Upload
dangtuyen
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN
PRODUK ANDALAN SETEMPAT (PAS)
KABUPATEN BANTUL, DIY
Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada
2018
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan
karuniaNya, pekerjaan dan penulisan laporan akhir Pengembangan Model
Kelembagaan Produk Andalan Setempat (PAS) Kabupaten Bantul, DIY telah
selesai. Laporan ini menyajikan hasil analisis kelembagaan PAS dan
rekomendasi model kelembagaan yang dapat diterapkan untuk mencapai
hasil atau capaian program yang lebih optimal.
Kajian pengembangan kelembagan PAS mutlak diperlukan dalam
rangka menemukan model yang tepat dalam rangka mengawal implementasi
program PAS agar berjalan sesuai dengan konsepnya dan memberikan hasil
seperti yang diharapkan, yaitu mempercepat pengentasan kemiskinan di
Kab. Bantul.
Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih
terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun teknik
penyajian. Terima kasih kepada seluruh jajaran instansi terkait di Kabupaten
Bantul yang telah menyediakan data dan memberikan informasi yang sangat
diperlukan dalam kajian ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan khususnya dapat menjadi rujukan dalam Pengembangan
Kelembagaan PAS di Kabupaten Bantul
Bantul, Desember 2018
Tim Penyusun
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Kajian ................................................................................................... 3
1.3 Manfaat kajian ................................................................................................. 3
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................. 4
1.5 Output Kajian ................................................................................................... 4
BAB 2 BANTUL WILAYAH INDUSTRI ............................................................................. 5
2.1 Aspek Geografi ................................................................................................. 5
2.2 Kependudukan ................................................................................................ 7
2.3 Pendidikan ......................................................................................................... 9
2.4 Ketenagakerjaan ............................................................................................. 9
BAB 3 PRODUK ANDALAN SETEMPAT (PAS) DAN KONSEP
PENGEMBANGAN ................................................................................................... 13
BAB 4 HASIL EVALUASI IMPLEMENTASI PAS ........................................................ 21
4.1 Program Pengembangan Produk Andalan Setempat ................ 21
4.2 Profil Produk Andalan Setempat Kabupaten Bantul .................. 25
4.3 Hasil Evaluasi Implementasi PAS ........................................................ 27
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
viii
4.4 Kelayakan versus Kepuasan .................................................................. 29
4.5 Kesimpulan dan Rekomendasi ............................................................. 30
BAB 5 ANALISIS KELEMBAGAAN PAS ........................................................................ 33
5.1 Revitalisasi Pengembangan PAS .......................................................... 34
5.2 Pengembangan Kemitraan Strategis PAS ........................................ 37
5.3 Model Kelembagaan PAS ......................................................................... 39
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 53
REFERENSI .................................................................................................................................. 57
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan
Kelompok Umur, 2017 ...................................................................................... 8
Tabel 4.1 Kelompok Usaha PAS dan Intervensi Kegiatan
Pemerintah ........................................................................................................... 26
Tabel 4.2 Penilaian Pengembangan PAS .................................................................... 27
Tabel 4.3 Penilaian Perancang Program PAS ........................................................... 28
Tabel 4.4 Head to head antara perancang dan pelaku program
PAS ........................................................................................................................... 29
Tabel 5.1 Peran Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam
Pengembangan PAS ......................................................................................... 36
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul ................................................... 6
Gambar 2.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
yang Bekerja menurut Sektor Usaha dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Bantul ............................................................... 10
Gambar 3.1 Model Tetrapreneur dalam Inovasi Wirausaha
Berkelanjutan ................................................................................................ 16
Gambar 4.1 Bagan Pengembangan PAS ..................................................................... 22
Gambar 5.1 Heksagonal PAS............................................................................................ 34
Gambar 5.1 Bagan Mekanisme kerja tim khusus PAS ......................................... 40
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang mendesak dan
memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik,
terpadu dan menyeluruh. Dengan demikian, penanggulangan kemiskinan
merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional mengingat
komposisi penduduk yang beragam status sosial dan ekonomi serta kondisi
geografisnya. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi
kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan
pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian,
pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan
pendampingan/pemberdayaan masyarakat miskin. Namun demikian, hingga
saat ini masalah kemiskinan belum dapat teratasi secara tuntas.
Di Kabupaten Bantul jumlah penduduk miskin menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) masih relative tinggi yaitu mencapai 14,07 persen atau sekitar
130.454 jiwa. Indeks kedalaman kemiskinan di Bantul meningkat dari 2,02
(2016) menjadi 2,21 di 2017. Indeks keparahan kemiskinan juga meningkat
dari 0,41 (2016) menjadi 0,56 (2017). Oleh karenanya pengurangan
kemiskinan selalu menjadi prioritas pembangunan dari waktu ke waktu.
Salah satu strategi penanggulangan kemsikinan di Kab. Bantul adalah upaya
pemberdayaan warga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu bentuk pemberdayaan
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
2
masyarakat miskin adalah melalui program Produk Andalan Setempat (PAS).
PAS yang telah diluncurkan sejak Tahun 2013 ini mengajak kepada
masyarakat umumnya dan warga miskin khususnya di Kabupaten Bantul
untuk dapat mengoptimalkan setiap potensi yang ada di lingkungannya. Hal
ini dikarenakan Kabupaten Bantul memiliki banyak potensi baik alam
maupun sumberdaya manusianya yang dapat dikembangkan untuk
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian dan
pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Sesuai dengan Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021, Produk Andalan Setempat merupakan
perwujudan misi ke lima yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat
difokuskan pada percepatan pengembangan perekonomian rakyat dan
pengentasan kemiskinan. Selain itu PAS juga berhubungan erat dengan
Program Pemerintah Bantul untuk mendorong industri kreatif dikarenakan
Produk Andalan Setempat yang telah ada saat ini hampir keseluruhannya
adalah produk industri kreatif dengan berbagai jenis usaha seperti usaha
Batik Tulis, Sangkar Burung, Tahu Tempe, Jambu Mete, dan lain sebagainya.
Program Pengembangan Produk Andalan Setempat ini merupakan
Program bersama berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di
Kabupaten Bantul. Bappeda yang salah satu tugas pokok dan fungsinya
adalah melaksanakan monitoring dan evaluasi implementasi
program/kegiatan pembangunan, telah melakukan kajian evaluasi
pelaksanaan PAS ini pada bulan Mei sampai dengan Agustus tahun 2018.
Salah satu rekomendasi hasil kajian tersebut adalah “pendampingan”
menjadi prioritas yang pertama untuk segera diatasi dan “standar pemilihan
produk/jasa” perlu dijaga keberlanjutannya. Untuk mewujudkan
pendampingan yang efektif dan berkelanjutan tentunya diperlukan lembaga
pelaksana pendampingan yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang
memadai.
Tentu hal ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya
adalah akan banyak dana yang dapat terakses dan banyaknya program-
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
3
program penunjang PAS tetapi sekaligus kekurangannya adalah perlunya
integrasi yang baik antar OPD. Selain itu, dengan banyaknya OPD yang ikut
mendampingi pengembangan PAS seharusnya mampu mengoptimalkan
keseluruhan PAS yang ada di Kabupaten Bantul, akan tetapi di lapangan
masih ditemukan kendala-kendala seperti terbatasnya waktu OPD dalam
pendampingan hingga kurang sinergitas antar OPD pendamping.
Berdasarkan uraian di atas, kajian pengembangan kelembagan PAS
mutlak diperlukan dalam rangka menemukan model yang tepat dalam
rangka mengawal implementasi program PAS agar berjalan sesuai dengan
konsepnya dan memberikan hasil seperti yang diharapkan, yaitu
mempercepat pengentasan kemiskinan di Kab. Bantul.
1.2 Tujuan Kajian
Menganalisa hasil evaluasi implementasi program PAS dan menyusun
model kelembagaan PAS untuk mengawal implementasi dan keberlanjutan
program PAS agar tercapai tujuan utama mengurangi kemiskinan di
Kabupaten Bantul.
1.3 Manfaat kajian
Hasil kajian pengembangan model kelembagaan PAS di Kabupaten
Bantul ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, utamanya bagi
stakeholder atau pengambil kebijakan di Kabupaten Bantul dalam
mewujudkan pelaksanaan program PAS yang lebih baik, terarah dan lebih
terkontrol dari tahun ke tahun. Dengan adanya sumber informasi tersebut
akan memudahkan stakeholder dalam melakukan pengawasan, evaluasi
serta monitoring pelaksanaan aktivitas PAS di Kabupaten Bantul sehingga
diperoleh hasil pembangunan yang lebih optimal.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
4
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Workshop kelembagaan Produk Andalan SetempatRuang Lingkup
Wilayah
Workshop ini bertujuan mendapatkan masukan dan saran terkait
pengembangan kelembagaan PAS sebagai faktor penentu keberhasilan
program PAS dalam upaya mengurangi kemiskinan di Kabupaten
Bantul.
2. Kajian dan analisis terhadap hasil evaluasi PAS, identifikasi
permasalahan atau kendala dalam implementasi PAS serta peluang dan
tantangan yang dihadapi.
3. Penyusunan model kelembagaan yang bertanggungjawab mengawal
implementasi PAS dan menjamin keberlanjutan PAS demi tercapainya
tujuan kesejahteraan warga.
1.5 Output Kajian
Hasil (output) dari pelaksanaan kegiatan ini adalah dokumen model
kelembagaan PAS Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
5
BAB 2
BANTUL WILAYAH INDUSTRI
2.1 Aspek Geografi
Aspek geografi merupakan salah satu kondisi kewilayahan yang
mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Aspek
geografi memberikan gambaran mengenai karakteristik lokasi dan potensi
pengembangan wilayah. Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 1100
12’34” sampai 1100 31’ 08’’ Bujur Timur dan antara 70 44’ 04’’ sampai 80
00’27’’ Lintang Selatan. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten
dari 5 Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang
terletak di Pulau Jawa. Bagian utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Sleman, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten
Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan
bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Bantul yang luasnya 50.685 Ha terbagi dalam 17 wilayah
kecamatan, yaitu Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro,
Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon,
Kasihan, Pajangan dan Sedayu. Kecamatan Dlingo merupakan kecamatan
yang mempunyai wilayah paling luas, yaitu 5.587 ha (11,02%) sedangkan
kecamatan dengan wilayah paling sempit adalah Kecamatan Srandakan yaitu
1.832 ha (3,61%).
Selain itu, wilayah Kabupaten Bantul juga terbagi atas 75 desa dan
933 pedukuhan dengan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terletak
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
6
di Kecamatan Imogiri, yaitu 8 desa dan 72 pedukuhan. Sementara kecamatan
dengan jumlah desa dan pedukuhan paling sedikit adalah Kecamatan
Srandakan, yaitu 2 desa dan 43 pedukuhan. Berdasarkan klasifikasi wilayah,
desa di Kabupaten Bantul dibagi menjadi desa pedesaan (rural area)
sebanyak 41 desa dan desa perkotaan (urban area) sebanyak 34 desa.
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul
Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi daerah dataran,
daerah perbukitan serta daerah pantai. Satuan fisiografi Kabupaten Bantul
sebagian besar berada pada dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain),
perbukitan di sisi barat dan timur serta fisiografi pantai. Kondisi topografis
ini berpengaruh dalam penentuan sector pengembangan ekonomi wilayah.
Misalnya untuk daerah pantai dapat dikembangkan sector pariwisata dan
tanaman pangan yang cocok untuk daerah tersebut.
Luas lahan di Kabupaten Bantul sebesar 50,685 ha terbagi dalam
beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang terdiri dari pekarangan, sawah,
tegal, dan kebun campur. Dari data penggunaan lahan di Kabupaten Bantul
tahun 2013-2017 menunjukkan bahwa di Kabupaten Bantul terjadi proses
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
7
alih fungsi lahan sawah, tegal, dan kebun campur menjadi lahan permukiman
dan lahan lainnya. Adanya alih fungsi lahan sawah, tegal, dan kebun campur
serta hutan menjadi lahan permukiman dan lahan lainnya ini tentunya akan
berdampak pada berkurangnya lahan pertanian, menurunnya produksi
pangan, terancamnya keseimbangan ekosistem, serta banyaknya buruh tani
yang kehilangan pekerjaan yang berakibat pada tingginya angka urbanisasi.
Penduduk yang bertahan di Bantul beralih dari mata pencaharian pertanian
ke sektor industri rumah tangga, perdagangan, dan jasa. Oleh kaenanya pihak
pemerintah Kabupaten Bantul menaruh perhatian khusus pada
pengembangan sektor industri kerajinan dan pengolahan pangan.
2.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2017 menurut data
Disdukcapil sebanyak 927.181 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
462.449 jiwa dan perempuan sebanyak 464.732 jiwa. Perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan cukup seimbang.
Berdasarkan kelompok umur, persentase terbesar penduduk Bantul
adalah pada kelompok usia 35 – 39 tahun dan proporsi terkecil pada
kelompok usia 70-74 tahun. Persentase penduduk usia belum produktif (0 –
14 tahun) 21,19 persen, penduduk usia produktif sebanyak 68,06 persen, dan
penduduk tidak produktif sebanyak 9,99 persen. Dengan demikian angka
ketergantungan penduduk Bantul adalah 46,69 yang artinya tiap 100 orang
penduduk usia produktif harus menanggung 46,69 orang penduduk dari
kelompok yang tidak produktif. Angka ketergantungan ini termasuk kategori
tinggi karena lebih dari 41.
Berdasarkan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Bantul
sebagian besar menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga
kepadatan penduduk agraris per wilayah perlu diketahui agar tercapai
akurasi kebijakan. Secara rinci kepadatan penduduk agraris dapat dilihat
pada Gambar 2.7. Kepadatan penduduk agraris adalah angka yang
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
8
menunjukkan perbandingan jumlah penduduk pada suatu daerah dengan
luas lahan pertanian yang tersedia. Berdasarkan data kepadatan penduduk
agraris yang ada diketahui bahwa setiap tahun terjadi penyusutan lahan
pertanian yang berdampak pada berkurangnya jumlah produksi pertanian.
Dengan melihat kecenderungan bahwa setiap tahun terjadi pengurangan
lahan pertanian, maka perlu ada upaya-upaya kongkrit agar pemenuhan
kebutuhan dari produk pertanian tetap terjaga serta adanya langkah-langkah
pengamanan lahan pertanian untuk menekan laju penyusutannya.
Penyusutan lahan banyak terjadi di daerah aglomerasi perkotaan seperti di
Sewon, Banguntapan, dan Kasihan. Hal ini banyak disebabkan oleh migrasi
dari kota Yogyakarta dan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Kelompok Umur, 2017
No. Kelompok Usia Jumlah %
1 0 – 4 tahun 58.92 6.35
2 5 – 9 tahun 70.557 7.61
3 10 – 14 tahun 66.964 7.22
4 15 – 19 tahun 65.71 7.09
5 20 – 24 tahun 64.096 6.91
6 25 – 29 tahun 64.489 6.96
7 30 – 34 tahun 68.746 7.41
8 35 – 39 tahun 74.094 7.99
9 40 – 44 tahun 60.799 6.56
10 45 – 49 tahun 69.025 7.44
11 50 – 54 tahun 63.492 6.85
12 55 – 59 tahun 57.649 6.22
13 60 – 64 tahun 42.972 4.63
14 65 – 69 tahun 28.941 3.12
15 70 – 74 tahun 21.439 2.31
16 > 75 tahun 42.288 4.56
Jumlah 927.181 100
Sumber: Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2016 - 2018
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
9
2.3 Pendidikan
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas untuk menempuh semua
jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah di
Kabupaten Bantul dalam kurun waktu empat tahun terakhir terus mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa minat penduduk usia 15 tahun ke
atas untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin
meningkat. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bantul mengalami
peningkatan, dari 8,72 tahun pada tahun 2013 menjadi 9,2 pada tahun 2017.
Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Kabupaten Bantul
bersekolah hanya setingkat SLTP.
Dilihat dari angka partisipasi murni (APM) penduduk usia sekolah,
realisasi APM SD/MI pada tahun 2017 adalah 88,68% lebih tinggi bila
dibandingkan dengan capaian tahun 2016 sebesar 84,10%. Adapun nilai APM
SMP/MTs naik di tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016. Pada tahun
2016 nilai APM SMP/MTs adalah 66,41%, sedangkan pada tahun 2017
menjadi 76,60%. Untuk SMA/MA/SMK pada tahun 2016 mencapai 65,44%
mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi 66,41%.
Sedangkan untuk APK (angka partisipasi kasar) penduduk usia
sekolah tahun 2017 SMA/MA/SMK sebesar 94,18%, mengalami peningkatan
bila dibandingkan dengan tahun 2016 (sebesar 88,76%), realisasi APK SD/MI
tahun 2017 sebesar 98,20%, menunjukan adanya kenaikan sebesar 0,06%
dari capaian tahun 2015 sebesar 96,12%. APK SMP/MTs tahun 2017 sebesar
99,23%. mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2016 (sebesar
95,00%).
2.4 Ketenagakerjaan
Masalah ketenagakerjaan di Bantul sangat terkait erat dengan
keadaan ekonomi yang berkembang setiap saat. Pertumbuhan ekonomi
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
10
terkait erat terhadap dunia usaha, bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi akan berpengaruh pada terciptanya iklim usaha yang kondusif, yaitu
melalui investasi yang ditanamkan oleh para investor, sehingga akhirnya
akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja sebaliknya menurunnya
pertumbuhan ekonomi juga akan berdampak negatif terhadap bidang
ketenagakerjaan.
Tingkat pengangguran di Bantul menunjukkan bahwa secara
proporsional meningkat dari 2,57% pada tahun 2014 menjadi 3,12% tahun
2017. Penanganan pengangguran terbuka (open unemployment) merupakan
masalah yang serius dan harus segera dipecahkan bersama baik antara pihak
pemerintah dan swasta, maupun antar instansi pemerintah. Dalam hal ini
pemerintah mempunyai peranan sangat penting yaitu disamping sebagai
penggerak, pemerintah juga ikut serta menciptakan perluasan kesempatan
kerja dan penanganan masalah pengurangan pengangguran.
Gambar 2.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Sektor Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bantul
Sumber: Sakernas 2017
Pembangunan bidang ketenagakerjaan bertujuan untuk menyediakan
lapangan kerja dan lapangan usaha bagi angkatan kerja untuk memperoleh
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
11
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan harapan
jumlah penganggur dan setengah penganggur dapat ditekan atau diperkecil.
Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat
menciptakan kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap pertambahan
angkatan kerja tersebut. Kesempatan kerja merupakan hubungan antara
angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja, sedangkan
rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang
bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
13
BAB 3
PRODUK ANDALAN SETEMPAT (PAS)
DAN KONSEP PENGEMBANGAN
Kegiatan pengembangan atau pemberdayaan ekonomi yang berbasis
potensi lokal saat ini lebih dikenal dengan istilah Pengembangan Ekonomi
Lokal (PEL) telah tercantum dalam program pembangunan RPJPN 2000-
2025. Dimana disana disebutkan bahwa pembangunan bidang UKM, secara
eksplisit ditujukan pada upaya untuk mewujudkan bangsa yang berdaya
saing dalam rangka memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi
dan berdaya saing global (Hariyoga, 2007). PEL pada hakekatnya merupakan
proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan peran stakeholders
termasuk sektor swasta dalam mengelola sumber daya alam dan sumber
daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan
dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan
menciptakan pekerjaan baru.
Program PEL di Bantul sudah dilakukan ketika Bantul mengalami
bencana gempa bumi. Program tersebut dimaksudkan untuk recovery kondisi
social ekonomi masyarakat yang bisa dikatakan lumpuh akibat bencana
tersebut. Sampai saat ini program tersebut dapat dirasakan manfaatnya
dengan pulihnya perekonomian di Bantul. Namun demikian seperti pada
bagian pendahuluan disebutkan, hingga saat ini kemiskinan di Bantul masih
cukup tinggi. Oleh karenanya melalui Bappeda Bantul, pemerintah
Kabupaten Bantul mencanangkan program unggulan untuk pemberdayaan
masyarakat miskin melalui Produk Andalan Setempat (PAS).
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
14
Program Produk Andalan Setempat (PAS) merupakan program
pemberdayaan masyarakat kurang mampu untuk dapat meningkatkan
perekonomiannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada
setiap wilayah. Program PAS ini dikawal oleh beberapa SKPD yang ada di
Kabupaten Bantul, yang berada dibawah sebuah Tim yang disebut TKPK
(Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan).
PAS yang telah diimplementasikan sejak tahun 2013 ini mengajak
masyarakat umumnya dan warga miskin khususnya untuk dapat
mengoptimalkan setiap potensi yang ada di sekitarnya. Bantul memiliki
banyak potensi yang dapat dikembangkan, baik potensi keindahan alam,
hasil bumi, maupun sumberdaya manusia nya yang memiliki kreativitas
tinggi. Sesuai dengan Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Kabupaten Bantul tahun 2016-2021, Produk Andalan Setempat (PAS)
merupakan perwujudan misi kelima yaitu mewujudkan kesejahteraan
masyarakat difokuskan pada percepatan pengembangan perekonomian
rakyat dan pengentasan kemiskinan. Selain itu PAS juga berhubungan erat
dengan Program Pemerintah Kabupaten Bantul untuk mendorong industry
kreatif dikarenakan PAS yang ada saat ini hampir semuanya adalah produk
industri kreatif, seperti usaha batik, sangkar burung, tahu, tempe, jambu
mete, dsb.
Dalam pelaksanaan program PAS di Kabupaten Bantul dapat
dikatakan tidak sepenuhnya berjalan optimal sesuai dengan yang
diharapkan. Menurut informasi dari Analis Pemberdayaan Masyarakat
BAPPEDA & Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Bantul
menyatakan:“Secara umum program PAS belum berjalan optimal. Terdapat
beberapa kendala implementasi seperti belum siapnya SDM untuk diajak
berkembang, tingginya persaingan pasar di dalam menjual hasil produk, dan
lemahnya sinergitas dari setiap SKPD. Dengan kata lain tingkat keberhasilan
pelaksanaan program PAS di Kabupaten Bantul selama ini sangat di
pengaruhi oleh kualitas SDM kelompok sasaran, persaingan pasar dan
sinergitas SKPD yang mengampu program PAS.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
15
Sesuai dengan RPJMD Kabupaten Bantul 2016-2021, strategi yang
ditempuh untuk pengembangan perekonomian rakyat adalah akselerasi
pengembangan industry kreatif dengan arah kebijakan: (1) meningkatkan
kualitas produk; (2) meningkatkan kualitas SDM; dan (3) meningkatkan
kualitas kelembagaan UMKM kreatif yang akan mendorong pemerintah dan
masyarakat memanfaatkan berbagai peluang kerja yang pada gilirannya akan
mengurangi pengangguran.
Ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya
pada kebijakan “endogenous development" mendayagunakan potensi sumber
daya manusia, institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan
kepada inovasi wirausaha berkelanjutan. Salah satu bentuk inovasi
wirausaha berkelanjutan adalah model penciptaan gerakan wirausaha
berkelanjutan berbasis empat pendekatan holistik (tetrapreneur) (Rika
Fatimah, P.L., 20161). Keempat pendekatan tersebut adalah rantai wirausaha,
pasar wirausaha, kualitas wirausaha, dan merek wirausaha (Gambar 3.1).
a. Rantai wirausaha menggambarkan kondisi kewirausahaan dengan
melibatkan semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan (rantai pasokan).
b. Pasar wirausaha adalah sudut pandang inovatif untuk mengidentifikasi
kebutuhan pengusaha di setiap tahap dengan memproyeksikan
aktivitas pasar yang memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
konsumen, yang tidak terbatas hanya bagi mereka yang berinteraksi
langsung atau membeli produk/jasa namun juga pemangku
kepentingan lain yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, wirausaha
diharapkan mampu menghasilkan produk yang berkualitas, beroperasi
secara efisien, dan bertanggung jawab secara sosial dan etis dalam
berurusan dengan berbagai kelompok kepentingan, yaitu konsumen,
1 Rika Fatimah, P. L. (2016). Supporting Needs at Different Stages of Entrepreneur. Mandiri
Institute. Indonesia. [Laporan].
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
16
karyawan, investor, regulator pemerintah, dan masyarakat (Ferrel,
et.all, 2015)2.
c. Kualitas wirausaha adalah pendekatan kualitas (Sower, 20113) untuk
memberikan rekomendasi praktis bagi wirausaha untuk memuaskan
kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Hal ini berarti
wirausaha diharapkan tidak hanya menghasilkan produk yang
berkualitas, tapi sekaligus diarahkan untuk menghasilkan produk yang
berkelanjutan.
d. Merek wirausaha adalah strategi asosiasi untuk mendorong
pertumbuhan wirausaha agar produk yang dihasilkan memeroleh
posisi strategis di pasar. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan nilai merek (benchmarking). Dalam tahapan ini, juga
menetapkan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab secara
khas untuk memperkuat posisi strategis di pasar, mempertahankan
siklus hidup dan kemampuan yang kompatibel untuk bersaing dan
berkolaborasi melalu praktik terbaik global.
Gambar 3.1 Model Tetrapreneur dalam Inovasi Wirausaha Berkelanjutan
Sumber: Rika Fatimah, P.L. (2016)
2 Ferrell, O. C., et. al. (2015). Business Ethics: Ethical Decision Making & Cases, 10th Edition.
Cengage Learning: United States of America. 3 Sower, V. E. (2011). Essentials of Quality with Cases and Experiential Exercises, 1st Edition,
John Wiley & Sons, Inc: United States of America.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
17
Model tetrapreneur memiliki tujuan untuk menciptakan sistem
ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan. Adanya pasar, kualitas, dan merek
dalam wirausaha menunjukkan bahwa konsep ini mengedepankan semangat
pemberdayaan yang diarahkan agar pengusaha dapat secara mandiri
menciptakan pasar, kualitas, dan merek dagangnya sendiri, yang pada
akhirnya akan berdampak kepada rantai wirausaha. Apabila rantai usaha ini
dapat dilakukan secara masif, maka akan terjadi keberlanjutan atau
sustainability. Konsep dan semangat ini senada dengan program PAS yang
berusaha tidak hanya memberikan pemberdayaan namun juga mengawal
masyarakat agar dapat berdikari di dalam menjalankan usaha dagangnya,
baik di sektor produk ataupun jasa.
Model tetrapreneur ini sudah diadopsi pemerintah Provinsi DIY dalam
rangka mengentaskan kemiskinan dan menurunkan tingkat kesenjangan
yang masih cukup tinggi di DIY. Melalui Program Global Gotong Royong
(G2R) Tetrapreneur Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bekerja
sama dengan UGM dalam upaya mengentaskan kemiskinan yang ada di DIY.
Model G2R Tetrapreneur yang mengawinkan budaya gotong royong dengan
daya kewirausahaan dan potensi daerah ini akan mampu mendorong
perkembangan ekonomi dan terwujudnya pemerataan ekonomi bagi
masyarakat sehingga lebih menjamin setiap warga dapat hidup layak.
Konsep tetrapreneur dengan 4 rantai tersebut dapat mendukung
implementasi program PAS yang menjadi salah satu strategi peningkatan
kesejahteraan yang tertuang dalam quick-win Kabupaten Bantul.
Sebagaimana diketahui Kabupaten Bantul memiliki rancangan prioritas
pembangunan daerah sesuai dengan visi dan misi bupati terpilih yaitu
“terwujudnya masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas, dan
sejahtera berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi 8
aspek yaitu:
1. Peningkatan akses dan mutu pendidikan
2. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
18
3. Peningkatan daya saing dan investasi daerah
4. Pemantapan ketahanan pangan
5. Peningkatan pemberdayaan warga miskin
6. Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur
7. Peningkatan kualitas permukiman, dan
8. Percepatan pengembangan kawasan pesisir dan mitigasi bencana
Untuk mendukung prioritas pembangunan tersebut di atas Bupati
Bantul mencanangkan Program Quick Win Bantul Smart City . Program ini
mencakup:
1. Bantul bersih menuju Universal Access meliputi (a) Bantul bersih
sampah, (b) Bebas kawasan kumuh, (c) Pelayanan air bersih 100%.
2. Universal coverage pelayanan kesehatan
3. Bantul smart city
4. Percepatan pembangunan kawasan pantai selatan (PANSELA)
5. Pengembangan produk andalan setempat (PAS)
6. Bantul bebas anak putus sekolah sembilan tahun (WAJAR 9 tahun)
Menurut Prof Rika Fatimah PL ST MSc PhD sebagai konseptor model
G2R Tetrapreneur, perubahan pada industri Usaha Kecil Menengah (UKM)
harus dilakukan secara komprehensif, tidak bisa hanya mendorong pelaku
usahanya, namun pasarnya dibiarkan. “Pasar perlu juga dididik untuk
menyeimbangkan supply dan demand”. Sebagai langkah awal konsep ini
telah diterapkan di Desa Girirejo dan Wukirsari, Imogiri Bantul yang
notabene masyarakatnya memiliki usaha di bidang kerajinan batik. Saat ini
sudah masuk pada tahap Tetra 2 dimana sebanyak 7 mitra G2R Tetrapreneur
yaitu Harley Davidson Club Indoenesia (HDCI) Pengcab Bantul; Yayasan
Silaturahmi dan Sosial Cendekia (S2C); Badan Koordinasi Organisasi Wanita
(BKOW) DIY; Jogja City Mall (JCM); Royal Ambarukmo Hotel; Pamela
Swalayan; dan Parsley Bakery telah berkomitmen sebagai mitra G2R
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
19
Tetrapreneur. Tahap 2 G2R Tetrapreneur memberi ruang untuk usaha
masyarakat didampingi secara menyeluruh untuk memasuki pasar, salah
satunya dengan menggandeng mitra-mitra industri,
Model inovasi kemitraan dalam G2R diwujudkan dalam berbagai
kegiatan seperti penyediaan pasar berbasis tanpa-kompetesi (non-
competition market), pengembangan produk, pendampingan dan kerjasama
kemitraan lainnya. Salah satunya pendampingan komersialisasi produk oleh
Yayasan Silaturahmi & Sosial Cendekia (S2C) serta pengembangan produk
oleh Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Pengcab Bantul. Kemitraan
HDCI berupa pengadaan 'Jelajah Wisata Bantul' yang juga merupakan
program kerja pertama untuk HDCI Bantul periode ini.
Jelajah Wisata Bantul tersebut merupakan perwujudan visi misi HDCI
untuk mempromosikan dan memajukan pariwisata Indonesia. Event ini
melibatkan lintas komunitas motor yang bersama-sama mengunjungi
berbagai obyek wisata di Bantul dengan end point di desa G2R Tetrapreneur
Wukirsari dan Girirejo, Imogiri, Bantul. Harapannya kegiatan Jelajah Wisata
ini tidak hanya bermanfaat bagi kedua desa binaan namun juga memberikan
dampak pada masyarakat luas di Bantul terutama pada bidang wisata serta
fasilitas pendukungnya seperti aspek kuliner, kerajinan, suvenir dan
sebagainya.
Di sisi lain untuk menunjang program Bantul Smart City sangat
dibutuhkan pemahaman, kemampuan, dan penguasaan dalam bidang IT.
Pada era globalisasi ini sangat dibutuhkan peran teknologi informasi dan
komunikasi (information and communication technology atau disingkat ICT)
dalam mendukung upaya peningkatan ekonomi local atau dalam
implementasi program PAS di Bantul. ICT di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup pesat dengan ditandai semakin banyaknya
pengguna ICT dalam berbagai aktivitas. Namun sayangnya sejauh ini
pemanfaatan ICT lebih banyak untuk konsumsi dan belum berdampak secara
optimal pada upaya memberdayakan diri maupun masyarakat secara lebih
luas.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
20
Program-program pemberdayaan masyarakat di Indonesia, baik yang
dilakukan oleh pemerintah, perguruan tinggi, maupun kelompok bisnis
masih banyak dilaksanakan secara konvensional. Belum banyak lembaga
yang memanfaatkan ICT dalam pengembangan program pemberdayaan
masyarakat. Oleh karenanya perlu dorongan atau dukungan pemanfaatan
information and communication technology (ICT) digital untuk
mengembangkan model pemberdayaan yang bersifat integratif, lintas sektor,
lintas wilayah, massal, dan berkelanjutan. Studi Chew menyimpulkan bahwa
pemanfaatan ICT berbanding lurus dengan pertumbuhan usaha mikro
masyarakat di Asia Tenggara. (Joseph, 2011 dalam Handarkho, dkk 20144).
Artinya, pertumbuhan usaha mikro tersebut berelasi dengan tingkat
pemanfaatan ICT oleh para pelaku usaha.
4 Handarkho, Yonathan Dri, F. Anita Herawati, Dhyah Ayu Retno Widyastuti, Th. Diyah
Wulandari, & Pupung Arifin. “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pemberdayaan Komunitas Perempuan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kampung CYBER Rt 36 Taman Sari Yogyakarta)”. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813 Yogyakarta, 15 Maret 2014
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
21
BAB 4
HASIL EVALUASI IMPLEMENTASI PAS
4.1 Program Pengembangan Produk Andalan Setempat
Produk Andalan Setempat (PAS) adalah istilah lain dari program One
Village One Product (OVOP) yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan
kemiskinan di Kabupaten Bantul yang saat ini masih relative tinggi (14,07
persen). Pemerintah Kabupaten Bantul berupaya menekan angka kemiskinan
di wilayah Bantul 1,3 persen tiap tahunnya. Program PAS bertujuan untuk
menjadikan masyarakat Bantul yang sejahtera melalui pengembangan
potensi lokal yang ada di berbagai desa melalui empat komponen yaitu
Pemberdayaan, Produksi, Pemasaran, dan Produktifitas yang melibatkan
OPD sebagai perancang Program dan Kegiatan serta masyarakat sebagai
pelaku Program PAS.
Pada dasarnya program PAS di kabupaten Bantul merupakan program
yang dilakukan untuk memberikan kesadaran akan potensi dan kekayaan
yang dimiliki oleh setiap daerah sehingga dengan usaha pengembangan
potensi tersebut nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat serta meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan masyarakat
terhadap produk-produk lokal yang ada pada setiap daerah Kabupaten
Bantul. Produk-produk lokal seperti kerajinan, olahan pangan lokal, sandang
maupun potensi kekayaan alam sebagai tujuan wisata yang sudah ada akan
digali dan dikembangkan melalui program PAS guna meningkatkan nilai dari
berbagai produk lokal tersebut sehingga mampu untuk bersaing di pasar.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
22
Gambar 4.1 Bagan Pengembangan PAS
Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS
Dalam mencapai tujuan dari pelaksanaan PAS ini terdapat beberapa
tahapan yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Menyiapkan worksheet verifikasi dan evaluasi
Sebelum melaksanakan program, OPD Pengampu program PAS terlebih
dahulu membentuk suatu worksheet dengan menentukan indikator-
indikator didalam melaksanakan program. Penentuan indikator ini
dilakukan supaya didalam pelaksanaan program dapat berjalan dengan
baik terhadap sasaran dari Program PAS.
2. Kajian Proposal
Pada program PAS ini pihak kecamatan atau kelompok usaha terlebih
dahulu harus menyusun proposal berdasarkan hasil identifikasi potensi
yang ada di wilayahnya. Proposal tersebut kemudian di serahkan ke
BAPPEDA Kabupaten Bantul dalam hal ini pada bagian Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). untuk menjadi bahan dalam
penyusunan program. Setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) kemudian hasil verifikasi tersebut
diserahkan kepada OPD terkait yang menjadi pengampu masing-masing
program sesuai dengan program yang diusulkan di dalam proposal.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
23
3. Verifikasi Lapangan
Berdasarkan hasil dari pembentukan worksheet dan kajian proposal
kemudian pihak OPD yang ditunjuk sebagai pengampu program akan
melakukan veifikasi lapangan untuk melihat kesesuaian dari data-data
terkait program PAS yang akan dijalankan.
4. Penilaian Kelayakan Sasaran Program
Penilaian kelayakan sasaran program dilakukan untuk mengetahui
bentuk-bentuk intervensi yang akan dilakukan terhadap kelompok-
kelompok sasaran dalam program PAS tersebut
5. Penetapan Lokasi
Penetapan lokasi utama program dilakukan supaya memiliki
kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan yang akan menjadi ciri dari
daerah yang telah diusulkan.
6. Intervensi Kegiatan
Intervensi kegiatan dibentuk berdasarkan proposal yang telah diajukan
serta hasil tinjauan lapangan yang telah dilakukan oleh OPD selaku
pengampu program PAS.
7. Monitoring dan Evaluasi
Didalam melihat dan mengontrol kegiatan PAS tersebut, dilakukan
proses monitoring dan evaluasi dari setiap tahapan kegiatan program.
Monitoring dan Evaluasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana
keberlangsungan dari pelaksanaan program.
8. Penilaian Keberhasilan
Penilaian keberhasilan program akan dilakukan pada tahapan terakhir
pelaksanaan program. Hai ini dilakukan untuk melihat tingkat
keberhasilan dari program yang telah dijalankan oleh OPD pengampu
program.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
24
Keberhasilan implementasi PAS dipengaruhi oleh berbagai factor
sebagai berikut:
a. Infrastruktur
Ketersediaan fasilitas yang mendukung pelaku-pelaku ekonomi kreatif,
sarana prasarana: jalan, internet, market place, balai pelatihan.
b. Aktivitas/program
Ketersediaan kegiatan/program yang mendukung pelaku ekonomi
kreatif. Karakteristik kluster/kawasan, ketersediaan pelatihan yang
mendukung program ekonomi kreatif
c. Manajemen:
struktur organisasi, penelitian dan pengembangan, badan hukum,
koperasi
d. Sistem distribusi dan pemasaran
Ketersediaan jaringan untuk mendistribusikan dan memasarkan
e. Replikasi dan duplikasi
Kemampuan penyebarluasan dan produksi ulang.
f. Inovasi (Riset & Development)
Kemampuan untuk mengolah potensi yang ada guna meningkatkan
produktivitas dan daya saing.
g. Nilai ekonomi
Kemampuan untuk peningkatan produktivitas dan laju ekonomi.
h. Insentif (fasilitasi dan kemudahan berusaha), lembaga permodalan,
subsidi pemerintah
i. Sistem keterkaitam (linkage system)
Tenaga kerja, bahan baku, peralatan/ teknologi, nilai produksi,
pemasaran.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
25
4.2 Profil Produk Andalan Setempat Kabupaten Bantul
Secara garis besar potensi PAS yang ada di Kabupaten Bantul dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu industri kerajinan, pengolahan pangan, dan
potensi alam (daerah wisata). Kelompok industry kerajinan yang
berkembang di Bantul memiliki sejarah panjang sehingga saat ini beragam
jenis kerajinan menjadi produk andalan Bantul. Berbagai hasil industry
kerajinan tersebut bahkan sudah mendunia, seperti kerajinan gerabah
Kasongan, kerajinan tatah sungging untuk wayang kulit, topeng, batik,
kerajinan kulit (tas, sepatu, jaket, dll). Selain itu di Bantul juga berkembang
industry kerajinan dari bamboo, kayu, dan patung dari batu.
Potensi hasil bumi di wilayah Bantul juga telah dapat dioleh oleh
warga sehingga menjadi bahan makan yang memiilki nilai jual lebih tinggi
dibandingkan nilai jual bahan mentahnya, seperti olahan emping mlinjo, ubi-
ubian, jambu mete, tahu tempe, markisa, sagu, dll. Selain mengolah hasil
bumi, Bantul juga terkenal dengan kuliner khas yang sangat menarik bagi
wisatawan, seperti gudeg manggar, ayam ingkung, mie lethek, dan sate
klathak. Kuliner ini tidak pernah terlewatkan oleh para wisatawan yang
berkunjung ke Bantul.
Selain kerajinan membatik yang sudah turun temurun dilakukan oleh
warga Bantul, pada perkembangannya hasil industry ini dikembangkan
menjadi produk fesyen yang siap pakai, sehingga nilai jual kain batik menjadi
meningkat karena sudah menjadi produk siap pakai. Hasil berbagai kerajinan
dan kuliner ini sangat menunjang potensi wisata yang ada di Bantul. Lokasi-
lokasi wisata yang ada sekaligus menjadi tempat pemasaran hasil industri ini,
di samping pemasaran yang dilakukan di luar wilayah bahkan sampai ke luar
negri (ekspor).
Intervensi program untuk pengembangan usaha yang dilakukan
pemerintah Kabupaten Bantul telah dilakukan berdasarkan usulan dari
bawah yaitu dari kelompok atau pelaku usaha. Beberapa jenis intervensi
kegiatan pada masing-masing kelompok usaha dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
26
Tabel 4.1 Kelompok Usaha PAS dan Intervensi Kegiatan Pemerintah
No Nama Kelompok dan Jenis Usaha Alamat Intervensi Kegiatan
1 SAKA WANODYA (Batik Tulis)
Kalangan, Bangunjiwo, Kasihan
1. Pelatihan Desain (penggunaan Pewarna Alami)
2. Peralatan Membatik, Kompor listrik, kompor Jos
3. Pelatihan Manajemen
4. Networking
2 SAKA PEKSI (Sangkar Burung)
Bangunjiwo, Kasihan
1. Pelatihan Pengembangan Desain
2. Peralatan mesin Jig Saw dan Bubut
3. Pelatihan Manajemen
4. Networking
3 GUYUP RUKUN (Tahu Tempe)
Gunungan, Pleret, Pleret
1. AMT
2. Kelembagaan
3. Pelatihan Teknis Produksi
4. Pelatihan Manajemen
5. Networking
4 NGUDI KOYO (Jambu Mete)
Kalidadap I, Selopamioro, Imogiri
1. Penguatan Kelembagaan
2. Pelatihan Teknis Produksi
3. Pelatihan Manajemen
4. Networking
5 AL BASITH (Kasur Bantal)
Tegal Kembang, Imogiri
1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)
2. Pengembangan Desain
3. Networking
6 BATIK MUSA (Batik Tulis)
Tandan, Bangunharjo, Sewon, Bantul
1. Penguatan Kelembagaan
2. Networking
7 TAMAN MOJO (Markisa)
Karangtengah, Imogiri,
1. Pemasaran
2.Manajemen
3.Pelatihan Teknis dan alat
8 ANDAYANI (Keripik Sagu)
Sungapan. Sriharjo, Imogiri
1. Penguatan Kelembagaan
2. P-IRT
3. Kemasan
4. Networking
9 KARYA PERSADA (Kerajinan Tangan)
Kaliberot, Argomulyo, Sedayu
1. Penguatan Kelembagaan
2. Pelatihan Kemasan
3. Networking
10 MEKAR SARI (Jamu Gendong)
Kiringan, Canden, Jetis
1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)
2. P-IRT
3. Kemasan
4. Networking
11
PRINGGO MAKMUR (Tembaga dan Kuningan)
Pringgolayan, Banguntapan
1.Pengembangan Desain
2. Peralatan, Bor duduk, Kompresor,Grinda, Spuyer, Tabung Gas
3. Networking
12 TKPK dusun pandeyan (Emping Minjo)
Pandeyan, Srimulyo, Piyungan
1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)
2. P-IRT
3. Kemasan
4. Networking
13 GESEUBER KM (Olah Ubi Jalar)
Wonoroto, Gadingsari, Sanden
1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)
2. Kemasan
3. Peralatan Mesin Giling Tepung dan Pengering
4. Networking
14 Sol Sepatu Kowen II, Timbulharjo, Sewon
1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/ administrasi)
2. Pelatihan Teknis dan Peralatan
3. Pemasaran
15 Mas Panji (Kipas)
Jipangan, Bangunjiwo, Kasihan
1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/ administrasi)
2. Pelatihan teknis dan Peralatan
3. Pemasaran
Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
27
4.3 Hasil Evaluasi Implementasi PAS
Evaluasi PAS dilakukan kepada Pelaku PAS yaitu masyarakat di
Kabupaten Bantul, dan Perancang Program PAS yaitu Pegawai Negeri Sipil
yang bekerja pada berbagai SKPD/OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bantul pada tahun 2018. Sampel pelaku PAS mencakup seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Bantul yaitu 17 Kecamatan yang diwakili oleh 36 desa
terpilih. Sedangkan dari perancang Program PAS diwakili oleh 5 OPD yang
terkait langsung dengan PAS yaitu Dinas Perhubungan, Dinas Koperasi
UMKM dan Industri, Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Sosial.
Profil pelaku Program PAS Pria berjumlah 19 orang dan Wanita 17
orang. Sebagian besar (32) orang berumur antara 36-55 tahun, sisanya 1
orang berumur 26-35, dan 2 orang berumur 56-65 tahun. Pelaku Program
PAS terbanyak di Kecamatan Imogiri (4), Produk dominan Makanan dan
Minuman dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 600 orang. Pelaku PAS
yang menyatakan usahanya berbadan hukum mendekati separuh dan
dominan menyatakan tidak atau belum pernah melakukan ekspor.
Tabel 4.2 Penilaian Pengembangan PAS
No Variabel Skor Makna
1 Pemberdayaan 2.8 Baik
2 Produk 3.5 Sangat Baik
3 Pemasaran 2.7 Baik
4 Produktivitas 2.9 Baik
Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa “Produk” PAS di Kabupaten Bantul
mempunyai skor 3.5 artinya produk PAS sudah sangat baik namun tidak
terdukung “Pemasaran” yang mendapat skor terendah (2.7).
“Pemberdayaan” pelaku PAS juga perlu ditingkatkan (2.8) karena sebenarnya
“Produktivitas” pelaku PAS di Kabupaten mempunyai skor lebih tinggi (2.9).
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
28
Kami percaya jika pemberdayaan masyarakat meningkat maka akan
menaikan produktivitas. (Tabel 4.2).
Penilaian dari lima eksekutif OPD dominan (4 dari 5) menyatakan
bahwa Perancangan Program PAS sudah sangat baik hanya Dinas Pariwisata
yang memberi skor 3 walaupun masih bermakna baik atas perancangan
program PAS yang disampaikan kepada masyarakat Kabupaten Bantul agar
terwujud masyarakat sejahtera. (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Penilaian Perancang Program PAS
No OPD Skor Makna
1 DISHUB 4 Sangat Baik
2 DISKOPUMKMIND 3.5 Sangat Baik
3 DISBUD 3.4 Sangat Baik
4 DISPAR 3 Baik
5 DINSOS P3 3.5 Sangat Baik
Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS
Terkait potensi ekonomi masyarakat, hasil kajian memperlihatkan
potensi PAS mendapat skor 3 (baik) dengan kualitas produk mendapat skor
3.5 (sangat baik). Artinya potensi ekonomi masyarakat mempunyai peluang
positif jika tiga variabel yang lain yaitu pemberdayaan, produktifitas dan
pemasaran bisa ditingkatkan sesuai dengan regulasi terkait misal
Permendagri Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk
Unggulan, bahwa untuk menjamin tercapainya sasaran pengembangan
produk unggulan daerah perlu didukung dengan peningkatan kapasitas
kelembagaan daerah yang mandiri dan tangguh serta menuangkan
pengembangan produk unggulan daerah dalam dokumen perencanaan
daerah.
Yang masih menjadi permasalahan bagi sebagian besar pelaku PAS
adalah “pemasaran”. Sebetulnya “produk” yang dihasilkan sudah sangat baik
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
29
namun terkendala dalam hal pemasaran. Kedepannya, jika Pemkab Bantul
berhasil mengatasi permasalahan pemasaran dan produk menjadi sangat
diminati pasar maka produktivitas akan dapat lebih ditingkatkan.
4.4 Kelayakan versus Kepuasan
Dalam banyak hal masih terdapat “gap” antara perancang Program
PAS dan pelaku Program PAS yang bisa diartikan belum terakomodasinya
kebutuhan pelaku Program PAS (table 4.4) .Sesuai tugas pokok dan fungsi
maka setiap OPD akan merancang Rencana Kerja Tahunan yang diturunkan
dari RPJMD agar semua Visi dan Misi terlaksana dengan baik. Di bawah ini
terlihat hasil “head to head” antara perancang dan pelaku program PAS serta
“gap” diantaranya
Tabel 4.4 Head to head antara perancang dan pelaku program PAS
Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS
Interpretasi angka “gap”dari masing-masing aktivitas dalam tabel 4.4:
1. Aktivitas terkait “Prosedur kegiatan” mendapat skor (-0.60), artinya
pelaku PAS relative sangat tidak puas, aktivitas ini cukup mendesak
untuk ditingkatkan.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
30
2. Aktivitas terkait “Kriteria kegiatan” mendapat skor (-0.40), artinya
pelaku PAS relative tidak puas, aktivitas ini perlu ditingkatkan.
3. Aktivitas terkait “Prosedur pemilihan produk/jasa” mendapat skor
(0.20), artinya pelaku PAS cukup puas, Pemkab Bantu perlu menjaga
keberlanjutan aktivitas ini.
4. Aktivitas terkait “Prosedur investasi” mendapat skor (-0.20), artinya
pelaku PAS relative tidak cukup puas, aktivitas ini perlu pembenahan
kecil.
5. Aktivitas terkait “Insentif investasi” mendapat skor (-0.40), artinya
pelaku PAS relative tidak puas, aktivitas ini perlu ditingkatkan.
6. Aktivitas terkait “Pendampingan” mendapat skor (-0.80), artinya pelaku
PAS secara relative amat sangat tidak puas, aktivitas ini sangat
mendesak untuk ditingkatkan.
7. Aktivitas terkait “Fasilitasi SDM” mendapat skor (-0.68), artinya pelaku
PAS secara relative agak tidak sangat puas, aktivitas ini agak sangat
mendesak untuk ditingkatkan.
8. Aktivitas terkait “Evaluasi” mendapat skor (-0.1), artinya pelaku PAS
secara relative sedikit kurang puas, aktivitas ini perlu pembenahan
sedikit.
4.5 Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil evaluasi program PAS, nilai atau skor empat
komponen program yaitu Produk, Produktivitas, Pemberdayaan, dan
Pemasaran meskipun rata-rata baik dengan skor 3, namun skor sangat baik
yang hanya pada “produk” yaitu 3,5. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena dari
delapan komponen kelayakan yaitu prosedur kegiatan, prosedur investasi,
kemudahan investasi, kriteria kegiatan, standar pemilihan produk/jasa,
pendampingan, fasilitasi SDM, dan Evaluasi hanya satu yang “layak” yaitu
“standar pemilihan produk/jasa”.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
31
Oleh karena itu masih perlu diupayakan berbagai langkah perbaikan
yang didukung adanya kebijakan dalam beberapa hal dengan urutan prioritas
sebagai berikut.
1. Pendampingan
2. Fasilitasi SDM
3. Prosedur kegiatan
4. Kemudahan investasi dan kriteria kegiatan
5. Prosedur investasi
6. Evaluasi
7. Standar pemilihan produk/jasa
Strategi yang dapat dilakukan untuk upaya tersebut antara lain
sebagai berikut.
1. Melakukan pencermatan dan bekerjasama dengan para pemangku
kepentingan untuk meningkatkan pendampingan dan fasilitasi
kerjasama dengan mitra-mitra agar pemasaran produk meningkat.
2. Meningkatkan dan menjaga momentum investasi.
3. Meningkatkan hubungan dua arah (interaksi) antara OPD dengan
pelaku PAS agar pemberdayaan bisa berkelanjutan dan produktivitas
meningkat.
4. Menjaga kualitas produk agar tetap dapat diterima pasar.
5. Menawarkan Standar Produk kelas dunia misal ISO: 9001-2008 kepada
pelaku PAS yang telah siap.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
33
BAB 5
ANALISIS KELEMBAGAAN PAS
Kemiskinan merupakan ketidakmampuan penduduk dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Angka kemiskinan di Kabupaten Bantul, sejak
Tahun 2011 terus mengalami penurunan, sehingga terjadi peningkatan
persentase penduduk di atas garis kemiskinan. Dari data BPS terlihat bahwa
angka kemiskinan di Kabupaten Bantul pada Tahun 2015 mencapai 15,2%
lebih rendah bila dibandingkan dengan angka kemiskinan Tahun 2014.
Pengurangan angka kemiskinan setiap tahunnya akan menjadi
prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Bantul yang dilakukan melalui program
berkelanjutan antara lain: program penanggulangan kemiskinan melalui
pembentukan lembaga TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah) sampai ditingkat pedukuhan, program pemberdayaan masyarakat,
pengurangan beban KK Miskin, validasi data keluarga miskin serta
pengembangan Produk Andalan Setempat (PAS). Selain itu, program bantuan
keuangan khusus ekonomi produktif dari Pemerintah DIY secara
berkesinambungan diharapkan dapat memberikan dampak terhadap
pengurangan angka kemiskinan.
Program PAS memiliki sasaran utama yaitu untuk membentuk
wirausaha baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin sehingga
mampu untuk memenuhi segala kebutuhan baik itu kebutuhan primer dan
skundernya. Peningkatan Kesejahteraan masyarakat miskin melalui program
ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemberdayaan, produksi,
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
34
meningkatkan produktivitas serta pemasaran. Masyarakat miskin yang
menjadi sasaran utama program adalah masyarakat dengan perekonomian
yang lemah yang memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka
5.1 Revitalisasi Pengembangan PAS
Model pengembangan PAS harus disepakati bersama oleh seluruh
stakeholder atau pihak-pihak yang berkaitan yaitu dari unsur pemerintah,
pelaku usaha, swasta atau pasar, serta masyarakat pada umumnya. Semua
unsur tersebut secara partisipatif memiliki peran masing-masing yang
bekerja secara terintegrasi dan memiliki logframe yang terukur jelas
sehingga dapat diupayakan keberlanjutannya.
Gambar 5.1 Heksagonal PAS
Sumber: Sinaga, Anton Atno Parluhutan. 2017, diolah
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam upaya pengembangan
PAS antara lain kelompok sasaran. Kelompok sasaran ini meliputi pihak
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
35
investor luar, pelaku usaha local, dan pelaku usaha baru. Berkaitan dengan
pihak investor luar harus diperhatikan hal yang terkait dengan Peraturan ttg
kemudahan investasi, informasi prospek bisnis, kapasitas berusaha dan
hukum, keamanan, kampanye, pusat pelayanan investasi. Kemudian
berkaitan dengan pelaku usaha local dan pelaku usaha baru harus
diperhatikan masalah permodalan, promosi, peningkatan teknologi,
manajemen & kelembagaan, pelatihan kewirausahaan, pendampingan &
monitoring, insentif, dan kecepatan pengurusan ijin.
Faktor lokasi juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan
implementasi PAS. Faktor lokasi ini meliputi faktor lokasi terukur dan faktor
lokasi tidak terukur (untuk dunia usaha, dan individual). Faktor lokasi
terukur adalah akses ke dan dari lokasi, akses ke pelabuhan laut dan udara,
sarana transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastrutur energy,
ketersediaan air bersih, tenaga kerja trampil, jumlah lembaga keuangan lokal,
dll. Faktor lokasi tidak terukur untuk dunia usaha meliputi peluang
kerjasama, Lembaga Penelitian. Sedangkan faktor lokasi tidak terukur
individual meliputi kualitas pemukiman, lingkungan, fasilitas pendidikan dan
pelatihan, pelayanan kesehatan, fasilitas sosial & umum, dan etos kerja SDM.
Pihak pemerintah sebagai aktor pembuat kebijakan sangat
menentukan arah keberhasilan implementasi PAS dengan produk kebijakan
yang dihasilkan. Oleh karenanya dalam merumuskan kebijakan terkait
dengan PAS ini sangat diperlukan peran dan partisipasi berbagai pihak yang
terlibat dalamm pengembangan PAS. Kebijakan yang terkait dengan
pengembangan PAS menyangkut perluasan ekonomi, pembangunan wilayah,
serta pemberdayaan masyarakat dan pengembangan komunitas. Kebijakan
yang terkait dengan perluasan ekonomi antara lain tentang investasi,
promosi, persaingan usaha, peran Perusahaan Daerah, jaringan usaha,
informasi tenaga kerja, pengembangan keahlian. Kebijakan pembangunan
wilayah seperti kawasan industri, pusat pertumbuhan, kerjasama antar
daerah, tata ruang PAS. Sedangkan kebijakan terkait pemberdayaan
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
36
masyarakat dan komunitas adalah pemberdayaan masyarakat berbasis
kemitraan swasta, pengembangan komunitas, dan pengurangan kemiskinan.
Tabel 5.1 Peran Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam Pengembangan PAS
Aktor Peran Bentuk output peran Fasilitasi
Pemerintah Formulasi dan penetapan kebijakan, implementasi, monitoring dan evaluasi dan sebagai mediasi
Kebijakan: Politik, umum, khusus/ sektoral, penganggaran, juknis, juklak, penetapan indikator keberhasilan, peraturan hukum dan penyelesaian masalah
Dana, jaminan, alat, tehnologi, networking, sistem informasi manajemen, edukasi
Swasta Kontribusi pada formula, implementasi, monitoring dan evaluasi
Konsultasi dan rekomendasi kebijakan, tindakan dan langka/ policy, action, implementasi, donatur, private investment, pemeliharaan
Dana, alat dan tehnologi, tenaga ahli
Masyarakat Partisipasi dalam formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi
Saran, input, kritik, rekomendasi dan dukungan dalam kebijakan. Dana swadaya, partisipan dan pelaku usaha serta menjadi social control
Tenaga terdidik dan terlatih
Sumber: Kemitraan & model-model pemberdayaan, Ambar Teguh Sulistyani,20045
Kegiatan pengembangan PAS di level masyarakat bersifat partisipatif,
bottom up dan dikelola secara mandiri oleh kelompok dengan dibantu
berbagai unsur terkait baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten.
Inti utamanya adalah adanya partisipasi masyarakat yang bertindak sebagai
subyek bukan obyek. Dalam ekonomi partisipatif, masyarakat sebagai salah
satu unsur stakeholder daerah akan menjadi penggerak utama dalam roda
kegiatan ekonomi di daerah. Kegiatan utama yang dilakukan adalah dengan
need assesment tentang kegiatan produktif apa yang akan dilakukan oleh
5 Ambar Teguh Sulistiyani, 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Penerbit
Gava Media. Yogyakarta.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
37
daerah dan bagaimana peran masing–masing stakeholder dalam
pengembangan ekonomi. Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi mulai dari
perencanaan, sampai dengan evaluasi dilakukan dengan kemitraan, yaitu
sinergisitas antara pemerintah, swasta, masyarakat dan elemen–elemen lain
seperti lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan legislatif.
Keberlanjutan program PAS menjadi hal yang perlu diperhatikan
karena dampak dari kegiatan ini dalam peningkatan perekonomian
masyarakat seringkali baru dapat dilihat dalam kurun waktu tertentu.
Beberapa faktor pendukung untuk keberlanjutan usaha yang perlu
diperhatikan adalah faktor ekonomi (pengembangan industri pendukung,
perencanaan usaha, inovasi), faktor social (kelembagaan adat, kearifan lokal,
kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat), dan faktor lingkungan
(perencanaan amdal, sistem daur ulang, kebijakan konservasi SDA).
5.2 Pengembangan Kemitraan Strategis PAS
• Implementing agent: adalah OPD yang bertanggungjawab atas
perkembangan dan keberlanjutan kelompok atau pelaku usaha,
sehingga program dan kegiatan industry yang telah berlangsung dapat
berkesinambungan dan tidak bersifat insidentil. Hal ini sangat penting
mengingat fenomena adanya pembentukan sentra atau industry baru
tanpa disertai adanya program lanjutan sehingga tidak bertahan lama.
Dalam hal ini OPD berlaku sebagai pendamping berjalannya usaha,
bertanggungjawab melakukan monitoring dan evaluasi sehingga
perkembangan usaha dapat dipantau.
• Supporting institution: yaitu dukungan kelembagaan terkait kepastian
hukum, perijinan, aparatur dan pelayanan, kebijakan, dan keuangan
daerah. Di dalamnya telah mencakup segala aspek yang dibutuhkan
bagi perkembangan program PAS seperti kemudahan dalam mengurus
perijinan, pelayanan sertifikasi HAKI, pelayanan penyediaan
infrastruktur, dll.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
38
• Fasilitator: adalah individu atau forum yang menguasai PAS yang dapat
dijadikan tempat bertanya bagi para pelaku usaha PAS. Orang tersebut
dapat berasal dari pemerintah atau aparatur, maupun pihak ketiga,
yang menguasai seluk beluk permasalahan di dalam program PAS dan
dapat memberikan solusi terbaik bagi perkembangan PAS.
Kolaborasi Antar Stakeholders
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa
elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang
terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan
manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang
sama, kesamaan persepsi (Klapwijk, 1997)6, kemauan untuk berproses,
saling memberikan manfaat, kejujuran, perhatian serta berbasis masyarakat.
Kolaborasi antara BAPPEDA, OPD terkait, Swasta, NGO, dan masyarakat baik
pelaku usaha maupun bukan harus terjalin dengan baik agar tujuan dari
pengembangan ekonomi lokal segera terwujud.”
Semua pihak yang terlibat ini berperan dalam melakukan monitoring
dan evaluasi program PAS yang meliputi .
• Faktor sumber daya dasar: lahan produksi, bangunan produksi, akses
ke pasar, ketersediaan infrastruktur, bahan baku, ketrampilan,
pemasaran, modal, konsentrasi spasial, dan interaksi
• Faktor kelembagaan pendukung: struktur organisasi, penelitian dan
pengembangan, badan hukum, kombinasi kompetensi
• Faktor kelompok untuk spesialisasi
• Faktor investasi: pinjaman, lembaga permodalan,
• Faktor tenaga kerja dan daya saing
• Faktor subsidi
6 Klapwijk, M. 1997. Rural Clusters in Central Java, Indonesia: An empirical assessment of
their role in rural industrialization. Ph. D. Dissertation, Tinbergen institute Research Series NO.153, Vrije Universiteit, Amsterdam
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
39
5.3 Model Kelembagaan PAS
Dengan tanpa mengabaikan Undang-undang No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-undang No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan mendasarkan pada kondisi riil yang
terjadi selama ini, PSKK UGM menyusun model pengembangan kelembagaan
PAS di Kabupaten Bantul. Model ini melihat dan memadukan rencana
pembangunan dari atas (top-down) dan dari bawah (bottom-up). Selain itu
yang menjadi fokus utama perubahan mekanisme perencanaan dan
implementasi program adalah adanya koordinasi yang efektif dan efisien
antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah) atau lembaga pelaksana program
pembangunan dan antara OPD dengan pemerintah kecamatan, desa, dan
pihak swasta.
Sebagai pelaksana program pembangunan, OPD berperan aktif sejak
proses pendataan atau identifikasi permasalahan di satu wilayah,
perencanaan pembangunan termasuk pengembangan PAS, pelaksanaan,
monitoring, hingga evaluasi. Agar evaluasi dapat efektif, sejak awal telah
disusun indikator keberhasilan suatu program antara masyarakat bersama
dengan pelaksana program. OPD sebagai pelaksana program bersinergi atau
diskusi bersama antar OPD dalam merancang pembangunan di satu wilayah
dan tidak bekerja sendiri-sendiri (terpisah satu sama lain). Program harus
terpadu demi tercapainya hasil yang optimal. Untuk tujuan ini sebaiknya
dibentuk tim khusus (task force) yang bertugas mengawal implementasi PAS
ini. Tim khusus ini dikepalai oleh Bupati atau paling tidak Wakil Bupati (lihat
bagan 5.1)yang memiliki kewenangan dalam mengatur mekanisme kerja OPD
dan kepala daerah di bawahnya (kecamatan dan desa). Di samping itu juga
berperan dalam penentuan anggaran untuk terlaksananya program
pembangunan masyarakat.
Selama ini dalam menunjang program PAS, OPD-OPD teknis yang
bertugas mendampingi UMKM melakukan tugasnya secara sendiri-sendiri,
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
40
sesuai dengan tupoksi OPD masing-masing. Dalam penentuan program dan
sasaran tidak ada saling koodinasi antar OPD. Akibatnya pada tataran bawah
perkembangan yang terjadi kurang optimal karena intervensi seringkali
kurang sinkron atau terpadu. Oleh karena itu perlu ditata ulang system
pendampingan atau intervensi program dari masing-masing OPD agar sinergi
dan hasilnya lebih optimal dalam upaya pengembangan UMKM sasaran.
Gambar 5.1 Bagan Mekanisme kerja tim khusus PAS
Sumber: Kajian Pengembangan Kelembagaan PAS, 2018
Beberapa OPD yang hadir dalam diskusi pada saat paparan kegiatan
ini menjelaskan peran dan program yang telah dilakukan dalam upaya
pengembangan PAS antara lain:
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi utamanya seksi Produktivitas
dan Standarisasi melakukan pelatihan produktivitas bekerjasama dengan
BLKPP (Balai Latihan Kerja dan Pengembangan Produktivitas) DIY.
Sasarannya adalah UKM yang selama ini masih banyak menggunakan cara
kerja konvensional agar dapat meningkatkan produktivitas melalui
penggunaan teknologi. Selain diberi pelatihan UKM dibawa ke perusahaan
OPD
Bupati/Wakil Bupati/ Sekda
Bappeda
OPD OPD OPD OPD OPD OPD
UMKM/Wilayah PAS
Mitra/Swasta Mitra/Swasta
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
41
besar untuk studi banding dan mencontoh cara kerja di perusahaan yang
sudah besar.
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)
Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) dalam hal ini Seksi
Pengelolaan Informasi dan Aspirasi Publik mempunyai tugas menyiapkan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang pengelolaan informasi
dan aspirasi publik. Dalam kaitannya dengan program PAS bagian ini
menyelenggarakan fungsi:pelatihan terkait IT (Information and Technology),
termasuk pemanfaatan internet. Selain itu Diskominfo berperan dalam
penyebarluasan informasi terkait UMKM melalui berbagai media seperti
radio, TV, media massa, dan website. Saat dikehendaki, Diskominfo juga
dapat membuat bulletin untuk mempromosikan hasil produksi UMKM, serta
mempublikasikan produk perundang-undangan.
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (DPPKBPMD)
Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa (DPPKBPMD) atau dalam hal ini Seksi Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga memiliki fungsi antara lain. pelaksanaan pembinaan
ketahanan keluarga melalui tribina (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga
Remaja dan Bina Keluarga Lansia); pelaksanaan pemberdayaan keluarga
sejahtera melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera
(UPPKS); pelaksanaan kemitraan untuk akses permodalan, teknologi dan
manajemen serta pemasaran hasil produksi usaha kelompok; penyiapan
bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi bidang ketahanan dan
kesejahteraan keluarga; serta pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan
pelaporan bidang ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Selama ini UPPKS
ditangani secara sederhana dan belum dapat mencapai produk unggulan,
meskipun sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
42
Dinas Perdagangan
Seksi pengembangan ekspor Dinas Perdagangan membantu dan
mengarahkan UMKM untuk dapat mengekspor atau memasarkan produk
mereka ke luar negri. Langkah ini merupakan kelanjutan dari pendampingan
dinas perindustrian yang telah mempersiapkan atau mengkondisikan UMKM
siap ekspor. Kerja sama dengan Diskominfo sangat diperlukan untuk
membantu atau mendukung dalam hal pemasaran dengan IT. Permasalahan
yang masih dihadapi di Bantul adalah bahwa beberapa UKM yang telah
berproduksi tinggi memiliki hambatan dalam hal pemasaran produk,
misalnya produk batik yang bernilai tinggi, potensi besar dengan adanya
sekitar 300 pengrajin di Bantul Timur. Hambatan di bidang ekspor antara
lain teknologi. UKM di Bantul belum memahami cara ekspor yang benar.
Perlu ada pelatihan tentang ekspor impor (perdagangan, packing)
sebagaimana yang sudah berkembang di Surabaya.
Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian (KUKMP)
Dinas ini mengampu tiga (3) Kementerian yaitu Kementerian
Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian ESDM.
Dinas KUKMP Kabupaten Bantul memiliki misi yaitu:
1. Mewujudkan koperasi yang sehat dan mandiri untuk kesejahteraan
anggota
2. Mewujudkan industri yang berdaya saing, berkualitas, ramah
lingkungan dan berkelanjutan
3. Mewujudkan kreatifitas, daya saing produk UKM dan penguatan
kelembagaan
4. Mewujudkan sarana dan infrastruktur industri di dalam dan di luar
kawasan industri yang berwawasan lingkungan
Koperasi yang sehat dan mandiri untuk kesejahteraan anggota adalah
koperasi yang memenuhi 3 syarat sebagai berikut:
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
43
• Berkualitas: Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang memiliki
kualitas manajemen pengelolaan yang baik, kualitas permodalan,
kualitas pelayanan bagi anggota dan masyarakat, serta berkontribusi
langsung terhadap pembangunan daerah.
• Mandiri: Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dapat berdiri
sendiri tanpa selalu bergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh
kepercayaan, pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri.
• Berdaya Saing: Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dikelola
secara profesional, menghasilkan produk berkualitas dan mampu
menghadapi persaingan di pasar global Dengan memperhatikan
berbagai persoalan yang dihadapi oleh KUKM di Kabupaten Bantul,
maka pemberdayaan KUKM perlu ditingkatkan kualitas manajemen
pengelolaan , kualitas permodalan, kualitas pelayanan bagi anggota dan
masyarakat, agar memiliki kemandirian dan daya saing dalam
menghadapi pasar global sekaligus berkontribusi langsung terhadap
pembangunan daerah maupun nasional.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, namun masih terbuka
berbagai peluang usaha baru bagi Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, harus didukung kemauan politik yang kuat dari Pemerintah serta
komitmen membangun sistem ekonomi yang lebih demokratis berdasarkan
sistem ekonomi kerakyatan yang berbasis pada mekanisme pasar guna
menciptakan pembangunan yang semakin berkeadilan dan transparan serta
menciptakan lebih banyak peluang baru untuk pengembangan Koperasi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Misi kedua merupakan keinginan Dinas KUKMP Kabupaten Bantul
untuk mewujudkan peningkatan daya saing produk yang berkualitas, ramah
lingkungan. Kata kuncinya adalah daya saing, karena pada dasarnya sebuah
wilayah yang memiliki suatu produk akan berhasil bila produk tersebut
memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain. Daya saing merupakan
kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi
pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
44
tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan eksternal. Dengan daya saing produk yang kuat maka
diharapkan membentuk kelembagaan yang kuat juga. Ada beberapa hal yang
sangat berpengaruh terhadap daya saing al: lokasi, harga, pelayanan, mutu
atau kualitas, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dll
Misi Ketiga merupakan keinginan Dinas Koperasi Usaha Kecil
Menengah dan Perindustrian Kabupaten Bantul untuk mewujudkan
kreatifitas, daya saing produk UKM dan penguatan kelembagaan KUKMP.
Misi ini dilakukan dengan melakukan pembinaan untuk meningkatkan
kompetensi UMKM khususnya usaha mikro dalam meningkatkan kreatifitas
dan kualitas baik produk maupun SDM sehingga menjadi UKM yang
berkualitas, fasilitasi proposi produk UMKM serta penumbuhan wirausaha
baru.
Misi Keempat merupakan keinginan Dinas KUKMP Kabupaten Bantul
untuk mewujudkan sarana dan infrastruktur industri di dalam dan di luar
kawasan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu upaya atau
program dengan melakukan pengembangan Kawasan Industri Piyungan
untuk mewadahi kegiatan industri dari industri besar hingga industri kecil
yang tersebar dalam lima sub kawasan yang terintegrasi, pengembangan
kawasan peruntukan dan pengembangan sarana infrastruktur sentra-sentra
industri.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Berkaitan program PAS, Bidang Penanaman Modal menangani atau
melakukan kegiatan koordinasi kemitraan. Yang sudah dilakukan adalah
mengumpulkan para UKM (biasanya satu sector), misal UKM kerajinan batik,
atau sektor perikanan. Para UKM dikumpulkan dan dipertemukan dengan
sumber permodalan seperti BPD, BNI, BRI, dan Ahli akademisi. Contoh
kegiatan pernah mengumpulkan atau mempertemukan pihak UKM kerajinan
bambu, tenaga ahli dari Fakultas Eko Bisnis UGM, dan dari BRI. Tujuan dinas
mempertemukan ketiga pihak tersebut agar supaya terjadi dialog kerjasama.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
45
Dialog dengan sumber permodalan agar memahami bagaimana memperoleh
modal usaha, dan dialog dengan pihak akademisi agar dapat menambah
wawasan terkait dengan teknik bidang yang digeluti. Selain itu juga diundang
narasumber praktisi dari pengusaha yang sudah besar, sudah sukses agar
dapat menjadi contoh atau menumbuhkan motivasi usaha.
Contoh lain pernah mengumpulkan pengusaha batik dipertemukan
dengan pengusaha kain untuk bahan batik dan dari BNI. Dari kegiatan2
tersebut diharapkan terjadi dialog dan berakhir dengan kerjasama bisnis
untuk membantu dan mengembangkan usaha UKM. Pernah juga
dikumpulkan UKM kuliner, dipertemukan dengan pengusaha hypermart
sebagai mitra penerima pasokan produk untuk pemasaran.
Permasalahan yang dihadapi dinas adalah tidak adanya tindak lanjut
untuk memonitor atau bahkan mengevaluasi hasil dari program atau
kegiatan mempertemukan pihak-pihak tersebut. Apakah kegiatan tersebut
embawa hasil pada perkembangan usaha atau tidak, itu tidak dapat
terpantau. Hal ini berkaitan dengan tidak adanya tupoksi dinas tentang hal
itu. Oleh karenanya sangat dibutuhkan adanya kerjasama dengan
dinas/instansi lain untuk dapat memantau apakah dapat berjalan terus
kerjasama tadi atau berhenti, apa saja yang menjadi kendala dan bagaimana
solusinya. Tugas pendampingan dan pemantauan untuk hal ini ini perlu
dilakukan misalnya oleh dinas koperasi dan UKM yang langsung menangani
UKM. .
Untuk bagian pemasaran, pada saat mengikuti pameran2 investasi,
biasanya membawa produk2 dari perajin, pertanian, dll. Misalnya ada
pameran di Jakarta, koordinasi dengan dinas pertanian, memperkenalkan
produk pertanian atau pengolahan pangan dari Bantul. Ini sudah
dilaksanakan sejak jadi satu dengan Disperindagkop. Tetapi untuk
pemantauan dinas tidak bisa melakukan karena tidak adanya tupoksi
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
46
Sinergitas antar Stakeholder
Dinas atau instansi yang ditunjuk untuk mengawal program PAS atau
melakukan fungsi sebagai pendamping UKM dalam upaya pengembangannya
selama ini menjalankan tugasnya secara sendiri-sendiri sesuai dengan
tupoksi masing-masing. Belum ada satu mekanisme intervensi program yang
dilakukan dengan system bagi tugas agar tercapai hasil yang lebih optimal.
Dengan system pendampingan yang selama ini dijalankan bisa jadi satu
sasaran menerima intervensi yang sama dari beberapa instansi, dan
sebaliknya tidak ada satu instansipun yang melakukan intervensi pada
bidang yang dibutuhkan. Dari hasil diskusi dengan beberapa dinas/OPD
dapat dipetakan jenis intervensi program PAS sesuai dengan tupoksi masing-
masing lembaga sebagai berikut.
Pengetahuan, pemahaman:
- Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan
- Dinas Kebudayaan
- Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
- Dinas Pariwisata
- Dinas Lingkungan Hidup (IPAL)
- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Pelatihan: - Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian
- Dinas Perdagangan
- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
- Dinas Komunikasi dan Informatika
Pemberdayaan:
- Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
- Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
- NGO
Fasilitasi Pengembangan Modal dan Kerjasama Usaha, Perijinan:
- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
- Dinas Komunikasi dan Informatika
- Perbankan, Akademisi, Swasta
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
47
Dengan melihat pemetaan di atas maka sinergitas dalam intervensi
program PAS dilakukan baik antarlembaga yang memiliki fungsi sama
maupun antar lembaga yang berbeda fungsi. Sinergi ini diperlukan agar
dalam rantai intervensi program tidak ada yang terputus. Misalnya satu
lembaga melakukan fungsi pelatihan, jika tidak dilanjutkan oleh lembaga lain
dengan fungsi pemantauan hasil pelatihan maka tidak akan dapat diketahui
apakah hasil pelatihan tersebut bermanfaat atau ada kendala dalam
implementasinya. Cara kerja pendampingan UMKM dalam program PAS yang
dilakukan secara sinergi ini dapat mengikuti alur atau tahapan sebagai
berikut.
Pemasaran:
- Dinas Perdagangan
- Dinas Komunikasi dan Informatika
- Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian
- Dinas Pariwisata
Fasilitasi Sarana Prasarana
- Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman
- Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
- Dinas Perhubungan
Capaian target Penentuan jenis
intervensi dan pembagian
tugas/peran
Penentuan sasaran
intervensi
Pelaksanaan
intervensi
Monitoring dan
evaluasi
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
48
Contoh kasus pengembangan PAS, Komoditas Unggulan: Ubi Jalar Ungu
Pelaku Utama:
Petani (indivdu, Kelompok tani)
Input Subsidi: Peralatan, Pupuk Subsidi, Pestisida (Pemerintah)
Input Komersial: Pupuk, Peralatan, Benih (misal: disediakan oleh Koperasi Unit
Desa/BUMDes) Input disediakan oleh
Petani:Peralatan, Benih, Kompos
SKPD:
Dinas Pertanian dan Peternakan
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
SKPD:
Dinas Perdagangan
Dinas Koperasi UKM
Dinas Pemebrdayaan Masyarakat Pelaku Utama:
Petani (individu, kelompok tani),
Koperasi, UKM, Investor
Koordinasi
Sekda
BAPPEDA
Output: Meningkatnya produksi ubi jalar (...)
kg Produk ikutan dari komoditi uggulan
Outcome:
Peningkatan Pendapatan
Petani (...% petani; %Rp)
Kesinambungan Program:
Pendampingan petani
Penggerak kelompok
Rotasi tanam
Lokal Bantul dan pasar di luar Bantul
Pelaku Utama:
Petani (indivdu, Kelompok tani)
SKPD/OPD:
Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Lokasi:
Sanden, Bantul SKPD: Dinas Pertanian
Dinas Koperasi, UKM Dinas Perdagangan
Dinas Penanaman Modal Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Ketersediaan Lahan
Pemberdayaan
Perubahan Mind-set Petani
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
49
Analisis rantai nilai dapat digunakan untuk mendefinisikan secara
lebih menyeluruh keunggulan maupun kelemahan dari suatu komoditas,
sektor ataupun industri. Hal ini dapat dilakukan karena analisis rantai nilai
melihat suatu sektor/komoditas/industri dari sisi proses dari setiap rantai
nilai, mulai dari rantai input, produksi sampai dengan rantai produk akhir.
Penggunaan analisis rantai nilai juga dapat memberikan alternatif suatu
rencana strategis untuk dapat memunculkan keunggulan kompetitif. Salah
satu bagian dari analisis mata rantai adalah identifikasi stakeholder yang
terlibat dalam pengembangan komoditas unggulan. Dalam upaya
pengembangan komoditas unggulan olahan ubi jalar ungu, beberapa pihak
atau stakeholder yang harus saling bersinergi antara lain sebagai berikut.
1. Petani
Petani merupakan stakeholder sentral dalam usaha pengembangan
komoditas unggulan di suatu daerah. Skala peran petani terlihat pada
keterlibatannya dalam seluruh rantai nilai komoditas, tidak hanya pada
mata rantai produksi sebagaimana yang biasa menjadi anggapan
banyak pihak selama ini. Selain itu, alur usaha juga terarah dari dan ke
petani, karena pada dasarnya pengembangan komoditas unggulan ini
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pada rantai nilai
input sarana produksi, petani merupakan stakeholder yang sangat
membutuhkan sarana produksi sebagai prakondisi untuk memulai
pengembangan komoditasnya. Artinya, tanpa sarana produksi tersebut,
petani belum bisa memulai tahapan usaha. Petani membutuhkan
pupuk, pestisida, alat bertani seperti cangkul dan sabit, dan faktor
produksi yang lain.
2. Kelompok Tani
Kelompok tani adalah wadah kolektif sebagai kumpulan sejumlah
petani yang dibentuk atas dasar kesamaan mindset, kepentingan,
kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan
komoditas atau sejumlah komoditas serupa, dan tujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
50
berfungsi sebagai media musyawarah baik informatif dan edukatif di
antara petani dan diharapkan berkontribusi penting dalam
mempercepat proses pembangunan pertanian dan perkebunan.
3. Pemerintah Kabupaten
Pemerintah Kabupaten berperan dalam penyediaan fasilitas publik
yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan. Pemerintah
Kabupaten berkontribusi pada setiap rantai nilai komoditas unggulan
tertentu. Instansi-instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Pertanian,
Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi,
UKM dan Perindustrian, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas
Penanaman Modal Daerah, Dinas Kominfo berpartisipasi dalam
implementasi pengembangan komoditas unggulan.
4. Pedagang
Pedagang merupakan stakeholder yang dominan menentukan harga
dalam rantai usaha komoditas unggulan. Banyak faktor yang menjadi
penyebab situasi ini, antara lain, terkait sistem dan kebijakan tata niaga
yang kurang memadai, kualitas komoditas, ketiadaan organisasi petani,
standar SNI dari produk ikutan sebuah komoditas, dan lain-lain. Dari
tingkat paling bawah (pembeli langsung dari petani dengan sistem door
to door), sedangkan pedagang atau pengepul menentukan harga
dengan memperhatikan kondisi komoditas tersebut. Selanjutnya,
pedagang akan melakukan pengolahan lagi jika ingin mendapatkan
harga yang lebih baik ketika menjual ke pedagang kecamatan atau
pedagang antarpulau. Dalam kondisi tertentu, seringkali pedagang yang
mendapatkan nilai tambah dari pola distribusi dan pemasaran
komoditas unggulan.
5. Lembaga Keuangan Bank
Lembaga keuangan sebenarnya menjadi stakeholder yang mendukung
pengembangan usaha komoditas unggulan terutama dari sisi
permodalan baik bagi petani maupun pedagang. Namun, peran ini
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
51
menjadi tidak signifi kan ketika terjadi benturan antara posisi bank
sebagai lembaga yang mencari keuntungan dengan petani yang tidak
memiliki kepastian dengan keuangan usaha serta ketiadaan
kepemilikan harta yang diperlukan sebagai jaminan kredit. Di satu sisi,
petani enggan mengambil kredit bank karena ketidakpastian hasil
panen mereka, serta pada sisi lain bank tak ingin mengambil resiko.
Meskipun bank memiliki sistem kredit untuk para petani kecil,
keraguan petani untuk mengambil kredit tetap menjadi faktor krusial
yang menghambat. Karena itu, bank membutuhkan “jembatan” yang
bisa menghubungkan mereka dengan para petani.
6. Koperasi
Koperasi membantu alur sarana produksi dan tata niaga. Koperasi
berperan dalam sarana produksi dengan penyediaan input seperti bibit,
pupuk dan pestisida dengan harga kompetitif untuk petani. Dalam tata
niaga pasca produksi, koperasi melalukan pembelian langsung dari
petani dengan harga yang berpihak pada petani. Kebijakan dan standar
harga beli di koperasi umumnya lebih tinggi dari harga pasar atau
pengepul, yang terlebih dahulu ditetapkan aturan main perihal
spesifikasi kualitas agar memperoleh harga beli yang bagus. Selain itu,
koperasi terbukti bisa mengurangi sistem ijon melalui pinjaman dengan
bunga kecil untuk mengatasi kebutuhan harian dan kebutuhan
mendesak yang sering dialami petani.
7. Investor
Pihak investor berperang penting dalam rantai usaha dalam
pengembangan komoditas unggulan pasca panen, termasuk pembinaan
dan pelatihan pengembangan produk-produk ikutan yang memilki nilai
tambah yang tinggi. Selain pengembangan produk ikutan, pelatihan
bahkan juga bertujuan agar terdapat kontinuitas dari produksi petani,
yang pada akhirnya akan menjaga supply komoditas unggulan. Manfaat
bagi investor dari pelatihan ini adalah tidak sulit mencari petani atau
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
52
kelompok tani yang menghasilkan komoditas unggulan dengan kualitas
yang sesuai kebutuhan.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
53
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam kerangka pengembangan PAS aspek potensi lokal baik SDM
maupun SDA dan aspek kelembagaan (kemitraan) menjadi kunci
keberhasilan. Penentuan produk yang akan dikembangkan dan proses
intervensi yang optimal dari berbagai stakeholder selanjutnya akan
membuka peluang bagi masyakarat lokal terutama yang tergolong miskin
untuk dapat meningkatkan perekonomian mereka. Dukungan kebijakan yang
fokus agar pengembangan produk unggulan dapat dikembangkan secara
optimal juga merupakan prasyarat penting. Untuk menjalankan kebijakan
atau strategi, dukungan kelembagaan harus menjadi satu bagian yang tidak
terlepas dari PAS. Kelembagaan yang kuat akan membuat strategi PAS dapat
berjalan dengan baik. Selain itu, dengan dukungan kelembagaan, kemitraan
antar pihak dan stakeholder membuat PAS dapat berjalan dan berhasil
secara optimal.
Sebagai salah satu upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
pendekatan PAS dapat dikatakan “pas” untuk diimplementasikan di
Kabupaten Bantul. Bantul dikenal sebagai wilayah dengan berbagai potensi
yang siap digali dan dikembangkan. Beberapa sentra yang sudah eksis selama
ini menunjukkan keberhasilan pengembangan potensi tersebut.
Permasalahannya adalah bagaimana potensi tersebut dapat secara merata
dikembangkan oleh seluruh penduduk utamanya masyarakat miskin untuk
dapat keluar dari kemiskinannya.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
54
Agar program pengentasan kemiskinan melalui pendekatan PAS dapat
berhasil, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah melakukan pemetaan
potensi wilayah dan kelompok-kelompok usaha yang ada di masing-masing
wilayah, dari usaha dengan skala besar atau yang telah eksis maupun usaha
yang baru saja dirintis dan masih berskala kecil. Selama ini beberapa OPD
yang melakukan pendampingan sudah memiliki data kelompok-kelompok
usaha yang menjadi sasaran program mereka, namun data ini masih sangat
minim dan terbatas. Belum ada data UMKM mana yang sudah masuk kategori
mampu dan yang belum terintervensi.
Setelah dilakukan pemetaan kemudian dilakukan penentuan urutan
prioritas sasaran yang akan diintervensi (per tahun misalnya). Pada bagian di
atas sudah dijelaskan mengenai sinergitas antar OPD dalam melakukan
pendampingan atau intervensi program PAS ini. Setelah ditentukan sasaran
yang akan dikerjakan, kemudian dilakukan penentuan jenis intervensi yang
akan dilakukan pada sasaran yang sudah ditentukan. Langkah selanjutnya
adalah pembagian tugas di antara OPD dan mitra yang lain (jika diperlukan)
dalam menangani atau melakukan pendampingan UMKM.
Agar mekanisme atau model pendampingan yang sinergi ini dapat
terwujud, diperlukan adanya peraturan yang mengikat atau yang menjadi
dasar pelaksanaannya. Pada bagian sebelumnya sudah digambarkan usulan
struktur kelembagaan implementasi program PAS ini. Ada baiknya struktur
tersebut diformalkan dalam sebuah peraturan bupati atau sejenisnya,
dilengkapi dengan penjelasan tupoksi yang khusus berkaitan dengan
implementasi PAS yang bisa jadi berbeda dengan tupoksi lembaga yang ada
selama ini. Setelah mekanisme pendampingan ini berjalan, secara periodic
(misalnya satu semester) perlu dilakukan evaluasi untuk melihat
perkembangan program, kendala yang dihadapi dan bagaimana solusinya.
Evaluasi ini sangat penting untuk melihat efektivitas program yang telah
direncanakan dan diimplementasikan dan untuk menentukan langkah2 yang
perlu diambil ketika menemui kendala dalam implementasi. Untuk tujuan
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
55
tersebut, perlu didakan pertemuan rutin di antara semua stakeholder yang
terlibat dalam program PAS agar dapat memantau perkembangan program.
Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018
57
REFERENSI
Ferrell, O. C., et. al. .2015. Business Ethics: Ethical Decision Making & Cases,
10th Edition. Cengage Learning: United States of America.
Handarkho, Yonathan Dri, F. Anita Herawati, Dhyah Ayu Retno Widyastuti,
Th. Diyah Wulandari, & Pupung Arifin. “Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pemberdayaan Komunitas
Perempuan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus
Kampung CYBER Rt 36 Taman Sari Yogyakarta)”. Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN:
2089-9813 Yogyakarta, 15 Maret 2014
Klapwijk, M. 1997. Rural Clusters in Central Java, Indonesia: An empirical
assessment of their role in rural industrialization. Ph. D. Dissertation,
Tinbergen institute Research Series NO.153, Vrije Universiteit,
Amsterdam
Rika Fatimah, P. L. .2016. Supporting Needs at Different Stages of
Entrepreneur. Mandiri Institute. Indonesia. [Laporan].
Sower, V. E. .2011. Essentials of Quality with Cases and Experiential
Exercises, 1st Edition, John Wiley & Sons, Inc: United States of
America.
Sinaga, Anton Atno Parluhutan. 2017. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Medan”. Jurnal Manajemen dan
Bisnis Vol 17 No. 1 Tahun 2017.
Sulistiyani,Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.
Penerbit Gava Media. Yogyakarta