miskin, maka perempuan dan anak-anaklah yang
paling berat menanggung akibatnya. (5) Rendahnya akses/peluang dan kontrol
perempuan dalam berbagai bidang kehidupan.
e. Perlunya pola hidup yang lebih baik untuk memfasilitasi para lansia dalam
mengisi hidupnya dengan aktivitas yang positif dan berguna bagi dirinya
maupun orang lain. Kegiatan olahraga menjadi salah satu langkah positif
untuk dapat dimanfaatkan optimal oleh setiap lansia agar memiliki tubuh yang
fit dan mampu bergerak tanpa harus dibantu orang lain. Demikian pula halnya
dengan pola makan yang baik dapat pula mendukung terhadap peningkaan
tubuh yang bugar, sehingga tidak mudah terkena penyakit diusianya yang
sudah renta tersebut.
f. Pola hidup melalui kegiatan olahraga dan pola nutrisi yang seimbang dan tepat
sasaran akan dapat memberdayakan para lansia untuk lebih dapat diterima di
luar komunitasnya karena tidak lagi banyak menggantungkan hidupnya pada
orang lain. Kemandirian menjadi target utama dari pembentukan pola hidup
15
bagi para lansia yang sering dicap sebagai manusia lemah dan tidak produktif
bahkan sering menjadi penghambat bagi kaum produktif. Asumsi ini harus
dibuang jauh, karena para lansia yang dapat mengisi hidupnya dengan pola
gerak dan nutrisi yang tepat akan menjadi bagian dari masyarakat yang
berkontribusi dalam pembangunan.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih perlu adanya
pembuktian empirik oleh peniliti. Bertitik tolak dari asumsi yang telah
dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis
perbandingan. Menguji hipotesis ini berarti menguji parameter populasi yang
berbentuk perbandingan melalui ukuran sampel yang juga berbentuk
perbandingan (Sugiyono,1997). Untuk itu, maka rumusan hipotesis yang akan
diuji adalah sebanyak pertanyaan penelitian yang telah diajukan, yaitu sebagai
berikut :
a. Pemberian pola hidup berolahraga pada lansia secara signifikan berpengaruh
terhadap peningkatan kebugaran.
b. Pemberian pola hidup berupa nutrisi pada lansia secara signifikan berpengaruh
terhadap peningkatan kebugaran.
c. Tidak ada perbedaan secara signifikan antara pemberian pola hidup berupa
olahraga dan nutrisi pengaruhnya terhadap kebugaran.
Rumusan hipotesis tersebut di atas akan dibuktikan dengan menggunakan
Uji Dua Pihak, dimana: Ho : µ 1 = µ 2
Ha : µ 1 ≠ µ 2
16
G. Defnisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran persoalan yang muncul
dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan beberapa hal secara operasional
sebagai berikut:
1. Pengaruh diartikan sebagai sesuatu yang memberikan dampak karena suatu
perlakuan dalam penelitian ini perlakuan berupa pemberian pola hidup dengan
aktivitas olahraga dan nutrisi.
2. Pola hidup adalah aktivitas yang menjadi kebiasaan bagi seseorang dalam
mengisi hidupnya, seperti berolahraga secara rutin dan mengkunsumsi
makanan bergizi secara teratur. Dalam konteks penelitian pola hidup
dikondisikan oleh peneliti agar menjadi pembiasaan yang positif pada lansia.
3. Lansia atau lanjut usia di Indonesia batasannya belum ada, tetapi dengan usia
pensiun 55 tahun, berarti usia di atas 55 tahun barangkali termasuk dalam
golongan usia lanjut. (Sadoso, 2005). Secara umum WHO menggunakan
patokan pembagian umur usia lanjut sebagai berikut : usia pertengahan
(middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun; usia lanjut (elderly) usia 60 –
74 tahun; tua (old) usia 75 – 90 tahun; dan sangat tua (every old) di atas 90
tahun.
4. Perubahan adalah sesuatu yang terjadi manakala perlakuan itu diberikan
kepada para lansia. Dalam penelitian ini yang dimaksud perubahan adalah
sikap sosial lansia, yaitu: perkembangan terhadap kebiasaan berolahraga dan
mengkonsumsi makanan bergizi dalam kehidupan sebagai makhluk sosial
5. Kebugaran Jasmani adalah kesanggupan atau kemampuan tubuh dalam
melakukan adaptasi terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya
17
tanpa mengalami kelelahan yang berarti.(Moeloek 1984:1). Jadi yang yang
dimaksud penulis dalam penelitian ini yaitu: Kebugaran Jasmani adalah
kemampuan tubuh untuk menyelesaikan tugasnya tanpa merasa lelah, serta
masih mempunyai cadangan tenaga untuk melaksanakan aktivitas lainnya dan
menikmati waktu senggang sehingga kehidupannya menjadi berarti baik bagi
dirinya maupun bagi lingkungan disekitarnya. Pada hakekatnya berkenaan
dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan
tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan
untuk melaksanakan aktivitas lainnya. Untuk membangun kondisi yang bugar
diperlukan upaya yaitu melalui latihan jasmani dan olahraga serta pembinaan
kesehatan dan gizi secara teratur, terpadu, dan berlanjut yang dapat
membangun sikap, perilaku, pola hidup dan kebiasaan individu dan
masyarakat untuk melaksanakan aktivitas fisik dan perilaku hidup sehat
sehingga dapat mendukung pembentukan manusia seutuhnya yang sehat fisik,
mental, intelektual, dan sosial. Dalam penelitian ini, kebugaran jasmani
dimaknai sebagai kemampuan fisik lansia yang ada di panti sosial di Kota
Bandung.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Olahraga Kebugaran
Olahraga kebugaran merupakan aktivitas untuk mendukung pada
kemampuan yang dapat digunakan untuk mendukung terhadap tugas-tugas fisik
sehari-hari dalam pekerjaan atau kegiatan rutin lainnya dan masih mampu
melakukan aktivitas lainnya tanpa adanya kelelahan yang berarti. Hal ini
menunjukkan salah satu aspek sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya
adalah aspek fisik. Orang yang tidak bugar fisiknya, menimbulkan ketidak
gairahan dalam bekerja, mudah lelah: karena fungsi alat-alat tubuhnya tidak
mampu menyesuaikan diri dengan beban kerja yang dihadapinya. Sebaliknya bagi
mereka yang memiliki fisik yang berkualitas akan mudah mengatasi stress fisik,
karena tubuhnya mampu bekerja efisien. Untuk mengetahui kualitas fisik
seseorang dapat dilihat dari kecakapan dasar dari IAAF yang dikutip Mardianto,
Supriyadi, dan Surendra (2000) bahwa “Ada lima kecakapan dasar biomotor
manusia yang penting, yaitu; kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan, dan
koordinasi.”
Olahraga dapat meningkatkan kebugaran jasmani pada derajat sehat
dinamis yang mampu mendukung tuntutan tugas-tugas fisik sehari-hari dalam
jabatan, dalam keluarga, dalam masyarakat, dan juga masih mempunyai cadangan
untuk melakukan kegiatan –kegiatan fisik lain yang diperlukan secara mendadak
misalnya dalam menghadapi tugas ekstra, keadaan bahaya atau keadaan darurat
lainnya (Santoso Giriwijoyo, 1993:6). Ketidakmampuan fisik mendukung semua
19
kebutuhan tersebut berakibat terhambatnya dalam pelaksanaan berbagai aktivitas
baik rutin maupun kegiatan sewaktu-waktu atau temporer.
Kesimpulan mengenai olahraga kebugaran adalah bahwa terdapat dua
aspek olahraga kebugaran, yaitu: (1) olahraga kebugaran yang berhubungan
dengan kesehatan (health related fitness) dan (2) olahraga kebugaran yang
berhubungan dengan keterampilan (skill related fitness). Olahraga kebugaran yang
berhubungan dengan kesehatan meliputi: aktivitas untuk meningkatkan daya tahan
jantung dan paru (kardiorespirasi), kekuatan otot (strength), daya tahan otot
(muscle endurance), kelentukan (flexibility), dan komposisi tubuh. Sedangkan
olahraga kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan meliputi kegiatan
fisik untuk meningkatkan speed (kecepatan), agility (kelincahan), power, balance
(keseimbangan), kecepatan reaksi, dan coordination (kordinasi).
Olahraga kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan oleh
para lansia untuk mempertahankan kesehatan, mengatasi stress lingkungan, dan
melakukan aktivitas sehari-hari terutama untuk menjalani kehidupan sehari-hari
dan bermain bersama taman sebayanya..
Daya Tahan Jantung dan Paru (General Endurance). Kita mengenal dua
istilah daya tahan yaitu daya tahan umum (cardio respiratory) dan daya tahan
khusus (muscle endurance) yaitu kemampuan otot dalam berkontraksi atau
bekerja dengan waktu yang relatif lama. Daya tahan umum atau daya tahan
peredaran darah dan pernapasan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu
untuk bekerja dengan waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang
berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut.
20
Latihan olahraga untuk meningkatkan daya tahan otot adalah, lompat,
jingkat dan hop. Latihan untuk meningkatkan daya tahan umum adalah jalan atau
joging. Untuk meraih kebugaran tersebut perlu dilakukan olahraga secara teratur
dan overload. Oleh karena itu, latihan fisik yang memberi kemungkinan tersebut
harus dirancang. Daya tahan jantung dan paru bagi lansia, terutama ditujukan
untuk mempertahankan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Kekuatan Otot (Strength). Faktor yang sangat penting guna meningkatkan
latihan kondisi fisik. Johnson, (1969 : 241) menjelaskan “strength is frequently
recognized by physicall educators as the most important factor in the performance
of phhysicall skill. While strength may be generally defined as the muscular force
exerted against movable and immovable objects, it is best measured by test which
require one maximum effort on a given movement or position”. Harsono, (1988)
menjelaskan bahwa strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan
tegangan terhadap sesuatu tahanan. Latihan untuk meningkatkan kekuatan adalah
dengan latihan kontraksi isometrik dan isotonik.
Walaupun kekuatan merupakan komponen penting dalam kebugaran, tidak
berarti bahwa pada lansia kekuatan mendapatkan penekanan latihan yang lebih
banyak dibandingkan komponen lainnya. Pada usia ini, latihan untuk
meningkatkan kekuatan harus bersifat menyeluruh serta melibatkan alat gerak
pasif maupun aktif.
Daya Tahan Otot. Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan
kontraksi secara terus menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Pada
dasarnya daya tahan kekuatan otot merupakan rentangan antara daya tahan dan
21
kekuatan otot. Daya tahan otot diperlukan untuk mempertahankan kegiatan yang
sifatnya didominasi oleh penggunaan otot atau kelompok otot.
Seperti halnya pada komponen lain, daya tahan otot hanya diperlukan
sebatas kebutuhan dalam melakukan aktivitas otot. Beberapa kegiatan yang
dominan memerlukan kemampuan daya tahan otot pada lansia termasuk di
dalamnya bentuk-bentuk permainan.
Fleksibilitas. Ketika kita berbicara fleksibilitas, kita teringat kepada
kemampuan otot dan persendian badan individu untuk bergerak seluas mungkin
dan mempertahankannya dalam beberapa detik. Pengukuran fleksibilitas dalam
latihan flexion (dimana sudut sikut semakin dekat dengan tubuh), dan latihan
extension (ketika sudut siku semakin jauh dengan badan itulah yang mempunyai
fleksibilitas baik). Sebagai contoh atlet yang dites dengan trunk extension dan
hasilnya kurang bagus maka atlet tersebut jika berlatih gerakan dolphin akan
kurang bagus, (Barry L. Johnson, 1969). Bentuk-bentuk tes dalam fleksibilitas
adalah : sit and reach test, bridge up, shoulder elevation, average ankle flexibility,
front split, side split, dan trunk extension. Aspek yang diukur dalam fleksibiltas
adalah pangkal paha, persendian panggul, otot hamstring, tulang belakang,
kemampuan persendian bahu, persendian pergelangan kaki. Banyak penelitian
menjelaskan bahwa latihan fleksibilitas dianjurkan dari sejak kanak-kanak hingga
lansia setiap hari melakukan stretcing atau peregangan.
Fleksibilitas bagi lansia sangat penting dimiliki terutama untuk menunjang
kegiatan sehari-hari, karena fleksibilitas bagi mereka tidak semata-mata dapat
bergerak, tetapi juga harus lentur dan dapat mengubah arah dengan baik.
Kemampuan ini memerlukan kelentukan tubuh atai bagian tubuh yang terlibat
22
dalam kegiatan tersebut. Melakukan perubahan kecepatan dan arah gerakan, dapat
mengakibatkan regangan otot yang terlalu kuat sehingga memungkinkan
terjadinya cedera otot (muscle sprain) apabila kelentukan yang dimiliki rendah.
Pada lansia, umumnya memiliki kelentukan yang sudah kaku. Bagaimanapun juga
latihan untuk meningkatkan kelentukan tidak boleh berlebihan, karena dapat
berpengaruh tidak baik dan bahkan merusak sikap tubuh itu sendiri.
B. Konsep Dasar Gizi
1. Pangan dan Gizi
Setiap bahan makanan mempunyai susunan kimia yang berbeda-beda dan
mengandung zat gizi yang bervariasi pula baik jenis maupun jumlahnya. Berbagai
zat gizi yang diperlukan tubuh dapat digolongkan ke dalam 6 macam yaitu
(1)karbohidrat ,(2) protein,(3) lemak, (4) vitamin,(5) mineral dan (6) air.
Sementara itu energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari hasil
pembakaran karbohidrat,protein dan lemak di dalam tubuh,di alam terdapat
berbagai jenis bahan makanan baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
disebut pangan nabati maupun pangan yang berasal dari hewan yang dikenal
sebagai pangan hewani.
Kemajuan ilmu teknologi dalam bidang kimia telah berhasil mengungkap
banyaknya kandungan zat gizi di dalam berbagai jenis bahan makanan. Angka-
angka kandungan zat gizi dari sebagian bahan makanan dapat ditemukan dalam
Daftar Komposisi Bahan Makanan (Food Composition Table). Dalam daftar
bahan makanan dikelompokkan ke dalam golongan:(1) Padi-padian, (2) Umbi-
umbian, (3) Kacang-kacangan dan biji-bijian yang berlemak,(4) Sayur-
23
sayuran,(5)Buah-buahan,(6) Daging, (7) Telur, (8) Ikan, (9) Susu, (10) Gula dan
minyak, (11) Lain-lain.
2. Energi
Energi dan Panas. Energi diperlukan manusia untuk bergerak atau
melakukan pekerjaan fisik dan juga menggerakkan proses-proses dalam tubuh
seperti sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, percernaan, dan proses-proses
fisiologis lainnya. Tubuh manusia untuk bisa bekerja dan memanaskan tubuhnya
harus selalu disuplai dengan makanan. Menurut penelitian ada hubungan
langsung antara kuantitas panas yang dihasilkan oleh suatu aktivitas kerja dengan
total konsumsi makanan. Seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang
melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika “meminjam” atau
menggunakan cadangan energi dalam tubuh,namun kebisaan meminjam ini dapat
mengakibatkan keadaan yang gawat yaitu kurang gizi khususnya energi.
Energi Makanan. Makanan merupakan sumber energi namun tidak semua
energi yang terkandung di dalamnya dapat diubah oleh tubuh ke dalam tenaga
kerja akan tetapi sisanya diubah menjadi panas. Apabila badan kita tidak
melakukan kerja fisik maka energi yang dibebaskan oleh makanan seluruhnya
diubah menjadi panas yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Banyaknya energi
yang dihasilkan oleh makanan dapat diukur atau ditentukan dengan: (a) Cara
langsung yaitu dengan memakai alat yang disebut “Bomb Calorimeter”. (b) Cara
tak langsung yaitu dengan perhitungan kadar karbohidrat,lemak,dan protein.
Unit untuk mengukur energi adalah kalori (=kal) dimana satu kalori
menyatakan banyaknya panas yang dipakai untuk menaikkan suhu satu liter air
setinggi satu derajat Celsius. Dalam Bomb Calorimeter oksidasi 1 gram
24
karbohidrat menghasilkan 4.1 Kalori,1 gram lemak 9.45 Kalori,dan 1 gram
protein 5.65 Kalori. Di dalam tubuh baik karbohidrat,lemak,maupun protein tidak
seluruhnya dapat terbakar,karena adanya kehilangan-kehilangan dalam proses
pencernaan dan ekskresi. Karena itu oleh Atwater dan Bryant disarankan agar
dilakukan reduksi sebanyak 2% untuk karbohidrat,5 % untuk lemak, dan 29,2%
untuk protein,sehingga setelah dihitung dengan pembulatan-pembulatan diperoleh
angka sebagai berikut:
1 gram karbohidrat ………………………………… 4 Kalori
1 gram lemak ……………………………………… 9 Kalori
1 gram protein …………………………………….. 4 Kalori
Angka-angka tersebut kemudian dikenal sebagai “Faktor Atwater” yang biasa
digunakan dalam memperhitungkan nilai energi makanan atau bahan makanan.
Batal Metabolisme. Energi minimal yang diperlukan untuk
mempertahankan peoses-proses hidup yang pokok disebut “Basal Metabolisme”.
Proses hidup pokok ini meliputi kerja sebagai berikut: (a) Mempertahankan tonus
otot, (b) Sistem sirkulasi, dan (c) Pernafasan.
Kelenjar-kelenjar dan aktivitas seluler. Tubuh manusia seakan-akan
merupakan mesin yang tidak pernah berhenti bekerja. Demikian pula sel-sel dari
jaringan-jaringan tubuh merupakan organisme yang selalu aktif menjalankan
proses hidup. Tenaga atau energi untuk mempertahankan proses hidup tersebut
sebagian digunakan oleh organ tubuh untuk melakukan kegiatannya seperti
jantung berdenyut,paru-paru berkembang kempis, usus menggerakkan makanan
dengan ritme peristaltik, hati, ginjal, dan kelenjar-kelenjar bekerja menjalankan
fungsinya. Sebagian energi yang lebih banyak lagi digunakan untuk melakukan
25
proses oksidasi dalam jaringan untuk mempertahankan tonus otot. Basal
metabolisme lazimnya dinyatakan per satuan luas permukaan badan atau per
satuan berat badan ini disebut “Basal Metabolik Rate”(BMR). Basal metabolisme
untuk seseorang adalah konstan namun berbeda antara satu dengan lainnya
karena:
a. Pengaruh basal metabolisme yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut: (1) Jaringan yang aktif di dalam tubuh, (2) Besar dan luas permukaan
tubuh, (3) Komposisi tubuh, (4) Jenis Kelamin, (5) Umur, (6) Sekresi hormon,
(7) Tidur, (8)Tonus otot, (9)Keadaan emosi dan mental, (10) Pengaruh
kelanjutan dari gerak badan dan makanan, (11) Pengaruh kehamilan, (12)
Pengaruh penyakit.
b. Pengukuran basal metabolisme. Energi basal metabolisme adalah sejumlah
energi yang digunakan untuk melakukan proses-proses hidup minimal dari
tubuh manusia. Untuk mengukur atau menentukan besarnya energi tersebut
diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yaitu sebelum diukur orang harus
berpuasa selama 12-24 jam dan waktu diukur orang harus istirahat sempurna
dan berbaring tak bergerak. Pengukuran energi basal metabolisme dapat
dilakukan dengan dua cara :
(1) Pengukuran langsung (Direct Calorimetry) . Cara ini menggunakan
Kalorimeter. Panas dihasilkan oleh tubuh orang yang diukur ditangkap
oleh air yang jumlahnya telah diketahui dan berada dalam pipa saluran
yang melingkar sekeliling dinding ruang kalorimeter yang diisolasi rapat,
kemudian diukur kenaikan suhu air pipa yang diakibatkan oleh panas yang
dikeluarkan oleh tubuh orang yang terukur.
26
(2) Pengukuran tak langsung. Cara ini menggunakan alat untuk mengukur
jumlah gas oksigen (O2) dan gas karbondioksida (CO2) dari pernafasan
(respirasi) orang yang bersangkutan, sehingga dapat dihitung banyaknya
energi dihasilkan oleh proses oksidasi dalam tubuh orang yang diukur
menggunakan data jumlah oksigen yang tercatat.
c. Menghitung energi basal metabolisme
d. Regulasi suhu badan.
3. Kebutuhan Energi Total
Ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan
energi total seseorang yaitu: (1) hukum konservasi tenaga yang
berbunyi:”Produksi energi total dalam tubuh = energi dalam makanan yang
dikonsumsi dikurangi energi dalam ekskreta dan energi untuk pertumbuhan. (2)
produksi energi di dalam tubuh berfungsi untuk: (a) melakukan kerja internal
(melangsungkan proses kerja tubuh minimal = basal metabolisme). (b) melakukan
kerja eksternal, dan (c) menutup pengaruh makanan yang disebut “Specific
Dynamic Action” (SDA) dari makanan.
a. Karbohidrat
Dalam melakukan fungsinya tubuh memerlukan tenaga/energi. Energi
yang diperlukan didapat dari energi potensial yaitu energi yang tersimpan dalam
bahan-bahan makanan berupa energi kimia,di dalam energi tersebut akan
dilepaskan setelah bahan makanan mengalami proses metabolisme dalam tubuh.
Menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia,umumnya kandungan
karbohidrat cukup tinggi yaitu berkisar antara 70-80%. Dalam menu seimbang
27
dibutuhkan 55-67 %. Bahan makanan sumber karbohidrat ini antara lain: Padi-
padian (Serealia) contohnya: gandum, beras. Umbi-umbian contohnya:
kentang,singkong, ubi jalar, yang lain gula yang dikonsumsi sehari-hari
merupakan sumber-sumber kaya akan energi. Susunan Karbohidrat dapat
digolongkan pada 3 kelompok besar yaitu:
1) Monosakarida (C6 H12 O6) yaitu gula yang paling sederhana terdiri dari
molekul tunggal. Dapat dibagi lagi menurut jumlah atom karbon yang
dimiliki:Triosa (3-karbon), Tetrosa (4-karbon), Pentosa (5-karbon), Heksosa
(6-karbon). Monosakarida yang penting adalah gula yang mempunyai 6-
karbon (Heksosa), contohnya: glukosa, fruktosa, dan laktosa.
a) Glukosa : gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh,dikenal sebagai
gula fisiologis, dekstrosa.
b) Sumber : (1) Bentuk jadi ditemui di alam pada buah-buahan, jagung
manis, sejumlah akar, madu. (2) Dihasilkan sebagai produk pencernaan
pati. Pati Dextrin Maltosa ---- 2 molekul gula glukosa
dengan bantuan enzim.
c) Normal, didapat di dalam sirkulasi darah. Fruktosa :Merupakan gula yang
termanis dari semua gula, dikenal juga dengan nama levulosa. Sumber
:Merupakan hasil hidrolisa dari gula sukrosa, perubahannya menjadi
glukosa terjadi di dalam hati kemudian bentuk glukosa ini dapat
dioksidasi sempurna menjadi energi. Galaktosa: Gula ini tidak ditemui
bebas di alam tetapi merupakan hasil hidrolisa dari gula susu (laktosa).
Melalui proses metabolisme akan diubah menjadi glukosa yang dapat
memasuki Siklus Kreb’s untuk menghasilkan energi.
28
2) Oligosakharida: Gula yang mengandung 2-10 molekul gula sederhana.
a) Disakarida. Macamnya terdiri dari: Sukrosa (gula meja),bila dipecah
menjadi Fruktosa dan Galaktosa. Sumber: Molasis dan Sorgum
diperdagangkan dari sari tebu dan beet. Maltosa (Gula malt/biji). Tidak
ditemui bebas di alam tetapi berasal dari hasil pencernaan pati dengan
bantuan enzim diastase,didapat di dalam biji-bijian yang dibuat kecambah.
b) Trisakharida, ditemui terutama dalam bit dan madu.
c) Tetrasakharida,ditemui pada kacang polong, bit.
3) Polisakharida. Merupakan karbohidrat yang komplek terdiri atas beberapa
molekul satuan gula sederhana (monosakharida). Beberapa dapat dicerna yaitu
pati dan dekstrin, sedangkan yang lain tidak (Sellulosa dan Hemiselullosa
seperti agar dan pektin),tidak larut dalam air. Polisakharida yang penting
yaitu: (a) Pati: Disimpan dalam bentuk karbohidrat tanaman,didapatkan
didalam biji-bijian,akar- akaran,umbi-umbian,buah yang belum matang. (b)
Dekstrin: Merupakan hasil antara pencernaan pati untuk dibentuk menjadi
maltosa. (c) Glikogen: Disebut juga “animal starch” disimpan dalam hati dan
jaringan otot. Dipergunakan untuk mensuplai energi bagi jaringan tubuh pada
saat latihan & bekerja keras. Glikogen hati diubah menjadi glukosa untuk
disirkulasi ke berbagai bagian tubuh. (d) Sellulosa : Polisakharida yang tidak
dapat dicerna,tahan terhadap kerja enzim pencernaan dan menyumbangkan
muatan/massa yang besar terhadap makanan. (e) Pektin: Tidak dapat
dicerna,didapat dalam buah-buahan,memberi ketebalan pada kulit buah.
Berfungsi sebagai laksatif/pencahar. Berfungsi sebagai pengental, pengikat
29
dan pembentuk gel makanan. (f) Inulin: Penting bagi pengobatan dan dipakai
dalm test/ uji fungsi ginjal.
Segala jenis karbohidrat yang terdapat dalam makanan harus diubah
menjadi satu bentuk yaitu glukosa,melalui proses pencernaan dan pekerjaan hati.
Kemudian melalui peredaran darah, glukosa yang telah terbentuk diserap dan
setelah melalui proses metabolisme karbohidrat gula tersebut dioksidasi
sempurna, melalui siklus Kreb’s menjadi sumber tenaga yang dipergunakan untuk
melakukan semua aktivitas tubuh. Terutama otak hanya dapat mempergunakan
glukosa sebagai sumber energi. Bila karbohidrat yang dimakan melebihi
kebutuhan tubuh untuk aktifitas sehari-hari, maka kelebihannya akan disimpan
sebagai cadangan energi yang siap dipakai yaitu dalam bentuk glikogen yang
disimpan dalam hati (Liver glycogen) dan otot (muscle glycogen). Akan tetapi
bila pemasukkan karbohidrat terus meningkat, maka kelebihannya akan disimpan
dalam bentuk lemak yang disimpan pada jaringan adipose di bawah kulit.
Fungsi Karbohidrat ada beberapa macam yaitu: (1) Karbohidrat sebagai
sumber energi utama, karena lebih cepat menghasilkan glukosa. (2) Pengatur
metabolisme lemak,karena karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang
tidak sempurna. (3) Penghemat fungsi protein (Protein Sparer). (4) Karbohidrat
sebagai sumber enersi utama bagi otak dan susunan syaraf. (5) Simpanan
karbohidrat sebagai glikogen. (6) Pengatur peristaltic usus dan pemberi muatan
pada sisa makanan.
b. Protein
Nama “Protein” berasal dari bahasa Yunani (Greek).”Primary, holding
first place” yang berarti menduduki tempat yang terutama. Protein terbentuk dari
30
unsur-unsur organik yang hampir sama dengan karbohidrat dan lemak yaitu
terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen akan tetapi ditambah unsur lain
yaitu nitrogen. Beberapa protein mengandung unsur mineral yaitu fosfor,
sulfur,dan zat besi. Molekul protein tersusun dari satuan-satuan dasar kimia yang
asam amino. Satu molekul protein dapat terdiri 12 sampai 18 macam asam amino
dan mencapai jumlah ratusan asam amino. Dalam menu seimbang dibutuhkan 13-
15 %.
Asam amino dapat dibedakan dalam 3 golongan yaitu: (1) Asam amino
esensial ini tidak dapat dibentuk oleh tubuh sendiri, tetapi harus disuplai dalam
bentuk jadi (performed) dalam menu yang dimakan sehari-hari. Ada 8 asam
amino esensial untuk orang dewasa dan 10 asam amino esensial untuk anak-anak
yang harus dipenuhi. yaitu: Isoleusin, Leusian, Lisin, Metionin, Fenilalanin,
Treonin, Triptopan, Valin, Arginin, Histidin. (2) Asam amino semi esensial
artinya asam amino ini dapat menjamin proses kehidupan jaringan orang dewasa,
tetapi tidak mencukupi untuk pertumbuhan anak-anak. (3) Asam amino non-
esensial ,asam-asam amino ini tidak dapat disintesa tubuh sepanjang bahan
dasarnya memenuhi bagi pertumbuhannya.
Adapun menurut macam asam amino yang membentuknya, protein dapat
digolongkan menjadi: (a) Protein sempurna (Complete Protein) yaitu protein yang
mengandung asam-asam amino esensial yang baik macam maupun jumlahnya,
sehingga menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan jaringan yang
ada.Umumnya protein hewani meruapakan protein sempurna. (b) Protein tidak
sempurna (Incomplete Protein) yaitu protein yang tidak mengandung atau sangat
sedikit berisi satu atau lebih asam-asam amino esensial. Protein ini tidak dapat
31
menjamin pertumbuhan dan mempertahankan jaringan yang ada. Terdapat pada
jagumg dan protein nabati lainnya. (c) Protein kurang sempurna (Partially
Complete Protein),protein ini mengandung asam amino esensial yang lengkap
tetapi beberapa diantarnya hanya sedikit. Protein ini tidak dapat menjamin untuk
pertumbuhan, tetapi dapat mempertahankan kehidupan jaringan yang sudah ada.
Sumbernya didapat dari kacang-kacangan.
Apabila dilihat dari kebutuhan tubuh akan protein maka protein
mempunyai fungsi yang unik bagi tubuh yaitu: (a) Protein menyediakan bahan-
bahan yang penting peranannya untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan
tubuh. (b) Protein bekerja sebagai pengatur kelangsungan proses di dalam tubuh.
(c) Memberi tenaga, jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan
lemak.
c. Lemak
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi
bagi tubuh yang mempunyai unsur molekul karbon, hydrogen, oksigen.. Bobot
energi yang dihasilkan per gram lemak adalah 2 ¼ kali lebih besar daripada
karbohidrat dan protein, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 Kalori sedangkan 1
gram karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 Kalori. Lemak yang
dibicarakan disini adalah lemak netral yang merupakan enter dari gliserol dan
asam lemak gliserol yang mempunyai tiga gugusan hidroksil di mana masing-
masing akan mengikat satu molekul asam lemak disebut Trigliserida. Dalam
menu seimbang dibutuhkan lemak sebesar 20-30 %.
Sifat fisik dari lemak amat penting karena mempengaruhi proses utilisasi
lemak di dalam tubuh,misal diketahui lemak yang diterima tubuh dalam bentuk
32
yang sudah teremulsi (emulsified Fat) akan mudah dicerna daripada lemak yang
belum teremulsi (Unemulsified Fat).
Dalam pangan dapat dibedakan kepadatan dari lemak dan minyak. Pada suhu
kamar (23o C) Lemak akan bersifat padat sedangkan minyak apada suhu 23 o C
bersifat cair. Lemak pada umunya mengandung asam lemak jenuh (yang tidak
berikatan rangkap) tinggi, sedangkan minyak cair tingkat kejenuhannya tinggi
berarati mengandung asam lemak berikatan rangkap cenderung mudah teroksidasi
kecuali minyak kelapa dan butter-fat kandungan asam lemak jenuhnya rendah.
Dari penampilan yang bisa dilihat oleh mata/penglihatan lemak dapat dibagi pula
menjadi lemak Kentara (Visible Fats) contohnya: lemak hewani, butter,
margarine, sedangkan lemak Tak Kentara (Invisible Fats) contohnya: lemak
dalam susu, kuning telor, adpokat.
Asam lemak yang penting bagi manusia berdasarkan sumbernya dapat
dibagi: (1) Lemak Hewani: Lemak berasal dari hewan. Contohnya: Asam
Palmitat, Asam Stearat dan Asam Oleat. (2) Lemak Nabati, yang terpenting
adalah asam lemak esensial seperti: Asam Linoleat, Linolenat, dan arakhidonat,
banyak terdapat pada minyak sayur (minyak jagung, minyak kacang, kedele) dan
adpokat. Di antara ketiga asam lemak esensial ini yang terpenting asam linoleat
karena tubuh sebenarnya dapat membentuk asam linolenat yang didapat dari
minyak nabati dan diketahui ASI (Air Susu Ibu) kaya akan asam linolenat. Asam
lemak esensial mempunyai fungsi membantu proses pertumbuhan serta menjaga
kesehatan kulit (mencegah terjadinya dermatitis/peradangan kulit).
Selain lemak yang termasuk trigliserida atau yang masuk lemak netral
atau disebut juga lipida dan sumber-sumbernya diketahui juga kelompok lain
33
yang merupakan erter asam lemak, alkohol serta radikal lainnya (Compound
Lipids) dan yang termasuk turunan/derivate lemak (Derived Lipids).
Termasuk “Compound Lipids” antara lain: Fosfolipida yaitu komponen
lemak yang mengandung fosfor dalam molekulnya. Glikolipida yaitu komponen
lemak yang mempunyai rantai panjang dan mengadung
karbohidrat:glukosa/galaktosa. Adapun yang termasuk derivate/turunan lipida
atau Derived Lipids, contohnya: Sterol.
Peranan fisiologis lemak yang terutama adalah: (1) Menghasilkan energi
yang dibutuhkan tubuh. (2) Mempunyai fungsi penbentuk/struktur tubuh. (3)
Pengatur proses yang berlangsung dalam tubuh secara langsung dan tidak
langsung. (4) Protein- Sparer. (5) Penghasil Asam Lemak esensial. (6) Carrier
(pembawa) Vitamin larut dalam lemak
Fungsi lemak yang lain : (1) Lemak sebagai pelumas diantara persendian
dan membantu pengeluaran sisa makanan. (2) Lemak memberi kepuasan cita rasa,
lemak lebih lambat dicerna sehingga dapat menangguhkan perasaan lapar, lemak
memberi rasa dan keharuman yang lebih baik pada makanan. (3) Beberapa
macam lipida berfungsi sebagai agen pengemulsi yang akan membantu
mempermudah transport subtansi lemak keluar masuk melalui membran sel. (4)
Asam lemak berfungsi sebagai precursor/pendahulu dari prostaglandin yang
berperan mengatur tekanan darah,denyut jantung dan lipolisis.
Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi ketrsediaan energi dan
mengakibatkan terjadinya katabolisme/perombakan protein. Cadangan lemak
akan berkurang dan lambat laun terjadi penurunan berat badan. Defisiensi asam
34
lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan terjadinya kelainan
pada kulit umumnya pada balita terjadi luka “Eczematous” pada kulit.
d. Vitamin
Yang dimaksud Vitamin adalah senyawa kimia sangat esensial dibutuhkan
tubuh walaupun dalam jumlah yang sangat kecil tetapi penting untuk
pemeliharaan kesehatan dan pertumbuhan normal. Ada tidaknya vitamin dalam
tubuh sangat menentukan normal tidaknya di dalam tubuh, sehingga harus masuk
ke dalam tubuh sudah dalam bentuk jadi dari bahan makanan.
Meskipun vitamin-vitamin ini diperlukan hanya dalam jumlah yang
sedikit, sebaliknya jika badan kekurangan zat ini akan menimbulkan hal-hal yang
merugikan. Di balik itu, beberapa vitamin dapat pula memberikan pengaruh
buruk, jika terdapat dalam makanan dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga
berlebihan. Kalau seseorang kekurangan vitamin di dalam makanannya tetapi
belum memperlihatkan tanda-tanda penyakit yang nyata , ia dikatakan menderita
“hipovitaminosis”, jika sudah sampai terlihat tanda-tanda klinik yang nyata,
disebut “avitaminosis”. Kalau terlalu banyak mendapatkan vitamin, sehingga
menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik maka disebut “hipervitaminosis”.
Ada tigabelas macam vitamin dimana senyawa kimianya sudah diketahui
dan dapat dibuat di laboratorium terdiri atas:
VITAMIN NAMA KIMIA
Vitamin A …………………………………………….. Akseroftol
Vitamin B1 …………………………………………….. Tiamin
Vitamin B2 ……………………………………………… Riboflavin
35
VitaminB6 …………………………………………….. Piridoksin
Niacin …………………………………………………… Asam nikotinat
Biotin ……………………………………………………. Biotin
Asam pantotenat ………………………………………… Asam pantotenat
Asam folin …………………………………………… Asam pteroilglutamat
Vitamin B 12 ……………………………………………… Kobalamin
Vitamin C …………………………………………………. Asam askorbat
Vitamin D ………………………………………………… Kalsiferol
Vitamin E ………………………………………………… Tokoferol
Vitamin K …………………………………………………. Fillokhinon.
Vitamin dibagi dalam dua golongan besar yaitu: (a) Vitamin yang larut dalam
lemak yaitu A, D, E, dan K. (b) Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan
vitamin yang termasuk dalam golongan B komplek.
Vitamin A.(Akseroftol). Vitamin ini berfungsi sebagai bahan pembentuk
rhodopsin yang diperlukan dalam proses penglihatan terutama dalam cahaya
remang-remang, untuk mempertahankan kesehatan kulit, dan membantu proses
pertumbuhan tubuh. Bahan makanan yang banyak mengandung vitmin A yaitu
susu, minyak ikan, telur, sayuran hijau, buah-buahan yang berwarna kuning dan
merah. Sayuran dan buah-buahan mengandung provitamin A, yaitu zat yang
menyerupai vitamin A dan baru diubah menjadi vitamin A di dalam hati,
provitamin A ini sering juga disebut carotene.
Vitamin D. (Kalsiferol). Vitamin ini berfungsi untuk mengatur
metabolisme garam kapur untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tulang
dan gigi, serta mengaktifkan penyerapan kalsium dan fosfor. Kulit mengandung
36
provitamin D yang bila kena sinar ultra violet/ungu akan berubah menjadi vitamin
D yang aktif. Makanan yang banyak mengandung vitamin D adalah hati, susu,
minyak ikan, dan kuning telur.
Vitamin E. (Tokoferol). Vitamin E ini fungsinya belum jelas pada
manusia,tetapi dari penyelidikan melalui percobaan pada binatang bahwa fungsi
fungsi vitamin E berhubungan dengan proses reproduksi. Binatang yang
mengalami kekurangan vitamin E menjadi mandul. Bahan makanan yang banyak
mengandung vitamin E adalah kecambah (biji-bijian yang sedang tumbuh),hati,
lemak,mentega,susu,telur,sayuran.
Vitamin K. (Fillokhinon). Vitamin K berfungsi dalam proses pembekuan
darah, karena vitamin ini mempengaruhi pembentukan prothrombine di dalam
hati. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin K yaitu daging, hati,
kuning telur,minyak kedele,sayuran hijau.
Vitamin C. (Asam askorba). Vitamin C berfungsi memperkuat dinding
pembuluh darah, mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan luka/patah
tulang. Sifat vitamin C yang perlu diperhatikan adalah mudah larut dalam air dan
mudah rusak dengan pemanasan. Vitamin C ini banyak terdapat dalam sayur-
sayuran dan buah-buahan yang segar.
Vitamin B 1 (Tiamin). Tiamin dikenal esensial bagi tubuh untuk fungsi
pertumbuhan, membantu dalam metabolisme karbohidrat, memelihara nafsu
makan, memelihara jaringan syaraf dan mengatur air dalam jaringan tubuh,
memperbaiki fungsi saluran pencernaan makanan. Tiamin dikenal pula sebagai
“vitamin semangat” karena bila terjadi kekurangan akan menimbulkan penurunan
37
kegiatan syaraf. Makanan yang banyak mengandung tiamin/ vitamin B1 adalah
daging, biji-bijan, kacang-kacangan, padi-padian (beras tumbuk, bekatul).
Vitamin B 2 (Riboflavin). Riboflavin berperan dalam berbagai enzim dan
koenzim yang esensial dalam proses oksidasi jaringan, terutama di bagian luar
dari tubuh seperti kulit, mata, dan urat syaraf perifer,membantu sel dalam
pemakaian zat asam, membuat kulit sehat dan halus terutama sekitar mulut dan
hidung. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin B 2 adalah hati, keju,
telur, daging, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan susu.
Vitamin B 3 (Niasin/Asam Nikotinat). Niasin dikenal sebagai factor
pencegah pelagra,penyakit ini dijumpai diberbagai daerah di Eropa. Niasin
termasuk zat organik yang sederhana, merupakan asam mengandung nitrogen,
dan niasianamid adalah garam dari asam ini. Niasin larut dalam air, merupakan
senyawa yang sangat stabil terhadap panas maupun oksidasi dan tidak
dipengaruhi oleh asam dan basa. Niasin berfungsi untuk membantu proses
pertumbuhan, menjaga fungsi syaraf dan percernaan, dan menjaga kesehatan
kulit. Bahan makanan yang benyak mengandung niasin adalah hati, daging, padi-
padian, biji-bijian, kacang-kacangan.
Vitamin B 6 (Piridoksin). Piridoksin berfungsi mencegah kurang darah,
membantun proses metabolisme protein dan asam lemak, menjaga pemeliharaan
jaringan syaraf dan membantun getah pencernaan serta biokimia tubuh. Bahan
makanan yang banyak mengandung vitamin B 6 adalah daging telur, sayuran
hijau, kacang-kacangan,padi-padian.
Biotin. Vitamin ini merupakan salah satu anggota kelompok vitamin B
komplek, terdapat dalam berbagai bahan makanan. Vitamin ini dapat disintesa
38
oleh bakteri usus pada manusia dan hewan. Biotin berfungsi dalam metabolisme
sebagai faktor pembantu bagi proses karboksilasi enzim. Bahan makanan yang
banyak mengandung biotin adalah hati, ragi, daging, kedele, bekatul, kuning
telur,juga terdapat dalam bentuk bebas pada buah-buahan dan sayur-sayuran.
Asam Folat (Folasin). Asam folat diperlukan dalam proses metabolic dan
pembantukan sel-sel darah merah yang baru, sehingga dapat digunakan dalam
pengobatan anemia. Asam folat juga terlibat dalam metabolisme beberapa asam
amino (glisin, tirosin, asam glutamate dan histidin) dan khusus berhubungan
dengan metabolisme metionin. Bahan makanan yang banyak mengandung asam
folat adalah sayur-sayuran, hati, ginjal, padi-padian, biji-bijian berlemak dan
kacang tanah.
Asam Pantotenat. Asam pantotenat ini berfungsi dalam proses
metabolisme sebagai koenzim A yang memberikannya pada siklus krebs sehingga
menghasilkan enersi. Bahan makanan yang mengandung asam pantotenat adalah
hati, ragi, daging, padi-padian dan susu.
Vitamin B 12 ( Sianokobalamin). Sianokobalamin berperan dalam proses
pembentukan darah merah pada penyembuhan penderita anemia, membantu getah
pencernaan serta biokima tubuh. Bahan makanan yang banyak mengandung
vitamin B 12 adalah hati, ginjal, daging, sedangkan susu hanya mengandung
vitamin tersebut dalam jumlah yang sedikit.
e. Mineral
Mineral adalah suatu zat oraganik yang berasal dari bahan makanan, dan
dapat diperoleh dari perubahan zat-zat tersebut pada temperatur dan tekanan yang
tinggi. Mineral hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai peranan
39
yang penting dalam proses-proses di dalam tubuh, yaitu sebagai zat pengatur dan
pembangun.
Mineral sebagai zat pengatur berfungsi sebagai: (a) Mengatur
keseimbangan asam basa. (b) Proses pengangkutan oksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh. (c) Proses pembekuan darah. (d) Kepekaan syaraf dan kontraksi
otot. (e) Proses metabolisme sebagai bagian dari enzim.
Ada beberapa macam zat mineral sesuai fungsinya masing-masing yaitu:
1) Kalsium (Ca)
Peranan kalsium berfungsi tidak saja pada pembentukan tulang dan gigi,
namun memegang peranan penting pada berbagai proses fisiologik dan biokhemik
di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, ekstibilitas syaraf otot, kerekatan
seluler, transmisi impul-impul syaraf, memelihara dan meningkatkan fungsi
membrane sel, mengaktifkan reaksi enzim-enzim lipase dan sekresi hormon.
Kalsium diperlukan dalam pembekuan darah ada hubungannya dengan vitamin K.
Mineral ini diperlukan untuk mengaktifkan protrombin yang berperan dalam
rentetan proses pembekuan darah. Bahan makanan yang banyak mengandung
sumber kalsium adalah susu dan hasil olahnya (kecuali mentega) seperti keju dan
es krim. Di samping itu sayuran hijau, brokoli, kacang-kacangan, buah-buahan,
ikan teri kering.
2) Fosfor (P)
Tubuh manusia mengandung sekitar 12 gram fosfor per kilo gram jaringan
tanpa lemak. Dari jumlah ini kira-kira 85 persen terkandung dalam kerangka
tulang.Di dalam plasma terdapat fosfor sekitar 3.5 mg/100 ml plasma. Bila butir
40
darah merah termasuk maka total fosfor dalam darah antara 30-45 mg/100 ml
darah. Fosfor berperan sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi, merupakan
bagian penting dari inti sel, mengatur keseimbangan asam basa dalam darah,
mengatur proses-proses metabolisme, mengatur proses oksigen. Bahan makanan
sumber fosfor adalah daging, hati, ikan teri kering, kuning telur, kacang-
kacangan, bekatul.
3) Sulfur (S)
Sulfur mempunyai peranan penting karena merupakan bagian penting dari
vitamin B1, diperlukan oleh semua sel karena merupakan bagian dari asam amino
sistin dan metionin. Bahan makanan sumber sulfur adalah bahan-bahan makanan
sumber –sumber protein (kacang-kacangan).
4) Natrium (Na)
Natrium berfungsi mengatur tekanan osmose, keseimbangan air dan asam
basa, menjaga kepekaan sel-sel syaraf dan kontraksi otot. Bahan makanannya
adalah garam dapur, bahan makanan dari laut dan hewani.
5) Besi (Fe)
Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, di
mana 70 persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya merupakan besi
cadangan (iron storge) yang terdiri dari feritin dan hemosiderin terdapat dalam
hati, limfa dan sumsum tulang. Besi berfungsi bahan pembentuk hemoglobin
umumnya sebesar 20-25 mg per hari, juga mengangkut oksigen ke jaringa-
jaringan. Jumlah besi dalam tubuh diatur terutama oleh penyerapan yang
bervariasi. Bila besi simpanan berkurang maka penyerapan besi akan meningkat.
41
Bahan makanan sumber zat besi adalah daging, hati, kacang-kacangan, sayuran
hijau.
6) Yodium (J)
Sepanjang diketahui, yodium berfungsi sebagai bagian dari tiroksin dan
senyawa lainnya yang disintesis oleh kelenjar tiroid. Tubuh mengandung sekitar
25 mg yodium, di mana sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid. Namun
demikian, yodum terdapat dalam semua jaringan tubuh. Pada ovari, otot dan
darah mengandung yodium yang relativ tinggi setelah tiroid. Bahan makanan
sumber yodium adalah bahan makanan dari laut dan bahan makanan yang tumbuh
di daerah bukan daerah gondok endemik.
7) Kalium (K)
Tubuh manusia mengandung 2.6 mg kalium per kilogram berat badan
bebas lemak, sel-sel syaraf dan otot mengandung banyak kalium. Dari jumlah
kecil mineral ini dijumpai dalam cairan ekstraseluler, kadar K dalam serum
adalah14 – 22 mg/100 ml. Tampaknya kalium mempunyai kemampuan
menorobos membran sel lebih besar dibandingkan dengan natrium. Kalium
berperan terdapat dalam semua sel, mengatur tekanan osmosa dan keseimbangan
asam basa, diperlukan dalam reaksi enzim sel. Bahan makanan yang mengandung
kalium adalah sayur-sayuran, padi-padian, kacang-kacangan.
8) Tembaga (Cu)
Tubuh manusia mengandung 1.5-2.5 mg tembaga (Cu) per kilogram berat
badan bebas lemak. Mineral ini tersebar di seluruh jaringan tubuh, namun hati,
otak, jantung, dan ginjal mengandung Cu dalam jumlah yang lebih banyak.
42
Dalam darah, tembaga terdapat dalam jumlah yang kira-kira sama pada plasma
dan eristrosit. Plasma mengandung sekitar 110 mcg/100 ml dan eristrosit 115
mcg/100 ml. Tembaga berfungsi dalam pembentukan hemoglobin. Bahan
makanan sumber tembaga adalah kacang-kacangan, jerohan, padi-padian, ikan,
bangsa kerang.
9) Flour (F)
Flour berfungsi mencegah kerusakan gigi. Bahan makanan sumber flour
adalah garam dapur dan air minum.
10) Chloor (Cl)
Mineral chloor berfungsi mengatur tekanan osmose, keseimbangan air dan
asam basa, bahan pembentuk getah lambung (HCL). Bahan makanan sumber
chloor adalah garam dapur, bahan makanan dari laut dan bahan makanan hewani.
11) Mineral-mineral lain Mo, Mg, Mn, dan Zn
Mineral-mineral ini belum banyak diketahui tentang fungsinya, umumnya
merupakan bagian dari enzim-enzim .Bahan makanannya didapat tersebar dalam
berbagai bahan makanan.
f. Air
Air merupakan zat gizi yang sangat penting bagi tubuh. Air merupakan
komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media kelangsungan
proses metabolisme dan reaksi kimia di dalam tubuh. Air yang tersedia bagi tubuh
termasuk yang terdapat dalam makanan cair maupun padat yang dikonsumsi, serta
air yang terbentuk di dalam sel sebagai hasil proses oksidasi makanan.
43
Fungsi air bagi tubuh antara lain: (a) menjaga keseimbangan tubuh, (b)
membuang zat-zat kotoran atau sisa-sisa metabolisme, (c) mengatur suhu tubuh,
(d) membentuk cairan tubuh, (e) merupakan bagian dari sel di seluruh tubuh,
yaitu: jaringan lemak 20 %, otot lurik 75 %, dan plasma darah 90%, dan (f)
membantu proses pencernaan dan proses metabolisme di dalam tubuh.
Distribusi air meliputi: (1) Intra seluler dan (2) Ekstra seluler. Kebutuhan
air dapat dipenuhi melalui: cairan yang di minum, dari makanan, dari sisa
metabolisme, dan pembakaran hidrat arang, lemak, dan protein.
C. Komponen Kebugaran Jasmani
Seperti telah dikemukakan, derajat kebugaran jasmani pada hakikatnya
adalah derajat sehat dinamis yang diperlukan (yang sesuai) dengan kebutuhan
untuk melakukan suatu tugas fisik. Untuk mempertahankan derajat sehat dinamis
yang sesuai dengan kebutuhan tadi, perlu diupayakan dengan cara melakukan
aktivitas fisik atau olahraga kesehatan yang teratur. Dengan melakukan olahraga
kesehatan secara teratur, maka komponen-komponen dasar kebugaran jasmaninya
dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan tuntutan untuk melakukan aktivitas
rutin sehari-hari.
Secara fisiologis tubuh terbagi dalam tiga kelompok kerja atau sistema kerja
(ergosistema), yaitu (1) sistema kerja primer, (2) sistema kerja sekunder, dan (3)
sistema tersier. Kelompok yang berhubungan langsung dan merupakan faktor
penentu tinggi rendahnya derajat kebugaran jasmani seseorang yaitu sistema kerja
primer dan sistema kerja sekunder. Kedua sistema kerja itu (secara anatomis)
merupakan kelompok dasar anatomis kebugaran jasmani. Jadi kalau ingin
44
meningkatkan kebugaran jasmani maka kedua komponen tadi harus dilatih agar
memiliki fungsi yang lebih baik.
Kalau dirinci, maka sistema kerja primer terdiri dari beberapa unsur (sistem)
sebagai berikut : a. Sistem rangka (skelet), b. Sistem otot (muscular), dan c.
Sistem saraf (nervorum). Demikian juga sistema kerja sekunder terdiri dari tiga
sistem yaitu : a. Sistem darah, cairan tubuh, dan limfe (hemo-hidro limfatik), b.
Sistem jantung dan pembuluh darah (cardiovascular), dan c. Sistem pernafasan
(respiratori).
Komponen kebugaran jasmani dilihat dari asfek fisiologisnya merupakan
mutu penampilan dari sistem-sistem yang menyusun sistema kerja primer dan
sekunder yang bersangkutan. Mutu penampilan dari sistem-sistem yang menyusun
sistema kerja primer yaitu (1) fleksibilitas, (2) kekuatan dan daya tahan otot, (3)
koordinasi fungsi saraf – otot. Sedangkan mutu penampilan dari sistem-sistem
yang menyususn sistema kerja sekunder adalah daya tahan umum.
Dilihat dari sistema kerja (ergosistema) tadi, maka komponen dasar
kebugaran jasmani terdiri dari :
1. Fleksibilitas.
2. Kekuatan dan daya tahan otot.
3. Koordinasi fungsi saraf – otot.
4. Daya tahan umum.
Pendapat ahli lain Sumorsardjono (1984 : 9) mengemukakan hal yang serupa
tentang komponen kebugaran jasmani sebagai berikut :
1. Ketahanan jantung dan peredaran darah (cardiovascular endurance).
2. Kekuatan (strength).
45
3. Ketahanan otot (muscular endurance)
4. Kelentukan (fleksibility).
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen
kebugaran jasmani adalah unsur yang paling dasar yang menunjukan tingkat
kebugaran atau tingkat sehat dinamis seseorang yaitu terdiri dari : a) kelenturan
persendian (fleksibility), b) kekuatan dan daya tahan otot (muscle strength and
muscle endurance), c) koordinasi saraf – otot (neuromuscular coordination), dan
d) daya tahan umum (general endurance / cardio – repiratory endurance).
Pentingnya kebugaran jasmani dalam aktivitas pada mahasiswa untuk
mendukung aktivitas mahasiswa di kampus dalam proses belajar dan
berorganisasi, serta dilingkungannya aktif berperanserta sebagai warga masyarkat
yang baik dan sebagai contoh manusia yang berpendidikan yang selalu bergerak
untuk kemajuan bangsa tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
D. Kondisi Perempuan Lanjut Usia
Kebutuhan partisipasi perempuan sangat besar dalam era modern ini,
terlebih ketika model pembangunan yang diterapkan, adalah pembangunan yang
berbasis pada masyarakat. Agar upaya pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat dapat diwujudkan, maka sebagai konsekuensi logis, program
pembangunan yang ditawarkan pada masyarakat harus ditekankan pada
pentingnya partisipasi masyarakat termasuk kelompok perempuan lanjut usia,
sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan tersebut.
Dalam program pembangunan bangsa, pentingnya peran serta masyarakat
termasuk kelompok perempuan lanjut usia, merupakan suatu kebutuhan mendesak
yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Program tersebut setidaknya sejalan dengan 3
46
(tiga) isi kunci pembangunan yang meliputi: (1) peningkatan kualitas hidup, (2)
pelibatan peran serta masyarakat, dan (3) pelestarian lingkungan. Tanpa adanya
peran serta masyarakat, termasuk kaum perempuan lanjut usia secara optimal,
sangat mustahil kebutuhan peningkatan kualitas hidup dan pelestarian lingkungan
dapat dicapai. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kelompok perempuan
lanjut usia mempunyai peranan yang harus dilibatkan. Dalam hal ini, terdapat
beberapa alasan yang berkaitan dengan kelebihan dan kelemahan perempuan
lanjut usia.
Secara umum kaum perempuan lanjut usia memiliki beberapa kelebihan
yang berbeda dengan kaum laki-laki, yaitu: (1) Jumlah penduduk perempuan
mencapai lebih dari 50% dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini menjadi
potensi yang tiada terbatas untuk terus diberdayakan. Sehingga perempuan, baik
sebagai individu maupun kelompok, merupakan sumberdaya manusia yang
potensial bila diberdayakan. (2) Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum
perempuan mempunyai kecenderungan untuk lebih peduli terhadap permasalahan
yang terjadi dalam lingkungannya.
Jadi, kelebihan perempuan tersebut merupakan potensi yang harus lebih
diberdayakan, untuk kepentingan kaum perempuan sendiri maupun lingkungan
sekitarnya (keluarga dan masyarakat). Beberapa studi yang dilakukan terhadap
peran perempuan dalam ekonomi rumah tangga, menunjukkan betapa besarnya
sumbangan para istri terhadap peningkatan pendapatan keluarga. Dengan kondisi
ini, bisa dipahami apabila sebuah kegiatan pembangunan perlu melibatkan peran
perempuan baik secara individu maupun secara kelompok. Sayangnya, di samping
beberapa kelebihan yang pada kenyataannya belum dapat dioptimalkan, masih
47
terdapat kelemahan yang muncul akibat kontruksi sosial dalam masyarakat yang
sarat dengan ketimpangan dan ketidakadilan terhadap kaum perempuan.
Dibalik kelebihan tentu ada pula kelemahan yang dimiliki kaum
peraempuan. Beberapa kelemahan kaum perempuan yang selama ini menjadi
sorotan, merupakan dampak konstruksi sosial yang ada, antara lain: (1) Masih
banyak dijumpai rendahnya status dan kedudukan perempuan dalam masyarakat.
(2) Adanya hambatan kultural bagi perempuan untuk berperan serta secara aktif
dalam pembangunan. (3) Adanya hambatan material berupa rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan sebagian besar perempuan. (4) Rentannya posisi
perempuan (dan anak-anak) dalam masyarakat, sehingga apabila masyarakatnya
miskin, maka perempuan dan anak-anaklah yang paling berat menanggung
akibatnya. (5) Rendahnya akses/peluang dan kontrol perempuan dalam berbagai
bidang kehidupan.
1. Batasan Lanjut Usia (Lansia)
Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku.
Orang sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia
lanjut (Manula), lanjut usia (Lansia), ada yang menyebut golongan lanjut umur
(Glamur), usia lanjut (Usila), bahkan kalau di Inggris orang biasa menyebutnya
dengan istilah warna negara senior. (Kartari,1990)
Sebenarnya, pada umur berapa orang baru bisa disebut berusia lanjut?
Jawabannya, belum ada ketentuan yang pasti. Beberapa ahli biasanya
membedakannya menurut 2 macam umur, yaitu umur kronologis dan umur
biologis. Umur kronologis adalah umur yang dicapai seseorang dalam
kehidupannya dihitung dengan tahun almanak atau kalender. Kategori untuk
48
manusia lanjut usia (manula), sangat bervariasi. . Di Indonesia batasan tadi belum
ada, tetapi dengan usia pensiun 55 tahun, berarti usia di atas 55 tahun barangkali
termasuk dalam golongan usia lanjut. (Sadoso, 2005). Secara umum WHO
menggunakan patokan pembagian umur usia lanjut sebagai berikut : usia
pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 – 59 tahun; usia lanjut (elderly)
usia 60 – 74 tahun; tua (old) usia 75 – 90 tahun; dan sangat tua (every old) di atas
90 tahun.
Umur biologis adalah usia yang sebenarnya. Pematangan jaringan yang
biasanya dipakai sebagai indeks umur biologis Menurut kedokteran olahraga,
manula sangat tergantung pada kondisi fisik individu. Jika dia baru berusia 50
tahun, namun secara fisik sudah renta, dia bisa dikategorikan sebagai manula. Ada
tiga tahapan manula menurut kedokteran olahraga, yakni umur 50-60 tahun, umur
61-70 tahun, dan 71 tahun ke atas
2. Proses Penuaan
Proses penuaan dipahami sebagai proses pembelahan sel yang merupakan
faktor endogenik dan tidak bisa dihentikan. Sel manusia memmiliki
kekerbaatasan umur. Setelah membeelah 50-100 kali kemudian pembelahan akan
berhenti. Sel pun menjadi tua sehingga membuat seseorang mengalami
kemunduran secara fisik dan mental. (Bermann ,1982)
Ada beberapa teori proses penuaan yang dikembangkan, namun toeri
radikan bebas lebih banyak terkait dalam pengendalian proses penuaan. Radiakal
bebas bergabung dengan apa saja di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan
sel. Proses itulah yang mengakibtkan perubahan fisiologis dan biologis serta
menimbulkan risiko kemunculan berbagai penyakit. Dua hal penting yang
49
terjadi secara biologis dan bisa mempercepat proses penuaan adalah laju
peningkatan reaksi radikal bebas dan sistem penwar racun yang berubah
seiring dengan pertambahan usia.
Jadi, untuk menjaga agar dalam menjalani usia lanjut tetap sehat secara
fisik dan mental maka harus dilakukan pengontrolan gizi dan menjaga pola
hidup aktif.
3. Perubahan Tubuh Pada Lansia
Jika proses menua mulai berlangsung, di dalam tubuh juga mulai terjadi
perubahan-perubahan struktural yang merupakan proses degeneratif. Misalnya
sel-sel mengecil atau komposisi sel pembentukan jaringan ikat baru menggantikan
sel-sel yang menghilang dengan akibat timbulnya kemunduran fungsi organ-organ
tubuh.
Beberapa kemunduran organ tubuh di antaranya adalah sebagai berikut :
(Kartari,1990)
a. Kulit : Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.
Dengan demikian fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai
terhadap masuknya kuman terganggu.
b. Rambut : Rontok, warna menjadi putih, kering dan tidak mengkilat. Ini
berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.
c. Otot : Jumlah sel otot berkurang, ukurannya antrofi, sementara jumlah jaringan
ikat bertambah, volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun
dan kekuatannya berkurang.
50
d. Jantung dan pembuluh darah : Pada manusia usia lanjut kekuatan mesin
pompa jantung berkurang. Bebagai pembuluh darah penting khusus yang di
jantung dan otak mengalami kekakuan. Lapisan intim menjadi kasar akibat
merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol tinggi dan lain-lain
yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosis.
e. Tulang : Pada proses menua kadar kapur (kalsium) dalam tulang menurun,
akibatnya tulang menjadi kropos (osteoporosis) dan mudah patah.
f. Seks : Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan
bertambahnya umur.
4. Masalah Pada Perempuan Lansia
Sejak usia 45-55 tahun, perempuan akan mengalami penurunan kadar
hormon estrogen serta progesterone. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan
beberapa perubahan pada tubuh. Konsekwensi jangka panjang yang berhubungan
dengan penurunan kadar estrogen adalah peningkatan risiko terkena penyakit
jantung dan osteoporosis/rapuh tulang. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap
kualitas hidup perempuan lansia.
E. Upaya Hidup Sehat
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada usia lanjut telah terjadi
berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun, kita tidak perlu berkecil hati,
harus selalu optimistis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sehat di usia lanjut adalah yang
berikut :
51
1. Faktor Gizi
Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka
yang akan merawat manula merupakan pencegahan yang amat penting. (Hartono,
1991). Direktorat Bina Gizi Masyarakat – Depkes RI (1991) telah membuat buku
Petunjuk Menyusun Menu bagi Usia Lanjut, yang isinya dapat disaring sebagai
berikut :
a. Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan
yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.`
b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari
Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks (sayur-sayuran,
kacang-kacangan, biji-bijian).
c. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori.
d. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori.
e. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber
pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang
bertahap.
f. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat,
yoghurt, ikan.
g. Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar, seperti kacang-
kacangan, hati,daging, bayam atau sayuran hijau.
h. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung
garam, seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium
citrat.
52
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang
segar dan mudah dicerna.
j. Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
k. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.
2. Olahraga
Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan
kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut
kemampuan akan turun antara 30-50%. (Kusmana, 1992). Oleh karena itu, bila
para usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur
kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu
diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu
relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif/bertanding.
Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan di atas, yaitu jalan kaki,
dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki, misalnya golf, lintas
alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil, dan olahraga yang
bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia usia lanjut dapat
menghambat laju perubahan degeneratif.
3. Lain-Lain
Hal-hal lain yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan dalam menjaga
kesehatan seseorang, yaitu yang sebagai berikut :
a. Kerja ringan : tidak boleh bermalas-malasan, tanpa mengurangi tidur dan
istirahat yang cukup;
53
b. Sebaiknya tidak merokok, karena orang merokok sangat berisiko mudah
terkena serangan berbagai penyakit, seperti mempercepat menderita serangan
jantung, kanker, paru-paru, TBC, tekanan darah tinggi.
c. Memeriksakan kesehatan secara teratur biarpun tidak sakit, dan cepat berobat
bila sakit. (Kartari, 1990).
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh pola nutrisi dan
olahraga terhadap pemberdayaan perempuan lanjut usia di Kota Bandung. Untuk
mencapai tujuan ini diperlukan data berupa hasil perolehan yang menunjukkan
tingkat pemberdayaan berupa kinerja perempuanlanjut usia. Prosedur ini
digunakan dengan alasan bahwa hasil pola hidup dengan nutrisi dan olahraga ini
dapat diobservasi dan dianalisis berdasarkan perubahan antara kemampuan
sebelum dan sesudah memperoleh perlakuan (treatment) yang digambarkan dalam
desain penelitian. Untuk merealisasikannya diperlukan suatu metode penelitian.
Berdasarkan hal tersebut, maka metode yang cocok untuk digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen menurut
pandangan Leedy (1985:211) menguraikan bahwa “The experimental method
deals with the phenomenon of cause and effect.” Maksudnya metode eksperimen
berhubungan dengan fenomena-fenomena sebab dan akibat. Sedangkan
Hyllegard, et.al (1996:424) menjelaskan bahwa “Experiments are conducted to
investigate cause and effect relationships.” Maksudnya eksperimen dilakukan
untuk menyelidiki yang berhubungan dengan sebab akibat.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan tiga variabel terikat.
Gambar 1 di bawah ini menjelaskan mengenai hubungan antara variabel yang
terlibat dalam penelitian.
55
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 1.
Hubungan Sebab Akibat antara pola nutrisi (makan)
dan pola olahraga terhadap kebugaran
Keterangan:
X1 = Pola Makan (Nutrisi)
X2 = Pola Olahraga
Y1 = Kebugaran
B. Desain Eksperimen
Dalam suatu penelitian eksperimen perlu dipilih suatu desain yang sesuai
dengan kebutuhan variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis
penelitian. Untuk itulah, maka desain yang sesuai dengan penelitian eksperimen
ini adalah “True experimental designs.” (Leedy, 1985:214), dimana studi ini
melakukan pretest dan posttest. Untuk lebih jelasnya dapat pada gambar 2 di
bawah ini.
X1
X2
Y2
56
Kelompok A O1 X1 O2
Kelompok B O3 X2 O4
Keterangan:
O1, dan O3, = Tes awal (Pretest)
O2, dan O4, = Tes akhir (Posttest)
X 1 = Perlakuan dengan pola makan
X 2 = Perlakuan dengan pola olahraga
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan perkiraan lama
penelitian 2 bulan. Untuk mengetahui pengaruh olahraga dan nutrisi terhadap
kinerja perempuan lanjut usia yang dilakukan secara eksperimental
membandingkan antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan.
Adapun respon pada kelompok dilihat dari pre tes dan post tes dalam bentuk tes
tertulis dan tes aktivitas yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal
ini untuk mengetahui perubahan secara fisik, mental dan sosial.
C. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
Variabel yang diamati atau variabel bebas pada penelitian ini ialah nilai
hasil post tes baik tertulis maupun dalam bentuk aktivitas yang menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun yang merupakan variabel terikat atau
variabel responnya ialah olahraga dan nutrisi. Selain itu, dicatat pula data yang
relevan yaitu tanggal pemeriksaan, usia lansia, pekerjaan lansia, tempat tinggal
lansia, kebiasaan olahraga dan jenis olahraga, dan status nutrisi.
Sampel Pretest Posttes
57
D. Teknik Penarikan Sampel
Sampel diperoleh dari data-data perempuan lansia dari 2 panti sosial yang
ada di kota Bandung. Setiap kelompok dipilih secara acak sederhana 10 orang
sampel. Terdapat 2 kelompok perlakuan dengan pembagian kelompok sebagai
berikut.
Kelompok I : Kelompok yang diberi perlakuan olahraga saja selama
15 menit, 3x dalam seminggu
Kelompok II : Kelompok yang diberi perlakuan perubahan pola nutrisi
E. Instrumen Penelitian
Untuk penelitian lapangan sampai dengan tersusunnya hasil penelitian
diperlukan instrument yang digunakan adalah tes kebugaran. Pengumpulan data
dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) Pencatatan data-data anggota masing-masing kelompok, (2) Penilaian
pre tes masing-masing kelompok sebelum perlakuan, (3) Pengujian perlakuan
terhadap masing-masing kelompok, (4) Penilaiaan post tes masing-masing
kelompok setelah perlakuan, dan (5) Pencatatan dalam format penilaian.
Adapun tes yang digunakan untuk mengukur kebugaran para lansia
sebagai berikut:
1. Tes Fleksibilitas
2. Tes Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan
3. Tes Fungsi Koordinasi Syaraf
4. Tes Daya Tahan Kardiovaskular
58
F. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber, yaitu dari tes, wawancara, dan angket. Dengan jumlah data
yang sedemikian banyaknya, maka setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah
selanjutnya mengadakan analisis. Data-data hasil penelitian dicatat,
dikelompokkan dan dilanjutkan dengan analisis sidik ragam atau Analisis Varians
(ANAVA) yang dilanjutkan Uji Beda Nyata Jujur untuk menilai signifikansi
Anava untuk melihat signifikansi pengaruh perlakuan terhadap pemberdayaan
perempuan lansia.
G. Lokasi Penelitian
Seluruh perlakuan olahraga dilakukan di lapangan yang tersedia dip anti
social masing-masing. Hal ini dilakukan untuk memonitor perlakuan. Adapun
perlakuan pola nutrisi dengan memberikan menu yang mudah dibuat, murah, dan
bermanfaat untuk lansia disesuaikan dengan teori gizi. Penelitian ini
direncanakan dilakukan selama 8 bulan.
H. Agenda Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di panti sosial Budi Pertiwi dan Senjarawi di
Kota Bandung-Jawa Barat. yang dimulai pada bulan Juni-Agustus 2007. Sampel
yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 20 orang lansia perempuan yang
terbagi kedalam dua kelompok A dan B.
Pelaksanaan kegiatan penelitian berlangsung selama 14 kali pertemuan
ditambah 2 kali tes (tes awal dan tes akhir). Kegiatan olahraga dibagi menjadi 14
kali pertemuan untuk berbagai kegiatan permainan yang menyenangkan dan untuk
59
pemberian nutrisi dilakukan setiap hari dengan menu yang sudah diprogramkan
oleh peneliti. Pelaksanaan perlakuan dilakukan untuk masing-masing kelompok
mendapat jatah tiga kali seminggu, yaitu hari selasa, kamis, dan sabtu dari mulai
jam 07.00 s/d 10.00 untuk kelompok A dan untuk kelompok B dilakukan setiap
hari berupa pemberian nutrisi mulai sarapan pagi, makan siang, dan makan
malam.
Perincian program kegiatan olahraga selama eksperimen dapat dilihat pada
Tabel 1.3 berikut ini.
Tabel 1.3
Program Kegiatan Olahraga selama Eksperimen
Pertemuan
Ke
Bahan pelajaran yang diberikan Waktu
1 Tes Awal :
a. Pengecekan kehadiran sampel b. Pemanasan: Peregangan, dan lari di tempat c. Materi inti: tes kebugaran d. Penenangan: Diberikan penjelasan untuk pemberian
perlakuan pada jadwal yang sudah ditentukan.
Kamis s/d Sabtu, 14 – 16 Juni 2007
07.00-10.00
PERLAKUAN DENGAN KEGIATAN OLAHRAGA
2 s/d 3 1 s/d 3 kali perlakuan
a. Pengecekan kehadiran b. Pemanasan: Peregangan, senam di tempat, jalan sekuatnya
Materi inti: Permainan 1) Pertemuan ke 1 bermain sesukanya 2) Pertemuan ke 2 bermain dengan aturan yang disepakati 3) Pertemuan ke 3 bermain selama 1 games
c. Penenangan: Menjelaskan materi yang akan diberikan pada hari selanjutnya.
Selasa, Kamis dan Sabtu 26, 28, 30 Juni 2007
07.00-10.00
4 s/d 6 1 s/d 3 kali perlakuan
a. Pengecekan kehadiran b. Pemanasan: Peregangan, senam di tempat, jalan 1 putaran di
halaman panti. c. Materi inti: Permainan
1) Pertemuan ke 4 bermain sebanyak 1 games. 2) Pertemuan ke 5 bermain sebanyak 1,5 games 3) Pertemuan ke 6 bermain sebanyak 2 games
Selasa, Kamis dan Sabtu 3,5,dan 7 Juli 2007
07.00-10.00
60
d. Penenangan: Menjelaskan materi yang akan diberikan pada hari selanjutnya.
7 s/d 9 1 s/d 3 kali perlakuan
a. Pengecekan kehadiran b. Pemanasan: Peregangan, senam di tempat, jalan 1,5 putaran
di halaman panti c. Materi inti: Senam Lansia
1) Pertemuan ke 7 senam lansia sebanyak 1 set 2) Pertemuan ke 8 senam lansia sebanyak 1,5 set. 3) Pertemuan ke 9 senam lansia sebanyak 2 set
d. Penenangan: Menjelaskan materi yang akan diberikan pada hari selanjutnya.
Selasa, Kamis, dan Sabtu 10, 12,dan 14 Juli 2007
07.00-10.00
10 S/d 12 1 s/d 3 kali perlakuan
a. Pengecekan kehadiran b. Pemanasan: Peregangan, senam di tempat, jalan 2 putaran di
halaman panti c. Materi inti: Senam
1) Pertemuan ke 10 senam lansia sebanyak 1,5 set. 2) Pertemuan ke 11 senam.lansia sebanyak 2 set 3) Pertemuan ke 12 senam.lansia sebanyak 2 set
d. Penenangan: Menjelaskan materi yang akan diberikan pada hari selanjutnya.
Selasa, Kamis, dan Sabtu 17, 19,dan 21 Juli 2007
07.00-10.00
13 1 kali perlakuan
a. Pengecekan kehadiran b. Pemanasan: Peregangan, senam di tempat, jalan 2 putaran di
halaman panti c. Materi inti: Permainan
1) Pertemuan ke 13 bermain sebanyak 3 games d. Penenangan: Menjelaskan materi yang akan diberikan pada hari selanjutnya.
Senin 23 Juli 2007
07.00-09.00
14 Tes akhir:
Pengecekan kehadiran sampel
a. Pemanasan: Peregangan, lari di tempat, dan lari mengelilingi halaman sekolah 3 putaran.
b. Materi inti: Tes perubahan sikap sosial c. Penenangan
Rabu-Sabtu, 25-28 Juli 2007
07.00-10.00
Perincian program pemberian nutrisi selama eksperimen dapat dilihat pada
Tabel 2.3 berikut ini.
61
Tabel 2.3
Program Pemberian Nutrisi selama Eksperimen
Pertemuan
Ke
Kegiatan Waktu
1 Tes Awal :
a. Pengecekan kehadiran sampel b. Pemanasan: Peregangan, dan lari di tempat c. Materi inti: tes kebugaran d. Penenangan: Diberikan penjelasan untuk pemberian
perlakuan pada jadwal yang sudah ditentukan.
Senin s/d Rabu, 11 – 13 Juni 2007
07.00-10.00
2 Pemberian Menu Makanan:
Makan pagi : Bubur Havermut Kedelai dan Saus coklat Kudapan ; Pisang kukus tabur keju dan susu Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, Tahu cah jamur merang, dan Ikan goreng Makan Malam : Nasi/nasi tim/bubur, orank-arik buncis telur, dan Tahu bacem
Senin,
3 Pemberian Menu Makanan: Makan pagi : Bubur Havermut gula merah dan Abon Kudapan ; Roti isi coklat dan puding vla susu Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, sup wortel bola-bola ikan dan tempe gorang Makan Malam : Nasi/nasi tim/bubur, tumis tempe kacang panjang, dan ikan goreng
Selasa,
4 Pemberian Menu Makanan: Makan pagi : Nasi/nasi tim/bubur , tumis tempe kacang panjang, dan omletet Kudapan ; Pisang bakar tabur meses dan potongan pepaya disiram jeruk peras Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, steak tempe, cah wortel buncis telur puyuh Makan Malam : Nasi/nasi tim/bubur, sup iga kacang merah atau oceng bunci
Rabu
5 Pemberian Menu Makanan: Makan pagi : Nasi/nasi tim/bubur , sup iga kacang merah, dan oceng buncis. Kudapan ; Roti tawar isi meses dan jus melon/jeruk Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, sayur bening daun katuk, ikan goreng dan tempe goreng Makan Malam : Nasi/tim/bubur, sup krim ayam, wortel polong sup krim ayam wortel ke polong dan jagung serta tahun goreng.
Kamis
62
6 Pemberian Menu Makanan:
Makan pagi : Nasi/nasi tim/bubur , sup krim ayam- wortel, kacang polong-jagung Kudapan ; Roti tawar isi meses dan jus melon/jeruk
Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, sayur bening daun katuk, ikan goreng dan tempe goreng Makan Malam : Nasi/tim/bubur, sup krim ayam, wortel polong sup krim ayam wortel ke polong dan jagung serta tahun goreng.
Jum’at
7 Pemberian Menu Makanan: Makan pagi : Nasi/nasi tim/bubur , sup ikan patin, tahu goreng Kudapan ; Sanwich tempe, pepaya siram air jeruk peras Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, lobak masak daging cingcang Makan Malam : Nasi/tim/bubur, tumis tempe kacang panjang dan ikan goreng
Sabtu
8 Pemberian Menu Makanan:
Makan pagi : Nasi/nasi tim/bubur , tumis tempe kacang panjang dan ikan goreng Kudapan ; Kroket kacang polong dan juice pepaya- jeruk Makan Siang : Nasi/nasi tim/bubur, sup tomat bola ikan, dan tumis kacang polong Makan Malam : Nasi/tim/bubur, steak tempe, dan cah ayam jamur wortel
Minggu
9 Tes Akhir :
a. Pengecekan kehadiran sampel b. Pemanasan : Peregangan, dan lari di tempat c. Materi inti : Tes kebugaran d. Penenangan :
Rabu-Sabtu, 1 s/d 4 Agustus 2007
Menu makan ini disajikan setiap hari selama program eksperimen dilakukan.
Program ini dilakukan berkat kerjasama dengan juru masak pada panti sosial
tersebut.
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data dalam suatu peralihan adalah penting dan
mutlak dilakukan agar data yang diperoleh dapat diproses secara teratur dan
sistematis, sehingga dapat diambil kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990 : 19) bahwa:
Mengolah data adalah usaha yang konkrit untuk membuat data itu berbicara, sebab betapapun besar jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pelaksanaan pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematis yang baik, niscaya data itu tetap merupakan bahan-bahan yang membisu seribu bahasa.
Sesuai dengan paparan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa data itu
dapat dimengerti dan bermakna apabila diolah dan diorganisir. Adapun data yang
digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu; menggunakan
tes kebugaran yang meliputi tes fleksibilitas, tes kekuatan dan daya tahan otot
lengan, tes fungsi koordinasi syaraf, dan tes daya tahan cardiovaskular. Hal ini
dilakukan karena berdasarkan pada pertimbangan penulis yang bermaksud hanya
ingin memperoleh gambaran yang lebih komprihensif tentang dua faktor, yaitu:
(1) pola hidup melalui aktivitas olahraga dan (2) pola hidup melalui kebiasaan
mengkonsumsi makanan bergizi. Kedua variabel ini dapat mempengaruhi
kebugaran para lansia di Kota Bandung. Setelah dilakukan langkah-langkah
penelitian tersebut, maka diperoleh hasil pengolahan yang selanjutnya dianalisis
untuk memperoleh hasil penelitian.
64
B. Hasil Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan skor-skor
mentah dan masih belum berarti. Untuk mendapatkan kesimpulan atau makna dari
data-data tersebut harus diolah dan dianalisis secara statistik. Pengolahan dan
analisis data dilakukan oleh penulis sesuai dengan langkah-langkah yang penulis
kemukakan pada bab III.
Langkah pertama dari pengolahan dan analisis data ini adalah
mengumpulkan nilai yang didapat dari setiap butir tes kebugaran oleh masing-
masing sampel. Kemudian hasil tes tersebut dibuatkan T-skor agar satuannya
sama dengan mencari terlebih dahulu rata-rata dan simpangan baku pada masing-
masing item tes. Pengolahan data ini dihitung secara manual dengan
menggunakan komputer program “SPSS.” Berdasarkan hasil penghitungan
tersebut peneliti menuangkannya dalam bentuk tabel-tabel agar mudah dibaca dan
dipahami. Selain itu juga untuk menegaskan angka-angka yang tertuang dalam
tabel, penulis analisis sesuai dengan permasalahan dan hipotesis yang diajukan
pada bab I.
1. Pengolahan Data Hasil Tes Kebugaran melalui Perlakukan Olahraga
b. Uji Rata-rata dan Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Tabel 1.4
Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kebugaran Sebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) Pemberian Perlakuan Kegiatan Olahraga pada Lansia
di Kota Bandung
No Item Tes Pretest Posttest T-skor Pretest
T-skor Posttest
1
Fleksibilitas: Rata-rata Simpangan Baku
0,6 cm 3,87
1,4 cm 3,57
50,10 10,01
51
9,07
65
2 3 4
Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan Rata-rata Simpangan Baku Fungsi Koordinasi Syaraf Rata-rata Simpangan Baku Daya Tahan Kardiovaskular Rata-rata Simpangan Baku
2,18 liter 0,63
26 unit 12,87
241,1 meter 66,85
2,46 liter 0,63
44,6 unit 14,16
263,3 meter 78,24
49,90 9.91
49,9 10,04
50 9,85
50,4 9,4
50,10 10,10
50,10 10,00
c. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas dari distribusi, maka digunakan uji chi-
kuadrat (χ2). Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh nilai chi-kuadrat (χ2)
hitung sebagaimana terlihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4
Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Kebugaran Sebelum (Pretest)
dan Sesudah (Posttest) Pemberian Perlakuan Kegiatan Olahraga pada Lansia di Kota Bandung
No Data χ2 hitung χ2 tabel Hasil Uji
1 2 3
Fleksibilitas: Tes awal Tes Akhir Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Tes Awal Tes Akhir Fungsi Koordinasi Syaraf: Tes Awal Tes Akhir
0,999 0,849
0,991 0,857
0,999 0,999
15,507 11,070
14,017 12,592
15,507 15.507
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal
66
4
Daya Tahan Kardiovaskular: Tes Awal Tes Akhir
0,903 0,999
14,017 15,507
Normal Normal
Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 2.4 ternyata didapat chi-kuadrat
hitung lebih kecil daripada chi-kuadrat tabel pada taraf nyata 0,05 dengan jumlah
sampel yang sesuai dengan kelompoknya. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa
data tes awal dan tes akhir untuk kebugaran hasil perlakuan olahraga berdistribusi
normal. Artinya berdasarkan data sampel, populasi yang diselidiki ini
penyebarannya dalam keadaan normal.
2. Pengolahan Data Hasil Tes Kebugaran melalui Pemberian Nutrisi
a. Uji Rata-rata dan Simpangan Baku (Standar Deviasi)
Tabel 3.4
Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kebugaran Sebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) Pemberian Perlakuan Pemberian Nutrisi pada Lansia
di Kota Bandung
No Item Tes Pretest Posttest T-skor Pretest
T-skor Posttest
1 2 3
Fleksibilitas: Rata-rata Simpangan Baku Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan Rata-rata Simpangan Baku Fungsi Koordinasi Syaraf Rata-rata Simpangan Baku
1,4 cm 2,38
1,44 liter 0,68
19,5 unit 11,88
1,45 cm
2,94
1,70 liter 0,64
25,6 unit 15,81
50,10 10,17
49,50 10,88
50 9,88
50,3 9,75
50,5 10,43
50,10 10,01
67
4
Daya Tahan Kardiovaskular Rata-rata Simpangan Baku
254,10 meter
49,81
255,6 meter
39,16
49,9
10,04
50,40 9,39
b. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normalitas dari distribusi, maka digunakan uji chi-
kuadrat (χ2). Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh nilai chi-kuadrat (χ2)
hitung sebagaimana terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Kebugaran Sebelum (Pretest)
dan Sesudah (Posttest) Pemberian Nutrisi pada Lansia di Kota Bandung
No Data χ2 hitung χ2 tabel Hasil Uji
1 2 3 4
Fleksibilitas: Tes awal Tes Akhir Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Tes Awal Tes Akhir Fungsi Koordinasi Syaraf: Tes Awal Tes Akhir Daya Tahan Kardiovaskular: Tes Awal Tes Akhir
0,991 0,991
0,977 0,857
0,999 0,991
0,999 0,999
14,017 14,017
13,592 13,592
15,507 14.017
15,507 15,507
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal
Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 4.4 ternyata didapat chi-kuadrat
hitung lebih kecil daripada chi-kuadrat tabel pada taraf nyata 0,05 dengan jumlah
68
sampel yang sesuai dengan kelompoknya. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa
data tes awal dan tes akhir untuk kebugaran hasil pemberian nutrisi berdistribusi
normal. Artinya berdasarkan data sampel, populasi yang diselidiki ini
penyebarannya dalam keadaan normal.
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data selanjutnya penulis menganalisis guna
membuktikan hipotesis yang diajukan. Adapun pengujiannya sebagai berikut:
H1: Pola hidup berolahraga dapat meningkatkan kebugaran secara signifikan pada
perempuan lansia di Kota Bandung
Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2
Ha: µ1 ≠ µ2
Untuk menentukan apakah pola hidup melalui aktivitas olahraga ini
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran, maka
peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini
diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Hasil Uji Peningkatan Kebugaran melalui Pola Hidup Berolahraga pada Perempuan Lansia
No Data t hitung t table
(0,05) Hasil Uji
1
2
3
4
5
Fleksibilitas Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Fungsi Koordinasi Syaraf: Daya Tahan Kardiovaskular Kebugaran
1,077
0,340
0,089
0,031
0,335
2,262
2,262
2,262
2,262
2,262
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
69
Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,335 sedangkan dari t tabel
pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,262. Dengan demikian
ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan
tidak terdapat pengaruh dari pola hidup berolahraga terhadap peningkatan
kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran
para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa kegiatan berolahraga secara
signifikan pada α = 0,05.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian aktivitas olahraga hanya
memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan
kebugaran. Artinya kegiatan olahraga bagi perempuan lansia bukan untuk
meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar
kebugaran stabil.
H2: Pola hidup melalui pemberian nutrisi dapat meningkatkan kebugaran secara
signifikan pada perempuan lansia di Kota Bandung
Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2
Ha: µ1 ≠ µ2
Untuk menentukan apakah pola hidup melalui pemberian nutrisi ini
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran, maka
peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini
diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 6.4.
70
Tabel 6.4
Hasil Uji Peningkatan Kebugaran melalui Pemberian Nutrisi pada Perempuan Lansia
No Data t hitung t table
(0,05) Hasil Uji
1
2
3
4
5
Fleksibilitas Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Fungsi Koordinasi Syaraf: Daya Tahan Kardiovaskular Kebugaran
0,132
0,696
0,074
0,370
0,631
2,262
2,262
2,262
2,262
2,262
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,631 sedangkan dari t tabel
pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,262. Dengan demikian
ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan
tidak terdapat pengaruh dari pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran
perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia
setelah memperoleh perlakuan berupa pemberian nutrisi secara signifikan pada α
= 0,05.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian nutrisi hanya memberikan
sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya
pemberian nutrisi bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran
melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar tetap fit dan dapat
menopang aktivitas sehari-hari.
71
H3: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola hidup berolahraga dan
pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia di Kota
Bandung
Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2
Ha: µ1 ≠ µ2
Untuk menentukan apakah kedua pola hidup melalui aktivitas olahraga
dan pemberian nutrisi ini memberikan pengaruh berbeda terhadap peningkatan
kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan
pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 7.4.
Tabel 7.4
Hasil Uji Beda kedua Pola Hidup Berolahraga dan Pemberian Nutrisi pada Perempuan Lansia
No Data t hitung t table
(0,05) Hasil Uji
1
Kebugaran
0,039
2,101
Tidak Signifikan
Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,039 sedangkan dari t tabel
pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,101. Dengan demikian
ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan
tidak terdapat perbedaan pengaruh dari pola hidup berolahraga dan pemberian
nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian aktivitas olahraga maupun
nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap
peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga maupun pemberian nutrisi
secara teratur bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran
72
melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kondisi tubuh tetap dapat
berfungsi dalam melakukan aktivitasnya setiap hari.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan pemberian nutrisi maupun aktivitas olahraga bagi perempuan
lansia adalah untuk mendukung aktivitasnya agar mandiri dan memberi kontribusi
bagi kehidupan bangsa. Peningkatan yang terjadi melalui kegiatan olahraga dan
pemberian nutrisi sebenarnya ada namun kurang berarti. Peningkatan itu biasanya
berbentuk kemajuan untuk selalu dapat menjaga diri dan mandiri dengan tidak
selalu menggantungkan dirinya kepada orang lain. Tubuh yang tetap terpelihara
melalui olahraga dan pemberian nutrisi tidak lain untuk menjaga diri dengan tetap
awet dalam berkarya.
Khususnya dalam konteks pola hidup perempuan lansia yang ada di Kota
Bandung yang umumnya sudah berusia > 65 tahun. Kemajuan hasil pemberian
aktivitas olahraga dan nutrisi sangat diharapkan sekali terutama peningkatan
kemampuan baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sekaitan dengan
penggunaan pola hidup ini, hingga saat ini belum ada yang mengkajinya. Untuk
itulah, peneliti merasa tertarik untuk mencermatinya secara lebih khusus.
Penelitian yang membahas mengenai pemberdayaan perempuan lansia
melalui pembentukan pola hidup, khususnya performa lokomotor, manipulatif,
dan nonlokomotor serta kemampuan bergaul dalam komunitasnya telah
memunculkan beberapa buah kesimpulan. Mengacu pada hasil pengolahan dan
analisis data, maka diperoleh temuan-temuan penelitian yang telah menjawab
pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah
73
membuktikan hipotesis penelitian. Adapun hasil dan pembahasan selengkapnya
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian aktivitas olahraga hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak
signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga bagi
perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya
untuk memelihara dan menjaga agar kebugaran tetap stabil, sehingga para
lansia tersebut lebih percaya diri dan mandiri dalam berbuat sesuatu bagi
dirinya maupun bagi orang lain.
2. Pemberian nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan
terhadap peningkatan kebugaran. Artinya pemberian nutrisi bagi perempuan
lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk
memelihara dan menjaga agar tetap fit dan dapat menopang aktivitas sehari-
hari, sehingga tidak mudah terkena penyakit.
3. Pemberian aktivitas olahraga maupun nutrisi hanya memberikan sedikit
pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya
kegiatan olahraga maupun pemberian nutrisi secara teratur bagi perempuan
lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk
memelihara dan menjaga agar kondisi tubuh tetap dapat berfungsi dalam
melakukan aktivitasnya setiap hari, sehingga para lansia tetap dapat berkarya
dan tidak menjadi benalu bagi lingkungannya.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini memaparkan tentang pemberdayaan perempuan lansia
melalui perubahan pola hidup di panti sosial yang ada di Kota Bandung.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan yang
telah menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan
masalah serta telah membuktikan hipotesis penelitian.
Pada akhirnya dapat diajukan beberapa kesimpulan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh dari pola hidup berolahraga terhadap peningkatan
kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran
para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa kegiatan berolahraga secara
signifikan
2. Tidak terdapat pengaruh dari pemberian nutrisi terhadap peningkatan
kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran
para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa pemberian nutrisi secara
signifikan
3. Tidak terdapat perbedaan pengaruh dari pola hidup berolahraga dan pemberian
nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia.
Hasil ini menunjukkan bahwa bagi perempuan lansia yang sudah berusia > 65
tahun perlu diberikan berbagai aktivitas olahraga maupun nutrisi seimbang bukan
untuk meningkatkan kebugaran, karena diusia lansia peningkatan kebugaran akan
75
sulit diperoleh. Oleh karena itu, aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi
dimaksudkan agar kondisi fisiknya tetap terjaga dan terhindar dari berbagai
macam penyakit, sehingga masa hidupnya akan tetap bermakna dan tidak
menggantungkan hidupnya dengan orang lain.
B. Rekomendasi
Temuan hasil penelitian ini mengilhami berbagai cara tentang perlunya
upaya memelihara kondisi perempuan lansia dari berbagai kendala hidup yang
disinalir kurang berguna dan bahkan cenderung menyusahkan orang lain. Atas
dasar hal tersebut, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Pemberian aktivitas olahraga dan nutrisi harus terus dilakukan untuk
memelihara kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. Cara ini dapat
mendukung terhadap terciptanya stabilitas emosi para lansia. Tidak menutup
kemungkinan para lansia akan merasa enjoy saat bergerak bebas, sehingga
terhindar dari stress dan penyakit lainnya.
2. Kepada para pembina di panti sosial khusus lansia agar secara rutin
memberikan aktivitas gerak dan pemberian nutrisi seimbang guna menjaga
tubuhnya agar lebih bugar dan tidak selalu menjadi beban bagi semua pihak.
3. Penelitian selanjutnya diperlukan dengan mengungkap berbagai soal yang
belum diteliti pada saat ini, seperti menentukan bentuk-bentuk olahraga yang
lebih sederhana dan sering membawa para lansia ke luar dari lingkungan
panti. Dengan maksud, agar menambah pemahaman dan pengalaman mereka,
sehingga hidupnya akan lebih berguna.
76
DAFTAR PUSTAKA
Bermann N,D. 1982. Aging and the heart. Lexington: The Collamore Press. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, 1991. Petunjuk Menyusun Menu
bagi Usia Lanjut. Departemen Kesehatan, Jakarta Hartono, A. 1991. “Gizi bagi Manula”, Kompas, 18 Agustus. Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Humaniora Kartari D,S, 1990. “Manusia usia lanjut”. Disampaikan dalam Diskusi Ilmiah
Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta, 30 Januari. Kusmana, D. 1992. Olahraga pada usia Lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat
pada Usia Lanjut. Bogor, 7 November. Murniati, N.A. 2004. Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif
Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM. Magelang: Indonesia Tera Sadoso. 2005. Jangan Malas Berolahraga. Diambil dari Http://www.
Depkes.co.id. Saptandari, Pinky. 2001. Tantangan dan Peluang Gerakan Perempuan dalam
Menyongsong Otonomi Daerah. Yogyakarta. Jurnal Analisis Sosial. Vol. 6, No. 1 Februari 2001.
Semiawan C,R. 1990. Aspek sosial gerontology. Jakarta: EGC. Suhartini, Rr., Halim., Khambali., Basyid.(2005). Model-model pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta: Pelangi aksara WHO Expert Committee Report. 2007 . Health of the elderly Diambil dari
Http://www.WHO.int/publications
77
PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengakap dan gelar : Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed b. Golongan pangkat dan NIP : Pembina Tk I/IVb c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala d. Jabatan Struktural : Ketua Jurusan PKR e. Fakultas/Program Studi : FPOK/ PKR f. Perguruan inggi : Universitas Pendidikan Indonesia g. Bidang Keahlian : Manajemen Pendidikan h. Mata Kuliah yang Diampu : Manajemen Olahraga dan Manajemen PJKR i. Waktu untuk penelitian ini : 8 Bulan 10 jam/minggu
2. Anggota Peneliti 1
1. Nama Lengkap dan gelar : dr. Ambar Sulianti, M.Kes 2. Golongan pangkat dan NIP : III/b, 132312848 3. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli 4. Jabatan Struktural : Penata Muda tk.I 5. Fakultas/Program Studi : FPOK/ PKR 6. Perguruan inggi : Universitas Pendidikan Indonesia 7. Bidang Keahlian : Parasitologi-Mikrobiologi 8. Mata Kuliah yang Diampu : Ilmu Gizi Olahraga (PJKR), Sport Nutrition (IKOR), Biokimia Olahraga, Dasar-Dasar Farmakologi, Ilmu Faal, Histologi, Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan 9. Waktu untuk penelitian ini : 8 Bulan 10 jam/minggu
3. Anggota Peneliti 2
a. Nama Lengkap dan gelar : Dra. Yati Ruhayati, M.Pd b. Golongan pangkat dan NIP : III/d, 1323110569 c. Jabatan Fungsional : Lektor d. Jabatan Struktural : Penata tk.I e. Fakultas/Program Studi : FPOK/ PKR f. Perguruan inggi : Universitas Pendidikan Indonesia g. Bidang Keahlian : Pendidikan Olahraga h. Mata Kuliah yang Diampu :Ilmu Gizi, Ilmu Kesehatan, Sports Medicine i. Waktu untuk penelitian ini : 8 Bulan 10 jam/minggu
78
4. Nama Mahasiswa yang Dilibatkan dalam Penelitian
a. Panji Sumarna Putra NIM. 050556
b. Saepul Hamid NIM. 055695
c. Wahyu Santoso NIM. 055569
d. Reska Ardiansyah NIM. 055805
79
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENELITI
1. Ketua Peneliti
A. Data Pribadi
1. Nama : Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed. 2. NIP atau yang lain : 131811168 3. Satminkal : Universitas Pendidikan Indonesia 4. Tempat/Tgl. Lahir : Garut, 12 Maret 1963 5. Agama/Jenis Kelamin : Islam/Laki-laki 6. Pangkat/Golongan : Pembina Tk I /IVb 7. Jabatan struktural : Ketua Jurusan PKR FPOK UPI 8. Alamat kantor : Jl. PHH Mustopa No 200 Bandung Tlp. 022-7274404 Fax. 022-7271709 9. Alamat rumah : Jl. Zamrud 4 No. 5 Permata Cimahi Kab. Bandung Telp. 022-6651398 / HP. 08121492782
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Dasar dan Menengah
Sekolah Lulus Tempat SDN No. 2 SMPN No. 1 SMAN No. 1
1976 1979 1982
Tarogong, Garut Garut Garut
2. Pendidikan Tinggi
Jenjang Bidang Lulus Instansi S1 ( Drs ) S2 ( M.Ed ) S3 ( Dr )
PKR Health and Human Ferformance Administrasi Pendidikan
1987 1997
Tinggal ujian
A. FPOK – UPI University Of
Houston Texas-USA
PPs UPI
80
3.Pelatihan/PendidikanTambahan
Penyelenggara Bidang dan tahun Tempat 1. IKIP Malang 2. University of Houston- Texas USA 3. Dikti Jakarta 4. Dikdasmen Jakarta 5. Depdiknas (BAN PT)
Bahasa Inggris 1995 Bahasa Inggris 1995 Terjemahan Buku ajar 2001 Penulisan buku ajar 2004 Pelatihan Asesor BAN PT 2007
Malang-Jawa Timur USA Bandung Jakarta Jakarta
C. Kecakapan Bahasa Asing
Bahasa asing Penguasaan Bahasa daerah Penguasaan 1. Bahasa
Inggris 2. Bahasa Arab
Aktif Pasif
Sunda Aktif
D. Pengalaman dalam pengembangan kemampuan profesional tingkat Internasional.
No Kegiatan dan penyelenggara Waktu & Tempat 1 2 3 4 5 6. 7. 8. 9. 10.
§ International Sports Olympic Conference in Atlanta
§ International Sports Science Conference in Hongkong
§ International Sports Science and Physical Education Conference in Bandung
§ The 4th Comparative Education Society of Asia Biennial Conference in Bandung
§ International Conference on Sports and Sustainable Development in Jogya
§ Internasional Conference on Education § Study Banding ke Nanyang University
(National Institute of Education) § Study Banding ke UPSI, Sekolah Olahraga
Bandar Penawar, Univeritas Teknologi Mara, UITM, dan
§ Study Banding ke UNSW Sydney dan AIS Camberra, Australia
§ International Conference Lifelong Learning (ICLL) UKM Malaysia
1996, USA. 2000, Hongkong. 2002, Bandung 2003, Bandung 2003, Jogya 2005, Malaysia 2005, Singapura 2006, Malaysia 2007, Australia 2007, Malaysia
81
E. Pengalaman dalam Jabatan
Jabatan Masa Lembaga § Sekretaris Jurusan Pendidikan
Kesehatan dan Rekreasi § Litbang Ikasi Jabar § Litbang PABBSI § Sekretaris Jurusan Pendidikan
Kesehatan dan Rekreasi § Ketua Jurusan Pendidikan Kesehatan
dan Rekreasi § Sekretaris Forum Insan Olahraga
Jawa Barat § Bidang SDM KONI Jabar
1998-2002
2001-2005
2004-2008
2002-2006
2005-2007
2005-2006
2006-2010
FPOK UPI
PENGDA IKASI JABAR
PENGDA PABBSI JABAR
FPOK UPI
FPOK UPI
KONI Jabar
KONI Jabar
F. Daftar Karya Ilmiah/Buku
Judul Masa Lembaga BUKU § Pembelajaran Atletik untuk SD § Pembelajaran Atletik untuk SLTP § Pembelajaran Atletik untuk SLTA § Model Olahraga Rekreasi § Model Pengembangan Motorik Anak
TK § Supervisi Pendidikan Jasmani § Olahraga Masyarakat § Pembelajaran Permainan Bola
Tangan anak SDLB § Pembangunan Olahraga Jawa Barat § Pembelajaran Kooperatif untuk
Pengembangan Keterampilan Anak TK
§ Pembangunan Olahraga Jabar menuju Provinsi Termaju pada tahun 2010
§ Revitalisasi Pemberdayaan Perempuan dalam Pembangunan
§ Perkembangan dan pembelajaran Motorik
§ Pendidikan Jasmani dan Olahraga PGSD
§ MKU Pendidikan Jasmani dan
2001 2001 2002 2002 2002
2003 2003 2003
2003 2005
2005
2005
2006
2006
2007
Depdiknas Depdiknas Depdiknas Depdiknas Depdiknas
Depdiknas Depdiknas Depdiknas
Pemda Jabar Depdiknas
Pemda Jabar
Pemda Jabar
UT Jakarta
Dikti Jakarta
UPI
82
Olahraga UPI KARYA ILMIAH § Pengaruh Strategi Pembelajaan
Deduktif dan Induktif terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Anak SD
§ Pengaruh Gaya Mengajar Resiprokal dan Eksplorasi terhadap Peningkatan Gerak Dasar Siswa SD
§ Profil Guru Pendidikan Jasmani SD di Kota Bandung
§ Reformasi Manajemen Perguruan Tinggi
§ Analisis Kecenderungan Manajemen Waktu Luang di Kota Bandung
§ Kinerja Guru Pendidikan Jasmani • Strategi Pemasaran Olahraga Wisata
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Jurnal PGSD Kampus Sumedang
UPI
Jurnal Depdiknas
Jurnal Universitas Banjarmasin
Jurnal Unsyiah NAD
Jurnal Jurusan PKR FPOK UPI
Jurnal Menpora Jakarta
Seminar Nasional Bali
G. Prestasi dan Penghargaan
Jenis Penghargaan Masa Lembaga § Dosen Teladan § Peneliti Terbaik § Satia Lancana Pengabdian 10 tahun § Satia Lancana Pengabdian 10 tahun
2002 2002 2004 2005
UPI UPI UPI
Presiden RI
Drs. H. Yudha M. Saputra, M.Ed NIP. 131811168
2. Anggota Peneliti 1.
Nama : dr. Ambar Sulianti,M.Kes.
Tempat, tanggal lahir : Indramayu, 1 Mei 1973
Alamat : Jl. Pasir No.6 Bojong Cijerah Bandung
Telepon : 08122232379
Agama : Islam
83
Riwayat Pendidikan :
1) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung / program S1 (Juli
1991-Mei 1995)
2) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung / keprofesian (Juli
1995-September 1997)
3) Pascasarjana Unpad Program Studi Ilum Kedokteran Dasar (September
2000-Februari 2003)
Riwayat Pekerjaan :
1) Staf pengajar (Parasitologi) Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Achmad Yani 1999-2005.
2) Dosen luar biasa (Mikrobiologi-Parasitologi) Akper Jenderal Achmad
Yani 2000-2001
3) Dosen luar biasa (Mikrobiologi-Parasitologi) Akper Budi Luhur 2000-
2003
4) Dosen luar biasa (Mikrobiologi-Parasitologi) Akbid Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani 2000-2001
5) Dosen luar biasa penanggung jawab Mata Kuliah Biologi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani 2002-2005
6) Dosen luar biasa Biologi S1 Keperawatan Progrram B (Karyawan)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani 2002-2005
7) Koordinator Pendidikan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Jenderal Achmad Yani 3002-2004
8) Staf Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Universitas Jenderral
Achmad Yani 2004
9) Ketua pembuatan dan penyeragaman GBPP dan SAP Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Achmad Yani 2004.
10) Sejak Januari 2005 penulis bekerja sebagai Dosen Fakultas Pendidikan
Olah Raga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia.
Mata Kuliah yang Dibina di UPI
84
1) Ilmu Gizi Olahraga
2) Biokimia Olahraga
3) Dasar-Dasar Farmakologi
4) Ilmu Faal
5) Gaya Hidup dan Proses Penuaan
Penelitian, Karya Tulis, dan Pengabdian Kepada Masyarakat
1) Ketua peneliti. Pengolahan Tutut (Bellamya javanica) Terinfeksi Cacing
Trematoda Agar Layak Dikonsumsi. (Hibah Pembinaan 2006)
2) Poster “Serkaria Trematoda Pada Lymnaea rubiginosa di Sawah Kota
Cimahi” diseminarkan pada Seminar Nasional Parasitologi di Bandung,
September 2005
3) Peneliti, Prevalence of Trematode,s Worm from Fresh Water Snails in
Irrigated Rice Fields in Cimahi City, Indonesia. (Presented as paper at
International Seminar on Tropical Diseases and Parasitology“, in Kuala
Lumpur, Malaysia on 11-12 March 2005).
4) Karya tulis, Toksoplasmosis Kongenital Serta Penatalaksanaan Klinisnya.
(Majalah Kedokteran Bandung, April 2005)
5) Peneliti, Uji Resistensi Nyamuk Aedes aegypti Terhadap Malation di Kota
Bandung (diterbitkan dalam Majalah Kedokteran Bandung, Vol.XXXV
tahun 2004)
6) Pengabdian masyarakat, penyuluhan kepada seluruh bidan dan istri dosen
di lingkungan Universitas Jenderal Achmad Yani yang bertema
“Geriatri”, September 2004.
7) Peneliti, Status Kerentanan Nyamuk Aedes aegypti terhadap Malathion
dan Sipermetrin di Kota Bandung. (Tesis, 2003)
8) Peneliti, Uji Efikasi Foging Sipermetrin Program Pengendalian Demam
Berdarah Dengue di Kota Bandung tahun 2003. (Tidak Dipublikasikan)
9) Pengabdian masyarakat, ketua pelaksana merangkap salah satu pembicara
dalam “Penataran Toksoplasmosis, Bahaya dan Pencegahannya” kepada
seluruh dokter, dokter gigi, dan bidan yang ada di puskesmas-puskesmas
di seluruh kota Cimahi (2002).
85
10) Peneliti, LC50 dan LC99 Abate, Dimetoat, dan Fosalon terhadap larva
Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Penelitian, 2000, belum
dipublikasikan).
11) Peneliti, Infeksi Puerpuralis di RSHS Bandung, Suatu Tinjauan
Epidemiologi dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya (Skripsi,1995)
Bandung, Maret 2007
dr. Ambar Sulianti, M.Kes
NIP. 132 312 848
3. Anggota Peneliti 2
Nama : Dra. Yati Ruhayati, M.Pd
Tempat tanggal lahir : Bandung, 7 Nopember 1963
NIP : 131 760 747
Gol / Pangkat : IIId/Lektor
Alamat : Jl. Sukamantri 130, Lembang, Kab. Bandung
Riwayat Pendidikan:
86
SDN Subang tahun 1976
SMP PPSP IKIP Bandung tahun 1979
SMA PPSP IKIP Bandung tahun 1982
S1 Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FPOK IKIP Bandung tahun 1985
S2 Pendidikan Olahraga Program Pascasarjana UPI Bandung tahun 1987
Pekerjaan:
PNS/ Tenaga Pengajar FPOK UPI Bandung sejak tahun 1987
Penelitian:
1. Pengaruh Kompetensi Guru Penjas Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar
Siswa di SMKN I Bandung.
2. Pengaruh Kegiatan Ekskul Bela Diri Pencak Silat di SMPN I Kab. Subang
3. Motivasi Pengunjung Tempat Pariwisata Waduk Dharma Ciamis
4. Profil Guru Penjas Dalam Peningkatan Usaha Kesehatan Sekolah di SDN
Cibeunying Bandung.
5. Peranan Kegiatan Posyandu Dalam Peningkatan Kesehatan Balita di Desa
Dharmaga Subang
6. Motivasi Manajemen Pariwisata Pangadaran Dalam Pengembangan
Sebagai Objek Wisata.
Bandung, Maret 2007
Dra. Yati Ruhayati, M.Pd
NIP. 131 760 747