47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Didalam bedah mulut mempelajari beberapa aspek mengenai Ilmu Bedah Mulut, baik bedah mulut mayor dan juga bedah mulut minor. Tindakan dalam bedah mulut terdiri dari diagnosis, operasi dan tindakan yang menyangkut beberapa kelainan, kecelakaan, kelainan yang melibatkan aspek fungsional maupun estetik, khususnya pada rongga mulut. Banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek dokter gigi. Beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan maupun untuk keselamatan pasien. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit adalah pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotik secara intravena, misalnya kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif minor. 1

Laporan Bm Sk1

  • Upload
    heyna

  • View
    126

  • Download
    12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

Page 1: Laporan Bm Sk1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Didalam bedah mulut mempelajari beberapa aspek mengenai Ilmu

Bedah Mulut, baik bedah mulut mayor dan juga bedah mulut minor.

Tindakan dalam bedah mulut terdiri dari diagnosis, operasi dan tindakan

yang menyangkut beberapa kelainan, kecelakaan, kelainan yang melibatkan

aspek fungsional maupun estetik, khususnya pada rongga mulut. Banyak

prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat praktek

dokter gigi. Beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan

penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan maupun untuk

keselamatan pasien. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit

adalah pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi

atau prosedur pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotik secara

intravena, misalnya kasus-kasus yang membutuhkan anestesi umum dalam

jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin

membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif

minor.

Sebelum merencanakan perawatan bedah mulut, terlebih dahulu

harus menegakkan diagnosa. Diagnosis berarti penetapan suatu keadaan

yang menyimpang atau keadaan normal melalui dasar pemikiran dan

pertimbangan ilmu pengetuahuan. Setiap penyimpangan dari keadaan

normal ini dikatakan sebagai suatu keadaan abnormal atau anomali atau

kelainan. Untuk dapat menetapkan suatu diagnosis secara tepat diperlukan

ilmu pengetahuan atau pengalaman empirik yang luas mengenai keadaan

normal atau standar normal, beserta variasi-variasinya yang masih

ditetapkan sebagai keadaan normal dan bermacam-macam bentuk

penyimpangan dari keadaan normal yang dikatakan sebagai keadaan

abnormal. Atas dasar ilmu pengetahuan tersebut di atas kemudian informasi

dikumpulkan melalui prosedur pemeriksaan secara teliti dan sistematis agar

1

Page 2: Laporan Bm Sk1

didapatkan seperangkat data yang lengkap dan tepat. Melalui data yang

telah dikumpulkan ini kemudian diagnosis ditetapkan. Makin lengkap dan

akurat data yang dikumpulkan akan makin mudah dan tepat diagnosis

ditetapkan, kemudian penyusunan rencana perawatan dan tindakan

perawatan selanjutnya diharapkan dapat dilakukan secara benar. Tanpa

mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi yang

baik.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana prosedur diagnosa dalam bidang bedah mulut?

2. Bagaimana diagnosa pada skenario?

3. Bagaimana rencana perawatan pada kasus bedah mulut?

4. Bagaimana pengaruh penyakit diabetes melitus dengan kasus bedah

mulut?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui prosedur dianosa dalam bidang bedah mulut.

2. Mengetahui kemungkinan diagnosa pada skenario.

3. Mengetahui rencana perawatan pada kasus diabetes melitus.

2

Page 3: Laporan Bm Sk1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi odontogenik merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering

terjadi. Infeksi odontogenik dapat merupakan awal atau kelanjutan penyakit

periodontal, perikoronal, trauma, atau infeksi pasca pembedahan. Infeksi

odontogenik juga lebih sering disebabkan oleh beberapa jenis bakteri seperti

streptococcus. Infeksi dapat terlokalisir atau dapat menyebar secara cepat ke sisi

wajah lain. Macam-macam infeksi odontogenik dapat berupa : infeksi

dentoalveolar, infeksi periodontal, infeksi yang menyangkut spasium, selulitis,

flegmon, osteomielitis, dan infeksi yang merupakan komplikasi lebih lanjut.

2.1 Tanda dan Gejala

1. Adanya respon Inflamasi

Respon tubuh terhadap agen penyebab infeksi adalah inflamasi.

Pada keadaan ini substansi yang beracun dilapisi dan dinetralkan. Juga

dilakukan perbaikan jaringan, proses inflamasi ini cukup kompleks dan

dapat disimpulkan dalam beberapa tanda :

A. Hiperemi yang disebabkan vasodilatasi arteri dan kapiler dan

peningkatan permeabilitas dari venula dengan berkurangnya aliran

darah pada vena.

B. Keluarnya eksudat yang kaya akan protein plasma, antiobodi dan

nutrisi dan berkumpulnya leukosit pada sekitar jaringan.

C. Berkurangnya faktor permeabilitas, leukotaksis yang mengikuti

migrasi leukosit polimorfonuklear dan kemudian monosit pada

daerah luka.

D. Terbentuknya jalinan fibrin dari eksudat, yang menempel pada

dinding lesi.

E. Fagositosis dari bakteri dan organisme lainnya

F. Pengawasan oleh makrofag dari debris yang nekrotik

3

Page 4: Laporan Bm Sk1

2.2 Prosedur Diagnosa Bedah Mulut

Diagnosis adalah penarikan kesimpulan terhadap kelainan atau penyakit

yang dikeluhkan oleh penderita berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, bisa disertai

dengan pemeriksaan radiologis, dan patologis yang benar.

1. Pemeriksaan subyektif

A. Identitas pasien

Pencatatan identitas pasien sangatlah penting.dari segi administrative

pencatatan identitas sangat membantu misalnya apabila pasien suatu saat

datang lagi ke klinik, pencarian kartu status akan lebih mudah. Selain itu,

identitas pasien bermanfaat dari segi diagnostic, misalnya seorang pasien

menderita penyakit tertentu berhubungan dengan pekerjaannya, tempat

tinggalnya, dan sebagainya,

a. Nama pasien

b. Alamat

c. Pekerjaan atau sekolah

d. Alamat pekerjaan

e. Umur

f. Jenis kelamin

B. Keluhan Utama

Dari Anamnesa dapat diperoleh data sebagai berikut :

a. Chief Complaint (CC)

b. Present Illnest (PI)

c. Past medical History (PMH)

d. Family History (FH)

e. Past Dental History (PDH)

2. Pemerikssaan obyektif

- Kondisi fisik

- Tanda –tanda vital

4

Page 5: Laporan Bm Sk1

a. Tekanan darah (TD)

b. Denyut Nadi (N)

c. Laju Pernafasan (P)

d. Temperatur (T)

e. Berat Badan (BB)

Pemeriksaan Ekstra Oral

a. Kepala

b. Kelenjar limfe

c. Kelenjar tiroid

d. Vena jugularis

e. Arteri karotis

Pemeriksaan Intra Oral

a. Kelainan mukosa dan gingival

b. Pemeriksaan Bibir

c. Kelainan Lidah

d. Pemeriksaan gigi

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

Pemeriksaan karies atau jaringan pulpoperiapikal

Pemeriksaan kondisi periodontal

Impaksi gigi

e. pemeriksaan jaringan lunak dan keras (rahang)

f. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Histopatologis

Pemeriksaan darah

(Purwanto, dkk, 1999)

 

5

Page 6: Laporan Bm Sk1

2.3 Rencana Perawatan

Infeksi odontogenik biasanya mempunyai derajat sedang dan dapat dirawat

dengan mudah. Tetapi, beberapa infeksi odontogenik sangat serius dan

membutuhkan penanganan lebih lanjut. Bahkan setelah pemberian antibiotik dan

peningkatan kebersihan mulut, infeksi odontogenik serius dapat menimbulkan

kematian. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika virulensi mikroba patogen

meningkat dan terganggunya sistem kekebalan tubuh akibat suatu penyakit

tertentu. Kematian dapat terjadi ketika infeksi mencapai daerah yang jauh dari

prosesus alveolaris, yaitu daerah-daerah vital (Peterson, 2003).

Perluasan infeksi ke daerah vital tersebut berawal dari perluasan infeksi

kespasium-spasium wajah. Penyebaran infeksi dapat terjadi karena ruangan di

daerah kepala dan leher satu sama lain hanya dipisahkan jaringan ikat longgar.

Biasanya pertahanan terhadap infeksi pada daerah tersebut kurang sempurna

(Daud dan Karasutisna,2001).

Rencana perawatan dimulai dari yang pertama dilakukan (setelah masalah

atau diagnosa ditegakkan) sampai dengan perawatan paripurna.

Prinsip perawatan pada kasus bedah mulut

1. Mempertahan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita

2. Pemberian analgesic dan antibiotic yang tepat dengan dosis yang

memadai

3. Tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada.

4. Menghilangkan secepat mungkin infeksi yang ada.

5. Evaluasi terhadap efek perawatan yang diberikan.

(Soemartono, 2000)

6

Page 7: Laporan Bm Sk1

BAB III

PEMBAHASAN

.

3.1 Prosedur Pemeriksaan dalam Bidang Bedah Mulut

Tanpa mengetahui diagnosa yang tepat, kita tidak dapat mengadakan terapi

yang baik. Dalam Ilmu Bedah Mulut kita harus dapat memandang orang sakit

dalam keseluruhannya, walaupun harus memusatkan perhatian kedaerah yang

menjadi keluhan. Kita harus membedakan struktur yang normal dengan yang sakit

( abnormal ) dan melatih diri untuk dapat meraba dan mengenal bagian-bagian

yang abnormal, kemudian menginterprestasikannya keperubahan-perubahan

patologis. Untuk dapat membantu mendapatkan diagnosa yang tepat diperlukan

suatu riwayat kasus.

Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan subyektif dapat dilakukan dengan anamnesis, yakni proses

tanya jawab yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien untuk menggali semua

informasi mengenai keluhan sakit atau kelainan yang dirasakan oleh pasien.

1. Identitas Penderita

Pencatatan identitas penderita sangatlah penting. Dari segi

administrative pencatatan identitas sangat membantu, misalnya apabila

pasien suatu saat dating lagi ke klinik, pencarian kartu status akan lebih

mudah.

Identitas pasien yang perlu dicatat adalah sebagai berikut: nama

(dengan gelarnya kalau ada), alamat (dengan nomor telpon kalau ada),

pekerjaan atau sekolah, alamat, umur, dan jenis kelamin. Selain itu, yang

tidak kalah pentingnya adalah nomer pendaftaran pasien.

a. Nama pasien

Selain untuk mempermudah komunikasi, nama seseorang dapat

memberikan informasi mengenai asal usul seseorang, misalnya

merujuk pada suku bangsa tertentu yang mungkin mempunyai

penyakit atau kelainan yang khas. Sementara itu dalam pencantuman

7

Page 8: Laporan Bm Sk1

gelar, dapat dijadikan acuan dalam melakukan anamneses dan

memberikan penyuluhan kesehatan (apabila diperlukan) sesuai dengan

tingkat pendidikan pasien, juga dapat memberikan informasi kasar

tentang social ekonominya.

b. Alamat

Alamat dengan nomor telpon mempermudah operator menghubungi

pasien apabila diperlukan, misalnya menanyakan perkembangan

kesehatan pasien setelah dilakukan perawatan tertentu, bila perlu

mengingatkan pasien tentang perawatan dan pengobatan yang harus

dilakukan di rumah. Selain itu, informasi tentang alamat ini bisa

dijadikan pertimbangna dalam menentukan perawatan apabila

misalnya tempat tinggal pasien jauh dari tempat perawatan.

c. Pekerjaan/ Sekolah

Pekerjaan seseorang biasanya berkaitan dengan penjadwalan

kunjungan, misalnya seorang pengusaha yang sibuk tentunya

memerlukan perawatan yang cepat dan tidak harus dating berkali-kali

ke klinik. Demikian pula sorang siswa atau mahasiswa, memerlukan

jadwal khusus untuk dilakukan perawatan. Pada keadaan tertentu,

pekerjaan berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien,

misalnya pasien yang bekerja pada daerah kumuh atau berdebah

bahan toksik, mungkin saja penyakitnya berhubungan dengan

pekerjaan tersebut.

d. Alamat pekerjaan

Penjelasan untuk aspek ini tidak jauh berbeda dengan poin 2, bahwa

alamat pekerjaan ini bisa dijadikan sebagai media komunikasi apabila

dokter giginya ingin menghubungi pasien saat jam kerja dan

merupakan informasi yang berguna untuk menentukan rencan

perawatan ataau penjadwalan.

8

Page 9: Laporan Bm Sk1

e. Umur

Informasi tentang umur penderita sangat diperlukan dalam

menentukan perawatan. Umur bisa juga bisa dijadikan dasar untuk

menentukan tekanan darah normal.

f. Jenis kelamin

Selain untuk keperluan data statistic, secara informasi mengenai

informasi mengenai jenis kelamin kadang membantu dalam

menegakkan diagnosis, yang akhirnya dijadikan dasar dalam

menentukan rencana perawatan.

Pemeriksaan obyektif

1. Pemeriksaan Ekstraoral

Pengertian pemeriksaan ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan di daerah di

sekitar mulut bagian luar. Meliputi bibir, hidung, mata, telinga, wajah,

kepala, dan leher. Pemeriksaan ektra oral dilakukan untuk mendeteksi

adanya kelainan yang terlihat secara visual atau terdeteksi dengan

palpasi. Seperti adanya kecacatan,pembengkakan, benjolan, luka, cedera,

memar, fraktur, dislokasi dll.

Teknik pemeriksaan ekstra oral

a. inspeksi / visual

inspeksi dapat dilakukan dengan melakukan observasi untuk melihat

adanya perubahan ukuran, warna, tekstur, bentuk

b. palpasi

palpasi dilakukan untuk mebandingkan struktur yang normal dan yang

mengalami kelainan.

P emeriksaan ekstra oral

a. Keadaan Umum Penderita

Meliputi tinggi badan dan bentuk tubuh yang dapat dikaitkan dengan

status gizi penderita, ekstremitas atas seperti tangan dan jari serta

9

Page 10: Laporan Bm Sk1

ekstemitas bawahmisalnya bagaimana cara berjalan, pemeriksaan

tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan

suhu.

b. Muka / wajah

Melalui pengamatan dan palpasi yang dilakukan pada wajah,

pemeriksa dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya

ketidaksimetrisan pada wajah, yang secara jelas kemungkinan

disebabkan oleh masalah gigi geligi, khususnya berhubungan dengan

nyeri. Adanya abses pada gigi atau jaringan periodontal merupakan

penyebab umum, adanya pembengkakan pada wajah. Selain itu, bisa

juga disebabkan oleh adanya trauma.

c. Bibir

Bibir periksa secara visual dan palpasi. Vermilion border seharusnya

halus dan lembut. Kerusakan aktinik pada bibir (actinic cheilitis),

terutama pada bibir bawah bermanifestasi pada perubahan atrofi yang

berkaitan dengan eritema atau leukoplakia dengan penebalam

epitelium. Kedua perubahan ini sering ditemukan secara simultan

pada area yang berdekatan dengan vermilion border. Maserasi dan

cracking pada sudut mulut (angular chelitis) dianggap disebabkan oleh

infeksi lokal, terutama melibatkan Candida albicans; defisiensi nutrisi,

terutama vitamin B kompleks; penutupan rahang berlebih disebabkan

karena kehilangan gigi (bruxism, gigi, protesa usang).

d. Sudut mulut

Sudut mulut diperiksa secara visual dan palpasi. Pemeriksaan sudut

mulut menentukan adanya kelainan seperti keilitis angularis. Keilitis

angularis merupakan kondisi umum yang terlihat sebagai inflamasi

pada salah satu atau kedua ujung mulut. Keilitis angularis dapat

disebabkan karena adanya bakteri, trauma atau alergi.

e. Pipi

Melihat pipi dan apakah ada pembengkaan bentuknya simetris atau

tidak. Ketidaksimetrisan pada pipi disebabkan salah satunya adalah

10

Page 11: Laporan Bm Sk1

abses dari gigi geligi serta adanya trauma yang dapat menyebabkan

pembengkakan pada pipi. Bila ada pembengkaan pipi, meraba pipi

memakai empat jari dengan menekan pipi secara lembut untuk

merasakan adanya benjolan/ pembengkaan dan menilai apakah keras,

lunak, ada fluktuasi atau tidak.

f. Kelenjar limfe

Daerah di sekeliling telinga dapat dipalpasi untuk melihat letak

limpha nodus. Limpha nodus preauricularr berada didepan tragus

dan mungkin tertekan di antara ujung jari dan mandibula. Sedangkan

limpha nodus postauricularr terletak di balakang telinga dekat

dengan perlekatan musculus sternomastoid. Palapasi digital dibuat

dengan menekan mandibula.Banyaknya limphadenopati pada daerah

ini dapat menyebabkan infeksi dari kulit kepala daerah temporal atau

frontal atau mata. Hal ini juga dapat disebabkan oleh infeksi sistemik

dengan kuman atau virus seperti German measles (rubella), chicken

pox (varicella), dan infeksi mononukleusis. Pemeriksaan

limphadenopati dapat dimulai dengan palpasi pada leher. Tata

caranya harus dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari belakang

dengan membuka sedikit kerah baju yang dikenakan pasien. Semua

nodus submental submandibula auricullar posterior dan servikal

harus dipalpasi bergantian. Vertebra cervikalis harus di palpasi dan

gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi.

11

Page 12: Laporan Bm Sk1

Memeriksa kelenjar getah bening di bawah rahang bawah dengan

cara meraba menggunakan jari telunjuk dan jari tengah menekan

dengan lembut menyusuri dari belakang telinga ke submandibula

sampai arah depan/dagu untuk menemukan adanya pembesaran

kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening juga memiliki makna

klinis. Mereka menjadi meradang atau pembesaran di berbagai

kondisi, yang dapat berkisar dari sepele, seperti infeksi tenggorokan,

mengancam hidup seperti kanker. Kelainan kelenjar limfe lainnya

misalnya pembengkakan limfe node servikal karena virus dan

bakteri serta limfe denitis tuberculosis.

g. Kelenjar limfe submandibula

Kelenjar limfe submandibula adalah bagian dari sistem pertahanan

tubuh kita. Pemeriksaan limfe submandibula dengan adakah

pembesaran atau tidak. Pembesaran dapat oleh karena penyebaran

(metastase) infeksi atau tumor ganas di kelenjar limfe tersebut, atau

adanya penyakit di kelenjar limfe itu sendiri (limfoma, limfadenitis,

dll). Pemeriksaan limfe submandibula dengan dilakukan palpasi.

Palpasi ini untuk memastikan keterangan yang telah diperoleh dari

inspeksi. Kepala dalam sikap fleksi.

Bantalan jari-jari pemeriksa harus meraba secara melingkar-lingkar

untuk menilai konturnya dan mencari adanya kelenjar limfe. Yang

perlu diperhatikan saat palpasi adalah mobilitas, konsistensi, dan

nyeri tekannya. Kelenjar limfe yang nyeri tekan memberi petunjuk

kemungkinan terdapatnya suatu keradangan atau inflamasi,

sedangkan kelenjar yang padat dan sukar digerakkan seringkali

terdapat pada keganasan.

Ada juga cara lain untuk memeriksa kelenjar limfe submandibula,

tetapi pada dasarnya sama antara keduanya. Pemeriksa berada

disebelah kanan belakang pasien, pasien menoleh ke kiri untuk

memeriksa limfonodi kanan dan menoleh ke kanan untuk memeriksa

limfonodi kiri. Dengan dua jari bagian dalam (tengah dan telunjuk)

12

Page 13: Laporan Bm Sk1

diperiksa apakah kelenjar tersebut teraba atau tidak. Normalnya,

kelenjar limfe submandibula tidak teraba. Jika teraba, berarti

abnormal dengan dilihat adanya nyeri tekan, mobilitas, peningkatan

suhu, dan perubahan warna kulit.

h. Kelenjar Tiroid

Pasien posisi duduk santai dan pemeriksa di belakangnya. Pasien

menundukkan kepala sedikit atau mengarah kesisi pemeriksa untuk

merelaksasikan jaringan dan otot-otot. Palpasi lembut dengan 3 jari

tangan masing-masing nodus limfe dengan gerakan memutar.

Bangdingkan kedua sisi leher, periksa ukuran, bentuk, garis luar,

gerakan, konsistensi dan rasa nyeri yang timbul. Jangan gunakan

tekanan berlebihan saat mempalpasi karena nodus kecil dapat

terlewati. Palpasi trakea terhadap posisi tengahnya dengan

menyelipkan ibu jari dan telunjuk di masing-masing sisi pada

cekungan suprasternal. Bandingkan ruang sisa antara trakea dan otot

sternokleidomastoideus. Untuk memeriksa kelenjar tiroid dengan

posisi dari belakang. Lakukan palpasi ringan dengan 2 jari dari

tangan kanan kiri di bawah kartilago krikoid. Beri pasien segelas air,

minta pasien menundukkan dagu dan mengisap sedikit air dan

menelannya, rasakan gerakan ismus tiroid. Pembesaran nodus limfe

dapat menandakan infeksi setempat atau sistemik. Nodus yang

membesar dengan cepat seharusnya diperiksa lebih teliti. Nodus

limfe kadang-kadang tetap membesar setelah adanya infeksi tetapi

biasanya tidak nyeri. Kelenjar tiroid pada dasar terlebar berkisar 4

cm. Pembesaran tiroid yang nyeri tekan menandakan infeksi.

i. Kelenjar saliva

Terdapat tiga pasang besar kelenjar saliva di dalam mulut. Sepasang

kelenjar saliva yang paling besar, disebut kelenjar parotid, terletak

persis di belakang sudut pada mulut, di bawah dan di depan mata.

Dua pasang yang lebih kecil, kelenjar sublingual dan kelenjar

submandibular, terletak di dalam lantai mulut. Sebagai tambahan

13

Page 14: Laporan Bm Sk1

kelenjar besar ini, banyak kelenjar ludah kecil yang terbagi-bagi

sepanjang mulut. Semua kelenjar tersebut menghasilkan saliva, yang

membantu mencerna makanan sebagai bagian proses pencernaan.

Berbeda dibandingkan kanker, dua jenis besar gangguan yang

mempengaruhi kelenjar saliva : satu yang mengakibatkan kerusakan

kelenjar saliva, dimana tidak cukup saliva dihasilkan, dan satu lagi

mengakibatkan pembengkakan kelenjar saliva. Ketika aliran saliva

tidak mencukupi atau hampir tidak ada, mulut terasa kering

(xerostomia). Kerusakan kelenjar saliva : penyakit dan gangguan

tertentu, sama seperti obat-obatan tertentu, bisa menyebabkan

kelenjar saliva menjadi rusak dan dengan demikian mengurangi

produksi saliva. Penyakit-penyakit termasuk penyakit Parkinson,

infemakanan tertentu, seperti makanan asam. Kadangkala bahkan

memikirkan mengenai makan makanan ini bisa meningkatkan

produksi ludah. Pembengkakan kelenjar ludah : pembengkakan

kelenjar ludah bisa terjadi pada pembuluh yang membawa ludah dari

kelenjar ludah menuju mulut terhalang. Nyeri bisa terjadi, khususnya

selama makan. Penyebab yang paling umum penyumbatan adalah

batu. Batu kelenjar ludah paling umum pada orang dewasa; 25 %

batu-batuan tersebut lebih dari satu. Batu bisa terbentuk dari garam

yang terkandung di dalam ludah. Penyumbatan membuat ludah

kembali ke dalam empedu, menyebabkan kelenjar ludah

membengkak. Penyumbatan pembuluh dan kelenjar terisi dengan

ludah yang mandek bisa terinfeksi dengan bakteri. Gejala-gejala

khas pada pembuluh ludah yang tersumbat adalah pembengkakan

yang memburuk hanya sebelum waktu makan atau terutama sekali

ketika seseorang akan acar (rasa acar asam merangsang aliran ludah,

tetapi jika pembuluh tersumbat, ludah tersebut tidak mempunyai

tempat dan kelenjar tersebut bengkak) Penyakit gondok, infeksi

bakteri tertentu, dan penyakit-penyakit lainnya (seperti AIDS,

sindrom sjorgren, diabetes mellitus, dan sarcoidosis) kemungkinan

14

Page 15: Laporan Bm Sk1

disertai oleh pembengkakan pada kelenjar ludah besar.

Pembengkakan bisa juga terjadi dari kanker atau tumor pada kelenjar

ludah. Pembengkakan terjadi dari tumor biasanya lebih kuat

dibandingkan dengan infeksi. Jika tumor tersebut adalah kanker,

kelenjar tersebut bisa terasa seperti batu keras dan kemungkinan

tetap kuat mengelilingi jaringan. Kebanyakan tumor tidak bersifat

kanker bisa diangkat. Luka pada bibir bagian atas-misal, tidak

sengaja tergigit-bisa membahayakan kelenjar ludah kecil yang

ditemukan di sana dan menyumbat aliran ludah. Akibatnya, kelenjar

yang terkena bisa bengkak dan membentuk kecil, gumpalan lembek

(mucocele) yang tampak kebiruan. Gumpalan tersebut biasanya

muncul dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

2. Pemeriksaan Intraoral

Pemeriksaan intraoral adalah pemerikasan yang dilakukan terhadap

gigi, gusi, lidah, palatum, dasar mulut, pipi, mukosa mulut, uvula,

tonsil, dan jaringan didalam mulut lainnya. Pemeriksaan dalam mulut

yang dilakukan dengan bantuan alat dasar berupa : kaca mulut, sonde,

pinset, ekscavator, dan probe, untuk memperjelas pandangan dapat

digunakan kamera intra oral yang dihubungkan dengan monitor.

Teknik pemeriksaan intraoral

a. Inspeksi / visual

inspeksi dapat dilakukan dengan melakukan observasi untuk

melihat adanya perubahan ukuran, warna, tekstur, bentuk

b. Palpasi

palpasi dilakukan untuk mebandingkan struktur yang normal dan

yang mengalami kelainan.

Cara : Menggunakan ujung jari dengan sentuhan atau tekanan yang

ringan untuk mengetahui konsistensi jaringan dibawah ujung jari.

Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau

fluktuasi / pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya

15

Page 16: Laporan Bm Sk1

kelainan periapikal dan mengetahui ada atau tidaknya

limfadenopati.

c. Test Perkusi

Cara : Menggunakan ujung tangkai kaca mulut atau sonde dengan

mengetukkan ke mahkota

Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi

periapikal, biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau

sensasi ngilu. Bila positif sakit, maka memang adanya kelainan

pada jaringan di sekitarnya.

d. Test mobilitas-depersibilitas

Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling

gigi . Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi

atau sebaliknya. Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi

pada arah vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen.

e. Test termal

Test dingin, pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut

tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal.   Tes

panas, rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di tempat

lain.

Pemeriksaan t erdiri dari 3 bagian yaitu:

a. Pemeriksaan karies atau jaringan pulpoperiapikal

Untuk mengetahui apakah port de entry infeksi melalui intra pulpa

b. Pemeriksaan kondisi periodontal

Untuk mengetahui apakah port de entry infeksi melalui jaringan

periodontal. Pemeriksaan kedalaman poket menggunakan probe.

c. Impaksi gigi

Untuk mengetahui port de entry imfeksi ,elalui perikoronal. Untuk

menentukan derajat kesulitan odontektomi.

16

Page 17: Laporan Bm Sk1

3. Pemeriksaan Penunjang

     Rujukan pemeriksaan penunjang dilakukan oleh dokter gigi untuk

membantu menegakkan diagnosis, apabila tidak terdeteksi oleh

pemeriksaaan klinis ditempat praktek. Rujukan pemeriksaan penunjang

biasa dilakukan pembuatan Foto Rontgen serta pemeriksaan patologis

klinis.

Radiologi

             Rujukan pemeriksaan radiologi

dilakukan bila dokter gigi ingin

melihat gambaran radiologis suatu

penyakit atau kelainan dengan

bantuan foto rontgen. Ada 3 jenis

foto rontgen yang umum diminta

oleh dokter gigi umum yaitu foto

dental, cephalometerik, dan panoramik.

Pemeriksaan Patologi Klinik

Rujukan pemeriksaan patologi klinik dilakukan dokter gigi sebagai

penunjang diagnosis, bila ingin melihat indikasi penyakit yang

terdeteksi dari hasil pemeriksaan darah, urin, feses, atau apus mukusa.

Pemeriksaan dilakukan dilaboratorium klinik dengan pengantar

rujukan dari dokter gigi, surat rujukan biasanya sudah disediakan oleh

laboratorium klinik yang bersangkutan.

Pemeriksaan yang umum dilakukan oleh dokter gigi adalah:

Pemeriksaan Kegunaan Nilai Normal

Hemoglobin Jumlah hemoglobin

dalam darah

Laki 12-16 gr/dl

Wanita13,5-18gr/dl

Trombosit Jumlah trombosit 150-440 ribu/mm3

17

Page 18: Laporan Bm Sk1

dalam darah

Eritrosit Jumlah eritrosit dalam

darah

Laki4,5-6,2 jt/mm3

Wanita 4,2-5,4 jt/

mm3

Lekosit Jumlah lekosit dalam

darah

3800-10.600/ mm3

Glukosa Puasa Kandungan gula darah

saat puasa

70-110 mg/dl

Glukosa 2 jam PP Kandungan gula darah

2 stlh makan

< 140 mg/dl

Jamur Deteksi jamur Negatif

3.2 Kemungkinan Diagnosa Skenario

Dari hasil anamnesa pada pasien, diketahui bahwa 7 bulan yang lalu

terjadi pembengkakan dipipi, namun sembuh dengan sendirinya. Kambuh

lagi pada 3 hari yang lalu dengan keluhan bengkak dipipi kanan dan

dibawah rahan kanan, sakit pada gigi bawah paling belakang, sulit makan,

nyeri saat menelan, lemas, sulit membuka mulut serta demam. Pasien juga

memiliki penyakit diabetes militus.

Dengan melihat hasil dari pemeriksaan di atas, kemungkinan diagnosa

pembengkakan yang terjadi merupakan abses pada rahang bawah . Abses

merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus. Pus

merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung

berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot

dekat permukaan. Infeksi dapat berasal dari gigi(karies), kerusakan jaringan

periodontal maupun perikoronal.

18

Page 19: Laporan Bm Sk1

3.2.1 Abses Submandibula

a. Etiologi

Infeksi leher dalam potensial terjadi pada ruang faring. Sumber

infeksi dapat berasal dari gigi-geligi (odontogenic infection) faring,

atau akibat trauma pada saluran nafas dan organ cerna atas (upper

aerodigetive trauma), dimana terjadi perforasi pada membrana

mukosa pelindung mulut atau ruang faring. Selain itu, infeksi

kelenjar liur, infeksi saluran napas atas,benda asing dan intervensi

alat-alat medis (iatrogenic) dapat menjadi factor penyebab abses

leher dalam. Namun masih terdapat sekitar 20% dari kasus yang

terjadi, penyebabnya belum dapat diketahui. Kemudian

penyalahgunaan pemakaian obat-obatan intravena dapat juga

menyebabkan terjadinya kasus penyakit ini.

Pada abses submandibula, infeksi terjadi akibat perjalan dari

infeksi gigi dan jaringan sekitarnya yaitu pada P1, P2, M2 namun

jarang terjadi pada M3. Beberapa jenis bakteri yang menjadi

penyebab abses submandibula ini dibagi menjadi golongan bakteri

Aerob dan Anaerob. Untuk golongan aerob terdiri dari :

Alfa Streptokokus hemolitikus

Stafilokokus

Bakteroides

Sedangkan yang termasuk kedalam golongan bakteri anaerob yaitu:

Peptostreptokokus

Peptokoki

Fusobakterium nukleatum

b. Diagnosis

Diagnosis abses submandibula ditegakkan berdasarkan anamnesis,

gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang seperti foto polos jaringan

lunak leher atau tomografi komputer. Tanda dan gejala dari suatu

abses leher dalam timbul oleh karena efek massa atau inflamasi

19

Page 20: Laporan Bm Sk1

jaringan atau cavitas abses pada sekitar struktur abses dan

keterlibatan daerah sekitar abses dalam proses infeksi.

Anamnesis

Beberapa gejala berikut dapat ditemukan pada pasien

dengan abses submandibula adalah :

o Asimetris leher karena adanya massa atau

limfadenopati pada sekitar 70% dan terasa sakit

o Trismus karena proses inflamasi pada muskulus

pterygoideus

o Torticolis atau spasme leher akut, yang ditandai dengan

kekakuan dan nyeri pada leher, serta sangat terbatasnya

pergerakan; serta dan penyempitan ruang gerak leher

karena proses inflamasi pada leher.

o Pembengkakan ekstra oral di regio submandibula,

meluas ke leher, warna kemerah-merahan, kalau pus

terlokalisir dan menembus muskulus platisma maka

fluktuasi positif

o Palpasi: konsistensi kenyal s.d lunak (tergantung abses

sudah/belum menembus muskulus platisma, batas

tidak jelas, fluktuasi (+/-), nyeri tekan (+), tepi

mandibula teraba

o Pada pemeriksaan intraoral secara inspeksi tidak

ditemukan pembengkakan kecuali kasus yang lanjut

20

Page 21: Laporan Bm Sk1

o Bila spasium parafaringeal terkena, pasien sakit

menelan dan sulit bernafas. Kadang disertai trismus.

o Riwayat penyakit dahulu sangat bermanfaat untuk

melokalisasi etiologi dan perjalanan abses pasien

seharus ditanya :

- tentang riwayat tonsillitis dan peritonsil abses

- riwayat trauma retrofaring contoh intubasi

- dental caries dan abses.

Pemeriksaan Klinik

Diagnosis untuk suatu abses leher dalam kadang-

kadang sulit ditegakkan bila hanya berdasarkan anamnesis

dan pemeriksaan fisik saja. Ditemukan pembengkakan

dibawah rahang baik unilateral maupun bilateral dan

berfluktuasi. Karena itu diperlukan studi radiografi untuk

membantu menegakkan diagnosis, menyingkirkan

kemungkinan penyakit lainnya dan perluasan penyakit.

Pemeriksaan tomography komputer dapat

ditemukan daerah dengan densitas rendah, peningkatan

gambaran radiolusen yang berbatas diffuse dan edem

jaringan sekitar abses. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas

test dilakukan untuk mengetahui jenis kuman dan antibiotik

yang sesuai.

21

Page 22: Laporan Bm Sk1

3.2.2 Abses Perimandibula

Abses perimandibular adalah abses yang berlokasi pada margo

mandibula sampai “submandibular space”, merupakan kelanjutan serous

periostitis. Abses ini terjadi karena proses supurasi yang mencari jalan

keluar ekstraoral dan terlokalisir di antara margo inferior mandibula

sampai submandibular space.

Pada pemeriksaan didapatkan:

Keadaan umum: Lemah, lesu, malaise, dan demam. Demam

merupakan manifestasi dari adanya infeksi.

Pemeriksaan Ekstra oral :

o Asimetri wajah (bengkak pada korpus dan submandibula)

o Difuse, kemerahan

o Tanda radang jelas

o Trismus

o Palpasi: Tepi rahang tidak teraba, konsistensi keras/kenyal,

nyeri tekan +, Fluktuasi +/-

Pemeriksaan intra oral:

o Periodontitis akut

o Muccobuccal fold normal

o Fluktuasi (-)

o Tes sonde –

o Tes dingin –

o Perkusi dan durk +

Jika tidak dirawat dapat menyebabkan penyebaran infeksi

yang serius pada spasia retrofaringeal dan lateralfaringeal.

3.2.3 Abses pterigomandibular 

Terletak di sebelah lateral muskulus pterigomandibula medialis dan

medial mandibula. Merupakan tempat injeksi anestesi loka untuk blok saraf

alveolaris inferior. Penyebaran infeksi terutama berasal dari spasium

submandibula dan sublingual. Ruang pterygomandibular dan posterior oleh 22

Page 23: Laporan Bm Sk1

glandula parotis. Ruang pterygomandibular mengandung mandibular

neurovascular bundle, nervus lingual, dan bagian dari bukal fat pad. Ini

berhubungan dengan pterygopalatal, infratemporal, submandibular, dan ruang

lateral pharyngeal.

Etiologi : Abses pada ruang ini utamanya disebabkan oleh infeksi dari gigi

molar ketiga mandibular/sebagai akbat dari blok nervus alveolaris inferior,

jika penembusan dari jarum pada sisi yang terinfeksi(pericoronitis).

Gambaran Klinis : trismus parah dan edema ringan ekstraoral dibawah

sudut dari mandibula dapat diamati. Intraoral, edema pada palatum lunak

pada sisi yang terinfeksi dapat muncul, displacement pada uvula dan

dinding lateral pharyngeal, sementara terjadi kesulitan dalam menelan.

3.3 Rencana Perawatan pada Kasus Disertai Diabetes Militus

Setiap rencana perawatan disusun sedemikian rupa sehingga meliputi

keadaan lokal, kesehatan umum dan sosial ekonomi daripada pasien. Seorang

dokter gigi dan ahli bedah mulut tidak boleh melupakan bahwa dia merawat

seorang manusia dan bukan hanya sesuatu gigi atau gusi atau mulut saja. Untuk

dapat melakkukan ini tentunya dibutuhkan pengetahuan yang luas, tidak saja

mengenai keadaaan dalam mulut pasien yang dihadapi, tetapi juga mengenai

keadaan umum daripada penderita tersebut. Perlu dillihat gejala kelainan sistemik

yang diderita pasien, dan untuk memastikan perlu pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan gula darah.

Pada orang yang menderita Diabetes Mellitus terdapat gangguan pada

sistem perdarah darah, sehingga menyebabkan suplai aliran darah pada pulpa

menjadi terhambat. Apabila di pulpa terjadi infeksi maka penyembuhan infeksi

juga akan terhambat, karena sel-sel darah putih yang berperan dalam pertahanan

tubuh yang beredar dalam pembuluh darah menjadi tidak efektif untuk mengatasi,

oleh sebab itu biasanya pada pasien Diabetes Melitus, penyembuhan infeksi

menjadi lebih lama. Selain itu pada pasien Diabetes Mellitus juga terjadi

penurunan sistem imun sehingga mempermudah jalannya infeksi.

23

Page 24: Laporan Bm Sk1

Prosedur Prabedah

Pada umumnya, dalam merawat pasien diabetes mellitus dipertimbangkan

aspek yang menyangkut pola diet, konsumsi obat hipoglikemik oral dan terapi

insulin yang sedang dijalankan, serta upaya untuk mengurangi stres dan resiko

infeksi.

a. Kontrol diet

Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai

tujuan berikut:

Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)

Mencapai dan mempertahankan berat badan yangs esuai

Memenuhi kebutuhan energi

Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan

mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara

yang aman dan praktis

Menurunkan kadar lemak darah

Pasien harus dijadwalkan menemui dokter gigi untuk kunjungan

perawatan pada pagi hari dan diinstruksikan uktuk sarapan seperti

biasanya. Pasien yang belum mendapat asupan makanan saat perawatan

gigi dapat meningkatkan resiko hipoglikemik selama perawatan. Jika sesi

pertemuan sampai pada waktu makan, perawatan harus dihentikan

sementara agar pasien dapat makan makanan ringan. Pada pasien yang

memiliki kecenderungan sulit untuk mengunyah setelah perawatan gigi

dan mulut tertentu dapat dianjurkan untuk makan makanan lunak atau

cair untuk mempertahankan asupan kalori.

b. Obat hipoglikemik oral

Pasien diinstruksikan untuk meminum obatnya sesuai dosis normal yang

diberikan

c. Terapi insulin

Modifikasi terapi insulin harus dipertimbangkan pada pasien diabetes yang

jam makannya berubah atau yang harus mendapatkan terapi dental. Jika

dibutuhkan, pasien dapat diinstruksikan untuk mendapatkan separuh dosis

24

Page 25: Laporan Bm Sk1

insulin pada pagi hari dan sarapan seperti biasanya. Sebagian lagi dapat

dikonsumsi setelah perawatan dental selesai.

d. Mengurangi stres

Dokter gigi harus mencoba untuk mengurangi stres pada pasien diabates

dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, mengubah

perawatan jangka waktu panjang dengan beberapa pertemuan yang lebih

singkat, menginstruksikan keluarga pasien untuk memberi dukungan,

memotivasi pasien terhadap perawatan komplikasi yang mungkin terjadi,

dan dapat dipertimbangkan pemberian teknik sedasi pada pasien. Beberapa

hal juga bisa efektif mengatasi dan mencegah stres yaitu istirahat yang

cukup dan mengonsumsi makanan yang seimbang.

e. Mengurangi resiko infeksi

Salah satu resiko yang tinggi pada pasien diabetes mellitus adalah rentan

terhadap perkembangan infeksi baik infeksi gigi maupun bagian tubuh

lainnya. Untuk itu, pasien harus mendapat perawatan pencegahan yang

adekuat, seperti kunjungan berkala untuk kontrol sebelum dan sesudah

pembedahan, intruksi oral hygiene, pemberian antibiotik profilaksis, serta

perawatan penyakit jaringan periodontal. Pada pasien diabetes harus

digunakan bahan sutura yang tidak diabsorbsi karena penyembuhan yang

lambat pada pasien ini.

f. Konsultasi medis

Dokter harus dikonsultasi pada perawatan spesifik untuk memastikan

keparahan penyakit pasien dan kontrol terhadap penyakitnya. Dokter juga

harus ikut menentukan pemberian insulin selama perawatan gigi pasien.

Pasien dengan resiko rendah

Pasien jenis ini memiliki kontrol metabolik yang baik dengan obat-

obatan dan dalam keadaan stabil, asimtomatik, tidak ada komplikasi

neurologik, vaskular maupun infeksi, kadar gula darah puasa <200

mg/dL, hasil test glikosuria 0-1- dan tanpa ketonuria, serta kadar

HbA1c <7%. Pada pasien ini, prosedur norml untuk semua prosedur

perawatan gigi yang bersifat restoratif. Sedangkan untuk prosedur

25

Page 26: Laporan Bm Sk1

pembedahan harus diperhatikan pelaksanaan kontrol diet,

meminimalkan stres, dan mengurangi resiko infeksi. Prosedur

pembedahan yang dimaksud adalah pencabutan gigi sederhana,

kuretase, pencabutan lebih dari dua gigi, gingivoplasti, pencabutan

serial, bedah flap, gingivektomi, bedah besar, serta reseksi gingiva.

Teknik sedasi tambahan harus dipertimbangkan untuk seluruh

tindakan pembedahan. Biasanya, tidak dibutuhkan penyesuaian pada

terapi insulin.

Pasien dengan resiko menengah

Pasien ini memiliki gejala poliuria, polidipsia, dan penurunan berat

badan tapi dalam keadaan metabolik yang seimbang, tidak ada riwayat

hipoglikemia atau ketoasidosis, dan komplikasi diabetes sangat

minimal. Hasil test glikosuria menunjukkan hasil 0-3+ tanpa adanya

keton, kadar gula darah puasa <250mg/dL, dan HbA1c 7-9%.

Sama seperti pasien dengan resiko rendah, kontrol diet, mengurangi

stres dan resiko infeksi perlu diperhatikan. Pasien ini dapat menerima

perawatan dental yang bersifat restoratif dengan prosedur yang normal

namun perlu dipertimbangkan penggunaan sedasi. Sdangkan tindakan

bedah hanya dapat dilakukan setelah konsultasi dengan dokter yang

merawat pasien. Untuk prosedur bedah mayor dan reseksi gingiva

perlu dipertimbangkan teknik sedasi tambahan dan perawatan di

dalam rumah sakit. Untuk semua tindakan bedah baik ringan maupun

berat direkomendasikan penyesuaian dosis insulin dengan terlebih

dahulu berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien.

Pasien dengan resiko tinggi

Pasien ini memiliki komplikasi diabetes mellitus yang multipel,

kontrol metabolik yang sangat jelek, dan ada riwayat hipoglikemi atau

ketoasidosis yang berulang serta perlu terapi insulin yang terus

menerus. Pada test urin, ditemukan ketonuria dan kadar gula darah

puasa >250 mg/dl. Pasien dengan konsentrasi HbA1c lebih dari 9%

diduga berada pada kontrol glukosa yang buruk dalam waktu jangka

26

Page 27: Laporan Bm Sk1

panjang dan mempunyai resiko yang tinggi terhadap perawatan gigi.

Pada pasien ini, seluruh tindakan perawatan gigi dilakukan bilakondisi

medis dalam keadaan stabil dan telah terlebih dahulu menerima

perawatan pendahuluan untuk menurunkan tingkat stres.

Prosedur Bedah

Prinsip dasar perawatan kasus infeksi odontogen antara lain:

a. mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh penderita

b. pemberian antibiotik yang tepat dengan dosis yang memadai

c. menghindari pemberian adrenalin karena dapat meningkatkan vasokontriksi

pembuluh darah.

d. tindakan drainase secara bedah dari infeksi yang ada

e. menghilangkan secepat mungkin sumber infeksi

f. evaluasi terhadap efek perawatan yang diberikan.

Pada kasus-kasus infeksi fascial space, pada prinsipnya sama dengan

perawatan infeksi odontogen lainnya, tetapi tindakan yang dilakukan harus lebih

luas dan agresif. Mempertahankan dan meningkatkan faktor pertahanan tubuh

penderita meliputi:

a. meningkatkan kualitas nutrisi, diet tinggi kalori dan protein termasuk

pemberian vitamin tambahan (vit C dan Vit B kompleks), vitamin C untuk

meningkatkan kekebalan tubuh sedangkan vitamin B kompleks untuk

mempercepat proses pematangan sel darah merah.

b. mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.

c. pemberian analgesik.

Pencabutan gigi atau menghilangkan faktor penyebab lain yang menjadi

sumber infeksi harus segera dilakukan setelah gejala infeksi akut mereda. Hal ini

untuk mencegah timbulnya kekambuhan dari infeksi (Soemartono, 2000;

Mahmood&Mahmood, 2005).

27

Page 28: Laporan Bm Sk1

Insisi dan Drainase

Perawatan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi

adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Insisi drainase

merupakan tindakan membuang materi purulent yang toksik, sehingga

mengurangi tekanan pada jaringan, memudahkan suplai darah yang mengandung

antibiotik dan elemen pertahanan tubuh serta meningkatkan kadar oksigen di

daerah infeksi. Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang

terlibat untuk mengeluarkan nanah dari dalam jaringan, biasanya dengan

menggunakan hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan

pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk

mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas.

Tujuan dari tindakan insisi dan drainase, yaitu mencegah terjadinya

perluasan abses/infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan

jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, memperbaiki vaskularisasi jaringan

(karena pada daerah abses vakularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh

lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotik lebih

efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses.

Selain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan

ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyeba.

28

Page 29: Laporan Bm Sk1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Prosedur diagnosa dalam bidang bedah mulut meliputi pemeriksaan

subyektif yakni identitas pasien, keluhan utama, lokasi keluhan, kualitas dan

kuantitas keluhan, kapan mulai timbulnya, bagaimana kronologis

perkembangannya, apa yang meringankan dan memberatkan keluhan, serta gejala

yang menyertai keluhan. Saat anamnesis juga ditanyakan riwayat penyakit,

riwayat alergi, riwayat pengobatan oleh tenaga medis, riwayat penyakit dan

kelainan dalam keluarga, serta hal lain yang dianggap perlu. Selain itu juga

terdapat pemeriksaan obyektif yang meliputi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral.

Dari pemeriksaan ekstraoral yang didapat melalui palpasi dan inspeksi, dapat

diketahui kondisi umum pasien, muka, bibir, sudut mulut, pipi, kelenjar limfe,

kelenjar tiroid, dan kelenjar saliva. Sedangkan dari pemeriksaan intraoral dapat

diketahui adanya kelainan di dalam rongga mulut melalui inspeksi, perkusi,

palpasi, tes termal. Diagnosa penyakit pada skenario adalah suspek abses

submandibula, abses perimandibula, dan abses pterygomandibula. Gejala klinis

dari ketiga abses tersebut secara umum adalah adanya pembengkakan pada rahang

bawah, demam (manifestasi dari adanya infeksi), dan trismus.

Sebelum tindakan pembedahan, terdapat beberapa hal yang harus

dipertimbangkan pada pasien dengan diabetes mellitus. Secara umum persiapan

yang harus dilakukan adalah kontrol diet, mengurangi stres, mengurangi resiko

infeksi, konsumsi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, dan pengaturan jadwal

perawatan gigi yang tepat yakni pada pagi hari. Pemusnahan sumber infeksi

(misalnya pencabutan gigi penyebab), insisi, dan drainase dapat dilakukan dengan

pemberian antibiotik profilaksis, mengupayakan trauma yang sekecil mungkin,

penggunaan anestesi yang tidak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah,

serta pemberian vitamin C dan vitamin B kompleks untuk mengurangi infeksi

sekunder dan mempercepat penyembuhan.

29

Page 30: Laporan Bm Sk1

DAFTAR PUSTAKA

Harty. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.

Purwanto, dkk. 1999. Buku Ajar Bedah Mulut I. jember: FKG Universitas Jember.

Purwanto, dkk. 1999. Buku Ajar Bedah Mulut II. jember: FKG Universitas

Jember.

Pedersen. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC

Soemartono. 2000. Infeksi Odontogen Dan Penyebabnya. Pelatihan spesialis

kedokteran gigi bidang bedah mulut,

Hendrayani, Kiki. 2008. Penatalaksanaan Gigi dan Mulut Penderita Diabetes

Mellitus. USU-repository

Walton, Richard E dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu

Endodonsia. Jakarta: EGC.

Zambito, Raymond F dan James J. Sciubba. 1997. Manual Terapi Dental. Jakarta:

Binarupa Aksara

30