39
LAPORAN KASUS ULKUS DIABETIK PADA OPERASI DEBRIDEMENT DENGAN SPINAL ANESTESI Disusun oleh : Intan Cantika,S.Ked 2010730053 Pembimbing : dr. Susanti Handayani, Sp.An dr. Dadang Mulyawan, Sp.An KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIOLOGI RUMAH SAKIT DAERAH KELAS B CIANJUR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

lapkas ulkus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporankasusulkus

Citation preview

Slide 1

LAPORAN KASUSULKUS DIABETIK PADA OPERASI DEBRIDEMENT DENGAN SPINAL ANESTESIDisusun oleh :Intan Cantika,S.Ked2010730053

Pembimbing :dr. Susanti Handayani, Sp.Andr. Dadang Mulyawan, Sp.AnKEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESIOLOGIRUMAH SAKIT DAERAH KELAS B CIANJURFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2015

IDENTITAS PENDERITANama: Ny.TUmur: 53 tahunJenis kelamin: WanitaPekerjaan: IRTRuang : Samolo 1No. CM: 663087Tgl Masuk RS: 21 April 2015 Operasi: 22 Januari 2015 Ahli Bedah: dr. H.Lili,Sp.BAhli Anestesi: dr. Susanti,Sp.AnDiagnosa pra-bedah: Ulkus pedis sinistraJenis Pembedahan: Debridement

ANAMNESIS

Keluhan utama: Luka pada kaki kiri

Riwayat Penyakit Sekarang: 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kaki kesemutan, beberapa hari kemudian kaki kiri memerah, timbul luka seperti nanah. Nyeri (+), bengkak (+). 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien periksa ke puskesmas dan dirujuk ke IGD.

Anamnesis yang berkaitan dengan anestesi:Riwayat alergi obat dan makanan : tidak adaRiwayat asma: tidak adaRiwayat kencing manis: ada sejak 3 tahun yang lalu.Riwayat peyakit jantung: tidak adaRiwayat darah tinggi: tidak adaRiwayat operasi sebelumnya: tidak adaBatuk, pilek, demam, nyeri dada: tidak ada

Riwayat penyakit keluargaPasian menyangkal adanya riwayat gejala yang sama pada keluarg, namun keluarganya ada yang mempunyai riwayat DM. Hipertensi, penyakit jantung, dan alergi disangkal dalam keluarga.Riwayat pengobatanPasien menggunakan novorapid 3x8 unit subkutan namun tidak rutin.Riwayat kebiasaan Pasien ibu rumah tangga, merokok (-), pasien tidak mengkonsumsi alkohol. Sejak dulu pasien sering makan-makanan yang manis dan berlemak.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan pra-bedahKeadaan umum: Tambak sakit sedangKesadaran: komposmentisTV: TD: 130/80 mmHg T: 36,7celcius N: 96 x/menit RR: 20x/menitBB: 60 kgTB: 150 cmASA: II

Status GeneralisataKepala: normocephalMata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-Telinga: Discharge (-/-)Hidung: Discharge (-/-), epistaksis (-/-), polip(-/-), massa (-/-)Mulut: Sianosis (-), perdarahan gusi (-), Mallampati I, trismus(-), kesulitan membuka mulut (-)Gigi: Gigi ompong (-), gigi goyang(-), gigi palsu (-)Tenggorok: T1-1, faring hiperemis (-)Leher: Pembesaran KGB (-), fraktur servikal (-), bamboo spine (-), massa (-)Thorax: Cor: Inspeksi: ictus cordis tak tampak Palpasi: ictus cordis tidak teraba Perkusi: konfigurasi jantung normal Auskultasi: BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)Pulmo: Inspeksi: gerakan simetris pada kedua lapang paru Palpasi: vokal fremitus kanan = kiri Perkusi: sonor seluruh lapangan paru Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+)

Abdomen:Inspeksi: Gerakan pernapasan dinding perut (-), benjolan (-),spider nevi (-).Palpasi : Hepar&lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)Perkusi: Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)Auskultasi: Bising usus (+) normal suara tambahan (-/-)

Ekstremitas: Akral dingin -/--/- Edema-/--/- Sianosis-/--/- Capillary refill ropivacaine > bupivacaine dan levobupivacaine (yang paling lambat). Toksisitas lokal

1.Transient radicular irritation (TRI) atau transient neurologic symptoms (TNS) Ditandai oleh dysesthesia, nyeri terbakar, low back pain dan sakit pada ekstrimitas bawah dan bokong. 2. Cauda equine syndrome Terjadi ketika luka yang tersebar ke pleksus lumbosakral menyebabkan derajat yang bermacam-macam anestesi sensori,disfungsi spinkter usus dan kandung kemih, dan paraplegi.

Efek samping terhadap Sistem Tubuh

Sistem kardiovaskular Injeksi intravaskluar bupivakain telah menyeababkan reaksi kardiotoksik berat, meliputi hipotensi, blok jantung atrioventrikular, dan disritmia seperti fibrilasi ventrikel. Sistem pernapasan Apnea dapat diakibatkan oleh paralisis saraf interkostal dan phrenic atau penekanan pusat respirasi medulla yang menyertai eksposure langsung terhaap agen local anestetik (postretrobulbar apnea syndrome). Saraf pusat (SSP) Dengan tanda-tanda awal parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinnitus, pandangan kabur, agitasi, twitching, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi, koma. Tambahan adrenalin berisiko kerusakan saraf.

System muskuloskletal Bersifat miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain) ketika diinjeksikan secara langsung kedalam otot skelet.

FENTANYLFentanil merupakan zat sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100X morfin. Lebih larut dalam lemak disbanding petidin dan menembus sawar jaringan dengan mudah. Dimetabolisir oleh hati dan diekskresikan keluar tubuh melalui urin.

Fentanil dalam dosis ekuianalgesik menimbulkan depresi napas . Obat ini menurunkan kepekaan pusat nafas terhadap CO2 dan mempengaruhi pusat napas yang mengatur irama napas dalam pons. Fentanil meningkatkan kepekaan alat keseimbangan yang merupakan dasar timbulnya mual, muntah dan pusing pada mereka yang berobat jalan.

Sistem Kardiovaskular Pemberian dosis terapi Fentanil pada pasien yang berbaring tidak mempengaruhi kardiovaskular, tidak menghambat kontraksi miokard dan tidak mengubah gambaran EKG. UreterSetelah pemberian Fentanil dosis terapi, peristaltik ureter berkurang. Hal ini disebabkan berkurangnya produksi urine akibat dilepaskannya ADH dan berkurangnya laju filtrasi glomerulus.

Farmakokinetik

Fentanil larut dalam lemak dan menembus sawar jaringan dengan mudah. Setelah suntikan intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan Morfin, tetapi fraksi terbesar dirusak oleh paru ketika pertama kali melewatinya. Dimetabolisir oleh hati dengan N-dealkilasi dan hidroksilasi serta sisa metabolismenya dikeluarkan lewat urine.

Tindakan PencegahanFentanil bisa menyebabkan depresi pernafasan, sediakan selalu peralatan resusitasi.

Faktor Resiko Untuk Pasien DiabetesPenelitian menunjukkan bahwa pembedahan pada pasien diabetes dapat meningkatkan mortalitas sampai 10 kali, yang disebabkan oleh:SepsisNeuropati autonomikKomplikasi aterosklerosis (penyakit arteri koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer)Ketoasidosis dan koma hiperglikemik hiperosmolar

Pengaruh Obat Anestesi Pada Penderita DM

Penggunaan anestesi lokal baik yang dilakukan dengan teknik epidural atau subarakhnoid tak berefek pada metabolisme karbohidrat. Teknik subarakhnoid atau epidural lebih memuaskan dan tanpa menimbulkan kcmplikasi.