20
LAPORAN KASUS (CBD) ODS PINGUECULA Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata Disusun Oleh : Fikri Arief Hidayat 012106161 Pembimbing : dr. Djoko heru santosa SpM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2014

LAPKAS Pinguecula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPKAS Pinguecula

Citation preview

Page 1: LAPKAS Pinguecula

LAPORAN KASUS (CBD)

ODS PINGUECULA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu SyaratDalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata

Disusun Oleh :Fikri Arief Hidayat

012106161Pembimbing :

dr. Djoko heru santosa SpM

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2014

Page 2: LAPKAS Pinguecula

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Tn. H

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : hatakan

Tanggal pemeriksaan : 10 September 2014

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 10 September 2014 jam

10.30.

Keluhan Utama :

Mata kiri dan kanan terasa seperti ada yang mengganjal.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan mata kiri dan kanan seperti ada yang

mengganjal, tidak gatal, tidak perih, tidak nerocos dan terdapat benjolan

berwarna kuning pada selaput mata kiri, tidak didapatkan gangguan

penglihatan. Keluhan sudah dirasakan oleh pasien sejak seminggu yang

lalu.

Pasien bekerja sebagai pedagang yang menyebabkan matanya sering

terpapar matahari, debu dan angin. Pasien mengaku jarang menggunakan

topi dan tidak pernah menggunakan kacamata saat bekerja. Oleh karena

Page 3: LAPKAS Pinguecula

pasien sering terpapar angin dan debu, pasien sering kali merasa ada

sesuatu yang menempel di matanya lalu mengucek matanya.

Sebelumnya penderita belum pernah menggunakan kacamata untuk

memperbaiki penglihatannya dan juga menyangkal adanya gangguan

dalam membaca. Pasien juga mengaku merasa tidak ada kemasukan

benda asing ke matanya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat terpapar sinar matahari terus menerus, angin dan debu

(+)

Riwayat penyakit mata disangkal

Riwayat penyakit gula (DM) disangkal

Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal

Riwayat memakai kacamata disangkal

Riwayat Operasi yang berhubungan dengan mata disangkal

Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena bahan-

bahan kimia, terbentur benda tumpul atau benda tajam disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 36ºC

Status gizi : Baik

Page 4: LAPKAS Pinguecula

B. STATUS OFTALMOLOGI

Gambar:

OD OS

OCULUS DEXTER (OD) PEMERIKSAAN OCULUS

SINISTER (OS)

6/6 Visus 6/6

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-), eksoftalmus

(-), strabismus (-)

Bulbus okuli

Gerak bola mata

normal, enoftalmus

(-), eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Edema (-),

hiperemis(-), nyeri tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Palpebra

Edema (-),

hiperemis(-), nyeri

tekan (-),

blefarospasme (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-)

Edema (-), hiperemi (-),

sekret (-), injeksi

konjungtiva (-), injeksi siliar

Konjungtiva

Edema (-), hiperemi

(-), sekret (-), injeksi

konjungtiva (-),

pinguecula

Page 5: LAPKAS Pinguecula

(-),terdapat bangunan

patologis penonjolan

selaput putih kekuningan

dari arah nasalis masuk

daerah limbus, infiltrat (-)

injeksi siliar

(-),terdapat

bangunan patologis

penonjolan selaput

putih kekuningan

dari arah nasalis

masuk daerah

limbus, infiltrat (-)

Kejernihan (+), mengkilat

(+), edema (-), lacrimasi (-),

infiltrat(-), keratik presipitat

(-), ulkus (-), sikatrik (-),

flouresin test (tidak

dilakukan pemeriksaan),

Fistel test (tidak

dilakukan),keratoscopplacido

( tidak dilakukan)

Kornea Kejernihan (+),

mengkilat (+), edema

(-), lacrimasi (-),

infiltrat(-), keratik

presipitat (-), ulkus

(-), sikatrik (-),

flouresin test (tidak

dilakukan

pemeriksaan), Fistel

test (tidak

dilakukan),

keratoscopplacido

(tidak dilakukan)

Jernih, kedalaman (tidak

dilakukan pemeriksaan)

normal, hipopion (-), hifema

(-), efek tindal (tidak

dilakukan pemeriksaan)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman

(tidak dilakukan

pemeriksaan)

normal, hipopion (-),

hifema (-), efek

tindal (tidak

dilakukan

Page 6: LAPKAS Pinguecula

pemeriksaan)

Kripta normal, warna coklat,

edema (-), sinekia (-), atrofi

(-), iris shadow (-)

Iris

Kripta normal, warna

coklat, edema (-),

sinekia (-), atrofi (-),

iris shadow (-)

Bentuk bulat, diameter ±

2mm, reflek pupil (+),

isokhoris (+)

Pupil

Bentuk bulat,

diameter ± 2mm,

reflek pupil (+),

isokhoris (+)

Jernih, iris shadow (-),

bentuk normal

Lensa Jernih, iris shadow

(-), bentuk normal

Tidak dilakukan

pemeriksaanFundus Refleks

Tidak dilakukan

pemeriksaan

Tidak dilakukan

pemeriksaanFunduskopi

Tidak dilakukan

pemeriksaan

Normal TIO Normal

IV. DIAGNOSA BANDING

OS :

1. Pinguekula : dipertahankan karena ditemukan nodul berwarna kekuningan

pada konjungtiva bulbi dari arah nasal masuk ke limbus kornea, dan memiliki

riwayat paparan sinar matahari, debu, dan angin.

2. Pterygium : disingkirkan karena tidak didapatkan lipatan konjungtiva

berbentuk segitiga kearah kornea dari sisi nasal maupun temporal

3. Pseudopterygium : disingkirkan karena tidak didapatkan adanya riwayat

trauma pada kornea dan tidak ada perlekatan antara konjungtiva dan kornea

Page 7: LAPKAS Pinguecula

4. OS corpus alenum : disingkirkan karena dari pemeriksaan tidak ditemukan

adanya benda asing dimata dan tidak ada riwayat trauma

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

-

VII. DIAGNOSA KERJA

ODS Pinguecula

VIII. TERAPI

Terapi medikamentosa

1. Topical :

Cendo polidex

S 4 dd gtt I ODS

2. Oral :

Neurodex tab

S 0 - 0 - 1

IX. PROGNOSIS

OCULUS DEXTER (OD) OCULUS SINISTER (OS)

Quo Ad Visam : Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Sanam : Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Functionam : Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Kosmetikam : Ad bonam Ad bonam

Quo Ad Vitam : Ad bonam Ad bonam

X. USUL DAN SARAN

Page 8: LAPKAS Pinguecula

o Pasien sebaiknya menggunakan topi dan kacamata saat bekerja untuk

mengurangi paparan terhadap sinar matahari, debu, dan angin yang

merupakan salah satu factor resiko pinguecula.

o Pasien disarankan untuk kembali lagi berobat apabila masih terasa gejala-

gejala

o Menjelaskan pada pasien bahwa pinguecula merupakan benjolan

kekuningan pada selaput bening mata yang jarang membesar, dan tidak

memerlukan tindakan operatif. namun pada beberapa kasus dapat

berkembang menjadi peradangan pingueculitis dan pterygium.

XI. KOMPLIKASI

Komplikasi pada pinguecula jarang terjadi, tetapi pinguecula iritans dapat

menyebabkan peradangan ( pingueculitis). Beberapa kejadian menerangkan

bahwa pinguecula juga dapat berkembang menjadi pterygium.

Page 9: LAPKAS Pinguecula

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Pinguecula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang

merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Keadaanya tampak berupa nodul keputihan pada kedua sisi kornea ( lebih

banyak pada sisi nasal) di daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas

jaringan hialin dan jaringan elastik kuning, jarang tumbuh menjadi besar.

B. ETIOLOGI

Etiologi dari pinguecula tidak diketahui dengan jelas dan

diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi. Pinguecula

diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet,

pengeringan dan lingkungan dengan angin banyak karena sering terdat

pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang

berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir.

C. FAKTOR RISIKO

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya pinguecula adalah

lingkungan dengan paparan ultraviolet yang tinggi, iritasi kronik dari

bahan tertentu di udara dan faktor herditer.

1. Radiasi ultraviolet

Faktor resiko lingkungan yang utama sebagai penyebab

timbulnya pinguecula adalah terpapar sinar matahari. Sinar ultraviolet

diabsorbsi konjungtiva menghasilkan kerusakan sel proliferasi sel.

Paparan sinar ultraviolet ini dapat menyebabkan efek mutagenik pada sel.

Respon biologis pada sinar ini berefek akut dan kronis. Paparan

Page 10: LAPKAS Pinguecula

ultraviolet tertinggi terdapat biasanya pada daerah khatulistiwa dan pada

dataran tinggi. Efek ultraviolet ini menyebabkan mutasi gen p53

( suppressor tumor gen) sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan

tumor pada konjungtiva.

2. Iritasi kronik

Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area konjungtiva

merupakan pendukung terjadinya pinguecula. Iritasiyang disebabkan oleh

debu mengakibatkan lisisnya lapisan lipid pada film air mata dan

prosesnya berlangsung terus menerus dan berlangsung lama sehingga

memepengaruhi permukaan konjungtiva. Kelembaban yang rendah, dan

trauma kecil dari bahan partikel tertentu, turut berperan mempengaruhi

kelembaban konjungtiva yang akhirnya dapat mengakibatkan timbulnya

pinguecula.

D. GEJALA KLINIK

Pinguecula biasanya tanpa disertai gejala khas, timbul nodul

kecil kemudian menjadi membran yang tipis berwarna putih kekuningan

dan stasioner. Bagian sentral melekat pada kornea dapat tumbuh

memasuki kornea dan menggantikan epitel, juga membran Bowman,

dengan jaringan elastis dan hialin. Pertumbuhan ini mendekati pupil.

Biasanya didapat pada orang-orang yang banyak berhubungan dengan

angin dan debu, terutama pelaut dan petani. Kelainan ini merupakan

kelainan degenerasi yang berlangsung lama. Bila mengenai kornea, dapat

menurunkan visus karena menimbulkan astigmat dan juga dapat menutupi

pupil, sehingga cahaya terganggu perjalanannya. pinguecula juga dapat

meradang dan berwarna merah, terasa mengganjal disertai mata yang

berair.

Page 11: LAPKAS Pinguecula

E. DIAGNOSIS BANDING

a. Pseudopterygium

Apabila terjadi ulkus kornea atau kerusakan permukaan kornea,

dapat terjadi bahwa dalam proses penyembuhan, konjungtiva

menutupi luka kornea tersebut, sehingga terlihat seolah-olah

konjungtiva menjalar ke kornea.

Pada pseudopterygium dapat dimasukkan sonde di bawahnya, dan

tidak bersifat progresif.

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta

pembedahan kecuali sangat mengganggu visus atau alasan

kosmetik.

b. Pannus

Merupakan pertumbuhan pembuluh darah ke dalam sekeliling

kornea. Pada individu normal, kornea seharusnya avaskuler,

hipoksia lokal kronis (seperti pada penggunaan contact lens

berlebihan) atau inflamasi dapat menyebabkan vaskularisasi di

sekeliling kornea. Pannus juga dapat terjadi pada penyakit stem

cell kornea seperti aniridia.

c. Pterygium

Pterygium dapat berupa berbagai macam perubahan fibrovaskular

pada permukaan konjungtiva dan pada kornea. Penyakit ini lebih

sering menyerang konjungtiva nasal dan akan meluas ke kornea

bagian nasal. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik sering

didapatkan berbagai macam keluhan, mulai dari tidak ada gejala

yang berarti sampai mata menjadi sangat merah, mata gatal, iritasi,

Page 12: LAPKAS Pinguecula

berair, dan pandangan kabur, disertai jejas pada konjungtiva yang

membesar.

F. PENATALAKSANAAN

Kelainan ini juga terdapat pada konjungtiva bulbi, baik bagian

nasal maupun bagian temporal, di daerah celah kelopak mata. Pinguekula

terlihat sebagai penonjolan berwarna putih kuning keabuan berupa

hipertrofi, yaitu penebalan selaput lendir.

Pada umumnya pinguekula tidak memerlukan pengobatan.

Pinguekula yang menunjukkan adanya peradangan, diobati dengan steroid

untuk mempercepat redanya peradangan.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi pada pinguecula jarang terjadi, tetapi pinguecula iritans

dapat menyebabkan peradangan ( pingueculitis). Beberapa kejadian

menerangkan bahwa pinguecula juga dapat berkembang menjadi

pterygium.

H. PENCEGAHAN

Secara teoritis adalah dengan memperkecil terpaparnya radiasi UV

untuk mengurangi risiko berkembangnya pinguecula pada individu yang

mempunyai risiko lebih tinggi. Pasien disarankan untuk menggunakan

kacamata atau topi pelindung dari cahaya matahari.

Pencegahan ini bahkan lebih penting untuk pasien yang tinggal di

daerah tropis dan subtropik atau pada pasien yang memiliki aktivitas di

luar dengan suatu risiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet, misalnya

memancing, berkebun, atau pekerja bangunan. Jadi sebaiknya untuk para

pekerja lapangan dianjurkan untuk menggunakan kacamata dan topi

pelindung

Page 13: LAPKAS Pinguecula

.

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S. 2003.Ilmu Penyakit Mata, Edisi kedua. Jakarta: Balai Penelitian FKUI.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI). 2006. Editor Tahjono.

Dalam panduan manajermen klinik PERDAMI. CV Ondo Jakarta

Tan, D.T.H.2002. Ocular Surface Diseases Medical and Surgical Management. New

York: Springer. 65 – 83

Vaughan, D.G., 2009, Oftalmologi Umum, Widya Medika: Jakarta.

Page 14: LAPKAS Pinguecula

Tugas

1. Perbedaan pinguecula dan flikten.

Pinguecula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang

merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Keadaanya tampak berupa nodul keputihan pada kedua sisi kornea ( lebih

banyak pada sisi nasal) di daerah aperture palpebra. Nodul terdiri atas

jaringan hialin dan jaringan elastik kuning, jarang tumbuh menjadi besar.

Flikten merupakan benjolan berupa sel sel radang kronik

dibawah epitel konjungtiva atau kornea, warna keputihan, padat dan

permukaan tidak rata. Lokasi paling sering terdapat pada limbus cornea.