19
Laporan Praktikum Ekologi Umum MEMPELAJARI BENTOS Pelaksanaan Praktikum : 12 Desember 2011 Disusun oleh : 1. Firas Khaleyla (081014013) 2. Siti Faizah (081014021) 3. Devi Dwi Lestari (081014042) 4. Johan Nuari W. (081014043) 5. Julianty Regina Pasagi (081014051) 6. Salwa Hayati (081014095) 7. Sri Wahyuni (081014109) Dosen asistensi : Dr. Sucipto Hariyanto, DEA PROGRAM STUDI BIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Laporan BENTOS Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan praktikum

Citation preview

Page 1: Laporan BENTOS Fix

Laporan Praktikum Ekologi Umum

MEMPELAJARI BENTOS

Pelaksanaan Praktikum : 12 Desember 2011

Disusun oleh :

1. Firas Khaleyla (081014013)

2. Siti Faizah (081014021)

3. Devi Dwi Lestari (081014042)

4. Johan Nuari W. (081014043)

5. Julianty Regina Pasagi (081014051)

6. Salwa Hayati (081014095)

7. Sri Wahyuni (081014109)

Dosen asistensi :

Dr. Sucipto Hariyanto, DEA

PROGRAM STUDI BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2011

Page 2: Laporan BENTOS Fix

BAB IPENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Lingkungan perairan tawar memiliki pengertian yaitu lingkungan perairan yang terdapat di daratan. Secara umum perairan darat dengan berbagai cara akan dipengaruhi oleh sifat daratan yang ada di sekelilingnya. Perairan tawar ada dua macam yaitu perairan tenang (lentik) seperti danau, waduk, dan kolam. Perairan mengalir (lotik) seperti sungai, selokan, dan parit.

Perairan tawar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang menentukan habitat perairan tersebut, antara lain suhu, kekeruhan, arus, oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, mineral, dan garam terlarut.

Salah satu organisme air tawar adalah bentos. Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup pada sedimen dasar. Jumlah, jenis, maupun kepadatan populasinya sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Faktor-faktor yang dominan adalah macam substrat (berlumpur, pasir, kerikil), arus, struktur substrat, sifat kimia sedimen tersebut. Disamping itu faktor kimia air juga dapat menjadi faktor pembatas, seperti oksigen terlarut dan pH. Organisme bentos tertentu juga sering digunakan sebagai hewan indikator adanya pencemaran senyawa tertentu.

Berdasarkan ukurannya hewan bentos dibedakan menjadi mikro-invertebrata dan makro-invertebrata. Berdasarkan model pengambilan makanannya hewan bentos dibedakan menjadi filter feeder (misalnya kerang) dan dekomposit feeder (misalnya siput).

2. TUJUAN

1. Dapat mengidentifikasi jenis bentos pada peraiaran air tawar.2. Menentukan indeks keanekaragaman bentos pada perairan air tawar.3. Menentukan indeks dominansi bentos pada peraairan air tawar.

3. RUMUSAN MASALAH

1. Berapa spesies bentos yang dapat ditemukan pada peraiaran air tawar ?2. Berapa indeks keanekaragaman bentos pada perairan air tawar ?3. Berapa indeks dominansi bentos pada perairan air tawar ?

4. HIPOTESIS

Hipotesis kerja

Page 3: Laporan BENTOS Fix

Jika nilai kelimpahan dan nilai indeks keanekaragaman semakin besar, maka semakin

banyak pula spesies bentos yang dapat ditemukan pada perairan air tawar.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan UU no. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Air merupakan sumber kehidupan dan penghidupan, sehingga keberadaan air bersih sangat diperlukan. Penyediaan air bersih merupakan salah satu tuntutan umum bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya, dan faktor penentu kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sutrisno, 1994).

Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sugiyo, 2008).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan, kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient/hara, kesadahan, dan sebagainya. Sedangkan parameter mikrobiologis menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air.Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum dapat dibagi 2 yaitu perairan lotik dan lentik. Perairan lotik (lotic water), disebut juga sebagai perairan yang berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit dan sebagainya. Perairan lentik (lentic water), atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau, rawa, waduk, situ, telaga dan sebagainya dan (Barus, 2004).

Ekosistem danau termasuk habitat air tawar yang memiliki perairan tenang yang dicirikan oleh adanya arus lambat atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu residence time (waktu tinggal) air bias berlangsung lama. Meurut Wetzel (2001), perairan danau biasanya memiliki stratifikasi vertikal kualitas air yang bergantung pada kedalaman dan musim.

Dalam ekosistem danau terdapat organisme yang melekat pada dasar perairan yang di sebut bentos. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut atau sungai, baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terbawa oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Anonim, 2010).

Bentos berasal dari istilah Yunani untuk “kedalaman laut”. Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut dengan melekatkan diri pada substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal di atau dekat sedimen laut lingkungan, dari kolam pasang surut di

Page 4: Laporan BENTOS Fix

sepanjang tepi pantai, ke benua rak, dan kemudian turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah dan macam organisme pada sistem muara-laut ialah daerah bentik, yang terbentang dari pasang naik sampai suatu kedalaman di tempat tanaman sudah jarang tumbuh.

Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit.

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu sebagai stabilisator sehingga perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dibandingkan di udara, arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut; garam dan makanan serta organisme dalam air, oksigen terlarut (DO) berpengaruh terhadap fotosintesis organisme, kebutuhan oksigen biologi (BOD) mempengaruhi respirasi organisme dalam air dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Anonim,2010).

Menurut ukurannya hewan bentos dibedakan menjadi bentos mikroinvertebrata dan bentos makroinvertebrata. Makroinvertebrata atau makrozoobentos dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan khususnya pada wilayah pesisir. Bentos memiliki daya tahan adaptasi berbeda-beda antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya, yaitu ada yang tahan terhadap keadaan perairan setempat, tetapi ada pula yang tidak tahan sehingga keberadaan bentos tertentu dapat dijadikan petunjuk dalam menilai kualitas perairan tersebut.

Hewan bentos hidup relatif menetap sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu berkontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Di antara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok makroinvertebrata. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos.

Makrozoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap, maupun menggali lubang. Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan, serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan.

Makrozoobentos membantu mempercepat proses dekomposisi materi organik. Hewan bentos, terutama yang bersifat herbivor dan detritivor, dapat menghancurkan makrofit akuatik yang hidup maupun yang mati dan serasah yang masuk ke dalam perairan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, sehingga mempermudah mikroba untuk menguraikannya menjadi nutrien bagi produsen perairan.

Berbagai jenis makrozoobentos ada yang berperan sebagai konsumen primer dan ada pula yang berperan sebagai konsumen sekunder atau konsumen yang menempati tempat yang lebih tinggi. Pada umumnya, makrozoobentos merupakan makanan alami bagi ikan-ikan pemakan di dasar (bottom feeder).

Makrozoobentos dapat mencapai ukuran tubuh sekurang-kurangnya 3–5 mm pada saat pertumbuhan maksimum. Makrozoobentos dapat ditahan dengan saringan No. 30 Standar

Page 5: Laporan BENTOS Fix

Amerika. Makrozoobentos merupakan organisme yang tertahan pada saringan yang berukuran besar dan sama dengan 200 sampai 500 mikrometer.

Berdasarkan keberadaannya di dasar perairan, maka makrozoobentos yang hidupnya merayap di permukaan dasar perairan disebut dengan epifauna, seperti Crustacea dan larva serangga. Sedangkan makrozoobentos yang hidup pada substrat lunak di dalam lumpur disebut dengan infauna, misalnya Bivalve dan Polychaeta. Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Taksa-taksa tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam komunitas perairan karena sebagian dari padanya menempati tingkatan trofik kedua ataupun ketiga. Sedangkan sebagian yang lain mempunyai peranan yang penting di dalam proses mineralisasi dan recycle bahan-bahan organik, baik yang berasal dari perairan maupun dari daratan.

Sebagai organisme dasar perairan, makrozoobentos mempunyai habitat yang relatif tetap. Dengan sifatnya yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat tempat hidupnya sangat mempengaruhi komposisi maupun kelimpahannya. Komposisi maupun kelimpahan makrozoobentos bergantung pada toleransi atau sensitivitasnya terhadap perubahan lingkungan. Setiap komunitas memberikan respon terhadap perubahan kualitas habitat dengan cara penyesuaian diri pada struktur komunitas. Dalam lingkungan yang relatif stabil, komposisi, dan kelimpahan makrozoobentos relatif tetap.

Makrozoobentos berdasarkan kepekaannya terhadap pencemaran karena bahan organik, yaitu kelompok intoleran, fakultatif, dan toleran. Organisme intoleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang sempit dan jarang dijumpai di perairan yang kaya organik. Organisme ini tidak dapat beradaptasi bila kondisi perairan mengalami penurunan kualitas. Organisme fakultatif yaitu organisme yang dapat bertahan hidup pada kisaran kondisi lingkungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme intoleran. Walaupun organisme ini dapat bertahan hidup di perairan yang banyak bahan organik, namun tidak dapat mentolerir tekanan lingkungan. Organisme toleran yaitu organisme yang dapat tumbuh dan berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang sering dijumpai di perairan yang berkualitas buruk.

Pada umumnya organisme tersebut tidak peka terhadap berbagai tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat bertambah di perairan yang tercemar oleh bahan organik. Jumlah organisme intoleran, fakultatif dan toleran dapat menunjukkan derajat pencemaran. Makrozoobentos dapat bersifat toleran maupun bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Organisme yang memiliki kisaran toleransi yang luas akan memiliki penyebaran yang luas juga. Sebaliknya organisme yang kisaran toleransinya sempit (sensitif) maka penyebarannya juga sempit.

Page 6: Laporan BENTOS Fix

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu       : Praktikum ini dilakukan pada tanggal 12 Desember 2011

Tempat      : Pengambilan sampel bentos berasal dari danau Rektorat dan parit di depan SC UKM Universitas Airlangga. Sedangkan identifikasi bentos dilakukan di Laboratorium Ekologi Umum Departemen Biologi.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

ekman grab atau van Veen grab kantung plastik ayakan ember plastik alkohol atau formalin 4% kunci identifikasi makroinvertebrata

3.3 Cara Kerja

a. Menentukan titik tempat penelitianb. Mengambil sedimen dengan menggunakan Ekman grabc. Meletakkan sedimen yang didapat di atas ayakand. Mencuci sedimen tersebut dan mengambil hewan-hewan yang ada dan dimasukkan ke

dalam botol koleksi yang telah diisi alkohol atau formalin 4%e. Memberi label di setiap botol dan dibawa ke laboratoriumf. Identifikasi hewan-hewan makroinvertebrata yang didapatg. Menghitung jumlah hewan dan setiap jenis dan keseluruhan jenish. Kemudian dapat diketahui jumlah makroinvertebrata keseluruhan dan masing-masing

jenis.

`

Page 7: Laporan BENTOS Fix

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS PERHITUNGAN

1. Data Hasil Pengamatan

Berikut ini kami sajikan data hasil pengamatan spesies bentos yang kami ambil dari danau depan Rektorat dan parit depan SC UNAIR.

Tabel 1.1 Spesies bentos yang diambil dari danau depan RektoratNo. Nama spesies Jumlah1 Melanoides requentii 622 Melanoides tuberculata 493 Tiara sp. 284 Melanoides clavus 65 Melanoides punctata 36 Viviparus javanicus 1

Jumlah total individu 149

Tabel 1.2 Spesies bentos yang diambil dari parit depan SC UNAIR

No. Nama spesies Jumlah1 Melanoides clavus 52 Melanoides tuberculata 183 Melanoides torulasa 94 Tiara sp. 7

Jumlah total individu 39

2. Analisis Data

Berdasarkan jumlah spesies bentos yang kami ambil dari danau depan Rektorat dan parit di depan SC UNAIR maka diketahui indeks keanekaragaman dan indeks dominasi yang kami sajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 2.1 Indeks keanekaragaman spesies bentos di danau depan RektoratNo. Nama spesies Indeks Keanekaragaman1 Melanoides requentii -0,3652 Melanoides tuberculata -0,3663 Tiara sp. -0,3144 Melanoides clavus -0,1295 Melanoides punctata -0,0796 Viviparus javanicus -0,034

Total -1,287

Page 8: Laporan BENTOS Fix

Indeks keanekaragaman spesies (H’) diperoleh dengan penghitungn menggunakan rumus :

H = -Σ Pi ln Pi

Dimana:

H’ = indeks keanekaagaman

Pi =  ni/ N

ni = jumlah indvidu jenis ke-i

N = jumlah total individu

Sehingga nilai indeks keanekaragaman spesies bentos yaitu :

H’  = -Σ Pi ln Pi

H’ = -(-0,365 + -0,366 + -0,314 + -0,129 + -0,079 + -0,034)

H’ = -(-1,287)

H’ = 1,287

Dengan demikian nilai indeks keanekaragaman adalah 1,287, sehingga nilai H’ kurang dari 2,3026 (H’ < 2,3026) yang menunjukkan bahwa keanekaragam kecil dan kestabilan komunitas rendah.

Tabel 2.2 Indeks keanekaragaman spesies bentos di parit depan SC UNAIR

No. Nama spesies Indeks Keanekaragaman1 Melanoides clavus -0,2632 Melanoides tuberculata -0,3573 Melanoides torulasa -0,3384 Tiara sp. -0,308

Total -1,266

Sehingga nilai indeks keanekaragaman spesies bentos yaitu :

H’  = -Σ Pi ln Pi

H’ = -(-0,263 + -0,357 + -0,338 + -0,308)

H’ = -(-1,266)

H’ = 1,266

Page 9: Laporan BENTOS Fix

Dengan demikian nilai indeks keanekaragaman adalah 1,266, sehingga nilai H’ kurang dari 2,3026 (H’ < 2,3026) yang menunjukkan bahwa keanekaragam kecil dan kestabilan komunitas rendah.  Kedua daerah sampling di atas menunjukkan indeks keanekaragaman yang rendah sehingga mempengaruhi tingkat kestabilan komunitas yang rendah pula menurut klasifikasi Wilhm dan Dorris (1968) dalam Mason (1981), yaitu pada kisaran nilai 0,034 – 0,366 pada danau depan Rektorat dan 0,263 – 0,357 pada parit depan SC UNAIR.

Tabel 2.3 Indeks Dominansi spesies bentos di danau depan Rektorat

No. Nama spesies Indeks Dominasi (%)1 Melanoides requentii 17,312 Melanoides tuberculata 10,813 Tiara sp. 3,534 Melanoides clavus 0,165 Melanoides punctata 0,046 Viviparus javanicus 4,50.10-3

Total 31,86

Indeks dominansi (D) (Simpson, 1949) digunakan rumus:

D = (ni2/N2) x  100%

dimana :

D = Indeks Dominansi

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Sehingga dengan kriteria menurut Odum  (1971), nilai D jika dikonversikan tidak dalam persentase berkisar antara 0,000045 – 0,1731.  Ini menunjukkan nilai D mendekati 0 sehingga tidak ada spesies bentos yang memdominansi di danau depan Rektorat.

Tabel 2.4 Indeks Dominansi spesies bentos di parit depan SC UNAIR

No. Nama spesies Indeks Dominasi (%)1 Melanoides clavus 1,642 Melanoides tuberculata 21,303 Melanoides torulasa 5,334 Tiara sp. 3,22

Total 31,49

Berdasarkan indeks dominansi di atas, maka nilai D berkisar antara 0,0164 – 0,2130.  Ini menunjukkan nilai D mendekati 0 sehingga tidak ada spesies bentos yang memdominansi di parit depan SC UNAIR.

Page 10: Laporan BENTOS Fix

BAB VPEMBAHASAN

Acara praktikum kali ini yaitu mempelajari bentos sehingga dilakukan sampling bentos di perairan danau buatan depan Rektorat Universitas Airlangga. Bentos diambil pada daerah yang terkena cahaya matahari langsung. Dari hasil sampling yang diperoleh didapatkan beberapa spesies dari kelas Gastropoda, diantara spesies itu adalah Melanoides puncatata, Melanoides clavus, Viviparus javanicus, Thiara sp, Melanoides requentii, Melanoides tuberculata. Diantara zoobenthos yang diperoleh dari penelitian, ditemukan beberapa spesies yang berlimpah yaitu Melanoides requentii kemudian Melanoides tuberculata.

Kelimpahan pada sepesies tertentu pastinya disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya intensitas cahaya. Penetrasi cahaya sangat terbatas untuk perairan tenang atau lentic. Pada kedalaman tertentu, intensitas cahaya matahari akan berkurang dan pada akhirnya intensitas kecil. Penetrasi cahaya matahari disamping berperan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan air juga berpengaruh terhadap substrat dasar perairan. Diketahui bahwa substrat dasar merupakan habitat benthik. Perbedaan penerimaan penetrasi cahaya mengakibatkan perbedaan kesuburan substrat tersebut. Perbedaan kesuburan ini menyebabkan perbedaan dalam daya dukung untuk kehidupan benthik sehingga perbedaan penerimaan penetrasi cahaya pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan komunitas benthik. Dalam hal ini ada perbedaan, baik pada kerapatan maupun keanekaragaman zoobenthos (Hadisusanto, 1992).

Lingkungan biotik maupun abiotik dalam perairan mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman zoobenthos insitu. Di sisi lain setiap organisme membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai dalam menyelesaikan daur hidupnya. Ketidakseimbangan fisikokimia air akan mempengaruhi komposisi jenis zoobenthos dan dapat menaikkan tingkat predasi, kompetisi dan parasitisme. Faktor lingkungan lainnya yang juga berpengaruh terhadap populasi zoobenthos yaitu turbiditas kandungan oksigen terlarut, derajat keasaman (pH), kebutuhan oksigen biologik, alkalinitas dan kesadahan total. Faktor yang paling berpengaruh diantara faktor tersebut adalah turbiditas karena efeknya terhadap pertumbuhan algae yang selanjutnya mempengaruhi perkembangan populasi zoobenthos, terutama gastropoda.

Indeks Keanekaragaman (Diversity Index), dan indeks dominansi merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas biota perairan terutama dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan. Dengan mengacu pada nilai indeks, terlihat bahwa perairan danau depan Rektorat dan parit di depan SC UNAIR cenderung tidak stabil karena relatif tidak ada

Page 11: Laporan BENTOS Fix

spesies bentos tertentu yang mendominasi dan rendahnya keanekaragaman. Dimana tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem. 

BAB VIKESIMPULAN

1. Jenis spesies bentos yang dapat ditemukan di danau depan Rektorat, antara lain: Melanoides requentii, Melanoides tuberculata, Tiara sp., Melanoides clavus, Melanoides punctata, dan Viviparus javanicus. Sedangkan spesies bentos yang dapat ditemukan di parit depan SC UNAIR, antara lain: Melanoides clavus, Melanoides tuberculata, Tiara sp., dan Melanoides torulasa.

2. - Indeks keanekaragaman spesies bentos di depan danau Rektorat sebesar 1,287- Indeks keanekaragaman spesies bentos di parit depan SC UNAIR sebesar 1,266- Tingkat keanekaragaman spesies bentos di depan danau Rektorat dan parit depan SC

UNAIR rendah sehingga kestabilan ekosistemnya juga rendah. 3. - Indeks dominasi spesies bentos di danau depan Rektorat berkisar antara 0,000045-

0,1731 yang menunjukkan tidak ada spesies bentos yang mendominasi ekosistem perairan lentik dan lotik tersebut.- Indeks dominasi spesies bentos di parit depan SC UNAIR berkisar antara 0,0164 – 0,2130 yang menunjukkan tidak ada spesie bentos yang mendominasi ekosistem perairan lotik tersebut.

BAB VIIDAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: Fakultas MIPA USU Press.Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakata.Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Jakarta.Sugiyo, K. 2008. Kualitas Air Kali Krukut Sehubungan dengan Penggunaan Tanah Daerah Sempadannya. Skripsi. Jakarta: FMIPA Universitas Indonesia.Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.Anonimus. 2010. Plankton dan Bentos. Surabaya.

Page 12: Laporan BENTOS Fix

Hadisusanto, suwarno. 1992. Kajian Kerapatan dan Keanekaragaman Zoobenthos di Waduk Penjalin, Bumiayu, Jawa Tengah (Vol. 1, No. 4). Fakultas Biologi UGMHutabarat, S. 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit UI-Pres: Jakarta.Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah Mada University press : Yogyakarta.Pechenik, Jan A. 2000. Biology of the Invertebrate, Fourth Edition. Mc Graw Hill: USATan, Leo W.H. 2001. A Guide to Seashore. Singapore Scence Centre: SingaporeRosenberg, D. M. and V. H. Resh. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic Macroinvertebrates. Chapman and Hall : New York, London.

BAB VIIILAMPIRAN

No Gambar Keterangan1

Meletakkan sedimen yang didapat pada ember plastik.

2

Meletakkan substrat pada ayakan.

Page 13: Laporan BENTOS Fix

3

Menyaring substrat yang di ambil di dasar danau dengan menggunakan ayakan.

4

Dengan bantuan tangan menyaring sedimen agar dapat terpisah dari substrat.

5

Meletakkan surber net pada parit yang mengalir.

Page 14: Laporan BENTOS Fix

6

Mengarahkan air kearah surber net dengan bantuan kaki, berlawanan arus agar organimesnya bisa masuk.

7

Melanoides clavus

8

Melanoides punctata

9

Melanoides requentii

10

Melanoides torulasa

Page 15: Laporan BENTOS Fix

11

Melanoides tuberculata

12

Tiara sp.

13

Viviparus javanicus