103
i LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE (COP-24/CMP-14/CMA1.3, SBSTA49, SBI49, APA1.7) AND ITS PREPARATORY MEETINGS KATOWICE, POLANDIA, 2-15 DESEMBER 2018 The Twenty Fourth Session of the Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change (COP-24 UNFCCC); The Fourrteenth Session of the Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties to the Kyoto Protocol (CMP-14); The Third Part of the first session of the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA 1.3); The Forty-Ninth Session of the Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA-49); The Forty-Ninth Session of the Subsidiary Body for Implementation (SBI-49) The Seventh Part of the First Session of the Ad Hoc Working Group on the Paris Agreement (APA 1.7) and Its Preparatory Meetings Jakarta, 31 Desember 2018

LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

i

LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA

PADA

UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

(COP-24/CMP-14/CMA1.3, SBSTA49, SBI49, APA1.7)

AND ITS PREPARATORY MEETINGS

KATOWICE, POLANDIA, 2-15 DESEMBER 2018

The Twenty Fourth Session of the Conference of the Parties to the United Nations

Framework Convention on Climate Change (COP-24 UNFCCC);

The Fourrteenth Session of the Conference of the Parties serving as the Meeting of

the Parties to the Kyoto Protocol (CMP-14);

The Third Part of the first session of the Conference of the Parties serving as the

meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA 1.3);

The Forty-Ninth Session of the Subsidiary Body for Scientific and Technological

Advice (SBSTA-49);

The Forty-Ninth Session of the Subsidiary Body for Implementation (SBI-49)

The Seventh Part of the First Session of the Ad Hoc Working Group on the Paris

Agreement (APA 1.7) and Its Preparatory Meetings

Jakarta, 31 Desember 2018

Page 2: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

ii

LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA

PADA

UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

(COP-24/CMP-14/CMA1.3, SBSTA49, SBI49, APA1.7)

AND ITS PREPARATORY MEETINGS

KATOWICE, POLANDIA, 2-15 DESEMBER 2018

The Twenty Fourth Session of the Conference of the Parties to the United Nations

Framework Convention on Climate Change (COP-24 UNFCCC);

The Fourrteenth Session of the Conference of the Parties serving as the Meeting of

the Parties to the Kyoto Protocol (CMP-14);

The Third Part of the first session of the Conference of the Parties serving as the

meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA 1.3);

The Forty-Ninth Session of the Subsidiary Body for Scientific and Technological

Advice (SBSTA-49);

The Forty-Ninth Session of the Subsidiary Body for Implementation (SBI-49)

The Seventh Part of the First Session of the Ad Hoc Working Group on the Paris

Agreement (APA 1.7) and Its Preparatory Meetings

Jakarta, 31 Desember 2018

Page 3: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

iii

Page 4: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

i

KATA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEHUTANAN

Pemerintah Indonesia bersama-sama dengan negara-negara lain secara

internasional yang terlibat dalam Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-

Bangsa mengenai Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on

Climate Change) telah melaksanakan konferensi secara periodik untuk

merumuskan mandat dan mereview implementasi komitmen negara-negara dalam

menangani perubahan iklim.

Salah satu konferensi yang dilaksanakan dengan sukses pada tahun 2018 adalah

The Twenty Fourth Session of the Conference of the Parties to the United Nations

Framework Convention on Climate Change (COP24), The Fourteenth Session of

the Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties to the Kyoto

Protocol (CMP14), dan The Third Part of the first session of the Conference of the

Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA 1.3)

bertempat di Katowice, Polandia, atau yang dikenal dengan Katowice Climate

Change Conference, 2 – 15 Desember 2018. Keluaran utama yang dihasilkan pada

konferensi ini adalah diadopsinya guidance untuk implementasi Paris Agreement

yang juga dikenal dengan Paris Agreement Rule Book sebagai acuan dalam

operasionalisasi dan implementasi Persetujuan Paris.

Disamping agenda utama persidangan Conference of the Parties

(COP24/CMP14/CMA 1.3), Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice

(SBSTA49), Subsidiary Body for Implementation (SBI49), dan Ad Hoc Working

Group on the Paris Agreement (APA 1.7) yang membahas agenda item masing-

masing, terdapat berbagai agenda lain terkait perubahan iklim yang dilaksanakan

selama Konferensi dimaksud. Indonesia berperan aktif baik dalam

memperjuangkan kepentingan nasional melalui agenda negosiasi, maupun dalam

soft diplomacy, outreach, campaign melalui berbagai agenda mulai dari High Level

Events sampai agenda-agenda yang sangat teknis, dan yang bersifat operasional

lapangan.

Sebagai salah satu negara pihak (Party) UNFCCC, Indonesia telah berkomitmen

untuk menjadi bagian dari solusi atas tantangan perubahan iklim global, dalam

waktu yang sama tetap dapat melaksanakan pembangunan nasional yang

berkelanjutan. Indonesia juga telah mengambil bagian strategis dengan berperan

aktif dalam proses negosiasi penyiapan Paris Agreement sampai pada penyiapan

guidance yang diperlukan untuk operasionalisasinya, yang juga dikenal dengan

Paris Agreement Rule Book (PARB).

Page 5: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

ii

Suksesnya keikutsertaan Indonesia dalam Konferensi ini tentunya merupakan hasil

kerja keras seluruh pihak yang telah berpartisipasi aktif. Untuk itu kami

mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh unsur yang terlibat dalam

keikutsertaan pada Konferensi ini, baik dari unsur Pemerintah, Perguruan

Tinggi/Lembaga Penelitian, Swasta, LSM dan/atau CSO, Media, dan

Praktisi/Pemerhati Perubahan Iklim atas peran aktif dalam keterlibatan Indonesia

dalam kancah konferensi perubahan iklim.

Besar harapan kami upaya dan kerja keras Indonesia dalam pengendalian

perubahan iklim memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kelangsungan

hidup masyarakat dunia pada umumnya, dan masyarakat Indonesia pada

khususnya.

Page 6: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

iii

KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN

PERUBAHAN IKLIM

Katowice Climate Change Conference (COP24/CMP14/CMA 1.3, SBSTA49,

SBI49, APA 1.7) mempunyai dua kelompok substansi agenda negosiasi, yaitu (a)

Paris Agreement Work Programme (PAWP) dan (b) Non-PAWP yang menyangkut

berbagai mandat COP/CMP yang tidak menjadi bagian dari Paris Agreement

Rulebook. Dari keseluruhan agenda sidang, telah dihasilkan Katowice Climate

Package yang menjadi dasar bagi langkah selanjutnya dalam mendukung

implementasi Paris Agreement serta mandat di bawah UNFCCC dan Kyoto

Protocol.

Indonesia merupakan salah satu negara yang terlibat aktif dalam upaya dunia

dalam pengendalian perubahan iklim. Upaya tersebut dibuktikan dengan komitmen

dan keterlibatan Indonesia dalam mengawal langkah dan tindak lanjut yang

dirumuskan bersama-sama dengan negara lainnya.

Laporan ini bertujuan untuk menyampaikan hasil kegiatan yang diikuti Indonesia

dalam United Nations Climate Change Conference, yang telah diselenggarakan di

Katowice, Polandia, 2 hingga 15 Desember 2018, sehingga seluruh pihak terkait

dapat mengetahui dan memahami perkembangan yang terjadi dalam perundingan

terkait perubahan iklim dan berbagai kegiatan lainnya yang diselenggarakan pada

saat konferensi tersebut. Laporan ini juga dimaksudkan untuk memberi gambaran

tentang tindak lanjut yang diperlukan baik oleh Pemerintah (Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota), swasta, maupun civil societies.

Kami memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat secara aktif yang

mewakili Kementerian/Lembaga, Parlemen, Pemerintah Daerah, Perguruan

Tinggi/Lembaga Penelitian, Swasta, LSM dan/atau CSO, Media, dan

Praktisi/Pemerhati Perubahan Iklim.

Page 7: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

iv

KATA PENGANTAR

Konferensi Negara Pihak telah dilaksanakan di Katowice, Polandia pada tanggal 2-

15 Desember 2018, dengan agenda persidangan yang dilaksanakan melalui

Conference of Parties (COP24/CMP14/CMA1.3), yang didahului dengan Subsidiary

Bodies dibawah UNFCCC (SBI49 dan SBSTA49), dan Ad Hoc Working Group for

the Paris Agreement (APA1.7).

Setelah melalui proses negosiasi yang sangat alot, akhirnya dihasilkan Katowice

Climate Package yang memberikan arahan yang cukup komprehensif untuk

mengimplementasikan Paris Agreement. COP24 melalui Keputusan yang tertuang

dalam Dokumen terakhir pada penutupan (Advanced Unedited Version of the Dec

-/CP 24) menyepakati Keputusan yang mencakup substansi sebagai berikut: (1)

Paris Agreement Work Programme, yang kemudian diteruskan untuk diadopsi oleh

CMA 1.3 dan telah diadopsi pada tanggal 15 Desember 2018, (2)Third High-level

Ministerial Dialogue on Climate Finance, (3) Implementation and ambition (pre dan

post 2020), (4) Special Report of the IPCC, (5) Talanoa Dialogue (6) Leaders’

Summit, United Nations Climate Summit in 2019. Sedangkan CMA 1.3 melalui

Keputusan yang tertuang dalam Dokumen terakhir pada penutupan (Advanced

Unedited Version of the Dec -/CMA 1) menyepakati beberapa hal berikut :(1) Paris

Agreement Work Programme, yang terdiri dari 17 Keputusan yang merupakan

guidance detil untuk implementasi Pasal-Pasal Operasional Paris Agreement, (2)

Guidance to the operating entities of the Financial Mechanism – the Green Climate

Fund (GCF) and the Global Environment Facility (GEF) – and on the Least

Developed Countries Fund (LDCF) and the Special Climate Change Fund (SCCF),

dan (3) Capacity-building under the Paris Agreement.

Disamping Keputusan-Keputusan di atas, terdapat beberapa Keputusan COP yang

sangat relevan dengan kepentingan Indonesia, antara lain: (1) Koronivia Joint Work

on agriculture; (2) Local Communities and Indigenous People Platform/ LCIPP,

yang merupakan platform untuk tukar pengalaman dan best practices; dan (3)

Gender and Climate Change.

Dengan telah diadopsinya Paris Agreement Rule Book sebagai bagian utama

Katowice Climate Outcomes, kecuali untuk Pasal 6 (Kerjasama Internasional

Implementasi Paris Agreement, dimana di dalamnya ada mekanisme market dan

non-market), maka telah tersedia guidance untuk tindak lanjut oleh negara pihak di

dalam negeri maupun di tingkat global. Disamping itu, diperlukan penataan ulang

Tim Negosiasi untuk menjaga keseimbangan kekuatan Tim Negosiasi sesuai

tingkatan kemendesakan/ nilai strategis masing-masing isu dari waktu ke waktu.

Page 8: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

v

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas kerjasama seluruh Tim

Negosiasi dan berbagai pihak yang telah turut menyukseskan misi Indonesia di

Katowice.

Jakarta, 31 Desember 2018

Page 9: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Contents

KATA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN ....................... i

KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM ... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 1

II. DELEGASI REPUBLIK INDONESIA ............................................................................... 4

2.1 Komposisi DELRI .................................................................................................. 4

2.2 Perimbangan Gender ............................................................................................ 6

III. SESI PERSIDANGAN/ NEGOSIASI .......................................................................... 8

3.1 Pertemuan Persiapan dan Koordinasi G77 and China ..................................... 8

3.2 Pembukaan Katowice Climate Change Conference.......................................... 8

3.3 Agenda dan Hasil Negosiasi .............................................................................. 10

3.3.1 Agenda Persidangan/ Negosiasi .................................................................... 11

3.3.2 Hasil Persidangan/Negosiasi ......................................................................... 17

3.3.3 Koordinasi Tim Negosiasi ............................................................................... 36

IV. LEADERS SUMMIT DAN HIGH LEVEL SEGMENT................................................... 39

4.1 Leaders Summit ................................................................................................... 39

4.2 High- Level Segment ........................................................................................... 39

V. PERTEMUAN NON PERSIDANGAN / NON NEGOSIASI ........................................... 42

5.1 Mandated Events ................................................................................................. 42

5.1.1 High-Level Mandated Events ......................................................................... 42

5.1.2 Workshop ........................................................................................................ 42

5.2 COP Presidency Events ...................................................................................... 43

5.3 Side Events UNFCCC .......................................................................................... 44

5.4 Parallel Events ..................................................................................................... 44

5.5 Paviliun Indonesia ............................................................................................... 44

VI. PERTEMUAN BILATERAL DAN MULTILATERAL ................................................... 46

6.1 Kegiatan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan ..................................... 46

6.1.1 High-Level Dialogue on the Integrative Global Agenda to Protect the Marine

Environment from Land-based Activities, dan Bureau Meeting dari The Fourth

Intergovernmental Review Meeting on the Implementation of the Global Programme of

Action (GPA) for the Protection of the Marine Environment from Land-based Activities

(IGR-4), 12 Desember 2018 ......................................................................................... 46

6.1 .2 Kegiatan Bilateral MENLHK ........................................................................... 46

6.2 Kegiatan Menteri Kelautan dan Perikanan ....................................................... 51

Page 10: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

vii

6.3 Kegiatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman ...................................... 51

6.4 Kegiatan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Kepala

BAPPENAS ..................................................................................................................... 52

6.4.1 Kegiatan Menteri PPN / Kepala Bappenas dalam Pertemuan Inisiatif

Kementerian PPN/Bappenas ....................................................................................... 53

6.4.2 Kegiatan Bilateral Menteri PPN / Kepala Bappenas ...................................... 54

6.4.3 Kegiatan Lain Menteri PPN/ Kepala Bappenas ............................................. 57

VII. TINDAK LANJUT ......................................................................................................... 60

VIII. PENUTUP .................................................................................................................... 63

IX. LAMPIRAN .................................................................................................................... 64

9.1 Statements of Indonesia ......................................................................................... 64

9.2 List of Participants................................................................................................... 72

9.3 Dokumentasi Delegasi Republik Indonesia .......................................................... 81

Page 11: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

viii

Page 12: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertemuan Negara Pihak UNFCCC (COP24/CMP14/CMA 1.3) telah

diselenggarakan di Katowice, Polandia pada tanggal 2 – 15 Desember 2018 dengan

tema “Changing Together”, yang juga dikenal sebagai Katowice Climate Change

Conference.

Rangkaian kegiatan Katowice Climate Change Conference terdiri dari 6 (enam)

jenis kegiatan utama:

1. Pertemuan persiapan dan koordinasi kelompok G77 and China;

(Preparatory Regional Meeting and Daily Coordination Meeting of G77 and

China);

2. Persidangan/ negosiasi COP24, CMA1.3, CMP14, SBI49, SBSTA49, APA 1.7;

3. Leader events;

4. Mandated events;

5. Side events oleh UNFCCC;

6. Parallel events, ekshibisi dan paviliun negara.

Agenda persidangan COP24/ CMP14/ CMA1.3 UNFCCC memiliki arti yang sangat

penting bagi masyarakat global termasuk Indonesia karena pada Konferensi inilah

diadopsi Keputusan tentang apa yang banyak dikenal dengan Paris Agreement

Rule Book.

Seperti pada COP-COP sebelumnya, perjuangan Indonesia dilakukan melalui dua

jalur yaitu jalur formal yaitu negosiasi sesuai agenda COP/CMP/CMA dan jalur

outreach, campaign, soft diplomacy melalui berbagai fora dan events. Selama

penyelenggaraan COP24/ CMP14/ CMA1.3, disamping agenda persidangan yang

dikawal oleh Tim Negosiasi, Delegasi RI juga berpartisipasi aktif dalam berbagai

kegiatan antara lain melalui Paviliun Indonesia, Leaders summit dan high level

segmen, high level events, mandated events, side event dan events di Paviliun

negara lain/ organisasi internasional.

1.2 Tujuan

Keikutsertaan Indonesia didalam proses negosiasi pada COP24/ CMP14/ CMA1.3

UNFCCC bertujuan untuk:

1. Memperjuangkan kepentingan Indonesia dan berkontribusi pada upaya global

termasuk dalam pembahasan pengaturan rinci pelaksanaan Paris Agreement

yang juga dikenal dengan Paris Agreement Rule Book.

2. Mendorong proses persidangan untuk berfokus pada penyelesaian Paris

Page 13: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

2

Agreement Rule Book yang dapat memfasilitasi aksi, memastikan bahwa tidak

hanya pencapaian target, tetapi juga mempertimbangkan keberagaman tahap-

tahap perkembangan dari Negara Pihak, terutama negara berkembang.

3. Mendorong peningkatan komitmen (peningkatan ambisi) Negara maju baik

dalam mengisi gaps dalam pencapaian target di bawah 2 derajat maupun dalam

penyediaan supports.

4. Melalui jalur soft diplomacy, outreach dan campaign, menggalang posisi

bersama, kerjasama dan jejaring kerjasama baru, memperkuat kerjasama yang

telah ada, serta menyampaikan gambaran kegiatan nyata dan inovasi

masyarakat serta dukungan dan modal dasar untuk aksi perubahan iklim di

Page 14: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

3

Indonesia sebagai suatu keunikan yang berbeda dari Negara lain.

Page 15: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

4

II. DELEGASI REPUBLIK INDONESIA

2.1 Komposisi DELRI

Sekretariat UNFCCC dalam publikasi resminya1 menyatakan bahwa United Nations

Climate Change Conference (COP24/ CMP14/ CMA1.3, SBSTA49, SBI49, APA1.7)

atau Katowice Climate Change Conference dihadiri oleh 18.420 peserta, terdiri dari

11.100 peserta dari Negara Pihak dan Negara Observer, 6.193 peserta dari

organisasi internasional (UN bodies, lembaga khusus dan organisasi terkait,

organisasi antar-pemerintah, dan NGOs), dan 1.127 peserta dari media.

Delegasi Republik Indonesia (DELRI) pada Katowice Climate Change Conference

dipimpin oleh Dr. Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan selaku

Head of Delegation, yang diperkuat dengan kehadiran Menteri Koordinator Bidang

Kemaritiman, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Bappenas, Menteri

Kelautan dan Perikanan, Utusan Khusus Presiden RI untuk Pengendalian

Perubahan Iklim, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),

Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Duta Besar RI di Warsawa, dan Duta

Besar RI di Berlin.

DELRI secara keseluruhan berjumlah kurang lebih 6002 orang yang terdiri dari Party

Delegates dan Party Overflow, dengan komposisi sebagai berikut:

1. Kementerian/Lembaga (lembaga eksekutif), terdiri dari:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Koordinator

Bidang Kemaritiman, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Luar Negeri (termasuk

KBRI Warsaw, KBRI Berlin, PTRI New York, dan PTRI Jenewa), Kementerian

Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian

Perindustrian, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak, Kementerian Sekretariat Negara, Kantor Utusan Khusus Presiden untuk

Pengendalian Perubahan Iklim (UKP-PPI), Kantor Staf Presiden (KSP),

Sekretariat Kabinet (SetKab), Badan Restorasi Gambut (BRG), Badan

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial

(BIG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Otoritas Jasa

Keuangan;

1 List of Participant (FCCC/CP/2018/INF.3, UNFCCC, 14 December 2018) 2 Sekretariat Delegasi RI pada United Nations Climate Change Conference (COP24/CMP14/CMA1.3, SBSTA49, SBI49, APA1.7) (Direktorat Mobilisasi Sumber Daya Sektoral dan Regional, KLHK, Desember 2018)

Page 16: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

5

2. Mahkamah Agung (lembaga yudikatif);

3. Parlemen (lembaga legislatif), terdiri dari:

Komisi II, Komisi IV, dan Komisi VII;

4. Pemerintah Daerah, terdiri dari:

Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Papua Barat, Provinsi Gorontalo, Provinsi

Jawa Barat, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provisi

Bali, Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Pidie,

Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dan

Kabupaten Kaimana;

5. Perguruan Tinggi / Lembaga Penelitian, terdiri dari:

Universitas Indonesia (UI), Insititut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian

Bogor (IPB), Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Universitas Pertahanan

Indonesia, University of Amsterdam, Universitas Tanjungpura, Universitas

Mataram;

6. Pihak Swasta, terdiri dari:

PT. Cendekia Mulia Komunikasi, Agro Indonesia, Gabungan Pengusaha Kelapa

Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Asia

Pulp & Paper Group (APP), APP Sinarmas, Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia

(APROBI), Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Badan Pengelola

Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS), PT. Medco Energi Internasional,

TBK, PT. Karya Lestari, Medco Power Indonesia, PT. Partogi Hidro Energi,

Medco E&P Indonesia, PT. North Sumatera Hydro Energy, Neste Singapore, PT

Riau Andalan Pulp and Paper (APRIL), PT Chevron Pacific Indonesia, PT

Bentang Alam Indonesia, PT Melchor Tiara Pratama, International Finance

Corporation (IFC), SKK Migas, ECADIN, PT Amman Mineral Nusa Tenggara,

PT Indonesia Power, PT. Inhutani III, dan PT. Mayangkara Tanaman Industri;

7. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan/atau Civil Society Organization

(CSO) terdiri dari:

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, HIVOS Southeast Asia, Komite

Nasional Indonesia / World Energy Council (KNI/ WEC), Mercy Corps Indonesia,

Yayasan KEHATI, Yayasan Econusa, Yayasan Belantara, KOPRABUH

(Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau), Birdlife Indonesia Association, WWF

Indonesia, World Resource Institute, Peat Watch, Climate Policy Initiative (CPI),

Global Green Growth Institute, Wetlands International Indonesia, Climate and

Land Use Alliance (CLUA), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Perkumpulan

Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik dan Sustainable Development

Solutions Network (SDSN) Youth Indonesia, Masyarakat Energi Terbarukan

Indonesia (METI/ IRES), Yayasan Inisiatif Dagang Hijau, Perkumpulan

Pembaruan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologi (HUMA), Yayasan Gajah

Page 17: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

6

Sumatera, Wehea Customary Community, RARE Indonesia, International

Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Kemitraan Pengelolaan Lanskap

dan Pembangunan Hijau, Bentang Kalimantan, The Nature Conservancy

(TNC), Green School Bali, Yayasan Ekosistem Lestari, Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia (WALHI);

8. Proyek Kerjasama, terdiri dari:

United Nations Development Programme (UNDP), Support to Indonesia’s

Climate Change Response – Technical Advice Component (SICCR-TAC),

Forest and Climate Change Program (FORCLIME FC - KfW), Indonesia Climate

Change Trust Fund (ICCTF);

9. Media, terdiri dari:

Harian Kompas, Kompas TV, Tempo / Kompas Media, Media Indonesia, Media

Nasional, Detik.com, Jawa Pos, ANTARA, Siber Media, Tribun Pontianak, Metro

TV dan Metro TV News, Koran Jakarta, Suara NTB, TV ONE, Rakyat Merdeka,

Kumparan, dan TVRI yang registrasinya langsung sebagai accredited media.

2.2 Perimbangan Gender

Profil DELRI pada COP24 berdasarkan jenis kelamin yaitu:

Jumlah perempuan dalam Delegasi RI pada COP24 kurang lebih sepertiga dari

keseluruhan DELRI. Kondisi ini adalah sama pada DELRI dalam tiap sesi COP

UNFCCC semenjak COP21 tahun 2015 (bukan sesi subsidiary bodies)3. Dengan

mengingat bahwa gender merupakan salah satu agenda resmi dalam COP

UNFCCC yang dimulai sejak COP21, dorongan terhadap gender balance

khususnya perempuan untuk menjadi negosiator dalam delegasi setiap Negara

Pihak dan untuk menduduki posisi pada jabatan kunci pada subsidiary bodies serta

organisasi terkait semakin menguat.

3 Bunga Rampai Persidangan Perubahan Iklim: Potret 3 Tahun Perjuangan Indonesia pada Persidangan UNFCCC (Ditjen. Persidangan Perubahan Iklim, KLHK, 2017)

33%

67%

Komposisi DELRI pada COP24 Tahun 2018 berdasarkan Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Page 18: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

7

Page 19: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

8

III. SESI PERSIDANGAN/ NEGOSIASI

3.1 Pertemuan Persiapan dan Koordinasi G77 and China

Pertemuan Persiapan (Preparatory Meeting) untuk G77 and China dilakukan

sebelum dibukanya Katowice Climate Change Conference secara resmi. Untuk itu

diselenggarakan pada 29 hingga 30 November 2018.

Catatan pertemuan secara umum:

1. Mesir selaku Ketua G77 and China menyampaikan bahwa semangat umum

semua negara pihak optimis akan tercapainya persidangan Katowice Climate

Change Conference;

2. Namun demikian, isu finance masih perlu meng-address pengurangan

komitmen Negara maju dimana ada dorongan untuk loans dan bukan hibah,

penambahan co-financing yang mengarah ke (mencakup) semua recipient

negara berkembang, voting mechanism di Green Climate Fund, dan increasing

portion of non-state funding.

3. Terkait 3 Deklarasi sebagai inisiatif Polandia, Polandia menyampaikan adanya

sistem “opt in or opt out”.

4. Terdapat upaya memindahkan beban kewajiban pendanaan ke developing

countries melalui introduction of “new terms” dari developed countries;

5. Perlunya ada batasan jelas (red lights) mengenai apa saja yang sudah menjadi

komitmen dalam Paris Agreement. Developing countries harus menegaskan

landscape of finance yang sudah disepakati dalam Paris Agreement (tidak ada

kompromi terkait pendanaan karena kewajiban ada pada developed countries);

6. Informasi terkait tata kerja bahwa Presidensi Polandia menginginkan tata kerja:

a. Minggu I: persidangan SBSTA, SBI, APA

b. Minggu II: persidangan CMA

Dalam upaya menyelaraskan pandangan dan memperoleh pemahaman atas

perbedaan posisi Negara Pihak yang tergabung dalam G77 and China, maka

dilakukan koordinasi melalui dua kali pertemuan setiap harinya.

3.2 Pembukaan Katowice Climate Change Conference

United Nations Climate Change Conference di Katowice tahun 2018 diawali dengan

procedural opening pada 2 Desember 2018, sebagai tanda pembukaan

persidangan COP24/ CMP14/ CMA1.3, SBSTA49, SBI49, dan APA1.7. Dalam

pembukaan tersebut, Ms. Patricia Espinosa, Executive Secretary dari UNFCCC

menyampaikan bahwa dampak perubahan iklim yang terjadi belum pernah seburuk

tahun 2018, hal ini menjadikan COP24 merupakan peluang untuk mewujudkan aksi-

aksi berbuat lebih dalam penanganan perubahan iklim. Sementara Presidensi

Page 20: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

9

COP24, Mr. Michal Kurtyka menyerukan kepada Para Pihak untuk mengupayakan

semaksimal mungkin agar Perjanjian Paris dapat berfungsi sepenuhnya, sehingga

Para Pihak dapat meninggalkan Katowice dengan telah menghasilkan seperangkat

guidelines pelaksanaan disertai dengan knowledge yang dipersembahkan untuk

dunia dan masyarakat global.

Selanjutnya, pada tanggal 3 Desember 2018 dilakukan official opening Katowice

Climate Change Conference yang dihadiri oleh sekitar 40 (empat puluh) kepala

negara/ kepala pemerintahan dari Parties. Serangkaian sambutan disampaikan

oleh petinggi UN, UNFCCC, Polandia selaku tuan rumah, dan lainnya, sebagai

berikut:

• Presiden COP 23/ CMP 13/ CMA1.2 Mr. Frank Bainimarama mengawali

deretan sambutan pembukaan dengan menyampaikan kiasan terkait perubahan

iklim bahwa seluruh masyarakat global berada dalam canoe yang sama. Diikuti

dengan acara serah terima presidensi COP ke Mr. Michal Kurtyka.

• Presiden Polandia Mr. Andrzej Duda, menggarisbawahi bahwa emisi GRK

Polandia telah berkurang sebesar 30% di bawah level tahun 1988 sementara

perekonomiannya tetap tumbuh berkat efisiensi teknologi batubara. Melalui

konferensi iklim global, Polandia ingin mendorong adanya kerjasama

internasional dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar terhadap air, pangan,

energi, dan pendidikan.

• Mr. Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB menyampaikan pesannya yang

terdiri dari 4 (empat) hal pokok, yaitu (1) science menuntut adanya tanggapan

serius yang lebih ambisius terkait tantangan perubahan iklim; (2) Persetujuan

Paris telah menyediakan kerangka kerja, sehingga para Pihak yang harus

mewujudkan operasionalisasinya; (3) Tiga hal sebagai tanggung jawab kolektif

yakni (a) berinvestasi terhadap berbagai upaya untuk mengubah kekacauan

global yang disebabkan oleh perubahan iklim, (b) mengkonsolidasikan berbagai

komitmen finansial yang telah dibuat di Paris, dan (c) membantu masyarakat

dan bangsa yang paling rentan terhadap perubahan iklim; (4) aksi-aksi untuk

perubahan iklim menawarkan jalan yang meyakinkan untuk mengubah dunia

menjadi lebih baik.

• Sementara Ms. María Fernanda Espinosa Garcés, Presiden Majelis Umum

PBB mengingatkan kepada para peserta bahwa dunia menyaksikan para

negosiator bernegosiasi, dan mengakui bahwa persidangan akan berjalan alot,

namun tetap meminta Para Pihak agar melihat COP24 sebagai suatu peluang

untuk memperlihatkan efektivitas multilateralisme pada saat legitimasinya

dipertanyakan.

• Mr. Henryk Kowalczyk, Menteri Lingkungan Hidup Polandia menyampaikan

sejarah persoalan lingkungan di Polandia sejak Rezim Komunisme tumbang dan

menggarisbawahi skala perkembangan yang telah dilakukan Polandia selama

tiga abad ini dalam menangani polusi udara dan emisi GRK dimana berkurang

Page 21: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

10

sampai 30%. Guna menghadapi tantangan selanjutnya, Polandia

menginvestasikan dalam bentuk electromobility untuk mewujudkan Program

Clean Air.

• Mr. Michal Kurtyka, Presiden COP24, dalam sambutannya menekankan

bahwa Paris tidak akan pernah sukses tanpa adanya kesuksesan di Katowice.

Untuk itu, dengan didasarkan pada esensi sejarah Katowice, Negara Pihak

diminta untuk tetap memiliki visi, harapan, keyakinan, komitmen dan tindakan,

dengan melalui suatu transisi, guna menuju masyarakat rendah emisi dalam

rangka mencapai pembangunan berkelanjutan.

• Ms. Kristalina Georgieva, CEO dari World Bank, mengumumkan bahwa World

Bank berkehendak untuk meningkatkan dukungannya terkait pendanaan iklim

sebesar 200 milyar USD termasuk 50 milyar USD untuk adaptasi dan ketahanan

iklim. Terkait hal tersebut, Kristalina menekankan adanya penggunaan “kriteria

iklim” dalam setiap analisa kerjanya, menerapkan a shadow carbon price dalam

setiap valuasi ekonomi dan mengintegrasikan pertumbuhan rendah karbon ke

dalam perencanaan kebijakan.

• Mr. Marcin Krupa, Walikota Katowice, menyampaikan “(dari) Hitam menjadi

Hijau” merupakan motto Kota Katowice dan menekankan bahwa COP24

merupakan peluang bagi Katowice untuk membagikan pengalaman mereka

kepada dunia. Pengalaman tersebut mengenai transisi masyarakat Katowice

dari kota berbasis tambang batubara menjadi suatu kota metropolis modern

berkat investasi pada teknologi modern dan penerapan kebijakan pembangunan

berkelanjutan yang membuat Katowice menjadi suatu kota yang lebih hijau.

• Selain itu, Mr. David Attenborough dari BBC, dalam kapasitasnya mewakili

“suara rakyat” berkesempatan menyampaikan Inisiatif People’s Seat,

menjelaskan bahwa dia menyampaikan berbagai pemikiran kolektif,

keprihatinan, ide, gagasan dan sumbang saran mereka secara langsung kepada

para penentu kebijakan, agar para penentu kebijakan bertindak sekarang dalam

memastikan keberlanjutan peradaban dan preservasi sumber daya alam dunia.

3.3 Agenda dan Hasil Negosiasi

Berdasarkan kelembagaannya, persidangan Katowice Climate Change Conference

dibagi menjadi 6 (enam):

1. Twenty-fourth session of the Conference of the Parties to the UNFCCC (COP24)

2. The Fourteenth session of the Conference of the Parties serving as the meeting

of the Parties to the Kyoto Protocol (CMP14)

3. The Third Part of First Session of the Conference of the Parties serving as the

meeting of the Parties to the Paris Agreement (CMA1.3)

4. Forty-ninth session of the Subsidiary Body for Implementation (SBI49)

5. Forty-ninth session of the Subsidiary Body for Scientific and Technological

Advice (SBSTA49)

Page 22: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

11

6. Ad Hoc Working Group on the Paris Agreement (APA1.7).

Berdasarkan pengaturan substansinya, persidangan Katowice Climate Change

Conference dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:

1. Agenda Paris Agreement Work Programme atau PAWP terbagi kedalam 8

(delapan) elemen;

2. Agenda Non – Paris Agreement Work Programme atau Non PAWP yang terbagi

ke dalam 12 (dua belas) kelompok negosiasi.

Berdasarkan pendekatannya, proses persidangan dilakukan dengan :

1.) Negosiasi per Agenda Item

2.) Pertemuan Stocktaking: Pre-2020 Stocktake on Implementation and Ambition;

APA Stocktaking Meeting on Items 3-8; Pre-2020 Stocktake: High-level Meeting:

Presidency’s Stocktaking

3.) Presidential Consultation on the Outcome of COP, CMP, and CMA with HoD/

Chief Negotiator

4.) Ministerial Consultation.

3.3.1 Agenda Persidangan/ Negosiasi

Agenda Negosiasi Paris Agreement Work Programme (PAWP) terdiri dari elemen-

elemen sebagai berikut:

1. Mitigation-Nationally Determine Contributions/ NDCs (Matters relating to Article

4 of the Paris Agreement and Paragraphs 22–35 of Decision 1/ CP.21), agenda

negosiasi berkenaan dengan Mitigation- NDCs meliputi:

a. Agenda persidangan di bawah APA 1.7 agenda item 3: Further guidance in

relation to the mitigation section of decision 1/CP.21

b. Agenda persidangan dibawah SBI49 agenda item 6: Development of

modalities and procedures for the operation and use of a public registry

referred to in Article 4, paragraph 12, of the Paris Agreement

c. Agenda persidangan dibawah SBI49 agenda item 5: Common time frames

for nationally determined contributions referred to in Article 4, paragraph 10,

of the Paris Agreement

d. Agenda persidangan dibawah SBI49 agenda item 17 dan SBSTA49 agenda

item 9: Modalities, Work Programme and Functions under the Paris

Agreement of the Forum on the Impact of the Implementation of Response

Measures.

2. Matters relating to Article 6 of the Paris Agreement and paragraphs 36–40 of

Decision 1/ CP.21, meliputi:

Agenda persidangan dibawah SBSTA49 agenda item 12 (a, (b), (c): Guidance

on cooperative approaches; Rules, modalities and procedures for the

mechanism; Work programme under the framework for non-market approaches

Page 23: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

12

3. Adaptation (Matters relating to Article 7 of the Paris Agreement and paragraphs

41, 42 and 45 of Decision 1/ CP.21), meliputi:

a. Agenda persidangan dibawah APA 1.7 agenda item 4: Further guidance in

relation to the adaptation communication including, inter alia, as a component

of nationally determined contributions, referred to in Article 7, paragraphs 10

and 11, of the Paris Agreement

b. Agenda persidangan dibawah SBI49 agenda item 7: Development of

modalities and procedures for the operation and use of a public registry

referred to in Article 7, paragraph 12, of the Paris Agreement

c. Agenda persidangan dibawah SBI49 dan SBSTA49: Report of the

Adaptation Committee: 2018 report; dan Matters referred to in paragraphs

41, 42 and 45 of decision 1/CP.21

4. Climate Finance (Matters relating to Article 9 of the Paris Agreement and

paragraphs 52–64 of Decision 1/ CP.21), meliputi:

a. Agenda persidangan dibawah SBI49 agenda item 15: Identification of the

information to be provided by Parties in accordance with Article 9 (5)

b. Agenda persidangan dibawah SBSTA49 agenda item 13: Modalities for the

accounting of financial resources provided and mobilized through public

interventions in accordance with Article 9 (7)

c. Agenda persidangan dibawah APA 1.7 agenda item 8 (a): Preparing for the

convening of the first session of the Conference of the Parties serving as the

meeting of the Parties to the Paris Agreement / matters relating to the

Adaptation Fund

5. Technology (Matters relating to Article 10 of the Paris Agreement and

paragraphs 66–70 of Decision 1/ CP.21), meliputi:

a. Agenda persidangan dibawah SBI49 agenda item 14 (a): Development and

transfer of technologies: scope and modalities for the periodic assessment of

the Technology Mechanism in relation to supporting the implementation of

the Paris Agreement

b. Agenda persidangan dibawah SBSTA49 agenda item 5 (a): Technology

framework under Article 10 (4)

6. Transparency framework for action and support (Matters relating to Article 13 of

the Paris Agreement and paragraphs 84–98 of decision 1/ CP.21) dengan

agenda persidangan di bawah APA 1.7 agenda item 5: Modalities, procedures,

and guidelines for the transparency framework for action and support

7. Global Stocktake (Matters relating to Article 14 of the Paris Agreement and

paragraphs 99–101 of Decision 1/ CP.21) dengan agenda persidangan di bawah

APA 1.7 agenda item 6: Matters relating to the global stocktake

Page 24: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

13

8. Compliance (Matters relating to Article 15 of the Paris Agreement and

paragraphs 102 and 103 of decision 1/CP.21) dengan agenda persidangan di

bawah APA 1.7 agenda item 7: Modalities and procedures for the effective

operation of the committee to facilitate implementation and promote compliance

Agenda Persidangan/ Negosiasi Non-Paris Agreement Work Program (Non-PAWP)

secara garis besar terbagi ke dalam kelompok sebagai berikut:

1. Kelompok Mitigation

Meliputi:

a. CMP14 a.i. 5 Matters relating to Joint Implementation

b. CMP14 a.i. 8 Report on the high-level ministerial round table on increased

ambition of Kyoto Protocol commitments

c. SBI49 a.i. 3 Organizational Matters:

- 3 (d) Facilitative sharing of views under the international consultation and

analysis process

- 3 (e) Multilateral assessment working group session under the

international assessment and review process

d. SBI49 a.i.8 Matters relating to the mechanisms under the Kyoto Protocol

- 8 (a) Review of the modalities and procedures for the clean

development mechanism

- 8 (b) Report of the administrator of the international transaction log

under the Kyoto Protocol

e. SBSTA49 a.i. 10 Methodological issues under the Convention: emissions

from fuel used for international aviation and maritime transport

2. Kelompok Adaptation

Meliputi:

a. COP24 a.i. 7 Warsaw International Mechanism for Loss and Damage

associated with Climate Change Impacts

b. SBI49 a.i. 10/ SBSTA49 a.i. 4 Report of the Executive Committee of the

Warsaw International Mechanism for Loss and Damage associated with

Climate Change Impacts

c. SBI49 a.i.13 National Adaptation Plans

3. Kelompok Transparency of Action and Support

Meliputi:

a. COP24 a.i. 11 Reporting from and review of Parties included in Annex I to

the Convention

b. COP24 a.i.12 Reporting from Parties not included in Annex I to the

Convention

Page 25: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

14

c. CMP14 a.i.9 Reporting from and review of Parties included in Annex I: 9 (a)

National Communication

d. CMP14 a.i.9 Reporting from and review of Parties included in Annex I: 9 (b)

Annual compilation and accounting report for the second commitment period

for Annex B Parties under the Kyoto Protocol

e. SBI49 a.i. 3 Reporting from and review of Parties included in Annex I to the

Convention: 3 (a) Status of submission and review of seventh national

communications and third biennial reports from Parties included in Annex I

to the Convention

f. SBI49 a.i. 3 Reporting from and review of Parties included in Annex I to the

Convention: 3 (b) Compilations and syntheses of second and third biennial

reports from Parties included in Annex I to the Convention

g. SBI49 a.i. 3 Reporting from and review of Parties included in Annex I to the

Convention: 3 (c) Report on national greenhouse gas inventory data from

Parties included in Annex I to the Convention for the period 1990–2016

h. SBI49 a.i. 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the Convention:

4 (a) Information contained in national communications from Parties not

included in Annex I to the Convention

i. SBI49 a.i. 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the Convention:

4 (b) Work of the Consultative Group of Experts on National Communications

from Parties not included in Annex I to the Convention

j. SBI49 a.i. 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the Convention:

4 (c) Review of the terms of reference of the Consultative Group of Experts

on National Communications from Parties not included in Annex I to the

Convention

k. SBI49 a.i. 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the Convention:

4 (e) Summary reports on the technical analysis of biennial update reports of

Parties not included in Annex I to the Convention

l. SBSTA49 a.i. 13. Reports on other activities: 13 (a) Annual report on the

technical review of information reported under the Convention by Parties

included in Annex I to the Convention in their biennial reports and national

communications

m. SBSTA49 a.i. 13. Reports on other activities: 13 (b) Annual report on the

technical review of greenhouse gas inventories of Parties included in Annex

I to the Convention

n. SBSTA49 a.i. 13. Reports on other activities: 13 (c) Annual report on the

technical review of greenhouse gas inventories and other information

reported by Parties included in Annex I, as defined in Article 1, paragraph 7,

of the Kyoto Protocol.

Page 26: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

15

4. Kelompok Technology

Meliputi:

a. COP24 a.i. 8 Development and transfer of technologies and implementation

of the Technology Mechanism: 8 (a) Joint annual report of the Technology

Executive Committee and the Climate Technology Centre and Network

b. COP24 a.i. 8 Development and transfer of technologies and implementation

of the Technology Mechanism: 8 (b) Linkages between the Technology

Mechanism and the Financial Mechanism of the Convention

c. SBI49 a.i.14 Development and transfer of technologies: 14 (b) Joint annual

report of the Technology Executive Committee and the Climate Technology

Centre and Network

d. SBI49 a.i.14 Development and transfer of technologies: 14 (c) Poznan

strategic programme on technology transfer

e. SBSTA 49 a.i.5 Development and transfer of technologies: 5 (b) Joint annual

report of the Technology Executive Committee and the Climate Technology

Centre and Network.

5. Kelompok Capacity Building

Meliputi:

a. COP24 a.i. 13 Capacity-building under the Convention

b. CMP14 a.i. 10 Capacity-building under the Kyoto Protocol

c. SBI49 a.i. 16 Matters relating to capacity-building for developing countries:

16 (a) Capacity-building under the Convention

d. SBI49 a.i. 16 Matters relating to capacity-building for developing countries:

16 (b) Annual technical progress report of the Paris Committee on Capacity-

building

e. BI49 a.i. 16 Matters relating to capacity-building for developing countries: 16

(c) Capacity-building under the Kyoto Protocol

f. SBI49 a.i. 19 Report on activities related to Action for Climate Empowerment

6. Kelompok Finance

Meliputi:

a. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (a) Long-term climate finance

b. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (b) Matters relating to the

Standing Committee on Finance

c. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (c) Report of the Green Climate

Fund to the Conference of the Parties and guidance to the Green Climate

Fund

d. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (d) Report of the Global

Environment Facility to the Conference of the Parties and guidance to the

Global Environment Facility

e. CMP14 a.i. 7 Matters relating to the Adaptation Fund

Page 27: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

16

f. SBI49 a.i. 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the Convention:

4 (d) Provision of financial and technical support.

7. Kelompok Response Measure

Meliputi:

a. COP24 a.i. 4 Implementation of Article 4, paragraphs 8 and 9, of the

Convention: 4 (a) Implementation of the Buenos Aires programme of work on

adaptation and response measures (decision 1/CP.10)

b. COP24 a.i. 4 Implementation of Article 4, paragraphs 8 and 9, of the

Convention: 4 (b) Matters relating to the least developed countries

c. SBI49 a.i. 17 Impact of the implementation of response measures: 17 (a)

Improved forum and work programme / SBSTA49 a.i 9 Impact of the

implementation of response measures: 9 (a) Improved forum and work

programme

d. SBI49 a.i. 17 Impact of the implementation of response measures: 17 (c)

Matters relating to Article 3, paragraph 14, of the Kyoto Protocol /SBSTA49

a.i 9 Impact of the implementation of response measures: 9 (c) Matters

relating to Article 2, paragraph 3, of the Kyoto Protocol 47.

e. SBI49 a.i. 17 Impact of the implementation of response measures: 17 (d)

Progress on the implementation of decision 1/CP.10

8. Kelompok Compliance Committee

Meliputi: CMP14 a.i. 6 Report of the Compliance Committee

9. Kelompok Gender and Climate Change

Meliputi:

a. COP24 a.i. 15 Gender and climate change

b. SBI49 a.i. 18 Gender and climate change

10. Kelompok Agriculture

Meliputi: SBI49 a.i. 9 / SBSTA49 a.i. 8 Koronivia joint work on agriculture

11. Kelompok Research and Systematic Observation

Meliputi: SBSTA49 a.i. 6 Research and systematic observation

12. Kelompok Local Communities and Indigeneous People Platform (LCIPP)

Meliputi: SBSTA49 a.i.7 Local Communities and Indigenous Peoples Platform.

Disamping agenda persidangan PAWP dan Non-PAWP tersebut di atas, keluaran

dari sejumlah mandated events dan COP-Presidency events menjadi bagian dari

COP24/ CMP14/ CMA 1.3 outcomes, termasuk leaders summit, third high-level

ministerial dialogue on climate finance, implementation and ambition, Talanoa

Dialogue, and Special Report of the IPCC.

Page 28: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

17

3.3.2 Hasil Persidangan/Negosiasi

Persidangan UNFCCC/ Kyoto Protocol/ Paris Agreement di Katowice telah

menghasilkan Katowice Climate Package yang memberikan arahan yang cukup

komprehensif untuk mengimplementasikan Paris Agreement.

A. COP-24 melalui Keputusan yang tertuang dalam Dokumen terakhir pada

penutupan (Advanced Unedited Version of the Dec -/ CP 24) menyepakati beberapa

hal berikut:

1. Paris Agreement Work Programme, yang kemudian diteruskan untuk diadopsi

oleh CMA 1.3 dan telah diadopsi pada tanggal 15 Desember 2018.

2. Third High-level Ministerial Dialogue on Climate Finance, yang antara lain

mencatat progres dan hambatan dalam pendanaan iklim, akses oleh negara

berkembang serta upaya scaling up termasuk melalui pelibatan sektor swasta.

Juga merespon kajian dan overview dua tahunan tentang aliran pendanaan iklim

yang dilakukan oleh Standing Committee of Finance. Presiden COP24 akan

menyiapkan summary dari pertemuan ini untuk disampaikan pada COP25

(November 2019) sesuai mandat COP19.

3. Implementation and ambition, dengan pernyataan keprihatinan atas kejadian-

kejadian cuaca ekstrim terutama di negara-negara yang rentan terhadap dampak

perubahan iklim, dan penekanan urgensi peningkatan ambisi baik aksi maupun

support oleh negara maju ke negara berkembang, maka: (i) untuk pre-2020 :

peningkatan ambisi pre-2020 akan menjadi basis yang kuat untuk peningkatan

ambisi post-2020, menyambut baik stocktake/ facilitative dialogue 2018 untuk

dilaksanakan kembali pada tahun 2025, serta penekanan kembali urgensi

pemenuhan komitmen pendanaan USD 100 milyar/ tahun sampai tahun 2020;

(ii) untuk post-2020: mendorong negara pihak menyampaikan dengan batas

waktu sampai tahun 2020 ‘long- term (mid century) low greenhouse gas emission

development strategies’; negara pihak yang INDC-nya sampai tahun 2025 untuk

menyampaikan dengan batas waktu sampai tahun 2020 NDC yang baru dan

sesudahnya setiap 5 tahun; negara pihak yang INDC-nya sampai tahun 2030

dengan batas waktu sampai tahun 2020 untuk mengkomunikasikan/ upadate

kontribusinya dan sesudahnya setiap 5 tahun.

4. Special Report of the IPCC, berisi pernyataan apreasiasi atas respon IPCC dan

ketepatan waktu penyelesaian Special Report on Global Warming of 1.5 °C, dan

mendorong pemanfaatan substansi laporan tersebut dalam pembahasan-

pembahasan di Badan-Badan Bawahan dan Badan lainnya.

Catatan: Meski sebagian besar negara pihak menerima Special Report, namun

karena penolakan USA, Rusia, Arab Saudi dan Kuwait, maka tidak dapat

disepakati keputusan yang lebih kuat dari sekedar mencatat, mengapresiasi

serta mendorong pemanfaatan substansi laporan tersebut dalam proses

persidangan pada isu-isu terkait.

Page 29: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

18

5. Talanoa Dialogue, yang merupakan catatan dan apresiasi atas pendekatan,

proses, dan Fiji yang membawa konsep tersebut, keterlibatan Non-Party

Stakeholders (NPS), serta mendorong negara pihak untuk mempertimbangkan

input dan output Talanoa Dialogue dalam mempersiapkan NDC serta

meningkatkan implementasi dan ambisi pre-2020.

Catatan : Sejumlah pihak terutama Kelompok SIDs dan LDCs menginginkan

negara pihak menggunakan output Talanoa Dialogue sebagai basis penyiapan

NDC, namun banyak negara termasuk Indonesia menganggap bahwa output

Talanoa Dialogue cukup menjadi bahan pertimbangan dalam penyiapan NDC

karena nature dari prosesnya serta tidak dimandatkan oleh Paris Agreement.

6. Modalities, procedures, and guidelines for the transparency framework (MPGs –

TF), mencatat dan memberikan guidance atas beberapa elemen dari Pasal 13

Paris Agreement atau Dec.1 / CP. 21 yang dimandatkan ke COP24 antara lain:

a) Bagi negara pihak UNFCCC dan PA, maka BR (pelaporan negara maju)

terakhir adalah 31 Desember tahun 2022, sedangkan untuk BUR (pelaporan

negara berkembang) terakhir adalah 31 Desember tahun 2024;

b) Setelah batas waktu pada butir (a) di atas maka guidance tentang MRV yang

ditetapkan pada COP16 dan COP17 tidak berlaku lagi dan diganti dengan

MPGs-TF;

c) Penegasan kembali kewajiban di bawah pasal 4 (komitmen) dan 12

(komunikasi/ pelaporan implementasi komitmen) UNFCCC;

d) Biennial transparency report (BTR), technical expert review (TER) dan

facilitative multilateral consideration of progress (FMCP) akan menggantikan

biennial reports/ biennial update reports (BR/ BUR), international

assessment and review (IAR)/international consultation and analysis (ICA);

e) Laporan inventarisasi GRK setelah batas waktu pada butir (a) menggunakan

guidance yang diatur pada MPGs-TF, dan dilakukan TER menggunakan

guidance pada MPGs–TF.

f) Negara pihak dapat menyampaikan National Communication dan BTR dalam

satu laporan, dan mengacu pada guidance pada MPGs-TF

g) Laporan inventarisasi GRK bagi negara pihak UNFCCC yang bukan negara

pihak Paris Agreement mengacu pada guidelines di bawah Konvensi, dan

untuk keperluan comparability informasi maka didorong untuk menggunakan

MPGs-TF.

h) Technical analysis (TA) REDD+ dilakukan berdasarkan Keputusan COP19

(Dec. 14/CP. 19) dilaksanakan bersamaan dengan TER – BTR.

7. Leaders’ Summit, menyambut positif kehadiran Kepala Negara/ Pemerintahan

pada Leaders’ Summit tanggal 3 Desember, serta mencatat tentang Solidarity

and Just Transition Silesia Declaration, yang mengakui perlunya

mempertimbangkan transisi yang adil dalam ketenagakerjaan dan penciptaan

lapangan kerja yang layak dalam implementasi Paris Agreement.

Catatan: untuk Indonesia keterlibatan Kementerian Tenaga Kerja dalam

menindaklanjuti hasil COP-24 menjadi sangat penting agar dapat masuk dalam

Page 30: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

19

program-program Kementerian dimaksud.

8. United Nations Climate Summit in 2019, menyambut baik inisiatif Sekjen PBB

untuk menyelenggarakan Climate Summit tahun 2019; dan mengundang negara

pihak berpartisipasi serta menunjukkan peningkatan ambisi/ komitmen dalam

menangani perubahan iklim.

Catatan: Climate Summit tahun 2019 berbeda dengan yang diselenggarakan

setiap tahun di sela-sela UN-Summit oleh berbagai organisasi, karena Climate

Summit 2019 diselenggarakan oleh Sekjen PBB atas mandat COP24 dengan

tujuan mendorong peningkatan komitmen negara pihak. KLHK sebagai institusi

yang melakukan fungsi NFP perlu mengirim wakil untuk memastikan konsistensi

posisi antara posisi negosiasi dan yang dikomunikasikan ke publik atas

pelaksanaan komitmen tersebut di dalam negeri.

9. Administrative and budgetary matters, catatan yang bersifat baku bahwa setiap

tindak lanjut COP/CMP/CMA dan Badan-badan Subsider kepada Sekretariat

UNFCCC, pelaksanaannya bergantung pada kesediaan sumberdaya termasuk

pendanaan.

B. CMA 1 melalui Keputusan yang tertuang dalam Dokumen terakhir pada

penutupan (Advanced Unedited Version of the Dec -/ CMA 1 menyepakati beberapa

hal berikut:

1. Paris Agreement Work Programme, yang terdiri dari 17 Keputusan yang

merupakan guidance detil untuk implementasi Pasal-pasal Operasional Paris

Agreement. Secara umum hasil persidangan Katowice cukup adil karena

memberikan fleksibilitas yang cukup bagi negara berkembang dalam

pelaksanaan rule book tersebut, sesuai dengan kondisi nasional, kapasitas dan

kapabilitas masing-masing. Disamping itu, juga kesepahaman tentang

pentingnya dukungan capacity building dan technology bagi negara

berkembang, serta adanya penegasan kembali pemenuhan komitmen

pendanaan untuk implementasi Paris Agreement. Untuk Indonesia, fleksibilitas

dalam rule book tersebut sudah lebih dari cukup karena sebagian besar dari

elemen rule book tersebut memungkinkan untuk dipenuhi dan sebagian telah

dilaksanakan. Uraian singkat dari masing-masing guidance sebagai berikut:

a) Pasal 4 (Mitigasi – NDC): Matters relating to Article 4 of the Paris Agreement

and paragraphs 22–35 of decision 1/CP .21, mencakup 4 keputusan tentang

: (i) Guidance untuk NDC tahap kedua dan selanjutnya, yang mencakup

feature NDC, informasi yang harus disediakan untuk memberikan clarity,

transparansi, dan understanding (ICTU), serta accounting atas capaian

target NDC; (ii) Public registry untuk NDC; (iii) Peningkatan forum yang

membahas dampak response measures (measures yang dilakukan dalam

melaksanakan komitmen terkait perubahan iklim) terutama terhadap negara

berkembang yang ekonominya tergantung pada produksi, proses dan ekspor

bahan bakar fosil, dan/ atau konsumsi bahan bakar dan produk intensif

bahan bakar fosil, serta masih mengalami kesulitan dalam transformasi ke

Page 31: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

20

bahan bakar alternatif; (iv) Kerangka waktu NDC (common time frame) yang

mulai akan berlaku tahun 2031.

b) Kerjasama Internasional Implementasi Paris Agreement: Matters relating

to Article 6 of the Paris Agreement and paragraphs 36–40 of Decision 1/CP

.21.Kerjasama ini disepakati di Paris untuk memberikan ruang bagi negara-

negara yang ingin menggunakan mekanisme ini dalam rangka meningkatkan

ambisi/ komitmen NDC-nya serta mendukung pembangunan berkelanjutan

dan integritas lingkungan. Guidance disiapkan untuk 3 (tiga) skema dalam

kerjasama ini yaitu: (i) ITMOS (internationally transferred mitigation

outcome); (ii) mekanisme untuk mitigasi GRK dan mendukung

pembangunan berkelanjutan (catatan: mekanisme yang sama dengan

mekanisme Kyoto Protocol); dan (iii) Pendekatan Non-market untuk

mendukung implementasi NDC dalam konteks pembangunan berkelanjutan

dan pengentasan kemiskinan. Sampai akhir persidangan guidance untuk

ketiga mekanisme ini tidak dapat disepakati, sehingga hanya dapat

dikeluarkan draft decision yang bersifat prosedural untuk melanjutkan

pembahasan oleh SBSTA di tahun 2019 dengan target menghasilkan

rekomendasi yang akan diadopsi oleh CMA-2.

Catatan: Bagi Indonesia dan banyak negara berkembang penundaan ini

lebih baik karena substansi yang keluar terakhir dalam draft Keputusan

banyak mengandung elemen yang memerlukan beberapa waktu bagi negara

berkembang untuk mengkaji untung dan ruginya bagi kepentingan nasional

dan integritas lingkungan.

c) Adaptasi: Matters relating to Article 7 of the Paris Agreement and

paragraphs 41, 42 and 45 of decision 1/ CP.21, mencakup 3 Keputusan

tentang: (i) komunikasi adaptasi : Adaptation Committee dengan melibatkan

IPCC membangun supplementary guidance berdasarkan elemen pada

Annex Keputusan ini pada tahun 2022, negara pihak secara sukarela

memulai komunikasi adaptasi Februari 2025 (sintesis oleh Sekretariat untuk

SBs62/ Mei 2025), dan penyelenggaraan evaluasi guidance pada CMA-8

(2025) (ii) public registry: penetapan public registry untuk komunikasi

adaptasi menjadi satu dengan registry portal untuk NDC; menyepakati

modalitas dan prosedur operasionalisasi dan penggunaan public registry

untuk adaptasi, dan (iii) koherensi terkait dengan support: peningkatan

koherensi kerja adaptasi berkaitan dengan pengaturan institusi, modalitas

rekognisi upaya adaptasi, metodologi untuk assessment kebutuhan adaptasi

dan methodologi untuk fasilitasi mobilisasi support (pendanaan, teknologi,

dan capacity building).

d) Pendanaan: Matters relating to Article 9 of the Paris Agreement and

paragraphs 52– 64 of decision 1/ CP .21, mencakup 3 keputusan tentang: (i)

penyediaan informasi pendanaan oleh negara maju (Pasal 9.5): informasi

Page 32: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

21

yang harus dikomunikasikan oleh negara maju tentang dukungan

pendanaan publik kepada negara berkembang sesuai mandat Pasal 9.5

Paris Agreement, guna menjaga predictability dan kejelasan dukungan

finansial untuk mengimplementasikan persetujuan dimaksud. Komunikasi

dukungan pendanaan tersebut harus dilakukan setiap dua tahun sekali mulai

tahun 2020 dengan mengikuti guidance dalam PA rule book; (ii) Adaptation

Fund, yang semula merupakan pendanaan adaptasi untuk mekanisme Kyoto

Protocol, maka secara efektif akan melayani Persetujuan Paris mulai 1

Januari 2019. Terkait kelembagaan, maka negara maju dan negara

berkembang yang merupakan parties dari Paris Agreement dapat menjadi

anggota Adaptation Fund Board (AFB); dan (iii) setting a new collective

quantified goal: pendanaan jangka panjang, dimana negara pihak

menyepakati inisiasi penetapan new collective quantified goal untuk

pendanaan pada CMA-3 (November 2020) dari basis USD 100 milyar per

tahun.

e) Teknologi: Matters relating to Article 10 of the Paris Agreement and

paragraphs 66–70 of decision 1/ CP .21, mencakup 2 Keputusan tentang :

(i) kajian berkala terhadap technology mechanism (TM): scope dan modalitas

kajian berkala efektivitas dan kecukupan support untuk TM (pertama akan

dilakukan pada CMA-4/ November 2021 dengan target penyelesaian pada

CMA-5/ November 2022, dan sebagai input untuk global stock take/GST

tahun 2023); SBI-51 melaksanakan penyelarasan antara proses review

terhadap CTCN dan periodic assessment TM (November 2019), untuk

diadopsi oleh CMA-3 (2020); dan (ii) technology framework : TEC dan CTCN

mengimplementasikan Technology Framework yang diadopsi dalam

keputusan ini secara sinergis, yang antara lain mencakup tema kunci

(inovasi, implementasi, enabling environment and capacity building),

kolaborasi dan pelibatan stakeholders, dan support (finance dan dukungan

lainnya); penggunaan hasil periodic assessment dalam updating technology

framework.

f) Pendidikan, pelatihan dan lain-lain: Matters relating to Article 12 of the

Paris Agreement and paragraphs 82 and 83 of decision 1/ CP .21, tentang

cara peningkatan pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penyadar-tahuan,

partisipasi publik dan akses ke informasi, dalam rangka meningkatkan aksi

implementasi Paris Agreement.

g) Kerangka transparansi: Matters relating to Article 13 of the Paris

Agreement and paragraphs 84–98 of decision 1/ CP .21, berisi detil

Modalities, procedures, and guidelines for the transparency framework

(MPGs – TF) antara lain: (i) sebagaimana dituangkan dalam Annex

keputusan ini yang mencakup 8 kelompok besar yaitu : pengantar termasuk

Page 33: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

22

guiding principles dan flexibility; pelaporan IGRK Nasional; informasi

progres/capaian NDC; informasi tentang dampak dan adaptasi PI; informasi

tentang MoI (pendanaan, teknologi, capacity building) yang disediakan

negara maju; informasi tentang MoI yang diperlukan dan diterima negara

berkembang; technical expert review (TER); dan facilitative,multilateral

consideration of progress (FMCP); (ii) negara pihak menyampaikan BTR dan

laporan IGRK nasional pertama paling lambat 31 Desember 2024, bila

disampaikan secara terpisah (stand-alone report); (iii) SBSTA melalukan

review dan update I MPGs-TF paling lambat tahun 2028. Proses

internasional yang memerlukan persiapan dalam waktu dekat adalah terkait

mandat SBSTA untuk menyiapkan guna diadopsi oleh CMA-3 (November

2020) sebagai berikut: (i) common reporting tables untuk pelaporan

inventarisasi GRK nasional dan common tabular formats untuk pelaporan

progres/capaian NDC, penyampaian informasi tentang MoI yang disediakan

oleh negara maju, dan MoI yang diperlukan dan diterima oleh negara

berkembang; (ii) outlines BTR, national inventory document dan TER report;

dan (iii) program pelatihan bagi technical experts yang akan melakukan

technical expert review (TER). Untuk ini negara pihak diundang untuk

menyampaikan pandangannya paling lambat tanggal 31Maret 2019.

h) Global stoctake (GST): Matters relating to Article 14 of the Paris Agreement

and paragraphs 99–101 of decision 1/ CP .21, merupakan guidance detil

terkait pelaksanaan GST (modalitas) dan sumber input untuk GST. Sesuai

mandat Paris Agreement GST dilaksanakan pada tahun 2023 dan

selanjutnya setiap lima tahun sekali. Sesuai guidance pada keputusan ini

GST diselenggarakn secara komprehensif dan fasilitatif, mencakup mitigasi,

adaptasi, dan means of implementation (MoI), dengan basis equity dan the

best science yang tersedia. GST dilakukan melalui tiga tahapan yaitu:

Information collection and preparation (termasuk melalui call for inputs oleh

SBSTA dan SBI), technical assessment (melalui technical dialogue termasuk

antara Parties dengan IPCC experts); consideration of outputs (melalui high

level events).

i) Komite fasilitasi implementasi dan compliance : Matters relating to Article

15 of the Paris Agreement and paragraphs 102 and 103 of decision 1/ CP.21,

mencakup modalitas dan prosedur untuk efektivitas kegiatan “Committee to

facilitate implementation and promote compliance”, yang mencakup 8

elemen berikut: (i) Purpose, principles, nature, functions and scope;

(ii)Institutional arrangements (keanggotaan dan tata kerja Komite); (iii)

Initiation and process (guidance detil untuk Komite); (iv) Measures and

outputs (measures dalam rangka fasilitasi Parties); (v) Consideration of

systemic issues (Komite mengidentifikasi dan melapor/ memberi

rekomendasi kepada CMA); (vi) Information (sumber); (vii) Relationship with

Page 34: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

23

the CMA (Komite melapor ke CMA); dan (viii) Secretariat (Sekretariat

UNFCCC). CMA-7 (2024) akan melakukan review modalitas dan prosedur

ini pada CMA-7 berdasarkan pengalaman penerapan modalitas dan

prosedur yang diputuskan pada CMA-1.

2. Guidance to the operating entities of the Financial Mechanism – the Green

Climate Fund (GCF) and the Global Environment Facility (GEF) – and on the

Least Developed Countries Fund (LDCF) and the Special Climate Change Fund

(SCCF), berisi tentang penegasan bahwa SCF, LDCF dan SCCF serving Paris

Agreement; SCF untuk menyiapkan guidance (policy, prioritas program, dan

eligibility criteria) bagi GCF dan GEF, LDCF dan SCCF, untuk diadopsi pada

CMA-2 (November 2019).

3. Capacity-building under the Paris Agreement, memutuskan untuk

mempertimbangkan/ mengadopsi rekomendasi COP-25 (November 2019)

sesuai mandate Keputusan COP-21 (Dec. 1/CP21) dan akan mengadopsi pada

CMA-2 ‘initial institutional arrangements untuk capacity-building.

4. Administrative and budgetary matters; catatan yang bersifat baku bahwa setiap

tindak lanjut COP/CMP/CMA dan Badan-Badan Subsider kepada Sekretariat

UNFCCC, pelaksanaannya bergantung pada kesediaan sumberdaya termasuk

pendanaan.

C. Keputusan COP/ CMP lainnya: disamping Keputusan-Keputusan terkait Paris

Agreement Rule Book, terdapat Keputusan COP/ CMP yang dalam hal ini

dikategorikan sebagai hasil Persidangan/ Negosiasi Non-Paris Agreement Work

Program (Non-PAWP) sebagai berikut:

1. Kelompok Mitigasi (Mitigation)

a. SBI49 a.i. 3 Organizational Matters: 3 (d) Facilitative sharing of views

under the international consultation and analysis process

Proses ini diperuntukkan bagi negara bekembang. Pada sesi ini beberapa

negara mempresentasikan profil emisi GRK pada periode dan sektor

tertentu, upaya mitigasi perubahan iklim, dan pelaksanaan MRV, sebagai

bagian dari pelaksanaan BUR, yaitu: Lebanon, Mongolia, Andorra, Namibia,

Togo, dan Tunisia.

Pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman negara-negara lain dalam

menyusun BUR antara lain pentingnya peningkatan kapasitas dalam

penyediaan data aktifitas dan penyusunan inventarisasi GRK serta

perhitungan penurunan emisi GRK. Kesulitan atas ketersediaan data,

rendahnya kapasitas untuk melaksanakan perhitungan inventarisasi emisi

Page 35: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

24

GRK dan penurunan emisi GRK merupakan kendala umum dalam

penyusunan BUR oleh negara-negara dimaksud.

b. SBI49 a.i. 3 Organizational Matters: 3 (e) Multilateral assessment

working group session under the international assessment and review

process

Proses ini diperuntukkan bagi negara maju. Dalam sesi persidangan ini

dilakukan sharing pengalaman Biennial Report (BR) yang dipresentasikan

oleh beberapa Negara maju, yaitu: Jerman, Republik Ceko, Hungaria, dan

Slovakia.

Aspek pembelajaran yang didapat Indonesia dari pengalaman Jerman terkait

mekanisme proses agregasi pada sektor energi, diketahui bahwa proses

agregasi di Germany dilakukan berdasarkan hasil konsultasi pada setiap sub

sektor lingkup sektor energy, dimana masing masing sub sektor tersebut

telah memiliki target penurunan emisi GRK. Sementara itu, dari pengalaman

Czech Republic terkait regulasi jenis teknologi PLTN, diketahui bahwa belum

terdapat regulasi dalam penentuan jenis teknologi untuk generasi

selanjutnya di Czech Republic. Juga diketahui bahwa untuk mendukung

balancing system dalam menghadapi intermittent power generation, Czech

Republic menerapkan peningkatan peran energy storage-battery dan hot

reserve. Jadi secara umum, berdasarkan pengalaman Negara maju dalam

BR, Indonesia dapat mengambil pelajaran untuk mengarahkan pelaksanaan

NDC sampai tahun 2030 yang disampaikan melalui Biennial Update Report

(BUR).

c. SBI49 a.i.8 Matters relating to the mechanisms under the Kyoto

Protocol: 8 (a) Review of the modalities and procedures for the clean

development mechanism

Agenda Review of the Modalities and Procedures for the Clean Development

Mechanism akan dibahas pada sesi SBI50. Parties menunggu pasar karbon

yang baru yang berbeda dengan pasar CDM: low-cost certificates for annex

I dan sustainable investment untuk non Annex I. Article 6 merujuk pada

success of domestic action in NDC dan meningkatkan ambisi dalam

penurunan emisi GRK.

d. SBI49 a.i.8 Matters relating to the mechanisms under the Kyoto

Protocol: 8 (b) Report of the administrator of the international

transaction log under the Kyoto Protocol

Telah diadopsi dalam dokumen FCCC/ SBI/ 2018/ INF.10 tentang Report of

the administrator of the international transaction log under the Kyoto

Protocol.

Page 36: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

25

e. SBSTA49a.i. 10 Methodological issues under the Convention:

emissions from fuel used for international aviation and maritime

transport

Informal session pertama mengidentifikasi beberapa butir penting, antara

lain:

1) Adanya ketidakjelasan mengenai mandat dan alur proses rekognisi

UNFCCC Report ICAO dan IMO sebagaimana disampaikan dalam

Opening Plenary SBSTA49.

2) ICAO dan IMO menyampaikan bahwa submisi dan update Report tersebut

antara lain bertujuan menjaga konsistensi komitmen dua badan dunia

tersebut terhadap upaya penurunan emisi GRK global.

3) Beberapa negara (Saudi, Afrika Selatan, Chile, EU) menyampaikan

bahwa perlu ada kesempatan untuk membahas teknis penyusunan Report

tersebut dan memberikan waktu lebih banyak kepada ICAO dan IMO

untuk menjelaskan proses bagaimana Report tersebut disusun.

4) Pada sesi SBSTA48, Afrika Selatan meminta agar dapat ditambahkan

informasi lebih lengkap mengenai support ICAO-IMO untuk negara

berkembang terkait dengan implementasi dari upaya penurunan emisi

GRK dan hal tersebut belum ter-refleksikan dalam update Report.

5) Pada dasarnya, Parties tidak berkeberatan apabila SBSTA mencatat

penyampaian Report ICAO-IMO, hanya diperlukan beberapa klarifikasi

lebih lanjut mengenai proses penyusunan Report tersebut.

6) Co facilitator menyampaikan draft conclusion yang berisi: (1) SBSTA

mencatat Report ICAO dan IMO; (2) SBSTA49 telah menyimpulkan

bahasan issue Report ICAO. Parties menyetujui draft tersebut akan tetapi

Arab Saudi masih memerlukan waktu untuk membahas teknis

penyusunan Report ICAO-IMO.

Agenda item ini terkena Rule 16 seperti pada saat penyelenggaraan

SBSTA48, sehingga teks negosiasi masih akan mengacu pada dokumen

FCCC/ SB/ 2018/ L.20 yang dihasilkan pada SBSTA47.

2. Kelompok Adaptation

a. COP24 a.i. 7 Warsaw International Mechanism for Loss and Damage

associated with Climate Change Impacts

Persidangan menghasilkan Decision -/ CP.24 yang antara lain mengingatkan

kembali keputusan COP sebelumnya bahwa review WIM untuk L&D akan

dilaksanakan di tahun 2019, serta undangan submisi dari Parties, organisasi

yang relevan dan para pemangku kepentingan lain pada tanggal 1 Februari

2019, mengenai pandangan dan input elemen yang perlu dimasukkan dalam

TOR untuk review sebagai bahan pertimbangan SBs dalam pertemuan bulan

Juni 2019.

Page 37: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

26

Hal lain yang perlu menjadi catatan adalah undangan kepada Parties untuk:

1) mempertimbangkan pengembangan kebijakan, rencana dan strategi,

untuk memfasilitasi aksi yang terkoordinir, serta memantau kemajuan

upaya untuk mencegah, meminimalkan dan menangani Loss and

Damage;

2) mempertimbangkan risiko iklim masa mendatang pada saat

mengembangkan dan mengimplementasikan NAPs yang relevan, serta

strategi untuk mencegah, meminimalkan dan menangani Loss and

Damage serta mengurangi risiko bencana sesuai kebutuhan.

d. SBI49 a.i. 10 /SBSTA49 a.i. 4 Report of the Executive Committee of the

Warsaw International Mechanism for Loss and Damage associated with

Climate Change Impacts

Fokus dari Warsaw International Mechanism (WIM) Report yang direview

pada persidangan ini adalah untuk menjawab mandat Paris Agreement

terkait pembentukan Task Force on Displacement, khususnya pelaksanaan

komprehensif dari rencana kerja bergulir lima tahun. Agenda ini

menghasilkan dokumen konklusi FCCC/ SB/ 2018/ L.6

e. SBI49 a.i.13 National Adaptation Plans

Agenda ini menghasilkan conclusion yang tertuang dalam dokumen FCCC/

SBI/ 2018/ L.26 dimana SBI menyambut baik dokumen “progress in the

process to formulate and implement NAPs and took note of the other relevant

documents”; suksesnya penyelenggaraan NAP Expose; serta SBI

merekomendasikan draft decision mengenai NAP untuk dipertimbangkan

diadopsi oleh COP24 yang isinya tertuang dalam dokumen FCCC/ SBI/ L/26/

Add.1

Pada COP24, Agenda terkait National Adaptation Plan menghasilkan

keputusan yang tertuang dalam dokumen Advance unedited version

Decision -/ CP.24 yang didalamnya mengakui adanya progres negara

berkembang dalam proses formulasi dan implementasi NAPs serta

pengintegrasian adaptasi pada rencana pembangunan; mengakui adanya

manfaat dan lesson learn dari berbagai pengalaman dalam proses formulasi

dan implementasi NAPs: menyambut baik submisi NAP Central dari

Colombia, Saint Lucia, dan Togo: menyambut baik persetujuan GCF tehadap

22 proposal dari negara berkembang dan 11 proposal dari Least Developed

Countries untuk mendukung proses formulasi NAPs dan rencana adaptasi

laiinnya; mencatat pentingnya keterlibatan non-party stakeholders; meminta

Least Developed Countries Expert Group bekerjasama dengan Adaptation

Committee untuk mempertimbangkan gaps and needs terkait proses

formulasi dan implementasi NAPs dan informasi relevan lainnya untuk

Page 38: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

27

dilaporkan pada SBI51 (November 2019); meminta lebih lanjut SBI untuk

mendidentifikasi secara spesifik langkah dan aksi yang dibutuhkan dalam

menilai progres proses formulasi danimplementasi NAPs pada SBI51

(November 2019); mencatat pentingnya vulnerability and risk assessment in

setting priorities, mapping scenarions and understanding progress in

implementing adaptation actions; mengundang negara pihak untuk terus

memberikan informasi mengenai progres formulasi dan implementasi NAPs

melalui kuisioner online pada NAP Central.

3. Kelompok Transparency of Action and Support

a. COP24 a.i. 11 Reporting from and review of Parties included in Annex I

to the Convention

Agenda ini menyangkut kewajiban negara Annex I, sehingga Indonesia

hanya mencermati dan mengikuti perkembangan negosiasi.

b. COP24 a.i.12 Reporting from Parties not included in Annex I to the

Convention

Indonesia mengikuti perkembangan negosiasi dan fokus pada kepentingan

Indonesia terkait dengan Improvement of National Communication,

Effectivenes of the work of CGE, dan Adequacy of provision on financial and

technical support.

c. SBI49 a.i. 3 Reporting from and review of Parties included in Annex I to

the Convention: 3 (a) Status of submission and review of seventh

national communications and third biennial reports from Parties

included in Annex I to the Convention; 3 (b) Compilations and

syntheses of second and third biennial reports from Parties included in

Annex I to the Convention; 3 (c) Report on national greenhouse gas

inventory data from Parties included in Annex I to the Convention for

the period 1990–2016

Sesuai dengan keputusan COP 20 tentang Guidelines for the technical

review of information reported under the Convention related to GHG

inventories, BR and NC by Parties included in Annex I to the Convention,

review Biennial Reports mulai tahun 2016 dan review BR dan NCs

selanjutnya wajib direview secara in-country review, dan bagi Annex I Parties

dengan total emisi kurang dari 50 juta ton CO2e dapat memilih review

centralized review. Meskipun agenda ini terkait Negara Annex I, Indonesia

mengikuti perkembangan negosiasi dan memastikan bahwa Annex I Parties

memenuhi kewajibannya karena ada negara-negara Annex I yang belum

mensubmit NC dan BR nya sesuai dengan ketentuan COP (sampai Mei 2018

seperti Belarus, Croatia, Turki, Ukraine, USA).

Page 39: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

28

d. SBI49 a.i. 4 Reporting from Parties not included in Annex I to the

Convention: 4 (a) Information contained in national communications

from Parties not included in Annex I to the Convention; 4 (b) Work of

the Consultative Group of Experts on National Communications from

Parties not included in Annex I to the Convention; 4 (c) Review of the

terms of reference of the Consultative Group of Experts on National

Communications from Parties not included in Annex I to the

Convention; 4 (e) Summary reports on the technical analysis of biennial

update reports of Parties not included in Annex I to the Convention

Indonesia mengikuti perkembangan negosiasi termasuk substansi informasi

dan progres reports Consultative Group of Experts (CGE) dan memfokuskan

pada elemen untuk guidance ke CGE, dengan memperhatikan elemen pada

agenda lain yang relevan.

e. SBSTA49 a.i. 13. Reports on other activities: 13 (a) Annual report on the

technical review of information reported under the Convention by

Parties included in Annex I to the Convention in their biennial reports

and national communications; 13 (b) Annual report on the technical

review of greenhouse gas inventories of Parties included in Annex I to

the Convention; 13 (c) Annual report on the technical review of

greenhouse gas inventories and other information reported by Parties

included in Annex I, as defined in Article 1, paragraph 7, of the Kyoto

Protocol.

Agenda ini terkait annual report on the technical review terhadap informasi

yang disampaikan Negara Annex I dalam BR dan NC, serta annual report on

the technical review terhadap GHG Inventories Negara Annex I, sehingga

Indonesia tidak secara utuh mengikuti persidangan ini dan dapat

menyesuaikan dengan perkembangan negosiasi.

4. Kelompok Technology

a. COP24 a.i. 8 Development and transfer of technologies and

implementation of the Technology Mechanism: 8 (a) Joint annual report

of the Technology Executive Committee (TEC) and the Climate

Technology Centre and Network (CTCN)

Pembahasan agenda item ini menghasilkan full library document yaitu

FCCC/ SB/ 2018/ L.8 tanggal 7 Desember 2018. Hal-hal utama yang

ditekankan dalam draft Decision ini adalah peningkatan kolaborasi antara

TEC dan CTCN, koherensi dan sinergi kegiatan, serta peningkatan

kerjasama antara TEC dan CTCN dengan Green Climate Fund (GCF).

Beberapa hal yang menjadi perhatian Indonesia dalam pembahasan ini

Page 40: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

29

adalah keterkaitan dengan Financial Mechanism (GCF dan GEF) serta

applied tracking methodologies.

b. COP24 a.i. 8 Development and transfer of technologies and

implementation of the Technology Mechanism: 8 (b) Linkages between

the Technology Mechanism and the Financial Mechanism of the

Convention

Pembahasan agenda item ini menghasilkan Decision -/ CP.24 Linkages

mengenai between the Technology Mechanism and the Financial

Mechanism of the Convention. Dalam Decision ini ditekankan mengenai

pentingnya kolaborasi antara CTCN dengan GCF dan GEF. CTCN juga

diminta untuk berkonsultasi dengan GCF dan GEF untuk mengidentifikasi

cara-cara untuk meningkatkan information sharing di antara National

Designated Entities (NDE) teknologi, National Designated Authorities (NDA)

finance dan focal point GEF di masing-masing negara.

5. Kelompok Capacity Building

a. COP24 a.i. 13 Capacity-building under the Convention

Menekankan apakah PCCB sudah memenuhi mandatnya dalam

mengidentifikasi ‘gaps’ dan ‘needs’ dalam capacity building di negara

berkembang, sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi apakah PCCB

perlu diteruskan atau diubah menjadi organisasi yang lebih kuat.

b. SBI49 a.i. 16 Matters relating to capacity-building for developing

countries: 16 (b) Annual technical progress report of the Paris

Committee on Capacity-building

Dalam pembahasan, ditekankan apakah PCCB sudah memenuhi

mandatnya dalam mengidentifikasi ‘gaps’ dan ‘needs’ dalam capacity

building di negara berkembang, sebagai dasar untuk memberikan

rekomendasi apakah PCCB perlu diteruskan atau dirubah menjadi

organisasi yang lebih kuat.

Sesi ini menghasilkan conclusion mengenai Annual Technical Progress

Report of the Paris Committee of Capacity Building and review of the

Committee. Di samping itu dihasilkan juga Decision COP yang telah

ditetapkan dalam document FCCC/ SBI/ 2018/ L.21, yang menekankan

mengenai kolaborasi PCCB dengan Non Party Stakeholder, meminta

negara-negara untuk mendukung rencana kerja PCCB 2017-2019. Fokus

kegiatan PCCB untuk tahun 2019 meneruskan fokus tahun 2018, yaitu NDC.

Juga dilakukan sinkronisasi tema Durban Forum dengan fokus tahunan

PCCB.

Page 41: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

30

c. SBI49 a.i. 19 Report on activities related to Action for Climate

Empowerment (ACE)

Indonesia mendukung pelaksanaan ACE oleh masing-masing Parties, dan

pengembangan ACE Dialogue yang melibatkan multi stakeholder. Di tingkat

nasional negara berkembang, Indonesia mendorong penyusunan capacity

building roadmap masing-masing negara berdasarkan gaps and needs

masing-masing negara, untuk berbagai target group.

6. Kelompok Finance

a. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (a) Long-term climate

finance (LTF)

Pada informal consultation pertama, sidang membahas hal-hal yang perlu

diklarifikasi, antara lain efektivitas dari workshop yang telah dilaksanakan.

Negara-negara diminta membuat submisi terkait dengan laporan dari LTF.

Indonesia telah membuat submisi dengan hal-hal pokok sebagai berikut:

1) Indonesia mengapresiasi hasil dari workshop identifying on how

developing country parties can enhance access to climate finance and

can enhance capacity in articulating and translating needs into project

and programme.

2) Indonesia juga menegaskan bahwa penting untuk melanjutkan diskusi

dengan strategi yang lebih konkrit serta strategi untuk me-scale up

mobilisasi pendanaan.

3) Indonesia juga menyarankan agar workshop selanjutnya agar lebih fokus

terkait strategi untuk sinergitas antara pihak yang menyediakan dana dan

pihak yang memerlukan dana untuk match-making dalam mengisi gap

pendanaan iklim yang diperluka oleh negara berkembang yang

memerlukan dukungan pendanaan.

Pertemuan telah menghasilkan dokumen dengan nomor FCCC/ CP/ 2018/

L.20 yang didalamnya mengapresiasi rekomendasi untuk meningkatkan

mobilisasi climate finance dari Negara Maju ke Negara Berkembang serta

mobilisasi USD 100 Milyar per tahun sampai 2020; substantial share of

public fund into greater balance of mitigation and adaptation; strengthening

domestic enabling environments to attract climate finance; meminta

Sekretariat untuk mengadakan in-session workshop on long term finance

pada tahun 2019 dan 2020 dengan fokus: a.) efektifitas climate finance

provided and mobilized b.) finansial dan bantuan teknis untuk Negara

Berkembeng untuk mencapai ambisi skenario 2–1,5 ºC; pelaksanaan high

level climate finance ministerial dialogue pada tahun 2020.

Page 42: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

31

b. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (b) Matters relating to the

Standing Committee on Finance

Dokumen awal yang dimintakan pandangan Negara pihak adalah draft

Decision versi 06/ 12/ 2018 21:48. Terhadap draft tersebut, para Pihak

memberikan pandangan terkait dengan para 9-16, terkait dengan Biennial

Assessment (BA) ketiga yang dihasilkan oleh SCF di tahun 2018.

Kebanyakan Parties menyatakan bahwa para 9-16 sebaiknya dihapus dan

diberikan pengantar saja, sedangkan Executive Summary dan Findings dari

BA akan dilampirkan dalam Annex.

Indonesia memberikan pandangannya terkait dengan forum yang akan

dilakukan oleh SCF di tahun 2019, sebaiknya mengajukan tema yang dapat

memfasilitasi terjadinya match-making antara kebutuhan dan pendanaan

yang ada, dibandingkan dengan Sustainable Cities.

Pertemuan menghasilkan dokumen FCCC/CP/2018/L.13 yang didalamnya

mengapresiasi report of SCF dan rekomendasi di dalamnya; meminta SCF

untuk menggunakan biennal assessment and overview of climate finance

flow untuk kebutuhan pendanaan iklim pada Konvensi dan perjanjian Paris;

mengapresiasi kontribusi finansial yang diberikan dari beberapa Negara

Pihak; mengapresiasi keputusan SCF untuk berfokus pada climate finance

dan sustainable cities pada forum 2019; meminta SCF untuk memetakan

informasai terkait aliran pendanaan perubahan iklim untuk pencapaian

komitmen global di bawah 2 derajat; menghimbau SCF untuk memberikan

masukan pada technical paper of WIM for Loss and Damage; meminta SCF

untuk menyiapkan laporan per empat tahun mengenai kebutuhan negara

berkembang untuk implementasi Konvensi dan PA berkolaborasi dengan

entitas lain pada Financial Mechanism; meminta SCF untuk melapor pada

COP mengenai progres implementasi dari rencana kerjanya

c. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (c) Report of the Green

Climate Fund to the Conference of the Parties and guidance to the

Green Climate Fund

Pada sesi awal informal consultation, dilakukan pembahasan draft text dan

annex. Pada pembahasan draft text, negara maju menginginkan agar ‘other

Parties’ yang menyediakan supports juga melakukan report dua tahunan.

Sementara negara berkembang menginginkan agar draft teks menggunakan

bahasa Paris Agreement, dimana menekankan ‘other Parties’ dalam

mengkomunikasikan informasi kualitatif dan kuantitatif secara sukarela.

Pembahasan annex dilakukan dengan tujuan mengelaborasi elemen-

elemen yang double, mengklarifikasi dan menambahkan elemen yang

Page 43: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

32

hilang, seperti definisi climate finance, baseline, efektifitas, common

parameter.

Agenda ini menghasilkan keputusan yang tertuang pada dokumen nomor

FCCC/ CP/ 2018/ L.12 yang didalamnya menyambut baik progres GCF pada

tahun 2018 yang meliputi aliran dana sebesar USD 5,5 Milyar terhadap 93

proposal di 96 negara berkembang untuk mitigasi dan adaptasi, serta upaya

dalam penguatan kapasitas institusi, transparansi, inklusisvitas, serta peran

penting dalam skema pendanaan perubahan iklim; menyambut baik laporan

implementasi rencana kerja 2018 serta persetujuan rencana kerja tahun

2019 dan menghimbau untuk fokus pada kesenjangan kebijakan yang masih

ada; menekankan pentingnya terealisasinya janji untuk the first formal

replenishment process pada Oktober 2019; menegaskan kebutuhan unruk

implementasi dan percepatan penyebaran dana bagi projek GCF yang telah

disetujui sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan; mengundang Negara

Pihak untuk memberikan pandangan dan rekomendasi mengenai “elements

to be taken into account in developing guidance for the Board” paling lambat

10 minggu sebelum COP25 dan meminta SCF untuk mempertimbangkan

masukan tersebut dalam penyiapan draft guidance; serta memutuskan untuk

adanya penyerahan berbagai guidance terkait kebijakan, program prioritas,

dan eligibilitay criteria to the Agreement dari CMA kepada GCF.

d. COP24 a.i.10 Matters relating to finance: 10 (d) Report of the Global

Environment Facility to the Conference of the Parties and guidance to

the Global Environment Facility

Beberapa isu yang cukup krusial pada awal persidangan antara lain: 1)

Menurunnya climate finance untuk adaptasi, i.e melalui Special Fund, dan 2)

Kendala beberapa negara berkembang dalam mengakses dana ke GEF.

Oleh karena itu, Indonesia mendukung teks berikut "The conference of

parties express its deep concern that several developing countries had

expressed difficulties in accessing the necessary resources from the GEF to

fulfil their obligations under the Convention and requests GEF to secure

access to its resources for eligible country parties".

Agenda ini menghasilkan keputusan yang tertuang dalam dokumen nomor

FCCC/CP/2018/L.10 yang didalamnya menyambut baik laporan GEF

kepada COP; menyambut baik the sevent replenishment of GEF; menyadari

bahwa adanya penurunan alokasi tambahan pada climate change focal area;

mendesak negara pihak yang belum membuat janji untuk the sevent

replenishment of GEF untuk melakukannya sesegera mungkin; meminta

GEF untuk terus memonitor jangkauan tematik dan geografis, termasuk

fektivitas, efisiensi, dan keterlibatan GEF Partnership; menyambut baik

pembentukan private sector advisory group; mengajak negara pihak untuk

Page 44: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

33

memberikan pandangan dan rekomendasi mengeni “elements to be taken

into account in developing guidance for the Global Environment Facility”

dengan tenggat waktu tidak lebih dari 10 minggu sebelum COP25; serta

memutuskan untuk adanya penyerahan berbagai guidance terkait kebijakan,

program prioritas, dan eligibilitay criteria to the Agreement dari CMA kepada

GCF.

7. Kelompok Response Measure

SBI49 a.i. 17 Impact of the implementation of response measures: 17 (a)

Improved forum and work programme / SBSTA49 a.i 9 Impact of the

implementation of response measures: 9 (a) Improved forum and work

programme

Negara maju dan negara berkembang menyampaikan pandangannya masing-

masing terhadap hasil dari Improved Forum dan pelaksanaan workshop terkait

Response Measures. Negara berkembang menyampaikan apresiasi terhadap

perkembangan dari forum namun masih banyak hal yang harus disempurnakan

untuk mengurangi dampak negatif Response Measures. Negara berkembang

mengharapkan antara lain: 1) Regional workshop dengan keterlibatan pihak

pihak yang terkena dampak respons measures, 2) Dilakukannya assessment

dan analisis dampak response measures khususnya di negara berkembang, 3)

pembentukan Permanent Technical Expert Group.

Sampai akhir sesi persidangan, parties telah mencapai konsensus atas sejumlah

hal. Posisi Indonesia yang telah terakomodir antara lain: 1) Kolaborasi dengan

external experts, dan Lembaga internasional, 2) Asesmen dan analisis terhadap

dampak dari response measures, 3) Dampak dari response measures terhadap

pembangunan ekonomi kaitannya dengan perdagangan internasional dan

tenaga kerja dan tindakan-tindakan untuk diversifikasi dan transformasi ekonomi

dan penciptaan pekerjaan yang berkualitas, dan 4) Pembentukan permanent

governance structure technical expert group.

Pokok kesimpulan akhir yang disepakati (dokumen FCCC/ SB/ 2018/ L.9) oleh

Para Negara Pihak, yakni SBI dan SBSTA menyambut baik berbagai pandangan

dan masukan para negara Pihak mengenai review dari the work of the improved

forum, including the modalities for its operation, pursuant to the agreed scope of

the review of the work programme of the improved forum yang dipertimbangkan

guna mengembangkan fungsi, program kerja, dan modalitas Forum guna

mendukung pelaksanaan Paris Agreement.

Berbagai pandangan dan masukan tersebut yaitu: (a) melanjutkan penggunaan

modalitas penyampaian submisi dari Para Pihak dan NPS, laporan sintesa dan

technical papers, serta pengorganisasian workshop global dan regional; (b)

Kolaborasi dengan external experts, organisasi internasional dan sektor swasta

Page 45: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

34

dan melibatkan kelompok rentan dan indigenous people; (c) melaksanakan

pekerjaan teknis yang berfokus pada berbagai sektor yang berbeda, termasuk

transportasi, energi, pertanian, dan pariwisata; (d) menganalisis dan melakukan

assessment dampak dari pelaksanaan response measure, (e) berbagai dampak

dari pelaksanaan response measure terhadap pembangunan ekonomi kaitannya

dengan perdagangan internasional, pekerjaan, just transition of workforce and

the creation of decent work and quality jobs, dan transformasi dan diversifikasi

ekonomi; (f) pendirian a permanent governance structure melalui kelompok para

ahli teknis; (g) suatu proram kerja efektif dan difokuskan pada dua area hasil

identifikasi Decision 1/CP21 paragraf 5 yaitu economic diversification and

transformation; and just transition of the workforce and the creation of decent

work and quality jobs; (h) memastikan Forum menerima semua Para Pihak dan

mendorong partisipasi seluruh anggota (dokumen FCCC/ SB/ 2018/ L.9/ Add.1).

8. Kelompok Gender and Climate Change

a. COP24 a.i. 15 Gender and Climate change

b. SBI49 a.i. 18 Gender and Climate change

Pembahasan isu Gender and Climate change pada SBI49 berfokus pada:

1. Hasil laporan in-session workshop yang diselenggarakan pada sesi SBI48 di

Bonn, 2 dan 9 Mei 2018 mengenai the differentiated impacts of climate

change; gender-responsive climate policy and action; and policies, plans and

progress in enhancing gender balance in national delegations;

2. Laporan informal mengenai dialog dari para Chairs of constituted bodies

pada 5 Mei 2018 yang mempertimbangkan technical paper on entry points

for integrating gender considerations into UNFCCC workstreams dan aksi

konkrit yang dapat dilakukan oleh setiap constituted bodies;

3. Permintaan COP untuk penunjukkan seorang national gender focal point for

climate negotiations, implementation and monitoring dari setiap Negara

Pihak;

4. Terkait dengan Lima Work Programme on Gender and its gender action plan,

para negara Pihak telah menyampaikan aktivitas yang terkait dengan hal

tersebut; dan menginginkan untuk dilanjutkan pada tahun 2019; dan akan

dilakukan review mengenai Lima Work Programme on Gender and its gender

action plan pada sesi SBI50 di Juni 2019;

5. Terkait dengan butir 4, Para Pihak diminta untuk menyampaikan (submit)

informasi mengenai the implementation of the gender action plan, identifying

areas of progress, areas for improvement and further work to be undertaken

in subsequent action plans guna dikompilasi dalam synthesis report untuk

dibahas pada sesi SBI51 pada November 2019.

Negosiasi gender and climate change telah menghasilkan Conclusion by the SBI

Chair on Gender and Climate Change melalui dokumen FCCC/SBI/2018/L.22

Page 46: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

35

disertai addendum terkait Review of the Lima work programme on gender and

its gender action plan (dokumen FCCC/ SBI/ 2018/ L.22/ Add.1)

9. Kelompok Agriculture

SBI49 a.i. 9 / SBSTA49 a.i. 8 Koronivia Joint Work on Agriculture (KJWA)

Pada pertemuan pertama KJWA, terdapat 8 (delapan) presentasi dari CBs

under Convention (AC, LEG, WIM for L & D, SCF, CEG, TEC, CTCN, PCCB,

NAP-Ag, AF, FORESCA, dan FAO) menjelaskan hasil sintesis dari submisi

masing-masing Parties dan CBs, dan hasil kerjasama CBs dengan berbagai

Parties. Pada akhir sesi Plenary disampaikan 3 point penting untuk dicermati,

yaitu: (1) How could the CBs be further involve in implementing KJWA in the

future; (2) Which modalities would be useful for the implementation of the

outcome of the 5th in session WS on issues related to agric; dan (3) What are

the future topic that may arise. Co-facilitator selanjutnya mempersilakan

Observer presentasi terkait proposal dan kerjasama yang telah dan akan

dilakukan.

G77+ China mengusulkan elemen draft conclusions sebagai berikut: (1) The

SBSTA/ SBI appreciate the work and the information shared by the Constituted

Bodies under the Convention and Parties in the workshop on modalities for

implementation of the outcomes of the five in-session workshops on issues

related to agriculture and other future topics that may arise from this work; (2)

Request the secretariat to map the work done by the Constituted Bodies under

the Convention and financial mechanisms (GEF, GCF, Adaptation Fund, LDCF,

SCCF) under the convention and identify gaps and opportunities in relation to

the outcomes of the five in-session workshops and the topics under the KJWA

for consideration at SBSTA/SBI 50; (3) The SBI/SBSTA invite the Constituted

Bodies under the Convention and financial mechanisms (GEF, GCF, Adaptation

Fund, LDCF, SCCF) under the convention to continue to engage in future

workshops of KJWA in accordance with the roadmap established in the Annex

to Decision 4/CP.23; dan (4) The secretariat will organize the workshops based

on the submissions, by consideration: regional participation, national

perspective, and relevant organizations related to KJWA to provide

complementary information.

Semua Parties menyepakati/ menerima Draft Conclusion proposed by the

Chairs, sehingga agenda pembahasan Koronivia Joint Work on Agriculture

(KJWA) (SBI49/ SBSTA49) telah menuntaskan sidangnya dan menyepakati

kesimpulan yang bersumber dari proposal yang dibuat G77 and China dan New

Zealand.

Sebagai ringkasan kesimpulan (dokumen no. FCCC/ SB/ 2018/ L.7): (a)

SBI/SBSTA sepakat terus melanjutkan kerjasama terkait isu pertanian dan

Page 47: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

36

“welcome” Parties, CBs, Observers, termasuk perwakilan GCF pada workshop

KJWA on topic 2(a) pada June 2019 dan “invite” operating entities of the

Financial Mechanism of the Convention dan The SBI and the SBSTA; (b)

SBI/SBSTA “welcomed” atas proposal New Zealand dan juga bertindak sebagai

“host” pada workshop yang terkait dengan Koronivia Road Map; (c) Selain itu,

SBI/SBSTA mengundang Para Pihak untuk menyampaikan submisi paling

lambat 6 Mei 2019 terkait pandangan mereka mengenai topik workshop 2(b)

Methods and approaches for assessing adaptation, adaptation co-benefits and

resilience dan 2(c) Improved soil carbon, soil health and soil fertility under

grassland and cropland as well as integrated systems, including water

management yang akan diselenggarakan pada sesi SBs50 di Juni 2019.

10. Kelompok Research and Systematic Observation

SBSTA49 a.i. 6 Research and systematic observation

RSO harus mendukung penelitian serta pengamatan yang terkait dengan

temuan IPCC 1.5 C, GHG dan global stock take. Observasi diharapkan lebih

tersebar dan lebih rapat untuk memperoleh data yang berkualitas.

11. Kelompok Local Communities and Indigeneous People Platform (LCIPP)

SBSTA49 a.i.7 Local Communities and Indigenous Peoples Platform

Pertemuan menyepakati keanggotaan Local Community dalam Facilitative WG,

minimal 3 (tiga) anggota dengan modalitas keterwakilan yang akan ditentukan

pada masa kerja 3 (tiga) tahun pertama LCIPP. Facilitative WG disepakati

bekerja 3 (tiga) tahun dengan proses review oleh SBSTA pada tahun 2021.

Kepentingan Indonesia atas pencantuman prinsip territorial integrity, political

sovereignty and unity disepakati, meski menggunakan rujukan United Nations

Declaration on the Rights of Indigenous Peoples (UNDRIP).

3.3.3 Koordinasi Tim Negosiasi

Pada setiap sesi persidangan UNFCCC, DELRI melaksanakan pertemuan

koordinasi tim negosiasi secara harian secara rutin yang dilaksanakan pada pukul

18.00 – 19.00 waktu setempat.

Dalam kesempatan Katowice Climate Change Conference, mengingat padatnya

jadwal persidangan yang telah ditetapkan sesuai agenda, maka kooordinasi tim

negosiasi DELRI dilakukan melalui komunikasi WA-Group, sedangkan koordinasi

melalui pertemuan dilaksanakan sebanyak tiga kali:

1. Pada tanggal 3 Desember 2018, dilakukan untuk koordinasi awal Tim

Negosiasi DELRI;

Page 48: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

37

2. Pada tanggal 8 Desember 2018 (pada akhir minggu pertama) dimana

persidangan tingkat Subsidiariy Bodies berakhir serta dilaksanakan untuk

mendiskusikan dan menghimpun informasi, update dan progres serta

masukan berbagai isu yang harus dibawa ke dalam persidangan maupun

pertemuan konsultasi dengan COP/ CMP/ CMA Presidency.

3. Pada tanggal 13 Desember 2018, dilaksanakan untuk membahas status

terakhir negosiasi di semua agenda terutama PAWP, berbagai isu krusial dari

PAWP yang harus dibawa ke persidangan level Menteri maupun pertemuan

dengan COP/ CMP/ CMA Presidency.

Page 49: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

38

Page 50: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

39

IV. LEADERS SUMMIT DAN HIGH LEVEL SEGMENT

4.1 Leaders Summit

Sebagai tuan rumah penyelenggaraan COP24, Polandia memiliki privilege dalam

menetapkan agenda khusus untuk tingkat kepala negara/kepala pemerintahan.

Dalam kesempatan COP ini, Polandia mengusung isu just transition kaitannya

dengan transisi pembangunan ekonomi, termasuk keadilan bagi para pekerjanya,

menuju pembangunan rendah karbon.

Pada tanggal 3 Desember 2018, setelah selesai pembukaan resmi Katowice

Climate Change Conference, Polandia menyelenggarakan pertemuan tingkat

kepala negara/kepala pemerintahan dinamai Summit of Leaders, dimana Presiden

Poland, Mr. Andrzej Duda mempresentasikan Deklarasi The Solidarity and Just

Transition Silesia. Deklarasi tersebut merupakan bentuk perwujudan kehendak

untuk merealisasikan perekonomian yang rendah karbon. Lebih lanjut, Mr. Duda

menekankan pentingnya melibatkan seluas mungkin koalisi para pemangku

kepentingan, dan menyediakan suatu solusi win-win melalui perubahan yang

secara bertahap yang dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.

Indonesia menyampaikan dukungan terhadap inisiatif COP24 Presidency tentang

Silesia Declaration on Solidarity and Just Transition melalui penyampaian resmi

tertulis dan kehadiran Ibu Menteri LHK pada acara Summit of Leaders tersebut.

Deklarasi tersebut didukung oleh 52 (lima puluh dua) negara, termasuk Indonesia

dan Polandia.

4.2 High- Level Segment

High-Level Segment dalam setiap COP UNFCCC adalah sesi penyampaian

national statement. Setiap Kepala Negara, Menteri atau Ketua Delegasi Negara

Pihak diberikan kesempatan untuk menyampaikan national statement yang secara

umum akan menggambarkan posisi negara terkait dengan elemen negosiasi yang

sedang berlangsung dan implementasinya di tingkat nasional. High-Level Segment

dalam rangkaian COP24 diselenggarakan di minggu ke-1 Bulan Desember yang

diperuntukkan para kepala negara/kepala pemerintahan dan minggu ke-2 Bulan

Desember yang diperuntukkan bagi para menteri dan/ atau ketua delegasi.

Menteri LHK mendapatkan alokasi waktu untuk penyampaian national statement

pada 12 Desember 2018 pukul 10.00 – 13.00. Dalam kesempatan tersebut, Menteri

LHK menyampaikan pokok-pokok pernyataan meliputi:

• Indonesia telah menyampaikan target penurunan emisi GRK sebesar 29% tanpa

bantuan dan 41% dengan bantuan pada tahun 2030 dari skenario bussiness as

Page 51: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

40

usual (BAU) yang tertuang dalam dokumen First NDC yang disampaikan

November 2016;

• Indonesia menegaskan bahwa tugas negara dan pemerintah dalam

mengupayakan seluruh warga negara mendapatkan hak azasinya dalam

memperoleh lingkungan hidup yang sehat dan pengelolaan sumber daya alam

yang diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya;

• Indonesia berkeyakinan dapat mencapai target tersebut dalam kerangka Paris

Agreement dengan didukung oleh nilai-nilai dan tujuan nasional, serta

melaksanakan serangkaian reformasi kebijakan pada:

a) sektor kehutanan:

antara lain melalui (1) pengakuan resmi hak Masyarakat Hukum Adat, (2)

meningkatkan akses bagi penduduk lokal terhadap tanah dan sumber daya

hutan melalui program Kehutanan Sosial, (3) meningkatkan Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH) atau Forest Management Unit (FMU) pada tingkat

tapak, (4) melaksanakan Program Kampung Iklim sebagai aksi co-benefit

mitigasi-adaptasi di akar rumput;

(b) sektor energi:

seperti pengembangan energi terbarukan dan kebijakan untuk

mengembangkan kualitas batu bara dan bahan bakar fosil;

(c) sektor lainnya:

seperti mendorong peningkatan peran Non-Party stakeholders meliputi

pemerintah daerah, sektor swasta, masyarakat akar rumput, termasuk

dukungan parlemen dan lembaga yudikatif diperkuat, serta pengaktifan

Sistem Registri Nasional dalam mencatat dan memonitor seluruh aksi

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan tahap akhir pengaturan

penyaluran pendanaannya.

• Indonesia mengingatkan pentingnya pemenuhan komitmen pre-2020 oleh

negara maju serta peningkatan ambisi aksi dan dukungan means of

implementation kepada negara berkembang dalam rangka mencapai tujuan

Paris Agreement.

• Indonesia juga menekankan pentingnya transformasi ke pembangunan rendah

emisi dan berketahanan iklim, dengan tetap mempertimbangkan tantangan yang

dihadapi oleh negara-negara yang masuk kategori emerging economic country.

Untuk itu Indonesia melihat pentingnya kebijakan internasional yang kondusif

baik untuk kepentingan internasional maupun nasional, serta menolak

penggunaan isu lingkungan termasuk perubahan iklim sebagai bentuk

diskriminasi tersembunyi bagi negara berkembang dalam perdagangan

internasional.

Page 52: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

41

Page 53: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

42

V. PERTEMUAN NON PERSIDANGAN / NON NEGOSIASI

5.1 Mandated Events

Mandated Events merupakan kegiatan yang dimandatkan atau berasal dari hasil-hasil

keputusan persidangan UNFCCC pada sesi-sesi sebelumnya dan diselenggarakan oleh

Sekretariat UNFCCC. Dalam rangkaian COP24/ CMP14/ CMA1.3, mandated events

yang diselenggarakan berupa High-Level Mandated Events dan Workshop.

5.1.1 High-Level Mandated Events

Agenda High-Level Mandated Events berupa:

1. 3rd Biennial ministerial high-level dialogue on climate finance pada 10 Desember

2018; Indonesia diwakili oleh Deputi IV Bidang Sumberdaya Manusia, IPTEK, dan

Budaya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Staf Ahli Menteri

LHK Bidang Industri dan Perdagangan Internasional;.

2. The stocktake on pre-2020 implementation and ambition: yang terbagi menjadi (a)

Technical part (minggu I) dan (b) High-level part/ministerial level pada 10 Desember

2018; Indonesia diwakili oleh Penasihat Senior Menteri Bidang Pengendalian

Perubahan Iklim dan Konvensi Internasional/ National Focal Point for UNFCCC;

3. Talanoa Dialogue berupa ministerial roundtables,11 – 12 Desember 2018

merupakan fasilitasi dialog guna menginventarisir usaha bersama Negara Pihak

Persetujuan Paris dalam mencapai long term goal dan persiapan mencapai NDC.

Menteri LHK sebagai Ketua Delri menyampaikan langkah-langkah yang telah

dilakukan Indonesia dalam mencapai NDC, antara lain melalui berbagai kebijakan

dan aksi mitigasi maupun adaptasi untuk pencapaian penurunan emisi dan

peningkatan ketahanan iklim sesuai dengan berbagai keputusan COP.

5.1.2 Workshop

Selain High-Level Segment, beberapa agenda Workshop yang ada dibawah Mandated

Events adalah:

1. The 12th Focal Point Forum of the Nairobi Work Programme; Agenda ini berfokus

kepada isu economic diversification;

2. Koronivia joint work on agriculture: Workshop terkait Modalities untuk Implementasi

dari outcome dari 5 in-session workshop. Indonesia diwakili oleh Dr. Edi Husein,

Peneliti pada Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian,

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

3. Response Measure: Pertemuan yang diadakan dalam waktu sehari untuk mereview

ulang kinerja dari improved forum on the impact of the implementation of response

measures. Indoneisa diwakili oleh Asisten Deputi Bidang Pelestarian Lingkungan

Hidup, Kemenko Perekoknomian.

Page 54: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

43

5.2 COP Presidency Events

Events ini merupakan serangkaian acara yang diadakan dengan inisiatif dari Host

Country, yaitu Polandia selaku COP Presidency:

1. The Ministrial Katowice Declaration on Forest for Climate

Pada 12 Desember 2018, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Siti

Nurbaya menghadiri event of endorsement terhadap the Ministerial Katowice

Declaration on Forests for the Climate. Event tersebut merupakan inisiatif

Pemerintah Polandia dalam memperkuat peran hutan dalam meng-address

perubahan iklim.

Mempertimbangkan the UN Strategic Plan of Forests, the 2030 Agenda for

Sustainable Development dan UNFF and related legal instruments seperti Warsaw

Framework for REDD+, the CBD dan the Aichi Biodiversity Targets, pokok isi

deklarasi sebagai berikut:

• Pledge to accelerate our actions to ensure that the global contribution of forests

and forest products is maintained and further supported and enhanced by 2050,

in order to support the achievement of the long term goal of the Paris Agreement.

• Encourage the scientific community to continue to explore and quantify the

contribution of sinks, and reservoirs of greenhouse gases in managed lands,

including forests, to achieving a balance between anthropogenic emissions by

sources and removals by sinks of greenhouse gases in the second half of this

century, as well as to explore ways to increase this contribution and welcome the

work done up to now.

• Encourage non-party stakeholders including cities, regions, businesses and

investors, to continue to display their ambition and commitments in their forestry

related climate actions through the Marrakech Partnership for Global Climate

Action and the NAZCA Platform.

Forest Declaration event tersebut dihadiri oleh Presiden COP, Mr. Michał Kurtyka,

Menteri Lingkungan Polandia, Mr. Henryk Kowalczyk, Mrs. Paola Deda, OiC,

Forests, Land and Housing Division, UNECE, serta beberapa menteri dan perwakilan

Negara-negara dan institusi lainnya. Indonesia diwakili oleh Menteri LHK dengan

didampingi Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim.

2. Deklarasi tingkat Menteri mengenai pengurangan emisi GRK dari transportasi

darat yakni Driving Change Together Partnership (atau dikenal sebagai

electromobility).

Deklarasi ini bertujuan untuk mengajak Negara Pihak dan non-Negara Pihak

UNFCCC secara bersama mendukung percepatan implementasi pengembangan

transportasi ramah lingkungan melalui electromobility untuk dapat berkontribusi

terhadap penurunan emisi gas rumah kaca global.

Page 55: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

44

5.3 Side Events UNFCCC

Side events dan pameran merupakan platform yang dikelola sekretariat UNFCCC bagi

parties maupun observers. Melalui event ini semua pihak mengikuti rangkaian agenda

Katowice Climate Change memiliki kesempatan berkolaborasi dengan Negara Pihak

dan juga peserta lain dalam rangka berbagi pengetahuan, peningkatan kapasitas, dan

membangun jaringan serta mengeksplorasi pilihan bersama dalam tindakan

pengendalian perubahan iklim. Sejumlah DELRI mendapat kesempatan berbicara pada

berbagai Side Event.

5.4 Parallel Events

Paralel Events merupakan serangkaian pertemuan/ event yang diselenggarakan oleh

negara maupun organisasi dan bukan termasuk agenda Sekretariat UNFCCC, baik di

dalam maupun di luar area penyelenggaraan United Nations Climate Change

Conference, termasuk Paviliun Negara Pihak dan Organisasi Internasional lainnya.

Perwakilan DELRI juga berkesempatan mengisi acara di Paviliun negara lain.

5.5 Paviliun Indonesia

Paviliun Indonesia COP-24 UNFCCC Katowice diselenggarakan pada tanggal 3-14

Desember 2018, bertujuan untuk: 1) menyampaikan perkembangan terkini upaya

Indonesia dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim; 2) mempromosikan

inovasi dan aksi nyata Indonesia kepada dunia dalam pengendalian perubahan iklim; 3)

melaksanakan soft diplomacy dan membangun jejaring kerja para pihak dalam upaya

pengendalian perubahan iklim, khususnya di tingkat internasional.

Senada dengan tema COP-24 UNFCCC yaitu “Changing Together”, Paviliun Indonesia

memiliki tema “Climate Change, Society Change: Let’s Work-Up and Team-Up”, yang

kemudian dijabarkan ke dalam 3 (tiga) topik diskusi yaitu: 1) NDC Framework: Past,

Present and Future, 2) Climate Actions and SDG’s on The Ground, dan 3) Accelerating

Climate Actions through Innovations. Paviliun Indonesia menampilkan 52 (lima puluh

dua) sesi diskusi panel dengan 225 (dua ratus dua puluh lima) pembicara serta dihadiri

oleh hampir 3000 (tiga ribu) orang peserta diskusi.

Paviliun Indonesia dihadiri oleh tokoh dunia yaitu Mr. Al Gore, Wakil Presiden ke-45

Amerika Serikat dan Pendiri The Climate Realty Project, serta pejabat tinggi dari Pemri

dan Negara sahabat, antara lain Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri

Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/

Kepala Bappenas, Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim,

Komisi IV DPR-RI, Komisi VIII DPR-RI, Hakim Agung, Dubes RI untuk Polandia, Dubes

RI untuk Republik Federasi Jerman, Menteri Lingkungan Hidup Polandia, Menteri

Lingkungan Hidup Australia, Menteri Lingkungan Hidup Jepang, Menteri Lingkungan

Hidup, Energi dan Perubahan Iklim, Seychelles.

Page 56: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

45

Page 57: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

46

VI. PERTEMUAN BILATERAL DAN MULTILATERAL

6.1 Kegiatan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan

6.1.1 High-Level Dialogue on the Integrative Global Agenda to Protect the Marine

Environment from Land-based Activities, dan Bureau Meeting dari The

Fourth Intergovernmental Review Meeting on the Implementation of the

Global Programme of Action (GPA) for the Protection of the Marine

Environment from Land-based Activities (IGR-4), 12 Desember 2018

Pertemuan dihadiri oleh anggota bureau dari setiap representasi UN Regional Group

lainnya, yaitu Seychelles (African Group), Georgia (Eastern European Group), dan

Jerman (WEOG). Kolombia yang mewakili GRULAC tidak hadir dalam pertemuan.

Selain itu, hadir pula Menteri Lingkungan Hidup Jepang dan delegasi Amerika Serikat

untuk GPA dialogue.

Pertemuan membahas langkah konkrit dan inisiatif dalam menangani pencemaran dan

kerusakan lingkungan laut pasca IGR-4. Menteri LHK menekankan pelaksanaan ”Bali

Declaration on the Protection of the Marine Environment from Land Based Activities”

yang cukup strategis serta komitmen solusi dan fleksibility negara anggota yang

diperlukan dalam penyelesaian kompleksitas IGR-GPA.

Selanjutnya, Indonesia mengungkapkan ide pembentukan Regional Centre for Capacity

Initiative to Protect Marine Pollution Connected to Land Based Activities dan

menyatakan kesiapannya menjadi Centre untuk kelompok Asia Pasifik. Beberapa

negara menyambut baik hal ini, namun terdapat perhatian untuk menyelesaikan

keberlanjutan GPA terlebih dahulu sebelum inisiatif regional centre. Pertemuan Biro

menghasilkan beberapa modalitas yang diperlukan untuk the way forward GPA dalam

pembahasannya di UNEA-4 mendatang.

6.1 .2 Kegiatan Bilateral MENLHK

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dr. Siti Nurbaya, dalam kesempatan

Katowice Climate Change Conference mengadakan pertemuan tingkat tinggi secara

bilateral dengan beberapa Menteri dari mitra Internasional dengan hasil sebagai berikut:

a. Indonesia dengan United Kingdom (7 Desember 2018)

Delegasi Indonesia diwakili oleh: (1) Menteri LHK; (2) Dirjen PPI KLHK; (3) Kepala

BLI KLHK; (4) Kabag Multilateral Biro KLN KLHK ; (5) Diah Suradiredja (Kehati); (6)

Monica Tanuhandaru (Kemitraan); dan (7) Dr. M. Zahrul Muttaqin (BLI KLHK).

Sementara itu, delegasi United Kingdom (UK) diwakili oleh: (1) Hon. Mark Field MP,

Minister of State for Asia and the Pacific at the Foreign and Commonwealth Office;

(2) Therese Coffey MP, Parliamentary Under Secretary of State for the Environment;

(3) Olivia; dan (4) Gemma.

Page 58: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

47

Pada pertemuan ini Menteri LHK menyampaikan apresiasi kepada UK atas

kerjasama erat berdasarkan asas saling hormat (mutual respect) dan saling percaya

(mutual trust) dan telah dilaksanakan cukup lama serta menghasilkan banyak hal

yang bersifat sistemik dalam kerangka memperbaiki tatakelola kehutanan di

Indonesia.

Menteri LHK mengusulkan adanya kerja sama baru terkait dengan penanganan

pencemaran plastik di laut, pengelolaan International Tropical Peatland Centre

(ITPC), dan dukungan atas upaya Indonesia untuk meningkatkan kelestarian produk

kelapa sawit yang ramah lingkungan.

Pemerintah UK merespon dengan baik usulan Indonesia terkait dengan kerjasama

baru tanpa harus mengesampingkan kerjasama erat yang telah ada selama ini.

Terkait dengan penanganan sampah plastik di laut, UK menyatakan bersedia untuk

menyediakan dukungan teknis dan pendanaan untuk peningkatan kapasitas

pengelolaan taman nasional laut yang terancam kenekaragaman hayatinya oleh

pencemaran plastik laut. UK menekankan perlunya konservasi keanekaragaman

hayati laut dengan tetap mempertimbangkan mata pencaharian masyarakat

setempat.

Lebih lanjut, Pemerintah UK menekankan pentingnya kerjasama penurunan emisi di

tingkat lapangan melalui Bio-Carbon Fund Initiative for Sustainable Landscape

(ISFL) karena akan memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan yang ramah

lingkungan bagi Indonesia. UK menyambut baik peran baru Indonesia sebagai

anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk jangka waktu 2 tahun ke depan

karena salah satu konflik di dunia diakibatkan oleh konflik lingkungan. Indonesia

berpengalaman dalam menangani masalah konflik yang terkait dengan lingkungan

hidup. Sebagai penutup, UK menyatakan tertarik untuk menginisiasi kerjasama

dalam pengananan Mangrove di Indonesia mengingat peran sentral mangrove

dalam mitigasi perubahan iklim dan penyediaan mata pencaharian bagi masyarakat.

Para Menteri dari kedua negara juga sepakat untuk menata kembali perjanjian kerja

sama (MoU) khususnya untuk mengakomodasi kerja sama baru terkait antara lain

dukungan kepada International Tropical Peatland Centre (ITPC), dukungan tata

kelola kelapa sawit berkelanjutan, dukungan mengatasi polusi laut dan pengelolaan

limbah plastik serta dukungan untuk mangrove. Ibu Menteri mengundang perwakilan

UK untuk melakukan kunjungan kerja lapangan dan melihat capaian Indonesia

dalam implementasi perubahan iklim.

b. Indonesia dengan Australia,10 Desember 2018

Delegasi Indonesia diwakili oleh: (1) Menteri LHK; (2) Dirjen PPI KLHK; (3) Kepala

BLI KLHK; (4) NFP-UNFCCC; (5) Kabag Multilateral Biro KLN KLHK; (6) Monica

Tanuhandaru (Kemitraan); dan (7) Dr. M. Zahrul Muttaqin (BLI KLHK). Delegasi

Australia diwakili oleh Menteri Lingkungan Australia, Melissa Price, yang didampingi

oleh beberapa staf.

Page 59: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

48

Dalam pertemuan bilateral ini, tujuan utama adalah perkenalan Menteri Melissa Price

yang baru saja ditunjuk pada Bulan Agustus 2018. Namun demikian juga dibahas

beberapa kerja sama yang telah dilakukan oleh Indonesia dan Australia, terutama

terkait dengan upaya membentuk Working Group on Climate Change and

Environment dalam kerangka kerja sama bilateral Indonesia-Australia. Selama ini

kerja sama antara Australia dan Indonesia di bidang lingkungan hidup dan

kehutanan lebih banyak dibahas dalam kerangka Task Force on Forestry (TFF) -

Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation (WGAFFC). Di

samping itu kerjasama penelitian di bidang kehutanan juga sudah dilaksanakan

sejak 30 tahun yang lalu dengan Australian Centre for International Agricultural

Research (ACIAR). Indonesia juga mengapresiasi kerjasama dengan Australia

dalam perubahan iklim pada kurun waktu 2007 – 2014 yang telah menghasilkan

sistem penghitungan dan pemantaun emisi gas rumah kaca yaitu Indonesian

National Accounting System (INCAS).

Australia menyatakan bahwa prioritas mereka terkait dengan lingkungan hidup

adalah dukungan terhadap implementasi Paris Agreement dan dukungan pada

sektor lahan, terutama terkait dengan pertanian berkelanjutan. Australia juga

mendorong pengembangan blue-carbon dalam mencapai NDC. Terkait dengan Asia

Pacific Rain Forest Summit (APRS), Australia akan tetap mendukung inisiatif

tersebut.

c. Indonesia dengan Peru, 10 dan 11 Desember 2018

Delegasi Indonesia diwakili oleh: (1) Menteri LHK; (2) Dirjen PPI KLHK; (3) Kepala

BLI KLHK; (4) Kabag Multilateral Biro KLN KLHK; (5) Monica Tanuhandaru

(Kemitraan); dan (6) Dr. M. Zahrul Muttaqin (BLI KLHK). Delegasi Peru diwakili oleh

Menteri Lingkungan Peru, Fabiola Martha Muñoz-Dodero, yang didampingi oleh

beberapa staf. Dalam pertemuan ini juga dihadiri oleh delegasi dari CIFOR yang

banyak melakukan penelitian tentang gambut di Indonesia dan Peru.

Dalam kesempatan ini, Menteri LHK menjelaskan bagaimana upaya Indonesia

dalam melakukan tindakan korektif atas pengelolaan hutan dan lahan, terutama

gambut. Ibu Menteri juga menyatakan bahwa sebagai negara pemilik hutan tropis,

Indonesia dan Peru dapat bekerja sama dalam mewujudkan pengelolaan hutan

lestari dan mendukung upaya mengatasi perubahan iklim dunia. Indonesia juga

meminta Peru untuk tetap aktif dalam kerja sama multilateral penanganan gambut

dalam kerangka Global Peatland Initiatives (GPI) dan International Tropical Peatland

Centre (ITPC).

Menteri Fabiola berterima kasih pada Indonesia dan meminta maaf karena tidak bisa

hadir dalam acara peluncuran sekretariat International Tropical Peatland Centre

(ITPC) di Indonesia pada akhir Oktober silam. Peru, sebagai salah satu negara

inisiator Global Peatland Initiatives (GPI) bersama Indonesia dan Republik Kongo

serta Republik Demokratik Kongo (dahulu bernama Zaire) tetap berkomitmen untuk

bekerja sama dalam kerangka multilateral tersebut. Lebih lanjut, Menteri Fabiola

Page 60: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

49

menyatakan bahwa kerjasama antara Indonesia dan Peru perlu lebih ditekankan

pada kegiatan di lapangan. Dalam hal ini Ibu Menteri menyatakan bahwa Peru dapat

mengirimkan staf kementerian ke Indonesia untuk studi banding dan dilatih dalam

pengelolaan dan restorasi gambut.

d. Indonesia dengan Italia, 11 Desember 2018

Delegasi Indonesia diwakili oleh: (1) Dirjen PPI KLHK; (2) Kepala BLI KLHK; (3)

Kabag Multilateral Biro KLN KLHK; (4) Monica Tanuhandaru (Kemitraan); dan (5) Dr.

M. Zahrul Muttaqin (BLI). Delegasi Italia diwakili oleh Mr. Francesco La Camera,

Direktur Jenderal Pembangunan Berkelanjutan, Energi dan Iklim, Kementerian

Lingkungan, Lahan dan Laut.

Dalam pertemuan ini dibahas mengenai usulan Italia untuk bekerja sama dengan

Indonesia dalam kerangka REDD+. Italia telah melakukan kerja sama di bidang

REDD+ dengan negara-negara antara lain Vietnam, Myanmar, Malaysia, Ekuador

dan Ghana. Mereka menyatakan sudah mengirimkan draft MoU yang perlu

ditindaklanjuti oleh Indonesia. Dalam hal ini, Dirjen PPI menegaskan bahwa akan

segera menindaklanjuti draft MoU agar segera dapat dibentuk joint committee antara

kedua negara dan selanjutnya menyusun rencana kerja.

e. Indonesia dengan Norwegia, 11 Desember 2018

Delegasi Indonesia diwakili oleh: (1) Menteri LHK; (2) Dirjen PPI KLHK; (3) Kepala

BLI KLHK; (4) Kabag Multilateral Biro KLN KLHK; (5) Diah Suradiredja (Kehati); (6)

Monica Tanuhandaru (Kemitraan); (7) Dr. M. Zahrul Muttaqin (BLI), dan (8) Dr.

Belinda Margono (DJPPI). Sementara itu, delegasi Norwegia diwakili oleh Hon. Ola

Elvestuen, Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, didampingi beberapa staf.

Pada pertemuan ini Ibu Menteri menyampaikan apresiasi kepada Norwegia atas

kerjasama erat di bidang perubahan iklim terutama dalam hal REDD+. Lebih lanjut

Ibu Menteri menyatakan bahwa program REDD+ yang didukung oleh Norwegia

melalui Letter of Intent (LoI) dengan Pemerintah RI telah ikut memberikan jalan bagi

peningkatan tatakelola hutan dan lahan dan bahkan saat ini Indonesia juga

mendapatkan dukungan dari parlemen dan institusi peradilan dalam mengelola

hutan dan lahan dalam mendukung pengendalian perubahan iklim. Indonesia juga

mempercpat proses perhutanan sosial untuk memberikan akses yang lebih luas

kepada masyarakat dalam pengelolaan hutan. Khusus terkait dengan kerja sama

REDD+ dalam kerangka LoI, saat ini seharusnya sudah memasuki fase ketiga,

namun demikian Indonesia meminta agar fase dua tetap dijalankan sambil masuk ke

dalam fase tiga karena pada beberapa hal masih memerlukan peningkatan

kapasitas. Terkait dengan pengelolaan gambut, Menteri LHK meminta dukungan

Norwegia pada inisiatif International Tropical Peatland Centre (ITPC).

Menteri LHK menyatakan bahwa dukungan Norwegia pada Lembaga non

pemerintah dan organisasi masyarakat madani telah mendukung demokratisasi

pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. Namun demikian, Menteri LHK juga

Page 61: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

50

meminta agar evaluasi keberhasilan program-program pemerintah disamping

melibatkan organisasi independent, juga pemerintah diikutsertakan dalam

memberikan masukan agar hasil yang diperoleh tidak bias.

Pemerintah Norwegia merespon dengan baik hal-hal yang diungkapkan oleh

Indonesia tersebut dan menyetujui usulan Indonesia untuk melaksanakan proyek

fase 3 sambil tetap melaksanakan fase 2. Di samping itu, Menteri Ola juga

dijadwalkan untuik berkunjung ke Indonesia awal tahun depan untuk melihat sendiri

perkembangan proyek kerjasama pengendalian perubahan iklim di Indonesia.

Norwegia menyatakan bahwa di tingkat sub-nasional, pemerintah provinsi Papua

perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal peningkatakn kapasitas. Menteri Ola

juga menyatakan bahwa mereka tertarik untuk mengembangkan mitigasi perubahan

iklim berbasis mangrove dan blue-carbon di Indonesia. Terhadap usulan Indonesia

terkait dukungan pada ITPC, Menteri Ola menyatakan kesiapannya untuk

mendukung inisiatif tersebut.

f. Indonesia dengan Parlemen Uni Eropa, 12 Desember 2018

Delegasi Indonesia diwakili oleh: (1) Menteri LHK; (2) Kepala BRG; (3) Dirjen PPI

KLHK; (4) Kepala BLI KLHK; (5) PSM Bidang PPI dan Konvensi Internasional; (6)

Kabag Multilateral Biro KLN KLHK; (7) Diah Suradiredja (Kehati); dan (8) Dr. M.

Zahrul Muttaqin (BLI KLHK). Sementara itu, delegasi Parlemen EU diwakili oleh: (1)

A.I. Valean (Italia); (2) Julie Girling (UK); (3) Miapetra Kumpula-Natri (Finlandia); (4)

Jytte Guteland (Swedia); (5) Gerben-Jan Gerbrandy (Belanda); dan (6) Bas Eickhout

(Belanda).

Parlemen Uni Eropa mengawali pertemuan yang dipimpin oleh Ibu Valean dengan

mengapresiasi kesediaan delegasi Indonesia untuk hadir dalam pertemuan yang

baru pertama kali ini dilaksanakan. Ketua delegasi Parlemen Uni Eropa tersebut

menanyakan pandangan Indonesia terkait perkembangan COP24. Terkait dengan

hal ini, Ibu Menteri Siti Nurbaya menyatakan bahwa saat ini yang menjadi

permasalahan utama adalah perbedaan pandangan antara negara berkembang dan

negara maju terkait dengan transparansi dan fleksibilitas pendanaan perubahan

iklim, Indonesia merasa tidak ada masalah dengan penyiapan data yang harus

dilakukan oleh negara berkembang sebelum memperoleh dukungan finansial dari

negara maju terkait dengan upaya penanganan perubahan iklim global. Dalam hal

ini Indonesia menganut prinsip transparan dan terbuka, namun tetap memperhatikan

perbedaan yang ada di tiap-tiap negara.

Pada pertemuan ini Ibu Menteri juga menyampaikan beberapa isu terkait dengan

hubungan Indonesia dengan Uni Eropa terutama terkait dengan FLEGT. Ibu Menteri

juga menceritakan perkembangan pengelolaan hutan dan lahan di Indonesia

terutama dalam melakukan penegakan hukum dan perbaikan gambut yang

terdegradasi. Hal ini telah ditunjukkan oleh menurunnya angka deforestasi secara

signifikan. Terkait dengan isu Indirect Land Use Change yang diinisiasi oleh

Parlemen Uni Eropa terhadap komoditas-komoditas perdagangan yang masuk ke

Page 62: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

51

Uni Eropa, Indonesia meminta agar ada joint review team untuk menangani masalah

ini.

6.2 Kegiatan Menteri Kelautan dan Perikanan

Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti, menghadiri Ocean Action Day -

Global Ocean Forum, 8 Desember 2018.

Bertempat di Paviliun Pacific dan Koronivia diselenggarakan rangkaian kegiatan Ocean

Action Day oleh Global Ocean Forum. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk

mengarusutamakan isu kelautan pada negosiasi di UNFCCC karena saat ini isu

kelautan belum menjadi prioritas pembahasan. Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP)

menjadi salah satu keynote speaker pada sesi High Level Perspectives on the Way

Forward.

Hal utama yang disampaikan oleh MKP diantaranya adalah:

• Terdapat 3 (tiga) ekosistem pesisir utama yaitu mangrove, terumbu karang dan

rumput laut yang secara ilmiah dapat dibuktikan lebih efektif daripada hutan terestrial

dalam menyerap karbon secara global.

• Manusia membutuhkan laut lebih dari laut membutuhkan manusia.

• Perlu dibangun komunikasi yang berbasis pada fakta ilmiah yang dihasilkan oleh

ilmuwan agar menjadi dasar pengambilan kebijakan nasional dan global oleh para

politisi.

• Aktivitas yang dilakukan di laut memiliki keterkaitan dalam memperkuat atau

mengurangi ketahanan lingkungan laut dalam menghadapi dampak perubahan iklim,

sebagai contoh kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh aktivitas IUU

Fishing membuat laju gelombang laut tidak tereduksi dan menambah tekanan

terhadap daerah pesisir.

6.3 Kegiatan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman telah berpartisipasi aktif dalam COP24

dengan menyelenggarakan Indonesia Ocean Day pada tanggal 11 Desember 2018 di

Paviliun Indonesia. Penyelenggaraan Indonesia Ocean Day tersebut menghadirkan 41

(empat puluh satu) pembicara dari kalangan Pemerintah, organisasi internasional,

akademisi, LSM, dan kalangan swasta, yang terdiri dari serangkaian sesi:

a. High-level Dialogue in mainstreaming Ocean in Climate Change Discussion;

b. Blended Finance for Marine Conservation;

c. Blue Carbon: Mangrove Rehabilitation and Coastal Resilience;

d. Green/Low Carbon Development in Maritime Sector;

e. Smart and Innovative Society Actions in Climate Change, and CSO Partnership.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI (MenkoMar) dalam hal ini menjadi host

pada sesi High-level Dialogue in mainstreaming Ocean in Climate Change Discussion.

Page 63: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

52

Selain itu, MenkoMar juga berkesempatan melakukan bilateral meeting sebagai berikut:

a. Pertemuan bilateral dengan Menteri Lingkungan Hidup Australia, H.E. Ms.

Melissa Price, yang membahas perdagangan dan investasi, perlindungan

sumber daya laut, lingkungan perairan, dan blue carbon. Pertemuan ini akan

ditindaklanjuti dengan courtesy meeting dari pejabat Departemen Lingkungan

Hidup dan CSIRO Australia ke Jakarta pada 11 Februari 2019 untuk membahas

area spesifik dan potensi kerjasama terkait blue carbon;

b. Pertemuan bilateral dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Iklim Norwegia, H.E.

Mr. Ola Elvestuen yang membahas isu lingkungan hidup termasuk sampah laut

dan kehutanan, kelapa sawit, dan kerjasama business to business. Sebagai

tindak lanjut, Menteri Norwegia akan berkunjung ke Indonesia pada Februari

2019;

c. Pertemuan bilateral dengan Menteri Lingkungan Hidup Jepang, H.E. Mr. Harada,

yang membahas sampah laut dan restorasi Sungai Citarum. Sebagai tindak

lanjut, kepemimpinan Indonesia dalam aksi penanganan sampah laut perlu

ditampilkan di pertemua G20 yang akan diselenggarakan di Jepang pada Juni

2019;

d. Pertemuan bilateral dengan Director of Environmental and Natural Resources

Global Practice – World Bank yang membahas sampah laut, mangrove, coral

reef, dan coastal resilience.

6.4 Kegiatan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional / Kepala

BAPPENAS

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (BAPPENAS) berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan

Delegasi RI di COP24 dengan menyelenggarakan beberapa kegiatan yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

Page 64: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

53

6.4.1 Kegiatan Menteri PPN / Kepala Bappenas dalam Pertemuan Inisiatif

Kementerian PPN/Bappenas

Beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian PPN/Bappenas sebagai

berikut:

a. Investing in Low Carbon Development: Sustainable Cities and Green

Energy

Pertemuan ini merupakan suatu parallel event yang diinisasi oleh Kementerian

PPN/Bappenas diselenggarakan pada tanggal 11 Desember 2018 di Hotel

Novotel Katowice Epicentrum. Pertemuan bertujuan mendiskusikan berbagai

peluang, tantangan dan pembelajaran (lessons learned) dalam konteks

pembangunan rendah karbon untuk kasus perkotaan termasuk di dalamnya

pemanfaatan energi hijau.

Pertemuan dibuka oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala

Bappenas, Prof. Bambang Brodjonegoro, dengan menghadirkan beberapa tokoh

untuk memberikan sambutan antara lain Prof. Lord Nicholas Stern (NCE

Commissioner), IG Patel (Chair of Economics and Government), Yasuo

Takahashi (Wakil Menteri Lingkungan Hidup Jepang), dan Dr. Maria Flachsbarth

(Parliamentary State Secretary for Economic Cooperation and Development,

Jerman).

Sementara pembicara sesi diskusi panel pada event tersebut antara lain Tonny

Wagey (Direktur Eksekutif ICCTF), Naoko Ishii (CEO Global Environment

Facility), Rodolfo Lacy (Direktur Lingkungan Hidup, OECD), Andrew Steer

(Presiden dan CEO, World Resource Institute), dan Anders Hoffmann (Deputy

Permanent Secretary, Kementerian Energi, Utilitas dan Iklim, Denmark).

Parallel event dihadiri oleh sekitar 70 peserta, yang merupakan delegasi dari

berbagai negara, termasuk Indonesia.

Beberapa hasil dan capaian: (a) Inisiatif Kementerian PPN/ Bappenas untuk

menyelenggarakan pertemuan ini mendapat apresiasi yang sangat baik dari

mitra pembangunan, terutama Pemerintah Jerman, Denmark dan GEF (Global

Environment Facility) dengan penerapan Pembangunan Rendah Karbon (Low

Carbon Development); (b) Terdapat sinyal positif yang semakin menguat dari

GEF untuk mendukung pembiayaan pembangunan rendah karbon di Indonesia,

khususnya dalam hal pembangunan kota berkelanjutan. Secara khusus, Naoko

Ishii selaku CEO GEF menyampaikan ekspektasi bahwa Bappenas dapat segera

mewujudkan pembangunan kota berkelanjutan yang didukung oleh GEF dalam

Sustainable Cities Impact Program beberapa waktu kedepan.

b. Low Carbon Development: A Paradigm Shift towards Green Economy

Pertemuan ini merupakan bagian dari kegiatan Paviliun Indonesia sesi

international workshop yang dilaksanakan pada 10 Desember 2018. Kegiatan

diskusi panel pada sesi ini menekankan pada upaya Indonesia dalam

memanfaatkan energi baru terbarukan serta efisiensi energi dalam kerangka

pembangunan rendah karbon. Sesi diskusi difokuskan pada kegiatan inovatif dan

Page 65: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

54

green projects yang mulai dikembangkan di Indonesia, serta bagaimana

pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan tersebut.

Sesi ini dibuka oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala

Bappenas, Prof. Bambang Brodjonegoro, dengan menghadirkan beberapa

pembicara antara lain Frank Rijsberman (Director General of the Global Green

Growth Institute), Sveinung Rotevatn (State Secretary, Norwegian Ministry of

Climate and Environment), David Kerins (Energy Economist at the European

Investment Bank), Rida Mulyana (Dirjen Energi Baru, Terbarukan dan Konversi

Energi, Kementerian ESDM, Indonesia). Beberapa hasil dan capaian: (a) upaya

Indonesia dalam pembangunan rendah karbon khususnya berkaitan dengan

pengembangan energi terbarukan dapat disosialisasikan dengan baik kepada

peserta yang hadir, (b) Terdapat berbagai masukan dan pandangan dari mitra

pembangunan, lembaga internasional, negara maju dan instansi terkait yang

memiliki perhatian besar terhadap pengembangan energi terbarukan di

Indonesia, (c) Dari sisi dukungan pendanaan, terdapat potensi dukungan

pembiayaan dari EIB untuk energi terbarukan, meski skema pembiayaan untuk

energi terbarukan masih perlu pembahasan lebih lanjut.

c. Blended Financing in Marine Conservation

Kegiatan ini juga merupakan bagian dari sesi international workshop pada

Paviliun Indonesia yang dilaksanakan pada 11 Desember 2018 sebagai

rangkaian dari Ocean Day yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator

Kemaritiman.

Kegiatan bertujuan mengelaborasi potensi kerja sama dalam bidang konservasi

kelautan dan pesisir serta bagaimana mekanisme pendanaan menggunakan

skema blended financing dapat diaplikasikan untuk sektor ini.

Sesi ini dibuka oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala

Bappenas, Prof. Bambang Brodjonegoro dengan menghadirkan beberapa

pembicara antara lain Wallace Cosgrow (Menteri Lingkungan Hidup, Energi dan

Perubahan Iklim, Seychelles), Bambang Susantono (Vice President, Knowledge

Management and Sustainable Development, ADB), Valeria Orlando, (Vice

President, Blended Financing, RARE), Jorge Moreira da Silva (Director, OECD

Development Cooperation Directorate).

Kegiatan ini menunjukkan keseriusan Pemerintah Indonesia dalam

mengembangkan model pembiayaan inovatif untuk konservasi kelautan dan

perikanan.

6.4.2 Kegiatan Bilateral Menteri PPN / Kepala Bappenas

a. Pertemuan dengan International Institute for Applied Systems Analysis

(IIASA)

Pertemuan Menteri PPN/ Kepala Bappenas dengan IIASA dilaksanakan pada 10

Desember 2018 bertempat di Hotel Monopol, Katowice. Kementerian PPN/

Bappenas merupakan focal point untuk kegiatan IIASA dengan pembiayaan

berasal dari Jerman, terkait restorasi dan degradasi lahan kritis. Pertemuan

Page 66: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

55

dimaksudkan untuk menerima laporan kegiatan yang dilakukan oleh IIASA dalam

mendukung pembangunan rendah karbon di Indonesia.

Dalam laporannya, IIASA menyampaikan bahwa terdapat 3 (tiga) hal pendekatan

yang dilakukan yakni: i) mengidentifikasi dan memetakan lahan terdegradasi

dengan menggunakan berbagai definisi, termasuk mengikutsertakan aspek

sosial dan ekonomi melalui crowd sourcing; ii) melakukan proses pemetaan

dengan cara pemodelan biofisik (pertumbuhan ekonomi, produktivitas lahan, dan

restorasi) sehingga dapat menghasilkan informasi mengenai interaksi antar-

sektor; dan iii) melakukan assessment bioenergi yang relevan terhadap proses

restorasi dan sistem energi secara keseluruhan.

Sebagai tindak lanjut, tools yang dikembangkan oleh IIASA dapat dimanfaatkan

untuk penyusunan RPJMN 2020-2024. Studi tersebut berkontribusi dalam

pemodelan lahan dan produktivitas komoditas padi dan jagung untuk Indonesia,

sebagai bagian dari perencanaan pembangunan rendah karbon Indonesia.

b. Pertemuan dengan United Kingdom Climate Change Unit (UKCCU)

Pertemuan dengan UKCCU dilaksanakan pada 10 Desember 2018 bertempat di

Hotel Monopol, Katowice, Polandia. UKCCU diwakili oleh Mr. Tom Owen

Edmunds, UKCCU Country Director untuk Indonesia. Pertemuan bertujuan untuk

mendiskusikan fase selanjutnya dari kerja sama pembangunan rendah karbon

yang selama ini telah berjalan dengan baik antara Pemerintah Indonesia dan

UKCCU.

UKCCU menyampaikan bahwa hasil penilaian dari UK terkait program

pembangunan rendah karbon yang dilaksanakan oleh Kementerian PPN/

Bappenas dengan dukungan pendanaan dari UK mendapat nilai A+. Oleh karena

itu, UKCCU menjajaki kerja sama lebih lanjut dengan pemerintah Indonesia.

Di sisi lain, UKCCU menyampaikan bahwa terdapat komitmen UK pada saat

pemerintahan Perdana Menteri Cameron sebesar 5.8 miliar poundsterling

sampai dengan tahun 2020 yang saat ini mengalami underspend. Oleh karena

itu, UKCCU mengharapkan ada diskusi lebih lanjut dengan Indonesia terkait

kemungkinan program kerja sama dalam kerangka pembangunan rendah karbon

yang dapat di dukung oleh UKCCU dengan potensi pendanaan berkisar 100 juta

poundsterling.

Menteri PPN/ Kepala Bappenas menyampaikan bahwa UKCCU diharapkan

dapat mendukung kegiatan yang lebih bersifat lokal, dengan inisiatif dan

leadership yang tinggi dari pemerintah daerah. Beberapa hal misalnya terkait

pembukaan lahan pertanian tanpa deforestasi lahan atau pengembangan energi

terbarukan di kawasan terpencil. Idenya adalah mengundang pemerintah daerah

untuk terlibat secara sukarela.

Sebagai tindak lanjut perlu dilakukan diskusi pendalaman untuk mendetailkan

rencana kerja sama, termasuk jika diperlukan penyusunan concept note dan

proposal kepada UKCCU.

Page 67: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

56

c. Pertemuan dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam,

Bangunan dan Keselamatan Nuklir, Jerman (BMUB)

Pertemuan dengan BMUB dilaksanakan pada 10 Desember 2018 bertempat di

hotel Monopol Katowice, Polandia. Pihak BMUB diwakili oleh Mr. Jochen

Flasbarth, State Secretary BMUB. Pertemuan bertujuan untuk menindaklanjuti

komitmen BMUB melalui program International Climate Initiative (IKI) untuk

Indonesia.

Pertemuan belum dapat menghasilkan kesepakatan yang cukup solid, mengingat

terdapat pergantian pejabat BMUB yang terkait dengan penyampaian komitmen

dukungan terhadap pembangunan rendah karbon di Indonesia. Oleh karena itu,

pertemuan ini menjadi titik awal komunikasi dengan pejabat BMUB baru tersebut.

Sebagai tindak lanjut, akan dilakukan diskusi lebih detail mengenai IKI program

untuk Indonesia pada saat Ministerial Conference UN PAGE di Cape Town pada

tanggal 10-11 Januari 2019.

d. Pertemuan dengan International Finance Corporation (IFC)

Pertemuan dengan IFC dilaksanakan pada 10 Desember 2018 bertempat di

ruang VIP Pavilion Indonesia. Pihak IFC diwakili oleh Mr. Hans Peter Lankes,

Vice President IFC. Pertemuan bertujuan menjajaki potensi kerja sama antara

Pemerintah Indonesia dengan IFC khususnya terkait pembiayaan energi

terbarukan di Indonesia.

IFC menyampaikan bahwa selama ini, sebagian besar pembiayaan IFC untuk

Indonesia merupakan proyek infrastruktur besar, antara lain pembangunan jalan.

Termasuk untuk sektor energi, portofolio IFC adalah membangun infrastruktur

energi pada skala besar.

Menteri PPN/ Kepala Bappenas mengharapkan agar IFC dapat melihat potensi

pengembangan energi terbarukan dengan skala yang lebih kecil. Dukungan ini

diperlukan agar pengembangan energi terbarukan di Indonesia dapat

dilaksanakan sesuai dengan komitmen pemerintah mencapai target bauran

energi sebesar 23% pada tahun 2025.

e. Pertemuan dengan AFD (Bank Pembangunan Perancis).

Pertemuan dengan AFD dilaksanakan pada 11 Desember 2018 bertempat di

ruang delegasi Perancis. AFD diwakili oleh Remy Rioux, CEO AFD. Pertemuan

bertujuan menindaklanjuti Letter of Intent yang ditandatangani antara Menteri

PPN/ Kepala Bappenas dan CEO AFD pada saat annual meeting IMF-WB di Bali

pada Bulan Oktober 2018 terkait dukungan AFD untuk pembangunan rendah

karbon.

Saat ini, Kementerian PPN/ Bappenas telah menyusun proposal untuk

disampaikan kepada AFD dan mendapat dukungan pembiayaan melalui Facility

2050. Proposal tersebut fokus pada tiga sektor, yaitu air, polusi udara dan energi

terbarukan.

Page 68: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

57

f. Pertemuan dengan Lord Nicholas Stern (New Climate Economy/NCE)

Pertemuan dengan Lord Nicholas Stern dilaksanakan pada 11 Desember 2018

bertempat di ruang pertemuan Kantor Delegasi Rep. Indonesia. Pertemuan

bertujuan mendiskusikan progres dan capaian kerja sama antara Bappenas dan

NCE dalam kerangka pembangunan rendah karbon (Low Carbon Development).

Menteri PPN/ Kepala Bappenas menyampaikan bahwa laporan final LCDI akan

dirilis pada bulan Maret 2019. Langkah selanjutnya adalah mendorong inisiatif

dari pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan rendah karbon.

Menteri PPN/ Kepala Bappenas juga menyampaikan hasil diskusi sebelumnya

dengan IIASA dan meminta agar disinergikan antara model yang dikembangkan

IIASA dengan model pembangunan rendah karbon yang dilakukan oleh NCE,

khususnya berkaitan dengan perspektif mengenai natural capital. Saat ini

Bappenas memiliki dua skenario, Business as Usual vs climate action, dan

dimungkinkan untuk muncul skenario ketiga dengan upaya ekstra yang dapat

meningkatkan pertumbuhan lebih baik dalam jangka menengah dan jangka

panjang.

Lord Stern menyampaikan pandangan mengenai dampak negatif dan kerugian

yang diakibatkan oleh perusakan natural capital. Pemodelan yang lebih canggih

diperlukan untuk meng-capture negative externalities yang muncul sebagai

akibat dari perusakan lingkungan. Lord Stern juga menyampaikan perlunya

skema pemberian reward kepada pemerintah daerah sebagai pengakuan inisiatif

pelaksanaan pembangunan rendah karbon yang dilakukan oleh pemerintah

daerah.

6.4.3 Kegiatan Lain Menteri PPN/ Kepala Bappenas

a. Menteri PPN / Kepala Bappenas Menyampaikan Keynote Speech pada

Pavilion Jepang

Menteri PPN/ Kepala Bappenas menyampaikan keynote speech pada Pavilion

Jepang pada 11 Desember 2018. Topik yang disampaikan oleh Menteri PPN/

Kepala Bappenas adalah Promoting the Private Sector Engagement through the

Partnership to Strengthen Transparency for Co-Innovation (PaSTI). Pada

kesempatan tersebut, Menteri PPN/ Kepala Bappenas menyampaikan apresiasi

atas dukungan Pemerintah Jepang terhadap Monitoring, Evaluation and Report

System yang dikembangkan bersama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang.

Diharapkan kerja sama tersebut dapat berlanjut dalam upaya mengatasi

tantangan menjaga batas kenaikan suhu bumi di bawah 20C.

b. Menteri PPN/ Kepala Bappenas menghadiri Undangan Makan Siang

bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Duta Besar

Indonesia untuk Polandia.

Page 69: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

58

Pada kesempatan tersebut, Menteri PPN/ Kepala Bappenas menyampaikan

laporan dampak ekonomi IMF-WB Annual Meeting yang diselenggarakan pada

bulan Oktober 2018.

c. Wawancara dengan DW (Media Jerman)

Selain berbagai kegiatan di atas, Menteri PPN/ Kepala Bappenas menerima

permintaan wawancara dengan DW, salah satu media Jerman dilakukan pada

tanggal 11 Desember 2018 bertempat di ruang pertemuan Kantor Delegasi Rep.

Indonesia. Adapun hasil wawancara dapat dilihat pada tautan:

https://www.dw.com/id/strategi-indonesia-menekan-pemanasan-global/a-

46735410

Page 70: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

59

Page 71: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

60

VII. TINDAK LANJUT

Dengan telah diadopsinya Paris Agreement Rule Book sebagai bagian utama Katowice

Climate Outcomes, maka kecuali untuk Pasal 6 (Kerjasama Internasional Implementasi

Paris Agreement, termasuk di dalamnya mekanisme market dan non-market), maka telah

tersedia guidance yang komprehensif untuk tindak lanjut oleh negara pihak di dalam

negeri maupun secara kolektif melalui bilateral/regional/multilateral. Melihat tata waktu

tindak lanjut oleh negara pihak berdasar Paris Agreement Rule Book, maka tindak lanjut

yang mendesak untuk diselesaikan sampai tahun 2020 terutama:

1. Penyelesaian elaborasi (road map) 1st NDC Indonesia bersama K/L dan pihak terkait

baik untuk mitigasi, adaptasi, dan means of implementation nya, termasuk melakukan

review progres implementasi NDC dan mungkin/tidaknya Indonesia meningkatkan

komitmen di atas target yang sudah tertuang di dalam 1st NDC. Tata waktu adalah

sebelum pelaksanaan United Nations Climate Summit, September 2019; sehingga

Indonesia sudah dapat menunjukkan progres atau firm dengan status implementasi

NDC baik pada UN- Summit (yang mendorong peningkatan aksi negara pihak) maupun

pada COP-25/CMA-2 yang juga akan ada proses take-stock kesiapan memasuki

periode komitmen 2020-2030 terutama terkait emission gaps baik untuk 2oC maupun

1,5oC.

2. Melanjutkan pengembangan Sistem Registri Nasional (SRN) dan sistem pendukung

lainnya termasuk Sistem Inventarisasi GRK Nasional, Sistem MRV, dan Sistem terkait

Adaptasi.

3. Menyusun Long-term low emission and climate resilient development strategy (yang

juga dikenal istilah 2050 pathway) sesuai mandat Paris Agreement Pasal 4.19. Dan

sesuai hasil COP-24 dengan batas waktu tahun 2020, termasuk update kontribusi

NDC.

4. Penataan kembali Lead Negotiator dan Tim Negosiasi yang menangani isu terkait

PAWP dan Non-PAWP. Setelah COP21 dengan agenda negosiasi yang difokuskan

pada penyiapan Paris Agreement Rule Book, penugasan Lead Negotiator sampai

COP24 (adopsi Paris Agreement Rule Book) disamping didasarkan pada tugas dan

fungsi instansi juga didasarkan pada pertimbangan lain, termasuk pelibatan pihak-

pihak yang memiliki keahlian dan pengalaman negosiasi UNFCCC. Dengan telah

diadopsinya Paris Agreement Rule Book dengan tata waktu tindak lanjutnya, maka

penataan Tim Negosiasi dan Lead Negosiator juga diperlukan untuk menjaga

keseimbangan kekuatan Tim Negosiasi sesuai relevansi substansi negsiasi dengan

sektor penanggung jawab, tingkatan kemendesakan/nilai strategis masing-masing isu

dari waktu ke waktu.

5. Dalam rangka meningkatkan peran serta/ kontribusi Indonesia dalam proses UNFCCC

dan yang terkait, perlu dipertimbangkan pencalonan wakil Indonesia untuk duduk

dalam Badan- Badan Subsider atau Constituted Bodies UNFCCC (peluangnya adalah

mewakili Asia Pacific atau negara berkembang/Istilah UNFCCC-non Annex I, sebagai

Page 72: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

61

contoh Keanggotaan dalam Komite Kepatuhan (Committee to facilitate implementation

and promote compliance) yang penetapannya pada CMA2/COP25 (November 2019).

6. Menyiapkan submisi pandangan Indonesia paling lambat tanggal 31Maret 2019 terkait

dengan mandat SBSTA untuk menyiapkan beberapa hal sebagai berikut guna diadopsi

oleh CMA-3 (November 2020):

a) common reporting tables untuk pelaporan inventarisasi GRK nasional dan common

tabular formats untuk pelaporan progres/capaian NDC, penyampaian informasi

tentang MoI yang disediakan oleh negara maju, dan MoI yang diperlukan dan

diterima oleh negara berkembang;

b) outlines BTR, national inventory document dan TER report; dan

c) program pelatihan bagi technical experts yang akan melakukan technical expert

review (TER).

7. Sebagai salah satu pendukung Solidarity and Just Transition Silesia Declaration dan

mempertimbangkan bahwa substansi deklarasi tersebut konsisten dengan mandat

konstitusi Indonesia, serta mengingat masih kurangnya keterlibatan Kementerian

Tenaga Kerja akan isu ini, KLHK perlu memfasilitasi Kemenaker dalam sosialisasi isu

Just Transition dan mendorong pengarusutamaan dalam program-programnya,

termasuk isu gender dalam just transition di ketenagakerjaan terkait perubahan iklim.

8. Untuk mengkonkritkan tindak lanjut di dalam negeri :

a. Melakukan identifikasi sistem pendukung untuk implementasi PA dan komunikasi

para pihak terkait untuk implementasi penuh di 2020

b. Melakukan pemantauan NDC untuk melihat progress implementasinya

c. Mendorong political will penurunan emisi untuk implementasi NDC di sektor energi

dan seKtor potensial lainnya

d. Melakukan studi tentang partisipasi Indonesia sampai dengan tahun 2050 menuju

1,5oC.

e. Sosialisasi SRN agar dapat melembaga dan menjadi satu-satunya registri perubahan

iklim sampai di tingkat masyarakat.

f. Mendorong isu gender dalam penanganan perubahan iklim

g. Memperkuat isu pertanian dengan bekerjasama dengan mitra Internasional

h. Mendorong keterlibatan BPPT dan BMKG dalam menangani RSO

i. Memperkuat REDD+ dan mempermudah implementasinya di Sub Nasional dan

masyarakat, serta memperkuat langkah-langkah kerja dan pelembagaan REDD+ di

pemerintah daerah maupun swasta dan masyarakat.

j. Melakukan dialog dengan kelompok masyarakat adat dan juga kelompok local

communities agar dapat terlibat dalam mekanisme Local Communities and

Indigenous People (LCIP) secara konstruktif.

Page 73: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

62

Page 74: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

63

VIII. PENUTUP

Pertemuan Negara Pihak UNFCCC yang ke-24 atau COP24/CMP14/CMA 1.3, yang

diselenggarakan di Katowice, Polandia pada tanggal 2 Desember dan ditutup pada

tanggal 15 Desember 2018, telah berhasil mengadopsi “Katowice Climate Package”

yang juga dikenal dengan “Paris Agreement Rule Books”, sebagai dasar langkah

selanjutnya dalam implementasi Paris Agreement. Indonesia sebagai salah satu negara

pihak yang telah meratifikasi Paris Agreement memiliki kepentingan dalam

menginternalisasikannya ke konteks nasional dan sub nasional.

Menteri LHK selaku Ketua DELRI dalam acara Pertemuan Komunikasi Nasional Hasil

COP 24 Katowice pada tanggal 28 Desember 2018 di Manggala Wanabakti,

menyampaikan optimisme tentang kesiapan Indonesia untuk mengimplementasikan

hasil COP24. Keyakinan tersebut didasarkan atas berbagai modalitas dan instrument

yang telah dimiliki oleh Indonesia diantaranya adalah sebuah nilai yang dimandatkan

dalam pasal 33 UUD 1945 terkait pembangunan berwawasan lingkungan serta nilai

kebersamaan dalam partisipatory pembangunan nasional dan sub nasional. Itu bagian

dari kunci keberhasilan ke depan untuk pengendalian perubahan iklim.

Laporan ini merupakan salah satu bagian dari catatan sejarah perjuangan DELRI dalam

forum internasional, serta sebagai sarana untuk outreach dan campaign dalam upaya

meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan kepedulian masyarakat Indonesia

terhadap permasalahan perubahan iklim global yang berdampak nasional dan lokal.

Page 75: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

64

IX. LAMPIRAN

9.1 Statements of Indonesia

STATEMENT OF INDONESIA AT THE HIGH LEVEL SEGMENT OF THE COP, CMP, CMA

KATOWICE, 12 DECEMBER 2018

Thank you Mr. President,

Indonesia would like to congratulate Poland for assuming the COP-24 Presidency.

We thank the Government and the people of Katowice for their hospitality.

Indonesia believes that we gather here with the commitment to complete our

mandate from Paris. We are confident, that under your very able leadership, Mr.

President, we could adopt a balance – comprehensive Paris Agreement rule book,

resulting from a transparent, inclusive, and country driven processes, and

applicable to all with the principle of CBDR-RC.

Mr. President,

Indonesia is one among countries which ratified the Paris Agreement, less than

one year after the adoption of the agreement. We have set an ambitious

unconditional target of 29% up to 41% conditional target of emission reduction from

2030 BAU scenario, with forestry and energy as the major targeted sectors.

Adaptation is an important part of our NDC, with three target area of climate

resilience, namely economy, social and livelihood, and lastly ecosystem and

landscape.

Our national values and goals will enable us to meet our commitment under the

Paris Agreement, mandating that all citizens have the right for good environment,

and that natural resources are governed by the states for the greatest prosperity of

the citizens in Sustainable way, as reflected in our Constitution 1945’s Articles 28

H and Article 33. Under President Joko Widodo administrative government,

relevant policy reforms have been carried out, including legal the recognition of the

rights of Masyarakat Hukum Adat or local natives, improving access for local

communities to forest land and resources through Social Forestry, enhancing

Forest Management Unit at site level, and implementing joint adaptation and

mitigation at the grass root levels. There are also efforts in energy sector through

Page 76: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

65

the development of renewable energy and policy to enhance the quality of fossil

fuel and coal. The increasing roles of Non-Party stakeholders are encouraging and

very dynamic, from the sub-national government, private sectors, civil societies to

grassroots, as well as the supports from the parliament, and judiciary for

enforcement. In tracking our progress, we established a National Registry System

to record and monitor all climate actions and their respective resources, as well as

on the final stage of financial channeling arrangement.

Mr. President,

The recent IPCC’s Special Report on Global Warming of 1.5o C, highlighted the

importance of early action against climate change, which makes the role of pre-

2020 ambition even more critical. Therefore, Indonesia would like to urge our

developed country partners, to meet their pre-2020 commitment, and to rapidly

increase their ambition in meeting the objectives of the Paris Agreement, both in

emission reduction and in providing means of implementation, to developing

countries.

Mr. President,

We recognized, the importance for all countries to transform, to low emission and

climate resilience development pathway. Indonesia, like many other emerging

economies, faces challenges in balancing between meeting international

commitment and achieving national development objectives. Indonesia, would like

to see fair and just international policies that are conducive for both international

and national interests. We could not accept the use of environmental issues

including climate to be a means of disguise trade discrimination against developing

countries.

In closing, Mr. President, we should not allow any attempt to renegotiate the Paris

Agreement. Indonesia assures you our good faith to achieving concrete results in

Katowice, and looks forward to support your leadership by working together

constructively with other Parties.

Thank you Mr. President.

Page 77: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

66

h

STATEMENT BY INDONESIA

AT THE JOINT PLENARY OF THE COP-24, CMP-14, CMA 1.3, SBI-49, SBSTA-49, APA 1.7

Katowice, 02 December 2018

Thank you Mr. Vice President,

Indonesia would like to congratulate Poland on assuming the Presidency of the COP.

We would like to convey our appreciation to Fiji, for their wise guidance in their

presidency.

Indonesia associates with the statement made by Egypt on behalf of G77+China.

We highly appreciate the guidance of the COP Presidencies, Chairs of SBI and SBSTA,

and APA Co-Chairs during the previous session that paved the way to a common

understanding in moving forward in agreeing upon a strong package of decisions here

in Katowice.

Indonesia would like to reiterate our collective objective of a complete-balance-and-

coherence outcome of the Paris Agreement Work Program to be adopted in Katowice,

to enable all Parties with diverse national circumstances, capacities and capabilities

implementing their NDCs.

Please allow me to draw our attention to key issues regarding our work here in Katowice.

1. All Parties should approach The Paris Agreement Work Program with a balanced

manner between mitigation, adaptation, finance and capacity building, as well as

technology development and transfer, with understanding that the Paris Agreement

is applicable to all, implemented in the context of equity and common but

differentiated responsibilities and respective capabilities in light of different national

circumstances.

2. On the matters related to PAWP agenda items, we welcome the joint reflection notes

provided by the presiding officers after Bangkok session. Nevertheless, allow me to

highlight the importance of addressing discrepancies amongst the agenda items, as

well as the linkages amongst them. In this regard, there should be a common

approach to interlinked elements in different agenda items.

3. With regard to Non-PAWP agenda items, its equal consideration in our meeting and

its eventual implementation are important to support the countries’ efforts in meeting

the goal of PA.

Page 78: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

67

4. Indonesia, once again, reiterates the importance of access to means of

implementations for developing countries, to ensure the credibility of this landmark

agreement. In particular, to those most vulnerable to the adverse impacts of climate

change.

5. The recent IPCC’s Special Report on Global Warming of 1.5°C highlighted the

importance of early action against climate change, which the role of pre-2020

ambition becoming even more critical. In light of the Paris Agreement, enhanced

pre-2020 mitigation action is more urgent than ever. Additionally, enhancing pre-

2020 action would facilitate the implementation and strengthening of the NDCs and

its implementation as well as to smoothen the transition to long-term emissions

reductions that are required to reach the temperature target of the Paris Agreement.

Therefore, Indonesia would like to urge our developed country partners in meeting

their pre 2020 commitment and to rapidly increase their ambition in meeting the

objectives of PA.

In closing, we have faith that all Parties will maintain their commitment to achieving

concrete results in Katowice. Indonesia looks forward to support your leadership by

working together with other Parties.

Thank you

Page 79: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

68

STATEMENT BY INDONESIA

AT STOCKTAKING MEETING APA AGENDA ITEM 3 - 8

Katowice, 7 December 2018

Madam Co-Chairs,

First of all, my delegation would like to express our thanks to your continuous leadership

during sessions since Paris. Delivering a complete-balance-and-coherence Katowice

Outcome is our collective goal in order to turn Paris Agreement into concrete actions.

Despite some significant progress to work to produce negotiating text and targeting to

conclude our work tomorrow, we still have a number of divergent views on crucial issues

of the PAWP, which seem difficult to resolve within the available time.

There was a clear message that the Katowice Outcome should be applicable to all , but

still anchored by the principle of CBDR-RC. An outcome which is securing the aspects

of completeness, balance, comprehensiveness and resulted from the transparent and

inclusive process is what we have expected since Paris. We want to adopt a balanced

comprehensive Katowice Rule Book, which allow all Parties with diverse national

circumstances, capacities and capabilities to implement within our national context,

Madam Co-chairs,

The salient issue related NDC implementation which needs willingness to work harder

on accounting, tracking progress as well as flexibility aspect, considering various

capacity of parties which needs an agreement amongst Parties on how flexibility be

defined and at which stage the flexibility is applicable.

On transparency framework, we share the concerns expressed by some parties, that the

streamline text has a number of crucial elements deleted. Significant changes have been

done in the last iteration, both in the structure and substance. We see the importance of

TF in the PA rule book. In this regards, Indonesia would like to see a comprehensive

and balanced –MPG for TF between actions and supports, and between elements within

actions and within supports.

Madam Chairs,

Indonesia is of the view that divergent points of concerns from Parties will have to be

worked out to reach a possible landing ground. Having said that, it is urgently need to

show flexibility as well as willingness to compromise as to achieve Katowice outcome as

mandated by the PA.

Thank you Madam Co-Chairs.

Page 80: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

69

STATEMENT BY INDONESIA AT THE JOINT CLOSING PLENARY SBI-49, SBSTA-49, APA 1.7

Katowice, 8 December 2018

Madam Co-Chairs, Mr. Chairs

My delegation would like to express our deep appreciation to all presiding officers for the

leadership and tireless efforts in guiding our work to complete the Paris Agreement Work

Programme. Our sincere appreciation also goes to the COP Presidency for the

leadership, and to the people of Poland for their hospitality.

We welcome the SBI-SBSTA-APA conclusions with the proposal from the APA Co-

Chairs-SBI conclusions-SBSTA conclusions, to be forwarded for consideration at COP-

24, as the basis for further deliberation next week. We have a high expectation to leave

Katowice with a balance – comprehensive outcome, resulted from a transparent,

inclusive, and country driven processes, and is applicable to all while maintaining the

principle of CBDR-RC.

We acknowledged the good progress on facilitation and compliance, global stock take,

as well as Common time frame for NDC. We noted a number critical issues need to be

resolved, including differentiation in relation to ICTU and accounting in agenda item 3.

On Transparency Framework, Indonesia would like to reiterate that a comprehensive

and balanced – MPG for TF between actions and supports, and between elements within

actions and within supports. We see in the last iteration a proportional balance in the

substance, we look forward to resolving differences and working on incorporating the

outputs of SBSTA agenda item 12 and SBI agenda item 15 to Section C of the last

iteration of the APA Agenda item 5 (Information on financial support provided and

mobilized under Article 9 of the Paris Agreement).

Madam Co-Chairs, Mr. Chairs

On non-PAWP, we are happy to see the conclusions on Koronivia joint work on

agriculture (work in progress) and Gender and climate change. We are also pleased that

parties are able to reach consensus on “Local Communities and Indigenous people

platform”, the platform that we hope could further enhance the role of LCIP in the climate

action agenda.

With the principle that nothing agreed until everything is agreed, my delegation have

faith that all Parties will maintain the commitment to achieving concrete results in

Katowice. Indonesia looks forward to support your leadership by working together

constructively with other Parties.

Thank you Madam Co-Chairs, Mr. Chairs.

Page 81: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

70

STATEMENT BY INDONESIA

AT THE JOINT CLOSING PLENARY OF COP24, CMP14, CMA1

Katowice, 15 December 2018

Mr. President

We have seen that Parties are struggling over how to achieve consensus on the Paris

Agreement rulebook for the last three years. My delegation recalled at the beginning of the

Katowice session, Parties agreed to find a landing zone, call for putting aside the known

differences and focusing on common goals in combating climate change, to agree on a

complete-balance-and-coherence package to implement the Paris Agreement, which is

applicable to all, with the principle of CBDR-RC.

My delegation would like to take this opportunity to express our gratitude to your leadership in guiding us to finally adopt the Katowice outcomes. We appreciate all Parties for the commitment to our collective goal under the Paris Agreement.

Mr. President,

As an archipelagic country with almost 260 million population, Indonesia is very vulnerable to the impact of climate change, at the same time has a high mitigation potential especially in forest and energy sectors. We come here with a good faith to negotiate the Paris Agreement rule book, not only for protecting national interest but also protecting the global common for future generations. But, climate change is a global challenge, it can not be resolved by individual country, we need to act together, within the principles of CBDR-RC, equity, and flexibility.

Mr. President,

Implementation of the Paris Agreement rule book requires a fundamental change in many developing countries, including Indonesia. Provision of means of implementation as mandated by the Paris Agreement will enable developing countries meeting their commitment to the agreement, particularly in the transformation to long-term low GHGs emission and climate resilient, which must be balanced with economic growth and just opportunity for development.

On the Paris Agreement Work Programme, Mr. President, my delegation would like to highlight some issues regarding the Katowice Package:

1. On Finance, assessing progress in provision and mobilization of support is crucial. Such mobilization of climate finance should represent a progression beyond existing efforts.

2. On NDC, we welcome its timing of application of the further guidance for NDC, ICTU and accounting as well as the accompanied required supports.

3. We welcome decision on adaptation communication and further works as the follow up of AC Report. Support to developing countries in preparing and submitting

Page 82: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

71

adaptation communication is needed. Adequate support is also necessary to implement adaptation plan and action to improve resilience.

4. On transparency framework, we welcome flexibility provision for developing country parties, yet allowing improvement overtime. Provision of means of implementation is crucial for the implementation of transparency framework.

5. On compliance, Indonesia recognizes the importance in paying particular attention to the Parties’ national capabilities and circumstances, including in the case of force majeure. This is particularly important as climate change is putting more challenges to natural-disasters prone country in implementing its NDCs.

In closing, Mr. President, my delegation would like to covey our appreciation to the UNFCCC Secretariat for their dedication, to the government and people of Poland and Katowice for their hospitality.

Thank you Mr. President

Page 83: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

72

9.2 List of Participants

United Nations FCCC/CP/2018/INF.3

Distr.: General 14 December 2018

English/French/Spanish only

Conference of the Parties Twenty-fourth session Katowice, 2–14 December 2018

List of participants

The attached list of participants attending the twenty-fourth session of the

Conference of the Parties, the fourteenth session of the Conference of the Parties serving

as the meeting of the Parties to the Kyoto Protocol, the third part of the first session of

the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Paris Agreement,

the forty-ninth sessions of the subsidiary bodies and the seventh part of the first session

of the Ad Hoc Working Group on the Paris Agreement, all held at the International

Conference Centre in Katowice, Poland, has been prepared on the basis of information

received by the secretariat as at Wednesday, 12 December 2018.

Participation statistics

States/organizations Participants

Parties 196 11 090

Observer States 1 10

Total Parties + observer States 197 11 100

United Nations Secretariat units and bodies 25 216

Specialized agencies and related organizations 20 271

Intergovernmental organizations 71 652

Non-governmental organizations 1 032 5 054

Total observer organizations 1 148 6 193

Media 566 1 126

Total participation 1 911 18 420

Page 84: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

73

FCCC/CP/2018/INF.3

Parties

Indonesia

H.E. Ms. Siti Nurbaya

Minister of Environment and Forestry

Ministry of Environment and Forestry

H.E. Mr. Luhut Binsar Pandjaitan

Coordinating Minister for Maritime

Affairs

Coordinating Ministry of Maritime

Affairs

H.E. Mr. Bambang Permadi Brodjonegoro Minister for National Development

Planning / Head of National

Development Planning Agency

Ministry of National Development

Planning / National Development

Planning Agency H.E. Ms. Susi Pudjiastuti

Minister for Marine Affairs and

Fisheries

Ministry of Marine Affairs and Fisheries Mr. Rachmat Witoelar

President's Special Envoy for

Climate Change Office of the President's Special

Envoy for Climate Change Mr. Peter Frans Gontha Ambassador of the Republic Indonesia in Poland Embassy of Indonesia in Warsaw Mr. Nazir Foead Chairman Peatland Restoration Agency Ms. Dwikorita Karnawati

Head of the Agency for

Meteorology, Climatology, and

Geophysics

The Agency for Meteorology,

Climatology, and Geophysics Ms. Nur Masripatin National Focal Point for UNFCCC

Ministry of Environment and Forestry Mr. Ruandha Agung Sugardiman Director General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry

Mr. Arif Havas Oegroseno

Ambassador of the Republic of

Indonesia to the Federal

Republic of Germany Embassy of the Rep. of Indonesia in Berlin Ministry of Foreign Affairs

Mr. Agus Justianto Head of Research & Develop-

ment and Innovation Agency Ministry of Environment and Forestry Ms. Laksmi Dhewanthi Senior Adviser to the Minister on

International Trade and Industry

Ministry of Environment and

Forestry Mr. Rasio Ridho Sani Director General of Environment and Forestry Law Enforcement Ministry of Environment and Forestry Mr. Ilyas Asaad Inspector General Ministry of Environment and Forestry Ms. Rosa Vivien Ratnawati

Director General for Solid Waste,

Hazardous Waste and Hazardous

Substances Management

Ministry of Environment and

Forestry Mr. Muhammad Rizali Karliansyah Director General of Pollution and Environmental Degradation Control Ministry of Environment and Forestry Mr. Wiratno Director General of Conservation

on Natural Resources and

Ecosystem Ministry of Environment and Forestry Mr. Helmi Basalamah Director General of Counselling and Human Resources Development Agency Ministry of Environment and Forestry

Mr. Hudoyo Expert Staff to the Minister for

Energy and Natural Resources,

Ministry of Environment and

Forestry Mr. Arifin Rudiyanto Deputy Minister for Maritime

Affairs and Natural Resources

Ministry of National

Development Planning / National

Development Planning Agency Ms. Musdhalifah Machmud

Coordinating Deputy Minister for

Food and Agriculture Coordinating

Ministry for Economic Affairs Mr. Budi Satyawan Wardhana

Deputy of Planning and

Cooperation Peatland Restoration Agency Ms. Myrna Asnawati Safitri Deputy of Education, Socialization, Participation, and Partnership Peatland Restoration Agency Mr. Nurwadjedi Deputy for Thematic Geospatial Information Geospatial Information Agency Ms. Agustina Murbaningsih Deputy of Administrative Secretariat of the Cabinet Mr. Herizal Deputy for Climatology

Agency for Meteorology,

Climatology and Geophysics

Mr. Hammam Riza

Deputy for Natural Resources, Development Technology Agency for the Assessment and

Application of Technology

Ms. Kirana Pritasari

Director General of Public

Health Ministry of Health

Ms. Lenny Nurharyanti

Rosalin

Deputy Minister for Child Growth

and Development Ministry of

Women Empowerment and Child

Protection

Page 85: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

74

FCCC/CP/2018/INF.3

Indonesia (continued)

Mr. Brahmantya Satyamurti Poerwadi Director General of Marine Spatial Management Ministry of Marine Affairs and Fisheries

Mr. Rida Mulyana Director General of New, Renewable Energy and Energy Conservation Ministry of Energy and Mineral Resources Mr. Prasetyo Boeditjahjono

Senior Adviser to the Minister for

Technology, Energy & Environment

in Transport

Ministry of Transportation Mr. Agung Kuswandono Deputy Minister for Coordination of

Natural Resources and Services

Coordinating Ministry for Maritime

Affairs Mr. Safri Burhanuddin

Deputy Minister for Human

Resources, Science, Technology and

Culture of Maritime

Coordinating Ministry for Maritime

Affairs Mr. Tukul Rameyo Adi Senior Adviser to the Minister for Socio-Anthropology Agency for Marine and Fisheries

Research and Development

Ministry of Marine Affairs and

Fisheries Mr. Purbaya Yudhi Sadewa Deputy Minister of Maritime Sovereignty Coordinating Ministry for Maritime Affairs Mr. Wahjudi Wardojo Senior Adviser to the Minister

Secretariat General

Ministry of Environment and Forestry

Mr. Efransjah Senior Adviser to the Minister

Secretariat General of the Ministry of

Environment and Forestry

Ministry of Environment and Forestry

Mr. Agus Pambagio Senior Adviser to the Minister

Secretariat General of the Ministry of

Environment and Forestry

Ministry of Environment and Forestry

Mr. Suryo Adiwibowo Senior Advisor to the Minister for

Human Ecology and Village

Development Affairs Ministry of Environment and Forestry Mr. Makarim Wibisono

Senior Advisor to the Minister

Ministry of Environment and

Forestry Mr. Eka Widodo Soegiri

Expertise Staff to the Minister of

Strategic Analysis, Political

Accountability and Publication

Secretariat General Ministry of Environment and Forestry Mr. Arief Yuwono

Expert to the Minister on

Evaluation of International

Cooperation Affairs

Ministry of Forestry and the

Environment Ms. Nurmala Kartini Pandjaitan

Sjahrir Senior Advisor on Climate Change

Coordinating Ministry of Maritime

Affairs Mr. Asep Djembar Muhammad

Expert to the Minister for Inter-

Agency Relations

Office of Executive Secretary

Coordinating Ministry of Maritime

Affairs Mr. Fernandez Hutagalung

Special Staff to Minister

Ministry of Women’s

Empowerment and Child

Protection Mr. Andi Eka Sakya Senior Engineer BPPT National Laboratory for Weather Modification Technology Agency for the Assessment and Application of Technology

Mr. Agung Setyabudi Executive Secretary Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry

Ms. Emma Rachmawaty Director for Mitigation of Climate Change Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry

Ms. Sri Tantri Arundhati Director for Adaptation of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Joko Prihatno Director of GHG Inventory and MRV Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Wahyu Marjaka Director of the Sectoral and Regional Resources Mobilization Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Raffles Brotestes

Panjaitan Director of Land and Forest Fires Management

Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry

Mr. Djati Witjaksono Hadi Director for Bureau of Public Relations Secretariat General Ministry of Environment and Forestry

Mr. Noer Adi Wardojo

Director for Centre of Environment

and Forestry Standardization Ministry of Environment

and Forestry

Page 86: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

75

FCCC/CP/2018/INF.3

Indonesia (continued)

Ms. Kirsfianti Linda Ginoga Director of Forest Research and Development Center Ministry of Environment and

Forestry Mr. Mahfudz Head of Data and Information Center Ministry of Environment and Forestry Mr. Ade Palguna Ruteka Head of Center for Planning and

Human Resources Development

Ministry of Environment and

Forestry Ms. Ida Dwi Nilasari

Deputy Assistant for Food Security,

Agriculture, Environment and

Forestry Deputy for Economic Affairs Cabinet Secretariat Mr. Wilistra Danny Assistant to the Deputy Minister

for Estate Crop Plantation and

Horticulture Office of Deputy Minister for

Food and Agriculture

Coordinating Ministry for

Economic Affairs Mr. Dyan Vidyatmoko Assistant

to the Deputy Minister for

Agribusiness Office of Coordinating Deputy

Minister for Food and Agriculture

Coordinating Ministry for

Economic Affairs Mr. Medrilzam Director of Environmental Affairs Ministry of National Development Planning Mr. Josaphat Rizal Primana Director for Energy, Mineral Resources and Minning Ministry of National Development Planning / National Development Planning Agency

Ms. Sri Yanti Director of Marine and Fisheries Ministry of National Development

Planning / National Development Planning Agency Mr. Parulian George Andreas

Silalahi Head of Bureau for Public Relation,

Executive Administration

Ministry of National Development

Planning / National Development

Planning Agency

Mr. Apik Karyana Secretary to the Directorate General of Social Forestry and Environmental Partnership Ministry of Environment and Forestry Mr. Sugeng Priyanto Director of Denunciation, Monitoring and Administration Sanction Directorate General of Environmental and Forestry Law Enforcement Ministry of Environment and Forestry Mr. Dwi Sudharto

Director of Forest Product Research

and Development Center Ministry of

Environment and Forestry

Ms. Sri Parwati Murwani Budi

Susanti Director for Peatland Degradation Control Directorate General for Environmental

Pollution and Degradation Control

Ministry of Environment and

Forestry Ms. Moekti Handajani Soejachmoen Assistant to the President's Special

Envoy for Climate Change Office of

the President's Special Envoy for

Climate Change Mr. Suparman Director Bureau of Planning The Coordinating Ministry of Maritime Affairs Ms. Nani Hendiarti

Director for Utilization of Maritime

Science and Technology Office of

Deputy Minister for Human

Resources, Science, Technology

and Culture of Maritime

Coordinating Ministry

for Maritime Affairs Mr. Sahat Manaor

Panggabean

Director for Environmental and

Maritime Disaster Coordinating

Deputy of Natural Resources and

Services Coordinating Ministry

of Maritime Mr. Dedy Miharja

Secretary to the Deputy

Coordinating Minister for

Maritime Sovereignty

Coordinating Ministry for

Maritime Affairs Mr. Dida Gardera

Director of Environment Office of Deputy for

Coordination in Energy, Natural

Resources, and Environmental

Management Coordinating

Ministry for Economic Affairs

Mr. Achmad Fachri Radjab

Director of Center for Puclic

Weather Services The Agency for Meteorology, Climatology, and Geophysics Mr. Dodo Gunawan Director for Center of Climate Change Information Office of Directorate General of Climatology The Agency for

Meteorology, Climatology, and Geophysics Mr. Rizal Edwin

Manansang

Assistant to the Deputy

Minister for Multilateral

Economic Cooperation and

Financing

Office of Deputy Minister for

Cooperation of International

Economy Coordinating Ministry for Economic Affairs

Page 87: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

76

FCCC/CP/2018/INF.3

Indonesia (continued)

Mr. Kuwat Sri Hudoyo

Secretary to the Directorate

General of Public Health

Ministry of Health Mr. Imran Agus Nurali Director of Environmental Health Directorate General of Community Health, Ministry of Health Mr. Muhammad Ilyas Director of Laboratory for Marine Survey Technology Agency for the Assessment and

Application of Technology

Mr. Tri Handoko Seto Director of National Laboratory for

Weather Modification Technology Agency for the Assessment and Application of Technology Mr. Sigit Reliantoro

Secretary to the Directorate

General of Pollution and

Environmental Control

Ministry of Environment and

Forestry Mr. Dida Migfar Ridha

Director for Coastal and Marine

Pollution and Degradation Control

Directorate General of Pollution and

Environmental Degradation

Ministry of Environment and Forestry Mr. Ahmad Husien Al Muhdar

Head of Center for Sustainable

Transport Governance

Ministry of Transportation Mr. Tandya Tjahjana Director of Management of Essentials Ecosystem Development Ministry of Environment and Forestry Mr. Harris Director of Various of New and Renewable Energy Directorate General of New Renewable Energy and Energy Conservation Ministry of Energy and Mineral Resources

Mr. Fahmy Radhy Economic Energy Observer Bureau of Communication,

Public Information Services and Cooperation Ministry of Mineral Energy Resources Mr. Rudy Kurniady Head of Economic Section Embassy of Indonesia in Warsaw Ministry of Foreign Affairs Mr. Hubertus Djatmiko Witjaksono Head of Political Section Embassy of Indonesia in Warsaw Ministry of Foreign Affairs

Mr. Teguh Rahardja Deputy Director of the Multilateral Cooperation Bureau of International Cooperation Ministry of Environment and Forestry Mr. Kadim Martana Deputy Director of International Treaty Bureau of International Cooperation Ministry of Environment and Forestry Mr. Lawin Bastian Head of Division for

Laws, Regulation and

Technical Cooperation Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Ulin Sjafitri Head of Financial and Home Affairs Secretariat of Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry

Ms. Novia Widyaningtyas Deputy Director of REDD+ Directorate of Climate Change

Mitigation, Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Yulia Suryanti Deputy Director of Monitoring of Mitigation Actions Directorate General of Climate Change Mitigation Ministry of Environment and Forestry Ms. Endang Pratiwi Deputy Director for Planning

of Mitigation Instrument and

Policy

Directorate General of Climate

Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Arif Wibowo Deputy Director for

Identification and Analysis of

Vulnerability Directorate for

Climate Change Adaptation

Ministry of Environment and Forestry Ms. Tri Widayati Deputy Director for Manmade

Ecology Adaptation

Directorate of Climate Change

Adaptation, Directorate General

of Climate Change

Ministry of Environment and Forestry Ms. Anis Susanti Aliati

Deputy Director for

Adaptation Planning Directorate of Climate Change

Adaptation, Directorate General

of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Belinda Arunarwati

Margono

Deputy Director of MRV and

Registry for Land-Based Sectors

Directorate General of Climate

Change Ministry of Environment and Forestry

Page 88: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

77

FCCC/CP/2018/INF.3

Indonesia (continued)

Ms. Ratnasari Deputy Director for GHG

Inventory of Non Land-based

Sectors, Directorate of GHG

Inventory and MRV Directorate

General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Budiharto Deputy Director of MRV of Land

Based Sector Directorat General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Hariwibowo Deputy Director of Monitoring,

Reporting, Verification and

Registry System for Non Land-

based Sector Directorate General of Climate

Change Ministry of Environment and

Mr. Radian Bagiyono Deputy

Director for Climate Change

Negotiation Facilitation Directorate

General of Climate Change

Ministry of Environment and

Forestry

Ms. Ardina Purbo Deputy Director of Capacity Development and Low Carbon Technology Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Endah Tri Kurniawaty Deputy

Director for Climate Finance Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Anak Agung Gede Putra Head

of Agency for Climate Change and

Forest Fire Control for Java, Bali, and

Nusa Tenggara Regions

Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Climate Change Mr. Johny Santoso Head of Agency for Climate Change

and Forest and Land Fires for

Kalimantan Region Directorate

General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Sabari Christian Mambor

Head of Agency for Climate Change

Control and Forest Land Fires for

Maluku and Papua Regions Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Satryo Bramono Brotodiningrat Foreign Service Officer Directorate of Development, Economic and Environmental Affairs, Directorate General of

Multilateral Affairs Ministry of

Foreign Affairs Mr. Zaenal Arifin Head of Division for Environment and

Forestry Office of the Deputy Cabinet Secretary

for the Economy Cabinet Secretariat Ms. Fauzana Mahmoed Thalib

Deputy to Assistant of President's

Special Envoy for Climate Change

Office of the President's Special Envoy

for Climate Change Ms. Ajeng Rachmatika Dewi

Andayani Deputy to Assistant of the

President's Special Envoy for

Climate Change Office of the President's Special

Envoy for Climate Change Mr. Kus Prisetiahadi Deputy Director for Marine Environment Protection Deputy Minister for Coordination of

Natural Resources and Services

Coordinating Ministry for

Maritime Affairs Ms. Siti Nissa Mardiah Head of Division for Maritime

Disaster Management

Coordinating Deputy of

Natural Resources and

Services Coordinating

Ministry for Maritime Affairs Mr. Ridha Yasser Deputy Director for

Development of Science &

Technology for New and

Renewable Energy Applications Office of Deputy

Coordinating Minister for

Human Resources, Science

and Technology and Maritime

Culture Coordinating

Ministry for Maritime Affairs Mr. Mochamad Saleh

Nugrahadi

Deputy Director for the

Integration of Marine

Observation System Deputy

Minister for Human Resource,

Science & Tecnology and

Maritime Culture Coordinating

Ministry for Maritime Affairs Mr. Andreas Albertino

Hutahaean Deputy Director for

Maritime

Industry Empowerment Office

of Deputy Minister on Human

Resource, Science-Technology

and Maritime Culture

Coordinating Ministry of

Maritime

Mr. Ardhasena

Sopaheluwakan

Deputy Director for Climate

and Air Quality Research Center for Research and Development The Agency for Meteorology, Climatology, and Geophysics

Page 89: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

78

FCCC/CP/2018/INF.3

Mr. Edi Husen Researcher at Indonesian Soil Research Institute Indonesian Agency for Agriculture

Research & Development Ministry of

Agriculture Ms. Emmy Suryandari Head of Division for Energy and Water Management R & D Center for Green Industry

and Environment Ministry of

Industry Ms. Damayanti Ratunanda Head of Division for Program and Evaluation Directorate General of

Environmental and Forestry Law

Enforcement Ministry of Environment and Forestry Mr. Israr Albar Head of Climate Change and

Land & Forest Fire Office for

Sumatra Region Directorate General of Climate

Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Agus Wibowo

Deputy Director of Climate Change Office of Deputy Minister on

Coordination in Energy, Natural Resources and Environmental

Management Coordinating Ministry for Economic Affairs

Mr. Hageng Suryo Nugroho Adviser for Environmental and Forestry Sector Department of Analysis and Oversight Strategic Issues on Social, Cultural and Ecological Affairs Executive Office of the President Ms. Jelsi Natalia Marampa Deputy Director of Waste and Radiation Security Directorate of Environmental Health, Directorate General of Public Health Ministry of Health

Mr. Eka Hendra Permana

Deputy Director for Fiscal Policy

on Climate Change Fiscal Policy Agency

Ministry of Finance Mr. Dudi Rulliadi Deputy Director for International

Cooperation of Climate Finance,

Center for Climate Finance and

Multilateral Policy Fiscal Policy Agency

Ministry of Finance Mr. Awidya Santikajaya Counselor Economic Affairs 1 Permanent Mission of the Republic

of Indonesia to the UN and other

International Organizations in

Geneva Mr. Ferry Triansyah Head of Sub Directorate of Electricity Technical Personnel Directorate General of Electricity Ministry of Energy and Mineral Resources Ms. Diyah Ramadani Agustini First Secretary Embassy of the Republic of Indonesia in Warsaw Ministry of Foreign Affairs Mr. Jaya Dharwiniar Cipta Head

of Section for Technical

Cooperation Secretariat of Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Haryo Pambudi Head of Sub Division for REDD+ Governance Directorate of Climate Change Mitigation Ministry of Environment and Forestry Mr. Wisnu Murti Head of Section for Capacity Building Directorate of Sectoral and

Regional Mobilization

Ministry of Environment and

Forestry

Ms. Rizki Amelgia Assistant to Deputy Director

of Low Carbon Technology

Information Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Lia Kartikasari Head of Section for

REDD+'s Partner

Networking Directorate

General of Climate Change Ministry of Environment

and Forestry Ms. Wukir Amintari Rukmi Head of Section for the

Facilitation of UNFCCC

Negotiation

Directorate General of Climate

Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Saptuti Gamayanti Head of Section for Facilitation

of Non UNFCCC Negotiation

Directorate General of Climate

Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Akma Yeni Masri

Head of Section for GHG

Inventory of Energy and

Industrial Sectors

Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Ferdian Krisnanto Head of Section for Prevention Technics Directorate of Forest and Land Fires Management Ministry of Environment and Forestry Mr. Rasyd John Uno

Head of Sub Division

for Legislation Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry

Page 90: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

79

FCCC/CP/2018/INF.3

Ms. Gamma Nur Merrillia

Sularso

Technical Staff of MRV for Land

Based Sector Directorate of Inventory GHG

and Monitoring, Reporting, and

Verification (MRV), Directorate

General of Climate Change

Ministry of Environment and

Forestry Mr. Rizki Maulana Rachman Staff Directorate of Sectoral and Regional Resources Mobilization, Directorate General of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Anna Amalia Associate Planner Directorate of Environmental Affairs Ministry of National

Development Planning / National Development Planning Agency Mr. Nugrahadi Hendro

Yuwono Functional Diplomat at

Directorate of Legal Affairs and Economic Treaties Directorate General of Legal Affairs and International Treaties Ministry of Foreign Affairs Ms. Anggarini Sesotyoningtyas Diplomat Directorate of Development, Economic, and Environment Ministry of Foreign Affairs Mr. Ihsan Wicaksono Nugroho Diplomat Directorate of Development, Economic, and Environment

Ministry of Foreign Affairs

Mr. Rahmat Kurniawan

Functional Diplomat

Directorate General of Legal

Affairs and International

Treaties Ministry of Foreign

Affairs

Mr. Ibnu Firdaus Bakhri Head of Sub Division for

Poverty Eradication Office of the Deputy Minister

for Human Development and

Culture Secretariat of the

Cabinet Ms. Dewi Wulansari Analyst Office of the Deputy Minister

for Human Development and

Culture Secretariat of the

Cabinet Ms. Kristin Darundiyah

Head of Section for

Radiation Security Directorate of Environmental Health, Directorate General of Public Health Ministry of Health Mr. Aulia Putra Saragih Head

of Section for Climate Change

Adaptation Office of Deputy Assistant for Environment Coordinating Ministry for Economic Affairs Mr. Aulia Biben Setyabudi

Adviser on Environmental Issues

Department of Analysist and

Oversight of Strategic Issues on

Social, Cultural, and Ecological

Affairs The Executive Office of

President of the Republic of

Indonesia Mr. Rizky Aulia Rahman Head of Subdivision for

Climate Change International

Forum Center for Climate

Finance and Multilateral

Policy Fiscal Policy Agency, Ministry of Finance Ms. Silvany Austin Pasaribu

Second Secretary Economic

Affairs Permanent Mission of the

Republic of Indonesia to the UN

in New York

Ms. Anastasia Rita Tisiana

Dwi Kuswardani

Head of Research Group on Climate Change Agency for Marine and

Fisheries Research and Human

Resources Development Ministry of Marine Affairs and Fisheries Mr. Erick Hutrindo Energy Modeler and Trainer Human Resources Development Center for Electricity, New Energy, Renewable Energy and Energy Conservation Ministry of Energy and Mineral Resources Mr. Herbert Wibert

Victor Hasudungan Head of Sub Division for

Analysis and Evaluation Research and Development

Center of Electricity Technology,

New and Renewable Energy, and

Energy Conservation Ministry of Mineral Energy Resources Mr. Muhammad Farid Member of Expert Teams to the National Focal Point Expert Team to the National Focal Point for UNFCCC Mr. Ernesto Second Secretary Embassy of the Republic of Indonesia in Prague, Czech Republic Mr. Cosa Wahyu Afiyanto Head of Sub Division on Protocol to the Minister Bureau for General Affairs

Ministry of Environment

and Forestry Mr. Budi Santoso Personal Assistant to the Minister Secretariat General Ministry of Environment

and Forestry Ms. Nila Christinauli Personal Secretary to the Minister Secretariat General Ministry of Environment and Forestry

Page 91: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

80

Mr. Eko Rustanto Winardi Staff Indonesian Embassy in Warsaw

Ms. Monica

Tanuhandaru Executive

Director Senior

Management Partnership

for Governance Reform

Ms. Dewi Lestari Yani

Rizki Program Director

Sustainable Governance

Strategic Partnership for

Governance Reform Ms. Henriette Imelda

Regional Advocacy Officer

on Green and Inclusive

Energy HIVOS Southeast

Asia Mr. Hardiv Harris Situmeang Chairman Indonesian National Committee - World Energy Council Ms. Denia Aulia Syam Project Manager and Advocacy Specialist Zurich Flood Resilience Alliance Mercy Corps, Indonesia Mr. Mahawan Karuniasa

Marmono Advisor for Academic

Quality Assurance and

Partnership School of

Environmental Science

University of Indonesia Mr. Sumantri Deputy Director of Planning

for Forest and Land Fires

Control Directorate General

of Climate Change Ministry of Environment and Forestry Mr. Syaiful Anwar Director for Center of Research

and Development for

Socioeconomic Policy and

Climate Change Research, Development and Innovation Agency Ministry of Environment and Forestry Mr. Alue Dohong Deputy Head for

Construction, Operation, and

Maintenance Construction,

Operation, and Maintenance Peatland Restoration Agency Mr. Montty Girianna

Deputy for Coordination of

Energy, Natural Resources,

and Environmental

Management Coordinating

Ministry for Economic

Affairs

Ms. Amanda Katili

Head of Expert Team Office of the President's

Special Envoy for Climate

Change Ms. Haruni Krisnawati Senior Researcher Research, Development and Innovation Agency Ministry of Environment and Forestry Mr. George Bisay Lekahena

Consular and Protocol Section

Embassy of the Republic of

Indonesia in Warsaw Ministry of

Foreign Affairs Ms. Retno Maryani Researcher R&D on Social Economics Policy and Climate Change Ministry of Environment and Forestry Ms. Erna Rosdiana Director of Social Forestry Area Preparation Directorate General of Social Forestry and Environmental Partnership Ministry of Environment and Forestry Mr. Muhammad Said Director of Tenurial Conflict Resolution and Customary Forest Directorate General of Social Forestry and Environmental Partnership Ministry of Environment and Forestry Ms. Felia Sjarifah Romana Salim Chairperson Executive Board

Partnership for

Governance Reform

Mr. Bambang Supriyanto Director General of Social Forestry and Environmental Partnership Ministry of Environment and Forestry

Ms. Erna Witoelar Advisory Council Indonesia

Biodiversity Conservation Trustfund (Yayasan Kehati)

Page 92: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

81

9.3 Dokumentasi Delegasi Republik Indonesia

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada pembukaan Paviliun Indonesia

Menteri Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS pada sesi wawancara dengan

media internasioal DW

Page 93: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

82

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada sesi Ocean Day di Paviliun Indonesia

Menteri Kelautan dan Perikanan menjadi Panelis pada Oceans Action Day

Page 94: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

83

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan National Statement pada Pertemuan the

Resume High-Level Segment, 12 Desember 2018

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan didampingi oleh Dirjen PPI pada

Pertemuan 10 Tahun REDD+

Page 95: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

84

Menteri LHK pada Ministerial Katowice Declaration on Forest for Climate

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Delegasi RI

Page 96: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

85

Ketua Tim Negosiasi DELRI menyampaikan Intervensi pada Pertemuan the Stocktake on Pre-2020 Implementation and Ambition (Technical Part)

Dirjen PPI dan Indonesia NFP untuk UNFCCC memimpin koordinasi awal Tim Negosiasi DELRI

pada 3 Desember 2018

Page 97: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

86

Tim Negosiasi DELRI pada COP-24

Dirjen PPI menjadi pembicara pada Pertemuan Implementation of REDD+ in the Context of Paris Agreement

Page 98: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

87

Intervensi Lead Negotiator Isu Mitigasi/ NDC

Lead Negosiator Isu Artikel 6 Perjanjian Paris menjadi Fasilitator pada Pertemuan Informal

Consultations among Parties on Article 6 of the PA

Intervensi Lead Negotiator Isu Gobal Stocktake

Page 99: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

88

Intervensi Delegasi RI pada Pertemuan APA Agenda Item Transparency Framework for Action and Supports

Koordinasi Tim Negosiasi DELRI

Indonesia NFP for UNFCC menjadi Panelis pada ITUC Side Event: Just Transition and Decent Work

Page 100: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

89

Koordinasi Tim Negoasiasi DELRI

=

Ketua Tim Negosiasi DELRI memberikan intervensi pada Pertemuan Stocktake APA Agenda Item 3-8

Page 101: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

90

Delegasi Republik Indonesia pada Pertemuan Penutupan COP-24

DELRI COP-24 pada akhir Penutupan COP-24

Page 102: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

91

Page 103: LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIAditjenppi.menlhk.go.id/.../mobilisasi/.../4-Laporan-Delri-COP24.pdf · LAPORAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA PADA UNITED NATIONS CLIMATE CHANGE CONFERENCE

92

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim

Gedung Pusat Kehutanan Manggala Wanabakti Blok VII Lt.12 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta