Upload
hutricsw
View
389
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMASI
PENGARUH AMITRAZ TERHADAP EKTOPARASIT ANJING
Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Hartati (31081152)
2. Nathalia Kalis Utomo (31091194)
3. Hutri Catur Sad Winarni (31091198)
Asisten: Vonivia
FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anjing merupakan hewan peliharaan yang sudah sangat lama dikenal dan cukup
dekat dengan manusia. Anjing sering kali di pelihara untuk berbagai keperluan seperti
untuk menjaga rumah, berburu, untuk melacak yang mmebantu tugas kepolisian, bahkan
sebagai teman bermain.
Bagi para pemelihara anjing, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap
anjing yang dipeliharanya, salah satunya adalah masalah mengenai kesehatan. Salah satu
masalah yang paling sering yaitu adanya masalah infestasi ektoparasit.
Ektoparasit ini menimbulkan beberapa hal yang dapat mengganggu kehidupan
anjing peliharaan, bahkan tidak jarang akan mengganggu kehidupan manusia yang ada di
sekitarnya. Salah satu ektoparasit yang sering ditemukan menyerang pada anjing adalah
caplak. Caplak adalah ektoparasit penghisap darah yang mempunyai peranan dalam
bidang kesehatan anjing karena caplak memiliki peranan yang merugikan bagi anjing
dan hewan lainnya. Pemberantasan caplak pada umumnya lebih banyak ditujukan pada
parasit dewasanya, akibatnya, tanpa disadari perkembangbiakan caplak terus
berkembang.
Upaya pengendalian dan pencegahan pada prinsipnya untuk meringankan derajat
infestasi caplak dan untuk mencegah agar induk semang tidak terserang caplak kembali.
Sebagai penanggulangan caplak anjing dapat dilakukan dengan menggunakan zat kimia,
untuk lebih jelasnya maka kita akan melakukan praktikum ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui efektivitas penggunaan amitraz pada anjing yang terserang ektoparasit.
2. Mengidentifikasi ektoparasit yang ada pada tubuh anjing.
BAB II
DASAR TEORI
A. Golden Retriever
Golden Retriever adalah anjing trah yang mulanya dibiakkan sebagai anjing pemburu
untuk mengambil burung hasil buruan yang sudah ditembak. Anjing trah ini termasuk jenis
Retriever (pengambil) yang menemukan atau mengambilkan burung air atau unggas liar
untuk pemburu. Kecerdasan dan kepandaian yang beraneka ragam menjadikan Golden
Retriever sebagai anjing multiguna. Di antaranya, mereka dipekerjakan sebagai anjing
pelacak narkoba, anjing penyelamat (Search and Rescue), anjing pemburu, dan anjing
penuntun. Sifatnya yang bersahabat, sabar, dan selalu ingin menyenangkan hati pemiliknya,
menjadikan Golden Retriever sebagai salah satu anjing keluarga yang paling populer di
dunia. Bulu mereka keemasan (golden) di bawah sinar matahari sehingga disebut Golden
Retriever (Anonim, 2012).
Menurut Anonim, 2012 deskripsi anjing jenis Golden Retriever yaitu sebagai berikut:
1. Penampilan umum : simetri, seimbang, aktif, bertenaga lincah, dan dapat diandalkan
dengan ekspresi yang baik.
2. Ukuran (Tinggi pada withers) : Anjing jantan 56 - 61 cm (22 - 24 inci); Anjing betina 51 -
56 cm (20 - 22 inci).
3. Kepala : seimbang, dengan lekuk liku yang baik, batok kepala lebar tanpa kesan kasar;
menyambung mulus dengan leher; moncong kuat, lebar dan tebal. Panjang wajah depan
(foreface) kurang lebih sama dengan panjang dari stop yang baik hingga ujung belakang
batok kepala (occiput).
4. Mata : coklat gelap, terpisah dengan posisi yang baik, dikelilingi lingkaran berwarna
gelap.
5. Telinga : Berukuran sedang, menggantung hampir setinggi mata.
6. Mulut : rahang kuat, dengan gigitan menggunting yang sempurna, teratur dan lengkap,
yaitu gigi atas menangkup rapat didepan gigi bawah dan tertanam baik di kedua
rahangnya.
7. Leher : panjangnya pas, bersih (dari lipatan kulit di bawah leher) dan berotot.
8. Badan : seimbang, pendek, tebal di bagian dada. Rusuk mengembang dengan baik. Garis
punggung datar.
9. Ekor : Menyambung datar dengan punggung, panjangnya mencapai siku belakang (hock),
tanpa melingkar di ujungnya.
10. Bagian depan : batang kaki depan lurus dengan tulang yang baik, pundak menumpu
dengan baik, tulang pundaknya panjang dengan lengan atas sepanjang tulang pundak,
sedemikian sehingga posisi batang kaki depan tepat di bawah badan. Siku-siku
menyambung dengan pas.
11. Telapak kaki : bulat seperti kaki kucing.
12. Bagian belakang : Pinggang dan batang kaki belakang kuat serta berotot, paha bawah
(second thigh) bagus, lekukan sisi depan paha (stifle) baik. Siku belakang (hock)
menumpu dengan baik, lurus bila dilihat dari belakang, tidak bengkok ke dalam maupun
ke luar. Siku yang bengkok ke dalam (cow hock) sangat tidak disukai.
13. Bulu : Lurus atau bergelombang dengan bulu jumbai yang bagus; bulu dalam tebal dan
tahan air.
14. Warna : keemasan atau krem dalam semua tingkat kegelapan, asalkan bukan merah atau
mahoni. Beberapa helai rambut putih di dada diperbolehkan.
15. Gaya berlari : Penuh tenaga dengan tendangan yang bagus. Lurus dan benar depan
maupun belakang. Langkahnya panjang dan bebas tanpa kesan seperti langkah tegap
(hackney) pada kaki depan.
16. Temperamen : baik, bersahabat, dan percaya diri.
17. Karakteristik : mudah diperintah, cerdas, dan mempunyai kemampuan kerja bawaan
B. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari tempatnya
bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host). Sebagian terbesar dari kelompok
ektoparasit yaitu golongan serangga (Kelas Insecta), dan lainnya adalah kelompok akari
(Kelas Arachnida) seperti caplak atau sengkenit, tungau, laba-laba, dan kalajengking. Selain
itu, artropoda dari kelas Chilopoda (kelabang), dan kelas Diplopoda (keluwing) juga
termasuk ektoparasit (Anonim, 2012).
C. Rhipicephalus sanguineus
Rhipicephalus sanguineus merupakan ektoparasit umum yang sering menyerang
anjing. Ektoparasit ini masuk dalam golongan caplak, sering dikelirukan dengan sebutan
kutu. Rhipicephalus sp yang sering menyerang pada anjing di Indonesia adalah Rhipicephalus
sanguineus. Caplak mudah dikenali karena ukurannya yang besar hingga 30 milimeter
dengan bentuknya yang memiliki tiga pasang kaki (tahap belum dewasa) dan empat pasang
kaki (tahap dewasa) serta berwarna coklat gelap. Caplak betina bagian punggungnya
berbentuk heksagonal. Parasit ini paling sering ditemukan di kepala, leher, telinga dan
telapak kaki anjing. Caplak jantan memiliki lempeng adanal yang menyolok (Anonim, 2012).
Menurut Anonim, 2012 Klasifikasi Ilmiah Rhipicephalus sanguineus adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Acarina
Famili : Ixodidae
Genus : Rhipicephalus
Spesies : Rhipicephalus sanguineus
Siklus hidup
Caplak memiliki 4 tahapan siklus hidup mulai dari telur, larva, nimfa dan dewasa.
Rhipicephalus sanguineus merupakan caplak berinang 3, umumnya anjing. Caplak betina
bertelur sampai 5.000 butir telur, selanjutnya telur akan menetas dalam 17-30 hari dan
kemudian larva menempel pada inang ke-1 (rambut panjang belakang leher anjing). Larva
menghisap darah 2-6 hari, jatuh, dan berubah menjadi nimfa 5-23 hari. Lalu nimfa menempel
pada inang ke-2, terutama di belakang leher, menghisap darah 4-9 hari, jatuh, dan berubah
menjadi dewasa 11-73 hari. Caplak dewasa kemudian menempel pada inang ke-3 yang sering
pada hospes telinga dan sela-sela jari kaki anjing, menghisap darah pada 6-21 hari dan lalu
jatuh untuk bertelur. Larva tidak makan dapat hidup sampai dengan 8,5 bulan; sedangkan
caplak dewasa dapat bertahan 19 bulan (Anonim, 2012).
Patogenesis
Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah 0,5-2 mililiter, dalam waktu singkat
dapat menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat
menjadi tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi syaraf akibat
toksin yang diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai dari
otot belakang tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terakhir menyerang otot-otot
pernapasan. Paralisis berlangsung selama 1-4 hari. Inang yang sembuh dari tick paralisis
menjadi kebal selama 8 minggu sampai 8 bulan. Seekor caplak betina mampu bertelur 100
butir sehari. Setelah menetas, muncul larvanya yang segera mencari induk semang untuk
menghisap darah yang pertama. Setelah itu larva berubah menjadi caplak muda. Caplak muda
ini bisa mengalami hibernasi selama bertahun-tahun sebelum berubah menjadi caplak
dewasa. Caplak dewasa pun mampu hidup tanpa menghisap darah selama bertahun-tahun.
Caplak betina menghisap darah 8-10 hari hingga bobotnya mencapai 100 kali lipat dan
kemudian melepaskan diri dari anjing untuk mencari tempat bertelur. Rhipicephalus
sanguineus juga dapat menularkan Boutonneuse fever, Babesiosis anjing, Erlichiosis anjing
dan sejumlah penyakit-penyakit lain termasuk Rocky Mountain Spotted Fever dan Q Fever
(Anonim, 2012).
D. Amitraz
Amitraz adalah salah satu obat yang efektif untuk skabies namun penggunaan ini
perlu hati-hati karena ada kelebihan dan kekurangan. Fungsi amitraz menghambat enzima
mono amine-oxidase dan sintesa prostaglandin,serta bertindak sebagai antagonis dari reseptor
oktopamin. Enzima mono amine-oxidase menjadi katalisator pemecah amin-nemotransmitter
di dalam caplak dan tungau sedang oktopamin mampu meningkatkan kontaksi otot parasit.
Sifat fisika-kimia amitraz yaitu dengan kepadatan 0,98 g/cm3, titik lebur 86-87oC, titik didih
450,7oC at 760 mmHg, indeks bias 1,546, dan titik nyala 226,4oC (Anonim, 2012).
Rumus struktur kimia amitraz
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan:
a. Ember bak
b. Handuk
c. Sarung tangan
d. Spons
2. Bahan yang diperlukan:
a. Anjing Golden Retriever
b. Air
c. Shampo anjing
d. Amitraz
e. Aquades
3. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan untuk praktium
Dicari anjing yang terserang ektoparasit
Anjing dimandikan dengan menggunakan shampo anjing
Dikeringkan badan anjing sampai kering dengan handuk
Dipotong sedikit bulu anjing yang terdapat pada daerah yang terkena ektoparasit
Dioleskan amitraz pada tubuh anjing yang terkena ektoparasit dengan menggunakan
spons
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ektoparasit
Ektoparasit merupakan parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari
tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host). Jenis ektoparasit
yang terdapat di tubuh anjing Golden Retriever ada dua jenis, yaitu Dermacentor
variabilis dan Rhipicapholus sanguineus. Jumlah individu ektoparasit yang terdapat pada
anjing tersebut lebih dari 20 ekor caplak, yang terdiri dari dua spesies yakni
Dermacentor variabilis dan Rhipicapholus sanguineus.
Gambar 1. Foto Dermacentor variabilis Gambar 2. Foto Rhipicapholus sanguineus
Parasit ini paling sering ditemukan di kepala, leher, bagian dalam telinga dan
telapak kaki anjing, sela-sela jari, lipatan ketiak, kulit muka, punggung, dan lain-lain.
Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah 0,5-2 mililiter, dalam waktu singkat dapat
menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat
menjadi tempat infeksi sekunder. Caplak juga dapat menyebabkan depresi syaraf akibat
toksin yang diproduksi oleh caplak betina di kelenjar saliva. Paralisis biasanya dimulai
dari otot belakang tubuh, kemudian menyebar ke seluruh tubuh, terakhir menyerang otot-
otot pernapasan. Gigitan caplak dapat menyebabkan kegatalan dan keresahan yang luar
biasa pada anjing sehingga garukan yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
berperan juga sebagai faktor predisposisi terjadinya infeksi sekunder oleh jamur dan
bakteri.
2. Foto anjing dan daerah terinfeksi ektoparasit
Gambar 1. Foto Anjing Golden Retriever
Gambar 2. Foto Pencarian Ektoparasit pada Tubuh Anjing Golden Retriever
Gambar 3. Foto Area Tubuh Anjing Golden Retriever yang Terinfeksi Ektoparasit
Gambar 4. Foto Pemotongan Bulu Anjing Golden Retriever pada Area yang Terinfeksi
Ektoparasit
Gambar 5. Foto Pemberian Amitraz pada Anjing Golden Retriever pada Area yang
Terinfeksi Ektoparasit
3. Cabut akar rambut jika ada ektoparasit
Pada umumnya ektoparasit suka berada pada folikel-folikel rambut, dan untuk
mengurangi adanya ektoparasit yang terdapat pada tubuh anjing maka rambut anjing di
cabut seakarnya. Parasit ini paling sering ditemukan di kepala, leher, bagian dalam
telinga dan telapak kaki anjing, sela-sela jari, lipatan kaki, kulit muka, punggung, dan
lain-lain. Seekor caplak dewasa dapat mengisap darah dan dalam waktu singkat dapat
menyebabkan anemia bagi inangnya. Luka trauma akibat gigitan caplak juga dapat
menjadi tempat infeksi sekunder. Bekas gigitan caplak tersebut dapat menyebabkan
kegatalan dan keresahan yang luar biasa pada anjing sehingga garukan yang terjadi dapat
menyebabkan kerusakan kulit dan berperan juga sebagai faktor predisposisi terjadinya
infeksi sekunder oleh jamur dan bakteri. Untuk mengurangi ektoparasit yang terdapat
pada tubuh anjing kita dapat melakukannya dengan mencabut akar rambut anjing, karena
ektoparasit suka sekali berada di antara folikel-folikel rambut seperti pada bagian ekor.
Namun jika hal ini dilakukan setiap hari maka kurang efektif, karena akan membutuhkan
waktu yang lama.
4. Amitraz
Pada praktikum ini senyawa kimia yang digunakan yaitu amitraz. Amitraz adalah
salah satu obat yang efektif untuk skabies namun penggunaan ini perlu hati-hati karena
ada kelebihan dan kekurangan. Fungsi amitraz menghambat enzima mono amine-oxidase
dan sintesa prostaglandin, serta bertindak sebagai antagonis dari reseptor oktopamin.
Enzima mono amine-oxidase menjadi katalisator pemecah amin-nemotransmitter di
dalam caplak dan tungau sedang oktopamin mampu meningkatkan kontaksi otot parasit.
Amitraz ini digunakan untuk mengobati luka pada badan anjing yang terkena ektoparasit.
Konsentrasi amitraz yang dipakai yaitu 0,0467%, dimana konsentrasi tersebut di dapat
dari perhitungan sebagai berikut:
% konsentrasi amitraz=banyak amitrazml aquadest
x 1 %
¿ 0,7 gram15 ml aquadest
x1%=0,0467 %
Pada anjing yang akan diberi amitraz maka rambut/bulu badan yang merupakan
daerah terkena ektoparasit harus selalu dicukur rambutnya agar dapat kontak dengan baik
pada kulit dan terjadi penetrasi pada folikel rambut. Penyakit kulit pada anjing yang
disebabkan karena ektoparasit paling sulit diberantas atau disembuhkan secara total. Hal
ini disebabkan karena ektoparasit ini lebih senang hidup pada pangkal ekor (folikel)
rambut anjing dan paling sering ditemukan di kepala, leher, telinga dan telapak kaki
anjing. Agar si anjing cepat sembuh maka pengobatannya harus kontinyu dan tekun agar
benar-benar sembuh dan tidak kambuh kembali.
Gambar 5. Foto Pemberian Amitraz pada Anjing Golden Retriever pada Area yang
Terinfeksi Ektoparasit
Pemakaian amitraz yang kurang tepat dapat menimbulkan efek samping, yaitu
adanya gejala seperti depresi, ngantuk selama 2-6 jam, tidak nafsu makan, muntah dan
diare ringan, PU/PD (haus dan kencing). Dan jika dosis yang dipakai tinggi atau tidak
sesuai maka dapat menimbulkan gejala, seperti depresi CNS, mydriasis, hupothermia,
bradcardia, hypotension, kelemahan otot dan muntah, kencing tidak normal, ataxia dan
gejala syaraf lainnya, bahkan dapat menyebabkan kematian pada anjing dengan berat
badan dibawah 9 kg.
5. Urutannya
Hewan percobaan yang digunakan yaitu anjing jenis Golden Retriever. Pertama
anjing dimandikan dengan menggunakan shampo terlebih dahulu agar badannya bersih
dan tidak bau. Kemudian badan anjing dikeringkan dengan menggunakan handuk.
Setelah badan anjing kering, kemudian dipotong sedikit bulunya pada daerah badan
anjing yang terkena ektoparasit, lalu setelah itu dapat digunakan amitraz untuk
mengobati luka dengan menggunakan spons yang disebabkan oleh adanya ektoparasit
pada badan anjing tersebut. Dalam waktu selama satu minggu diamati perkembangannya.
6. Uraian mekanisme farmakokinetika dan farmakodinamika
Pada praktikum kali ini kita menggunakan amitraz untuk mengobati luka pada
kulit anjing Golden Retriever yang disebabkan oleh ektoparasit, yang berupa caplak
spesies Dermacentor variabilis dan Rhipicapholus sanguineus. Gigitan caplak dapat
menyebabkan kegatalan dan keresahan yang luar biasa pada anjing sehingga garukan
yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan kulit dan berperan juga sebagai faktor
predisposisi terjadinya infeksi sekunder oleh jamur dan bakteri. Digunakannya amitraz
sebagai zat kimia untuk mengobati luka pada kulit anjing tersebut dengan konsentrasi
0,0467%. Konsentrasi yang dipakai tersebut harus tepat karena dapat mempengaruhi
anjing, dimana jika pemakaian amitraz yang kurang tepat dapat menimbulkan efek
samping tersendiri pada anjing. Amitraz dioleskan secara langsung pada kulit anjing
daerah luka ektoparasit, namun sebelumnya rambut atau bulu anjing di area luka harus
dipotong terlebih dahulu, hal ini dilakukan agar luka pada kulit yang disebabkan oleh
gigitan caplak dapat menyerap amitraz lebih cepat dan dengan pemotongan rambut
anjing maka kita akan dapat lebih mudah melihat perkembangannya setelah seminggu ke
depan. Dengan memberikan olesan amitraz secara langsung tepat di kulit yang luka maka
diharapkan kulit anjing yang terkena caplak tersebut akan lebih cepat pulih kembali. Jika
penggunaan amitraz kurang tepat maka dapat menimbulkan adanya gejala-gejala seperti
depresi, ngantuk selama 2-6 jam, tidak nafsu makan, muntah dan diare ringan, PU/PD
(haus dan kencing). Dan jika dosis yang dipakai tinggi maka dapat menimbulkan gejala,
seperti depresi CNS, mydriasis, hupothermia, bradcardia, hypotension, kelemahan otot
dan muntah, kencing tidak normal, ataxia dan gejala syaraf lainnya, bahkan dapat
menyebabkan kematian pada anjing dengan berat badan dibawah 9 kg.
7. Data anjing
Nama anjing : Cleo
Pemilik : Anda Jaya
Alamat : Klitren
Jenis kelamin : Betina
Umur : 4 tahun
Varietas : Golden Retriever
Warna : Golden atau coklat
8. Hasil pengobatan setelah satu minggu
No Area terinfeksi (sekarang) Status Setelah 1 minggu
1 Sedang Masih terdapat
ektoparasit dan bekas
luka akibat gigitan
ektoparasit masih ada.
2 Sedang Masih terdapat
ektoparasit.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ektoparasit yang terdapat pada tubuh anjing Golden Retriever yaitu camplak jenis
Dermacentor variabilis dan Rhipicapholus sanguineus dengan jumlah lebih dari 20 ekor
caplak.
2. Amitraz dengan konsentrasi 0,0467% kurang efektif digunakan untuk mengobati luka
kulit anjing yang disebabkan adanya ektoparasit pada tubuh anjing Golden Retriever
karena dalam waktu satu minggu ektoparasit (Dermacentor variabilis dan Rhipicapholus
sanguineus) tersebut masih ada di tubuh anjing tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/sarcoptes-spp. Diakses tanggal 18
April 2012.
Anonim, 2012. http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/sarcoptes-spp. Diakses tanggal 18
April 2012.
Anonim, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Golden_Retriever. Diakses tanggal 17 April
2012.
Anonim, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Rhipicephalus_sanguineus. Diakses tanggal 19
April 2012.
Anonim, 2012. http://upikke.staff.ipb.ac.id/2010/06/04/apakah-ektoparasit-itu/. Diakses
tanggal 17 April 2012.
Anonim, 2012. http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=240. Diakses tanggal 18
April 2012.
Anonim, 2012. http://www.anjingkita.com/wmview.php?ArtID=240. Diakses tanggal 18
April 2012.
Anonim, 2012. http://www.chemnet.com/cas/my/33089-61-1/Amitraz.html. Diakses tanggal
17 April 2012.