17
A. TUJUAN Mengamati efek anti analgetik dari bahan obat terhadap hewan coba yang diinduksi asam asetat glasial dengan metode syndrome menggeliat. B. TEORI Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Sedangkanantipiretik adalah obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik. 3 Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki efek antipiretik dan antiinflamasi. 2 Asam salisilat, paracetamol mampu menangani nyeri ringan sampai sedang sedangkan nyeri yang hebat membutuhkan analgesik sentral yaitu analgesik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi berguna untuk

laporan analgetik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmakologi

Citation preview

Page 1: laporan analgetik

A. TUJUAN

Mengamati efek anti analgetik dari bahan obat terhadap hewan coba

yang diinduksi asam asetat glasial dengan metode syndrome menggeliat.

B. TEORI

Analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa

nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.

Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak

menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau

kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Sedangkanantipiretik adalah

obat yang dapat menurunkan demam (suhu tubuh yang tinggi). Pada umumnya

(sekitar 90%) analgesik mempunyai efek antipiretik.3

Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk

menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri lain misalnya nyeri

pasca bedah dan pasca bersalin, dismenor (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada

nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgesik ternyata memiliki

efek antipiretik dan antiinflamasi.2

Asam salisilat, paracetamol mampu menangani nyeri ringan sampai

sedang sedangkan nyeri yang hebat membutuhkan analgesik sentral yaitu

analgesik narkotik. Efek antipiretik menyebabkan obat tersebut mampu

menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam sedangkan sifat antiinflamasi

berguna untuk mengobati radang sendi termasuk pirai/gout yaitu kelebihan asam

urat sehingga pada daerah sendi terjadi pembengkakan dan timbul rasa nyeri.2

Analgesik antiinflamasi diduga bekerja berdasarkan penghambatan

sintesis prostaglandin (penyebab rasa nyeri). Rasa nyeri tersebut dapat

dibedakan dalam 3 kategori:2

1.      Nyeri ringan (sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid), dapat diobati

dengan asetosal, paracetamol bahkan placebo.

2.      Nyeri sedang (sakit punggung, migrain, rheumatik), memerlukan analgesik

perifer kuat.

Page 2: laporan analgetik

3.      Nyeri hebat (kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu ginjal, kanker),

harus diatasi dengan anlgesik sentral atau analgesik narkotik.

Analgetik dibagi dalam 2 golongan besar:

1.      Analgetik narkotik (analgetik sentral)

Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghilang nyeri yang

hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum (mengurangi

kesadaran), mempunyai efek samping menimbulkan rasa nyaman (euforia).

Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat dihilangkan oleh analgetik narkotik

kecuali sensasi kulit. Harus hati-hati menggunakan anlgetika ini karena

mempunyai resiko besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan

kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk

penggunaan insidentiil pada rasa nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri

infark).

Penggolongan analgetika narkotik adalah sebagai berikut:

a.       Alkaloid alam              : morfin, codein

b.      Derivat semi sintetis    : heroin

c.       Derivat sintetik           : metadon, fentanil

d.      Antagonis morfin        : nalorfin, nalokson dan pentazocin

2.      Analgetik non opioid (non narkotik)

Disebut juga analgetika perifer karena tidak mempengaruhi susunan saraf

pusat. Semua nalgetika perifer memiliki khasiat sebagai antipiretik yaitu

menurunkan suhu badan saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan

terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer

di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak

keringat. Misalnya paracetamol, asetosal. Dan berkhasiat pula sebagai

antiinflamasi.

Antiinflamasi sama kuat dengan analgetik, digunakan sebagai anti nyeri

atau rheumatik contohnya asetosal, asam mefenamat, ibuprofen. Anti radang

Page 3: laporan analgetik

yang lebih kuat contohnya fenilbutazon. Sedangkan yang bekerja srentak

sebagai anti radang dan analgetik contohnya indometazin.

Berdasarkan rumus kimiamya analgetik perifer digolongkan menjadi:

a.       Golongan salisilat                    : asetosal

b.      Golongan para-aminophenol   : paracetamol, fenasetin

c.       Golongan pirazolon (dipiron)  : fenilbutazon

d.      Golongan antranilat                : asam mefenamat

AINS adalah obat-obat analgesik yang selain memiliki efek analgesik

njuga memiliki efek antiinflamasi, sehingga oba0obat jenis ini digunakan dalam

pengobatan rheumatik dan gout. Contohnya ibuprofen, diklofenak, fenilbutazon

dan piroxicam. Sebagian besar penyakit rheumatik membutuhkan pengobatan

simptomatis, untuk meredakan rasa nyeri penyakit sendi degeneratif seperti

osteoartritis, analgesik tunggal atau campuran masih bisa digunakan. Tetapi bila

nyeri dan kekakuan disebabkan penyakit rheumatik yang meradang harus

diberikan pengobatan dengan AINS.

Efek terapi dan efek samping dari obat golongan NSAIDs sebagian besar

tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan

NSAIDs secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan

dalam peradangan. Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim

siklo-oksigenase, sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat

menjadi prostaglandin. Setiap obat menghambat enzim siklo-oksigenase dengan

cara yang berbeda.

Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin apabila

lingkungannya mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di hipotalamus,

sehingga parasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi

peradangan biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh

leukosit. Aspirin dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara

mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim siklo-oksigenase. Thrombosit sangat

rentan terhadap penghambatan enzim siklo-oksigenase karena thrombosit tidak

mampu mengadakan regenerasi enzim siklo-oksigenase. Semua obat golongan

NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.

Page 4: laporan analgetik

Efek samping obat golongan NSAIDs didasari oleh hambatan pada

sistem biosintesis prostaglandin. Selain itu, sebagian besar obat bersifat asam

sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di

lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Efek samping lain diantaranya adalah

gangguan fungsi thrombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2

dengan akibat terjadinya perpanjangan waktu perdarahan. Namun, efek ini telah

dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-emboli. Selain itu, efek samping lain

diantaranya adalah ulkus lambung dan perdarahan saluran cerna, hal ini

disebabkan oleh adanya iritasi akibat hambatan biosintesis prostaglandin PGE2

dan prostacyclin. PGE2 dan PGI2 banyak ditemukan di mukosa lambung dengan

fungsi untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi

mukus usus halus yang bersifat sitoprotektan.

Uraian hewan coba

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)   (Anonim, 2011)

Kingdom         :  Animalia

Filum               : Chordata

Clas                 : Mamalia

Ordo                : Rodentia

Family             : Muridae

Genus             : Mus

Spesies          : Mus musculus

2. Morfologi Hewan coba

Mencit/mouse (Mus musculus) adalah hewan pengerat (rodentia) yang

cepat berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup

besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit

hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari iklim dingin,

sedang maupun panas dan dapat hidup liar, mencit paling banyak digunakan

dilaboratorium untuk berbagai penelitian yang sering digunakan adalah albino

Page 5: laporan analgetik

swiss (Swiss Albino Mice) yang dibagi berdasarkan genetik dan sifat lingfkunga

hidupnya.

3.    Karakteristik mencit            (Mus musculus) (Malole M.B.M, 1989)

Berat badan dewasa jantan : 2,0 – 5,0 kg

Berat badan dewasa betina : 2,0 – 6,0 kg

Berat lahir : 30,0 – 100,0 gram

Luas permukaan tubuh : 2,5 kg : 1270,0 cm2

Temperature tubuh : 38,0 – 39,6 °c

Jumlah diploid : 44

Harapan hidup : 5,0 – 6,0 tahun

Konsumsi makanan : 5 g  / 100 g per hari

Komsumsi air minum : 5 – 10 ml / 100 g per hari

Lama mengandung : 29 – 31 hari

Umur sapih : 4 – 6 minggu

Produksi anak : 4 – 6 / bulan

Jumlah penapasan : 32 – 60/ menit

Kandungan oksigen : 0,47 – 0,85 ml/g/jam

Detak jantung : 130 – 325/ menit

Volume darah : 57 – 65 ml/kg

Tekanan darah : 90 – 130/60 – 90 mmHg

Page 6: laporan analgetik

Metode pengujian

1.  Analgetik narkotik

a. Metode tgail – clip

Dilakukan oleh Bianci dan Francesch ini menggunakan rangsangan tekan

melalui arteri suatu clip pada pangkal ekor mencit (Mus musculus).

b. Metode Green at. Al

Rangsangan analgetik pada metode ini adalah tekanan yang di berikan

kepada ekor tikus menggunakan suatu tabung yang di isi oleh suatu cairan.

Tabung tersebut di hubungkan dengan sebuah manometer untuk mengukur

tekanan (dalam mmHg)

c. Metode dengan rangsang panas

Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan hewan percobaan di

atas suatu permukaan panas.

2.  Analgetik non narkotik

a.    Peritorial Test (Whriting Test)

Pemberian secara intraperitorial dari beberapa zat kimia, dapat

memberikan respon yang khas pada mencit (Mus musculus)   yaitu adanya

gerakan peregangan berupa kontraksi dari dinding perut, kepala dan kaki di tarik

ke belakang, sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang yang di

tempatinya. Gejala ini di namakan whriting atau peregangan yang dapat di hitung

secara kuantitatif.

b.    Podolorimeter

Metode ini menggunakan arus listrik sebagai rangsang analgetik. Hewan

uji di letakkan pada alas yang terbuat dari logam. Alat tersebut di aliri arus listrik

yang voltasenya di ketahui. Voltase minimum yang menimbulkan respon hewan

uji di catat. Kemudian voltase berangsur – angsur di naikkan zat- zat yang

berefek analgetik akan menyebabkan kenaikan voltase yang dibutuhkan untuk

menimbulkan respon mencicit. Pertambahan voltase ini di identikan dengan efek

analgetik.

Page 7: laporan analgetik

C. ALAT DAN BAHAN

a. Alat :

1. spuit injeksi

2. stopwatch

3. pinset

b. Bahan :

1. Asam asetat glacial 3%

2. Asam Mefenamat 1000mg/20ml

3. mencit jantan 2 ekor

D. PROSEDUR KERJA

Prinsip Percobaan (Metode Witkin/ Metode Geliat)

Rasa nyeri yang disebabkan pemberian indikator nyeri akan

menyebabkan timbulnya writhing (menggeliat) yang dapat diamati

sebagai torsi pada satu sisi, menarik kaki ke belakang, penarikan kembali

abdomen, kejang tetani dengan membengkokan kepala dan kaki ke

belakang. Efek analgetik dari obat yang diberikan akan mengurangi

respon tersebut.

Daya analgetik :

% daya analgetik obat = 100 – (perlakuan/kontrol x 100%)

Prosedur Percobaan

1. Persiapan hewan coba dan peralatannya.

2. Timbang masing-masing hewan coba.

3. Buat sediaan dengan perhitungan dosis terlebih dahulu.

4. Untuk mencit kontrol diinjeksikan asam asetat glasial 1 ml secara intra

peritoneal.

5. Untuk mencit percobaan diberikan Asam Mefenamat secara oral.

6. Kemudian injeksikan asam asetat glasial sebanyak 1 ml secara intra

peritoneal.

7. Amati setelah 15, 30, 45, dan 60 menit.

8. Bandingkan dengan kontrol.

Page 8: laporan analgetik

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume pemberian asam mefenamat

Tersedia asam mefenamat 1000 mg/20 ml

Dosis : 100020

x 1 ml = 50 mg/ ml

Volume penyuntikan asam asetat glasial = 1 ml

Berat mencit control = 200 gram

Berat mencit coba = 150 gram

1. Data Percobaan

Interval Waktu

Jumlah Geliat

Asam

Mefenamat

Asam Asetat Glasial

(control)

0’ – 5’ 0 0

5’ – 10’ 0 0

10’ – 15’ 1 2

15’ – 20’ 1 2

20’ – 25’ 2 3

25’ – 30’ 2 5

Ʃ total 5 12

% daya analgesik = 100 – (5/12x 100%) = 58,3%

2. Pembahasan

Page 9: laporan analgetik

Percobaan menggunakan metode Witkins yang ditujukan untuk melihat

respon mencit terhadap asam asetat yang dapat menimbulkan respon

menggeliat dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Langkah pertama yang

dilakukan adalah pemberian obat analgetik pada mencit, dalam hal ini adalah

asam mefenamat yang diberikan secara oral sejumlah 1 ml dengan dosis

50mg/ml. Setelah 5 menit mencit disuntik secara intraperitoneal dengan larutan

induksi asam asetat 3 %. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena

untuk mrncegah penguraian asam asetat saat melewati jaringan fisiologik pada

organ tertentu. Dan laruran asam asetat dikhawatirkan dapat merusak jaringan

tubuh jika diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat

kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam.

Larutan asam asetat diberikan setelah 5 menit karena diketahui bahwa

obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk

meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan

asam asetat 3 % mencit menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik

ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit. Pengamatan yang

dilakukan agak rumit karena praktikan sulit membedakan antara geliatan yang

diakibatkan oleh rasa nyeri dari obat atau karena mencit merasa kesakitan akibat

penyuntikan intraperitoneal pada perut mencit.

Daya analgetik yang dihasilkan dari asam mefenamat adalah 58,3%

dimana Asam mefenamat adalah derivat-antranilat dengan khasiat analgetis,

antipiretis, dan antiradang yang cukup baik. Penggunaan asam mefenamat

sebagai obat antinyeri terbatas karena sering menimbulkan gangguan lambung-

usus, terutama dyspepsi dan diare hebat.

F. KESIMPULAN

Page 10: laporan analgetik

Percobaan tes analgesik metode menggeliat dilakukan untuk melihat

respon mencit terhadap asam asetat yang menyebabkan nyeri pada perut. Dari

percobaan ini didapatkan hasil bahwa jumlah geliat pada mencit coba (yang

diberikan analgetik) lebih sedikit dari mencit control. Ini artinya analgetik yang

diberikan mampu menghalau rasa nyeri yang disebabkan pemberian asam

asetat. Daya analgesik yang didapat adalah 58,3%.

G. DAFTAR PUSTAKA

Drs. Tjay, Tan Hoan, Drs.Rahardja, Kirana. 2010. Obat-Obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT elex Media Komputindo

Nugraha, Linus Seta Adi. 2011. Analgetika. Semarang: Akademi Farmasi

Semarang

http://arcadiyas.blogspot.com/2013/12/laporan-farmakologi-efek-obat-

analgetika.html (diakses pada 1 Juni 2015)

http://cichojoelz.blogspot.com/2014/04/contoh-laporan-analgetik.html (diakses

pada 1 Juni 2015)

H. LAMPIRAN

Page 11: laporan analgetik

1. Penimbangan mencit

2. Pemberian asam mefenamat secara oral

3. Injeksi asam asetat secara intra peritoneal

Page 12: laporan analgetik

4. tikus menggeliat ditandai dengan abdomen yang turun, menarik kaki ke

belakang, membengkokkan kepala, lemas.

LAPORAN AKHIR FARMAKOLOGI II

Page 13: laporan analgetik

TES ANALGETIKA DENGAN METODE MENGGELIAT

DISUSUN OLEH:

INDAH YUNI ARYANINGTIAS (PO.71.39.0.13.017)

IRA PRATIWI (PO.71.39.0.13.019)

LEIDIYA NOVIYANTARI (PO.71.39.0.13.021)

LIMAS WURI HANDAYANI (PO.71.39.0.13.023)

HARI / TANGGAL : JUMAT, 29 MEI 2015

KELAS : REGULER IIA

GRUP : GANJIL

SUBGRUP : IV

DOSEN PEMBIMBING :

1. Dr. Drs. Sonlimar Mangunsong, Apt, M.Kes2. Drs. H Benjamin M. Noer, Apt, MM3. Dewi Marlina, S.Farm, Apt, M.Kes4. Mona Rahmi Rulianti, M.Farm, Apt5. Mamik, AMF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN FARMASI

2014/2015