Upload
irma-pryuni-ainanda
View
155
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
KASUS STASE KULIT
Citation preview
LAPORAN KASUS
PRURIGO NODULARIS
Oleh :
IRMA PRYUNI AINANDAI11109008
SMF KULIT DAN KELAMIN RSUD DR. SOEDARSOFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA2014BAB I
PENDAHULUAN
Prurigo ialah erupsi papular kronik atau rekurens. Terdapat berbagai
macam prurigo, yang tersering muncul ialah prurigo Hebra disusul oleh prurigo
nodularis.
Prurigo nodularis merupakan penyakit kronik pada orang dewasa ditandai
oleh adanya nodus kutan yang gatal, terutama terdapat di bagian ekstensor. Kausa
dari penyakit ini masih belum diketahui dengan jelas, namun serangan-serangan
gatal timbul bila terdapat atau mengalami ketegangan emosional. Penyakit ini
dianggap sebagai neurodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik. Penyakit
ini biasanya muncul pada orang dewasa meskipun dapat juga terjadi pada usia
berapapun, umunya mulai mumcul pada usia 40 sampai 60 tahun. Pria dan wanita
memiliki kecenderungan yang sama untuk mendapatkan penyakit ini meskipun
ada literatur yang menyebutkan bahwa wanita lebih sering terkena. Pasien dengan
dermatitis atopik umumnya memiliki onset yang lebih muda (rata-rata 19 tahun)
dibandingkan dengan pasien tanpa dermatitis atopik (rata-rata 48 tahun).
Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya prurigo nodularis
diantaranya yaitu musim panas; kebersihan atau higiene yang kurang; makanan
seperti ikan asin, makanan laut, dan alkohol sering menyebabkan penyakit
bertambah berat; selain itu faktor emosi atau ketegangan emosi menyebabkan
penyakit semakin gatal dan hebat.
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan
berupa kelainan kulit dimulai dengan papula-papula miliar pada bagian ekstensor
ekstremitas yang makin membesar membentuk nodus-nodus lentikular. Terasa
sangat gatal dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder. Jika ada infeksi timbul
limfadenopati.
Pada pemeriksaan kulit pasien prurigo numular akan ditemukan lesi
dengan lokalisasi umumnya di ekstremitas bagian ekstensor dengan gambaran
efloresensi nodula lentikular berwarna hitam tersebar sepanjang tungkai bagian
ekstensor. Nodula dikelilingi daerah hiperpigmentasi. Lesi dapat tunggal atau
multipel. Bila perkembangannya sudah lengkap, maka lesi akan berubah menjadi
verukosa atau mengalami fisurasi.
Gambaran histtopatologik akan memperlihatkan (1) penebalan epidermis,
sehingga tampak hiperkeratosis, hipergranulosis, akantosis yang tak teratur atau
disebut juga sebagai hiperplasi psoriasiformis yang tak teratur; (2) penebalan
stratum papilaris dermis, yang terdiri atas kumpulan serat kolagen kasar yang
arahnya tegak lurus terhadap permukaan kulit (disebut sebagai collagen in vertical
streaks); serta (3) sebukan sel-sel radang sekitar pembuluh darah yang melebar di
dermis bagian atas, sel-sel tersebut terutama terdiri atas limfosit dan histiosit.
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan lesi pada kulit pasien,
penegakan diagnosis juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan darah, elektrolit, kimia darah dan laju endap darah.
Diagnosis banding untuk penyakit prurigo nodularis adalah dermatitis
atopik tipe dewasa dan liken simpleks kronis.
Penatalaksanaan dapat diberikan berupa terapi sistemik antihistamin H1
golongan terbaru seperti loratadin, terfenadin atau sitresin diberikan 1 kali sehari
atau dapat pula diberikan sintikan kortikosteroid intralesi terutama larutan
triamsinolon asetonida 5-10mg/ml. Dosis 0,1-0,2 ml pada tiap tempat suntikan
dengan jarak suntikan 1 kali seminggu.
Prognosis umumnya baik.
BAB II
PENYAJIAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :72 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : Jl. Adisucipto BTN Teluk mulus E51
Pekerjaan : Pensiunan pemerintah daerah
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal : 20 Januari 2014 pukul : 10.25 wib
Keluhan utama :
Gatal di tangan, tengkuk, kepala dan bokong.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengaku bahwa keluhan gatal ini sudah sejak lama namun lupa
kapan pastinya yaitu sekitar tahun 1990an (sekitar 10 tahun yang lalu).
Awalnya gatal muncul pada lengan bawah tangan kanan dan kiri, semakin
lama dan semakin sering digaruk gatal semakin tambah hebat dan lesi kulit
menjadi semakin besar. Lesi yang awalnya berupa bintik-bintik merah
berubah menjadi benjolan-benjolan yang berwarna gelap. Karena sering
digaruk, lesi terkadang menjadi lebih merah dan berdarah. Keluhan ini
pernah hilang dan sembuh namun sering kambuh kembali. Selain di tangan,
gatal juga dirasakan di tengkuk dengan gambaran lesi yang sama seperti di
tangan namun tidak separah seperti di tangan, gatal di kepala hanya berupa
sensasi gatal tanpa ada perubahan gambaran kulit serta gatal di bokong
dengan perubahan kulit menjadi lebih gelap.
Riwayat penyakit dahulu :
- Penyakit kulit lainnya disangkal
- Diabetes melitus disangkal
- Penyakit jantung (+)
- Asma, alergi makanan dan alergi obat disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
Anggota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
Riwayat kebiasaan/lingkungan :
Pasien mengaku mandi 2 sampai 3 kali sehari, menggunakan air
PDAM dan sabun bayi. Kegiatan sehari-hari lebih banyak dirumah dan
pasien lebih senang di kebun, selama berkebun pasien mengaku selalu
menggunakan sarung tangan dan sepatu boot.
keluhan (gatal) muncul sejak tahun 1990an.
berobat ke dokter, pernah sembuh dan
sering kambuh kembali.
20 Jan 2014 datang ke RSDS dengan keluhan
gatal di tangan, tengkuk dan bokong. gatal sejak ± 10 tahun
yang lalu.
Riwayat sosial ekonomi :
Pasien memiliki 5 orang anak dan semuanya sudah menikah. Dirumah
tinggal bersama istri (64 tahun), 2 orang anak dan 2 orang menantu serta 4
orang cucu (rumah memiliki 6 kamar tidur).
Pasien merupakan seorang pensiunan pemerintah yaitu mantan dosen
APDN di Bandung selama 4 tahun, serta pernah menjabat sebagai kepala
camat di beberapa wilayah di Kalimantan Barat (Mempawah, Putussibau,
dll). Pendapatan saat ini diperolah dari gaji pensiun ± 2-3 juta per bulan.
Resume anamnesis :
Pasien datang dengan keluhan gatal yang sering kambuh. Gatal sejak ±
10 tahun yang lalu, sering berobat ke dokter, sembuh dan sering kambuh
kembali. Gatal dirasakan di tangan, tengkuk dan bokong. Gatal sering
digaruk dan terkadang menjadi berdarah. Riwayat DM (-), alergi atau asma
(-).
PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
Lokasi dan Ujud Kelainan Kulit :
1. Regio antebrachii anterior dan posterior dekstra : nodul lentikular
diskrit, hipopigmentasi dan hiperpigmentasi.
2. Regio dorsum manus dekstra dan sinistra : nodul lentikular sampai
numular diskrit sirkumskripta hiperpigmentasi. Nodul lentikular
hipopigmentasi.
3. Regio cubitalis posterior dekstra : nodul lentikular konfluens
hiperpigmentasi dan hipopigmentasi.
4. Regio cervicalis posterior : nodul lentikular diskrit hiperpigmentasi.
5. Regio capitalis : erosi lentikular soliter.
6. Regio sakralis : likenifikasi, hiperpigmentasi.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Prurigo nodularis
Diagnosis banding :
1. Likenifikasi simpleks kronis
2. Dermatitis atopik
3. Psoriasis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan darah.
TATA LAKSANA
A. NON MEDIKAMENTOSA
Kendalikan faktor yang dapat memperburuk atau meningkatkan
kekambuhan penyakit ini, seperti faktor emosional dan garukan
menjadikan lesi kulit semakin parah.
B. MEDIKAMENTOSA
Terapi topikal (salep), cetirizin, metil prednisolon dan eritromisin.
R/ Asam salicylat 5%
LCD 5%
Inerson 15
Fuson 10
Zalf
S1ddue
R/ Cetirizin X
S2dd tab 1
R/ MetilPred X
S2ddtabs ½
R/ Eritromisin XX
S4ddtab1
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia et bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanactionam : dubia et bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil yang didapat dari anamnesis, keluhan utama pasien adalah gatal di
tangan, tengkuk, kepala dan bokong. Keluhan tersebut sudah sejaka tahun 1990an
atau sekitar ± 10 tahun yang lalu. Hal ini menggambarkan bahwa kelainan kulit
yang terjadi pada pasien merupakan suatu penyakit kronis. Pasien mengaku bahwa
keluhan tersebut hilang timbul, pernah sembuh dan sering kambuh lagi. Keluhan
tersebut pertama kali muncul saat ia bertugas sebagai kepala camat di Mempawah.
Berdasarkan data tersebut kita dapat memperkirakan bahwa kelainan kulit ini
merupakan suatu kelompok neurodermatitis yang salah satu khasnya adalah
keluhan yang sering kambuh dan dipengaruhi oleh faktor psikologis/emosional.
Seperti yang diketahui bahwa bila melihat runtutan anamnesis pasien yang
dulunya seorang pejabat daerah maka berdasarkan hal tersebut juga dapat
diperkirakan adanya suatu stress atau faktor psikologik yang mempengaruhi
penyakit. Pasien menjelaskan perjalanannya menuju tempat tugas yang jauh serta
berbagai konflik daerah yang dipimpinnya saat itu. Pada status dermatologis
dinyatakan bahwa lesi terdapat pada tangan, tenggkuk, kepala dan bokong dengan
gambaran nodular yang berukuran lentikular sampai numular dengan gambaran
hipopigmentasi maupun hiperpigmentasi serta adanya likenifikasi serta erosi.
Berdasarkan data tersebut kita dapat memperkirakan diagnosis kerja prurigo
nodularis dengan diagnosis banding likenifikasi simpleks kronis, dermatitis atopik
dan psoriasis.
Diagnosis prurigo nodularis ditegakkan atas dasar anamnesis perdapat lesi
kulit kronis sejak bertahun-tahun yang lalu serta gatal yang sering berulang
sehingga menimbulkan gambaran lesi berupa hiperpigmentasi maupun
hipopigmentasi serta adanya likenifikasi dan erosi yang merupakan tanda bekas
adanya garukan kuat dan berulang. Lesi didapatkan pada tempat-tempat yang
mudah terjangkau tangan (mudah digaruk) yang merupakan salahsatu pemicu
kambuhnya lesi kulit pada prurigo nodularis. Lesi pada prurigo nodularis biasanya
berupa nodul lentikular hiperpigmentasi yang gambarannya serupa dengan
gambaran lesi kulit pada pasien. Pasien ini merupakan laki-laki berusia 72 tahun
dimana epidemiologi prurigo nodularis biasanya muncul pada usia dewasa,
meskipun ada sumber yang menyatakan bahwa rentang usia pada prurigo
nodularis adalah 40-60 tahun namun penyakit ini sebenarnya bisa muncul pada
usia berapa saja dan umumnya usia yang lebih tua.
Diagnosis liken simpleks kronis dapat disingkirkan dengan melihat
gambaran lesi dan predileksi yang tidak khas. Lesi pada liken simpleks kronis
biasanya tunggal berupa plak eritematosa yang semakin lama mengalami
likenifikasi serta predileksi yang paling sering yaitu pada punggung kaki dan
pergelangan kaki. Hal tersebut tidak ditemukan pada gambaran lesi pasien ini.
Gambar. Liken Simpleks Kronis
Diagnosis dermatitis atopik kronik dapat disingkirkan karena berdasarkan 5
kriteria mayor yang disusun oleh Hanifin dan Rajka hanya memenuhi 2 kriteria,
yaitu pruritus dan dermatitis kronis atau residif, sedangkan tidak ada riwayat
sebelumnya saat bayi atau anak, tidak di bagian fleksura, dan tidak ada riwayat
atopi pada pasien atau keluarganya.
Gambar. Dermatitis Atopi
Diagnosis psoriasis yang juga merupakan suatu penyakit neurodermatitis
disingkirkan dengan melihat gambaran lesi yang tidak khas. Gambaran khas
skuama kasar kering putih berlapis yang umumnya muncul pada psoriasis tidak
terlihat pada lesi ini. Selain itu, meskipun psoriasis juga menimbulkan rasa gatal
namun psoriasis tidak memunculkan keluhan gatal yang hebat seperti yang
digambarkan pada pasien ini.
Gambar. Psoriasis
Tata laksana yang diberikan pada pasien ini dibagi 2, yaitu non
medikamentosa dan medikamentosa. Tata laksana non medikamentosa adalah
edukasi untuk menghindari menggaruk pada bagian yang gatal untuk menghindari
lesi kulit yang semakin parah dan dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi
sekunder serta mengendalikan faktor emosional/psikologik agar dapat mengurangi
frekuensi kekambuhan penyakit.
Tata laksana medikamentosa yang diberikan bertujuan untuk mengatasi
keluhan gatal sehingga lesi kulit tidak semakin memberat. Pasien diberikan terapi
medikamentosa topikal berupa salep; cetirizin sebagai antihistamin AH1 golongan
kedua yang merupakan kelompok antihistamin AH1 golongan terbaru yang paling
sering dipakai karena lebih selektif dan afinitasnya yang lebih kuat berikatan
dengan reseptor histamin sehingga efek yang diharapkan lebih lama serta tidak
bersifat sedatif (tidak menimbulkan sefek samping berupa rasa ngantuk);
metilprednisolon merupakan kortikosteroid golongan VII (potensi lemah) yang
diberikan sebagai antiinflamasi untuk memperbaiki lesi kulit; serta eritromisin
yang merupakan antibiotik spektrum luas diberikan sebagai indikasi adanya
infeksi sekunder yang terdapat pada lesi pasien dengan gambaran erosif (adanya
lesi yang berdarah).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pasien didiagnosis prurigo nodularis dan diberi tata laksana berupa terapi
topikal dan sistemik yaitu antihistamin (cetirizin), kortikosteroid (metil
prednisolon) dan antibiotik (eritromisin). Prognosis umumnya baik.
Saran
Sebaiknya pasien dapat menghindari menggaruk pada bagian yang gatal
untuk menghindari lesi kulit yang semakin parah dan dapat menjadi predisposisi
terjadinya infeksi sekunder serta mengendalikan faktor emosional/psikologik agar
dapat mengurangi frekuensi kekambuhan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
McPhee, Stephen J., et al, 2011, Current Medical Diagnosis & Treatment, New
York, McGraw Hill.
Siregar, R.S., 2004, Atlas Berwarna Saripati Kulit, Jakarta, EGC.
Wolf, Klauss, et al, 2008, Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, New
York, McGraw Hill.
Wolf, Klauss, et al, 2009, Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology, New York, McGraw Hill.