22
4 LAPORAN HASIL DISKUSI SGD 3 LBM 5 BLOK 9 MYOFASIAL PAIN Disusun Oleh : 1. Ahmad Fahmi Fahrobi 31101300333 2. Enda Meditika Karisa 31101300347 3. Faiqotul Kumala Ayuna Kahfi 31101300349 4. Intan Kumala Sari 31101300353 5. Mardha Ade Pritia 31101300359 6. Marzuki Akbar J. Dundu 31101300360 7. Raisa Rosi 31101300376 8. Riezqia Ayu Wulandari 31101300377 9. Rizqi Ammaliyyah 31101300380 10. Rizqi Wahyu Lestari Suwarto 31101300381 11. Kardinah Puspita 31101300389

LAPORAN HASIL DISKUSI LBM 3.doc

Embed Size (px)

Citation preview

4

LAPORAN HASIL DISKUSI SGD 3 LBM 5 BLOK 9

MYOFASIAL PAIN

Disusun Oleh :

1. Ahmad Fahmi Fahrobi 31101300333

2. Enda Meditika Karisa 31101300347

3. Faiqotul Kumala Ayuna Kahfi 31101300349

4. Intan Kumala Sari 31101300353

5. Mardha Ade Pritia 31101300359

6. Marzuki Akbar J. Dundu 31101300360

7. Raisa Rosi 31101300376

8. Riezqia Ayu Wulandari 31101300377

9. Rizqi Ammaliyyah 31101300380

10. Rizqi Wahyu Lestari Suwarto 31101300381

11. Kardinah Puspita 31101300389

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2014/2015

4

LEMBAR PERSETUJUANLAPORAN TUTORIAL SGD 3 LBM 5

MYOFASIAL PAIN

Telah Disetujui oleh :

Semarang, 13 Oktober 2014

Tutor

Drg. welly Anggarani

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 3

“Myofasial Pain”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah

dilaksanakan.

  Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah

membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik

langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat

selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan

tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini ini.

  Kami berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi kita bersama.

Semarang, 13 Oktober 2014

Penyusun

4

Lembar Persetujuan.......................................................................................................... 1

Kata Pengantar........................................................................................................ 2

Daftar Isi................................................................................................................... 3

BAB I : PENDAHULUANI. Latar Belakang.................................................................................................. 4

II. Skenario ........................................................................................................... 4

III. Identifikasi Masalah........................................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKAI. Landasan Teori................................................................................................. 6

A. Macam-macam Myofacial Pain berdasarkan

regionya...................................................................................................... 6

B. Karakteristik dari Myofacial Pain................................................................ 6

C. Penyebab Myofacial PainD. Tanda-tanda Myofasial PainE. Mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan Nyeri ketika

dipalpasiF. Mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat

dipalpasi G. Mekanisme TendernessH. Pengaruh stress dengan Myofasial PainI. Jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya J. Menegement dan Penatalaksanaan Myofasial PainK. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada

pasienL. Bagaimana cara pemeriksaan Ekstra Oral pada myofasial painM. Indikasi pada tmj yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan

N. Penyebab Myofacial Pain........................................................................... 6

O. Tanda-tanda Myofacial Pain....................................................................... 7

P. Mekanisme Myofacial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan nyeri

ketika dipalpasi........................................................................................... 7

Q. Terapi Nyeri Neuropatik............................................................................. 8

R. Hubungan Penyakit Sistemik dengan Rongga Mulut................................ 12

S. Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral.................................. 15

T. Vital Sign.................................................................................................... 17

I. Kerangka konsep.............................................................................................. 21

BAB III : PENUTUPKesimpulan............................................................................................................. 22

Daftar Pustaka........................................................................................................ 24

4

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar BelakangMiofacial Pain adalah suatu kondisi nyeri dimana, nyeri tersebut dapat

dirasakan atau terlokalisasi, penurunan aktifitas fungsional, terkadang menimbulkan keterbatasan fungsi gerak. Dengan mekanismenya adalah saat otot mengalami penggunaan berlebih dan kontraksi terus menerus saat kontraksi bisa timbul gangguan pada otot dan menstimulasi nosiseptor, semakin nosiseptor mengalami ketegangan, kekurangan oksigen, pengumpulan sisa-sisa metabolisme. Merangsang ujung saraf nosiseptor tipe c untuk melepaskan substansi p, merangsang PG, bradikinin, serotonin sebagai teknikal stimuli. Adapun stres menjadi sangat berpengaruh terhadap nyeri dikarenakan adanya peningkatan saraf simpatisnya bisa meningkatkan neuron afferen gamma, pada spindel bisa berkontraksi.Sehingga penatalaksanaan dari miofacial pain sendiri dengan cara microwave diatermi dg stressor energi elektromagnetik, penyemprotan CE spray terdapat trigger point, dan akan terblok dan efek spasme mestimulasi otot merenggang, ketegangan otot menurun.

II. SkenarioJudul : Daerah sekitar telingaku kok sakit ya?

Seorang laki-laki berusia 49 tahun mengeluh nyeri pada daerah pipi kanan depan telinganya. Nyeri yg dirasakan muncul spontan dan menyebar, terkadang disertai pusing. Ia menceritakan bahwa nyeri dirasakan sejak ia mengalami kebangkrutan perusahaannya sekitar 1 tahun lalu sehingga menyebabkan sulit tidur dan depresi pada awalnya nyeri terasa ringan tetapi sekarang nyeri semakain hebat dan sudah sangat menggangu. Pasien pernah meminum obat penghilang sakit dan obat pusing tetapi tidak mengurangu keluhan nyeri.

4

Setelah dilakukan pemeriksaan ekstraoral diketahui bahwa pasien hanya mampu membuka mulut 15 mm, ketika dipalpasi tidak ditemukan pembengkakan pada wajah, tidak ada rasa hangat,tidak ada kliking maupun krepitasi pada area TMJ. Adanya tenderness, spasm, dan nyeri ketika dilakukan palpasi pada muskulus masseter dan temporalis kanan. Hasil pemeriksaan intraoral tidak ada kelainan pada gigi geligi serta oral higyene sedang, radiografi menunjjukan tidak ada kelainan pada TMJ maupun gigi geligi. Dokter gigi melakukan perawatan awal terhadap keluhan pasien tersebut

II. Identifikasi Masalah1. Apa saja macam-macam Myofacial Pain berdasarkan regionya2. Apa saja karakteristik dari Myofasial Pain3. Apa penyebab Myofacial Pain4. Apa saja tanda-tanda Myofasial Pain5. Bagaimana mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan

Nyeri ketika dipalpasi

6. Bagaimana mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat dipalpasi

7. Bagaimana mekanisme Tenderness8. Bagaimana pengaruh stress dengan Myofasial Pain9. Berapa jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya 10. Apa saja menegement dan penatalaksanaan Myofasial Pain11. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada pasien12. Bagaimana cara pemeriksaan EO pada myofasial pain13. Apa indikasi yang terjadi pada TMJ yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah

kanan

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I. Landasan Teori

A. Macam-macam Myofacial Pain berdasarkan regionyaB. Karakteristik dari Myofasial Pain

Nyeri terlokalisasi

Adanya Taut Band pada grup otot/otot tertentu

Nyeri menyebar

Kelemahan pada otot tertentu/sekelompok otot

Nyeri satu sisi pada trigger point (titik tertentu)

Autonomic Dysfunction

Kemungkinan nyeri aktif (pada saat bergerak) atau laten (nyeri pada saat di

palpasi

Prevalensi anatara usia 20-49 tahun

Nyeri (terbakar atau periodik)

Kaku biasanya dirasakan pada malam hari

Kelelahan pada otot yang berlebihan

Penurunan ROM

Kelemahan tanpa disertai atrofi otot

Penurunan sensitifitas terhadap rasa dingin

4

C. Penyebab Myofacial Pain

Penyebab myofacial sendiri belum diketahui secara jelas. Biasanya myofacial

terjadi akibat kelemahan dari otot tersebut, postur tubuh yang tidak simetris,

alignment tubuh yang tidak simetris, kerja otot yang terus menerus, faktor stress,

pengulangan gerak yang (berlebihan dan terus menerus (repetitive motions)dan

gangguan pada sendi. Faktor-faktor tersebut yang menghasilkan siklus nyeri,

gangguan beraktivitas.

Trauma tiba-tiba atau berlebihan akut myofascial jaringan gerakan berulang-

ulang atau microtrauma (lambat awal), leg discrepancy(beda panjang tungkai),

kekurangan gizi, perubahan hormon (PMS atau menopause) infeksi kronis

pendinginan daerah badan, stres emosional yang intens.

D. Tanda-tanda Myofasial Pain

Rasa sakit yang dalam dan konstanSakit yang dalam dan konstan dapat menyebabkan efek eksitator (perangsangan) sentral pada  area yang jauh. Stres emosional yang meningkat.

Kelainan tidur. Sakit kepala yg sering

Penurunan ROM

Adanya stifness atau kekakuan

Adanya taut band pada otot-otot

Faktor-faktor lokalBeberapa kondisi lokal yang mempengaruhi aktivitas otot seperti  kebiasaan, sikap badanyang salah, keseleo, dan aktivitas otot yang berlebihan dapat  menghasilkan nyerimyofacial.

Faktor-faktor sistemikBeberapa faktor sistemik dapat mempengaruhi atau bahkan menghasilkan nyeri miofasial.Faktor-faktor sistemik seperti  hipovitaminosis, kondisi fisik yang rendah, lelah, dan infeksi virus.

Adanya trigger point dan terlokalisasi Adanya nyeri alih dengan adanya stimulasi penekan trigger point

Menurut John Halford terdapat 3 jenis trigger point yang berkembang dalam otot,ligamen

dan kapsul sendi :

- Inactive trigger point :

- Latent trigger point :

- Active trigger point :

E. Mekanisme Myofasial Pain beserta hubungan Tenderness,Spasm dan Nyeri ketika dipalpasi

Pada myofascial umumnya dicirikan dengan adanya spasme otot, tenderness, stifness(kekakuan), keterbatasan gerak bahkan sampai kelemahan otot. Pada kondisi ini apabila dilakukan palpasi maka akan ditemukan adanya taut band yaitu berbentuk seperti

4

tali yang membengkak pada badan otot, yang membuat pemendekan serabut otot yang terus-menerus, sehingga terjadi peningkatan ketegangan serabut otot. Otot yang mengalami ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan miofascial terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke jaringan dan menimbulkan iskemik.

Nyeri didalam kasus myofascial merupakan otot yang mengalami ketegangan terus-menerus jika berlangsung lama akan mengakibatkan jaringan miofascial terjadi penumpukan zat-zat asam laktat dan karbondioksida ke jaringan dan menimbulkan iskemik. Keadaan iskemik ini membuat jaringan mengalami mikrosirkulasi karena vasokonstriksi pembuluh darah, mengalami kekurangan nutrisi dan

Oksigen serta menumpuknya zat-zat sisa metabolisme dan timbul viscous circle. Keadaan ini akan merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiseptife C untuk melepaskan suatu neuropeptida yaitu substansi P. Karena adanya pelepasan substansi P akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan pembebasan bradikinin, potassium ion, serotonin yang merupakan noxius stimuli sehingga dapat menimbulkan nyeri.

F. Mekanisme nyeri pada daerah m.masseter dan m.tmporalis kanan saat dipalpasi Saat dipalpasi terjadi nyeri karena kemungkinan adanya taut band pada m.masseter dan m.temporalis yang akan menyebabkan adanya trigger pointpada taut band tersebut ketika trigger point dalam keadaan aktif saat dipalpasi akan menimbulkan stimulus berupa mekanik kemudian akan mengakibatkan kerusakan jaringan sehingga mengeluarkan mediator nyeri mengaktifkan nosiseptor dikirim melalui serabut A delta dan serabut C ke medulla spinalis mengalami modulasi ke kortex cerebri persepsi nyeri.

G. Mekanisme TendernessH. Pengaruh stress dengan Myofasial Pain

Ketika kita dalam keadaan tegang atau stress, akan mengakibatkan aktivitas saraf sympathetic meningkat, sehingga akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang. Karena pada kondisi saraf sympathetic dominan, tubuh dalam keadaan fight or flight. Ketegangan ini lebih dominan pada otot-otot stabilisator scapulae, seperti rhomboideus, levator scapula, upper trapezius. Ketegangan/spasm otot yang berkepanjangan akan mengakibatkan mikroischemic pada otot oleh karena suplay darah dari mikrovaskuler terhambat oleh kontraksi otot, selain itu pada kondisi ini akan muncul myofascial trigger point. Dengan keadaan tersebut, maka timbulah nyeri.

I. Jarak normal dan batas ketika membuka mulut dan mekanismenya

Gerak sendi pada orang dewasa normal memiliki kisaran 20 - 25mm antara gigi geligi rahang atas dan bawah. Bila dikombinasikan dengan jarak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 – 45mm, sedangkan gerak lateral 10mm dan gerakan TMJ kedepan 10-20mm.

Mekanisme Membuka Mulut :[Penggerak utamanya adalah : M. Pterygoideus lateralis]M. Pterigoideus lateralis menarik processus condilaris ke depan menuju eminentia articularis.Pada saat bersamaan,serabut posterior M. Temporalis harus relaks dan keadaan ini diikuti dengan relaksasi M. Maseter,serabut anterior M. Temporalis, dan

4

M. Pterigoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal sehingga processus condilaris akan bergerak ke depan sedang angulus mandibula begerak ke belakang. Dagu akan terdepresi , keadaan ini dibantu dengan gerak membuka yang kuat oleh M. Digastricus,M. Geniohyoideus , dan M. Mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoid .

Mekanisme Menutup Mulut :[Penggerak utamanya adalah : M. Maseter , M. Temporalis, M. Pterigoideus Medialis]Rahang dapat menutup pada berbagai posisi.Mulai dari menutp pada posisi protusi penuh sampai menutup pada keadaan processus condilaris berada pada posisi paling posterior dalam fossa mandibula . Pada posisi protusi memerlukan kontraksi M. Pterigoideus Lateralis\yang dibantu M. Pterigoideus Medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan eminentia articularis . Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior M. Temporalis akan bekerjasama dengan M.Maseter untuk mengembalikan processus condilaris ke dalam fossa mandibula. Sehingga gigi geligi dapat saling kontak pada oklusi normal.

Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. M. Pterigoideus Lateralis dan serabut posterior M. Temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus.

J. Menegement dan Penatalaksanaan Myofasial Pain

MASSAGE

Prinsip efek terapeutik massage adalah menghancurkan perlengketan pada Trigger point, memperbaiki sirkulasi darah local dan relaksasi otot. Teknik "deep friction" dari Cyriax cukup efektif dan mudah dikerjakan untuk merusak TrP tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan "effleurage" dan atau "stroking".

Terapi es/dinging (icing)

Dapat berupa kompres dingin dengan memakai handuk atau cold pack, dan atau ice massage. Hati-hati kemungkinan alergi terhadap es.

Terapi panas

Terapi panas superficial seperti kompres panas (hot pack), lampu infra merah (infra red), tidak dapat menenangkan TrP. Terapi panas-dalam (baik berupa Shortwave diathermy atau Microwave Diathermy) lebih efektif untuk TrP dengan mekanisme memperbaiki mikrosirkulasi pada serabut otot yang letaknya dalam sehingga menimbulkan efek relaksasi. Yang paling efektif adalah ultrasound therapy, dengan mekanisme mikromassage akan menghancurkan perlengketan pada trigger point tanpa menimbulkan reaksi nyeri seperti halnya ketika dilakukan "deep friction".

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

4

Dengan stimulasi listrik intensitas rendah (dibawah ambang nyeri), dimana frekuensi dapat tinggio (high frecuency current) atau rendah (Low frecuency current), dengan electrode diletakan di kulit diatas TrP, pada kasus-kasus MTPS baru, cukup efektif. Pada kasus kronis dan sulit TENS diberikan bersama modalitas lain.

Spray and Stretch

Metode spray and stretch atau stretch and spray (semprot dan regang) merupakan cara terapi MTPS yang dianggap paling mudah, cepat dan kurang sakit. Yang umum dipakai adalah "chloraethyl spray".

Exercise therapy (terapi latihan)

Banyak kegagalan terapi MTPS karena tidak memasukkan program terapi latihan di dalam paket manajemen. Terapi latihan yang utama adalah latihan peregangan setelah terapi fisik (terapi Diathermy, terapi Ultrasound, infra red terapi), yang juga bisa digunakan sebagai home exercise/home programe. Lewit melaporkan hasil studinya mengenai efektifitas prosedur terapi latihan berupa "isometric relaxation" untuk menenangkan nyeri miofascial. Krauss memberikan beberapa model latihan peregangan dan relaksasi yang dapat digunakan di dalam manajemen MTPS. Metode Terapi latihan yang lebih efektif berupa hold relax and contract relax yang diambil dari teknik-teknik Propioceptive Neuromusculer Fasilitation (PNF).

K. Mengapa setelah terapi farmakologi tidak memberikan efek nyeri pada pasien

L. Bagaimana cara pemeriksaan EO pada myofasial pain

Inspeksi

- Memeriksa kesimetrisan wajah

- Memeriksa midline gigi rahang atas dan rahang bawah

- Memeriksa Range of motion

Pemeriksaan pergerakan ”Range of Motion” dilakukan dengan pembukaan mulut

secara maksimal, pergerakan dari TMJ normalnya lembut tanpa bunyi atau nyeri.

Mandibular range of motion diukur dengan :

o Maximal interticisal opening (active and passive range of motion)

o Lateral movement

o Protrusio movement

Auskultasi : Joint sounds

Dengan menggunakan stetoskop mendengar adanya krepitasi atau kliking pada area

depan telinga yang akan diperiksa. Selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka

dan menutup mulut.

Palpasi :

4

- Cara 1 : dengan palpasi bimanual pada area depan telinga kanan dan kiri, selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut. Periksa kelancaran pergerakan TMJ.

- Cara 2 : Masukan jari kelingking pada meatus acusticus (telinga) pada kanan dan kiri, selanjutnya instruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulut.

Pemeriksaan Muskulus Trapezius

Dengan cara melakukan palpasi pada muskulus trapezius kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa). Kemudian tanyakan kepada pasien sensasi apa yang dirasakan saat dipalpasi.

Pemeriksaan Muskulus Temporalis

Dengan cara melakukan palpasi pada muskulus temporalis,kemudian tanyakan kepada pasien sensasi apa yang dirasakan saat dipalpasi.

M. Indikasi pada tmj yang tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan Tidak ada rasa hangat pada pipi sebelah kanan menandakan tidak adanya inflamasi,

karena jika terjadi inflamasi maka akan terjadi vasodilatasi pada kerusakan jaringan yang ada dan menimbulkan rasa hangat pada daerah inflamasi . Tanda-tanda adanya inflamasi yaitu sebagai berikut:

- tumor atau membengkak- calor atau menghangat- dolor atau nyeri- rubor atau memerah- functio laesa atau daya pergerakan menurun

Selain itu juga karena otot mastikasi mengalami spasme otot membuat kelelahan otot terjadi penumpukan asan laktat dan iskemia yang dapat mengakibatkan berkurangnya pasokan darah ke jaringan sehingga sel – sel otot tidak mendapatkan makanan akibatnya tidak dapat melakukan metabolisme / metabolisme turun, tidak mendapat energi dan tidak menimbulkan rasa hangat.

N.

O.

II. Kerangka konsep

MANAJEMEN NYERINON FARMAKOLOGIFARMAKOLOGI

PASIEN DEGAN KELUAHAN NYERI BERDENYUT DAN MENYEBAR KE OTOT –OTOT

PENGUNYAHAN

4

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

Manajemen nyeri suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang

berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan, pada orang lain ataupun diri

sendiri. Adapun tujuan dari manajemen nyeri diantaranya:

- Untuk menentukan terapinya

- Memberikan kenyamanan pada pasien

- Menjaga pasien agar dalam kondisi yang senyaman mungkin

- Untuk menentukan diagnosa sebelum melakukan terapi

- Dll.

Prosedur Manajemen Nyeri : Anamnesis, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan

khusus dan objektif, Pemeriksaan penunjang, Menentukan diagnosis dan terapi.

NYERI NEUROPATIK NYERI NOSISEPTIK

4

Dalam melakukan penatalaksanaan nyeri terdapat beberapa hambatan yaitu :

Ketakutan akan timbulnya ketagihan dan pengetahuan yang tidak memadai dalam

manajemen nyeri . Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri neuropatik,

ada 2 cara yaitu: secara farmakologi (dengan menggunakan obat-obatan seperti :

anti depresan trisiklik, anti konvulsan, karbamasepin, dll) dan non farmakologi

(salah satunya dengan menggunakan fisioterapi seperti : therapy musik, massage

atau pijatan, guided imaginary, dll).

Penyakit yang berhubungan dengan rongga mulut, seperti : diabetes, penyakit

kardiovaskuler, kelainan darah, hipertensi, malignansi oral. Penyakit yang

berhubungan dengan rongga mulut dapat dideteksi melalui pemriksaan ekstra

oral maupun intra oral.

Pemeriksaan ekstra oral dapat meliputi : pemeriksaan mata, bentuk

wajah, ekspresi, kelenjar limfe, dll) dan pemeriksaan intra oral meliputi :

pemeriksaan jaringan lunak, anomali gigi, oral hygiene, mukosa mulut, dll)

Selain pemeriksaan ektra oral dan intra oral adapun pemeriksaan penunjang yaitu

pemeriksaan tanda tanda vital. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi :

- Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding

arteri,  Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan

ukuran serta fleksibilitas dari arteri,  diukur dengan alat pengukur tekanan

darah dan stetoskop. Tekanan darah normal menurut JNC adalah 120/80

mmHg, sedangkan tekanan darah normal menurut WHO adalah 135/85 mmHg.

- Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang

berdasarkan sistol dan distole dari jantung. Denyut nadi normal adalah 60 – 80

kali per menit

- Suhu dapat diperiksa melalui : aksila (ketiak), oral (mulut), dan rectal (anus).

suhu tubuh normal adalah 36oC – 37,5OC

- Pernapasan dapat dihitung ketika seseorang dalam keadaan diam. Normalnya

adalah 16 – 24 kali per menit.

4

DAFTAR PUSTAKA

[1] Team KDKK I. 2012. Ketrampilan Dasar Dalam Keperawatan I. Yogyakarta :

STIKES A YANI

[2] Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison

CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed.

Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins

[3] Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

[4] John Hughes. (2008). Pain Management: From Basic to Clinical Practice, 1st

Edition. Churchill Livingstone Elsevier.

[5]  Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical

Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from:

URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm 

4

[6]  Argoff CE. Managing Neuropathic Pain: New Approaches For Today's Clinical

Practice. [online] 2002 [cited 2008 February 8] : [31 screens]. Available from:

URL : http://www.medscape.com/viewprogram/2361.htm 

[7]  Zeltzer L. The use of topical analgesics in the treatment of neuropathic pain:

mechanism of action, clinical efficacy, and psychologic correlates. [online] 2004

[cited 2008 Februari 8] : [2 screens]. Available from: URL:

http://www.medscape.com 

[8] Beydoun, A., Kutluay, E. 2002. Oxcarbazepin, Expert Opinion in

Pharmacotherapy, 3(1):59-71

[9] Dworkin, RHH., O’Connor, BB., Backonja, M., Farrar, JTT., Finnerup, NBB.,

Jensen, TSS., Kalso, EAA., Loeser, JDD., Miaskowski, C., Nurmikko, TJJ.,

Portenov, RKK., Rice, ASCS., Stacey, BRR., Trede, RDD., Turk, DCC., Wallace,

MSS., 2007. Pharmacologic management of neuropathic pain: Evidence-based

recommendations., PAIN; 132(3):237-51

[10] Meliala, L. 2004. Terapi Rasional Nyeri. Medika Gama Press, Yogyakarta.

[11] Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison

CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed.

Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins

[12] http://faqudin.staff.umm.ac.id/files/2011/03/kul_TANDA-TANDA-VITAL.ppt

[13] http://unsoed.ac.id/files/2012/05/pain-management.pdf

[14] http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20302574-T30330-Manajemen%20nyeri.pdf

[15] http://www.o-smiledental.com/news_list/read/23/12/2013/17/diabetes-dan-

hubungannya-dengan-kesehatan-rongga-mulut