29
Tweenty Four Sabtu, 14 Mei 2011 Laporan Indentifikasi BTA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Interaksinya dengan sesama mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi,2008). Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak menguntungkan yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit

LAPOR KE 6 BLOM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhuhugg

Citation preview

Page 1: LAPOR KE 6 BLOM

Tweenty Four Sabtu, 14 Mei 2011

Laporan Indentifikasi BTA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.    Latar Belakang

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan

hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.

Mikroorganisme terdapat dimana-mana. Interaksinya dengan sesama mikroorganisme

ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan

menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi,2008).

Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan.

Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingan

kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang

tidak menguntungkan  yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh

manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi

manusia adalah Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada manusia.

Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan

berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang

menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit

saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini

tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang

terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif menyebabkan orang menjadi sakit.

Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberculosis paru menular di dunia, ditambah lagi

penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar

8 juta penderita tuberculosis paru, dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya

akibat penyakit ini. Sampai hari ini, penyakit TBC masih menempatkan Indonesia dalam tiga

besar negara dengan jumlah penderita terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC

Page 2: LAPOR KE 6 BLOM

terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah merasa sembuh. Kendala

lain yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan

sedikitnya enam bula. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien

malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi.

Padahal kalau pengobatan  obat yang digunakan.berhenti di tengah jalan, maka bukan saja

penyakitnya tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga meyebabkan bakteri TBC menjadi kebal

terhadap obat yang digunakan. Ketidak biaya malah membuat seseorang tidak berobat,

karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh

Puskesmas di Indonesia. Penyaikit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih

bisa bekerja seperti biasanya, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin

meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.

Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk

memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan

dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun, pada dasarnya penyakit TBC bisa

disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum

obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain ini diperlukan juga

kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal perkembangan terapi

pasien.

Penyebab penyakit TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan

kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasil terapi yang optimal.

I.2.    Tujuan Percobaan

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka adapun tujuan dari

percobaan ini, antara lain :

         Mengidentifikasi basil tahan asam (Mycobacterium tubercolusis) pada sputum,

         Menentukan jumlah basil yang terdapat di dalam sampel

I.3.    Prinsip Percobaan

Ø  Pewarnaan  : Didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel yaitu zat warna yang bersifat asam akan bereaksi

dengan komponen sel yang bersifat alkalis demikian pula sebaliknya, sehingga menghasilkan

warna pada sel.

Page 3: LAPOR KE 6 BLOM

Ø  Mycobacterium tuberculosis yang bersifat asam diwarnai dengan pengecatan tahan asam yang

menghasilkan warna akhir bakteri merah dan bentuk batang. Bakteri ini dapat diamati dengan

pembesaran 1000 kali.

Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri tahan

asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan:

         Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikat warna pertama,

tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Dibawah

mikroskop tampak bakteri berwarna merah dengan warna dasar biru muda.

         Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pada pewarnaan ZN, warna pertama, yang

diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri akan mengikat warna kedua.

Dibawah miskroskop tampak bakteri berwarna biru tua dengan warna dasar biru yang lebih

muda.

BAB II

Page 4: LAPOR KE 6 BLOM

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.   Penyakit Tuberculosis

TBC merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia. Penularan kumant uber culosis pada orang sehat dan risiko kematian pada

penderita yaitu salah satu masalah yang perlu ditangani oleh segenap lapisan masyarakat dan

petugas kesehatan. (Depkes,2002).

II.1.1. Pengertian

Penyakit Tuberkulosis: adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang Paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008).

II.1.2. Etiologi

Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran panjang 1-4

mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.Tuberculosis adalah berupa

lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan

faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak

oksigen. Oleh karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang

kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit

tuberkulosis (Somantri, 2008).

Kuman ini mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena

itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan

lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdorman, tertidur lama selama beberapa tahun.

Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis adalah sebagai berikut

(Darmajono, 2001) :

1.         Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6

mm.

2.    Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.

3.    PewarnaanZiehl- Nellse n tampak berwarna merah dengan latar

       belakang biru.

4.    Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram positif.

Page 5: LAPOR KE 6 BLOM

5.    Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom mengandung

lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat yang khas pada bakteri

yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan germisida tertentu.

6.    Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang dihasilkan

dari komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.

7.    Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12-18 jam

dengan suhu optimum 37Oc

8.    Kuman kering dapat hidup di tempat gelap berbulan-bulan dan tetap virulen.

9.     Kuman mati dengan penyinaran langsung matahari

II.1.3. Gejala-gejala Tuberkulosis (TB)

Menurut Crofton,et al (1992) pedoman untuk menegakkan diagnosis  didasarkan atas gejala

klinis dan kelainan fisik (Idris, 2004)

1)      Gejala utama

Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk menegakkan diagnosis klinik

adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau lebih yang disertai dengan keluarnya

sputum dan berkurangnya berat badan.(Idris,2004)

2)      Gejala tambahan

Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu:

         dahak bercampur darah

         batuk darah

         sesak nafas dan rasa nyeri dada

         badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise),

berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan (Depkes,

2005).

II.1.4. Cara Penularan

Menurut Nur Nasri, 1997 dalam Woro (1997), penularan penyakit TB dapat terjadi secara:

1)        Penularan langsung

Penularan yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam

bentuk droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.

2)      Penularan melalui udara

Page 6: LAPOR KE 6 BLOM

Penularan ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk droplet

nuclei yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk dust (debu). Penularan

melalui udara memegang peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit TB.

Droplet nuclei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering.

Sedangkan Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi

partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu lantai/

tanah.

3)      Penularan melalui makanan/minuman

Penularan TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu merupakan

media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikro organisme penyebab,

juga karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa dimasak atau dipasteurisasi,

sedangkan pada susu yang mengalami kontaminasi oleh bakteri tidak memperlihatkan tanda-

tanda tertentu.

II.1.5. Sumber Penularan

Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) Pada waktu batuk atau bersin, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang

dapat terinfeksi kalaudroplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman

TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat

menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran

limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

(Depkes,2008)

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan

dari parunya. Semakin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular

penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita

tersebut tidak dianggap menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh

konsentrasidroplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Selain itu, kontak

jangka panjang dengan penderita TB dapat menyebabkan tertulari, seorang penderita tetap

menular sepanjang ditemukan basil TB didalam sputum mereka. Penderita yang tidak diobati

atau yang diobati tidak sempurna dahaknya akan tetap mengandung basil TB selama

bertahun-tahun.(Chin,2006). Tingkat penularan sangat tergantung pada hal-hal seperti:

jumlah basil TB yang dikeluarkan, virulensi dari basil TB, terpajannya basil TB dengan sinar

ultra violet, terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi,

Page 7: LAPOR KE 6 BLOM

tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada saat waktu

melakukan bronkoskopi. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi

penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya karena gizi buruk atau

HIV/AIDS (Utama, 2007).

II.1.6. Risiko Penularan

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of TB paru Infection = ARTI) di Indonesia

dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%

berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari

orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita TB paru, hanya 10% dari yang terinfeksi

yang akan menjadi penderita TB paru.

Masa inkubasi adalah mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbul gejala adanya lesi

primer atau reaksi tes tuberkulosis positif kira- kira memakan waktu 2-10 minggu. Risiko

menjadi TB paru dan TB ekstrapulmoner progresif setelah infeksi primer biasanya terjadi

pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV

dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi dan memperpendek masa inkubasi (Chin, 2006).

Menurut Coberly, 2005 yang dikutip dari Mahpudin (2006) Sebagian besar tuberkulosis paru

aktif, berkembang dalam dua tahun pertama sesudah infeksi terjadi.

Tb lebih mudah menular pada orang dengan kondisi tubuh yang lemah, seperti kelelahan,

kurang gizi, terserang penyakit atau terkena pengaruh obat-obatan tertentu. Risiko tertular TB

semakin tinggi pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah yang tinggal di lingkungan

perumahan yang padat penduduk dan kurang cahaya dan ventilasi udara (koalisi). Infeksi TB

rentan terjadi pada kelompok- kelompok khusus seperti: para Perempuan, anak, manula, dan

orang-orang dengan risiko penularan tinggi seperti para tahanan dan kaum pendatang.

(Tuberkulosis, 2008)

Mereka yang paling berisiko terpajan Mycobacterium Tuberculosis ini adalah mereka yang

tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif, seperti gelandangan yang tinggal di

tempat penampungan yang terdapat penderita tuberkulosis, dan pengguna fasilitas kesehatan

dan pekerja kesehatan yang merawat pasien tuberkulosis (Corwin, 2000).

     II.1.7. Perjalanan Alamiah Penyakit TB Paru

1)      Tahap Pre-Patogenesa

Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC

(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi juga

mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat

Page 8: LAPOR KE 6 BLOM

khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil

Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat

bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.

Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentukdroplet (percikan dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

2) Tahap Patogenesa

a.    Inkubasi

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa

jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan.

Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut

dapat menyebar dari peru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem

saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh lainnya.

Dalam jaringan tubuh kuman ini dapatdormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Masa

inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan

sekitar 6 bulan.

b.      Penyakit Dini

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan

dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita

tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman), maka penderita

tersebut dianggap tidak menular.

Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali

dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati

system pertahanan mukosiler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan

menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara

pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru. Saluran limfe akan

membawa kuman TBC ke kelejar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks

primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pemebentukan kompleks primer adalah

sekitar 4-6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif

menjadi positif.

c.       Penyakit Lanjut

Page 9: LAPOR KE 6 BLOM

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan

besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh

tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa

kuman akan menetap sebagai kumanper sist er ataudorm ant (tidur). Kadang-kadang daya

tahan tubuh tidak mampu mengentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa

bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atu tahun sesudah infeksi

primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi

yang yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas

dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

d.      Tahap akhir penyakit

         Sembuh sempurna

Penyakit TBC akan sembuh secara sempurna bila penderita telah menyelesaikan pengobatan

secara lengkap, dan pemeriksan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turt

hasilnya negatif yaitu pada akhir dan/atau sebulan sebelum akhir pengobatan, dan pada satu

pemeriksaan follow up sebelumnya.

        Sembuh tapi cacat

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

o  Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan karena

syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

o  Kolaps dari lobus akibat retraksi bonkial.

o  Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada

proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

o  Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena

kerusakan jaringan paru.

o  Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persedian, ginjal dan sebagainya.

o  Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency) Penderita yang mengalami

komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.

Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih

bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada

kasus ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan

simtomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.

         Karier

Page 10: LAPOR KE 6 BLOM

Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada hasil

pemeriksaan ulah dahak 2 kali berturut-turut negatif. Tindak lanjut : penderita diberitahu

apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan mengikuti prosedur tetap.

Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus dilakukan pemeriksaan ulang dahak.

         Kronik

Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi

positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan. Tindak lanjut :

Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 muali dari awal. Penderita

BTA positif pengobatan ulang ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau

diberikan INH seumur hidup.

Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan kedua menjadi

positif. Tindak lanjut : berikan pengobatan kategori 2 muali dari awal.

         Meninggal Dunia

Penderita yang dalam usia masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun.

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun 50% dari penderita TBC akan meninggal, 25% akan

sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25%

sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO, 1996)

     II.1.8. Riwayat Terjadinya Tuberkulosis

1)      Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang

terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier

bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai

saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang

mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC di

sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi

sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Infeksi dapat dibuktikan dengan

terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan

besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh

tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa

kuman akan menetap sebagai kumanpersister atau dormant (tidur). Terkadang daya tahan

tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan,

Page 11: LAPOR KE 6 BLOM

yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC 2) Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary

TBC).

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi

primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi

buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura (Depkes, 2005).

     II.1.9. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut:

1)      Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian

karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

2)      Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial

3)      Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada

proses pemulihan atau retraktif) pada paru.

4)      Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena

kerusakan jaringan paru.

a.    Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.

b.   Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TBC

paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami

batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada kasus seperti ini,

pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila

pendarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Depkes, 2005).

II.2.   Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB paru

1. Umur

Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis yaitu umur, jenis kelamin, serta

infeksi AIDS. Penelitian yang dilakukan di Panti penampungan orang-orang gelandangan

menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara

bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia

dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia

produktif yaitu 15-50 tahun. Pada usia tersebut merupakan masa yang paling produktif untuk

melakukan berbagai kegiatan (Prabu,2008).

2. Jenis Kelamin

Page 12: LAPOR KE 6 BLOM

Kematian wanita karena TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan

serta nifas (WHO). TB Paru merupakan penyakit menular paling ganas yang menyerang dan

membunuh kaum wanita, lebih dari 900 juta wanita tertular oleh kuman TB. 1 juta

diantaranya akan meninggal dan 2,5 juta akan segera menderita penyakit tersebut pada tahun

ini, wanita yang menderita TB paru ini berusia antara 15 - 44 tahun. Wanita dalam usia

reproduksi lebih rentan terhadap TB paru dan lebih mungkin terjangkit oleh penyakit TB

Paru dibandingkan pria dari kelompok usia yang sama sehingga stigma atau rasa malu akibat

TB Paru menyebabkan terjadinya isolasi, pengucilan dan perceraian bagi kaum wanita.

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penularan penyakit TB paru.

Sehingga tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan tentang

penyakit TB diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan TB Paru sehingga dengan pengetahuan

yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan

sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis

pekerjaannya.

4. Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi,

pekerjaan dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Salah satu faktor yang berkaitan dengan

penularan penyakit TB adalah jenis pekerjaan. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang

berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan

pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas,

terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.

Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan

mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan dan

pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah

(kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan

mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap

anggota keluarga sehingga mempunyai status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk

terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan

mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi

syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru.

5. Kebiasaan Merokok Hubungannya Dengan Penyakit Tb paru

Page 13: LAPOR KE 6 BLOM

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan- bahan yang dapat

menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak

hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga kepada

orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar adalah bayi, anak- anak dan ibu-

ibu yang teraksa menjadi perokok pasif oleh karena salah satu anggota keluarga merokok di

rumah.

6. Adanya Kontak Dengan Penderita TB

Kontak, adalah orang yang tinggal serumah atau berhubungan langsung

dengan orang yang menderita TB. Di dalam ruangan dengan ventilasi

yang baik,tetesan kecil tersebut akan terbawa aliran udara, tetapi di

ruangan tertutup (sempit), tetesan tersebut melayang di udara dan akan

bertambah jumlahnya setiap kalli orang tersebut batuk.(Kurnia,2006)

Orang yang berada di ruangan yang sama dengan orang batuk tersebut

dan menghirup udara yang sama berisiko menghirup kuman tuberculosis,

dan risiko paling tinggi adalah bagi mereka yang berada paling dekat dengan orang yang

batuk. Kedua orang tua dapat berbahaya yang tinggal  atau tidur di ruangan sempit.

(Crofton,2002)

Terjadinya pemaparan oleh kuman TB tersebut bias dimana saja antara lain didalam rumah,

sekitar rumah, tempat-tempat umum, seperti sekolah,

pasar, rumah sakit, sarana angkutan umum, dan lainnya. Sehingga harus

dilindungi dengan melakukan pengawasan sistematis pada individu, yang

karena pekerjaannya berhubungan dengan orang lain. Adapun penderita

tuberculosis dewasa yang dapat menularkan adalah orang dewasa

penderita tuberculosis aktif, yaitu pada pemeriksaan dahak secara

mikroskop terlihat BTA positif, dan orang tersebut harus segera diobati.

Selain itu orang yang didiagnosis sebagai tuberkulosis BTA

negatifdengan rontgen positifdan tuberculosis ekstra paru, yang diberikan

pengobatan. (Kurnia, 2006)

7. Kebiasaan Menggunakan Peralatan Makan Penderita

8. Kebiasaan Tidur Bersama Dengan Penderita TB

Page 14: LAPOR KE 6 BLOM

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Waktu dan Tempat

          Hari / Tanggal    : Jumat 06 Mei 2011

          Pukul                 : 09.00 – 11.00 WITA

          Tempat               : Laboratorium Terpadu Lantai 3 FKM UH

III.2. Alat

       Mikroskop binokuler

       Pot dahak

       Ose

       Objek gelas

       Pasir lisol

       Rak pewarnaan

       Spiritus

       Penjepit tabung

       Pipet tetes

III.3. Bahan

                  Aquades atau air keran

Page 15: LAPOR KE 6 BLOM

      Oil emersi

      Larutan carbol fuchsin 0,3%

      Larutan methylen blue 0,3%

      HCL-alkohol 3%

      Pasir lisol

III.4. Prosedur Kerja

          III.4.1. Teknik pembuatan preparat

         Buat pola pada objek glass dengan ukuran 2 x 3 cm

         Objek glass 1 dan 2 direkatkan satu sama lain dengan menggunakan penjepit tabung

         Pijarkan ose hingga ujungnya berwarna merah

         Dinginkan ose tersebut, kemudian ambil sampel sebanyak satu mata ose

         Taruh sampel pada objek glass, kemudian ratakan sesuai pola yang telah dibuat. Setelah

selesai masukkan ose ke dalam pasir lisol, goyangkan untuk melepaskan partikel yang

melekat pada ose.

         Tempelkan label pada objek glass, kemudian lepaskan objek glass berpola

         Pijarkan objek glass agar sampel (sputum) tersebut melekat pada objek glass.

III.4.2. Cara pengecatan

         Sediaan dicat dengan Carbol fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan objek

         Dengan api kecil, kaca objek dipanasi dari bawah sampai zat warna menguap (tidak boleh

mendidih) dilakukan 3 x selama 5 menit.

         Zat warna dibuang dan dicuci dengan air, kemudian dilunturkan dengan HCl alkohol 3 %

sampai semua zat warna terlepas dari sediaan.

         Sediaan dicuci dengan air kemudian dicat dengan Methylein selama 20 detik.

         Sediaan dicuci dengan air, keringkan, periksa / amati di bawah mikroskop

Page 16: LAPOR KE 6 BLOM

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil

Berdasarkan data (gambar) hasil pemeriksaan bahwa pada dahak yang kita teliti ditemukan

basil. Ditemukannya basil ini menunjukkan bahwa sampel yang kita teliti positif terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis pada gambar berbentuk batang

(basil) berwarna merah jambu dan tidak terlalu banyak, sehingga tidak menyulitkan kita

untuk menghitung jumlah basil pada sampel dalam satu lapangan pandang.

        

Mycobacterium tuberculosis ini berwarna merah jambu karena telah dilakukan pewarnaan

sebelumnya dengan Carbol fuchsin. Pewarnaan ini mempermudah kita membedakan basil

dengan bukan basil.

Setelah melakukan penghitungan jumlah basil pada satu lapangan pandang diperoleh jumlah

basil adalah > 10 dalam satu lapangan pandang. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut 

masuk dalam kelompok positif 3 (+++).

IV.2. Pembahasan

Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon

(C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin

dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri

yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis,

Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium

tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan

Page 17: LAPOR KE 6 BLOM

bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan

Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).

Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium

dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam

karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan

larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada

bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi

dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).

Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan prosedur pewarnaan

Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan

methylen blue. Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu positif 1 dan positif 2 yang

dilaporkan secara kuantitatif menurut IUAT, yaitu:

Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.

Positif: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 1: apabila terdapat 10 – 90 BTA / 100 lapang pandang.

Positif 2: apabila terdapat 1 – 9 BTA / 1 lapang pandang.

Positif 3: apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.

Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan

pemberian alkohol asam 3% adalah meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada

golongan BTA tidak terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3% karena memiliki lapisan lipid

yang sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut dan warna

merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah

memberi warna background (Pelczar dan Chan, 1986).

Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan Ziehl Neelson.

Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Fiksasi

bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur sel bakteri. Perlakuan

pencucian dengan menggunakan aquades mengalir bertujuan untuk menutup kembali

lemaknya (Pelczar dan Chan, 1986).

Page 18: LAPOR KE 6 BLOM

BAB V

PENUTUP

V.1    Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan ini dapat kita simpulkan bahwa pada sampel

ditemukan basil tahan asam ( Mycobacterium tuberculosis). Ditemukannya jumlah BTA > 10

dalam satu lapangan pandang menunjukkan bahwa tingkat keparahan dan tingkat penularan

penderita masuk dalam positif 3 (+++) berdasarkan skala IUATLD.

V.2.   Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mennyarankan agar masyarakat betul-betul menjaga

kebersihan lingkungannya serta melakukan vaksinasi secara rutin untuk mencegah penularan

penyakit TB. Adapun bagi orang-orang yang diduga menderita TB segera melakukan

pemriksaan agar penanganan TB bisa dilakukan secara cepat dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: LAPOR KE 6 BLOM

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/3458553/

dernisasiterhadapperubahansosialbudayadimasyarakat.doc.html

Diposkan oleh Dwi Restu S Haris di 07.05 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Its Me

Dwi Restu S Haris Sengkang, Sul-Sel, IndonesiaKesempurnaan hanya milik-Nya

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog ▼   2011 (2)

o ▼   Mei (2) Tweenty Four: Laporan Indentifikasi

BTA Laporan Indentifikasi BTA

Template Ethereal. Gambar template oleh lobaaaato. Diberdayakan oleh Blogger.