72
1 BAB 1 PENDAHULUAN Kanker tiroid merupakan salah satu penyakit keganasan yang cukup sering ditemukan dan saat ini menempati urutan ke-9 dari insiden kanker di Indonesia. 1 American Cancer Society memperkirakan sebanyak 22.500 kasus baru karsinoma tiroid ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 2004. 2 Hingga kini insidens karsinoma tiroid di Indonesia masih belum diketahui, namun data Badan Registrasi Kanker Indonesia menunjukkan frekuensi relatif sebesar 4,43%. 3 Kanker tiroid ini tergolong slow growing tumor dengan perjalanan penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Akan tetapi, sebagian kecil tumbuh lebih cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. 4 Angka kematian kanker tiroid hanya 0,4% dari semua kematian akibat kanker, tapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana mengenal pembesaran kelenjar tiroid (nodul) sebagai suatu proses keganasan, karena banyak kelainan atau nodul tiroid yang lain tetapi bukan suatu karsinoma. 3 Hal penting pada nodul tiroid ialah mengetahui status fungsi nodul dan menentukan apakah nodul tesebut jinak atau ganas. Setelah didapatkan kepastian diagnosis keganasan tiroid, pilihan tindakan ialah pembedahan. Sementara bila tidak ditemukan adanya keganasan, pilihan tindakan dapat berupa observasi, supresi tiroksin atau pembedahan. 5,6

LAPKAS KARSINOMA TIROID

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jnefpangi

Citation preview

Page 1: LAPKAS KARSINOMA TIROID

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Kanker tiroid merupakan salah satu penyakit keganasan yang cukup sering

ditemukan dan saat ini menempati urutan ke-9 dari insiden kanker di Indonesia.1

American Cancer Society memperkirakan sebanyak 22.500 kasus baru karsinoma

tiroid ditemukan di Amerika Serikat pada tahun 2004.2 Hingga kini insidens

karsinoma tiroid di Indonesia masih belum diketahui, namun data Badan Registrasi

Kanker Indonesia menunjukkan frekuensi relatif sebesar 4,43%.3

Kanker tiroid ini tergolong slow growing tumor dengan perjalanan penyakit

yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah. Akan tetapi, sebagian kecil

tumbuh lebih cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal.4 Angka kematian

kanker tiroid hanya 0,4% dari semua kematian akibat kanker, tapi yang menjadi

permasalahan adalah bagaimana mengenal pembesaran kelenjar tiroid (nodul) sebagai

suatu proses keganasan, karena banyak kelainan atau nodul tiroid yang lain tetapi

bukan suatu karsinoma.3

Hal penting pada nodul tiroid ialah mengetahui status fungsi nodul dan

menentukan apakah nodul tesebut jinak atau ganas. Setelah didapatkan kepastian

diagnosis keganasan tiroid, pilihan tindakan ialah pembedahan. Sementara bila tidak

ditemukan adanya keganasan, pilihan tindakan dapat berupa observasi, supresi

tiroksin atau pembedahan. 5,6

Diagnosis pasti (gold standard) suatu nodul tiroid ialah pemeriksaan

histopatologi jaringan yang didapatkan melalui tindakan pembedahan, dan

pemrosesan jaringan tersebut membutuhkan waktu 3-5 hari. Terdapat metode lain

yang lebih cepat, yakni pemeriksaan potong beku atau frozen section (VC)

intraoperatif untuk menentukan keganasan pada lesi tiroid serta menentukan tindakan

definitif dan jenis operasi yang dikerjakan.

Page 2: LAPKAS KARSINOMA TIROID

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Epidemiologi

Nodul tiroid secara klinis dikenal dengan ditemukannya pembesaran kelenjar

tiroid, ditandai dengan adanya pertumbuhan yang berlebihan dan perubahan struktural

dan atau fungsional pada satu atau beberapa bagian di dalam jaringan tiroid normal.8

Nodul ini amat sering ditemukan pada pasien dan umumnya benigna.

Kanker kelenjar tiroid adalah suatu neoplasma pada kelenjar tiroid yang bersifat

ganas. Kanker tiroid sebenarnya merupakan kasus yang cukup jarang terjadi karena

kebanyakan dari masalah di kelenjar tiroid bersifat jinak. Namun kanker tiroid

merupakan kanker dengan jumlah nomor satu di antara kanker pada sistem metabolik-

endokrin. Di samping itu, prevalensi karsinoma tiroid saat ini meningkat secara linier

dengan bertambahnya usia, pajanan terhadap sinar pengion dan adanya defisiensi

iodium. 1,6

Prevalensi keganasan pada nodul tiroid multipel maupun nodul tunggal tidak

jauh berbeda. Gharib dalam laporannya mendapatkan prevalensi 4,1 % dan 4,7 %

masing-masing untuk nodul tunggal dan nodul multi. 6 Pada orang Asia khususnya

Asia Tenggara insidensinya juga meningkat. Karsinoma tiroid papiler merupakan

jenis histopatologi terbanyak. 9 Data menunjukkan kanker tiroid termasuk dalam 10

besar kanker terbanyak di Indonesia dan merupakan penyebab kelima kanker pada

wanita. 10 Angka kematian (mortality rate) karsinoma tiroid cukup rendah berkisar

0,4

% - 0,5 %.7

2.2 Anatomi

Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu, terletak di leher

tepatnya di bawah adam’s apple atau jakun, yaitu antara fasia koli media dan fasia

prevertebralis dengan banyak pembuluh darah. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus yang

berada setinggi tulang vertebra servikal kelima sampai torakalis perama, serta

bergabung di tengahnya melalui bagian kecil kelenjar, yaitu isthmus. Berat

kelenjar ini sekitar 20 gram, dipengaruhi oleh berat badan dan masukan

iodium. Pada

perempuan, kelenjar tiroid membesar saat menstruasi dan kehamilan. 11

Page 3: LAPKAS KARSINOMA TIROID

3

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid. 12

Kelenjar tiroid terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel principal (folikuler tiroid) yang

bertanggung jawab terhadap formasi dari koloid dan sel parafolikuler (sel-C) yang

menghasilkan hormon kalsitonin yang bertanggung jawab terhadap homeostasis

kalsium. 11

Kelenjar tiroid dilapisi oleh fasia viseralis yang membagi lapisan tengah dari

fasia servikal bagian dalam dan melekat secara halus pada tulang laryngeal.

Ligamentum suspensorium anterior dimulai dari bagian superior-medial dari kelenjar

tiroid yang melekat pada krikoid dan kartilago tiroid. 11

Bagian postero-medial dari kelenjar melekat pada samping kartilago krikoid,

cincin trakea pertama dan kedua oleh ligamentum suspensorium posterior

(ligamentum Berry). Melalui cara ini, nervus laryngeal rekuren biasanya menuju

laring melalui ligamentum Berry atau antara ligamen utama dengan sisi lateralnya. 11

Lapisan-lapisan demikian bertanggung jawab pada pergerakan kelenjar tiroid

dan struktur yang berhubungan dengan proses menelan. Pada tiap gerakan menelan,

selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah kranial. Ciri khas ini

digunakan dalam pemeriksaan fisis untuk menentukan apakah suatu benjolah di leher

berhubungan dengan kelenjar tiroid atau tidak. 11

Page 4: LAPKAS KARSINOMA TIROID

4

Aliran Arteri dan Vena 11

Kelenjar tiroid mendapat asupan dari 4 buah arteri yang utama: (1) arteri

tiroidea superior kanan dan kiri, cabang dari arteri karotis eksterna; (2) arteri tiroidea

inferior kanan dan kiri, cabang dari arteri subklavia.

Sistem vena berasal dari pleksus perifolikuler yang menyatu di permukaan dan

membentuk: (1) vena tiroidea superior yang berjalan bersama arteri; (2) vena tiroidea

media di sisi lateral; (3) vena tiroidea inferior.

Aliran Limfatik 11

Kelenjar tiroid kaya akan peredaran limfatik. Drainase sistem limfatik penting

untuk dipahami karena berkaitan dengan pembedahan karsinoma tiroid. Di

samping itu, kelenjar getah bening dari kelenjar tiroid berhubungan secara bebas

dengan pleksus trakealis, serta terdapat nodus paratrakea, trakeoesofageal, dan

mediastinal di posisi anterior maupun superior. Terdapat nodus jugular pada posisi

atas tengah dan bawah. Nodus retrofaringeal dan esofageal berada pada posisi

lateral. Selain itu, nodus servikal yang terletak pada segitiga posterior dan nodus

limfatik pada segitiga

submaksilaris berkaitan dengan proses metastasis karsinoma tiroid.

Sistem Persarafan 11

Kelenjar tiroid mendapat

persarafan dari cabang nervus vagus,

yaitu nervus laringeus superior dan

inferior (nervus laringeus rekuren).

Nervus rekuren dan cabang nervus

laringeus superior tersebut

mempersarafi laring dengan pita suara

(plica vocalis). Nervus rekuren berada

pada bagian dorsal tiroid sebelum

memasuki laring serta terletak pada

kedua sisi. Fungsi motorik nervus ini Gambar 2. Persarafan Kelenjar Tiroid. 12

adalah mengabduksi pita suara dari garis tengah. Kerusakannya menyebabkan

kelumpuhan pita suara. Apabila kerusakan terjadi pada kedua sisi, terjadi hilangnya

suara dan obstruksi saluran udara sehingga dibutuhkan tindakan intubasi dan

trakeostomi.

Page 5: LAPKAS KARSINOMA TIROID

5

2.3 Fisiologi 8

Tiroid terdiri dari folikel, umumnya sferis, yang dilapisi epitel kolumnar

sampai kuboid rendah dan berisi koloid yang banyak mengandung tiroglobulin.

Kelenjar ini termasuk bagian tubuh yang sensitif dan dapat bereaksi terhadap berbagai

rangsang.

Fungsi tiroid dipengaruhi oleh hipofisis. Jika

TSH dikeluarkan hipofisis anterior, maka sel epitel

folikel tiroid akan meminositosis koloid sehingga

mengubah tiroglobulin menjadi tiroksin (T4) dan

triiodotironin (T3) dalam jumlah yang lebih sedikit.

Tiroksin dan triiodotironin disimpan dalam folikel

tiroid sebagai tiroglobulin yang dalam kondisi

fisiologis tidak termasuk dalam sirkulasi darah.

Kemudian T4 dan T3 dibebaskan ke dalam

sirkulasi sistemik dan berikatan dengan proteinGambar 3. Fisiologi Kelenjar Tiroid.

8plasma secara reversibel untuk dibawa ke jaringan

perifer. T3 dan T4 yang bebas akan berinteraksi dengan reseptor intrasel dan

akhirnya mengakibatkan metabolisme karbohidrat dan lemak meningkat. Selain itu

akan merangsang sintesis protein pada berbagai tipe sel. Akibat akhir proses ini

adalah meningkatkan laju metabolik dasar.

Kelenjar tiroid juga mengandung sel parafolikel yang menghasilkan hormon

kalsitonin. Kalsitonin adalah polipeptia yang mengatur metabolism kalsium, dapat

meningkatkan penyerapan kalsium di tulang serta menghambat resorpsi tulang oleh

osteoklas. 11

2.4 Etiologi

Seperti penyakit kanker lainnya, belum diketahui penyebab jelas kanker tiroid.

Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang diketahui menyebabkan pembesaran

kelenjar tiroid, baik secara difus maupun nodular : 7

Kekurangan intake iodium

Diskarsionegenesis yang merupakan faktor genetik

Penyakit autoimun

Penyinaran sinar pengion

Page 6: LAPKAS KARSINOMA TIROID

6

Secara klinis, khusus untuk karsinoma tiroid, berbagai hipotesis muncul tentang

etiologi karsinoma tiroid, yang menggambarkan bahwa sebenarnya etiologi yang

pasti belum diketahui, seperti berbagai keganasan yang lain yang juga yang

belum diketahui penyebabnya. 7

Gambar 4. Penyebab Nodul Tiroid. 13

Terdapat beberapa faktor risiko yang dianggap memiliki risiko terhadap

terjadinya keganasan tiroid yaitu : 13

a. Usia

Secara umum, kanker tiroid terjadi pada usia antara 20 hingga 60 tahun. Faktor risiko ini

berkaitan dengan jenis histopatologi yang ditemukan. Pada anak berusia kurang dari 20

tahun dengan nodul tiroid, risiko keganasan didapatkan 2x lipat lebih besar daripada

kelompok dewasa.

b. Jenis Kelamin

Perbandingan terjadinya karsinoma tiroid pada perempuan dan laki-laki ialah

3:1 c. Ras

d. Genetik

e. Riwayat penyakit dalam keluarga

f. Diet

Masyarakat yang tinggal pada daerah endemik goiter memiliki risiko karsinoma tiroid

lebih tinggi, khususnya pada jenis papiler dan folikuler.

g. Riwayat radiasi

Dampak ionisasi pada radiasi merupakan satu-satunya faktor risiko yang terbukti

berperan pada keganasan tiroid.

h. Kelainan tiroid sebelumnya

Page 7: LAPKAS KARSINOMA TIROID

7

Gambar 5. Faktor yang Meningkatkan Risiko Keganasan. 13

2.5 Patofisiologi

Walaupun terdapat berbagai macam faktor risiko pada keganasan tiroid,

mekanisme pasti proses onkogenesis tiroid dan hubungan antara gambaran nodul

tiroid pada ultrasonografi serta karakteristik biologisnya masih belum diketahui.

Hipotiroid

Hipotiroid diketahui sebagai stimulus pertumbuhan kelenjar tiroid. Pada

kelainan ini, sintesis dan produksi hormon tiroid serta proliferasi sel-sel folikular

dimediasi oleh sekresi TSH. Pengikatan TSH dengan reseptornya menyebabkan

terjadinya produksi cAMP. Kadar cAMP yang tinggi akan mengaktivasi protein

kinase A yang dependen pada cAMP, kemudian memfosforilasi substratnya. Salah

satu substrat tersebut merupakan faktor CREB yang dapat mengaktifkan transkripsi

gen, proses yang bertanggung jawab pada proliferasi sel-sel tiroid. Kaskade ini

memiliki peran pada pertumbuhan tumor dalam kelainan hipotiroid dan juga kanker

tiroid jenis well-differentiated. 14

Pemberian terapi levotiroksin, berfungsi untuk mensupresi kadar TSH, yang

diberikan pada pasien pascatiroidektomi pada jenis karsinoma tiroid differentiated

menunjukkan hasil yang bermakna. 15 Beberapa studi juga menunjukkan bahwa

risiko

keganasan nodul tiroid berbanding lurus dengan peningkatan kadar TSH. 16

Sedangkan pada penderita dengan kadar TSH dipertahankan <0,4 mIU/l memberikan

risiko keganasan tiroid yang lebih rendah. 17

Page 8: LAPKAS KARSINOMA TIROID

8

Perubahan Molekular

Perubahan utama yang berperan pada onkogenesis tiroid adalah mutasi BRAF

dan RAS, serta rearrangement pada RET-PTC dan PAX8/PPAR-gamma.

Seperti tampak pada Gambar 6,

gen BRAF terlibat pada jalur

pensinyalan RAS/RAF/MEK.

Normalnya BRAF kinase yang

diaktifkan oleh ikatan dengan protein

RAS akan menstimulasi terjadi proses

kaskade sehingga terjadi pertumbuhan

dan proliferasi sel. Mutasi gen tersebut

mengakibatkan aktivitas fosforilasi yang

Gambar 6. Jalur Sinyal RAS/RAF/MAP. 14

permanen pada protein BRAF, tidak

bergantung lagi pada ikatan dengan protein RAS. Pada studi yang dilakukan terhadap

115 penderita kanker tiroid papiler, ditemukan mutasi gen BRAF pada 72 kasus

(63%).18

RET, proto-onkogen yang terletak pada kromosom 10, mengkode reseptor

membrane melalui aktivitas tirosin kinase. Setelah terjadi pengikatan dengan

ligannya, gen ini mengaktivasi jalur RAS/BRAF/MEK.

Mutasi lain yang umumnya ditemukan adalah mutasi aktif pada gen RAS.

Selain pada keganasan tiroid, mutasi ini juga didapatkan pada adenoma folikuler

jinak. 19 Meski demikian, mutasi RAS dikaitkan dengan peningkatan risiko

terjadinya karsinoma tiroid folikuler.

Gambar 7. Hipotesis karsinogenesis pada tipe karsinoma tiroid yang berbeda. Mutasi RAS + : terdapat mutasi onkogen RAS, mutasi RAS: tidak terdapat mutasi onkogen RAS, RET/PTC: gambaran rearrangement RET/PTC, BRAF: gambaran mutasi onkogen BRAF, p53: gambaran mutasi

tumor supresor gen p53. 14

Page 9: LAPKAS KARSINOMA TIROID

9

Penyakit Autoimun Tiroid

Korelasi antara tiroiditis Hashimoto (HT) dan karsinoma tiroid papiler (PTC)

masih menjadi perdebatan. Beberapa ahli bahkan menyebutkan bahwa HT merupakan

faktor risiko perkembangan PTC. Lebih lanjut lagi, baik HT maupun PTC

menunjukkan epidemiologi dan gambaran molekular yang hampir serupa, yaitu:

riwayat paparan radiasi, peningkatan insiden pada perempuan, tinggal pada area

dengan konsumsi tinggi iodium. 20

Studi meta-analisis menunjukkan bahwa berdasarkan gambaran histologis,

terdapat hubungan yang signifikan antara HT dan PTC. Sebanyak 23,2% dari total

pasien dengan PTC menunjukkan gambaran HT. 21

Kehamilan

Prevalensi nodul tiroid pada kehamilan dilaporkan sebesar 9-34%. Sekitar 12-

15% nodul tersebut dicurigai ganas dan kemungkinan merupakan tipe karsinoma

papiler. 22 Sebanyak 10% dari kanker tiroid terjadi pada usia reproduktif dan

terdiagnosis saat kehamilan atau beberapa saat setelah persalinan. 23 Diagnosis kanker

tiroid yang ditemukan selama kehamilan diketahui memiliki prognosis buruk

dibandingkan yang ditemukan pada masa non-gravid. 24

Mekanisme perkembangan keganasan tiroid pada masa kehamilan ini masih

belum dapat dijelaskan. Kemungkinan yang paling sering disebutkan ialah kaitannya

dengan human chorionic gonadotropin (hCG) dan stimulasi estrogen, peningkatan

vaskularisasi, serta penurunan sistem imun terhadap kanker. 24

Gambar 8. Faktor utama yang mempengaruhi onkogenesis dan progresi tumor pada kelenjar

tiroid selama masa kehamilan. 14

Page 10: LAPKAS KARSINOMA TIROID

10

Hormon hCG tidak hanya memiliki struktur yang sama dengan molekul TSH,

tetapi juga memiliki reseptor yang identik. Saat kadar hCG mencapai puncaknya,

kadar TSH serum akan menurun drastis. 25 Hormon hCG ini merupakan stimulus

poten terhadap pertumbuhan kelenjar tiroid pada trimester pertama kehamilan. Oleh

karena itu, pada sel-sel folikular yang rentan, stimulus hCG yang berlebihan

menyebabkan penyisipan terhadap pertumbuhan sel kanker dengan cepat. 24

Estrogen, beserta reseptornya, berperan pada onkogenesis tiroid, pemrograman

ulang, serta pertumbuhan. 26 Efek tidak langsung estrogen ialah peningkatan

thyroxine binding globulin (TBG) sedangkan efek langsung terhadap sinyal selular

dimediasi oleh pengikatan estradiol (E2) pada reseptor estrogen intraselular (ESR1

dan ESR2) serta menginisiasi transkripsi pada gen target. Pensinyalan yang

berlangsung cepat, seperti aktivasi kinase dan fosfatase dan peningkatan influx ion

melewati membran ditemukan pada karsinoma tiroid folikular.27 Selain itu,

proliferasi dan pertumbuhan sel kanker tiroid dipromosikan oleh agonis reseptor ER,

berbeda dengan ER yang memicu terjadinya apoptosis dan fungsi supresi. Dengan

demikian, ER dan ER tentu memiliki peran penting pada patofisiologi kanker

tiroid, seperti pada kanker payudara. 27

Peningkatan vaskularisasi parenkim tiroid, dapat dilihat melalui USG Doppler,

merupakan gambaran khas yang ditemukan saat kehamilan. Hal ini dimediasi oleh

stimulasi hCG dan VEGF. Selanjutnya, hal ini memfasilitasi terjadinya angioinvasi

sel kanker dan berkontribusi terhadap prognosis buruk dari keganasan tiroid pada

kehamilan ini. 14

Beberapa perubahan sistem imun yang berkaitan dengan perkembangan dan

progresi keganasan tiroid ditemukan pada kehamilan. Hal tersebut mencakup tolerans

imun terhadap janin sebagai semi-allograft, perubahan TH-1 menjadi TH-2, efek

imunosupresif dari progesterone, serta efek tolerogenik dari sel T-regulator. Sel TH-2

dan T-regulator merupakan mediator penting pada toleransi dalam kehamilan dan

kanker. 28

Marker Ultrasonografi

Meningkatnya kualitas dan resolusi peralatan ultrasonografi di masa modern ini

menjadikan pemeriksaan USG tiroid sebagai kunci dari suatu teknik non-

invasif

Page 11: LAPKAS KARSINOMA TIROID

11

untuk memprediksi gambaran biologis suatu nodul tiroid. Berikut ini beberapa hal

yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ultrasonografi:

a. Ukuran

Karsinoma tiroid papiler (PTC) umumnya menunjukkan gambaran

mikrokarsinoma. 29 Sejauh ini, nodul berukuran diameter >1 cm dicurigai

ganas dan perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan FNAB. Namun studi

lain menunjukkan bahwa dari 7348 nodul tiroid, nodul dengan ukuran >2 cm

baru menunjukkan risiko tinggi sebagai keganasan tiroid dan perlu dilakukan

pemeriksaan FNAB.30 Berbeda dengan PTC, frekuensi karsinoma tiroid folikuler

(FTC) meningkat sejalan dengan peningkatan ukuran nodul tiroid. Di samping

itu, nodul yang menunjukkan gambaran folikuler pada pemeriksaan sitologi

perlu diperhatikan dengan baik apabila mengalami pertumbuhan karena dapat

berisiko terhadap terjadinya FTC dan penderita membutuhkan tindakan

pembedahan. Bukti menunjukkan bahwa ukuran nodul tiroid sebagai prediktor

keganasan relevan pada lesi folikuler, sedangkan risiko PTC biasanya sebanding

dengan lesi kecil dan besar.

b. Vaskularisasi

Peningkatan vaskularisasi intra-nodular pada USG Doppler merupakan faktor

risiko keganasan tiroid, khususnya PTC. Angiogenesis merupakan peran penting

pada pertumbuhan dan proliferasi tumor. Namun demikian, peralatan USG

terkini yang memiliki sensitivitas tinggi dapat menerima sinyal Doppler pada

vaskularisasi intra-nodular dari nodul jinak dan hal ini dapat menyebabkan

sulitnya membedakan nodul tersebut dari keganasan.

c. Ekogenitas dan batas nodul

Gambaran PTC pada ultrasonografi menunjukkan nodul ireguler hipoekoik.

Bentuk ireguler tersebut diakibatkan proliferasi sel tumor yang tidak menentu,

sedangkan gambaran hipoekoik mungkin disebabkan oleh pembentukan jaringan

folikular yang berkurang. Meski demikian, perlu diingat bahwa sebagian besar

nodul tiroid terlihat hipoekoik, sehingga hanya gambaran bermakna yang dapat

dicurigai sebagai keganasan. Penilaian ekogenitas nodul ini bersifat subjektif

dan bergantung pengalaman operator atau dokter ahli.

d. Kalsifikasi

Gambaran kalsifikasi pada nodul tiroid mungkin berhubungan dengan

peningkatan risiko keganasan. 31 Makrokalsifikasi yang ditandai oleh bercak

Page 12: LAPKAS KARSINOMA TIROID

12

hiperekoik berukuran besar (>2 mm) menyebabkan acoustic shadow dan dapat

terlihat pada nodul jinak maupun ganas. Mikrokalsifikasi, ditandai bagian

hiperekoik berukuran kecil (<2 mm) tanpa acoustic shadow, biasanya ditemukan

pada lesi papiler (PTC) dengan pertumbuhan lambat dan non-invasif, serta

memiliki prognosis yang baik. Mikrokalsifikasi ini terjadi pada sebagian besar

nodul tiroid ganas (26-70%) 32 Secara histopatologi, mikrokalsifikasi terlihat

sebagai “psammoma bodies” (PBs). Sayangnya, mikrokalsifikasi seringkali

dikaburkan oleh agregasi koloid padat (pada nodul jinak “koloid”) atau fibrosis

pada jaringan (pada tiroiditis Hashimoto). 33

e. Kekakuan nodul

Pertumbuhan sel kanker yang ireguler dan tidak terkontrol dapat mengakibatkan

tingginya kekakuan pada massa tumor. Hal ini dapat mengakibatkan beberapa

hal, seperti peningkatan tekanan cairan interstisial (IFP), peningkatan

permeabilitas defek pada pembuluh darah tumor sehingga terjadi kebocoran. Di

samping itu, matriks ekstraseluler pada tumor berisi serat kolagen yang lebih

padat dan meningkatkan jumlah fibroblas. Oleh karena itu, tumor menjadi lebih

kaku dibandingkan jaringan normal.

2.6 Klasifikasi

Menurut World Health Organization (WHO), klasifikasi tumor tiroid

berdasarkan histopatologinya dibagi seperti pada tabel berikut.

Tumor Primer

Tabel 1. Klasifikasi Karsinoma Tiroid. 12

Tumor maligna sel folikuler Karsinoma folikuler Karsinoma papilerKarsinoma diferensiasi burukKarsinoma undiferensiasi (anaplastik)

Tumor maligna sel CKarsinoma medular

Tumor maligna mix sel folikuler & sel C Tumor epitel

Karsinoma sel skuamosa, karsinoma adenoskuamosa, karsinoma produksi musinNeoplasma trabekular berhialin (adenoma predominan)Neoplasma berasosiasi dengan poliposis intestinal familial adenomatosaKarsinoma mukoepidermoidNeoplasma thymus & related

Te r at o m a

Page 13: LAPKAS KARSINOMA TIROID

13

Tumor nonepitelial maligna Limpoma maligna Sarkoma

Tumor Sekunder Melanoma metastasis Karsinoma metastasis sel renal Karsinoma metastasis mammae

Ka rsi nom a meta sta si s pulm ona l

2.6.1 Karsinoma Tiroid Papiler

Karsinoma papiler (PTC) merupakan tipe yang paling banyak ditemukan,

sekitar 80% dari seluruh kasus kanker tiroid. 34 Sekitar 70% tipe ini ditemukan

pada perempuan usia reproduktif. Angka 10-years survival rate sebesar 98%.35

Umumnya tumor ini tumbuh lambat, biasanya terdapat pada usia kurang dari 40

tahun dan jarang ditemukan pada anak-anak. Tumor papiler termasuk golongan

yang berdiferensiasi baik, multisentris sebanyak 85% kasus dan didapatkan

berbagai varian yang dapat juga menentukan prognosis.

Gambaran makroskopik tumor papiler berupa massa keras, berwarna putih

keabuan, multifokal (20%), encapsulated (10%), atau infiltrative disertai

fibrosis, kista dengan pertumbuhan papiler di dalamnya dan kalsifikasi. (lioyd)

Jenis ini merupakan tumor tidak bersimpai dengan struktur papiler dan

folikulernya ditandai oleh inti yang overlapping, ground-glass appearance

dengan celah longitudinal dan invaginasi sitoplasma ke dalam inti. Sebanyak

20-80% pasien tumornya bersifat multisentrik, dan sekitar sepertiganya bilateral

di kedua lobus tiroid. Penyebaran terutama melalui kelenjar getah bening yang

diawali ke KGB regional, dapat juga bermetastasis jauh ke paru-paru atau

tulang. Biasanya terdapat multisentris atau bilateral, tumor primer atau rekurens

dapat menginfiltrasi trakea atau esofagus hingga menimbulkan gejala

obstruksi.4

2.6.2 Karsinoma Tiroid Folikular

Tipe ini ditemukan sekitar 5-10% dari seluruh kasus kanker tiroid dan

lebih sering ditemukan di daerah yang kekurangan iodium. Dengan pemakaian

garam iodium di daerah endemik, insiden keganasan ini menurun. Perbandingan

perempuan dengan laki-laki adalah 2:1. Tumor ini juga lebih banyak pada usia

di atas 40 tahun. Gambarannya lebih sering unilateral dari pada bilateral.5

Page 14: LAPKAS KARSINOMA TIROID

14

Histopatologi memperlihatkan struktur kelenjar. Ditandai oleh diferensiasi

folikuler tanpa perubahan inti seperti pada tipe papiler. Adanya invasi ke kapsul

dan pembuluh darah merupakan pembeda tipe karsinoma ini dari

adenomafolikuler. Dua bentuk karsinoma ini ialah minimally invasive dan

widely invasive carcinoma. Jenis ini kurang menunjukkan multisentrisitas dan

penyebaran ke kelenjar getah bening regional. 4 Penyebaran terutama melalui

sistem vaskular (hematogen), metastasis jauh ke tulang, alat-alat visseral (hati

dan paru-paru) dan kulit. Lesi metastasis sering berpulsasi karena

vaskularisasinya. Kemungkinan untuk mengalami transformasi menjadi

karsinoma tiroid anaplastik dua kali lebih besar dari tipe karsinoma tiroid

papiler. 36

Diagnosis keganasan jenis folikular didasarkan pada ada tidaknya invasi

sel tumor ke kapsul tiroid atau pembuluh darah sedangkan gambaran morfologi

sel tidak ada yang khas. Ada 3 macam invasi sel yaitu : 36

1. Invasi minimal (encapsulated ); invasi hanya pada kapsul.

2. Invasi moderate; ditemukan angioinvasif

3. Invasi luas; invasi pada kapsul dan pembuluh darah.

2.6.3 Karsinoma Tiroid Meduler

Jenis yang sering terjadi pada usia 50-60 tahun ini ditemukan pada 5-10%

dari seluruh kasus kanker tiroid. Tipe ini jarang ditemui dan kebanyakan

berkelompok dalam keluarga. Tipe ini sering didapatkan bersama dengan

penyakit hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid dan feokromositoma.

Karsinoma tiroid meduler ini bersifat herediter (20%) dan sporadik (80%).4 Tipe

herediter biasanya bilateral, namun untuk sporadik umumnya unilateral. Angka

5-years survival rate sekitar 86%. 5,37

Tumor meduler berasal dari sel C (Amine Precursor Up take and

Decarboxylation cell) atau parafolikular yang terletak pada bagian atas dan

tengah lobus tiroid, banyak mengandung amiloid, yang merupakan sifat

khasnya. 4

Di samping itu, tumor ini mengeluarkan kalsitonin yang dapat diukur

dengan radioimmunoassay yang dapat digunakan untuk follow up atau

screening, bahkan sebelum benjolan dapat diraba oleh pasien atau dokter.

Diagnosis dini pada tipe ini sangat mempengaruhi prognosis penderita.4

Page 15: LAPKAS KARSINOMA TIROID

15

2.6.4 Karsinoma Tiroid Anaplastik

Tipe ini didapatkan pada 5-10% dari seluruh kasus kanker tiroid.4

Meskipun jarang ditemui, tumor ini amat ganas. Perjalanan penyakit ini cepat

dan biasanya fatal. Dalam beberapa minggu atau bulan, penderita menunjukkan

keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa gejala obstruksi

pernafasan atau obstruksi esofagus. Keadaan pasien cepat menurun dan tumor

cepat mengadakan metastasis.38

Tipe ini secara histopatologi terdiri dari anaplastik spindle cell, giant cell

dan small cell. Sel ini bervariasi dalam ukuran, bentuk dan inti. Banyak

ditemukan mitosis. Penyebaran melalui sistem getah bening dan bermetastasis

jauh. Karsinoma jenis folikuler maupun papiler dapat berkembang menjadi jenis

ini. 4

2.7 Diagnosis

Penegakan diagnosis karsinoma tiroid dapat dilakukan melalui beberapa

pemeriksaan yang akan dijelaskan berikut ini.

2.7.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis 6,34

Melalui anamnesis, kecurigaan adanya keganasan pada penderita

nodul tiroid apabila ditemukan beberapa hal berikut :

Usia dan jenis kelamin : apabila nodul tiroid terjadi pada usia < 20

tahun atau > 50 tahun

Riwayat radiasi daerah leher dan kepala : risiko keganasan tiroid

sekitar 33-37%

Kecepatan tumbuh tumor : nodul ganas membesar dalam waktu cepat

sedangkan nodul jinak biasanya membesar dengan lambat

Riwayat gangguan mekanik pada leher : keluhan gangguan menelan,

rasa sesak, perubahan suara, disfagia

Riwayat penyakit dalam keluarga

Saat melakukan pemeriksaan fisis, melalui palpasi beberapa hal

yang perlu dinilai :

Page 16: LAPKAS KARSINOMA TIROID

16

Kelenjar tiroid akan ikut bergerak ke atas saat penderita diminta

menelan;

Nodul bisa soliter atau multipel dengan konsistensi keras dan tidak

bisa digerakkan dari dasarnya. Umumnya keganasan terdapat pada

nodul soliter, sedangkan pada multipel biasanya terdapat pada salah

satu nodul yang lebih menonjol dan lebih keras dari pada lainnya;

Bila kelenjar besar sekali namun tidak tampak gejala sesak napas, ada

tidaknya penekanan pada trakea dapat dinilai dengan cara menekan

lobus lateral kelenjar sehingga timbul stridor;

Ada tidaknya nyeri. Nodul tidak nyeri, apabila multipel dan dapat

digerakkan biasanya merupakan struma difus atau hiperplasia tiroid.

Apabila nodul multipel tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan,

dapat dicurigai keganasan;

Ada tidaknya pembesaran KGB regional secara lengkap;

Ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, klavikula, dan sternum,

serta tempat terjadinya metastasis (paru, ginjal, hepar, otak).

Pada pemeriksaan fisis, biasanya tidak dijumpai tanda-tanda khas

kanker tiroid, kecuali bila telah dijumpai adanya infiltrasi jaringan sekitar

dan adanya pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral menyertai

pembesaran tiroid. Studi yang pernah dilakukan di Indonesia terhadap 149

kasus karsinoma tiroid dari 477 penderita nodul tiroid menunjukkan

ketepatan diagnosis pemeriksaan klinis sebesar 82%, dengan tanda-tanda

fisik seperti batas nodul tidak tegas, pembesaran KGB regional, nodul

konsistensi keras, nodul di isthmus dan permukaan berbenjol-benjol.

Tabel 2. Pemeriksaan klinis Mencurigakan Keganasan Tiroid. 6

Sangat Curiga Kecurigaan Menengah

- Nodul padat keras - Nodul > 4cm dan sebagian dengan gambaran kistik pada USG

- Nodul cepat membesar- Nodul terfiksasi jaringan sekitarnya- Paralise pita suara- Pembesaran KGB regional- Metastase tulang atau paru- Riwayat keluarga dengan

neoplasma endokrin multiple

- Usia < 20 tahun > 50 tahun- Laki-laki dengan nodul soliter- Riwayat radiasi leher

Page 17: LAPKAS KARSINOMA TIROID

17

2.7.2 Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mendiagnosis keganasan tiroid,

kecuali pada jenis meduler di mana kadar kalsitonin dapat digunakan

untuk diagnostik dan follow-up.

Pertama-tama, tentukan dahulu status fungsi nodul tiroid dengan

pemeriksaan TSH dan free T4 (FT4) sehingga dapat diidentifikasi adanya

hipertiroidisme.34 Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid normal.

Namun perlu diingat, bahwa hasil normal belum tentu menghilangkan

kemungkinan keganasan.

Selain itu, pemeriksaan kadar tiroglobulin cukup sensitif pada

keganasan tiroid. Pemeriksaan ini umumnya bermanfaat untuk monitor

rekurensi pascaterapi. Akan tetapi, tiroglobulin tidak dapat memonitor

tipe anaplastik dan meduler karena jenis tersebut tidak mensekresi

tiroglobulin. Kadar tiroglobulin normalnya 1,5-3,0 ng/ml. Peningkatan

kadar tiroglobulin (mencapai > 400 ng/ml) pasca total tiroidektomi

menunjukkan kecurigaan rekurensi atau metastasis dan perlu dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut. Sayangnya, pemeriksaan ini tidak spesifik

karena dapat pula ditemukan pada nodul tiroid jinak seperti penyakit

Grave’s, adenoma tiroid, dan tiroiditis. American Thyroid Association

tidak menyarankan pemeriksaan rutin tiroglobulin preoperative pada

pasien dengan karsinoma tiroid differentiated (DTC) namun dapat

digunakan sebagai indicator rekurensi atau metastasis seperti disebutkan

di atas. 34

2.7.3 Ultrasonografi

Ultrasonografi banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk

evaluasi sebuah nodul. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi nodul dengan

ukuran 2-3 mm dan mempunyai akurasi yang tinggi menentukan nodul

kistik dan padat, menentukan jumlah nodul, letak nodul, pembesaran

kelenjar getah bening dan dapat pula digunakan menilai respon

pengobatan terapi supresif serta pengarah biopsi, Dalam menentukan

nodul jinak dan ganas tidak dijumpai tanda yang khas, namun

pemeriksaan ini dapat memberikan sugestif nodul jinak dan ganas seperti

pada tabel berikut. 39-41

Page 18: LAPKAS KARSINOMA TIROID

18

Tabel 3. Karakteristik ultrasonografi nodul tiroid (Benigna vs Maligna). 42

Malign BenignHypoechogenicity Pure cystic noduleMicro or interrupted rim calcifications HyperechoicIrregular margins Halo sign or a smooth marginAbsence of halo or incomplete halo Spongiform noduleIncreased intranodular flow Uninterrupted eggshell calcificationsHeight > width Aabsent or peripheral vascularitySignificant increase in size over time Significant decrease in size over timeInvasion of anterior strap muscles Multiple coalescent nodules without

normal intervening parenchymaPresence of abnormal cervical

lymphadenopathyNormal, small reactive, cervical nodes

Karakteristik sonografi nodul ganas tiroid yaitu :

batas tidak teratur/tidak tegas;

bentuk tidak teratur;

struktur eko solid;

ekogenitas hipoekoik;

eko internal heterogen;

mikrokalsifikasi;

terdapat invasi vaskuler

Sensitivitas pada neoplasma nonfolikuler 86,5% sedangkan tipe folikuler

hanya 18,2% serta spesifisitas masing-masing 92,3% dan 88,7%. Secara

keseluruhan, nilai sensitivitas sebesar 81,8% dan spesifisitas 90,6%.43

Gambar 9. Komposisi nodul tiroid berupa nodul solid, kistik, dan kombinasi keduanya. 43

Page 19: LAPKAS KARSINOMA TIROID

19

2.7.4 Scanning tiroid / sidik tiroid 12

Prinsip pemeriksaan ini adalah persentase uptake dan distribusi

iodium radioaktif J131dalam kelenjar tiroid. Yang dapat dilihat dari

pemeriksaan ini adalah besar, bentuk, dan letak kelenjar tiroid serta

distribusi dalam kelenjar. Uptake iodium dapat diukur dalam waktu 3, 12,

24 dan 48 jam. Uptake normal dalam 24 jam adalah 15-40%. Dari uptake

ini diketahui fungsi tiroid apakah hiportiroid, eutiroid atau hipetiroid.

Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk membedakan jinak atau

ganas secara pasti.

Gambar 10. Pemeriksaan sidik tiroid. 12

Scanning tiroid dapat dilakukan

dengan menggunakan dua macam isotop,

yaitu iodium radioaktif (123-I) dan

technetium pertechnetate (99m-Tc).

Isotop 123-I lebih banyak digunakan

dalam evaluasi fungsi tiroid, sedangkan

99m-Tc lebih digunakan untuk evaluasi

anatominya. Dari distribusi iodium dapat diketahui sifat tonjolan tersebut

tersebut dan membandingkannya dengan jaringan sekitar.

Hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk:

1. Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan

dengan sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.

2. Nodul panas bila penangkapan iodium lebih banyak dari pada

sekitarnya. Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebihan.

3. Nodul hangat bila penangkapan iodium sama dengan sekitarnya. Hal

ini berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain.

Keganasan biasanya terekam sebagai nodul dingin soliter. Nodul hangat

biasanya bukan keganasan. Apabila dijumpai nodul yang panas ini hampir

pasti bukan suatu keganasan.

2.7.5 Biopsi Aspirasi Jarum Halus (FNAB)

Pemeriksaan FNAB merupakan prosedur diagnostik yang memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan modalitas diagnostik lainnya, antara

lain sederhana, cepat, cost-effective, aman dan mempunyai akurasi yang

tinggi bila dilakukan oleh ahli patologi yang berpengalaman. Oleh karena

Page 20: LAPKAS KARSINOMA TIROID

20

itu, biopsi jarum halus ini lebih banyak digunakan sebagai alat diagnostik

inisial pada pasien dengan nodul tiroid apabila dibandingkan dengan

scanning radionuklid atau ultrasonografi. 44 FNAB digunakan terutama

pada pemeriksaan preoperatif nodul tiroid dan memberikan hasil

memuaskan.43 Oleh karena itu, FNAB direkomendasikan pada seluruh

institusi sebagai prosedur pemeriksaan pada nodul tiroid. 45

Pemeriksaan ini dilakukan dengan

mengambil sejumlah kecil bagian dari sel

atau cairan melalui penusukan pada nodul

tiroid menggunakan jarum yang sangat

kecil, yakni 23-25G. Sediaan yang telah

diambil sebagian difiksasi basah dan

dipulas dengan Papanicoulau sedangkan

sisanya dikeringkan di udara untuk dipulasGambar 11. Karsinoma tiroid tipe papiler.

12

dengan May Gruenwald Giemsa.

Pemeriksaan ini direkomendasikan pada nodul tiroid dengan ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Diameter lebih dari 1 cm dengan konsistensi solid dan hipoekoik pada

pemeriksaan ultrasonografi

b. Nodul yang pertumbuhannya sugestif ekstrakapsular atau metastasis ke

kelenjar limfe servikal

c. Pasien nodul tiroid dengan riwayat radiasi leher pada masa kanak-

kanak atau remaja

d. Riwayat pembedahan kanker tiroid

e. Peningkatan kadar kalsitonin tanpa adanya penyebab yang bermakna

f. Diameter kurang dari 10 mm atau jumlah lebih dari 2 nodul dengan

sugestif ganas

Studi yang telah dilakukan menggunakan FNAB memberikan nilai

sensitivitas 98%, spesifisitas 70%, nilai prediktif positif (PPV) 91%, nilai

prediktif negatif (NPV) 93%, dan akurasi diagnosis 91%.46 Karena

umumnya penyebab utama false negative pada diagnosis sitologi biopsi

jarum halus ialah sampling error, saat ini dilakukan beberapa cara untuk

mengoptimalkan hasil pemeriksaan, salah satunya dengan ultrasonografi

guided. 13

Page 21: LAPKAS KARSINOMA TIROID

21

Hasil pemeriksaan FNAB dikelompokkan berdasarkan kriteria

Bethesda, terdiri dari :

1. Nondiagnostic / Unsatisfactory

2. Benign

3. Atypia of Undetermined Significance (AUS) / Follicular Lesion of

Undetermined Significance

4. Folicular Neoplasm or Suspicious for a Follicular Neoplasm

5. Suspicious for Malignancy

6. Malignant

Meski demikian, pemeriksaan ini juga memiliki keterbatasan

berhubungan dengan sampel yang tidak adekuat, kemampuan dokter

melakukan aspirasi, pengalaman ahli sitologi dalam menginterpretasi

spesimen, dan tumpang tindih gambaran sitologi antara lesi folikular

jinak dan ganas. 47

2.7.6 Potong Beku (VC)

Potong beku merupakan pemeriksaan yang paling banyak digunakan

pada pembedahan tiroid untuk determinasi lesi tiroid. Potong beku

intraoperatif dilakukan ahli bedah untuk mengonfirmasi diagnosis sitologi

dari biopsi jarum halus yang telah dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan ini

secara umum digunakan untuk diagnosis secara cepat, serta evaluasi

ekstensi dan batas tumor. 47

Dalam proses pembedahan, setelah nodul atau lobus tiroid diangkat,

sebagian kecil jaringan disiapkan untuk pemeriksaan potong beku dan

diinterpretasi intraoperatif oleh ahli patologi, dimana dibutuhkan waktu

cukup panjang untuk menunggu hasil. Keunggulan potong beku ini antara

lain kita mendapatkan jaringan dalam jumlah yang cukup dan dapat

dilakukan identifikasi jaringan. 47

Meskipun demikian, potong beku dinilai menghabiskan waktu,

memerlukan biaya mahal, serta membutuhkan peralatan khusus untuk

pelaksanaannya. 47 Alat yang digunakan ialah cryostats berupa wadah

tertutup yang berisi bar-plate untuk jaringan yang dibekukan dan

mikrotom yang dapat dimanipulasi dari luar cryostats. 47 Pemeriksaan ini

juga sulit dalam menentukan adenoma folikuler atau karsinoma folikuler

Page 22: LAPKAS KARSINOMA TIROID

22

seperti halnya pemeriksaan bajah, oleh karena tidak dapat memberikan

informasi invasi pembuluh darah atau invasi kapsul. 6

2.7.7 Histopatologi

Diagnosis pasti dari kanker tiroid dilakukan dengan biopsi, di mana

sel-sel dari area pembesaran tiroid diambil kemudian diperiksa di bawah

mikroskop. 2 Pemeriksaan biopsi histopatologi pada tiroid dapat berupa

lobektomi atau ismulobektomi atau biopsi insisi pada tumor yang non

resektabel. Pemeriksaan ini merupakan gold standard atau standar baku

emas dalam menentukan jenis nodul tiroid. Pemeriksaan bersifat invasif

karena mengambil sebagian atau seluruh tiroid untuk kemudian diperiksa

menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi. Hasil pemeriksaan tersebut

memperlihatkan jenis nodul jinak atau ganas.

Tehnik ini lebih unggul dibandingkan pemeriksaan lainnya karena

dapat diperoleh sampel jaringan yang banyak dan luas sehingga hasilnya

lebih sensitif dan spesifik. Dengan pemeriksaan histopatologi ini pun jenis

karsinoma folikuler dapat dibedakan dari adenoma folikuler dengan

adanya invasi tumor atau invasi vaskuler.

Akan tetapi, kelemahan teknik ini terletak pada proses yang rumit dan

biaya yang lebih besar untuk pemeriksaannya. 12 Selain itu, pemeriksaan

ini sulit dilakukan tanpa tenaga ahli, memerlukan anestesi lokal dan tehnik

pengerjaan steril, waktu yang lama dalam pemrosesan, serta komplikasi

yang lebih berat (misalnya perdarahan dan cedera nervus laringeal). 12

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Operatif

Pembedahan nodul tiroid dapat dibedakan berdasarkan indikasinya:

diagnostik atau terapeutik. Algoritme penanganan pembedahan pada nodul

tiroid dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Bedah diagnostik berupa biopsi insisi atau eksisi, sedangkan terapeutik

bersifat ablatif. Beberapa pembedahan terapeutik yaitu :

a. Total tiroidektomi

Pengangkatan seluruh lobus tiroid beserta KGB sekitar.

Page 23: LAPKAS KARSINOMA TIROID

23

b. Subtotal tiroidektomi

Pengangkatan sebagian besar lobus kanan dan lobus kiri dari jaringan tiroid

dengan menyisakan masing-masing kapsul posterior kurang lebih 3 gram

yang berlokasi di bagian posterior dari kedua lobus dimana dekat dengan

nervus rekurens dan glandula paratiroid.

c. Near total tiroidektomi (NTT)

Pengangkatan hampir seluruh jaringan kelenjar tiroid dengan meninggalkan

sebagian kecil jaringan. Teknik NTT dapat dilakukan untuk mengurangi

resiko kerusakan nervus laringeal rekuren atau glandula paratiroid.

Gambar 12. Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid. 4

Page 24: LAPKAS KARSINOMA TIROID

24

Gambar 13. Bagan Penatalaksanaan Alternatif Nodul Tiroid. 4

Gambar 14. Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis Regional. 4

d. Total lobektomi

Pengangkatan satu lobus tiroid.

Page 25: LAPKAS KARSINOMA TIROID

25

e. Subtotal lobektomi

Pengangkatan sebagian besar lobus kanan atau kiri dengan

menyisakan kapsul posterior kurang lebih 3 gram.

f.Ismolobektomi

Pengangkatan satu atau dua lobus tiroid dengan isthmus.

g. Radical neck dissection (RND)

Pengangkatan seluruh tumor ganas dan KGB sekitar dari level 1 – 5

serta jaringan limfoid di daerah leher sisi yang bersangkutan dengan batas-

batas:

Batas atas : margo inferior mandibula

Batas belakang : M. Trapezius

Batas bawah : antara Clavicula dengan midline sternum

Batas Medial : garis tengah leher

Dasar : M. Scalenus

Pengangkatan juga menyertakan nervus asesorius, vena jugularis interna

atau eksterna, M. Sternokleidomastoideus, dan M. Omohyoideus, kelenjar

ludah submandibularis, dan parotis.

Batasan level :

o Level 1 : Submandibularis dan Submentalis

o Level 2 : Upper Jugularis

o Level 3 : Mid Jugularis

o Level 4 : Lower Jugularis

o Level 5 : Post triangle

Radical Neck Dissection adalah suatu

teknik operasi pembedahan yang

digunakan untuk mengobati kanker di

daerah kepala dan leher. Operasi

pembedahan ini tidak boleh dilakukan

jika kanker telah menyebar ke luar daerah Gambar 15. Level KGB. 12

kepala dan leher. Tujuan operasi ini adalah mengangkat kanker sebanyak-

banyaknya. Dalam mengeluarkan kanker, banyak limfatik sistem,

arteri,

Page 26: LAPKAS KARSINOMA TIROID

26

maupun vena yang juga ikut diangkat. Terdapat beberapa bentuk dari RND

ini:

1. RND modiifikasi 1 : dengan mempertahankan N. Asesorius;

2. RND modiifikasi 2 : dengan mempertahankan N. Asesorius dan V.

Jugularis Interna;

3. RND modiifikasi 3 : dengan mempertahankan N. Asesorius, V.

Jugularis Interna, dan M. Sternokleidomastoideus

Hasil dari operasi ini bergantung pada kondisi kanker, jenis metastasis

dan kualitas operasi. Kebanyakan kanker leher bisa diobati dengan Radical

Neck Surgery, walaupun angka keberhasilan jangka panjang masih belum

pasti. Pasien dengan bilateral metastasis atau multipel metastasis

mempunyai survival rate yang lebih pendek.

Gambar 16. Operasi Radical Neck Dissection pada Kanker Tiroid. 12

h. Minimally-invasive endoscopic thyroidectomy

Pemakaian endoskopi pada operasi tiroidektomi mulai berkembang

beberapa tahun terakhir. Teknik ini memiliki prinsip yang sama dengan

open procedure tiroidektomi namun menggunakan insisi yang kecil. Di

samping itu, teknik ini unggul dalam segi kosmetik karena luka operasi kecil,

nyeri pascaoperasi minimal, dan perawatan di rumah sakit lebih singkat.

Kasus-kasus yang dapat menggunakan teknik ini :

Pasien dengan adenoma folikular

Karsinoma Papiler low risk dengan pembesaran <10mm

Karsinoma Thyroid yang berdiferensiasi baik

Page 27: LAPKAS KARSINOMA TIROID

27

Gambar 17. Teknik minimally-invasive endoscopic thyroidectomy. 12

Prinsip-Prinsip Pembedahan Karsinoma Tiroid

Para ahli merekomendasikan total tiroidektomi pada karsinoma papiler

dan folikuler dengan ukuran >1 cm, yang terdiagnosis preoperatif. Pilihan

tersebut didasari oleh sifat biologi tumor dan modalitas penatalaksanaan yang

ada. Sedangkan pada tipe di atas dengan low risk cancer, maka dapat dilakukan

lobektomi. Perkembangan studi terakhir banyak memperdebatkan teknik

central neck dissection sebagai penatalaksanaan profilaksis pada kedua tipe

tersebut untuk mencegah rekurensi lokal serta komplikasi yang berkaitan

dengan

pembedahan reoperatif pada central neck. 34

Total tiroidektomi atau near total tiroidektomi merupakan pilihan yang

paling efektif untuk karsinoma berdiferensiasi baik dan tipe meduler (sel

Hurthle), dimana tidak ada terapi lain yang efektif. 34 Selain itu, tipe meduler

biasanya multifokal dan tidak menangkap iodium. Hal ini berbeda dengan

karsinoma tipe papiler dan folikuler, di mana mikrometastasis dapat

ditatalaksana dengan efektif menggunakan ablasi iodin radioaktif.

Total tiroidektomi dengan RND dilakukan pada karsinoma tipe meduler

dengan adanya metastasis pada kelenjar getah bening. Sebesar 81% pasien

dengan keganasan tiroid yang dapat dipalpasi memiliki metastasis KGB sentral,

sehingga penambahan RND dapat meningkatkan angka keberhasilan

dibandingkan total tiroidektomi saja. 34

Pada karsinoma tipe anaplastik, apabila saat operasi berlangsung

ditemukan tipe ini dari pemeriksaan potong beku, selama belum terjadi ekstensi

jauh dapat dilakukan total atau subtotal tiroidektomi kemudian diikuti radiasi

eksterna. Karena tumor ini umumnya berukuran masif dan mengakibatkan

Page 28: LAPKAS KARSINOMA TIROID

28

sumbatan jalan napas, pemasangan trakeostomi perlu dilakukan sebagai

tindakan life-saving. Sebaliknya, apabila tipe ini telah terdiagnosis pasti

sebelum operasi, maka sebaiknya dilakukan radiasi saja. 34

Tiroidektomi total hasilnya terbukti lebih baik daripada subtotal

tiroidektomi atau lobektomi. Meski demikian, masih terdapat perbedaan

pendapat mengenai karsinoma tiroid dengan fokus soliter unilateral. Sebagian

menganjurkan lobektomi+ismektomi dengan atau tanpa modified neck

dissection ipsilateral, sedangkan sisanya menganjurkan near total tiroidektomi

atau total. 34

Terdapat kontroversi lain mengenai karsinoma tipe papiler, di mana 80%

kasus akan tetap baik tanpa melihat bentuk pengobatan yang diberikan. Bila

ukuran tumor >1 cm, disepakati untuk dilakukan total tiroidektomi untuk

meniadakan kemungkinan timbulnya keganasan pada lobus lainnya dengan

tetap mempertahankan kapsul posterior kelenjar tiroid sehingga tidak merusak

kelenjar paratiroid dan nervus laringeus rekuren. 34

2.8.2 Non-Pembedahan

a. Radioterapi

Pengobatan ini bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan sel ganas

dengan cara menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut

menggunakan radiasi ion sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi.

Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfoid dan pembuluh darah

yang menjadi target metastasis tumor. Walaupun radiasi ini mengenai

seluruh sel, umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan

sel kanker. 12

Apabila tumor inoperabel atau pasien menolak operasi untuk lobus

kontralateral, dapat dilakukan :

Radiasi interna dengan I131

Radioiodin I131 merupakan terapi yang dipercaya pada penderita

kanker tiroid karsinoma tipe papiler dan folikuler dengan metastasis.34

Terapi ini dilakukan dengan pemberian I131 peroral (dosis standar 75-

150 Ci). 34 Sayangnya, banyak pasien yang memiliki tumor dengan

sifat tidak dapat meng-uptake iodin tersebut, sehingga terjadi

Page 29: LAPKAS KARSINOMA TIROID

29

radioresisten dan prognosis yang buruk (angka 10-years survival rate

sekitar 10%).48

Page 30: LAPKAS KARSINOMA TIROID

30

Sekitar 70% karsinoma tiroid papiler memiliki mutasi gen yang

sering berganti-ganti dan mengkode reseptor growth factor RET atau

NTRK1 (tiga isoform dari RAS dan BRAF). Aktivasi primer dari

protein-protein tersebut menstimulasi sinyal mitogen-activated protein

kinase (MAPK) yang menghambat ekspresi gen pembentuk hormon

tiroid, termasuk simporter sodium-iodida dan tiroid peroksidase, yang

memfasilitasi uptake iodin. Berdasarkan pemahaman tersebut, studi ini

meneliti pasien kanker tiroid dengan metastasis yang refrakter terhadap

pemberian radioiodin dengan terapi inhibitor selektif MEK 1 dan MEK

2, yaitu selumetinib (AZD6244, ARRY-142886). Perubahan uptake

iodin dinilai melalui pemeriksaan PET-CT iodine-124 secara berseri.48

Studi-studi terdahulu yang menggunakan berbagai macam zat untuk

merangsang uptake radioiodin pada kanker tiroid metastasis refrakter

tidak menunjukkan manfaat klinis yang signifikan. Meski demikian,

studi terbaru menunjukkan bahwa pemberian selumetinib pada

penderita kanker tiroid dengan metastasis, yang bersifat refrakter

terhadap radioiodin, dapat menghambat jalur MAPK dengan cara

meningkatkan uptake radioiodin tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

inhibitor MAPK dapat menginduksi uptake serta penyerapan iodin.

Dengan demikian, efikasi terapeutik pemberian radioiodin dapat

ditingkatkan. Akan tetapi, studi ini masih terbatas pada hewan

percobaan dan belum diaplikasikan pada manusia. 48

Pendekatan studi ini difasilitasi oleh beberapa perkembangan ilmu:

(1) penemuan perubahan genetik di mana aktivasi sinyal MAPK dapat

menstimulasi dediferensiasi sel-sel kanker tiroid; (2) ketersediaan

klinis dari inhibitor MEK selektif; (3) serta kemajuan teknologi PET-

CT iodine-124 untuk mengukur iodin yang diserap oleh lesi. 48

Sebanyak lima orang pasien yang memiliki tumor mutasi NRAS

mengalami peningkatan uptake iodin setelah pemberian selumetinib, di

mana 4 orang di antaranya menunjukkan respon parsial sedangkan 1

orang lainnya tidak mengalami perubahan pada penyakitnya pasca

pemberian radioiodin. Hasil penelitian ini memberikan tantangan besar

bagi para ahli untuk mengembangkan penatalaksanaan terapeutik pada

kanker yang dipengaruhi oleh mutasi RAS. 48

Page 31: LAPKAS KARSINOMA TIROID

31

Berbeda dengan mutasi RAS, hanya 1 dari 9 pasien dengan mutasi

BRAF yang mendapatkan terapi radioiodin. Pasien tersebut

menunjukkan konversi yang mencolok pada lesi, dari negatif menjadi

positif terhadap iodine-124 PET, setelah pemberian selumetinib, serta

menunjukkan respon parsial pada penyakit kankernya. Perbedaan hasil

pada mutasi RAS dan BRAF belum dapat dijelaskan, namun diduga

sinyal MAPK tidak dihambat sepenuhnya pada tumor dengan mutasi

BRAF karena aliran yang lebih tinggi pada jalur tersebut. 48

Hasil seperti disebutkan di atas membuktikan prinsip bahwa

inhibitor MEK dapat menginduksi uptake dan retensi iodin pada tumor

tiroid. Keuntungan jangka panjang terapi ini apabila melalui pemberian

molekul inhibitor kinase saja ialah terapi pengobatan dalam waktu

singkat dapat memberikan efek klinis yang tahan lama. 48

Radiasi eksterna

Terapi ini diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu cukup besar

dan tidak mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksterna

menggunakan Cobalt-60 sebagai terapi paliatif, khususnya pada

metastasis tulang. 12

P r o s e dur T i nda k an 12

Isotop I-131 ditelan dalam bentuk dosis tunggal dengan bentuk kapsul atau

cair dan dengan cepat masuk ke pembuluh darah traktus gastrointestinalis,

kemudian masuk ke kelenjar tiroid dan mulai menghancurkan kelenjar

tersebut. Efeknya baru terlihat dalam satu sampai tiga bulan dengan efek

maksimal tiga sampai enam bulan setelah pengobatan.

Efe k Sa m p i ng 12

Dapat timbul rasa nyeri setelah pengobatan dan pembengkakan kelenjar

ludah. Untuk hal ini, maka penderita boleh diberikan obat simptomatik

seperti aspirin, ibuprofen atau asetaminofen. Perlu diingat bahwa I131 yang

diberikan pada masa kehamilan dapat merusak kelenjar tiroid bayi dan

masuk ke dalam tubuh bayi melalui air susu.

Page 32: LAPKAS KARSINOMA TIROID

32

b. Kemoterapi 12,34

Pemberian kemoterapi tidak banyak berperan. Umumnya kemoterapi

diberikan pada karsinoma anaplastik karena radiasi internal dan hormonal

tidak bermanfaat lagi. Obat yang diberikan adalah adriamisin tunggal atau

kombinasi dengan cyspaltinum.

c. Terapi hormonal 12,34

Terapi ini digunakan sebagai suplementasi setelah total tiroidektomi.

Selain sebagai tambahan kebutuhan, terapi ini bertujuan menekan TSH

yang diduga ikut berperan dalam merangsang proliferasi pertumbuhan sel-

sel maligna. Hormon yang diberikan ialah preparat tiroksin atau

triiodotiroksin. Terapi supresi L-tiroksin terhadap sekresi TSH dalam

jangka panjang dapat memberikan efek samping di berbagai organ target,

seperti tulang (meningkatnya bone turnover, bone loss), dan jantung.

2.9 Komplikasi Pembedahan 34

Terputusnya nervus laringeus rekuren serta cabang eksterna nervus tersebut

Hipotiroidisme

Ruptur esofagus

2.10 Prognosis 12,34

Prognosis kanker tiroid merupakan bahan pertimbangan dalam pemberian

pengobatan, sehingga dapat ditentukan tipe yang perlu diberikan pengobatan agresif

atau tidak. Faktor risiko prognosis tersebut ditentukan oleh AMES (Age, Metastasis,

Extent of primary cancer, tumor Size), yang terdiri dari :

Ages : pria < 41 th, wanita < 51 th atau pria > 40 th, wanita > 50 th

Metastasis : metastasis jauh atau tanpa metastasis jauh

Extent : papilare intratiroid atau folikulare dengan infasi kapsul

minimal atau dengan invasi mayor.

Size : 5 cm / > 5 cm

Dari faktor tersebut, ditentukan apakah penderita memiliki risiko rendah atau tinggi.

R i s i ko r e nd a h :

1. Setiap usia risiko rendah tanpa metastasis

Page 33: LAPKAS KARSINOMA TIROID

33

2. Usia risiko tinggi tanpa meta dan dengan ekstensi dan ukuran tumor risiko

rendah.

R i s i ko ti n gg i :

1. Setiap pasien dengan metastasis, atau

2. Usia risiko tinggi dengan salah satu ekstensi atau ukuran tumor untuk risiko

tinggi.

Selain itu, survival rate karsinoma tiroid bergantung pada tipe dan stadiumnya,

seperti tampak pada tabel-tabel berikut ini. Berbeda pada karsinoma anaplastik, 5-

years survival rate tipe tersebut dianggap sama sebagai stadium IV, yaitu sebesar 9%.

Tabel . Survival rate karsinoma tiroid papiler12

Stage 5-Year Relative Survival Rate

I 100%

II 100%

III 96%

IV 45%

Tabel . Survival rate karsinoma tiroid folikuler12

Stage 5-Year Relative Survival Rate

I 100%

II 100%

III 79%

IV 47%

Tabel . Survival rate karsinoma tiroid meduler12

Stage 5-Year Relative Survival Rate

I 100%

II 97%

III 78%

IV 24%

Page 34: LAPKAS KARSINOMA TIROID

34

BAB 3

KESIMPULAN

Kanker tiroid menempati urutan ke-9 dari insiden kanker di Indonesia.

Meskipun pertumbuhan tumor tergolong lambat, sebagian kecil tumor tumbuh lebih

cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Mortalitas akibat kanker tiroid

kecil dan prognosis pada penderita kanker tiroid relative baik, tetapi menegakkan

diagnosis keganasan tiroid menjadi tantangan tersendiri karena banyak kelainan atau

nodul tiroid yang lain tetapi bukan suatu karsinoma.

Berdasarkan klasifikasi WHO, karsinoma tiroid dibagi dalam 4 tipe, yaitu

papiler (80%), folikuler (5-10%), meduler (5-10%), dan anaplastic (5-10%). Berbagai

modalitas diagnostik untuk mengetahui karakteristik nodul tiroid antara lain

ultrasonografi, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI),

biopsi aspirasi jarum halus (FNAB), pemeriksaan potong beku, dan histopatologi

sebagai gold standard.

Terdapat berbagai modalitas terapi karsinoma tiroid, khususnya pada tipe yang

berdiferensiasi adalah dengan ablasi iodium radioaktif dan terapi supresi L-tiroksin.

Agresivitas terapi dilakukan berdasarkan faktor risiko prognostik pada tiap pasien.

Meskipun hingga saat ini belum terdapat kesepakatan bentuk terbaik pengobatan pada

karsinoma tiroid, tiroidektomi disepakati sebagai langkah pertama yang harus

dilakukan pada karsinoma tiroid atau pada nodul tiroid yang dicurigai ganas.

Pada karsinoma tiroid yang inoperabel, radioiodin I131 merupakan terapi yang

dipercaya untuk tipe papiler dan folikuler dengan metastasis. Bagi penderita kanker

tiroid dengan metastasis yang refrakter terhadap radioiodin, seperti mutasi RAS atau

BRAF, studi terbaru menunjukkan bahwa pemberian selumetinib (inhibitor jalur

mitogen-activated protein kinase/MAPK) dapat menginduksi uptake serta penyerapan

iodin. Keuntungannya ialah terapi ini diberikan dalam waktu singkat, namun

memberikan efek klinis yang tahan lama.

Page 35: LAPKAS KARSINOMA TIROID

35

DAFTAR PUSTAKA

1. SEER stat fact sheets : Thyroid 2012 (cited 2012) available from: http://seer.cancer.gov/

statfacts/html/thyro.html.

2. American Cancer Society. Thyroid Cancer. Atlanta, Ga: American Cancer Society, 2012.

3. Ramli M, Panigoro SS. Pengelolaan bedah (diagnostik dan terapi) pada penyakit

tiroid. Jakarta Endocrinology Meeting. Jakarta,2003:2-24.

4. Djokomoeljanto. Naskah Lengkap Simposium Nasional V Penyakit Kelenjar

Tiroid 2009, PB PERKENI, Kelompok Studi Tiroidologi Indonesia. In:

Djokomoeljanto, editor. Semarang: Badan Penerbit Undip; 2009. p. 89.

5. Oertel YC. Classification of thyroid malignancy. In: Wartofsky L, Nostrand DV,

M. editors. Thyroid Cancer. A Comprehensive Guide to Clinical Management.

2nd edition. New Jersey: Humana Press, 2006.p.85-6.

6. Suyatno, Pasaribu ET. Kanker kelenjar tiroid. In: Bedah Onkologi: Diagnostik dan

Terapi. Jakarta: CV Sagung Seto, 2010.p.1-34.

7. Burch BH. Evaluation and management of the solid thyroid nodule. Endocrinol Metab

Clin North Arm 1995;24(4):663-710.

8. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. In: Noer S, editor. 3ed. Jakarta: FKUI; 1996. p. 783 -

791.

9. Enewold L, et al. Rising thyroid cancer incidence in the United States by demographic

and tumor characteristics 1980-2005. Cancer epidemiol biomarkers prev.2009;18:784-

91.

10. Tjindarbumi D, Mangunkusumo R. Cancer in Indonesia, present and future. Jpn J Clin

Oncol.2002;33:17-21.

11. Brunicardi FC, et al. Thyroid. In: Schwartz’s Principles of Surgery. 8th Edition. USA:

McGraw-Hill Companies, 2007.

12. Ramod K Sharma M. Thyroid Cancer. WebMD LLC; 2011 [updated Jun 1, 2011; cited

2012 Jan 20]; Available from: http://emedicine.medscape.com/article/851968.

13. Gharib H, Papini E, Paschke R, et al. American Association of Clinical

Endocrinologists, Associazione Medici Endocrinologi, And European Thyroid

Association Medical Guidelines For Clinical Practice For The Diagnosis and

Management of Thyroid Nodules. AACE/AME/ETA Thyroid Nodule Guidelines,

Endocr Pract. 2010;16.

14. Kratky J, Vitkova H, Bartakova J, Telicka Z, Antosova M, Limanova Z, et al. Thyroid

Page 36: LAPKAS KARSINOMA TIROID

36

Nodules: Pathophysiological Insight on Oncogenesis and Novel Diagnostic

Techniques. Physiol Res 2014;63(2):S263-275.

Page 37: LAPKAS KARSINOMA TIROID

37

15. Biondi B, Filetti S, Schlumberger M. Thyroid-hormone therapy and thyroid cancer: a

reassessment. Nat Clin Pract Endocrinol Metab 2005;1:32-4.

16. Boelaert K, Horacek J, Holder RL, Watkinson JC, Sheppard MC, Franklyn JA. Serum

thyrotropin concentration as a novel predictor of malignancy in thyroid nodules

investigated by fine-needle aspiration. J Clin Endocrinol Metab 2006;91:4295-4301.

17. Fiore E, Rago T, Provenzale M, Scutari M, Ugolini C, Basolo F, et al. Lower levels of

TSH are associated with a lower risk of papillary thyroid cancer in patients with thyroid

nodular disease: thyroid autonomy may play a protective role. Endocr Relat

Cancer

2009;16:1251-60.

18. Schulten HJ, Salama S, Al-Mansouri Z, Alotibi R, Al-Ghamdi K, Al-Hamour OA, et al.

BRAF mutations in thyroid tumors from an ethnically diverse group. Hered Cancer Clin

Pract 2012;10:1186-97.

19. Cantara S, Capezzone M,Marchisotta S, Capuano S, Busonero G, Toti P, et al. Impact of

proto oncogene mutation detection in cytological specimens from thyroid nodules

improves the diagnostic accuracy of cytology. J Clin Endocrinol Metab 2010;95:1365-

69.

20. Cunha LL, Ferreira RC, Marcello MA, Vassallo J, Ward LS. Clinical and pathological

implications of concurrent autoimmune thyroid disorders and papillary thyroid cancer. J

Thyroid Res 2011:1-13.

21. Lee JH, Kim Y, Choi JW, Kim YS. The association between papillary thyroid carcinoma

and histologically proven Hashimoto’s thyroiditis: a meta-analysis. Eur J Endocrinol

2013;168:343-9.

22. De Groot L, Abalovich M, Alexander E, Amino N, Barbour L, Cobin R, et al.

Management of thyroid dysfunction during pregnancy and postpartum: an Endocrin

Society clinical practice guideline. J Clin Endocrinol Metab 2012;97:2543-65.

23. Gibelli B, Zamperini P, Proh M, Giugliano G. Management and follow-up of thyroid

cancer in pregnant women. Acta Otorhinolaryngol Ital 2011;31:358-65.

24. Alves VG, Santin PA, Furlanetto WT. Prognosis of thyroid cancer related to pregnancy:

a systematic review. J Thyroid Res 2011;10:1-5.

25. Voigt V, Maher G, Wolf HH, Schmoll JH. Human chorionic gonadotropin-

induced hyperthyroidism in germ cell cancer-a case presentation and review of the

literature. Onkologie 2007;30:330-4.

26. Tafani M, De Santis E, Coppola L, Perrone AG, Carnevale I, Russo A, Pucci B, et al.

Bridging hypoxia, inflammation and estrogen receptors in thyroid cancer

progression. Biomed Pharmacother 2014;68:1-5.

Page 38: LAPKAS KARSINOMA TIROID

38

27. Santin PA, Furlanetto WT. Role of estrogen in thyroid function and growth regulation. J

Thyroid Res 2011;10:1-5.

Page 39: LAPKAS KARSINOMA TIROID

39

28. Holtan GS, Creedon JD, Haluska P, Markovic NS. Cancer and pregnancy: parallels in

growth, invasion, and immune modulation and implications for cancer therapeutic agents.

Mayo Clin Proc 2009;84:985-1000.

29. Vanderpump MP. The epidemiology of thyroid disease. Br Med Bull 2011;99:39-

51.

30. Kamran SC, Marqusee E, Kim MI, Frates MC, Ritner J, Peters H, Benson CB, et

al. Thyroid nodule size and prediction of cancer. J Clin Endocrinol Metab

2013;98:564-70.

31. Reading CC, Charboneau JW, Hay ID, Sebo TJ. Sonography of thyroid nodules:

a “classic pattern” diagnostic approach. Ultrasound ! 2005;21:157-65.

32. Kwak JY, Han KH, Yoon JH, Moon HJ, Son EJ, Park SH, et al. Thyroid imaging

reporting and data system for US features of nodules: a step in establishing better

stratification of cancer risk. Radiology 2011;260:892-9.

33. Lewinski A, Adamczewski Z. Decision making for surgery in the suspect

thyroid nodule. Thyroid Int 2013;1:3-18.

34. Schneider DF, Chen H. New Developments in the Diagnosis and Treatment of Thyroid

Cancer. CA Cancer J Clin 2013;63(6):373-94.

35. Lioyd RV, Buehler D, Khanafsar E. Papillary thyroid carcinoma variants. Head Neck

pathol. 2011;5(1):51-6.

36. Dackiw APB, Zeiger M. Extent of surgery for differentiated thyroid cancer. In: Clark

OH, editor. SCNA. Philadelphia: Saunders, 2004;84:817-32.

37. Carling T,Udelsman R. Cancer of the endocrine system. In: Devita VT, Hellman S,

Rosenberg SA, editors. Cancer : principles and practice of oncology. 7th ed.

Philadelphia: Lippincot Williams & wilkins,2005;p.1489-580.

38. Sclumberger M, et al. Follow up and management of differentiated thyroid carcinoma. In:

a European perspective in clinical practice. EJCE. 2004;151: 539-48.

39. Maia FF, Matos PS, Silva BP, Pallone AT, Pavin EJ, Vassalo J et al. Role of ultrasound,

clinical and scintigraphy parameters to predict malignancy in thyroid nodule. Head and

Neck Oncology 2011;3:17.

40. Lee YJ, Kim DW, In HY, Park JS, Kim SH, Eom JW. Differentiation between benign

and malignant solid thyroid nodules using an US classification system. Korean J

Radiol

2011;12(5): 559-62.

41. Kim MJ, Kim EK, Kwak JY, Park JS, Chung WY, Nam KH et al. Differentiation of

thyroid nodules with macrocalcification: role of suspicious sonographic findings. J

Ultrasound Med 2008;27: 1179-84.

Page 40: LAPKAS KARSINOMA TIROID

40

42. Kim DW, Lee EJ, Kim SH, et al. Ultrasound-guided fine-needle aspiration biopsy of

thyroid nodules: comparison in efficacy according to nodule size. Thyroid, 2009

Jan;19(1):27-31.

43. Lee YH, Kim DW, In HS, Park JS, Kim SH, Eom JW et al. Differentiation between

benign and malignant solid thyroid nodules using an US classification system. Korean J

Radiol 2011;12(5):559-67.

44. Mackenzie E, Mortimer RH. Thyroid Nodules and Thyroid Cancer. MJA 2004; 180:

242-7.

45. Huang TW, Lai JH, Wu MY, Chen SL, Wu CH, Tam KW. Systematic review of clinical

practice guidelines in the diagnosis and management of thyroid nodules and

cancer. BMC Medicine 2013;11:191.

46. Afroze N, Kayani N, Hasan SH. Role of fine needle aspiration cytology (FNAC) in the

management of thyroid pathology – the Aga Khan University Hospital experience. J Pak

Med Assoc 1999;49(6):133-5.

47. Makes B. Accuracy of frozen section combined with imprint and fine needle aspiration

biopsy in thyroid nodules. Med J Indones 2007;16(2):89-93.

48. Ho AL, Grewal RK, Leboeuf R, Sherman EJ, Pfister DG, Deandreis D. Selumetinib-

Enhanced Radioiodine Uptake in Advanced Thyroid Cancer. N Engl J Med

2013;368:623-32.