Upload
others
View
36
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN AKHIR HIBAH UDAYANA MENGABDI
DANA PNBP TAHUN 2018
KONTROL POPULASI ANJING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA
PENCEGAHAN PENULARAN KASUS RABIES DI DESA PECATU,
KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG
Oleh :
Drh. Luh Made Sudimartini (0024108203) (Ketua)
Drh. I Wayan Nico Fajar Gunawan, M.Si (0005078902)
Drh. I Wayan Wirata, M.Sc (0025088202)
Drh. Siswanto, M.Kes (0012126031)
Dibiayai dari Dana PNBP Universitas Udayana
Dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanan Pengabdian No. SPK 384-39/UN14.4.A/PM/2018
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
OKTOBER 2018
3
RINGKASAN
Mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena
dampak buruknya selalu diakhiri dengan kematian, maka usaha pengendalian penyakit berupa
pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin. Pengabdian ini bertujuan
untuk mengontrol jumlah populasi anjing yang terdapat di desa Pecatu serta memberikan informasi
tentang kesehatan hewan, manajemen pemeliharaan serta penanggulangan penyakit pada anjing
sehingga dapat mengurangi penyebaran kasus penyakit rabies di desa Pecatu, Kecamatan Kuta
Selatan, Kabupaten Badung. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk pelayanan
kesehatan berupa sterilisasi baik anjing jantan maupun anjing betina serta melakukan vaksinasi
rabies dan melakukan pengobatan terhadap anjing yang sakit, serta diskusi dengan pemilik anjing
tentang arti penting memelihara kesehatan hewan. Sasaran kegiatan pengabdian berupa pelayanan
kesehatan anjing di Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung baik anjing yang
bertuan maupun yang tak bertuan (anjing liar). Jumlah anjing tervaksinasi adalah 50 ekor,
terkastrasi 3 ekor dan yang diovariohisterektomi 7 ekor. Dari 10 anjing yang disterilisasi tersebut,
9 diantaranya adalah anjing liar (stray dog).
Kata kunci : Anjing, Rabies, pelayanan kesehatan hewan, Desa Pecatu.
4
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang berjudul
“Kontrol Populasi Anjing Sebagai Salah Satu Upaya Pencegahan Penularan Kasus Rabies Di Desa
Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Udayana
2. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana.
3. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
4. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung
5. Kabid Keswan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung
6. Direktur Rumah Sakit Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana
7. Camat Kuta Selatan, Kabupaten Badung
8. Perbekel Desa Adat Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
9. Ketua Jimbaran Dog Fonudation beserta staf
10. Klinik Hewan Sekuta Pet, serta
11. Teman-teman yang lain yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu atas kerjasamanya
selama ini.
Penulis menyadari laporan ini masih belum sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca.
Denpasar, Oktober 2018
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
COVER……………………………………………………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………………..
RINGKASAN…………………………………………………………………………………
PRAKATA…………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
1.1 Analisis Situasi…………………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………..
BAB II TUJUAN, MANFAAT DAN PEMECAHAN MASALAH…………………………..
2.1 Tujuan Kegiatan…………………………………………………………………
2.2 Manfaat Kegiatan………………………………………………………………..
2.3 Pemecahan Masalah……………………………………………………………...
BAB III METODE PELAKSANAAN………………………………………………………...
BAB IV HASIL YANG DICAPAI…………………………………………………………….
BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………………………..
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
i
ii
iii
iv
v
1
1
2
3
3
3
3
4
5
6
7
8
9
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Rabies merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dari family Rhabdoviridae
dan genus Lyssavirus memiliki bentuk seperti peluru, terdiri dari asam nukleat (RNA), protein,
lemakdan karbohidrat (Dharmojono, 2001). Rabies dikenal dengan sebutan penyakit anjing gila
yang merupakan penyakit zoonosis berbahaya dan dapat menimbulkan kematian pada hewan dan
manusia (Tagueha dan Heru, 2002). Penyakit Rabies dapat ditularkan pada hewan berdarah panas
yaitu anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Namun,di Indonesia kelelawar tidak dapat
menularkan rabies dikarenakan jenis kelelawar yang ada di Indonesia merupakan pemakan buah
(Dharmawan, 2009).
Di Provinsi Bali kasus rabies pertama kali terjadi pada bulan November tahun 2008
ditemukan di kedonganan, kabupaten Badung. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Pertanian
No.1637.I/2008 tertanggal 1 Desember 2008 yang menyatakan Bali Secara resmi tertular rabies
(Putra et al., 2009). Selanjutnya wabah menyebar ke seluruh kabupaten/kota di Bali. Upaya-upaya
penanganan rabies telah banyak dilakukan dengan mengimplementasikan prosedur Kesiagaan
Darurat Veteriner Indonesia (Kiatvetindo) Rabies. Setelah program pemberantasan rabies di bali
berjalan selama tiga tahun, upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang optimal. Kasus
rabies pada hewan tetap ada setiap bulan. Walaupun hewan yang ditemukan tertular rabies dan
telah dikonfirmasi secara laboratorium adalah anjing, kucing, babi, kambing dan sapi, namun
hingga saat ini hanya anjing yang diketahui sebagai pelestari siklus rabies di Bali (Dibia et al.,
2015)
Beberapa faktor resiko yang diyakini berpengaruh terhadap kejadian rabies yakni status
vaksinasi anjing, sistem pemeliharaan anjing, pengetahuan pemilik anjing, mobilitas anjing,
kepadatan populasi anjing, sosial budaya masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat (Dibia et
al., 2015). Mengingat akan bahaya rabies terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat karena
dampak buruknya selalu diakhiri dengan kematian, maka usaha pengendalian penyakit berupa
pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin.
7
Desa Pecatu tergolong sebagai desa di Kecamatan Kuta Selatan yang wilayahnya cukup
luas dan jumlah penduduk yang besar. Luas wilayah Pecatu mencapai 2.642 hektar. Desa adat
Pecatu berbatasan dengan desa adat Jimbaran di sebelah utara, desa adat Unggasan di sebelah
timur, sementara disisi selatan dan barat terhampar Samudera Indonesia yang membentang indah.
Umumnya penduduk Pecatu merupakan petani lahan kering serta peternak yang mencapai
sekitar 70%. Sekitar 10% warga Pecatu menekuni pekerjaan di sektor pertukangan/pengerajin,
sisanya sebagai pedagang, pegawai negeri sipil (PNS)/TNI/POLRI, karyawan swasta, nelayan serta
di bidang jasa lainnya. Hampir seluruh penduduk di Desa Pecatu memelihara anjing dirumahnya,
namun tidak menutup kemungkinan masih banyak juga anjing-anjing yang berkeliaran tanpa
pemilik di daerah desa Pecatu.
Dengan banyaknya anjing yang bekeliaran di daerah Desa Adat Pecatu, kami berkeinginan
mengamalkan ilmu dan pengetahuan yang kami miliki untuk diabdikan kepada masyarakat sebagai
wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi. Melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
(LPPM) Universitas , kami melakukan pengabdian masyarakat ini dengan tujuan untuk mengontrol
jumlah populasi anjing yang terdapat di desa Pecatu serta memberikan informasi tentang kesehatan
hewan, manajemen pemeliharaan serta penanggulangan penyakit pada anjing sehingga dapat
mencegah penularan kasus penyakit rabies di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung.
1.2. Rumusan Masalah
Dari situasi lapangan bahwa masih banyak anjing yang berkeliaran di jalanan baik anjing
yang bertuan dan tidak bertuan di desa Pecatu yang merupakan daerah pariwisata, merupakan
salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penularan rabies. Oleh karena itu,
perlu dilakukan kontrol populasi anjing sebagai salah satu upaya pencegahan penularan kasus
rabies di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
8
BAB II.
TUJUAN, MANFAAT DAN PEMECAHAN MASALAH
2.1. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengontrol jumlah populasi anjing yang terdapat di
desa Pecatu sehingga dapat mencegah penularan kasus penyakit rabies di desa Pecatu, Kecamatan
Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
2.2. Manfaat Kegiatan
Dengan dilakukan kegiatan ini diharapkan pengetahuan warga masyarakat Pecatu tentang
bagaimana cara menjaga kesehatan hewannya, tidak melepasliarkan anjingnya sehingga nantinya
dapat mengurangi penularan kasus penyakit rabies di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung.
2.3. Pemecahan Masalah
Salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit rabies
adalah kepadatan populasi, status vaksinasi dan penegtahuan pemilik anjing. Oleh karena itu
kegiatan kontrol populasi anjing ini perlu dilakukan untuk mengurangi kasus penularan rabies di
desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
9
BAB III.
KHALAYAK SASARAN STRATEGIS DAN LUARAN
3.1. Khalayak Sasaran Strategis
Sasaran kegiatan pengabdian berupa sterilisasi anjing jantan dan betina baik yang bertuan
maupun anjing liar, melakukan vaksinasi rabies, pelayanan kesehatan dan memberikan informasi
mengenai pentingnya menjaga kesehatan anjing dalam upaya mengurangi penyebaran kasus rabies
di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
3.2. Luaran
Luaran setelah kegiatan pengabdian ini berupa publikasi ilmiah nasional dalam jurnal
Udayana Mengabdi.
10
BAB IV.
METODE KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk pelayanan kesehatan di desa Pecatu,
kecamatan kuta selatan kabupaten badung berupa pemberian vaksinasi, sterilisasi anjing jantan
atau betina, pemberian obat cacing dan vitamin, serta diskusi dengan pemilik anjing tentang arti
penting memelihara kesehatan hewan (bagi anjing berpemilik).
11
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI
Tabel 4.1 Data Pengabdian Kontrol Populasi Anjing di Desa Pecatu, Kec. Kuta Selatan,Kab.
Badung
No Nama Pemilik Jumlah Anjing Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Wayan Setiawan
Wayan Suryati
Wayan Sukari
Ketut yuniati
Ayu Dama
Tanpa Pemilik
Tanpa Pemilik
Wayan Leter
Made Kacir
Made Sentana
Made Suardana
Nyoman Suka
Sumianti
Gede Angga
Nyoman Sugita
Wayan Sukerti
Kadek Ardana
Made Sudiana
Yuni
Tirta yasa
Wayan Wardana
Eka Warmantara
Kempyang
Wayan Surata
Wayan Sudika
1 ekor Jantan
1 ekor jantan
1 ekor jantan
2 ekor jantan
1 ekor Jantan
7 ekor betina
2 ekor jantan
1 jantan
3 jantan
1 betina
1 betina
1 Jantan
3 jantan
1 jantan
1 betina
2 betina, 3 jantan
1 jantan
1 jantan
1 jantan
1 jantan
3 jantan
1 jantan, 3 Betina
1 jantan
2 jantan, 3 betina
1 Jantan
Kastrasi, Vaksin
Rabies,vitamin,
ivermectin
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Ovariohisterktomi,
Vaksin rabies,
Ivermectin, vitamin
Kastrasi, Vaksin
Rabies, Ivermectin,
vitamin
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Total 50 ekor
12
BAB V
PEMBAHASAN
Kasus rabies ditularkan ke manusia 90% melalui gigitan anjing dan merupakan sumber
penularan yang paling penting karena paling sering kontak dengan manusia (Rahayu, 2010).
Beberapa faktor resiko yang diyakini berpengaruh terhadap kejadian rabies yakni status vaksinasi
anjing, sistem pemeliharaan anjing, pengetahuan pemilik anjing, mobilitas anjing, kepadatan
populasi anjing, sosial budaya masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat (Dibia et al., 2015).
Selain itu kepadatan populasi anjing merupakan media efektif sebagai penyebar rabies yang akan
mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus gigitan pada manusia. Kontrol populasi anjing
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi peyebaran kasus Rabies.
Kegiatan pengabdian masyarakat di desa Pecatu dilaksanakan pada tanggal 23Juni 2018
betempat di Balai Banjar Dinas Suluban. Kegiatan kontrol populasi berupa kastrasi pada anjing
jantan dan Ovariohisterektomi pada anjing betina. Teknik kastrasi pada anjing jantan dan
ovariohisterektomi pada anjing betina, merupakan teknik pembedahan untuk membuat anjing liar
tersebut menjadi steril dan tidak dapat berkembang biak (Lumley et al., 1990; Waynforth and
Flecknell, 1992). Sebagian besar anjing yang disterilisasi merupakan anjing kampung/lokal yang
tidak berpemilik (anjing liar). Setelah dilakukan sterilisasi sesuai dengan prosedur pembedahan,
anjing tersebut divaksinasi rabies dan diberikan tanda (kalung) sebagai buki telah divaksinasi.
Selain disterilisasi dan di vaksinasi, anjing tersebut juga diberikan pengobatan berupa ivermectin
untuk mengurangi penularan ektoparasit dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Berdasarkan Animal Welfare sebagaimana UU No. 6 Tahun 1967, bahwa upaya melakukan
pengendalian populasi hewan liar dengan operasi steril dimaksudkan untuk memberikan kehidupan
melalui perlindungan dan pemeliharaan yang wajar sehingga dengan demikian apa yang dimaksud
dengan Animalium Hominique Saluti yakni mensejahterakan hewan dengan tujuan untuk
mensejahterakan manusia, akan dapat tercapai (Sardjana, 2013). Kesejahteraan hewan akan
tercapai dengan baik apabila terjalin interaksi yang positif antara pemerintah dengan masyarakat
dalamn menangani dan melakukan sosialisasi tentang kesejahteraan hewan seperti halnya dalam
menangani permasalahan anjing liar di desa Pecatu.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah tenaga yang diperlukan
sangat besar mengingat anjing-anjing yang ditangani sebagian besar merupakan anjing liar.
13
Anjing- anjing ini diambil diseputaran Jembatan jalan menuju pantai Suluban dan seputaran parkir
Pura Luhur Uluwatu. Namun, semua hal tersebut tidaklah menjadi penghalang karena kami
bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung yang telah memberikan
bantuan berupa vaksin Rabies dan kelengkapannya, Yayasan Jimbaran Dog Foundation yang
bersedia memberikan bantuan berupa tulup dan mempersiapkan personil lapangan (dog catcher),
Rumah Sakit Hewan Pendidikan FKH UNUD dan Klinik Hewan Sekuta Pet, Sanur.
14
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka kami dapat tarik suatu kesimpulan bahwa masih banyak
terdapat anjing liar yang belum disterilisasi sehingga dapat meningkatkan populasi anjing di desa
jimbaran.
5.2 Saran
Kegiatan pengabdian ini sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan sehingga populasi
anjing liar dapat ditekan dan mengurangi terjadinya penularan virus rabies. Selain itu dana untuk
kegiatan ini kiranya ditingkatkan sehingga sasaran dari kegiatan pengabdian ini dapat lebih luas
dan manfaatnya dapat dirasakan lebih banyak orang
15
DAFTAR PUSTAKA
Dibya IN, Sumiarto B, Susetya H, Putra AAG, Scott-Orr H. 2015. Analisis Faktor Risiko Kasus
Rabies Pada Anjing di Bali. Buletin Veteriner. BBvet Denpasar. Vol XXVII No.86.
Lumley JSP, Green CJ, Plear, James SEA.1990. Essentials of Experimental Surgery. Butterworths,
London. P 160-164.
Rahayu. 2010. Rabies. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. 1(2).
Sardjana, IKW. 2013. Pengendalian Populasi Kucing Liar Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Surabaya Melalui Kastrasi Dan Ovariohisterektomi. VetMedika J.Klin Vet.
Vol 1, No.2 pp44-47.
Sopi IIPB, Mau F. 2015. Gambaran Rabies di Kabupaten Ende, Provinsi NusaTenggara Timur
Tahun 2006-2014. BALABA. Vol.11, No. 01 pp.43-50.
Tagueha AD, Heru S. 2002. Rabies. Epidemiologi Zoonosis di Indonesia. Gadjah Mada University
Press, Cetakan Pertama. Januari. 303-333.
Waynforth HB, Flecknell PA. 1992. Experimental and Surgical Technique in the Rat. Academic
press. P 275-276.
Widiasih DA, Budiharta S.2010. Epidemiologi di Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
16
LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 1. Salah satu anggota pengabdian saat melakukan sterilisasi pada anjing betina
17
Gambar 2. Saat melakukan sterilisasi pada anjing jantan
Gambar 3. Team pengabdian melakukan desinfeksi sebelum dilakukan operasi sterilisasi
18
Gambar 4. Anjing-Anjing liar yang telah disteril dan divaksinasi dipasangi kalung penanda
Gambar 5. Ketua pengabdian saat melakukan sterilisasi pada anjing betina
21
LAMPIRAN 2. Draft Publikasi
KONTROL POPULASI ANJING SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENCEGAHAN
PENULARAN KASUS RABIES DI DESA PECATU, KECAMATAN KUTA SELATAN,
KABUPATEN BADUNG
L.M. Sudimartini
1), I.W. Wirata
2), I.W.N.F. Gunawan
2),
Siswanto1)
1) Laboratorium Fisiologi, Farmakologi dan Farmasi Veteriner,2)Laboratorium Bedah dan Radiologi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana
Jln PB. Sudirman, Denpasar, (0361) 223791
email : [email protected]
ABSTRAK
Mengingat akan bahayanya penyakit rabies terhadap kesehatan dan ketentraman
masyarakat karena dampak buruknya selalu diakhiri dengan kematian, maka usaha pengendalian
penyakit berupa pencegahan dan pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif mungkin.
Pengabdian ini bertujuan untuk mengontrol jumlah populasi anjing yang terdapat di desa Pecatu
serta memberikan informasi tentang kesehatan hewan, manajemen pemeliharaan serta
penanggulangan penyakit pada anjing sehingga dapat mengurangi penyebaran kasus penyakit
rabies di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Kegiatan pengabdian ini
dilakukan dalam bentuk pelayanan kesehatan berupa sterilisasi baik anjing jantan maupun anjing
betina serta melakukan vaksinasi rabies dan melakukan pengobatan terhadap anjing yang sakit,
serta diskusi dengan pemilik anjing tentang arti penting memelihara kesehatan hewan. Sasaran
kegiatan pengabdian berupa pelayanan kesehatan anjing di Desa Pecatu Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung baik anjing yang bertuan maupun yang tak bertuan (anjing liar). Jumlah anjing
tervaksinasi adalah 50 ekor, terkastrasi 3 ekor dan yang diovariohisterektomi 7 ekor. Dari 10
anjing yang disterilisasi tersebut, 9 diantaranya adalah anjing liar (stray dog).
Kata Kunci : Rabies, Kastrasi, Ovariohisterektomi
ABSTRACT
Considering the dangers of rabies on the health and tranquility of the community because of the adverse
effects always end with death, the disease control effort in the form of prevention and eradication needs to be carried
out as intensely as possible. This service aims to control the number of dog populations in Pecatu village and provide
information about animal health, maintenance management and disease control in dogs so as to reduce the spread of
rabies cases in Pecatu village, South Kuta District, Badung Regency. This service activity is carried out in the form of
health services in the form of sterilization of both male and female dogs and rabies vaccination and treatment of sick
dogs, as well as discussions with dog owners about the importance of maintaining animal health. The aim of the
service activities is in the form of dog health services in Pecatu Village, South Kuta Subdistrict, Badung Regency, both
those with dogs and no-one (wild dogs). The number of vaccinated dogs was 50, 3 were castrated and 7 were
ovariohisterectomy. Of the 10 dogs that are sterilized, 9 of them are stray dogs.
Keywords: Rabies, Castration, Ovariohisterectomy
22
PENDAHULUAN
Rabies dikenal dengan sebutan penyakit anjing gila yang merupakan penyakit zoonosis
berbahaya dan dapat menimbulkan kematian pada hewan dan manusia (Tagueha dan Heru, 2002).
Penyakit Rabies dapat ditularkan pada hewan berdarah panas yaitu anjing, kucing, kera, rakun, dan
kelelawar. Walaupun hewan yang ditemukan tertular rabies dan telah dikonfirmasi secara
laboratorium adalah anjing, kucing, babi, kambing dan sapi, namun hingga saat ini hanya anjing
yang diketahui sebagai pelestari siklus rabies di Bali (Dibia et al., 2015)
Beberapa faktor resiko yang diyakini berpengaruh terhadap kejadian rabies yakni status
vaksinasi anjing, sistem pemeliharaan anjing, pengetahuan pemilik anjing, mobilitas anjing,
kepadatan populasi anjing, sosial budaya masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat (Dibia et
al., 2015).
Penduduk Desa Pecatu merupakan petani lahan kering serta peternak yang mencapai
sekitar 70%. Sekitar 10% warga Pecatu menekuni pekerjaan di sektor pertukangan/pengerajin,
sisanya sebagai pedagang, pegawai negeri sipil (PNS)/TNI/POLRI, karyawan swasta, nelayan serta
di bidang jasa lainnya. Hampir seluruh penduduk di Desa Pecatu memelihara anjing dirumahnya,
namun tidak menutup kemungkinan masih banyak juga anjing-anjing yang berkeliaran tanpa
pemilik di daerah desa Pecatu. Oleh karena itu dilakukan kegiatan sterilisasi anjing-anjing liar
yang terdapat di desa Pecatu untuk mengontrol jumlah populasi anjing yang terdapat di desa
Pecatu serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang kesehatan hewan, manajemen
pemeliharaan serta penanggulangan penyakit pada anjing sehingga dapat mencegah penularan
kasus penyakit rabies di desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung.
METODE PEMECAHAN MASALAH
Salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit rabies
adalah kepadatan populasi, status vaksinasi dan pengetahuan pemilik anjing. Oleh karena itu
kegiatan kontrol populasi anjing ini perlu dilakukan untuk mengurangi kasus penyebaran rabies di
desaPecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Mengingat banyaknya anjing-anjing
liar yang terdapat di Desa Pecatu.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 4.1 Data Pengabdian Kontrol Populasi Anjing di Desa Pecatu, Kec. Kuta Selatan, Kab.
Badung
No Nama Pemilik Jumlah Anjing Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Wayan Setiawan
Wayan Suryati
Wayan Sukari
Ketut yuniati
Ayu Dama
Tanpa Pemilik
Tanpa Pemilik
Wayan Leter
Made Kacir
Made Sentana
Made Suardana
Nyoman Suka
Sumianti
Gede Angga
Nyoman Sugita
Wayan Sukerti
Kadek Ardana
Made Sudiana
Yuni
Tirta yasa
Wayan Wardana
Eka Warmantara
Kempyang
Wayan Surata
Wayan Sudika
1 ekor Jantan
1 ekor jantan
1 ekor jantan
2 ekor jantan
1 ekor Jantan
7 ekor betina
2 ekor jantan
1 jantan
3 jantan
1 betina
1 betina
1 Jantan
3 jantan
1 jantan
1 betina
3 betina, 3 jantan
1 jantan
1 jantan
1 jantan
1 jantan
3 jantan
1 jantan, 3 Betina
1 jantan
2 jantan, 3 betina
1 Jantan
Kastrasi, Vaksin
Rabies,vitamin,
ivermectin
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Ovariohisterktomi,
Vaksin rabies,
Ivermectin, vitamin
Kastrasi, Vaksin
Rabies, Ivermectin,
vitamin
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Vaksin Rabies
Total 50 ekor
Pembahasan
Kasus rabies ditularkan ke manusia 90% melalui gigitan anjing dan merupakan sumber
penularan yang paling penting karena paling sering kontak dengan manusia (Rahayu, 2010).
Beberapa faktor resiko yang diyakini berpengaruh terhadap kejadian rabies yakni status vaksinasi
24
anjing, sistem pemeliharaan anjing, pengetahuan pemilik anjing, mobilitas anjing, kepadatan
populasi anjing, sosial budaya masyarakat dan sosial ekonomi masyarakat (Dibia et al., 2015).
Selain itu kepadatan populasi anjing merupakan media efektif sebagai penyebar rabies yang akan
mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus gigitan pada manusia. Kontrol populasi anjing
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi peyebaran kasus Rabies.
Kegiatan pengabdian masyarakat di desa Pecatu dilaksanakan pada tanggal 23Juni 2018
betempat di Balai Banjar Dinas Suluban. Kegiatan kontrol populasi berupa kastrasi pada anjing
jantan dan Ovariohisterektomi pada anjing betina. Teknik kastrasi pada anjing jantan dan
ovariohisterektomi pada anjing betina, merupakan teknik pembedahan untuk membuat anjing liar
tersebut menjadi steril dan tidak dapat berkembang biak (Lumley et al., 1990; Waynforth and
Flecknell, 1992). Sebagian besar anjing yang disterilisasi merupakan anjing kampung/lokal yang
tidak berpemilik (anjing liar). Setelah dilakukan sterilisasi sesuai dengan prosedur pembedahan,
anjing tersebut divaksinasi rabies dan diberikan tanda (kalung) sebagai buki telah divaksinasi.
Selain disterilisasi dan di vaksinasi, anjing tersebut juga diberikan pengobatan berupa ivermectin
untuk mengurangi penularan ektoparasit dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Berdasarkan Animal Welfare sebagaimana UU No. 6 Tahun 1967, bahwa upaya melakukan
pengendalian populasi hewan liar dengan operasi steril dimaksudkan untuk memberikan kehidupan
melalui perlindungan dan pemeliharaan yang wajar sehingga dengan demikian apa yang dimaksud
dengan Animalium Hominique Saluti yakni mensejahterakan hewan dengan tujuan untuk
mensejahterakan manusia, akan dapat tercapai (Sardjana, 2013). Kesejahteraan hewan akan
tercapai dengan baik apabila terjalin interaksi yang positif antara pemerintah dengan masyarakat
dalamn menangani dan melakukan sosialisasi tentang kesejahteraan hewan seperti halnya dalam
menangani permasalahan anjing liar di desa Pecatu.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah tenaga yang diperlukan
sangat besar mengingat anjing-anjing yang ditangani sebagian besar merupakan anjing liar.
Anjing- anjing ini diambil diseputaran Jembatan jalan menuju pantai Suluban dan seputaran parkir
Pura Luhur Uluwatu. Namun, semua hal tersebut tidaklah menjadi penghalang karena kami
bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung yang telah memberikan
bantuan berupa vaksin Rabies dan kelengkapannya, Yayasan Jimbaran Dog Foundation yang
bersedia memberikan bantuan berupa tulup dan mempersiapkan personil lapangan (dog catcher),
Rumah Sakit Hewan Pendidikan FKH UNUD dan Klinik Hewan Sekuta Pet, Sanur.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka kami dapat tarik suatu kesimpulan bahwa kegiatan
pengabdian ini dapat berjalan lancar dan perhatian masyarakat terhadap kesehatan anjingnya masih
tinggi.
Saran
Kegiatan pengabdian ini sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan, serta adanya interaksi
yang positif antara pemerintah dengan masyarakat dalam menangani dan mensosialisasikan
kesejahteraan hewan sehingga populasi anjing liar dapat ditekan dan mengurangi terjadinya
penularan virus rabies.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Udayana melalui dana DIPA PNPB sesuai dengan surat Perjanjian
Penugasan Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor : 384-39/UN14.4.A/PM/2018,
Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Aparat Desa Pecatu, Yayasan Jimbaran Dog
Foundation, Klinik Hewan Sekuta Pet Sanur, Rumah Sakit Hewan Universitas Udayana dan
teman-teman sejawat yang terlibat dalam pengabdian sehingga kegiatan ini berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Dibya IN, Sumiarto B, Susetya H, Putra AAG, Scott-Orr H. 2015. Analisis Faktor Risiko Kasus
Rabies Pada Anjing di Bali. Buletin Veteriner. BBvet Denpasar. Vol XXVII No.86.
Lumley JSP, Green CJ, Plear, James SEA.1990. Essentials of Experimental Surgery. Butterworths,
London. P 160-164.
Rahayu. 2010. Rabies. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. 1(2).
Sardjana, IKW. 2013. Pengendalian Populasi Kucing Liar Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soetomo Surabaya Melalui Kastrasi Dan Ovariohisterektomi. VetMedika J.Klin Vet. Vol
1, No.2 pp44-47.
Tagueha AD, Heru S. 2002. Rabies. Epidemiologi Zoonosis di Indonesia. Gadjah Mada University
Press, Cetakan Pertama. Januari. 303-333.
Waynforth HB, Flecknell PA. 1992. Experimental and Surgical Technique in the Rat. Academic
press. P 275-276.