70

LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 2: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 3: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN

PRODUK ANDALAN SETEMPAT (PAS)

KABUPATEN BANTUL, DIY

Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan

Universitas Gadjah Mada

2018

Page 4: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 5: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan

karuniaNya, pekerjaan dan penulisan laporan akhir Pengembangan Model

Kelembagaan Produk Andalan Setempat (PAS) Kabupaten Bantul, DIY telah

selesai. Laporan ini menyajikan hasil analisis kelembagaan PAS dan

rekomendasi model kelembagaan yang dapat diterapkan untuk mencapai

hasil atau capaian program yang lebih optimal.

Kajian pengembangan kelembagan PAS mutlak diperlukan dalam

rangka menemukan model yang tepat dalam rangka mengawal implementasi

program PAS agar berjalan sesuai dengan konsepnya dan memberikan hasil

seperti yang diharapkan, yaitu mempercepat pengentasan kemiskinan di

Kab. Bantul.

Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih

terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun teknik

penyajian. Terima kasih kepada seluruh jajaran instansi terkait di Kabupaten

Bantul yang telah menyediakan data dan memberikan informasi yang sangat

diperlukan dalam kajian ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita

semua dan khususnya dapat menjadi rujukan dalam Pengembangan

Kelembagaan PAS di Kabupaten Bantul

Bantul, Desember 2018

Tim Penyusun

Page 6: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 7: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Kajian ................................................................................................... 3

1.3 Manfaat kajian ................................................................................................. 3

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................................. 4

1.5 Output Kajian ................................................................................................... 4

BAB 2 BANTUL WILAYAH INDUSTRI ............................................................................. 5

2.1 Aspek Geografi ................................................................................................. 5

2.2 Kependudukan ................................................................................................ 7

2.3 Pendidikan ......................................................................................................... 9

2.4 Ketenagakerjaan ............................................................................................. 9

BAB 3 PRODUK ANDALAN SETEMPAT (PAS) DAN KONSEP

PENGEMBANGAN ................................................................................................... 13

BAB 4 HASIL EVALUASI IMPLEMENTASI PAS ........................................................ 21

4.1 Program Pengembangan Produk Andalan Setempat ................ 21

4.2 Profil Produk Andalan Setempat Kabupaten Bantul .................. 25

4.3 Hasil Evaluasi Implementasi PAS ........................................................ 27

Page 8: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

viii

4.4 Kelayakan versus Kepuasan .................................................................. 29

4.5 Kesimpulan dan Rekomendasi ............................................................. 30

BAB 5 ANALISIS KELEMBAGAAN PAS ........................................................................ 33

5.1 Revitalisasi Pengembangan PAS .......................................................... 34

5.2 Pengembangan Kemitraan Strategis PAS ........................................ 37

5.3 Model Kelembagaan PAS ......................................................................... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................... 53

REFERENSI .................................................................................................................................. 57

Page 9: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan

Kelompok Umur, 2017 ...................................................................................... 8

Tabel 4.1 Kelompok Usaha PAS dan Intervensi Kegiatan

Pemerintah ........................................................................................................... 26

Tabel 4.2 Penilaian Pengembangan PAS .................................................................... 27

Tabel 4.3 Penilaian Perancang Program PAS ........................................................... 28

Tabel 4.4 Head to head antara perancang dan pelaku program

PAS ........................................................................................................................... 29

Tabel 5.1 Peran Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam

Pengembangan PAS ......................................................................................... 36

Page 10: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 11: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul ................................................... 6

Gambar 2.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas

yang Bekerja menurut Sektor Usaha dan Jenis

Kelamin di Kabupaten Bantul ............................................................... 10

Gambar 3.1 Model Tetrapreneur dalam Inovasi Wirausaha

Berkelanjutan ................................................................................................ 16

Gambar 4.1 Bagan Pengembangan PAS ..................................................................... 22

Gambar 5.1 Heksagonal PAS............................................................................................ 34

Gambar 5.1 Bagan Mekanisme kerja tim khusus PAS ......................................... 40

Page 12: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang mendesak dan

memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik,

terpadu dan menyeluruh. Dengan demikian, penanggulangan kemiskinan

merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional mengingat

komposisi penduduk yang beragam status sosial dan ekonomi serta kondisi

geografisnya. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi

kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan

pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian,

pemberian dana bergulir, pembangunan sarana dan prasarana, dan

pendampingan/pemberdayaan masyarakat miskin. Namun demikian, hingga

saat ini masalah kemiskinan belum dapat teratasi secara tuntas.

Di Kabupaten Bantul jumlah penduduk miskin menurut Badan Pusat

Statistik (BPS) masih relative tinggi yaitu mencapai 14,07 persen atau sekitar

130.454 jiwa. Indeks kedalaman kemiskinan di Bantul meningkat dari 2,02

(2016) menjadi 2,21 di 2017. Indeks keparahan kemiskinan juga meningkat

dari 0,41 (2016) menjadi 0,56 (2017). Oleh karenanya pengurangan

kemiskinan selalu menjadi prioritas pembangunan dari waktu ke waktu.

Salah satu strategi penanggulangan kemsikinan di Kab. Bantul adalah upaya

pemberdayaan warga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar dan

meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu bentuk pemberdayaan

Page 13: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

2

masyarakat miskin adalah melalui program Produk Andalan Setempat (PAS).

PAS yang telah diluncurkan sejak Tahun 2013 ini mengajak kepada

masyarakat umumnya dan warga miskin khususnya di Kabupaten Bantul

untuk dapat mengoptimalkan setiap potensi yang ada di lingkungannya. Hal

ini dikarenakan Kabupaten Bantul memiliki banyak potensi baik alam

maupun sumberdaya manusianya yang dapat dikembangkan untuk

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian dan

pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Sesuai dengan Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021, Produk Andalan Setempat merupakan

perwujudan misi ke lima yaitu mewujudkan kesejahteraan masyarakat

difokuskan pada percepatan pengembangan perekonomian rakyat dan

pengentasan kemiskinan. Selain itu PAS juga berhubungan erat dengan

Program Pemerintah Bantul untuk mendorong industri kreatif dikarenakan

Produk Andalan Setempat yang telah ada saat ini hampir keseluruhannya

adalah produk industri kreatif dengan berbagai jenis usaha seperti usaha

Batik Tulis, Sangkar Burung, Tahu Tempe, Jambu Mete, dan lain sebagainya.

Program Pengembangan Produk Andalan Setempat ini merupakan

Program bersama berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang ada di

Kabupaten Bantul. Bappeda yang salah satu tugas pokok dan fungsinya

adalah melaksanakan monitoring dan evaluasi implementasi

program/kegiatan pembangunan, telah melakukan kajian evaluasi

pelaksanaan PAS ini pada bulan Mei sampai dengan Agustus tahun 2018.

Salah satu rekomendasi hasil kajian tersebut adalah “pendampingan”

menjadi prioritas yang pertama untuk segera diatasi dan “standar pemilihan

produk/jasa” perlu dijaga keberlanjutannya. Untuk mewujudkan

pendampingan yang efektif dan berkelanjutan tentunya diperlukan lembaga

pelaksana pendampingan yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang

memadai.

Tentu hal ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya

adalah akan banyak dana yang dapat terakses dan banyaknya program-

Page 14: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

3

program penunjang PAS tetapi sekaligus kekurangannya adalah perlunya

integrasi yang baik antar OPD. Selain itu, dengan banyaknya OPD yang ikut

mendampingi pengembangan PAS seharusnya mampu mengoptimalkan

keseluruhan PAS yang ada di Kabupaten Bantul, akan tetapi di lapangan

masih ditemukan kendala-kendala seperti terbatasnya waktu OPD dalam

pendampingan hingga kurang sinergitas antar OPD pendamping.

Berdasarkan uraian di atas, kajian pengembangan kelembagan PAS

mutlak diperlukan dalam rangka menemukan model yang tepat dalam

rangka mengawal implementasi program PAS agar berjalan sesuai dengan

konsepnya dan memberikan hasil seperti yang diharapkan, yaitu

mempercepat pengentasan kemiskinan di Kab. Bantul.

1.2 Tujuan Kajian

Menganalisa hasil evaluasi implementasi program PAS dan menyusun

model kelembagaan PAS untuk mengawal implementasi dan keberlanjutan

program PAS agar tercapai tujuan utama mengurangi kemiskinan di

Kabupaten Bantul.

1.3 Manfaat kajian

Hasil kajian pengembangan model kelembagaan PAS di Kabupaten

Bantul ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, utamanya bagi

stakeholder atau pengambil kebijakan di Kabupaten Bantul dalam

mewujudkan pelaksanaan program PAS yang lebih baik, terarah dan lebih

terkontrol dari tahun ke tahun. Dengan adanya sumber informasi tersebut

akan memudahkan stakeholder dalam melakukan pengawasan, evaluasi

serta monitoring pelaksanaan aktivitas PAS di Kabupaten Bantul sehingga

diperoleh hasil pembangunan yang lebih optimal.

Page 15: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

4

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Workshop kelembagaan Produk Andalan SetempatRuang Lingkup

Wilayah

Workshop ini bertujuan mendapatkan masukan dan saran terkait

pengembangan kelembagaan PAS sebagai faktor penentu keberhasilan

program PAS dalam upaya mengurangi kemiskinan di Kabupaten

Bantul.

2. Kajian dan analisis terhadap hasil evaluasi PAS, identifikasi

permasalahan atau kendala dalam implementasi PAS serta peluang dan

tantangan yang dihadapi.

3. Penyusunan model kelembagaan yang bertanggungjawab mengawal

implementasi PAS dan menjamin keberlanjutan PAS demi tercapainya

tujuan kesejahteraan warga.

1.5 Output Kajian

Hasil (output) dari pelaksanaan kegiatan ini adalah dokumen model

kelembagaan PAS Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 16: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

5

BAB 2

BANTUL WILAYAH INDUSTRI

2.1 Aspek Geografi

Aspek geografi merupakan salah satu kondisi kewilayahan yang

mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Aspek

geografi memberikan gambaran mengenai karakteristik lokasi dan potensi

pengembangan wilayah. Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 1100

12’34” sampai 1100 31’ 08’’ Bujur Timur dan antara 70 44’ 04’’ sampai 80

00’27’’ Lintang Selatan. Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten

dari 5 Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang

terletak di Pulau Jawa. Bagian utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan

Kabupaten Sleman, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten

Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan

bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Bantul yang luasnya 50.685 Ha terbagi dalam 17 wilayah

kecamatan, yaitu Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro,

Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Banguntapan, Sewon,

Kasihan, Pajangan dan Sedayu. Kecamatan Dlingo merupakan kecamatan

yang mempunyai wilayah paling luas, yaitu 5.587 ha (11,02%) sedangkan

kecamatan dengan wilayah paling sempit adalah Kecamatan Srandakan yaitu

1.832 ha (3,61%).

Selain itu, wilayah Kabupaten Bantul juga terbagi atas 75 desa dan

933 pedukuhan dengan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terletak

Page 17: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

6

di Kecamatan Imogiri, yaitu 8 desa dan 72 pedukuhan. Sementara kecamatan

dengan jumlah desa dan pedukuhan paling sedikit adalah Kecamatan

Srandakan, yaitu 2 desa dan 43 pedukuhan. Berdasarkan klasifikasi wilayah,

desa di Kabupaten Bantul dibagi menjadi desa pedesaan (rural area)

sebanyak 41 desa dan desa perkotaan (urban area) sebanyak 34 desa.

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul

Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi daerah dataran,

daerah perbukitan serta daerah pantai. Satuan fisiografi Kabupaten Bantul

sebagian besar berada pada dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain),

perbukitan di sisi barat dan timur serta fisiografi pantai. Kondisi topografis

ini berpengaruh dalam penentuan sector pengembangan ekonomi wilayah.

Misalnya untuk daerah pantai dapat dikembangkan sector pariwisata dan

tanaman pangan yang cocok untuk daerah tersebut.

Luas lahan di Kabupaten Bantul sebesar 50,685 ha terbagi dalam

beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang terdiri dari pekarangan, sawah,

tegal, dan kebun campur. Dari data penggunaan lahan di Kabupaten Bantul

tahun 2013-2017 menunjukkan bahwa di Kabupaten Bantul terjadi proses

Page 18: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

7

alih fungsi lahan sawah, tegal, dan kebun campur menjadi lahan permukiman

dan lahan lainnya. Adanya alih fungsi lahan sawah, tegal, dan kebun campur

serta hutan menjadi lahan permukiman dan lahan lainnya ini tentunya akan

berdampak pada berkurangnya lahan pertanian, menurunnya produksi

pangan, terancamnya keseimbangan ekosistem, serta banyaknya buruh tani

yang kehilangan pekerjaan yang berakibat pada tingginya angka urbanisasi.

Penduduk yang bertahan di Bantul beralih dari mata pencaharian pertanian

ke sektor industri rumah tangga, perdagangan, dan jasa. Oleh kaenanya pihak

pemerintah Kabupaten Bantul menaruh perhatian khusus pada

pengembangan sektor industri kerajinan dan pengolahan pangan.

2.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Bantul tahun 2017 menurut data

Disdukcapil sebanyak 927.181 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak

462.449 jiwa dan perempuan sebanyak 464.732 jiwa. Perbandingan jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan cukup seimbang.

Berdasarkan kelompok umur, persentase terbesar penduduk Bantul

adalah pada kelompok usia 35 – 39 tahun dan proporsi terkecil pada

kelompok usia 70-74 tahun. Persentase penduduk usia belum produktif (0 –

14 tahun) 21,19 persen, penduduk usia produktif sebanyak 68,06 persen, dan

penduduk tidak produktif sebanyak 9,99 persen. Dengan demikian angka

ketergantungan penduduk Bantul adalah 46,69 yang artinya tiap 100 orang

penduduk usia produktif harus menanggung 46,69 orang penduduk dari

kelompok yang tidak produktif. Angka ketergantungan ini termasuk kategori

tinggi karena lebih dari 41.

Berdasarkan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Bantul

sebagian besar menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga

kepadatan penduduk agraris per wilayah perlu diketahui agar tercapai

akurasi kebijakan. Secara rinci kepadatan penduduk agraris dapat dilihat

pada Gambar 2.7. Kepadatan penduduk agraris adalah angka yang

Page 19: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

8

menunjukkan perbandingan jumlah penduduk pada suatu daerah dengan

luas lahan pertanian yang tersedia. Berdasarkan data kepadatan penduduk

agraris yang ada diketahui bahwa setiap tahun terjadi penyusutan lahan

pertanian yang berdampak pada berkurangnya jumlah produksi pertanian.

Dengan melihat kecenderungan bahwa setiap tahun terjadi pengurangan

lahan pertanian, maka perlu ada upaya-upaya kongkrit agar pemenuhan

kebutuhan dari produk pertanian tetap terjaga serta adanya langkah-langkah

pengamanan lahan pertanian untuk menekan laju penyusutannya.

Penyusutan lahan banyak terjadi di daerah aglomerasi perkotaan seperti di

Sewon, Banguntapan, dan Kasihan. Hal ini banyak disebabkan oleh migrasi

dari kota Yogyakarta dan alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Berdasarkan Kelompok Umur, 2017

No. Kelompok Usia Jumlah %

1 0 – 4 tahun 58.92 6.35

2 5 – 9 tahun 70.557 7.61

3 10 – 14 tahun 66.964 7.22

4 15 – 19 tahun 65.71 7.09

5 20 – 24 tahun 64.096 6.91

6 25 – 29 tahun 64.489 6.96

7 30 – 34 tahun 68.746 7.41

8 35 – 39 tahun 74.094 7.99

9 40 – 44 tahun 60.799 6.56

10 45 – 49 tahun 69.025 7.44

11 50 – 54 tahun 63.492 6.85

12 55 – 59 tahun 57.649 6.22

13 60 – 64 tahun 42.972 4.63

14 65 – 69 tahun 28.941 3.12

15 70 – 74 tahun 21.439 2.31

16 > 75 tahun 42.288 4.56

Jumlah 927.181 100

Sumber: Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 2016 - 2018

Page 20: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

9

2.3 Pendidikan

Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang

dihabiskan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas untuk menempuh semua

jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah di

Kabupaten Bantul dalam kurun waktu empat tahun terakhir terus mengalami

peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa minat penduduk usia 15 tahun ke

atas untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi semakin

meningkat. Angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bantul mengalami

peningkatan, dari 8,72 tahun pada tahun 2013 menjadi 9,2 pada tahun 2017.

Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk di Kabupaten Bantul

bersekolah hanya setingkat SLTP.

Dilihat dari angka partisipasi murni (APM) penduduk usia sekolah,

realisasi APM SD/MI pada tahun 2017 adalah 88,68% lebih tinggi bila

dibandingkan dengan capaian tahun 2016 sebesar 84,10%. Adapun nilai APM

SMP/MTs naik di tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2016. Pada tahun

2016 nilai APM SMP/MTs adalah 66,41%, sedangkan pada tahun 2017

menjadi 76,60%. Untuk SMA/MA/SMK pada tahun 2016 mencapai 65,44%

mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi 66,41%.

Sedangkan untuk APK (angka partisipasi kasar) penduduk usia

sekolah tahun 2017 SMA/MA/SMK sebesar 94,18%, mengalami peningkatan

bila dibandingkan dengan tahun 2016 (sebesar 88,76%), realisasi APK SD/MI

tahun 2017 sebesar 98,20%, menunjukan adanya kenaikan sebesar 0,06%

dari capaian tahun 2015 sebesar 96,12%. APK SMP/MTs tahun 2017 sebesar

99,23%. mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2016 (sebesar

95,00%).

2.4 Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan di Bantul sangat terkait erat dengan

keadaan ekonomi yang berkembang setiap saat. Pertumbuhan ekonomi

Page 21: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

10

terkait erat terhadap dunia usaha, bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup

tinggi akan berpengaruh pada terciptanya iklim usaha yang kondusif, yaitu

melalui investasi yang ditanamkan oleh para investor, sehingga akhirnya

akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja sebaliknya menurunnya

pertumbuhan ekonomi juga akan berdampak negatif terhadap bidang

ketenagakerjaan.

Tingkat pengangguran di Bantul menunjukkan bahwa secara

proporsional meningkat dari 2,57% pada tahun 2014 menjadi 3,12% tahun

2017. Penanganan pengangguran terbuka (open unemployment) merupakan

masalah yang serius dan harus segera dipecahkan bersama baik antara pihak

pemerintah dan swasta, maupun antar instansi pemerintah. Dalam hal ini

pemerintah mempunyai peranan sangat penting yaitu disamping sebagai

penggerak, pemerintah juga ikut serta menciptakan perluasan kesempatan

kerja dan penanganan masalah pengurangan pengangguran.

Gambar 2.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Sektor Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bantul

Sumber: Sakernas 2017

Pembangunan bidang ketenagakerjaan bertujuan untuk menyediakan

lapangan kerja dan lapangan usaha bagi angkatan kerja untuk memperoleh

Page 22: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

11

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan harapan

jumlah penganggur dan setengah penganggur dapat ditekan atau diperkecil.

Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat

menciptakan kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap pertambahan

angkatan kerja tersebut. Kesempatan kerja merupakan hubungan antara

angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja, sedangkan

rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang

bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.

Page 23: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 24: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

13

BAB 3

PRODUK ANDALAN SETEMPAT (PAS)

DAN KONSEP PENGEMBANGAN

Kegiatan pengembangan atau pemberdayaan ekonomi yang berbasis

potensi lokal saat ini lebih dikenal dengan istilah Pengembangan Ekonomi

Lokal (PEL) telah tercantum dalam program pembangunan RPJPN 2000-

2025. Dimana disana disebutkan bahwa pembangunan bidang UKM, secara

eksplisit ditujukan pada upaya untuk mewujudkan bangsa yang berdaya

saing dalam rangka memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi

dan berdaya saing global (Hariyoga, 2007). PEL pada hakekatnya merupakan

proses kemitraan antara pemerintah daerah dengan peran stakeholders

termasuk sektor swasta dalam mengelola sumber daya alam dan sumber

daya manusia maupun kelembagaan secara lebih baik melalui pola kemitraan

dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah dan

menciptakan pekerjaan baru.

Program PEL di Bantul sudah dilakukan ketika Bantul mengalami

bencana gempa bumi. Program tersebut dimaksudkan untuk recovery kondisi

social ekonomi masyarakat yang bisa dikatakan lumpuh akibat bencana

tersebut. Sampai saat ini program tersebut dapat dirasakan manfaatnya

dengan pulihnya perekonomian di Bantul. Namun demikian seperti pada

bagian pendahuluan disebutkan, hingga saat ini kemiskinan di Bantul masih

cukup tinggi. Oleh karenanya melalui Bappeda Bantul, pemerintah

Kabupaten Bantul mencanangkan program unggulan untuk pemberdayaan

masyarakat miskin melalui Produk Andalan Setempat (PAS).

Page 25: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

14

Program Produk Andalan Setempat (PAS) merupakan program

pemberdayaan masyarakat kurang mampu untuk dapat meningkatkan

perekonomiannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada pada

setiap wilayah. Program PAS ini dikawal oleh beberapa SKPD yang ada di

Kabupaten Bantul, yang berada dibawah sebuah Tim yang disebut TKPK

(Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan).

PAS yang telah diimplementasikan sejak tahun 2013 ini mengajak

masyarakat umumnya dan warga miskin khususnya untuk dapat

mengoptimalkan setiap potensi yang ada di sekitarnya. Bantul memiliki

banyak potensi yang dapat dikembangkan, baik potensi keindahan alam,

hasil bumi, maupun sumberdaya manusia nya yang memiliki kreativitas

tinggi. Sesuai dengan Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Kabupaten Bantul tahun 2016-2021, Produk Andalan Setempat (PAS)

merupakan perwujudan misi kelima yaitu mewujudkan kesejahteraan

masyarakat difokuskan pada percepatan pengembangan perekonomian

rakyat dan pengentasan kemiskinan. Selain itu PAS juga berhubungan erat

dengan Program Pemerintah Kabupaten Bantul untuk mendorong industry

kreatif dikarenakan PAS yang ada saat ini hampir semuanya adalah produk

industri kreatif, seperti usaha batik, sangkar burung, tahu, tempe, jambu

mete, dsb.

Dalam pelaksanaan program PAS di Kabupaten Bantul dapat

dikatakan tidak sepenuhnya berjalan optimal sesuai dengan yang

diharapkan. Menurut informasi dari Analis Pemberdayaan Masyarakat

BAPPEDA & Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Bantul

menyatakan:“Secara umum program PAS belum berjalan optimal. Terdapat

beberapa kendala implementasi seperti belum siapnya SDM untuk diajak

berkembang, tingginya persaingan pasar di dalam menjual hasil produk, dan

lemahnya sinergitas dari setiap SKPD. Dengan kata lain tingkat keberhasilan

pelaksanaan program PAS di Kabupaten Bantul selama ini sangat di

pengaruhi oleh kualitas SDM kelompok sasaran, persaingan pasar dan

sinergitas SKPD yang mengampu program PAS.

Page 26: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

15

Sesuai dengan RPJMD Kabupaten Bantul 2016-2021, strategi yang

ditempuh untuk pengembangan perekonomian rakyat adalah akselerasi

pengembangan industry kreatif dengan arah kebijakan: (1) meningkatkan

kualitas produk; (2) meningkatkan kualitas SDM; dan (3) meningkatkan

kualitas kelembagaan UMKM kreatif yang akan mendorong pemerintah dan

masyarakat memanfaatkan berbagai peluang kerja yang pada gilirannya akan

mengurangi pengangguran.

Ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya

pada kebijakan “endogenous development" mendayagunakan potensi sumber

daya manusia, institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan

kepada inovasi wirausaha berkelanjutan. Salah satu bentuk inovasi

wirausaha berkelanjutan adalah model penciptaan gerakan wirausaha

berkelanjutan berbasis empat pendekatan holistik (tetrapreneur) (Rika

Fatimah, P.L., 20161). Keempat pendekatan tersebut adalah rantai wirausaha,

pasar wirausaha, kualitas wirausaha, dan merek wirausaha (Gambar 3.1).

a. Rantai wirausaha menggambarkan kondisi kewirausahaan dengan

melibatkan semua pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak

langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan (rantai pasokan).

b. Pasar wirausaha adalah sudut pandang inovatif untuk mengidentifikasi

kebutuhan pengusaha di setiap tahap dengan memproyeksikan

aktivitas pasar yang memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan

konsumen, yang tidak terbatas hanya bagi mereka yang berinteraksi

langsung atau membeli produk/jasa namun juga pemangku

kepentingan lain yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, wirausaha

diharapkan mampu menghasilkan produk yang berkualitas, beroperasi

secara efisien, dan bertanggung jawab secara sosial dan etis dalam

berurusan dengan berbagai kelompok kepentingan, yaitu konsumen,

1 Rika Fatimah, P. L. (2016). Supporting Needs at Different Stages of Entrepreneur. Mandiri

Institute. Indonesia. [Laporan].

Page 27: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

16

karyawan, investor, regulator pemerintah, dan masyarakat (Ferrel,

et.all, 2015)2.

c. Kualitas wirausaha adalah pendekatan kualitas (Sower, 20113) untuk

memberikan rekomendasi praktis bagi wirausaha untuk memuaskan

kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Hal ini berarti

wirausaha diharapkan tidak hanya menghasilkan produk yang

berkualitas, tapi sekaligus diarahkan untuk menghasilkan produk yang

berkelanjutan.

d. Merek wirausaha adalah strategi asosiasi untuk mendorong

pertumbuhan wirausaha agar produk yang dihasilkan memeroleh

posisi strategis di pasar. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan nilai merek (benchmarking). Dalam tahapan ini, juga

menetapkan pemangku kepentingan yang bertanggung jawab secara

khas untuk memperkuat posisi strategis di pasar, mempertahankan

siklus hidup dan kemampuan yang kompatibel untuk bersaing dan

berkolaborasi melalu praktik terbaik global.

Gambar 3.1 Model Tetrapreneur dalam Inovasi Wirausaha Berkelanjutan

Sumber: Rika Fatimah, P.L. (2016)

2 Ferrell, O. C., et. al. (2015). Business Ethics: Ethical Decision Making & Cases, 10th Edition.

Cengage Learning: United States of America. 3 Sower, V. E. (2011). Essentials of Quality with Cases and Experiential Exercises, 1st Edition,

John Wiley & Sons, Inc: United States of America.

Page 28: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

17

Model tetrapreneur memiliki tujuan untuk menciptakan sistem

ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan. Adanya pasar, kualitas, dan merek

dalam wirausaha menunjukkan bahwa konsep ini mengedepankan semangat

pemberdayaan yang diarahkan agar pengusaha dapat secara mandiri

menciptakan pasar, kualitas, dan merek dagangnya sendiri, yang pada

akhirnya akan berdampak kepada rantai wirausaha. Apabila rantai usaha ini

dapat dilakukan secara masif, maka akan terjadi keberlanjutan atau

sustainability. Konsep dan semangat ini senada dengan program PAS yang

berusaha tidak hanya memberikan pemberdayaan namun juga mengawal

masyarakat agar dapat berdikari di dalam menjalankan usaha dagangnya,

baik di sektor produk ataupun jasa.

Model tetrapreneur ini sudah diadopsi pemerintah Provinsi DIY dalam

rangka mengentaskan kemiskinan dan menurunkan tingkat kesenjangan

yang masih cukup tinggi di DIY. Melalui Program Global Gotong Royong

(G2R) Tetrapreneur Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X bekerja

sama dengan UGM dalam upaya mengentaskan kemiskinan yang ada di DIY.

Model G2R Tetrapreneur yang mengawinkan budaya gotong royong dengan

daya kewirausahaan dan potensi daerah ini akan mampu mendorong

perkembangan ekonomi dan terwujudnya pemerataan ekonomi bagi

masyarakat sehingga lebih menjamin setiap warga dapat hidup layak.

Konsep tetrapreneur dengan 4 rantai tersebut dapat mendukung

implementasi program PAS yang menjadi salah satu strategi peningkatan

kesejahteraan yang tertuang dalam quick-win Kabupaten Bantul.

Sebagaimana diketahui Kabupaten Bantul memiliki rancangan prioritas

pembangunan daerah sesuai dengan visi dan misi bupati terpilih yaitu

“terwujudnya masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat, cerdas, dan

sejahtera berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan

dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang meliputi 8

aspek yaitu:

1. Peningkatan akses dan mutu pendidikan

2. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan

Page 29: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

18

3. Peningkatan daya saing dan investasi daerah

4. Pemantapan ketahanan pangan

5. Peningkatan pemberdayaan warga miskin

6. Peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur

7. Peningkatan kualitas permukiman, dan

8. Percepatan pengembangan kawasan pesisir dan mitigasi bencana

Untuk mendukung prioritas pembangunan tersebut di atas Bupati

Bantul mencanangkan Program Quick Win Bantul Smart City . Program ini

mencakup:

1. Bantul bersih menuju Universal Access meliputi (a) Bantul bersih

sampah, (b) Bebas kawasan kumuh, (c) Pelayanan air bersih 100%.

2. Universal coverage pelayanan kesehatan

3. Bantul smart city

4. Percepatan pembangunan kawasan pantai selatan (PANSELA)

5. Pengembangan produk andalan setempat (PAS)

6. Bantul bebas anak putus sekolah sembilan tahun (WAJAR 9 tahun)

Menurut Prof Rika Fatimah PL ST MSc PhD sebagai konseptor model

G2R Tetrapreneur, perubahan pada industri Usaha Kecil Menengah (UKM)

harus dilakukan secara komprehensif, tidak bisa hanya mendorong pelaku

usahanya, namun pasarnya dibiarkan. “Pasar perlu juga dididik untuk

menyeimbangkan supply dan demand”. Sebagai langkah awal konsep ini

telah diterapkan di Desa Girirejo dan Wukirsari, Imogiri Bantul yang

notabene masyarakatnya memiliki usaha di bidang kerajinan batik. Saat ini

sudah masuk pada tahap Tetra 2 dimana sebanyak 7 mitra G2R Tetrapreneur

yaitu Harley Davidson Club Indoenesia (HDCI) Pengcab Bantul; Yayasan

Silaturahmi dan Sosial Cendekia (S2C); Badan Koordinasi Organisasi Wanita

(BKOW) DIY; Jogja City Mall (JCM); Royal Ambarukmo Hotel; Pamela

Swalayan; dan Parsley Bakery telah berkomitmen sebagai mitra G2R

Page 30: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

19

Tetrapreneur. Tahap 2 G2R Tetrapreneur memberi ruang untuk usaha

masyarakat didampingi secara menyeluruh untuk memasuki pasar, salah

satunya dengan menggandeng mitra-mitra industri,

Model inovasi kemitraan dalam G2R diwujudkan dalam berbagai

kegiatan seperti penyediaan pasar berbasis tanpa-kompetesi (non-

competition market), pengembangan produk, pendampingan dan kerjasama

kemitraan lainnya. Salah satunya pendampingan komersialisasi produk oleh

Yayasan Silaturahmi & Sosial Cendekia (S2C) serta pengembangan produk

oleh Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Pengcab Bantul. Kemitraan

HDCI berupa pengadaan 'Jelajah Wisata Bantul' yang juga merupakan

program kerja pertama untuk HDCI Bantul periode ini.

Jelajah Wisata Bantul tersebut merupakan perwujudan visi misi HDCI

untuk mempromosikan dan memajukan pariwisata Indonesia. Event ini

melibatkan lintas komunitas motor yang bersama-sama mengunjungi

berbagai obyek wisata di Bantul dengan end point di desa G2R Tetrapreneur

Wukirsari dan Girirejo, Imogiri, Bantul. Harapannya kegiatan Jelajah Wisata

ini tidak hanya bermanfaat bagi kedua desa binaan namun juga memberikan

dampak pada masyarakat luas di Bantul terutama pada bidang wisata serta

fasilitas pendukungnya seperti aspek kuliner, kerajinan, suvenir dan

sebagainya.

Di sisi lain untuk menunjang program Bantul Smart City sangat

dibutuhkan pemahaman, kemampuan, dan penguasaan dalam bidang IT.

Pada era globalisasi ini sangat dibutuhkan peran teknologi informasi dan

komunikasi (information and communication technology atau disingkat ICT)

dalam mendukung upaya peningkatan ekonomi local atau dalam

implementasi program PAS di Bantul. ICT di Indonesia mengalami

perkembangan yang cukup pesat dengan ditandai semakin banyaknya

pengguna ICT dalam berbagai aktivitas. Namun sayangnya sejauh ini

pemanfaatan ICT lebih banyak untuk konsumsi dan belum berdampak secara

optimal pada upaya memberdayakan diri maupun masyarakat secara lebih

luas.

Page 31: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

20

Program-program pemberdayaan masyarakat di Indonesia, baik yang

dilakukan oleh pemerintah, perguruan tinggi, maupun kelompok bisnis

masih banyak dilaksanakan secara konvensional. Belum banyak lembaga

yang memanfaatkan ICT dalam pengembangan program pemberdayaan

masyarakat. Oleh karenanya perlu dorongan atau dukungan pemanfaatan

information and communication technology (ICT) digital untuk

mengembangkan model pemberdayaan yang bersifat integratif, lintas sektor,

lintas wilayah, massal, dan berkelanjutan. Studi Chew menyimpulkan bahwa

pemanfaatan ICT berbanding lurus dengan pertumbuhan usaha mikro

masyarakat di Asia Tenggara. (Joseph, 2011 dalam Handarkho, dkk 20144).

Artinya, pertumbuhan usaha mikro tersebut berelasi dengan tingkat

pemanfaatan ICT oleh para pelaku usaha.

4 Handarkho, Yonathan Dri, F. Anita Herawati, Dhyah Ayu Retno Widyastuti, Th. Diyah

Wulandari, & Pupung Arifin. “Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pemberdayaan Komunitas Perempuan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kampung CYBER Rt 36 Taman Sari Yogyakarta)”. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN: 2089-9813 Yogyakarta, 15 Maret 2014

Page 32: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

21

BAB 4

HASIL EVALUASI IMPLEMENTASI PAS

4.1 Program Pengembangan Produk Andalan Setempat

Produk Andalan Setempat (PAS) adalah istilah lain dari program One

Village One Product (OVOP) yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan

kemiskinan di Kabupaten Bantul yang saat ini masih relative tinggi (14,07

persen). Pemerintah Kabupaten Bantul berupaya menekan angka kemiskinan

di wilayah Bantul 1,3 persen tiap tahunnya. Program PAS bertujuan untuk

menjadikan masyarakat Bantul yang sejahtera melalui pengembangan

potensi lokal yang ada di berbagai desa melalui empat komponen yaitu

Pemberdayaan, Produksi, Pemasaran, dan Produktifitas yang melibatkan

OPD sebagai perancang Program dan Kegiatan serta masyarakat sebagai

pelaku Program PAS.

Pada dasarnya program PAS di kabupaten Bantul merupakan program

yang dilakukan untuk memberikan kesadaran akan potensi dan kekayaan

yang dimiliki oleh setiap daerah sehingga dengan usaha pengembangan

potensi tersebut nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat

setempat serta meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan masyarakat

terhadap produk-produk lokal yang ada pada setiap daerah Kabupaten

Bantul. Produk-produk lokal seperti kerajinan, olahan pangan lokal, sandang

maupun potensi kekayaan alam sebagai tujuan wisata yang sudah ada akan

digali dan dikembangkan melalui program PAS guna meningkatkan nilai dari

berbagai produk lokal tersebut sehingga mampu untuk bersaing di pasar.

Page 33: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

22

Gambar 4.1 Bagan Pengembangan PAS

Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS

Dalam mencapai tujuan dari pelaksanaan PAS ini terdapat beberapa

tahapan yang harus dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Menyiapkan worksheet verifikasi dan evaluasi

Sebelum melaksanakan program, OPD Pengampu program PAS terlebih

dahulu membentuk suatu worksheet dengan menentukan indikator-

indikator didalam melaksanakan program. Penentuan indikator ini

dilakukan supaya didalam pelaksanaan program dapat berjalan dengan

baik terhadap sasaran dari Program PAS.

2. Kajian Proposal

Pada program PAS ini pihak kecamatan atau kelompok usaha terlebih

dahulu harus menyusun proposal berdasarkan hasil identifikasi potensi

yang ada di wilayahnya. Proposal tersebut kemudian di serahkan ke

BAPPEDA Kabupaten Bantul dalam hal ini pada bagian Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK). untuk menjadi bahan dalam

penyusunan program. Setelah dilakukan verifikasi oleh Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) kemudian hasil verifikasi tersebut

diserahkan kepada OPD terkait yang menjadi pengampu masing-masing

program sesuai dengan program yang diusulkan di dalam proposal.

Page 34: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

23

3. Verifikasi Lapangan

Berdasarkan hasil dari pembentukan worksheet dan kajian proposal

kemudian pihak OPD yang ditunjuk sebagai pengampu program akan

melakukan veifikasi lapangan untuk melihat kesesuaian dari data-data

terkait program PAS yang akan dijalankan.

4. Penilaian Kelayakan Sasaran Program

Penilaian kelayakan sasaran program dilakukan untuk mengetahui

bentuk-bentuk intervensi yang akan dilakukan terhadap kelompok-

kelompok sasaran dalam program PAS tersebut

5. Penetapan Lokasi

Penetapan lokasi utama program dilakukan supaya memiliki

kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan yang akan menjadi ciri dari

daerah yang telah diusulkan.

6. Intervensi Kegiatan

Intervensi kegiatan dibentuk berdasarkan proposal yang telah diajukan

serta hasil tinjauan lapangan yang telah dilakukan oleh OPD selaku

pengampu program PAS.

7. Monitoring dan Evaluasi

Didalam melihat dan mengontrol kegiatan PAS tersebut, dilakukan

proses monitoring dan evaluasi dari setiap tahapan kegiatan program.

Monitoring dan Evaluasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana

keberlangsungan dari pelaksanaan program.

8. Penilaian Keberhasilan

Penilaian keberhasilan program akan dilakukan pada tahapan terakhir

pelaksanaan program. Hai ini dilakukan untuk melihat tingkat

keberhasilan dari program yang telah dijalankan oleh OPD pengampu

program.

Page 35: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

24

Keberhasilan implementasi PAS dipengaruhi oleh berbagai factor

sebagai berikut:

a. Infrastruktur

Ketersediaan fasilitas yang mendukung pelaku-pelaku ekonomi kreatif,

sarana prasarana: jalan, internet, market place, balai pelatihan.

b. Aktivitas/program

Ketersediaan kegiatan/program yang mendukung pelaku ekonomi

kreatif. Karakteristik kluster/kawasan, ketersediaan pelatihan yang

mendukung program ekonomi kreatif

c. Manajemen:

struktur organisasi, penelitian dan pengembangan, badan hukum,

koperasi

d. Sistem distribusi dan pemasaran

Ketersediaan jaringan untuk mendistribusikan dan memasarkan

e. Replikasi dan duplikasi

Kemampuan penyebarluasan dan produksi ulang.

f. Inovasi (Riset & Development)

Kemampuan untuk mengolah potensi yang ada guna meningkatkan

produktivitas dan daya saing.

g. Nilai ekonomi

Kemampuan untuk peningkatan produktivitas dan laju ekonomi.

h. Insentif (fasilitasi dan kemudahan berusaha), lembaga permodalan,

subsidi pemerintah

i. Sistem keterkaitam (linkage system)

Tenaga kerja, bahan baku, peralatan/ teknologi, nilai produksi,

pemasaran.

Page 36: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

25

4.2 Profil Produk Andalan Setempat Kabupaten Bantul

Secara garis besar potensi PAS yang ada di Kabupaten Bantul dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu industri kerajinan, pengolahan pangan, dan

potensi alam (daerah wisata). Kelompok industry kerajinan yang

berkembang di Bantul memiliki sejarah panjang sehingga saat ini beragam

jenis kerajinan menjadi produk andalan Bantul. Berbagai hasil industry

kerajinan tersebut bahkan sudah mendunia, seperti kerajinan gerabah

Kasongan, kerajinan tatah sungging untuk wayang kulit, topeng, batik,

kerajinan kulit (tas, sepatu, jaket, dll). Selain itu di Bantul juga berkembang

industry kerajinan dari bamboo, kayu, dan patung dari batu.

Potensi hasil bumi di wilayah Bantul juga telah dapat dioleh oleh

warga sehingga menjadi bahan makan yang memiilki nilai jual lebih tinggi

dibandingkan nilai jual bahan mentahnya, seperti olahan emping mlinjo, ubi-

ubian, jambu mete, tahu tempe, markisa, sagu, dll. Selain mengolah hasil

bumi, Bantul juga terkenal dengan kuliner khas yang sangat menarik bagi

wisatawan, seperti gudeg manggar, ayam ingkung, mie lethek, dan sate

klathak. Kuliner ini tidak pernah terlewatkan oleh para wisatawan yang

berkunjung ke Bantul.

Selain kerajinan membatik yang sudah turun temurun dilakukan oleh

warga Bantul, pada perkembangannya hasil industry ini dikembangkan

menjadi produk fesyen yang siap pakai, sehingga nilai jual kain batik menjadi

meningkat karena sudah menjadi produk siap pakai. Hasil berbagai kerajinan

dan kuliner ini sangat menunjang potensi wisata yang ada di Bantul. Lokasi-

lokasi wisata yang ada sekaligus menjadi tempat pemasaran hasil industri ini,

di samping pemasaran yang dilakukan di luar wilayah bahkan sampai ke luar

negri (ekspor).

Intervensi program untuk pengembangan usaha yang dilakukan

pemerintah Kabupaten Bantul telah dilakukan berdasarkan usulan dari

bawah yaitu dari kelompok atau pelaku usaha. Beberapa jenis intervensi

kegiatan pada masing-masing kelompok usaha dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Page 37: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

26

Tabel 4.1 Kelompok Usaha PAS dan Intervensi Kegiatan Pemerintah

No Nama Kelompok dan Jenis Usaha Alamat Intervensi Kegiatan

1 SAKA WANODYA (Batik Tulis)

Kalangan, Bangunjiwo, Kasihan

1. Pelatihan Desain (penggunaan Pewarna Alami)

2. Peralatan Membatik, Kompor listrik, kompor Jos

3. Pelatihan Manajemen

4. Networking

2 SAKA PEKSI (Sangkar Burung)

Bangunjiwo, Kasihan

1. Pelatihan Pengembangan Desain

2. Peralatan mesin Jig Saw dan Bubut

3. Pelatihan Manajemen

4. Networking

3 GUYUP RUKUN (Tahu Tempe)

Gunungan, Pleret, Pleret

1. AMT

2. Kelembagaan

3. Pelatihan Teknis Produksi

4. Pelatihan Manajemen

5. Networking

4 NGUDI KOYO (Jambu Mete)

Kalidadap I, Selopamioro, Imogiri

1. Penguatan Kelembagaan

2. Pelatihan Teknis Produksi

3. Pelatihan Manajemen

4. Networking

5 AL BASITH (Kasur Bantal)

Tegal Kembang, Imogiri

1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)

2. Pengembangan Desain

3. Networking

6 BATIK MUSA (Batik Tulis)

Tandan, Bangunharjo, Sewon, Bantul

1. Penguatan Kelembagaan

2. Networking

7 TAMAN MOJO (Markisa)

Karangtengah, Imogiri,

1. Pemasaran

2.Manajemen

3.Pelatihan Teknis dan alat

8 ANDAYANI (Keripik Sagu)

Sungapan. Sriharjo, Imogiri

1. Penguatan Kelembagaan

2. P-IRT

3. Kemasan

4. Networking

9 KARYA PERSADA (Kerajinan Tangan)

Kaliberot, Argomulyo, Sedayu

1. Penguatan Kelembagaan

2. Pelatihan Kemasan

3. Networking

10 MEKAR SARI (Jamu Gendong)

Kiringan, Canden, Jetis

1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)

2. P-IRT

3. Kemasan

4. Networking

11

PRINGGO MAKMUR (Tembaga dan Kuningan)

Pringgolayan, Banguntapan

1.Pengembangan Desain

2. Peralatan, Bor duduk, Kompresor,Grinda, Spuyer, Tabung Gas

3. Networking

12 TKPK dusun pandeyan (Emping Minjo)

Pandeyan, Srimulyo, Piyungan

1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)

2. P-IRT

3. Kemasan

4. Networking

13 GESEUBER KM (Olah Ubi Jalar)

Wonoroto, Gadingsari, Sanden

1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/administrasi)

2. Kemasan

3. Peralatan Mesin Giling Tepung dan Pengering

4. Networking

14 Sol Sepatu Kowen II, Timbulharjo, Sewon

1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/ administrasi)

2. Pelatihan Teknis dan Peralatan

3. Pemasaran

15 Mas Panji (Kipas)

Jipangan, Bangunjiwo, Kasihan

1. Penguatan Kelembagaan (manajemen/ administrasi)

2. Pelatihan teknis dan Peralatan

3. Pemasaran

Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS

Page 38: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

27

4.3 Hasil Evaluasi Implementasi PAS

Evaluasi PAS dilakukan kepada Pelaku PAS yaitu masyarakat di

Kabupaten Bantul, dan Perancang Program PAS yaitu Pegawai Negeri Sipil

yang bekerja pada berbagai SKPD/OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Bantul pada tahun 2018. Sampel pelaku PAS mencakup seluruh kecamatan

yang ada di Kabupaten Bantul yaitu 17 Kecamatan yang diwakili oleh 36 desa

terpilih. Sedangkan dari perancang Program PAS diwakili oleh 5 OPD yang

terkait langsung dengan PAS yaitu Dinas Perhubungan, Dinas Koperasi

UMKM dan Industri, Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata, dan Dinas Sosial.

Profil pelaku Program PAS Pria berjumlah 19 orang dan Wanita 17

orang. Sebagian besar (32) orang berumur antara 36-55 tahun, sisanya 1

orang berumur 26-35, dan 2 orang berumur 56-65 tahun. Pelaku Program

PAS terbanyak di Kecamatan Imogiri (4), Produk dominan Makanan dan

Minuman dengan penyerapan tenaga kerja lebih dari 600 orang. Pelaku PAS

yang menyatakan usahanya berbadan hukum mendekati separuh dan

dominan menyatakan tidak atau belum pernah melakukan ekspor.

Tabel 4.2 Penilaian Pengembangan PAS

No Variabel Skor Makna

1 Pemberdayaan 2.8 Baik

2 Produk 3.5 Sangat Baik

3 Pemasaran 2.7 Baik

4 Produktivitas 2.9 Baik

Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa “Produk” PAS di Kabupaten Bantul

mempunyai skor 3.5 artinya produk PAS sudah sangat baik namun tidak

terdukung “Pemasaran” yang mendapat skor terendah (2.7).

“Pemberdayaan” pelaku PAS juga perlu ditingkatkan (2.8) karena sebenarnya

“Produktivitas” pelaku PAS di Kabupaten mempunyai skor lebih tinggi (2.9).

Page 39: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

28

Kami percaya jika pemberdayaan masyarakat meningkat maka akan

menaikan produktivitas. (Tabel 4.2).

Penilaian dari lima eksekutif OPD dominan (4 dari 5) menyatakan

bahwa Perancangan Program PAS sudah sangat baik hanya Dinas Pariwisata

yang memberi skor 3 walaupun masih bermakna baik atas perancangan

program PAS yang disampaikan kepada masyarakat Kabupaten Bantul agar

terwujud masyarakat sejahtera. (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Penilaian Perancang Program PAS

No OPD Skor Makna

1 DISHUB 4 Sangat Baik

2 DISKOPUMKMIND 3.5 Sangat Baik

3 DISBUD 3.4 Sangat Baik

4 DISPAR 3 Baik

5 DINSOS P3 3.5 Sangat Baik

Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS

Terkait potensi ekonomi masyarakat, hasil kajian memperlihatkan

potensi PAS mendapat skor 3 (baik) dengan kualitas produk mendapat skor

3.5 (sangat baik). Artinya potensi ekonomi masyarakat mempunyai peluang

positif jika tiga variabel yang lain yaitu pemberdayaan, produktifitas dan

pemasaran bisa ditingkatkan sesuai dengan regulasi terkait misal

Permendagri Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengembangan Produk

Unggulan, bahwa untuk menjamin tercapainya sasaran pengembangan

produk unggulan daerah perlu didukung dengan peningkatan kapasitas

kelembagaan daerah yang mandiri dan tangguh serta menuangkan

pengembangan produk unggulan daerah dalam dokumen perencanaan

daerah.

Yang masih menjadi permasalahan bagi sebagian besar pelaku PAS

adalah “pemasaran”. Sebetulnya “produk” yang dihasilkan sudah sangat baik

Page 40: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

29

namun terkendala dalam hal pemasaran. Kedepannya, jika Pemkab Bantul

berhasil mengatasi permasalahan pemasaran dan produk menjadi sangat

diminati pasar maka produktivitas akan dapat lebih ditingkatkan.

4.4 Kelayakan versus Kepuasan

Dalam banyak hal masih terdapat “gap” antara perancang Program

PAS dan pelaku Program PAS yang bisa diartikan belum terakomodasinya

kebutuhan pelaku Program PAS (table 4.4) .Sesuai tugas pokok dan fungsi

maka setiap OPD akan merancang Rencana Kerja Tahunan yang diturunkan

dari RPJMD agar semua Visi dan Misi terlaksana dengan baik. Di bawah ini

terlihat hasil “head to head” antara perancang dan pelaku program PAS serta

“gap” diantaranya

Tabel 4.4 Head to head antara perancang dan pelaku program PAS

Sumber: Bappeda Bantul, Kajian Pengembangan PAS

Interpretasi angka “gap”dari masing-masing aktivitas dalam tabel 4.4:

1. Aktivitas terkait “Prosedur kegiatan” mendapat skor (-0.60), artinya

pelaku PAS relative sangat tidak puas, aktivitas ini cukup mendesak

untuk ditingkatkan.

Page 41: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

30

2. Aktivitas terkait “Kriteria kegiatan” mendapat skor (-0.40), artinya

pelaku PAS relative tidak puas, aktivitas ini perlu ditingkatkan.

3. Aktivitas terkait “Prosedur pemilihan produk/jasa” mendapat skor

(0.20), artinya pelaku PAS cukup puas, Pemkab Bantu perlu menjaga

keberlanjutan aktivitas ini.

4. Aktivitas terkait “Prosedur investasi” mendapat skor (-0.20), artinya

pelaku PAS relative tidak cukup puas, aktivitas ini perlu pembenahan

kecil.

5. Aktivitas terkait “Insentif investasi” mendapat skor (-0.40), artinya

pelaku PAS relative tidak puas, aktivitas ini perlu ditingkatkan.

6. Aktivitas terkait “Pendampingan” mendapat skor (-0.80), artinya pelaku

PAS secara relative amat sangat tidak puas, aktivitas ini sangat

mendesak untuk ditingkatkan.

7. Aktivitas terkait “Fasilitasi SDM” mendapat skor (-0.68), artinya pelaku

PAS secara relative agak tidak sangat puas, aktivitas ini agak sangat

mendesak untuk ditingkatkan.

8. Aktivitas terkait “Evaluasi” mendapat skor (-0.1), artinya pelaku PAS

secara relative sedikit kurang puas, aktivitas ini perlu pembenahan

sedikit.

4.5 Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil evaluasi program PAS, nilai atau skor empat

komponen program yaitu Produk, Produktivitas, Pemberdayaan, dan

Pemasaran meskipun rata-rata baik dengan skor 3, namun skor sangat baik

yang hanya pada “produk” yaitu 3,5. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena dari

delapan komponen kelayakan yaitu prosedur kegiatan, prosedur investasi,

kemudahan investasi, kriteria kegiatan, standar pemilihan produk/jasa,

pendampingan, fasilitasi SDM, dan Evaluasi hanya satu yang “layak” yaitu

“standar pemilihan produk/jasa”.

Page 42: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

31

Oleh karena itu masih perlu diupayakan berbagai langkah perbaikan

yang didukung adanya kebijakan dalam beberapa hal dengan urutan prioritas

sebagai berikut.

1. Pendampingan

2. Fasilitasi SDM

3. Prosedur kegiatan

4. Kemudahan investasi dan kriteria kegiatan

5. Prosedur investasi

6. Evaluasi

7. Standar pemilihan produk/jasa

Strategi yang dapat dilakukan untuk upaya tersebut antara lain

sebagai berikut.

1. Melakukan pencermatan dan bekerjasama dengan para pemangku

kepentingan untuk meningkatkan pendampingan dan fasilitasi

kerjasama dengan mitra-mitra agar pemasaran produk meningkat.

2. Meningkatkan dan menjaga momentum investasi.

3. Meningkatkan hubungan dua arah (interaksi) antara OPD dengan

pelaku PAS agar pemberdayaan bisa berkelanjutan dan produktivitas

meningkat.

4. Menjaga kualitas produk agar tetap dapat diterima pasar.

5. Menawarkan Standar Produk kelas dunia misal ISO: 9001-2008 kepada

pelaku PAS yang telah siap.

Page 43: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 44: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

33

BAB 5

ANALISIS KELEMBAGAAN PAS

Kemiskinan merupakan ketidakmampuan penduduk dari sisi ekonomi

untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang

diukur dari sisi pengeluaran. Angka kemiskinan di Kabupaten Bantul, sejak

Tahun 2011 terus mengalami penurunan, sehingga terjadi peningkatan

persentase penduduk di atas garis kemiskinan. Dari data BPS terlihat bahwa

angka kemiskinan di Kabupaten Bantul pada Tahun 2015 mencapai 15,2%

lebih rendah bila dibandingkan dengan angka kemiskinan Tahun 2014.

Pengurangan angka kemiskinan setiap tahunnya akan menjadi

prioritas bagi Pemerintah Kabupaten Bantul yang dilakukan melalui program

berkelanjutan antara lain: program penanggulangan kemiskinan melalui

pembentukan lembaga TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Daerah) sampai ditingkat pedukuhan, program pemberdayaan masyarakat,

pengurangan beban KK Miskin, validasi data keluarga miskin serta

pengembangan Produk Andalan Setempat (PAS). Selain itu, program bantuan

keuangan khusus ekonomi produktif dari Pemerintah DIY secara

berkesinambungan diharapkan dapat memberikan dampak terhadap

pengurangan angka kemiskinan.

Program PAS memiliki sasaran utama yaitu untuk membentuk

wirausaha baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin sehingga

mampu untuk memenuhi segala kebutuhan baik itu kebutuhan primer dan

skundernya. Peningkatan Kesejahteraan masyarakat miskin melalui program

ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemberdayaan, produksi,

Page 45: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

34

meningkatkan produktivitas serta pemasaran. Masyarakat miskin yang

menjadi sasaran utama program adalah masyarakat dengan perekonomian

yang lemah yang memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk

meningkatkan kesejahteraan mereka

5.1 Revitalisasi Pengembangan PAS

Model pengembangan PAS harus disepakati bersama oleh seluruh

stakeholder atau pihak-pihak yang berkaitan yaitu dari unsur pemerintah,

pelaku usaha, swasta atau pasar, serta masyarakat pada umumnya. Semua

unsur tersebut secara partisipatif memiliki peran masing-masing yang

bekerja secara terintegrasi dan memiliki logframe yang terukur jelas

sehingga dapat diupayakan keberlanjutannya.

Gambar 5.1 Heksagonal PAS

Sumber: Sinaga, Anton Atno Parluhutan. 2017, diolah

Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam upaya pengembangan

PAS antara lain kelompok sasaran. Kelompok sasaran ini meliputi pihak

Page 46: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

35

investor luar, pelaku usaha local, dan pelaku usaha baru. Berkaitan dengan

pihak investor luar harus diperhatikan hal yang terkait dengan Peraturan ttg

kemudahan investasi, informasi prospek bisnis, kapasitas berusaha dan

hukum, keamanan, kampanye, pusat pelayanan investasi. Kemudian

berkaitan dengan pelaku usaha local dan pelaku usaha baru harus

diperhatikan masalah permodalan, promosi, peningkatan teknologi,

manajemen & kelembagaan, pelatihan kewirausahaan, pendampingan &

monitoring, insentif, dan kecepatan pengurusan ijin.

Faktor lokasi juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan

implementasi PAS. Faktor lokasi ini meliputi faktor lokasi terukur dan faktor

lokasi tidak terukur (untuk dunia usaha, dan individual). Faktor lokasi

terukur adalah akses ke dan dari lokasi, akses ke pelabuhan laut dan udara,

sarana transportasi, infrastruktur komunikasi, infrastrutur energy,

ketersediaan air bersih, tenaga kerja trampil, jumlah lembaga keuangan lokal,

dll. Faktor lokasi tidak terukur untuk dunia usaha meliputi peluang

kerjasama, Lembaga Penelitian. Sedangkan faktor lokasi tidak terukur

individual meliputi kualitas pemukiman, lingkungan, fasilitas pendidikan dan

pelatihan, pelayanan kesehatan, fasilitas sosial & umum, dan etos kerja SDM.

Pihak pemerintah sebagai aktor pembuat kebijakan sangat

menentukan arah keberhasilan implementasi PAS dengan produk kebijakan

yang dihasilkan. Oleh karenanya dalam merumuskan kebijakan terkait

dengan PAS ini sangat diperlukan peran dan partisipasi berbagai pihak yang

terlibat dalamm pengembangan PAS. Kebijakan yang terkait dengan

pengembangan PAS menyangkut perluasan ekonomi, pembangunan wilayah,

serta pemberdayaan masyarakat dan pengembangan komunitas. Kebijakan

yang terkait dengan perluasan ekonomi antara lain tentang investasi,

promosi, persaingan usaha, peran Perusahaan Daerah, jaringan usaha,

informasi tenaga kerja, pengembangan keahlian. Kebijakan pembangunan

wilayah seperti kawasan industri, pusat pertumbuhan, kerjasama antar

daerah, tata ruang PAS. Sedangkan kebijakan terkait pemberdayaan

Page 47: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

36

masyarakat dan komunitas adalah pemberdayaan masyarakat berbasis

kemitraan swasta, pengembangan komunitas, dan pengurangan kemiskinan.

Tabel 5.1 Peran Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam Pengembangan PAS

Aktor Peran Bentuk output peran Fasilitasi

Pemerintah Formulasi dan penetapan kebijakan, implementasi, monitoring dan evaluasi dan sebagai mediasi

Kebijakan: Politik, umum, khusus/ sektoral, penganggaran, juknis, juklak, penetapan indikator keberhasilan, peraturan hukum dan penyelesaian masalah

Dana, jaminan, alat, tehnologi, networking, sistem informasi manajemen, edukasi

Swasta Kontribusi pada formula, implementasi, monitoring dan evaluasi

Konsultasi dan rekomendasi kebijakan, tindakan dan langka/ policy, action, implementasi, donatur, private investment, pemeliharaan

Dana, alat dan tehnologi, tenaga ahli

Masyarakat Partisipasi dalam formulasi, implementasi, monitoring dan evaluasi

Saran, input, kritik, rekomendasi dan dukungan dalam kebijakan. Dana swadaya, partisipan dan pelaku usaha serta menjadi social control

Tenaga terdidik dan terlatih

Sumber: Kemitraan & model-model pemberdayaan, Ambar Teguh Sulistyani,20045

Kegiatan pengembangan PAS di level masyarakat bersifat partisipatif,

bottom up dan dikelola secara mandiri oleh kelompok dengan dibantu

berbagai unsur terkait baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten.

Inti utamanya adalah adanya partisipasi masyarakat yang bertindak sebagai

subyek bukan obyek. Dalam ekonomi partisipatif, masyarakat sebagai salah

satu unsur stakeholder daerah akan menjadi penggerak utama dalam roda

kegiatan ekonomi di daerah. Kegiatan utama yang dilakukan adalah dengan

need assesment tentang kegiatan produktif apa yang akan dilakukan oleh

5 Ambar Teguh Sulistiyani, 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Penerbit

Gava Media. Yogyakarta.

Page 48: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

37

daerah dan bagaimana peran masing–masing stakeholder dalam

pengembangan ekonomi. Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi mulai dari

perencanaan, sampai dengan evaluasi dilakukan dengan kemitraan, yaitu

sinergisitas antara pemerintah, swasta, masyarakat dan elemen–elemen lain

seperti lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan legislatif.

Keberlanjutan program PAS menjadi hal yang perlu diperhatikan

karena dampak dari kegiatan ini dalam peningkatan perekonomian

masyarakat seringkali baru dapat dilihat dalam kurun waktu tertentu.

Beberapa faktor pendukung untuk keberlanjutan usaha yang perlu

diperhatikan adalah faktor ekonomi (pengembangan industri pendukung,

perencanaan usaha, inovasi), faktor social (kelembagaan adat, kearifan lokal,

kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat), dan faktor lingkungan

(perencanaan amdal, sistem daur ulang, kebijakan konservasi SDA).

5.2 Pengembangan Kemitraan Strategis PAS

• Implementing agent: adalah OPD yang bertanggungjawab atas

perkembangan dan keberlanjutan kelompok atau pelaku usaha,

sehingga program dan kegiatan industry yang telah berlangsung dapat

berkesinambungan dan tidak bersifat insidentil. Hal ini sangat penting

mengingat fenomena adanya pembentukan sentra atau industry baru

tanpa disertai adanya program lanjutan sehingga tidak bertahan lama.

Dalam hal ini OPD berlaku sebagai pendamping berjalannya usaha,

bertanggungjawab melakukan monitoring dan evaluasi sehingga

perkembangan usaha dapat dipantau.

• Supporting institution: yaitu dukungan kelembagaan terkait kepastian

hukum, perijinan, aparatur dan pelayanan, kebijakan, dan keuangan

daerah. Di dalamnya telah mencakup segala aspek yang dibutuhkan

bagi perkembangan program PAS seperti kemudahan dalam mengurus

perijinan, pelayanan sertifikasi HAKI, pelayanan penyediaan

infrastruktur, dll.

Page 49: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

38

• Fasilitator: adalah individu atau forum yang menguasai PAS yang dapat

dijadikan tempat bertanya bagi para pelaku usaha PAS. Orang tersebut

dapat berasal dari pemerintah atau aparatur, maupun pihak ketiga,

yang menguasai seluk beluk permasalahan di dalam program PAS dan

dapat memberikan solusi terbaik bagi perkembangan PAS.

Kolaborasi Antar Stakeholders

Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa

elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang

terlibat secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan

manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang

sama, kesamaan persepsi (Klapwijk, 1997)6, kemauan untuk berproses,

saling memberikan manfaat, kejujuran, perhatian serta berbasis masyarakat.

Kolaborasi antara BAPPEDA, OPD terkait, Swasta, NGO, dan masyarakat baik

pelaku usaha maupun bukan harus terjalin dengan baik agar tujuan dari

pengembangan ekonomi lokal segera terwujud.”

Semua pihak yang terlibat ini berperan dalam melakukan monitoring

dan evaluasi program PAS yang meliputi .

• Faktor sumber daya dasar: lahan produksi, bangunan produksi, akses

ke pasar, ketersediaan infrastruktur, bahan baku, ketrampilan,

pemasaran, modal, konsentrasi spasial, dan interaksi

• Faktor kelembagaan pendukung: struktur organisasi, penelitian dan

pengembangan, badan hukum, kombinasi kompetensi

• Faktor kelompok untuk spesialisasi

• Faktor investasi: pinjaman, lembaga permodalan,

• Faktor tenaga kerja dan daya saing

• Faktor subsidi

6 Klapwijk, M. 1997. Rural Clusters in Central Java, Indonesia: An empirical assessment of

their role in rural industrialization. Ph. D. Dissertation, Tinbergen institute Research Series NO.153, Vrije Universiteit, Amsterdam

Page 50: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

39

5.3 Model Kelembagaan PAS

Dengan tanpa mengabaikan Undang-undang No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara, Undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional serta Undang-undang No. 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan mendasarkan pada kondisi riil yang

terjadi selama ini, PSKK UGM menyusun model pengembangan kelembagaan

PAS di Kabupaten Bantul. Model ini melihat dan memadukan rencana

pembangunan dari atas (top-down) dan dari bawah (bottom-up). Selain itu

yang menjadi fokus utama perubahan mekanisme perencanaan dan

implementasi program adalah adanya koordinasi yang efektif dan efisien

antar OPD (Organisasi Perangkat Daerah) atau lembaga pelaksana program

pembangunan dan antara OPD dengan pemerintah kecamatan, desa, dan

pihak swasta.

Sebagai pelaksana program pembangunan, OPD berperan aktif sejak

proses pendataan atau identifikasi permasalahan di satu wilayah,

perencanaan pembangunan termasuk pengembangan PAS, pelaksanaan,

monitoring, hingga evaluasi. Agar evaluasi dapat efektif, sejak awal telah

disusun indikator keberhasilan suatu program antara masyarakat bersama

dengan pelaksana program. OPD sebagai pelaksana program bersinergi atau

diskusi bersama antar OPD dalam merancang pembangunan di satu wilayah

dan tidak bekerja sendiri-sendiri (terpisah satu sama lain). Program harus

terpadu demi tercapainya hasil yang optimal. Untuk tujuan ini sebaiknya

dibentuk tim khusus (task force) yang bertugas mengawal implementasi PAS

ini. Tim khusus ini dikepalai oleh Bupati atau paling tidak Wakil Bupati (lihat

bagan 5.1)yang memiliki kewenangan dalam mengatur mekanisme kerja OPD

dan kepala daerah di bawahnya (kecamatan dan desa). Di samping itu juga

berperan dalam penentuan anggaran untuk terlaksananya program

pembangunan masyarakat.

Selama ini dalam menunjang program PAS, OPD-OPD teknis yang

bertugas mendampingi UMKM melakukan tugasnya secara sendiri-sendiri,

Page 51: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

40

sesuai dengan tupoksi OPD masing-masing. Dalam penentuan program dan

sasaran tidak ada saling koodinasi antar OPD. Akibatnya pada tataran bawah

perkembangan yang terjadi kurang optimal karena intervensi seringkali

kurang sinkron atau terpadu. Oleh karena itu perlu ditata ulang system

pendampingan atau intervensi program dari masing-masing OPD agar sinergi

dan hasilnya lebih optimal dalam upaya pengembangan UMKM sasaran.

Gambar 5.1 Bagan Mekanisme kerja tim khusus PAS

Sumber: Kajian Pengembangan Kelembagaan PAS, 2018

Beberapa OPD yang hadir dalam diskusi pada saat paparan kegiatan

ini menjelaskan peran dan program yang telah dilakukan dalam upaya

pengembangan PAS antara lain:

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi utamanya seksi Produktivitas

dan Standarisasi melakukan pelatihan produktivitas bekerjasama dengan

BLKPP (Balai Latihan Kerja dan Pengembangan Produktivitas) DIY.

Sasarannya adalah UKM yang selama ini masih banyak menggunakan cara

kerja konvensional agar dapat meningkatkan produktivitas melalui

penggunaan teknologi. Selain diberi pelatihan UKM dibawa ke perusahaan

OPD

Bupati/Wakil Bupati/ Sekda

Bappeda

OPD OPD OPD OPD OPD OPD

UMKM/Wilayah PAS

Mitra/Swasta Mitra/Swasta

Page 52: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

41

besar untuk studi banding dan mencontoh cara kerja di perusahaan yang

sudah besar.

Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)

Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) dalam hal ini Seksi

Pengelolaan Informasi dan Aspirasi Publik mempunyai tugas menyiapkan

bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan bidang pengelolaan informasi

dan aspirasi publik. Dalam kaitannya dengan program PAS bagian ini

menyelenggarakan fungsi:pelatihan terkait IT (Information and Technology),

termasuk pemanfaatan internet. Selain itu Diskominfo berperan dalam

penyebarluasan informasi terkait UMKM melalui berbagai media seperti

radio, TV, media massa, dan website. Saat dikehendaki, Diskominfo juga

dapat membuat bulletin untuk mempromosikan hasil produksi UMKM, serta

mempublikasikan produk perundang-undangan.

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPPKBPMD)

Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa (DPPKBPMD) atau dalam hal ini Seksi Ketahanan dan

Kesejahteraan Keluarga memiliki fungsi antara lain. pelaksanaan pembinaan

ketahanan keluarga melalui tribina (Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga

Remaja dan Bina Keluarga Lansia); pelaksanaan pemberdayaan keluarga

sejahtera melalui Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

(UPPKS); pelaksanaan kemitraan untuk akses permodalan, teknologi dan

manajemen serta pemasaran hasil produksi usaha kelompok; penyiapan

bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi bidang ketahanan dan

kesejahteraan keluarga; serta pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan

pelaporan bidang ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Selama ini UPPKS

ditangani secara sederhana dan belum dapat mencapai produk unggulan,

meskipun sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan

Page 53: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

42

Dinas Perdagangan

Seksi pengembangan ekspor Dinas Perdagangan membantu dan

mengarahkan UMKM untuk dapat mengekspor atau memasarkan produk

mereka ke luar negri. Langkah ini merupakan kelanjutan dari pendampingan

dinas perindustrian yang telah mempersiapkan atau mengkondisikan UMKM

siap ekspor. Kerja sama dengan Diskominfo sangat diperlukan untuk

membantu atau mendukung dalam hal pemasaran dengan IT. Permasalahan

yang masih dihadapi di Bantul adalah bahwa beberapa UKM yang telah

berproduksi tinggi memiliki hambatan dalam hal pemasaran produk,

misalnya produk batik yang bernilai tinggi, potensi besar dengan adanya

sekitar 300 pengrajin di Bantul Timur. Hambatan di bidang ekspor antara

lain teknologi. UKM di Bantul belum memahami cara ekspor yang benar.

Perlu ada pelatihan tentang ekspor impor (perdagangan, packing)

sebagaimana yang sudah berkembang di Surabaya.

Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian (KUKMP)

Dinas ini mengampu tiga (3) Kementerian yaitu Kementerian

Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian ESDM.

Dinas KUKMP Kabupaten Bantul memiliki misi yaitu:

1. Mewujudkan koperasi yang sehat dan mandiri untuk kesejahteraan

anggota

2. Mewujudkan industri yang berdaya saing, berkualitas, ramah

lingkungan dan berkelanjutan

3. Mewujudkan kreatifitas, daya saing produk UKM dan penguatan

kelembagaan

4. Mewujudkan sarana dan infrastruktur industri di dalam dan di luar

kawasan industri yang berwawasan lingkungan

Koperasi yang sehat dan mandiri untuk kesejahteraan anggota adalah

koperasi yang memenuhi 3 syarat sebagai berikut:

Page 54: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

43

• Berkualitas: Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang memiliki

kualitas manajemen pengelolaan yang baik, kualitas permodalan,

kualitas pelayanan bagi anggota dan masyarakat, serta berkontribusi

langsung terhadap pembangunan daerah.

• Mandiri: Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang dapat berdiri

sendiri tanpa selalu bergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh

kepercayaan, pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri.

• Berdaya Saing: Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dikelola

secara profesional, menghasilkan produk berkualitas dan mampu

menghadapi persaingan di pasar global Dengan memperhatikan

berbagai persoalan yang dihadapi oleh KUKM di Kabupaten Bantul,

maka pemberdayaan KUKM perlu ditingkatkan kualitas manajemen

pengelolaan , kualitas permodalan, kualitas pelayanan bagi anggota dan

masyarakat, agar memiliki kemandirian dan daya saing dalam

menghadapi pasar global sekaligus berkontribusi langsung terhadap

pembangunan daerah maupun nasional.

Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, namun masih terbuka

berbagai peluang usaha baru bagi Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, harus didukung kemauan politik yang kuat dari Pemerintah serta

komitmen membangun sistem ekonomi yang lebih demokratis berdasarkan

sistem ekonomi kerakyatan yang berbasis pada mekanisme pasar guna

menciptakan pembangunan yang semakin berkeadilan dan transparan serta

menciptakan lebih banyak peluang baru untuk pengembangan Koperasi

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Misi kedua merupakan keinginan Dinas KUKMP Kabupaten Bantul

untuk mewujudkan peningkatan daya saing produk yang berkualitas, ramah

lingkungan. Kata kuncinya adalah daya saing, karena pada dasarnya sebuah

wilayah yang memiliki suatu produk akan berhasil bila produk tersebut

memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain. Daya saing merupakan

kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi

pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara

Page 55: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

44

tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka

terhadap persaingan eksternal. Dengan daya saing produk yang kuat maka

diharapkan membentuk kelembagaan yang kuat juga. Ada beberapa hal yang

sangat berpengaruh terhadap daya saing al: lokasi, harga, pelayanan, mutu

atau kualitas, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dll

Misi Ketiga merupakan keinginan Dinas Koperasi Usaha Kecil

Menengah dan Perindustrian Kabupaten Bantul untuk mewujudkan

kreatifitas, daya saing produk UKM dan penguatan kelembagaan KUKMP.

Misi ini dilakukan dengan melakukan pembinaan untuk meningkatkan

kompetensi UMKM khususnya usaha mikro dalam meningkatkan kreatifitas

dan kualitas baik produk maupun SDM sehingga menjadi UKM yang

berkualitas, fasilitasi proposi produk UMKM serta penumbuhan wirausaha

baru.

Misi Keempat merupakan keinginan Dinas KUKMP Kabupaten Bantul

untuk mewujudkan sarana dan infrastruktur industri di dalam dan di luar

kawasan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu upaya atau

program dengan melakukan pengembangan Kawasan Industri Piyungan

untuk mewadahi kegiatan industri dari industri besar hingga industri kecil

yang tersebar dalam lima sub kawasan yang terintegrasi, pengembangan

kawasan peruntukan dan pengembangan sarana infrastruktur sentra-sentra

industri.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Berkaitan program PAS, Bidang Penanaman Modal menangani atau

melakukan kegiatan koordinasi kemitraan. Yang sudah dilakukan adalah

mengumpulkan para UKM (biasanya satu sector), misal UKM kerajinan batik,

atau sektor perikanan. Para UKM dikumpulkan dan dipertemukan dengan

sumber permodalan seperti BPD, BNI, BRI, dan Ahli akademisi. Contoh

kegiatan pernah mengumpulkan atau mempertemukan pihak UKM kerajinan

bambu, tenaga ahli dari Fakultas Eko Bisnis UGM, dan dari BRI. Tujuan dinas

mempertemukan ketiga pihak tersebut agar supaya terjadi dialog kerjasama.

Page 56: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

45

Dialog dengan sumber permodalan agar memahami bagaimana memperoleh

modal usaha, dan dialog dengan pihak akademisi agar dapat menambah

wawasan terkait dengan teknik bidang yang digeluti. Selain itu juga diundang

narasumber praktisi dari pengusaha yang sudah besar, sudah sukses agar

dapat menjadi contoh atau menumbuhkan motivasi usaha.

Contoh lain pernah mengumpulkan pengusaha batik dipertemukan

dengan pengusaha kain untuk bahan batik dan dari BNI. Dari kegiatan2

tersebut diharapkan terjadi dialog dan berakhir dengan kerjasama bisnis

untuk membantu dan mengembangkan usaha UKM. Pernah juga

dikumpulkan UKM kuliner, dipertemukan dengan pengusaha hypermart

sebagai mitra penerima pasokan produk untuk pemasaran.

Permasalahan yang dihadapi dinas adalah tidak adanya tindak lanjut

untuk memonitor atau bahkan mengevaluasi hasil dari program atau

kegiatan mempertemukan pihak-pihak tersebut. Apakah kegiatan tersebut

embawa hasil pada perkembangan usaha atau tidak, itu tidak dapat

terpantau. Hal ini berkaitan dengan tidak adanya tupoksi dinas tentang hal

itu. Oleh karenanya sangat dibutuhkan adanya kerjasama dengan

dinas/instansi lain untuk dapat memantau apakah dapat berjalan terus

kerjasama tadi atau berhenti, apa saja yang menjadi kendala dan bagaimana

solusinya. Tugas pendampingan dan pemantauan untuk hal ini ini perlu

dilakukan misalnya oleh dinas koperasi dan UKM yang langsung menangani

UKM. .

Untuk bagian pemasaran, pada saat mengikuti pameran2 investasi,

biasanya membawa produk2 dari perajin, pertanian, dll. Misalnya ada

pameran di Jakarta, koordinasi dengan dinas pertanian, memperkenalkan

produk pertanian atau pengolahan pangan dari Bantul. Ini sudah

dilaksanakan sejak jadi satu dengan Disperindagkop. Tetapi untuk

pemantauan dinas tidak bisa melakukan karena tidak adanya tupoksi

Page 57: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

46

Sinergitas antar Stakeholder

Dinas atau instansi yang ditunjuk untuk mengawal program PAS atau

melakukan fungsi sebagai pendamping UKM dalam upaya pengembangannya

selama ini menjalankan tugasnya secara sendiri-sendiri sesuai dengan

tupoksi masing-masing. Belum ada satu mekanisme intervensi program yang

dilakukan dengan system bagi tugas agar tercapai hasil yang lebih optimal.

Dengan system pendampingan yang selama ini dijalankan bisa jadi satu

sasaran menerima intervensi yang sama dari beberapa instansi, dan

sebaliknya tidak ada satu instansipun yang melakukan intervensi pada

bidang yang dibutuhkan. Dari hasil diskusi dengan beberapa dinas/OPD

dapat dipetakan jenis intervensi program PAS sesuai dengan tupoksi masing-

masing lembaga sebagai berikut.

Pengetahuan, pemahaman:

- Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan

- Dinas Kebudayaan

- Dinas Pertanahan dan Tata Ruang

- Dinas Pariwisata

- Dinas Lingkungan Hidup (IPAL)

- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Pelatihan: - Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian

- Dinas Perdagangan

- Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

- Dinas Komunikasi dan Informatika

Pemberdayaan:

- Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

- Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

- NGO

Fasilitasi Pengembangan Modal dan Kerjasama Usaha, Perijinan:

- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

- Dinas Komunikasi dan Informatika

- Perbankan, Akademisi, Swasta

Page 58: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

47

Dengan melihat pemetaan di atas maka sinergitas dalam intervensi

program PAS dilakukan baik antarlembaga yang memiliki fungsi sama

maupun antar lembaga yang berbeda fungsi. Sinergi ini diperlukan agar

dalam rantai intervensi program tidak ada yang terputus. Misalnya satu

lembaga melakukan fungsi pelatihan, jika tidak dilanjutkan oleh lembaga lain

dengan fungsi pemantauan hasil pelatihan maka tidak akan dapat diketahui

apakah hasil pelatihan tersebut bermanfaat atau ada kendala dalam

implementasinya. Cara kerja pendampingan UMKM dalam program PAS yang

dilakukan secara sinergi ini dapat mengikuti alur atau tahapan sebagai

berikut.

Pemasaran:

- Dinas Perdagangan

- Dinas Komunikasi dan Informatika

- Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah dan Perindustrian

- Dinas Pariwisata

Fasilitasi Sarana Prasarana

- Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman

- Dinas Pertanahan dan Tata Ruang

- Dinas Perhubungan

Capaian target Penentuan jenis

intervensi dan pembagian

tugas/peran

Penentuan sasaran

intervensi

Pelaksanaan

intervensi

Monitoring dan

evaluasi

Page 59: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

48

Contoh kasus pengembangan PAS, Komoditas Unggulan: Ubi Jalar Ungu

Pelaku Utama:

Petani (indivdu, Kelompok tani)

Input Subsidi: Peralatan, Pupuk Subsidi, Pestisida (Pemerintah)

Input Komersial: Pupuk, Peralatan, Benih (misal: disediakan oleh Koperasi Unit

Desa/BUMDes) Input disediakan oleh

Petani:Peralatan, Benih, Kompos

SKPD:

Dinas Pertanian dan Peternakan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

SKPD:

Dinas Perdagangan

Dinas Koperasi UKM

Dinas Pemebrdayaan Masyarakat Pelaku Utama:

Petani (individu, kelompok tani),

Koperasi, UKM, Investor

Koordinasi

Sekda

BAPPEDA

Output: Meningkatnya produksi ubi jalar (...)

kg Produk ikutan dari komoditi uggulan

Outcome:

Peningkatan Pendapatan

Petani (...% petani; %Rp)

Kesinambungan Program:

Pendampingan petani

Penggerak kelompok

Rotasi tanam

Lokal Bantul dan pasar di luar Bantul

Pelaku Utama:

Petani (indivdu, Kelompok tani)

SKPD/OPD:

Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu

Lokasi:

Sanden, Bantul SKPD: Dinas Pertanian

Dinas Koperasi, UKM Dinas Perdagangan

Dinas Penanaman Modal Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Ketersediaan Lahan

Pemberdayaan

Perubahan Mind-set Petani

Page 60: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

49

Analisis rantai nilai dapat digunakan untuk mendefinisikan secara

lebih menyeluruh keunggulan maupun kelemahan dari suatu komoditas,

sektor ataupun industri. Hal ini dapat dilakukan karena analisis rantai nilai

melihat suatu sektor/komoditas/industri dari sisi proses dari setiap rantai

nilai, mulai dari rantai input, produksi sampai dengan rantai produk akhir.

Penggunaan analisis rantai nilai juga dapat memberikan alternatif suatu

rencana strategis untuk dapat memunculkan keunggulan kompetitif. Salah

satu bagian dari analisis mata rantai adalah identifikasi stakeholder yang

terlibat dalam pengembangan komoditas unggulan. Dalam upaya

pengembangan komoditas unggulan olahan ubi jalar ungu, beberapa pihak

atau stakeholder yang harus saling bersinergi antara lain sebagai berikut.

1. Petani

Petani merupakan stakeholder sentral dalam usaha pengembangan

komoditas unggulan di suatu daerah. Skala peran petani terlihat pada

keterlibatannya dalam seluruh rantai nilai komoditas, tidak hanya pada

mata rantai produksi sebagaimana yang biasa menjadi anggapan

banyak pihak selama ini. Selain itu, alur usaha juga terarah dari dan ke

petani, karena pada dasarnya pengembangan komoditas unggulan ini

ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pada rantai nilai

input sarana produksi, petani merupakan stakeholder yang sangat

membutuhkan sarana produksi sebagai prakondisi untuk memulai

pengembangan komoditasnya. Artinya, tanpa sarana produksi tersebut,

petani belum bisa memulai tahapan usaha. Petani membutuhkan

pupuk, pestisida, alat bertani seperti cangkul dan sabit, dan faktor

produksi yang lain.

2. Kelompok Tani

Kelompok tani adalah wadah kolektif sebagai kumpulan sejumlah

petani yang dibentuk atas dasar kesamaan mindset, kepentingan,

kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumberdaya, kesamaan

komoditas atau sejumlah komoditas serupa, dan tujuan untuk

meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani

Page 61: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

50

berfungsi sebagai media musyawarah baik informatif dan edukatif di

antara petani dan diharapkan berkontribusi penting dalam

mempercepat proses pembangunan pertanian dan perkebunan.

3. Pemerintah Kabupaten

Pemerintah Kabupaten berperan dalam penyediaan fasilitas publik

yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan. Pemerintah

Kabupaten berkontribusi pada setiap rantai nilai komoditas unggulan

tertentu. Instansi-instansi terkait seperti Bappeda, Dinas Pertanian,

Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi,

UKM dan Perindustrian, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas

Penanaman Modal Daerah, Dinas Kominfo berpartisipasi dalam

implementasi pengembangan komoditas unggulan.

4. Pedagang

Pedagang merupakan stakeholder yang dominan menentukan harga

dalam rantai usaha komoditas unggulan. Banyak faktor yang menjadi

penyebab situasi ini, antara lain, terkait sistem dan kebijakan tata niaga

yang kurang memadai, kualitas komoditas, ketiadaan organisasi petani,

standar SNI dari produk ikutan sebuah komoditas, dan lain-lain. Dari

tingkat paling bawah (pembeli langsung dari petani dengan sistem door

to door), sedangkan pedagang atau pengepul menentukan harga

dengan memperhatikan kondisi komoditas tersebut. Selanjutnya,

pedagang akan melakukan pengolahan lagi jika ingin mendapatkan

harga yang lebih baik ketika menjual ke pedagang kecamatan atau

pedagang antarpulau. Dalam kondisi tertentu, seringkali pedagang yang

mendapatkan nilai tambah dari pola distribusi dan pemasaran

komoditas unggulan.

5. Lembaga Keuangan Bank

Lembaga keuangan sebenarnya menjadi stakeholder yang mendukung

pengembangan usaha komoditas unggulan terutama dari sisi

permodalan baik bagi petani maupun pedagang. Namun, peran ini

Page 62: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

51

menjadi tidak signifi kan ketika terjadi benturan antara posisi bank

sebagai lembaga yang mencari keuntungan dengan petani yang tidak

memiliki kepastian dengan keuangan usaha serta ketiadaan

kepemilikan harta yang diperlukan sebagai jaminan kredit. Di satu sisi,

petani enggan mengambil kredit bank karena ketidakpastian hasil

panen mereka, serta pada sisi lain bank tak ingin mengambil resiko.

Meskipun bank memiliki sistem kredit untuk para petani kecil,

keraguan petani untuk mengambil kredit tetap menjadi faktor krusial

yang menghambat. Karena itu, bank membutuhkan “jembatan” yang

bisa menghubungkan mereka dengan para petani.

6. Koperasi

Koperasi membantu alur sarana produksi dan tata niaga. Koperasi

berperan dalam sarana produksi dengan penyediaan input seperti bibit,

pupuk dan pestisida dengan harga kompetitif untuk petani. Dalam tata

niaga pasca produksi, koperasi melalukan pembelian langsung dari

petani dengan harga yang berpihak pada petani. Kebijakan dan standar

harga beli di koperasi umumnya lebih tinggi dari harga pasar atau

pengepul, yang terlebih dahulu ditetapkan aturan main perihal

spesifikasi kualitas agar memperoleh harga beli yang bagus. Selain itu,

koperasi terbukti bisa mengurangi sistem ijon melalui pinjaman dengan

bunga kecil untuk mengatasi kebutuhan harian dan kebutuhan

mendesak yang sering dialami petani.

7. Investor

Pihak investor berperang penting dalam rantai usaha dalam

pengembangan komoditas unggulan pasca panen, termasuk pembinaan

dan pelatihan pengembangan produk-produk ikutan yang memilki nilai

tambah yang tinggi. Selain pengembangan produk ikutan, pelatihan

bahkan juga bertujuan agar terdapat kontinuitas dari produksi petani,

yang pada akhirnya akan menjaga supply komoditas unggulan. Manfaat

bagi investor dari pelatihan ini adalah tidak sulit mencari petani atau

Page 63: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

52

kelompok tani yang menghasilkan komoditas unggulan dengan kualitas

yang sesuai kebutuhan.

Page 64: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

53

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam kerangka pengembangan PAS aspek potensi lokal baik SDM

maupun SDA dan aspek kelembagaan (kemitraan) menjadi kunci

keberhasilan. Penentuan produk yang akan dikembangkan dan proses

intervensi yang optimal dari berbagai stakeholder selanjutnya akan

membuka peluang bagi masyakarat lokal terutama yang tergolong miskin

untuk dapat meningkatkan perekonomian mereka. Dukungan kebijakan yang

fokus agar pengembangan produk unggulan dapat dikembangkan secara

optimal juga merupakan prasyarat penting. Untuk menjalankan kebijakan

atau strategi, dukungan kelembagaan harus menjadi satu bagian yang tidak

terlepas dari PAS. Kelembagaan yang kuat akan membuat strategi PAS dapat

berjalan dengan baik. Selain itu, dengan dukungan kelembagaan, kemitraan

antar pihak dan stakeholder membuat PAS dapat berjalan dan berhasil

secara optimal.

Sebagai salah satu upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera,

pendekatan PAS dapat dikatakan “pas” untuk diimplementasikan di

Kabupaten Bantul. Bantul dikenal sebagai wilayah dengan berbagai potensi

yang siap digali dan dikembangkan. Beberapa sentra yang sudah eksis selama

ini menunjukkan keberhasilan pengembangan potensi tersebut.

Permasalahannya adalah bagaimana potensi tersebut dapat secara merata

dikembangkan oleh seluruh penduduk utamanya masyarakat miskin untuk

dapat keluar dari kemiskinannya.

Page 65: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

54

Agar program pengentasan kemiskinan melalui pendekatan PAS dapat

berhasil, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah melakukan pemetaan

potensi wilayah dan kelompok-kelompok usaha yang ada di masing-masing

wilayah, dari usaha dengan skala besar atau yang telah eksis maupun usaha

yang baru saja dirintis dan masih berskala kecil. Selama ini beberapa OPD

yang melakukan pendampingan sudah memiliki data kelompok-kelompok

usaha yang menjadi sasaran program mereka, namun data ini masih sangat

minim dan terbatas. Belum ada data UMKM mana yang sudah masuk kategori

mampu dan yang belum terintervensi.

Setelah dilakukan pemetaan kemudian dilakukan penentuan urutan

prioritas sasaran yang akan diintervensi (per tahun misalnya). Pada bagian di

atas sudah dijelaskan mengenai sinergitas antar OPD dalam melakukan

pendampingan atau intervensi program PAS ini. Setelah ditentukan sasaran

yang akan dikerjakan, kemudian dilakukan penentuan jenis intervensi yang

akan dilakukan pada sasaran yang sudah ditentukan. Langkah selanjutnya

adalah pembagian tugas di antara OPD dan mitra yang lain (jika diperlukan)

dalam menangani atau melakukan pendampingan UMKM.

Agar mekanisme atau model pendampingan yang sinergi ini dapat

terwujud, diperlukan adanya peraturan yang mengikat atau yang menjadi

dasar pelaksanaannya. Pada bagian sebelumnya sudah digambarkan usulan

struktur kelembagaan implementasi program PAS ini. Ada baiknya struktur

tersebut diformalkan dalam sebuah peraturan bupati atau sejenisnya,

dilengkapi dengan penjelasan tupoksi yang khusus berkaitan dengan

implementasi PAS yang bisa jadi berbeda dengan tupoksi lembaga yang ada

selama ini. Setelah mekanisme pendampingan ini berjalan, secara periodic

(misalnya satu semester) perlu dilakukan evaluasi untuk melihat

perkembangan program, kendala yang dihadapi dan bagaimana solusinya.

Evaluasi ini sangat penting untuk melihat efektivitas program yang telah

direncanakan dan diimplementasikan dan untuk menentukan langkah2 yang

perlu diambil ketika menemui kendala dalam implementasi. Untuk tujuan

Page 66: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

55

tersebut, perlu didakan pertemuan rutin di antara semua stakeholder yang

terlibat dalam program PAS agar dapat memantau perkembangan program.

Page 67: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 68: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun

Laporan Akhir Kelembagaan PAS 2018

57

REFERENSI

Ferrell, O. C., et. al. .2015. Business Ethics: Ethical Decision Making & Cases,

10th Edition. Cengage Learning: United States of America.

Handarkho, Yonathan Dri, F. Anita Herawati, Dhyah Ayu Retno Widyastuti,

Th. Diyah Wulandari, & Pupung Arifin. “Pemanfaatan Teknologi

Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pemberdayaan Komunitas

Perempuan Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus

Kampung CYBER Rt 36 Taman Sari Yogyakarta)”. Seminar Nasional

Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) ISSN:

2089-9813 Yogyakarta, 15 Maret 2014

Klapwijk, M. 1997. Rural Clusters in Central Java, Indonesia: An empirical

assessment of their role in rural industrialization. Ph. D. Dissertation,

Tinbergen institute Research Series NO.153, Vrije Universiteit,

Amsterdam

Rika Fatimah, P. L. .2016. Supporting Needs at Different Stages of

Entrepreneur. Mandiri Institute. Indonesia. [Laporan].

Sower, V. E. .2011. Essentials of Quality with Cases and Experiential

Exercises, 1st Edition, John Wiley & Sons, Inc: United States of

America.

Sinaga, Anton Atno Parluhutan. 2017. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pengembangan Ekonomi Lokal di Kota Medan”. Jurnal Manajemen dan

Bisnis Vol 17 No. 1 Tahun 2017.

Sulistiyani,Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan.

Penerbit Gava Media. Yogyakarta

Page 69: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun
Page 70: LAPORAN AKHIR - bappeda.bantulkab.go.id fileKab. Bantul. Kami menyadari dalam penyusunan laporan hasil kajian ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan baik secara materi maupun