laporan bengkel

  • Upload
    kiki

  • View
    289

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

LAPORAN BENGKELACUAN DAN PERANCAH (FORMWORK PERI)

Oleh:NAMA: BAYU ANGGARAKELAS: TPJJ_3ANIM: 1305131011DOSEN PENGAMPU: SAMIRAN SST MT

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATANJURUSAN TEKNIK SIPILPOLITEKNIK NEGERI MEDANMEDAN2014KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,karena atas berkat,rahmad dan hidayahNya penulis mampu menyelesaikan LAPORAN PRAKTIK KERJA ACUAN PERANCAH ini. Laporan ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu dan diharapkan dapat berguna bagi yang membutuhkannya.Penulis telah menumpahkan segenap fikirannya untuk menyelesaikan laporan ini.Laporan ini dibuat sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan selama dibengkel.Penulis sadar masih banyak kesalahan dan kekurangan pada laporan ini,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu,dan pembaca.Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan,guna perbaikan dimasa-masa mendatang.Semoga LAPORAN PRAKTIK KERJA ACUAN PERANCAH ini dapat berguna bagi pembaca dan semua orang.Atas perhatian dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Medan,November 2014Penulis,

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Pengertian Acuan dan Perancah

Acuan dan perancah merupakan suatu pekerjaan yang sangat menentukan dalam mewujudkan bentuk stuktur beton,maka dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus memiliki keterampilan khusus dan memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah. Acuan dan perancah (Bekisting) adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara pada praktik kerja beton sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Dari namanya acuan dan perancah, terbagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi acuan dan fungsi perancah.Acuan yang dimaksud adalah sebagai cetakan atau patokan untuk ukuran maupun bentuk beton yang diinginkan, sedangkan perancah adalah sebagai penyokong tegak dan lurusnya acuan tersebut. Acuan dan perancah harus kuat memikul beban sendiri, berat beton basah, beban hidup, dan beban peralatan kerja selama proses pengecoran.

I.2. Syarat-syarat acuan dan perancah

1. KuatDidalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.

Berat Sendiri (Beton)Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan. Berat HidupCetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu Gempa atau Retakan.

Pembebanan : Beban mati (DL) Akibat beton Akibat acuan Beban hidup (LL)

2. KakuKaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.

3. Mudah dibongkarAcuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.

4. Ekonomis dan EfisienDidalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya.

5. RapiRapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.

6. RapatKerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting

7. BersihUntuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.

I.3 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Acuan dan Perancah

I.3.1. Adapun Tujuan dari Praktek Kerja Acuan dan Perancah ini adalah :1) Mengetahui teknik pengerjaan acuan perancah yang baik dan benar2) Mengetahui fungsi/kegunaan dari alat-alat dalam proses pengerjaan konstruksi acuan perancah3) Mengetahui bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan dalam pengerjaan konstruksi acuan perancah dan akanestimasi bahan dan waktu4) Mampu membedakan kualitas bahan berdasarkan kelasnya5) Memberikan pengetahuan tentang perencanaan kerja acuan perancah sehingga mampu untuk merencanakan serta melaksanakan suatu pekerjaan yang menyangkut acuan perancah / beton6) Dapat memperhitungkan komponen serta kebutuhan bahan yang akan dipergunakan dalam kerja acuan perancah.

I.3.2. Adapun Manfaat dari Praktek Kerja Acuan dan Perancah adalah :1) Dapat memperkaya diri guna bekal di kemudian hari mengenai konstruksi acuan perancah2) Dapat mengetahui teknik pengerjaan acuan perancah yang baik dan benar3) Mahasiswa dapat memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam penyelesaian konstruksi acuan perancah4) Mahasiswa dapat menyadari akan keberadaan potensi dirinya serta kondisi lingkungan yang menunjang untuk dapat dikembangkan dan berupaya menjadikan diri sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.

1.4. Kerugiankerugian Jika Acuan dan Perancah Kurang Baik

1. Perubahan geometricPerubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana, misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.2. Penurunan mutu betonSeperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi berkurang3. Terjadinya perubahan dimensiTerjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Defenisi Formwork

Formwork, lebih dikenal dengan nama bekesting/mal/cetakan, yang terbuat dari kayu, plywood, steel, yang berfungsi untuk membentuk beton segar sesuai dengan keinginan/desain. Layaknya teknologi, formwork juga terus berkembang pesat, semakin simple namun tetap mempertahankan kekuatan. Dan kali ini, saya akan memperlihatkan beberapa foto formwork, yang lebih dikenal dengan peri formwork.

II.2. Tipe Pekerjaan Bekisting1. Sistem konvensional / tradisional Banyak bahan terbuang Tenaga kerja banyak Waktu kerja lama Pemakaian berulang terbatas 2. Semi sistem Untuk komponen pracetak 3. Sistem penuh / pabrikan a. Biaya investasi tinggi b. Umur pemakaian lamac. Multiguna d. Dilengkapi dengan gambar sistem

II.3. Bagian Bagian Konstruksi

BAGIAN ACUANa) Cetakan b) Gelagar balok c) Gelagar utk cetakan lantai/ pengaku cetakan balok.d) Papan penjepit cetakan. BAGIAN PERANCAHe) Tiang perancah f) Baji g) Landasan

Tiang perancahSkor/pengaku

II.4 Bowplang

Bowplang adalah papan yang dipakai untuk pedoman sementara dari dasar bangunan, ketinggian bangunan ,letak bangunan agar sesuai dengan rencana. Wujud dari bowplang adalah lembaran papan yang diratakan salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada tiang-tiang yang telah ditancapkan pada tempat nya dengan ketinggian yang telah ditentukan. Pembuatan bowplang biasanya dilakukan setelah observasi lapangan dan setelah dilakukan pemetaan.Syarat pembuatan bowplangHarus kuat dan kokohJarak antara bowplang dengan dinding kerja tidak terlalu rapatBowplang harus berhadapan dengan bangunanSemua elevasi harus samaa. Alat dan bahanAlat1. palu2. gergaji potong3. alat ukur4. waterpass ( timbang air)5. siku6.benangBahan1. tiang bowplang ukuran 2 x 22. balok bowplang ukuran 1,5 x 33 paku

II.5 Acuan Pondasi

a. PendahuluanPembuatan acuan pondasi sangat lah sedehahana. Pada kenyataannya acuan pondasi terdiri dari dua jenis yaitu acuan pondasi beton tak bertulang dan acuan pondasi beton bertulang. Pada pondasi beton tak bertulang acuan antara pondasi dan sloop dapat dikerjakan terpisah, sedangkan pada pekerjaan acuan pondasi beton bertulang dilakukan pekerjaan pembuatan acuan yang menyatukan antara acuan pondasi dan sloop. Pada acuan pondasi beton bertulang, papan acuan hanya untuk sisi tegaknya saja sedangkan pada sisi miringnya tidak terlalu curam dan tidak perlu dipasang.

b. Alat dan bahan

Alat1. palu2. gergaji potong3. alat ukur4. waterpass ( timbang air)5. siku6.benang7. cangkul8. sekopBahan1. papan untuk bak cetakan dan dinding cetakan2. kayu ukuran 1 x 2 atau 2 x 2 untuk tiang acuan3. kayu akuran 1 x 3 untuk klam atau pengikat dinding4. Kayu untuk pengaku diagonal.5. pakuc. Langkah kerjaPerhitungan bahanPembuatan lantai kerjaPemotongan bahan sesuai ukuaran pada gambar kerjaPerakitanacuan pondasiPeletakan acuan pada lantai kerja

II.6. Cetakan Balok

a) Teori Dasar Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang digunakan untuk meneruskan beban dari lantai atau dinding ke kolom.

b)Papan cetakan Cetakan balok bisa terbuat dari papan maupun multipleks. Apabila acuannya menggunakan papan maka perlu menyambung papan cetakan tersebut dengan beberapa klam perangkai. Yang perlu diperhatikan adalah kerapatan dari sambungan sambungan yang dibuat, sehingga air semen tidak keluar melalui celah celah sambungan Untuk mencegah bagian bawah begisting terbuka saat beton dicor, harus dibuatkan klam penjepit, dapat berupa papan ataupun balok kayu ukuran 5/7. Sedangkan untuk balok yang tingginya lebih dari 55 cm, pada cetakan samping perlu ditahan untuk menahan lentur dan dibuatkan skor.

3. Tiang Perancah Acuan dapat menumpu pada satu tiang ataupun dua tiang, sesuai keperluannya. Apabila menggunakan satu tiang maka peletakan tiang dipasang di tengah, dan bila menggunakan dua tiang maka peletakannya pada bagian tepi. Jarak antar tiang arah memanjang dibuat sama dengan jarak klam perangkai, sedang jarak antar tiang arah lebarnya tergantung dari lebar balok.

4. Cetakan balok Untuk perancah dari kayu untuk menyetel ketinggian, di bagian bawah tiang perancah diberi baji, sehingga akan memudahkan menaik-turunkan ketinggian yang ditentukan. Sedangkan bila perancah dari baja untuk menyetel ketinggian sudah terdapat ulir yang berfungsi untuk menaik - turunkan ketinggian tiang perancah. Agar tiang perancah tidak amblas ke dalam tanah dipakai papan alas.

II.7 Acuan Plat Lantai

Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh.

a) Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:

1. Syarat umum2. kedataran3. Elevasi

b) Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :

1. Tiang acuan dan pengakuTiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah. Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar.

2. GelagarGelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi dan kemudian bagian tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya.

3. Lantai cetakanLantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan beton yang tidak memerlukan finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood lebih licin dari pada permukaan papan.

c)Alat dan bahanAlat1. palu2. gergaji potong3. alat ukur4. waterpass ( timbang air)5..benang

Bahan1. Tiang atau balaok ukuran 1x 3 sebagau pengaku ( klam)samping atau sebagai pengikat dinding cetakan dan penyokong diagonal2. multiplex sesuai ukuran dinding dan alas Plat lantai3. paku4. tiang ukuruan 2 x 2 untuk tiang perancah5. kayu ukuran 2x 3untuk penahan bentang panjang dan pendek

II.8. Memasang Tangga

a) Pengertian Tangga

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain.Tangga adalah jalur yang memiliki undak-undak(trap) atau anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai bertingkat.Ukuran tangga dan penempatannya diatur sesuai dengan kebutuhan,dan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan standar tangga.

b) Macammacam acuan dan perancah untuk tangga:

1.)Cetakan tangga lurus2.)Cetakan tangga membelok3.)Cetakan tangga melingkar

c) Bentuk-bentuk Tangga:

1)Tanggga Spiral2)Tangga Lurus3)Tangga dengan Burdes4)Poros5)Tangga lingkaran6)Tangga lingkaran

d) Halhal yang perlu diperhatikan :

1.)Perencanaan tangga2.)Bentuk optride dan cetakannya3.)Pembuatan cetakan tangga

e) Syarat-syarat Acuan Tangga:

Yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah tangga ialah ketinggian dari tangga,yaitu jarak tinggi dari lantai yang satu kelantai atasnya.Apabila ruangan yang ada terlalu sempit,maka direncanakan suatu tangga dengan beberapa bordes sehingga kemiringan dari tangga ini tidak terlalu curam dan tidak terasa melelahkan bila dijalani.1)Lebar tangga Rumah tinggal 90cm Umum 120cm2)Optride Rumah tinggal 20cm Umum 17cm3.)Antride 25cm4.)Kemiringan maximum 45 atau dengan menggunakan perbandingan5.)Syarat Tangga Ideal = 2 x Optride + 1 Antride = 1 Langkah (57cm-65cm)

Alat:

1.)Meteran2.)Gergaji3.)Palu Cakar4.)Rapid Clamp5.)Linggis6.)Waterpass7.)Siku8.)Pensil9.)Benang

Bahan:

1.)kayu 4/6 x402.)papan3.)Paku4.)Multiplek

BAB IIILANGKAH KERJA

III.1. Tahap Pemasangan Bekisting

a) Pada pekerjaan bekisting, khususnya bekisting plat dan balok biasanya dilakukan pekerjaan perancah. Pekerjaan perancah dilakukan untuk mendukung perencanaan pembuatan bekisting balok dan pelat. Pertama-tama yang harus dilakukan sebelum mendirikanscaffoldingadalah memasangjack basepada kaki untuk memudahkan pengaturanketinggian, setelah itu baru dapat disusun dan disambung antara yang satu denganlainnya menggunakanjoint pin, dan bagian atasnya dipasangU-headuntuk menjepit balok kayu yang melintang.

b) Pekerjaan bekisting dilakukan setelah pekerjaan pembesian. Hal tersebut berlaku pada pekerjaan pembuatan kolom. Sedangkan pada pembuatan balok dan pelat, bekisting terlebih dahulu dikerjakan. Bekisting memiliki fungsi dalam bangunan untuk membuat bentuk dan dimensi pada suatu konstruksi beton, dan mampu memikul beban sendiri yang baru dicor sampai konstruksi tersebut dapat dipikul seluruh beban yang ada.

c) Pelaksanaan pekerjaan bekisting pada pembuatan balok baru dapat dilakukan setelah pekerjaan perancah selesai. Bekisting yang dibuat adalah bekisting balok, pelat, dan kolom. Petama-tama yang harus dipersiapkan sebelum pembuatan bekisting adalah plywood 12 mm, dan balok kayu 8/12 dan 5/7 yang telah dipotong-potong sesuai kebutuhan. Kemudian balok kayu dan plywoood tersebut dihubungkan dengan paku,sehingga membentuk dimensi balok yang direncanakan. Balok kayu 8/12 digunakan untukdudukan bekisting balokpada bagian atasscaffolding. Rangka dan penopang bekisting menggunakan kayu 5/7 yang dipaku, kemudian plywood yang sudah dipotong dipaku ke rangka tersebut.

Gambar Pemasangan bekisting pada balok

d) Pembuatan bekisting pelat dimulai dengan persiapan.Bahan yang harus dipersiapkan adalahplywood 9 mm dan balok ukuran 5/7 , 4/6 atau sejenisnya.Pertama-tama yang harus dilakukan untuk memulai pembuatan bekisting pelat adalah memasang multispan yang berpegangan pada bekisting balok. Kemudian plywood yang telah dipotong-potong diletakkan di atas balok dan disusun dengan rapi dan rapat agar tidak bocor.

e) Bekisting pada kolommenggunakanplywood 12 mm, baja sebagai penguaat, dan rangka besi siku yang dirancang untuk plywood. Rangka besi siku yang telah dipasang plywood didirikan, lalu antara rangka yang satu dengan yang lainnya dihubungkan menggunakan baut. Bekisting tersebut diberikan sokongan samping menggunakan baja ukuran 5/7.

III.2. Tahap Pembukaan Bekisting

Setelah beton baru berusia 3-4 hari, bekisting yang menempel pada beton dibuka. Walaupun beton matang pada hari ke 28 tetapi bekisting beton dapat dibuka pada hari 3-4 hari.Proses pembukaan bekisting dilakukan oleh 2-3 orang, dan terkadang diperlukan alat seperti kayu balok untuk membukanya apabila bekisting tersangkut. Untuk kolom yang berada di lantai atas biasanya dibantu olehcraineuntuk menurunkannya ke bawah.

III.3. Perawatan BekistingUntuk menghasilkan dan menjaga life time bekisting, umumnya dilakukan perawatan sebelum dan sesudah pemakaian bekisting. Metode perawatan yang umum diberikan adalah oli bekisiting.Macam-macam Oli yang disarankan pada bekisting :1.Oli bekas2.Solar3.Oli Sika, dan lain-lain.

III.4. Pembongkaran Acuan Perancah

Pembongkaran acuan dan perancah jika di cor dilakukan apabila beton sudah mencapai umur 28 hari. Pada konstruksi tertentu kita bisa membongkarnya lebih awal, misalnya pada pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom, dll; biasanya pada konstruksi yang tidak menggantung. Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang diperlukan oleh pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut untuk konstruksi yang menggantung jangan sekali kali dilakukan pembongkaran acuan / perancah sebelum beton cukup umur, misalnya pada balok, lantai, konsol, luifel, dll. Apabila hal ini dilakukan, maka akan berakibat buruk, misalnya retak pada beton, atau lepasnya ikatan beton dengan tulangan.

Syarat-syarat Pembongkaran Acuan dan Perancah1. Syarat EkonomisPada saat acuan dibongkar usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipergunakan kembali agar dapat mnghemat biaya seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati hati.

2. Syarat KeamananSelain syarat ekonomis harus juga diperhatikan syaratsyarat keamanan. Hal ini penting sekali, jangan sampai di dalam pembongkaran urutan pembongkaran tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja. Misalnya di dalam pembongkaran acuan dan perancah lantai. Pertama dibongkar dahulu skurskurnya kemudian tiang-tiangnya. Dalam pembongkaran tiang, harus hatihati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban di atasnya. Kalau tidak hatihati maka apaapa yang ada di atasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada di bawahnya. Gunakan pakaian keamanan ( sepatu safety, helm, tali, sarung tangan, dan kaca mata ).

3. Syarat KonstruktifPembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu kemudian ke arah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan. Sedang pada pembongkaran konsol ( balok kantilever ), dimulai dari ujung. Dengan maksud untuk mendapatkan bidang momen yang sama. Syarat konstruktif untuk pembongkaran acuan dan perancah dibagi menjadi dua, yaitu :a) Berdasarkan Waktu Berdasarkan waktu pembongkaran dibagi menjadi dua, yaitu :1. Untuk cetakan samping atau yang tidak menahan momen, acuan ini boleh dibongkar setelah bentuk beton stabil (cetakan dinding balaok, cetakan dinding) > 24 jam.2. Untuk penyangga datar yang menahan momen : boleh dibongkar setelah beton mencapai kekuatan penuh, dibuktikan dengan hasil uji kubus di laboratorium, untuk beton konvensional 28 hari (beton tanpa bahan tambahan).b) Berdasarkan MetodeUrutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan.

Metode-metode yang digunakan dalam pembongkaran acuan dan perancah adalah :1) Urutan-urutan pembongkaran acuan dan perancah harus sesuai dengan momen yang telah direncanakan, sehingga momen yang terjadi akibat pembongkaran sama dengan momen yang telah direncanakan.2) Pembongkaran acuan dan perancahnya dimulai dari ujung untuk mendapatkan bidang momen yang sama.3) Pembongkaran tiang perancahnya harus dimulai dari tengah dan diteruskan di kiri kanannya sampai ke tepi.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

V.1.KESIMPULAN:

Di Indonesia banyak beredar bekisting system dengan bahan material yang berbeda dan mempunyai keunggulan masing seperti Paschal, KHK, MESA dan PERI. Seiring kemajuan teknologi, tentunya kwalitas bekisting system tidaklah diragukan lagi, sehingga hal ini cukup menentukan dalam proses pemilihan bekisting system mana yang akan kita gunakan dalam sebuah proyek, khususnya pada kelas proyek besar.Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.

V.2. SARAN: Pahami dahulu prosedur kerja dalam pemasangannya Kenali alat-alat yang akan digunakan Teliti dan hati-hati saat bekerja

DAFTAR PUSTAKA

5. http://books.google.co.id/books6. balitbang.pu.go.id/sni/pdf/modul/0067. http://proyeksipil.blogspot.com/8. http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20239712.pdf9. http://bestananda.blogspot.com/2012/07/sistem-pelaksanaan-bekisting.html

LAMPIRAN FOTO

25