Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    1/24

    Laporan kasus

    TINEA CORPORIS

    ET CRURIS

    Oleh:

    TUTI SELI SUGIARTI

    10101023

    Pembimbing :

    Dr. Imawan Hardiman. Sp.KK

    KKS BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD. BANGKINANG

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB

    2014

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    2/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah

    dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang

    berjudul tinea corporis et cruris yang diajukan sebagai persyaratan untuk

    mengikuti KKS Ilmu Kulit dan Kelamin. Terima kasih penulis ucapkan kepada

    dokter pembimbing yaitu dr. Imawan Hardiman, Sp.KK yang telah bersedia

    membimbing penulis, sehingga laporan kasus ini dapat selesai pada waktunya.

    Penulis memohon maaf jika dalam penulisan laporan kasus ini terdapat

    kesalahan, dan penulis memohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan

    laporan kasus ini. Atas perhatian dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.

    Bangkinang,16 november 2014

    Penulis

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    3/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 2

    DAFTAR ISI 3

    BAB I : PENDAHULUAN 4

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 5

    2.1Definisi 5

    2.2Epidemiologi 5

    2.3Etiologi 6

    2.4Klasifikasi 6

    2.5Patogenesis 7

    2.6Manifestasi klinis 8

    2.7Diagnosis banding 12

    2.8Penatalaksanaan 13

    2.9Prognosis 15

    BAB III : LAPORAN KASUS 16

    DAFTAR PUSTAKA 21

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    4/24

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    5/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi1,2

    Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung

    zat tanduk,misalnya stratum korneum pada epidermis,rambut dan kuku

    yang disebabkan jamur golongan dermatofita.

    Salah satu pembagian dermatofitosis berdasarkan lokasi bagian

    tubuh manusia yang diserang, salah satunya adalah Tinea Korporis yaitu

    dermatofitosis yang menyerang daerah kulit tak berambut (glabrous skin)

    pada wajah, badan, lengan, dan tungkai.Sedangkan dermatofitosis yang

    sering ditemukan pada kulit lipat paha, genitalia, daerah pubis, perineum

    dan perianal disebut tinea kruris.

    2.2 Epidemiologi4,5

    Tinea korporis merupakan infeksi yang umumnya sering dijumpai

    didaerah tropis, Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih

    umum menyebabkan tinea korporis, sekitar 47 %. Walaupun prevalensi

    tinea korporis dapat disebabkan oleh peningkatan Tricophyton tonsuran,

    Microsporum canis merupakan organisme ketiga sekitar 14 %

    menyebabkan tinea korporis.

    Tinea korporis mungkin ditransmisikan secara langsung dari

    infeksi manusia atau hewan melalui autoinokulasi dari reservoir, sepertikolonisasi T.rubrumdi kaki. Anak-anak lebih sering kontak pada zoofilik

    patogen seperti M.canispada kucing atau anjing. Pakaian ketat dan cuaca

    panas dihubungkan dengan banyaknya frekuensi dan beratnya erupsi.

    Maserasi dan oklusi kulit lipatan menyebabkan peningkatan suhu dan

    kelembaban kulit yang memudahkan infeksi. Penularan juga dapat

    terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    6/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 6

    tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya

    handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain.

    Infeksi dermatofit tidak menyebabkan mortalitas yang signifikan

    tetapi mereka bisa berpengaruh besar terhadap kualitas hidup. Tinea

    korporis prevalensinya sama antara pria dan wanita. Tinea korporis

    mengenai semua orang dari semua tingkatan usia tapi prevalensi

    nya lebih tinggi pada preadolescen. Tinea korporis yang berasal dari

    binatang umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak.

    Sedangkan Tinea cruris dapat ditemui diseluruh dunia dan paling

    banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang

    dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada

    kematian yang berhubungan dengan tinea cruris. Jamur ini sering

    terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau

    lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.

    2.3 Etiologi1,3,4

    Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan

    dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.

    Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga

    genus, yaitu Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton

    spp.

    Walaupun semua dermatofita bisa menyebabkan tinea

    korporis, penyebab yang paling umum adalah Trichophyton Rubrum

    dan Trichophyton Mentagrophytes, begitupun dengan penyebab utama

    dari tinea cruris yaitu Trichopyhton rubrum (90%) , Trichopyhton

    tonsurans (6%), dan Trichophyton mentagrophytes (4%).

    Gambar 1 : etiologi dermatomikosis

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    7/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 7

    2.4 Klasifikasi1,7

    Dermatofitosis dibagi oleh beberapa penulis, misalnya SIMONS dan

    GOHAR (1954), menjadi dermatomikosis, trikomikosis dan onikomikosis

    berdasarkan bagian tubuh manusia yang terserang. Pembagian yang lebih

    praktis dan dianut oleh para spesialis kulit adalah yang berdasarkan lokasi.

    Dengan demikian dikenal bentuk :

    Tinea kapitis : dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.

    Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot

    Tinea kruris : dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar

    anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.

    Tinea pedis : dermatofitosis pada kaki.

    Tinea manus : dermatofitosis pada tangan.

    Tinea unguium: dermatofitosis pada kuku jari kaki dan tangan

    Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak

    termasuk 5 bentuk tinea diatas.

    Selain 6 bentuk tinea masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus,

    yang dianggap sebagai sinonim tinea korporis. yaitu :

    Tinea imbrikata : dermatofitosis dengan susunan squama

    yang konsentris dan disebabkan oleh trichophyton concentricum.

    Tinea favosa (favus) : dermatofitosis yang disebabkan oleh

    tricophyton schoenleini, secara klinis antara lain terbentuk skutula

    dan berbau seperti tikus (mousy odor)

    Tinea fasialis, tinea aksilaris, yang juga menunjukkan daerah

    kelainan

    Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif

    morfologis.

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    8/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 8

    Pada akhir-akhir ini dikenal nama tinea incognito, yang berarti

    dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati

    dengan steroid topical kuat.

    2.5 Patogenesis1,5,6

    Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan

    dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin.

    Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga

    genus, yaitu Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton

    spp.Jalan masuk yang mungkin pada infeksi dermatofita adalah

    kulit yang luka, jaringan parut, dan adanya luka bakar. Infeksi ini

    disebabkan oleh patogen yang menginvasi lapisan kulit yang paling

    atas, yaitu pada stratum korneum, lalu menghasilkan enzim keratinase dan

    menginduksi reaksi inflamasi pada tempat yang terinfeksi. Inflamasi

    ini dapat menghilangkan patogen dari tempat infeksi sehingga patogen

    akan mecari tempat yang baru di bagian tubuh. Perpindahan organisme

    inilah yang menyebabkan gambaran klinis yang khas berupa central

    healing. Infeksi dermatofita melibatkan 3 langkah utama, yaitu :

    Adhesi pada keratinosit

    pertama ialah perlekatan ke keratinosit, jamur superfisial harus

    melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan

    keratin di antaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi

    dengan flora normal lain, sphingosin yang diproduksi oleh

    keratinosit. Dan asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar

    sebasea bersifat fungistatik.

    Penetrasi

    penetrasi melalui ataupun di antara sel, setelah terjadi

    perlekatan spora harus berkembang dan menembus stratum

    korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses

    deskuamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    9/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 9

    lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi

    untuk jamur. Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur

    ke jaringan. Fungal mannan di dalam dinding sel dermatofita

    juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi keratinosit.

    Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan

    terdalam epidermis.

    Perkembangan respon host

    derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan

    organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau

    Delayed Type Hypersensitivity (DHT) memainkan peran yang

    sangat penting dalam melawan dermatifita.pada pasien yang belum

    pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya menyebabkan inflamasi

    minimal dan trichopitin test hasilnya negatif. Infeksi

    menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang dihasilkan oleh

    peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa antigen

    dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan

    dipresentasikan oleh limfosit T di nodus limfe. Limfosit T

    melakukan proliferasi dan bermigrasi ke tempat yang terinfeksi

    untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba menjadi

    inflamasi dan barier epidermal menjadi permaebel terhadap

    transferin dan sel-sel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi

    secara spontan menjadi sembuh.Selain reaksi hipersensitivitas

    tipe lambat, infeksi jamur juga dapat menginduksi reaksi

    hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1). Mekanisme imun yang terlibat

    di dalam patogenesis infeksi jamur masih perlu diteliti lebih

    jauh lagi. Penelitian yang baru menunjukkan bahwa munculnya

    respon imun berupa reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I)

    atau tipe lambat (tipe IV) terjadi pada individu yang berbeda.

    Antigen dari dermatofita menstimulasi produksi IgE, yang

    berperan dalam reaksi hipersensitivitas tipe cepat, terutama pada

    penderita dermatofitosis kronik. Dalam prosesnya, antigen

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    10/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 10

    dermatofita melekat pada antibodi IgE pada permukaan sel

    mast kemudian menyebabkan cross-linking dari IgE. Hal ini

    dapat menyebabkan terpicunya degranulasi sel mast dan

    melepaskan histamin serta mediator proinflamasi lainnya.

    2.6 Gejala Klinis2,4,5

    Tinea korporis

    Tinea korporis bisa mengenai bagian tubuh manapun

    meskipun lebih sering terjadi pada bagian yang terpapar. Pada

    penyebab antropofilik biasanya terdapat di daerah yang tertutup

    atau oklusif atau daerah trauma.

    Keluhan berupa rasa gatal. Pada kasus yang tipikal

    didapatkan lesi bulat yang berbatas tegas, pada tepi lesi tampak

    tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung menyembuh.

    Lesi yang berdekatan dapat membentuk pola gyrate atau polisiklik.

    Derajat inflamasi bervariasi, dengan morfologi dari eritema

    sampai pustula, bergantung pada spesies penyebab dan status imun

    pasien. Pada penyebab zoofilik umumnya didapatkan tanda

    inflamasi akut. Pada keadaan imunosupresif, lesi sering menjadi

    lebih luas.

    Tinea korporis dapat bermanifestasi sebagai gambaran

    tipikal, dimulai sebagai lesi eritematosa, plak yang bersisik yang

    memburuk dan membesar, selanjutnya bagian tengah dari lesi akan

    menjadi bentuk yang anular dan mengalami resolusi. Bentuk lesi

    menjadi anular berupa skuama, krusta, vesikel, dan papul sering

    berkembang, khususnya pada bagian tepinya. Kadang-kadang

    terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya

    merupakan bercak terpisah satu dengan yang lainnya.

    Tinea korporis lebih sering ditemukan sebagai

    asimptomatik atau gatal ringan. Secara obyektif tipikal lesinya

    mulai sebagai makula eritematosa atau papul yang menjalar dan

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    11/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 11

    berkembang menjadi anular, dan lesi berbatas tegas, skuama atau

    vesikel, tepi yang berkembang dan healing center. Tinea korporis

    lebih sering pada permukaan tubuh yang terbuka antara lain wajah,

    lengan dan bahu.

    Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang akut

    biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap

    bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha.

    Dalam hal ini disebut tinea korporis dan kruris.Bentuk khas tinea

    korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum

    disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata mulai dengan bentuk

    papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum

    korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar.

    Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah,

    sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris.

    Tinea kruris

    Gambaran klinik lesi simetris dilipat paha kanan dan kiri

    mula-mula lesi berupa bercak eritematosa, gatal lama

    kelamaan meluas sehingga dapat meliputi scrotum, pubis

    ditutupi skuama, kadang-kadang disertai banyak vesikel kecil-

    kecil. Diagnosis berdasar gambaran klinis yang khas dan

    ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit

    dengan mikroskopis langsung memakai larutan KOH 10-20%.

    2.7

    Pemeriksaan Penunjang 1,5

    Gejala klinis dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan

    laboratorium. Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan

    diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan.

    Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan histopatologik dan imunologik

    tidak diperlukan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur

    diperlukan bahan klinis yang berupa kerokan kulit.

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    12/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 12

    Bahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan

    kemudian ditambah 1-2 tetes larutan KOH lalu diperiksa langsung

    dengan mikroskop. Pemeriksaan kerokan kulit dengan ditambahkan KOH

    akan dijumpai adanya hifa. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan

    untuk menyokong pemeriksaan langsung dengan sediaan basah dan

    untuk menentukan spesies jamur.

    Pembiakan dilakukan pada medium agar Sabouraud karena

    dianggap merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan

    jamur.Pemeriksaan lainnya dengan lampu wood (sinar ultraviolet), pada

    tinea kapitis akan memunculkan fluoresensi berwarna kehijauan.

    2.8 Diagnosis Banding1,7

    DERMATITIS SEBOROIK

    Dermatitis kronik yang terjadi pada daerah yang mempunyai

    banyak kelenjar sebasea.Seperti pada muka,kepala,dada.

    Efloresensi : Patch / plak eritematosa dengan skuama berwarna

    kekuningan berminyak dengan batas tidak tegas.

    PSORIASIS

    Merupakan penyakit kulit yang bersifat kronik,residif,dan tidak

    infeksius. Efloresensi : plak eritematosa berbatas tegas ditutupi

    skuama tebal,berlapis-lapis dan berwarna putih mengkilat.Terdapat

    tiga fenomena,yaitu bila di gores dengan benda tumpul

    menunjukkan tanda tetesan lilin. Kemudian bila skuama dikelupas

    satu demi satu sampai dasarnya akan tampak bintik-bintik

    perdarahan,dikenal dengan nama Auspitz sign.Adanya fenomena

    Gambar 2 : pemeriksaan sinar wood

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    13/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 13

    Koebner / reaksi isomorfik yaitu timbul lesi-lesi yang sama dengan

    kelainan psoriasis akibat bekas trauma / garukan.

    PITIRIASIS ROSEA

    Merupakan keradangan kulit akut berupa lesi papuloskuamosa

    pada badan,lengan atas bagian proksimal dan paha atas.

    Efloresensi:papul / plak eritematosa berbentuk oval dengan skuama

    collarette(skuama halus di pinggir).Lesi pertama (Mother

    patch/Herald patch) berupa bercak yang besar,soliter,oval dan

    anular berdiameter dua sampai enam cm.Lesi tersusun sesuai

    lipatan kulit sehingga memberikan gambaran menyerupai pohon

    cemara (Christmas tree).

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    14/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 14

    DIAGNOSIS

    BANDING

    Tinea korporis

    et kruris

    Dermatitis

    seboroik

    Psoriasis Pitiriasis rosea

    Definisi Dermatofitosispada glabrous

    skin dan sela

    paha.

    Kelainan kulityang didasari

    oleh faktor

    konstitusi.

    Penyakitautoimun

    bersifat

    kronik residif.

    Penyakit kulityang belum

    diketahui

    penyebabnya.

    Etiologi Jamur

    trichophyton

    rubrum

    Belum

    diketahui

    (diduga

    karena

    pityrosporum

    ovale)

    Faktor

    genetik,

    imunologik,

    dan faktor

    pencetus

    seperti stress

    psikis, infeksi

    fokal, trauma,endokrin,

    metabolik,

    obat, alkohol

    dan merokok

    Belum

    diketahui

    (hipotesis :

    virus) karna

    penyakit self

    limiting

    disease.

    predileksi kulit tak

    berambut

    (glabrous skin)

    pada wajah,

    badan, lengan,

    dan tungkai.Serta kulit lipat

    paha, genitalia,

    daerah pubis.

    Diberbagai

    tempat

    seboroik.

    Scalp,

    perbatasan

    daerah

    tersebut

    dengan muka,

    siku, lutut,dan daerah

    lumbosakral.

    Badan, lengan

    atas bagian

    proksimal dan

    paha atas,

    seperti

    pakaianrenang wanita

    zaman dahulu.

    Efloresensi Lesi bulat

    sirkumskrip,

    makula eritem,

    skuama bahkan

    sampai erosi,

    vesikel/papul

    di tepi dengan

    daerah tengahnya lebih

    tenang.

    Macula

    eritema dan

    skuama

    berminyak

    dan agak

    kekuningan.

    Batas agak

    kuang tegas.

    Plak eritema,

    sirkumskrip

    dan merata.

    Skuama

    berlapis-lapis,

    kasar,dan

    berwarna

    putih sepertimika, serta

    transparan.

    Dimulai

    dengan lesi

    pertama

    (herald patch)

    berbentuk

    pohon cemara

    terbalik,

    berbentuksoliter, oval

    dan anular,

    serta skuama

    halus,

    Khas Pemeriksaan

    kerokan kulit

    dengan KOH

    20%

    ditemukan

    hifa.

    Pemeriksaan

    sediaan

    langsung kulit

    kepala

    ditemukan

    p.ovale.

    Fenomena

    tetes lilin,

    Auspitz dan

    koebner (+)

    Pemerksaan

    keroan kulit

    dengan KOH

    (-)

    Gambar 3 : diagnosis banding

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    15/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 15

    2.9

    Penatalaksanaan 1,5,6

    A.Terapi topikal

    Terapi direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya

    hidup pada jaringan. Berbagai macam preparat imidazol dan alilamin

    tersedia dalam berbagai formulasi. Dan semuanya memberikan

    keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal digunakan 1-2 kali sehari

    selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol dan

    allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi.Berikut obat yang sering digunakan :

    Topical azol terdiri atas :

    a. Econazol 1 %

    b. Ketoconazol 2 %

    c. Clotrinazol 1%

    d. Miconazol 2% dll.

    Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.

    Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur

    skualen 2,3 epoksidase sehingga skualen menumpuk pada proses

    pembentukan ergosterol membran sel jamur. yaitu aftifine 1 %,

    butenafin 1% Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti inflamasi )

    yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7

    hari berturut-turut.

    Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja

    menghambat masuknya bahan esensial selular dan pada

    konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur merupakan

    agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi

    dan anti bakteri serta berspektrum luas.

    Kortikosteroid topikal yang rendah sampai medium bisa

    ditambahkan pada regimen anti jamur topikal untuk menurunkan

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    16/24

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    17/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 17

    2.10 Prognosis

    Untuk dermatofitosis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik

    dengan tingkat kesembuhan 70-100% setelah pengobatan dengan azol

    topikal atau allilamin atau dengan menggunakan anti jamur sistemik.

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    18/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 18

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS

    3.1Identitas Pasien

    Nama : Fernando Pendidikan : SMA

    Umur : 15 tahun Agama : Islam

    Jenis kelamin : laki-laki Suku : Domu

    Pekerjaan : pelajar No.MR : --

    Alamat : muara jale Tanggal : 06-12-2014

    Status perkawinan: -

    3.2Anamnesis

    1. Keluhan Utama

    Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan terdapat

    kemerahan dan keropeng disertai rasa gatal di kaki, paha, selangkangan

    kiri, perut bagian bawah, leher dan pipi kiri sejak 2 minggu yang lalu.

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan terdapat

    kemerahan dan keropeng disertai rasa gatal di kaki, paha, selangkangan

    kiri, perut bagian bawah, leher dan pipi kiri sejak 2 minggu yang lalu.

    Awalnya timbul kemerahan pada kulit yang terasa gatal kemudian setelah

    digaruk timbul gelembung sebesar jarum pentul yang semakin lama

    semakin menyebar setelah pecah membentuk keropeng dan keropeng itu

    dikelupasi oleh pasien hingga membentuk sisik. Gatal dirasa sama pada

    riang dan malam hari, hanya saja jika berkeringat lebih gatal.Pasien adalah pelajar yang tinggal di pesantren yang 1 kamar nya

    berisi 18 orang dengan tempat tidur yang terpisah. 1 kamar terdapat 3

    kamar mandi dan pasien mengaku menggunakan anduk dan baju yang

    terpisah dengan teman-temannya.

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    19/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 19

    3. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya, tetapi 3

    tahun lalu pasien pernah mengeluh gatal-gatal ditangan nya yang

    kemudian sembuh setelah berobat kedokter dengan diberi obat oles.

    4. Riwayat Penyakit Keluarga

    Teman 1 kamar pasien memiliki keluhan gatal-gatal disela jari

    tetapi berbeda dengan keluhan pasien.

    5. Riwayat Pengobatan

    Pasien pernah sekali menggosok gatal nya dengan daun

    gelanggang gaja.

    6. Riwayat kebiasaan

    Mandi 2x sehari menggunakan air sumur

    3.3Pemeriksaan Fisik

    1. Status Generalisata

    a.

    Keadaan umum : Tidak tampak sakit

    b.

    Kesadaran : Composmentis kooperatif

    2 Tanda vital

    a.

    Tekanan darah : Tidak diperiksa

    b. Nadi : Tidak diperiksa

    c. Nafas : Tidak diperiksa

    d.

    Suhu : Tidak diperiksa

    e. Keadaan gizi : Baik

    f.

    Pemeriksaan thorax : Tidak diperiksa

    g.

    Pemeriksaan abdomen : Tidak diperiksa

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    20/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 20

    3 Status Dermatologis

    a. Lokasi : Regio dorsum pedis sinistra, region paha sinistra,

    regio inguinal, leher dan pipi sinistra.

    b.

    Distribusi : Regional

    c. Bentuk : Bulat hingga tidak teratur dengan permukaan yang

    tidak rata dan kasar.

    d. Susunan : Berkelompok

    e. Batas : Sirkumskrip

    f. Ukuran : Miliar, lentikular, numular sampai plakat

    g.

    Efloresensi : Primer (makula eritem dengan vesikel miliar)

    Sekunder (Plak hiperpigmentasi, krusta, skuama,

    dan erosi)

    Gambar 4 : kondisi pasien saat datang ke poli

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    21/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 21

    4 Kelainan mukosa : Tidak ditemukan kelainan

    5 Kelainan Mata : Tidak ditemukan kelainan

    6 Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan

    7 Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan

    8 Kelainan KGB : Tidak ditemukan pembesaran KGB

    3.4Pemeriksaan Penunjang

    Kerokan kulit dengan KOH 20%

    3.5Resume

    Tn. F umur 15 tahun datang ke RSUD Bangkinang dengan keluhan

    terdapat kemerahan dan keropeng disertai rasa gatal di kaki, paha,

    selangkangan kiri, perut bagian bawah, leher dan pipi kiri sejak 2 minggu

    yang lalu. Awalnya timbul kemerahan pada kulit yang terasa gatal

    kemudian setelah digaruk timbul gelembung sebesar jarum pentul yang

    semakin lama semakin menyebar setelah pecah membentuk keropeng dan

    keropeng itu dikelupasi oleh pasien hingga membentuk sisik. Gatal dirasa

    sama pada riang dan malam hari, hanya saja jika berkeringat lebih

    gatal.Pasien adalah pelajar yang tinggal di pesantren yang 1 kamar nya

    berisi 18 orang dengan tempat tidur yang terpisah. 1 kamar terdapat 3

    kamar mandi dan pasien mengaku menggunakan anduk dan baju yang

    terpisah dengan teman-temannya.

    Pasien tidak pernah mengeluh seperti ini sebelumnya, tetapi 3

    tahun lalu pasien pernah mengeluh gatal-gatal ditangan nya yang

    kemudian sembuh setelah berobat kedokter dengan diberi obat oles.

    Teman 1 kamar pasien memiliki keluhan gatal-gatal disela jari tetapi

    berbeda dengan keluhan pasien. Pasien pernah sekali menggosok gatal nya

    dengan daun gelanggang gaja. Mandi 2x sehari menggunakan air sumur.

    Lokasi lesi pada Regio dorsum pedis sinistra, region paha sinistra,

    regio inguinal, leher dan pipi sinistra dengan Distribusi Regional, Bentuk

    Bulat hingga tidak teratur dengan permukaan yang tidak rata dan kasar,

    Susunan Berkelompok, Batas Sirkumskrip, Ukuran Miliar, lentikular,

    numular sampai plakat dengan Efloresensi Primer (makula eritem dengan

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    22/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 22

    vesikel miliar) dan efloresensi Sekunder (Plak hiperpigmentasi, krusta,

    skuama, dan erosi)

    3.6Diagnosis Kerja

    Tinea corporis et cruris

    3.7Diagnosis Banding

    DIAGNOSIS

    BANDING

    Tinea korporis

    et kruris

    Dermatitis

    seboroik

    Psoriasis Pitiriasis rosea

    Definisi Dermatofitosis

    pada glabrous

    skin dan sela

    paha.

    Kelainan kulit

    yang didasari

    oleh faktor

    konstitusi.

    Penyakit

    autoimun

    bersifat

    kronik

    residif.

    Penyakit kulit

    yang belum

    diketahui

    penyebabnya.

    Etiologi Jamur

    trichophyton

    rubrum

    Belum

    diketahui

    (diduga

    karena

    pityrosporum

    ovale)

    Faktor

    genetik,

    imunologik,

    dan faktor

    pencetus

    seperti stresspsikis, infeksi

    fokal, rauma,

    endokrin,

    metabolik,

    obat, alkohol

    dan merokok

    Belum

    diketahui

    (hipotesis :

    virus) karna

    penyakit self

    limitingdisease.

    predileksi kulit tak

    berambut

    (glabrous skin)

    pada wajah,

    badan, lengan,dan tungkai.

    Serta kulit lipat

    paha, genitalia,

    daerah pubis.

    Diberbagai

    tempat

    seboroik.

    Scalp,

    perbatasan

    daerah

    tersebut

    denganmuka, siku,

    lutut, dan

    daerah

    lumbosakral.

    Badan, lengan

    atas bagian

    proksimal dan

    paha atas,

    seperti pakaianrenang wanita

    zaman dahulu.

    Efloresensi Lesi bulat

    sirkumskrip,

    makula eritem,

    skuama

    bahkan sampai

    erosi,

    vesikel/papul

    Macula

    eritema dan

    skuama

    berminyak

    dan agak

    kekuningan.

    Batas agak

    Plak eritema,

    sirkumskrip

    dan merata.

    Skuama

    berlapis-

    lapis,

    kasar,dan

    Dimulai

    dengan lesi

    pertama

    (herald patch)

    berbentuk

    pohon cemara

    terbalik,bentuk

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    23/24

    KKS ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD BANGKINANG Page 23

    di tepi dengan

    daerah tengah

    nya lebihtenang.

    kuang tegas. berwarna

    putih seperti

    mika, sertatransparan.

    soliter, oval

    dan anular,

    serta skuamahalus,

    Khas Pemeriksaan

    kerokan kulit

    dengan KOH

    20%

    ditemukan

    hifa.

    Pemeriksaan

    sediaan

    langsung kulit

    kepala

    ditemukan

    p.ovale.

    Fenomena

    tetes lilin,

    Auspitz dan

    koebner (+)

    Pemerksaan

    keroan kulit

    dengan KOH (-

    )

    3.8

    Penatalaksanaan1. Umum

    a.

    Menjaga kebersihan dengan mandi 2x sehari dengan sabun

    b. Jangan menggaruk lesi

    c. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat

    d.

    Tidak menggunakan peralatan pribadi seperti handuk, spay dan

    baju secara bersamaan

    2. Khusus

    a.

    Sistemik : Ketokonazol 200 mg/hari selama 3 minggu

    b.Topical : asam salisilat 5%

    3.9Prognosis

    1. Quo ad sanam : Bonam

    2. Quo ad vitam : Bonam

    3.

    Quo ad functionam : Bonam

    4. Quo ad kosmetikum : Bonam

  • 8/10/2019 Lapkas Tinea Corporis Et Cruris (Seli)

    24/24

    BAB IV

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Nugroho SA. Pemeriksaan penunjang diagnosis dermatomikosis superfisialis.

    In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty

    S, editors. Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2011.

    2. Siregar, RS. Atlas Bewarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi kedua. Jakarta:

    EGC; 2013

    3.

    Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit. Makassar: Percetakan LKiS, 2013

    4.

    Rushing ME. Tinea corporis. Online journal. 2011 June 29; availablefrom; http://www.emedicine.com/asp/tinea corporis/article/page

    type=Article.htm

    5. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan

    Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010

    6. Budimulja, U.: Infeksi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 2009

    7. Gupta, Aditya K.; Chaudhry, Maria; Elewski, Boni (July 2008). Tinea

    coeporis, tinea cruris, tinea nigra, and piedra. Dermatologic Clinics

    (Philadelphia;Elsevier Health Sciences Division) 21 (3); 395-400.