Upload
anisarahmatia
View
225
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan FL Posyandu Lansia 2011 A9
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk usia lanjut (lansia) merupakan bagian masyarakat yang tidak
bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. Siapapun pasti akan mengalami masa
fase lansia tersebut. Menurut data pusat statistik, jumlah lansia di Indonesia
pada tahun 1980 sebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2% dari seluruh jumlah
penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi
11,3 juta orang atau 8,9%. Data terbaru menunjukkan jumlah lansia di
Indonesia mencapai 9,77% atau sejumlah 23,9 juta jiwa pada tahun 2010 dan
meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4% atau sebanyak 28,8 juta jiwa
pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan
yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang
ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakat
Indonesia (Hanim et al., 2012).
Pada tahun 1980-an, usia harapan hidup rata-rata penduduk Indonesia
adalah 52,2 tahun. Tahun 1990, meningkat menjadi 59,8 tahun dan pada tahun
2000 juga meningkat kembali menjadi 64,5 tahun. Sementara pada tahun
2010, usia harapan hidup penduduk Indonesia menjadi 67,4 tahun
(Supadiyanto, 2012).
Adapun faktor internal yang menyebabkan peningkatan usia harapan hidup
penduduk Indonesia adalah tercapainya kesejahteraan serta pelayanan
kesehatan yang kian memadai. Namun yang memprihatinkan, lonjakan jumlah
penduduk lansia di tanah air belum diikuti peningkatan pemberdayaan di
kalangan manula (manusia lanjut usia). Oleh sebab itu agar terhindar dari
bencana buruk tersebut, pemerintah harus serius memperhatikan
kesejahteraan, kesehatan dan kelayakan hidup mereka (Supadiyanto, 2012).
Permasalahan penduduk lansia perlu ditangani dengan strategi pemenuhan
pangan dan gizi bersama-sama dengan peningkatan prasarana dan pelayanan
kesehatan yang dipusatkan pada posyandu. Strategi peningkatan kesehatan
1
lansia ini ditempuh melalui penurunan angka kesakitan lansia dan jumlah jenis
keluhan lansia (Hanim et al., 2012).
Sebagai mahasiswa FK diperlukan keterlibatannya dalam upaya
penyusunan strategi pemberdayaan kaum lansia khususnya pada tingkat
pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat.
B. Tujuan Pembelajaran
1) Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.
2) Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.
3) Mampu menjelaskan kelainan - kelainan yang sering terjadi pada lansia
beserta pencegahan dan pengobatannya.
4) Memahami tatalaksana diet lansia dan pola hidup sehat lansia.
5) Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat posyandu
lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia.
6) Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu,
prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan
rehabilitatif.
7) Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric
Depression Scale dan MMSE (Mini Mental State Examination).
8) Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia
setempat dengan program standar program posyandu lansia.
2
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Kegiatan field lab dengan topik Keterampilan : Komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) Pembinaan Posyandu Lansia dilakukan di Puskesmas Kedawung II,
Sragen. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 4 kali kunjungan yaitu pada tanggal
30 April 2014, 3 Mei 2014, 7 Mei 2014 dan 14 Meil 2014.
1. Hari pertama : Rabu, 30 Aprili 2014
Tempat : Puskesmas Kedawung II, Sragen
Pada hari pertama kunjungan ke Puskesmas Kedawung II kami mendapat
pengarahan dari dr. Joko Haryono selaku Kepala Puskesmas Kedawung II.
Pengarahan yang diberikan diantaranya :
a. Materi tentang program Posyandu Lansia
b. Perencanaan pelaksanaan field lab selanjutnya
Selain diberikan pembekalan, kami juga diberikan pretes seputar materi
field lab pembinaan posyandu lansia.
2. Hari Kedua : Sabtu, 3 Mei 2014
Tempat : Puskesmas Kedawung II, Sragen
Pada hari kedua, kami praktek lapangan ke posyandu lansia desa pengkok.
Pada pelaksanaannya, kami melakukan penyuluhan kepada para lansia.
Adapun materi yang kami berikan adalah materi osteoartritis, hipertensi
dan diabetes melitus.
3. Hari Ketiga : Rabu, 7 Mei 2014
Tempat : Puskesmas Kedawung II, Sragen
Pada hari ketiga, kami dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok praktek
lapangan ke posyandu lansia desa karangpelem dan kelompok yang lain di
posyandu lansia desa mojodoyong. Pada pelaksanaannya, kami melakukan
anamnesis pasien terkait keluhan, riwayat penyakit dan melakukan
pemeriksaan MMSE. Kemudian kami mengukur berat badan dan tensi.
Selain itu kami juga melakukan penyuluhan. Untuk posyandu lansia desa
karangpelem kami memberikan penyuluhan materi diabetes melitus dan 3
osteoartritis, sementara di posyandu lansia desa mojodoyong kami
memberikan penyuluhan materi hipertensi. Untuk posyandu lansia
mojodoyong kami juga melakukan senam lansia.
4. Hari Keempat : Rabu, 14 Mei 2014
Tempat : Puskesmas Kedawung II, Sragen
Pada hari ketiga ini, kami mengumpulkan laporan dari yang telah
dilaksanakan sebelumnya dan diskusi hasil pelaksanaan.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Posyandu lansia merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan bersumber
daya masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat untuk penduduk usia lanjut.
Pengertian usia lanjut adalah orang - orang yang telah berusia 60 tahun atau lebih.
Tujuan posyandu lansia antara lain meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan
lansia di masyarakat, mendekatkan pelayanan, dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan. Sasaran posyandu lansia ialah
kelompok pra usia lanjut (45 - 59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas),
kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas).
a. Posyandu Lansia Pengkok
Kunjungan ke Posyandu Lansia desa Pengkok pada hari Sabtu, 3 Mei 2014.
Kegiatan di Posyandu ini dimulai sekitar pukul 09.00 pagi. Akan tetapi, karena
terjadi kesalahan komunikasi dari pihak puskesmas, kami baru tiba di Posyandu
lansia Pengkok pukul 10.30 dan kegiatan posyandu sudah selesai. Para kader dan
bidan desa sudah selesai mengukur tekanan darah dan berat badan para lansia
peserta posyandu. Oleh sebab itu, kami hanya memberikan penyuluhan kepada
para lansia. Materi penyulahan yang diberikan adalah diabetes melitus,
osteoartritis, dan hpertensi.
Materi osteoartritis disampaikan oleh Stefanus Bramantyo dan Siti
Nurhidayah. Diabetes melitus disampaikan oleh Mira Rizki Ramadhan dan I
Kadek Ludi. Sedangkan untuk materi hipertensi disampaikan oleh Anisa
Rahmatia, Rut Pamela dan Arifa Martha.
Saat penyuluhan berlangsung, para lansia menyimak dengan antusias materi
yang disampaikan. Para lansia juga aktif menanyakan beberapa pertannyaan
seputar materi yang disampaikan oleh mahasiswa.
Secara umum, kegiatan posyandu lansia di desa Pengkok berjalan baik dan
kondusif. Para lansia antusias untuk mengikuti kegiatan di posyandu. Posyandu
lansia tersebut belum memiliki KMS jadi perlu diperhatikan distribusi KMS lansia
kepada semua lansia di wilayah kerja puskesmas. Jika para lansia sering tidak
5
membawa KMS lansia karena lupa, sarannya KMS lansia bisa disimpan oleh para
kader yang bertugas di posyandu tersebut. Para kader sudah baik dalam
memberikan pelayanan kepada para lansia hanya perlu penambahan kegiatan
senam secara rutin.
b. Posyandu Lansia Karangpelem
Kunjungan kedua ke Posyandu Lansia Karangpelem dilakukan pada hari
Rabu tanggal 7 Mei 2014 yang dihadiri oleh Dhia Ramadhani, Mira Rizki
Ramadhan, Siti Nurhidayah, dan Stefanus Bramantyo. Kegiatan posyandu lansia
ini dimulai sekitar pukul 10.00 WIB. Selanjutnya kelompok kami melakukan
pembagian tugas mulai dari pencatatan identitas lansia, pengukuran berat badan
dan tekanan darah, serta pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination)
dan GDS (Geriatric Depression Scale) berdasarkan bimbingan dan arahan dari
kepala puskesmas sebelumnya. Untuk materi penyuluhan dilakukan oleh petugas
kesehatan dari puskesmas mengenai hipertensi, osteoarthritis, dan diabetes
melitus.
Berdasarkan data didapatkan bahwa jumlah peserta Posyandu Lansia di
Karang pelem sebanyak 17 orang dari rentang usia 58 – 85 tahun. Kebanyakan
peserta posyandu Lansia di Karangpelem ini berjenis kelamin wanita sebanyak 16
orang dan pria 1 orang. Sebagian besar dari mereka adalah purnawirawan dari
berbagai instasi negeri maupun swasta. Dari pengukuran tekanan darah rata-rata
menderita hipertensi terkait dari usia yang memang sudah memasuki usia lanjut.
Untuk penilaian status gizi dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh)
tidak dapat ditentukan apakah lansia ini termasuk kelompok underweight, normal,
overweight, atau obesitas karena hanya didapatkan data berat badan saja
sedangkan untuk pengukuran tinggi badan tidak dilakukan kemarin. Selain itu,
untuk pemeriksaan MMSE dan GDS juga mengalami kesulitan dalam hal
berkomunikasi dengan lansia dan juga adanya keterbatasan waktu.
Berdasarkan informasi dari ibu bidan, Posyandu Lansia Karangpelem ini rutin
diselenggarakan setiap bulannya dan umumnya kegiatan yang dilakukan adalah
pengukuran berat badan dan tekanan darah setiap pertemuannya. Namun, untuk
pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala hanya dilakukan setiap 3 bulan sekali.
6
Dari penuturan ibu bidan, kegiatan posyandu lansia ini tidak sering dihadiri
petugas kesehatan dari puskesmas. Selain itu, untuk pemeriksaan dan pengobatan
ringan belum dilakukan dalam program posyandu lansia ini. Jadi apabila ada
keluhan sakit dari lansia, dari pihak bidan hanya memotivasi dan memantau
perkembangan keluhan tersebut ataupun menganjurkannya untuk memeriksakan
diri ke puskesmas. Bila ditilik dari kegiatan yang dilakukan selama posyandu
lansia masih jauh dari standar program posyandu lansia. Standar program
posyandu lansia sendiri memuat 10 pelayanan yang terdiri dari pemeriksaan
aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi,
pemeriksaan tekanan darah dan hitung denyut nadi, pemeriksaan hemoglobin,
pemeriksaan glukosuria, pemriksaan proteinuria, pelaksanaan rujukan,
penyuluhan, dan kunjungan rumah oleh kader dan petugas kesehatan bagi lansia
yang tidak datang. Secara teknis pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia
Karangpelem ini belum menganut sistem 5 meja. Dimana sistem 5 meja ini terdiri
dari 5 meja yaitu meja 1 untuk pendaftaran ; meja 2 untuk pengukuran berat
badan, tinggi badan, dan tekanan darah ; meja 3 untuk pencatatan dan pengisian
KMS (Kartu Menuju Sehat) Lansia ; meja 4 untuk penyuluhan ; dan meja 5 untuk
pelayanan medis. Mungkin hal ini bisa berbeda antara program posyandu lansia
dari puskesmas satu dengan puskesmas yang lainnya dan bergantung pula dengan
situasi dan kondisi setempat apakah memungkinkan untuk dilakukannya sistem 5
meja ini. Peserta Posyandu Lansia Karangpelem sebagian besar belum memliki
KMS Lansia dan kemarin baru disosialisasikan oleh ibu bidan mengenai
pengadaan KMS Lansia ini.
Secara keseluruhan kegiatan Posyandu Lansia Karangpelem sudah berjalan
dengan baik dan rutin diselengarakan setiap bulannya. Walaupun masih ada
beberapa kekurangan dalam pemberian pelayanan standar program posyandu
lansia ini. Diharapkan dari pihak puskesmas bisa lebih meningkatkan pelayanan
standar posyandu lansia ini bersinergi dengan kader, bidan, dan masyarakat
setempat. Selain itu, peran serta petugas kesehatan juga sangat diperlukan dalam
pelaksanaan program posyandu lansia baik tentang penyuluhan, pemeriksaan dan
pengobatan ringan terhadap lansia. Kedepannya nanti diharapkan petugas
7
kesehatan dapat hadir di setiap kegiatan posyandu lansia ini dalam memantau
kesehatan lansia.
c. Posyandu Lansia Mojodoyong
Posyandu Lansia yang diadakan di Mojodoyong, kelompok kami yang
beranggotakan Adya Sitaresmi, Anisa Rahmatia, Fery Adi Kurniawan,
Muhammad Faizal, Arifa Martha, I Kadek Ludi Junapati dan Rut Pamela
melakukan pemeriksaan tekanan darah, tinggi badan, berat badan dan MMSE.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa 12 dari
18 orang atau sekitar 66% lansia yang datang ke Posyandu ini memiliki tekanan
darah tinggi (sistole ≥ 140 mmHg dan diastole ≥ 90 mmHg).
Pemeriksaan status gizi pasien kami lakukan melalui pengukuran
antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Tinggi badan dan berat
badan pasien kami ukur kemudian digunakan rumus BB(kg)/TB2(m). Kemudian
diklasifikasikan sesuai klasifikasi menurut Asia Pasifik (Sugondo; 2006) sebagai
berikut :
(Sugondo, 2006)
Berdasarkan klasifikasi tersebut, didapatkan 7 orang lansia di Posyandu
Mojodoyong mengalami berat badan kurang, 8 orang berstatus gizi normal, 2
orang mengalami obesitas grade I dan 1 orang mengalami obesitas grade II.
Pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination) kami lakukan untuk
menilai status intelektual dan daya ingat lansia di posyandu ini. Para lansia kami
beri 10 pertanyaan dan dihitung berapa jumlah pertanyaan yang dijawab salah
oleh lansia. Berikut tabel MMSE yang kami gunakan untuk mengklasifikasikan
tingkat intelektual lansia di posyandu ini.
8
(Folstein and Folstein, 1990)
Berdasarkan klasifikasi tersebut, didapatkan 4 orang lansia memiliki
gangguan intelektual sedang, 1 orang mengalami gangguan intelektual ringan dan
10 orang normal. Setelah kami melakukan pemeriksaan dan wawancara kegiatan
selanjutnya yaitu penyuluhan tentang hipertensi yang dibawakan oleh Muhammad
Faizal dan Arifa Martha. Kemudian kegiatan posyandu lansia diakhiri dengan
senam lansia yang dipimpin langsung oleh kader diikuti oleh para lansia dengan
gembira dan antusias dengan diiringi musik lagu dangdut. Senam lansia dilakukan
secara rutin oleh para kader.
Secara keseluruhan, hipertensi merupakan masalah yang menjadi perhatian
khusus di Posyandu Lansia Mojodoyong ini. Jumlah lansia yang mengalami berat
badan kurang cukup banyak, namun hal tersebut tidak menghalangi lansia untuk
tetap beraktivitas. Sebagian besar lansia masih memiliki mata pencaharian,
walaupun sekedar bertani ataupun berdagang. Penyakit yang sering dikeluhkan
pasien juga merupakan penyakit-penyakit degeneratif seperti osteoarthritis
ataupun cephalgia, tidak ada penyakit komunitas yang cukup serius.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
1) Pelaksanaan kegiatan field lab di posyandu lansia Karangpelem dan
Mojodoyong yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kedawung II,
Kabupaten Sragen berjalan dengan lancar dan cukup baik.
2) Materi yang diberikan saat penyuluhan merupakan kasus yang sering
ditemui di masyarakat dan upaya penatalaksanaannya cukup mudah untuk
dilaksanakan secara mandiri sehingga menjadi lebih aplikatif bagi peserta
penyuluhan.
3) Senam lansia di posyandu lansia Mojodoyong yang dipimpin oleh kader
dan diikuti oleh mahasiswa beserta peserta penyuluhan berjalan dengan
baik dan antusias.
4) Kegiatan mengukur tinggi badan, berat badan, tekanan darah, dan edukasi
untuk lansia bertujuan untuk mendeteksi dini apabila ada hipertensi dan
keluhan - keluhan lain yang sering terjadi pada lansia.
B. Saran
1) Antusiasme peserta yang tinggi membuka peluang untuk dilaksanakannya
penyuluhan dan senam lansia secara teratur, dengan harapan pengetahuan,
kesadaran serta kepedulian lansia mengenai kesehatan lebih tinggi
sehingga akan terwujud lansia yang sehat. Dengan demikian tantangan
tingginya populasi lansia mampu teratasi.
2) Pemateri yang berpengetahuan luas dan memiliki keterampilan
komunikasi yang baik merupakan faktor penting dalam keberhasilan
penyuluhan, sehingga poin ini sangat penting untuk dipersiapkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Folstein, M.F., Folstein, S.E., and McHugh, P.R. 1975. Mini Mental State : A
Practical Method for Grading The Cognitive State of Patient for The
Clinician. Journal Of Psychiatrics Reaserch, 12 : 189-198
Hanim D, Widyaningsih V, Lestari A, Wicaksono B (2012). Modul Field Lab
KIE: Pembinaan posyandu lansia guna pelayanan kesehatan lansia.
Surakarta : Field Lab FK UNS
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (2009). Buku ajar
ilmu penyakit dalam Jilid II edisi IV. Jakarta : Interna Publishing.
Sugondo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Ed. V. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Supadiyanto (2012). Memberdayakan penduduk lansia. Diunduh dari :
http://haluankepri.com/opini-/25706-memberdayakan-penduduk-lansia.html
diakses pada tanggal 12 Mei 2012
11
Lampiran 1. Rekap Data Posyandu Lansia
POSYANDU LANSIA KARANGPELEM
Nama Umur Tensi Berat badanNy narno 68 150/90 42
Ny sri lilah 74 140/90 56.5My sastro 60 160/100 39
Ny dalinem 75 180/100 49Ny darso 85 150/90 50
Ny gunyati 64 160/100 50Ny cipto 65 150/100 44
Ny prawiro 80 200/110 42Ny suti 75 130/90 47
Ny sumiati 61 120/80 48Ny kartini 60 110/80 46Ny sukini 64 120/90 46Bp suradi 72 160/100 60
Ny siti rukiah 61 150/90 53Ny hatmini 75 150/90 49Ny sadiyem 58 130/90 52Ny wagiyem 80 150/100 37
POSYANDU LANSIA MOJODOYONG
No NamaUmur
(th)
Tekanan Darah
(mmHg)
TB (cm)
BB (kg)
IMT Status Gizi MMSERiwayat Penyakit
1 Sadikem 72 140/90 151 40 17,5 Berat badan kurang
Baik Gatal-gatal
2 Semi 80 140/80 150 40 17,7 Berat badan kurang
Gangguan intelek sedang
Pegal-pegal
3 Sajiyem 57 140/90 151 66 28,9 Obesitas grade I Baik Tumor otak, pegal-pegal
4 Sikem 75 140/80 140 35 17,8 Berat badan kurang
Gangguan intelek sedang
-
5 Waginem 80 120/80 144 31 14,9 Berat badan Gangguan Pegal linu
12
(pawis) kurang intelek sedang
6 Sukinah 83 160/80 143 39 19,1 Normal Baik pandangan kabur
7 Tumiyem 70 160/80 140 40 20,4 Normal Baik Pegal-pegal
8 Samiyem 70 140/80 146 41 19,2 Normal Gangguan intelek sedang
-
9 Yatmi 75 110/50 150 38 16,8 Berat badan kurang
Baik Disentri
10 Suharni 65 130/70 142 38 18,8 Normal Baik TB
11 Waginem (karso)
70 160/80 147 38 17,6 Berat badan kurang
Baik Pusing, masuk angin
12 Sukinem 75 190/80 142 38 18,8 Normal Gangguan intelek ringan
Pegal-pegal
13 Sumi 85 170/80 144 35 16,9 Berat badan kurang
Baik Pusing
14 Tukiyem 64 150/90 150 68 30,2 Obesitas grade II Baik Pegal-pegal
15 Painem 73 140/100 143 52 25,4 Obesitas grade I Baik Pegal-pegal
16 Surati 56 150/90 147 48 22,2 Normal Baik Pegal-pegal
17 Sukinah gito
63 140/90 149 47 18,9 Normal Baik Vertigo
18 Yoso Sunarso
60 120/80 160 58 22,6 Normal Baik Hernia
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
13
Lampiran 3. KMS Lansia
14
15