Upload
sarwenda-annas
View
225
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan kasus Glaukoma stase mate RSUD kota Banjar
Citation preview
LAPORAN KASUS
“GLAUKOMA”
Disusun Oleh :
SARWENDA ANNAS
(2009730160)
Pembimbing :
Dr. Rety Sugiarty, Sp. M
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
RSUD BANJAR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, Puji Syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT dengan
terselesaikannya presentasi kasus yang berjudul “Glaukoma”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase Mata
di RSUD Banjar.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Rety Sugiarty, Sp.M sebagai pembimbing.
2. Orang tua, yang selalu mendoakan untuk keberhasilan penyusun.
3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya.
Semoga dengan adanya laporan kasus ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
dan berguna bagi semua pihak yang terkait.
Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini sangat jauh dari sempurna, karenanya
penyusun mengharapkan saran dan kritiknya.
Terima kasih.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Banjar, 10 Agustus 2015
Penyusun
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama Lengkap : Tn. I
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Mekarharja
Masuk RS : 6 agustus 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kiri tidak bisa melihat sejak ± 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Sejak ± 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan matanya kabur,
pandangan seperti melihat pelangi disekitar cahaya lampu sewaktu malam hari tidak ada,
pandangan mata seperti melihat asap tidak ada, silau tidak ada, sakit kepala disertai nyeri
pada mata tidak ada, mual dan muntah tidak ada, mata merah tidak ada, mata berair-air tidak
ada, kotoran pada mata tidak ada. Penderita mengaku bisa melakukan aktivitas seperti biasa
sehingga ia tidak berobat.
Sejak ± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan terasa semakin
kabur dan lebih sempit, pandangan seperti melihat pelangi disekitar cahaya lampu tidak ada,
pandangan mata seperti melihat asap tidak ada. Sakit kepala, nyeri pada mata, mata merah,
mual, muntah, mata berair, kotoran pada mata tidak ada
Sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh pandangan mata yang
sebelah kiri tidak bisa melihat, sedangkan pandangan mata sebelah kanan perlahan-lahan
mulai kabur. Penderita menyangkal adanya sakit kepala dan nyeri pada matanya. Penderita
juga menyangkal ada riwayat mata merah atau berair, mual dan muntah. Kelopak mata
penderita tidak ada yang mengalami bengkak. Pasien akhirnya memeriksakan diri ke Poli
Mata RSUD Cianjur.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Penderita tidak pernah mengalami riwayat gangguan mata serupa sebelumnya.
- Riwayat menggunakan kacamata : disangkal.
- Riwayat darah tinggi : tidak tahu.
- Riwayat kencing manis : tidak tahu.
- Riwayat traumatika : disangkal.
- Riwayat TBC paru : ada (sedang pengobatan baru 1 bulan).
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Riwayat Pengobatan :
- Sebelumnya pasien belum pernah kedokter atau berobat.
Riwayat alergi :
- Obat-obatan : disangkal.
- Makanan : disangkal
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Nadi : 76 x /menit
Suhu : afebris
Pernapasan : 20 x /menit
Status Generalis :
Kepala : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam batas normal
( Status Oftalmologikus )
OD OS
5/60 Visus 1/ ~
Dalam batas normal Bulbus oculi Dalam batas normal
(-) Paresis /paralisis (-)
Hiperemi (-), edema (-) Palpebra Hiperemi (-), edema (-)
Hiperemi (-) Konjungtiva palpebralis Hiperemi (-)
Hiperemi (-) Konjungtiva Bulbi Hiperemi (-)
Hiperemi (-) Konjungtiva fornices Hiperemi (-)
Putih Sklera Putih
Edema Kornea Edema
Dangkal COA Dangkal
Coklat, benda asing (-) Iris Coklat, benda asing (-)
Bulat, central, RC (+), d:3 mm Pupil Bulat, central, RC lambat, d:3
mm
Agak keruh, posisi normal Lensa Agak keruh, posisi normal
Tidak dilakukan Pem. Funduskopi Tidak dilakukan
LP berkurang Tes konfrontasi LP berkurang
Teraba peningkatan Palpasi Teraba peningkatan
Tidak dilakukan Tonometri 1/5,5
IV. RESUME
Laki-laki umur 75 tahun, mengeluh mata kiri tidak bisa melihat sejak ± 1 bulan yang lalu.
Awalnya pandangan mata kiri kabur, namun secara perlahan-lahan pandangan mata kiri
menjadi tidak bisa melihat, kemudian menjalar ke pandangan mata kanan menjadi kabur.
Penderita menyangkal adanya sakit kepala dan nyeri pada matanya. Penderita juga
menyangkal ada riwayat mata merah atau berair. Penderita tidak pernah mengalami
riwayat gangguan mata serupa sebelumnya.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, visus sudah
mengalami penurunan. Pada mata kiri 1/~ dan pada mata kanan 5/60. Terdapat edema
kornea. Pupil mata kiri, refleks cahaya melambat, lensa pada ke dua mata agak keruh. Pada
palpasi di mata teraba adanya sedikit peningkatan tekanan di mata kiri dan kanan. Pada
pemeriksaan konfrontasi dengan jari, terdapat penyempitan lapang pandang di mata sebelah kiri dan
kanan. Pada pemeriksaan tonometri dengan tonometer Schiotz dan hasilnya pada mata kiri
didapatkan hasil 1/5,5.
V. DIAGNOSA KERJA
- Glaukoma primer sudut terbuka ODS
- Hipertensi
VI. PENATALAKSANAAN
Asetazolamide 3x1 tab
Timol 0,5% ED 2 dd gtt 1 ODS
Aspar-K 1x1 tab
Kontrol tiap 1 minggu sekali
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : Malam
Quo ad sanationam : Malam
BAB II
DISKUSI
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa,neuropati saraf
optik, serta kerusakan lapang pandangan yang khas dan utamanya diakibatkan oleh
meningkatnya tekanan intraocular.
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%),
yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat.
Disebut glaukoma sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yang berdekatan. Akuos yang tidak dapat dibuang dengan lancar akan
menimbulkan peningkatan tekanan intra okular (TIO) dan struktur dalam mata yang paling peka
terhadap peningkatan TIO adalah papil saraf optik, sehingga secara bertahap akan mengalami
kerusakan (penggaungan) yang makin lama makin luas selama TIO masih tinggi.
Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang kadang-kadang
tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan.
Pada glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg.
Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat gangguan susunan
anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Gangguan saraf optik akan terlihat gangguan
fungsinya berupa penciutan lapang pandang.
Pada kasus ini penderita datang dengan keluhan pandangan mata sebelah kiri tidak bisa
melihat, yang pada awalnya pandangan matanya kabur. Selain itu penderita mengeluh lapang
penglihatannya menyempit. Keluhan tersebut dialami secara perlahan-lahan dan terasa benar
sejak 1 bulan. Penderita menyangkal adanya riwayat nyeri pada mata, serta tidak ada riwayat
mata merah ataupun bengkak pada matanya. Keluhan pada mata kiri kemudian juga terjadi
pada mata kanan. Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang dikeluhkan oleh penderita diatas
khas untuk glaukoma sudut terbuka. Pasien menyangkal ada gangguan mata sebelumnya,
sehingga kemungkinan glaukoma sekunder dapat disingkirkan. Sedangkan pada pemeriksaan
fisik, didapatkan visus sudah mengalami penurunan. Pada mata kiri 1/~ dan pada mata kanan
5/60. Konjungtiva, dan sklera dalam batas normal. Terdapat edema kornea. Pupil mata kiri,
refleks cahaya melambat. Pada palpasi di mata teraba adanya sedikit peningkatan tekanan di
mata kiri dan kanan. Pada pemeriksaan konfrontasi dengan jari, terdapat penyempitan lapang
pandang di mata sebelah kiri dan kanan. Gejala-gejala pada pasien ini terjadi akibat peningkatan tekanan
bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti
normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada penderita dilakukan
pemeriksaan tonometri dengan tonometer Schiotz dan hasilnya pada mata kiri didapatkan hasil
1/5,5 sedangkan mata kanan tidak dilakukan pemeriksaan. Tekanan intraocular yang normal
berkisar antara 10-21 mmHg (dengan Schiotz). Umumnya tekanan 24,4 mmHg masih dianggap
sebagai batas tertinggi. Tekanan 22 mmHg dianggap high normal dan kita sudah harus waspada.
Penderita berusia 75 tahun. Proses penuaan kemungkinan memegang peranan penting
dalam proses terjadinya glaukoma jenis ini, sehingga apabila ada penderita di atas 40 tahun yang
mengeluh dengan gejala-gejala khas seperti di atas maka patut diduga sebagai glaukoma sudut
terbuka primer. Faktor resiko penyakit ini akan meningkat pada umur 40 tahun ke atas (1%) dan
pada 65 tahun keatas 5%.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus,
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagiandalam retina dan berkurangnya
akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadiatrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris
dan korpus siliare juga menjadiatrofik, dan prosessus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.
Prinsip penatalaksanaan pada pasien ini adalah untuk mencegah progresifitas
penggaungan papil dengan menurunkan tekanan intra okuler. Pada pasien ini terapi yang
diberikan adalah topikal diberikan Timol 0,5% 2 dd gtt 1 (ODS) dan sistemik diberikan
Asetazolamide 250 mg 3x1 tablet, Aspar K 1x1 tab. Timol merupakan golongan beta bloker yang
berfungsi mengurangi tekanan intra okuler bola mata dengan cara mengurangi produksi humor
akuous. Asetazolamid yang dapat menekan produksi aquous humor. Efek sampingnya adalah
hipokalemia sehingga diberikan suplemen Aspar-K untuk menghindari hipokalemi.
Pada pasien ini dianjurkan secara rutin kontrol untuk memeriksakan tekanan bola
matanya dan melihat kemajuan pengobatan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan
kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1 Glaukoma adalah penyakit mata yang
ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus
dan pengecilan lapang pandang.1,2,3
Glaukoma adalah keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan bola mata atau tidak normal
sehingga mengakibatkan penggangguan saraf optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian
atau seluruh lapanganpandangan hal ini juga dikenali sebagai penyebab kebutaan kedua yang
dilaporkan di Amerika.2
I.U School of Optometry-Ophthalmic Disease Clinic melaporkan, ± 2.3 juta penderita
Glaukoma sudut terbuka. Pada dasarnya, seseorang dikatakan mengalami glaukoma apabila tiga
keadaan berlaku yaitu pengembangan cekungan optik, meningkatnya tekanan bola mata normal
dan pengecilan lapang pandang.2
Glaukoma mengakibatkan lapang pandang seseorang menghilang, dengan atau tanpa
gejala. Hal ini disebabkan oleh faktor konginetal atau didapat setelah dilahirkan (acquired).1
Ketua Jabatan Oftalmologi, Pusat Pengajian Sains pengobatan, Hospital University Sains
Malaysia (HUSM), Dr. Mohtar Ibrahim berkata, glaukoma konginetal ini biasanya melibatkan
kecacatan pada humour aqueos. Menurut beliau, glaukoma acquired terbagi dalam dua bagian,
yaitu primer dan sekunder.
Primer : glaukoma yang disebabkan oleh faktor-faktor keturunan. yaitu humour
aqueosnya tersumbat atau terganggu. Glaukoma primer dibagi dalam dua jenis yaitu,
Sudut terbuka dan Sudut tertutup.
Sekunder : Disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu seperti, trauma, radang mata
(uveitis), kaca mata dan obat-obatan seperti steroid.1,2,3
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Glaukoma merupakan kelompok penyakit yang biasanya memiliki satu gambaran berupa
kerusakan nervus optikus yang bersifat progresif yang disebabkan karena peningkatan tekanan
intraokular. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan lapang pandang dan kebutaan.1,4
Glaukoma biasanya menimbulkan gangguan pada lapang pandang perifer pada tahap
awal dan kemudian akan mengganggu penglihatan sentral. Glaukoma ini dapat tidak bergejala
karena kerusakan terjadi lambat dan tersamar. Glaukoma dapat diobati jika dapat terdeteksi
secara dini.4,5
Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma
sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya keadaan lain yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO), glaukoma dibedakan menjadi
glaukoma primer dan sekunder.3
2.2 Anatomi Mata
Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk
ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari:1
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan
konjungtiva. Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela
memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan
permukaan bola mata.1
2) Rongga mata
Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida
kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi
oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya
seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah.1
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
· Otot-otot penggerak bola mata
· Dinding bola mata yang terdiri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding
· Juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
· Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing.5
4) Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
· Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
· Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga
hidung. 5,6
2.3 Anatomi Sudut Filtrasi
Sudut filtrasi merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan bilik mata. Sudut
ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan akhir dari membran Descemet dan membran Bowman. Akhir dari membran
Descemet disebut garis Schwalbe.1,3,4
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali ketebalan epitel
kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari arteri siliaris
anterior.5,6
Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekular, yang terdiri dari :
1. Trabekula korneoskleral
Serabutnya berasal dari lapisan stroma kornea dan menuju ke belakang mengelilingi kanalis
Schlemm untuk berinsersi pada sklera.
2. Trabekula uveal
Serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke scleral spur (insersi dari
m.siliaris) dan sebagian ke m.siliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membran Descemet (garis Schwalbe)
Serabut ini menuju ke jaringan pengikat m.siliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter
Ligamentum ini berasal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula.7
Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya diliputi oleh
endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah di
dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.
Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5 mm. Pada dinding sebelah dalam,
terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanalis
Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar saluran kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus
vena di dalam jaringan sklera dan episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar.6,7
2.4 Fisiologi Humor Akueus
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aqueus dan tahanan
terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi
kamera anterior dan posterior mata. Volumenya adalah sekitar 250 μL/menit. Tekanan osmotik
sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa dengan plasma kecuali
bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi dan protein,
urea dan glukosa yang lebih rendah.8
Humor akueus diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan di
stroma prosessus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosessus sekretorius epitel siliaris.
Setelah masuk ke kamera posterior, humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu
ke jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran diferensial
komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokuler dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi protein. Hal ini disebut humor akueus plasmoid dan
sangat mirip dengan serum darah.8,9
Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus
oleh sel-sel traabekula yang membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin
mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke
dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan
drainase humor akueus juga meningkat. Aliran humor akueus ke dalam kanalis Schlemm
bergantung pada pembentukan saluran- saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran
eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena akueus) menyalurkan
cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humor akueus keluar dari mata antara berkas otot
siliaris dan lewat sela-sela sklera (aliran uveoskleral).1
2.5 Glaukoma Sudut terbuka
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang normal
jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudut terbuka terjadi
pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun sehingga tekanan bola mata akan
meningkat.9
Pada glaukoma sudut terbuka, cairan mata setelah melalui pupil masuk ke dalam bilik
mata depan dan tidak dapat melalui anyaman trabekulum. Keadaan ini mengakibatkan tekanan
bola mata naik yang akan merusak saraf optik.10
Patofisiologi peningkatan tekanan intraokular yang disebabkan oleh mekanisme sudut
terbuka adalah proses degeneratif di jalinan trabekula, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di
dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses
penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular mendahului kelainan-kelainan
diskus optikus dan lapangan pandang. Terdapat hubungan yang jelas antara besarnya tekanan
intraokular dengan keparahan penurunan penglihatan.10
Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka dan hubungannya dengan
tingginya tekanan intraokular masih diperdebatkan. Teori utama memperkirakan adanya
perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat tekanan intraokular di saraf optikus
setinggi lamina kribrosa atau di pembuluh yang memperdarahi ujung saraf optikus.8
Glaukoma sudut terbuka dapat dalam bentuk primer dan sekunder. Pada glaukoma
sekunder maka penyebabnya dapat diketahui, seperti trauma dan penyakit mata lainnya.10
Pada glaukoma sudut terbuka terjadi perubahan di dalam jaringan mata akibat tekanan
yang tinggi merusak serabut penglihatan halus dalam mata yang berguna untuk penglihatan.
Sering glaukoma ini tidak memberikan gejala. Biasanya penderita tidak menyadari menderita
glaukoma sudut terbuka karena pada permulaannya tidak memberikan keluhan. Pada akhir dari
penyakitnya biasanya baru disadari pasien yang mengeluh pada dokternya bahwa penglihatannya
mulai kabur.10
Biasanya glaukoma sudut terbuka mulai timbul keluhan pada usia 40 tahun, walaupun
bisa saja terjadi pada usia berapa saja. Penglihatan biasanya baik dan tidak terdapat rasa sakit
pada mata. Akan tetapi bila proses berjalan lanjut maka pasien akan merasakan penglihatannya
menurun. Benda yang terletak di bagian sentral masih terlihat jelas akan tetapi yang terletak di
perifer tidak terlihat sama sekali. Pada keadaan ini lapang penglihatan secara perlahan-lahan
menyempit. Bila keadaan ini berlanjut penglihatan akan terus berkurang sehingga dapat menjadi
buta sama sekali.9
Tekanan bola mata biasanya lebih dari 25 mmHg dan terus-menerus merusak saraf optik
sehingga disebut sebagai maling penglihatan. Glaukoma sudut terbuka tidak memberikan
keluhan dengan tekanan bola mata yang tinggi perlahan-lahan merusak serabut saraf optik,
walaupun tekanan bola mata sudah teratasi penglihatan yang telah hilang tidak dapat diperbaiki
lagi.11
Pada pemeriksaan gonioskopi pemeriksaan sudut bilik mata dengan goniolens dapat
dilihat sudut bilik mata depan tempat mengalirnya cairan mata keluar terbuka lebar. Bila sudut
ini terbuka lebar sedangkan tekanan bola mata tinggi maka dapat diduga pembendungan cairan
mata keluar berada jauh di dalam atau di belakang sudut pengeluaran ini. Daerah penyaringan
keluar cairan mata ini disebut anyaman trabekulum.12
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada anyaman trabekula akan
tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula atau jumlahnya kurang akibat
bertambahnya usia. Pendapat lain adanya gangguan dari enzim pada trabekula. 8
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik maka sebaiknya
dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini perlu untuk mengetahui apakah glaukoma
adalah glaukoma primer sudut terbuka atau sekunder. Gambaran gonioskopi pada glaukoma
sudut terbuka primer memberikan susunan anatomi yang normal.8
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf maka akan
berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi penglihatan dan lapang
pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan maka keadaan ini bersifat menetap.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat diobati. Hanya
dapat diperlambat dengan pengobatan. Biasanya pengobatan tidak dimengerti pasien karena
pasien tidak merasa adanya kelainan pada matanya, apalagi bila harus memakai bermacam obat
seumur hidup dengan efek sampingnya.7
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif maka pengobatan harus dilakukan dini
sesuai dengan yang diperlukan.
Diduga pembendungan cairan mata keluar berada jauh di dalam atau di belakang sudut
pengeluaran ini. Daerah penyaringan keluar cairan mata ini disebut anyaman trabekulum.
Pada glaukoma sudut terbuka primer tidak terlihat kelainan pada anyaman trabekula akan
tetapi mungkin terdapat kerusakan fungsi sel trabekula atau jumlahnya kurang akibat
bertambahnya usia. Pendapat lain adanya gangguan dari enzim pada trabekula.1,2,3
Bila telah dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dan papil saraf optik maka sebaiknya
dilakukan pemeriksaan gonioskopi. Pemeriksaan ini perlu untuk mengetahui apakah glaukoma
adalah glaukoma primer sudut terbuka atau sekunder. Gambaran gonioskopi pada glaukoma
sudut terbuka primer memberikan susunan anatomi yang normal.5,6
Pada glaukoma sudut terbuka primer bila telah terjadi kerusakan sel saraf maka akan
berakibat terbentuk skotoma (bercak hitam) disertai penurunan fungsi penglihatan dan lapang
pandangan. Bila telah terjadi gangguan penglihatan maka keadaan ini bersifat menetap.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan penyakit kronis yang tidak dapat diobati. Hanya
dapat diperlambat dengan pengobatan. Biasanya pengobatan tidak dimengerti pasien karena
pasien tidak merasa adanya kelainan pada matanya, apalagi bila harus memakai bermacam obat
seumur hidup dengan efek sampingnya. 10
Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang efektif maka pengobatan harus dilakukan dini
sesuai dengan yang diperlukan. 10
2.6 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kira-kira 2.2 juta orang pada usia 40 tahun dan yang lebih tua
mengidap glaukoma, sebanyak 120,000 adalah buta disebabkan penyakit ini. Banyaknya Orang
Amerika yang terserang glaukoma diperkirakan akan meningkatkan sekitar 3.3 juta pada tahun
2020. Tiap tahun, ada lebih dari 300,000 kasus glaukoma yang baru dan kira-kira 5400 orang-
orang menderita kebutaan. Glaukoma akut (sudut tertutup) merupakan 10-15% kasus pada orang
Kaukasia. Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam
di Asia Tenggara. Glaukoma pada orang kulit hitam, lima belas kali lebih menyebabkan
kebutaan dibandingkan orang kulit putih.2,3
2.7 Etiologi
Menurut etiologinya glaukoma sudut terbuka primer adalah salah satu bentuk glaukoma
primer, yang ditandai oleh terganggunya atau terjadinya hambatan outflow cairan akuos
melewati trabecular meshwork. Hambatan ini terjadi akibat hilang atau berkurangnya jumlah sel
endotel trabecular meshwork, namun mekanisme kejadiannya masih belum diketahui secara jelas
dan sampai saat ini masih menjadi obyek penelitian.1,2,3
Lutjen-Drecoll dan Rohen (1994) menemukan bahwa pada glaukoma sudut terbuka
primer terjadi pengurangan atau menghilangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, disertai
penebalan lamela daerah uvea dan korneo-skeral. Penebalan tersebut akan menimbulkan
penyempitan ruang antar-trabekulum yang berakhir dengan penutupan, sehingga terjadi
hambatan outflow aquous humour. Akan tetapi peneliti tersebut tidak atau belum
menjelaskan mekanisme kejadian berkurang atau menghilangnya sel endotel trabeculer meshwork
pada glaukoma sudut terbuka primer.
Vaughan (1995) menyatakan bahwa kondisi berkurang atau hilangnya sel endotel
trabecular meshwork tersebut terjadi akibat degenerasi, tetapi bukan akibat degenerasi seperti
pada proses penuaan (ageing process). Hogan dan Zimmerman (1962) mengatakan bahwa
kondisi tersebut merupakan akibat pembengkakan dan sklerosis sel endotel trabecular-
meshwork. Sedangkan Cotran (1999) menerangkan bahwa penyebabnya belum diketahui dengan
jelas.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dimunculkan dugaan kuat bahwa
penyebab berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork, adalah akibat kematian sel itu
sendiri oleh karena berbagai sebab. Menurut Lutjen-Drecoll (1994), berkurangnya jumlah sel
endotel trabecular meshwork, disertai dengan akumulasi matriks ekstra-seluler dan penebalan
lamela daerah uvea dan korneo-sklera akan menimbulkan hambatan outflow cairan akuos pada
glaukoma sudut terbuka primer. 5,6
2.8 Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor oleh
badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui sudut bilik
mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan trabekulum,
keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera. Tekanan intraokuler dianggap
normal bila kurang daripada 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada
tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya
glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaukoma (tonometer Schiotz).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus,
yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya
akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris
memperlihatkan degenerasi hialin.2
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga disebabkan
oleh; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas serabut saraf pada
papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-Haller), diduga gangguan
ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan intraokuler yang tinggi secara
mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah
pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga
terjadi cekungan pada papil saraf optik.1,2,6
2.9 Manifestasi Klinis
Glukoma Primer sudut terbuka dianggap penting, karena sukarnya membuat diagnosa
pada stadium dini, berhubung sifatnya tenang, tidak memberi keluhan, sehingga banyak yang
datang tetapi dalam keadaan sudah lanjut, dimana lapang pandangnya telah sangat sempit atau
berakhir dengan kebutaan. Pada keadaan ini glukoma tersebut berakhir dengan glaukoma
absolut. Kadang – kadang disertai sakit kepala yang hilang – timbul, melihat gambaran pelangi
disekitar lampu (halo), mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang – kadang
penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Agaknya proses ketuaan memegang peranan
dalam proses sklerose ini, yang dipercepat bila mata tersebut mempunyai bakat glaukoma.7
Kita harus waspada terhadap glukoma sudut terbuka pada orang – orang berumur 40
tahun atau lebih (walaupun penyakit ini kadang – kadang ditemukan pada usia muda),
pengobatan kortikosterid lokal maupun sistemik yang lama, dalam keluarga ada penderita
Glukoma, Diabetes Melitus, Hipertensi, Miopia tinggi, kulit berwarna. Karena itu pada penderita
yang berumur 40 tahun atau lebih didapatkan keluhan semacam ini, sebaiknya dilakukan
pengukuran tekanan intraokuler. Pada glukoma simpleks tekanan bola mata sehari – hari tinggi
atau lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan
terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tampa disadari penderita. Akibat tekanan tinggi
akan terbentuk atrofi papil disertai dengan ekskavasio glukomatosa. Gangguan saraf optik akan
terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa penciutan lapang pandang. Pada waktu pengukuran
bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang terlihat gejala gangguan fungsi saraf optik
seperti glukoma mungkin akibat adanya variasi diurnal. 2,3
2.10 Diagnosa
Diagnosis glukoma sudut terbuka primer ditegakan apabila ditemukan kelainan –
kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapang pandang disertai peningkatan tekanan
intraokular, sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal, dan tidak terdapat sebab lain yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Sekitar 50 % pasien glaukoma sudut terbuka
primer memperlihatkan tekanan intraokular yang normal sewaktu pertama kali diperiksa,
sehingga untuk menegakan diagnosis diperlukan pemeriksaan Tonometri berulang. 5,6
2.11 Pemeriksaan Glaukoma
Untuk menentukan seseorang menderita glaukoma maka dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan. Berbagai alat diagnostik tambahan untuk menentukan ada atau tidak
adanya glaukoma pada seseorang dan berat atau ringannya glaukoma yang diderita, serta dini
atau lanjut glaukoma yang sedang diderita seseorang. 5
a. Pemeriksaan tekanan bola mata
Tonometri merupakan pemeriksaan untuk menentukan tekanan bola mata seseorang
berdasarkan fungsinya dimana tekanan bola mata merupakan keadaan mempertahankan mata
bulat sehingga tekanan bola mata yang normal tidak akan memberikan kerusakan saraf optik atau
yang terlihat sebagai kerusakan dalam bentuk kerusakan glaukoma pada papil saraf optik. Batas
tekanan bola mata tidak sama pada setiap individu, karena dapat saja tekanan ukuran tertentu
memberikan kerusakan pada papil saraf optik pada orang tertentu. Untuk hal demikian yang
dapat kita temukan kemungkinan tekanan tertentu memberikan kerusakan. Dengan tonometer
Schiotz tekanan bola mata penderita diukur.
Dikenal 4 bentuk cara pengukuran tekanan bola mata:
1. Palpasi, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif.
2. Identasi tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea.
3. Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea.
4. Tonometri udara (air tonometri), kurang tepat karena dipergunakan di ruang terbuka.1,4
Pada keadaan normal tekanan bola mata tidak akan mengakibatkan kerusakan pada papil
saraf optik. Reaksi mata tidak sama pada setiap orang, sehingga tidaklah sama tekanan normal
pada setiap orang. Tujuan pemeriksaan dengan tonometer atau tonometri untuk mengetahui
tekanan bola mata seseorang. Tonometer yang ditaruh pada permukaan mata atau kornea akan
menekan bola mata ke dalam. Tekanan ke dalam ini akan mendapatkan perlawanan tekanan dari
dalam bola mata melalui kornea. 8
b. Pemeriksaan kelainan papil saraf optik
Oftalmoskopi. pemeriksaan ke dalam mata dengan memakai alat yang dinamakan
oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat diiihat saraf optik didalam mata dan akan dapat
ditentukan apakah tekanan bola mata telah mengganggu saraf optik. Saraf optik dapat dilihat
secara langsung. Warna serta bentuk dari mangok saraf optik pun dapat menggambarkan ada
atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma. 8
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat terlihat :
· Kelainan papil saraf optik
· Saraf optik pucat atau atrofi
· Saraf optik bergaung
· Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarria hijau
· Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar 8
c. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata
Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan patologik sudut bilik mata,
juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan
gonioskopi dapat ditentukan klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma sudut terbuka atau
glaukoma sudut tertutup, dan malahan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Pada gonioskopi dipergunakan goniolens dengan suatu sistem prisma dan penyinaran yang dapat
menunjukkan keadaan sudut bilik mata.1,2
Dapat dinilai besar atan terbukanya sudut:
Derajat 0, bila tidak terlihat struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris,
disebut sudut tertutup
Derajat 1, bila tidak terlihat 1/2 bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis Schwalbe
terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat sempit sangat mungkin menjadi sudut
tertutup
Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan ini
mempunyai kemampuan untuk tertutup
Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk skleral spur,
disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup.
Derajat 4. bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka. 10
d. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur penting untuk diagnosis dan tindak lanjut
glaukoma. Penurunan lapangan pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik, karena
gangguan ini terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat dijumpai pada semua penyakit
saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan pandang, sifat progresivitasnya, dan hubungannya
dengan kelainan-kelainan diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini. Gangguan lapangan
pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah. 1,2
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Berbagai cara untuk
memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah layar singgung, perimeter
Goldmann,Friedmann field analyzer, dan perimeter otomatis.1,2
e. Tes Provokasi
Tes provokasi : dilakukan pada keadaan yang meragukan.
1) Tes minum air : penderita disuruh berpuasa, tanpa pengobatan selama 24 jam. Kemudian
disuruh minum 1 L air dalam 5 menit. Lalu tekanan intraokuler diukur setiap 15 menit
selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih, dianggap mengidap glaukoma.
2) Pressure congestion test : Pasang tensimeter pada ketinggian 50 - 60 mmHg, selama l
menit. Kemudian ukur tensi intraokulernya. Kenaikan 9 mmHg atau lebih mencurigakan,
sedang bila lebih dari 11 mm Hg pasti patologis.
3) Kombinasi tes air minum dengan pressure congestion test : Setengah jam setelah tes
minum air dilakukan pressure congestion test. Kenaikan 11 mmHg mencurigakan,
sedangkan kenaikan 39 mmHg atau lebih pasti patologis.
4) Tes Steroid : diteteskan larutan dexamethasone 3 - 4 dd gt 1, selama 2 minggu.
5) Kenaikan tensi intraokuler 8 mmHg menunjukkan glaukoma.4,5,6
2.12 Penatalaksanaan Glaukoma
a. Pengobatan medikamentosa
Supresi pembentukan humor akueus
Penghambat adrenergik beta adalah obat yang sekarang paling luas digunakan untuk
terapi glaukoma. Obat-obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain.
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan
metipranolol 0,3% merupakan preparat-preparat yang sekarang tersedia. Kontraindikasi utama
pemakaian obt-obat ini adalah penyakit obstruksi jalan napas menahun-terutama asma-dan defek
hantaran jantung. Untuk betaksolol, selektivitas relatif reseptor β1-dan afinitas keseluruhan
terhadap semua reseptor β yang rendah-menurunkan walaupun tidak menghilangkan risiko efek
samping sistemik ini. Depresi, kacau pikir dan rasa lelah dapat timbul pada pemakaian obat
penghambat beta topikal. 7
Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik α2 baru yang menurunkan pembentukan
humor akueus tanpa efek pada aliran keluar.Epinefrin dan dipivefrin memiliki efek pada
pembentukan aqueus humor.1
Inhibitor karbonat anhidrase sistemik-asetazolamid adalah yang paling banyak
digunakan, tetapi terdapat alternatif yaitu diklorfenamid dan metazolamid digunakan untuk
glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut
dimana tekanan intraokular yang sangat tinggi perlu segera dikontrol. Obat-obat ini mampu
menekan pembentukan humor akueus sebesar 40-60%. Asetazolamid dapat diberikan per oral
dalam dosis 125-250 mg sampai tiga kali sehari atau sebagai Diamox Sequels 500 mg sekali atau
dua kali, atau dapat diberikan secara intravena (500 mg). Inhibitor karbonat anhidrase
menimbulkan efek samping sistemik yang membatasi penggunaan obat-obat ini untuk terapi
jangka panjang.8
Obat-obat hiperosmotik mempengaruhi pembentukan humor akueus serta menyebabkan
dehidrasi korpus vitreum.
Fasilitasi aliran keluar humor akueus
Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueus dengan bekerja pada
jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah pilokarpin, larutan 0,5-6%
yang diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4% yang diteteskan sebelum tidur. Karbakol 0,75-
3% adalah obat kolinergik alternatif. Obat-obat antikolinesterase ireversibel merupakan obat
parasimpato-mimetik yang bekerja paling lama. Obat-obat ini adalah demekarium bromide 0,125
dan 0,25% dan ekotiopat iodide 0,03-0,25% yang umumnya dibatasi untuk pasien afakik atau
pseudofakik karena mempunyai potensi kataraktogenik. Perhatian: obat-obat antikolinesterase
ireversibel akan memperkuat efek suksinilkolin yang diberikan selama anastesia dan ahli anestesi
harus diberitahu sebelum tindakan bedah. Obat-obat ini juga menimbulkan miosis kuat yang
dapat menyebabkan penutupan sudut pada pasien dengan sudut sempit. Pasien juga harus
diberitahu kemungkinan ablasio retina.9
Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan
terutama pada pasien katarak dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu pada pasien
muda.
Epinefrin 0,25-2% diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan aliran keluar
humor akueus dan disertai sedikit penurunan pembentukan humor akueus. Terdapat sejumlah
efek samping okular eksternal, termasuk vasodilatasi konjungtiva reflek, endapan adrenokrom,
konjungtivitis folikularis dan reaksi alergi.efek samping intraokular yang dapat tejadi adalah
edema makula sistoid pada afakik dan vasokonstriksi ujung saraf optikus.Dipivefrin adalah suatu
prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi bentuk aktifnya. Epinefrin dan
dipivefrin jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera anterior sempit. 10
Laser Trabeculoplasty (LTP)
Laser Trabeculoplasty (LTP) adalah prosedur laser yang biasanya digunakan untuk
menangani glaucoma sudut terbuka.1
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu
goniolensa ke jaringan trabekular dapat mempermudah aliran ke luar humor akueus karena efek
luka bakar tersebut pada jaringan trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-proses
selular yang meningkatkan fungsi jaringan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan untuk
berbagai macam bentuk glaukoma sudut terbuka dan hasilnya bervariasi tergantung pada
penyebab yang mendasari. Penurunan tekanan biasanya memungkinkan pengurangan terapi
medis dan penundaan tindakan bedah glaukoma. Pengobatan dapat diulang. Penelitian-penelitian
terakhir memperlihatkan peran trabekuloplasti laser untuk terapi awal glaukoma sudut terbuka
primer.
Ada kalanya Anda tetap perlu melanjutkan penggunaan obat tetes mata glaukoma
sesudah Laser Trabeculoplasty.2
2.13 Prognosa
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini 1. Bila tidak mendapat
pengobatan yang tepat dan cepat, maka kebutaan akan terjadi dalam waktu yang pendek sekali.
Pengawasn dan pengamatan mata yang tidak mendapat serangan diperlukan karma dapat
memberikan keadaan yang sama seperti mata yang dalam serangan. 2
BAB IV
KESIMPULAN
Glaukoma adalah keadaan di mana tekanan bola mata seseorang demikian tinggi atau
tidak normal sehingga mengakibatkan penggangguan saraf optik dan mengakibatkan gangguan
pada sebagian atau seluruh lapang pandangan. Hal ini juga dikenali sebagai penyebab kebutaan
kedua yang dilaporkan di Amerika.
Berdasarkan gangguan aliran humor akuos, glaukoma diklasifikasikan menjadi glaukoma
sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Sedangkan berdasarkan adanya keadaan lain yang
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO), glaukoma dibedakan menjadi
glaukoma primer dan sekunder.
Glaukoma yang sering ditemukan adalah glaukoma sudut terbuka. Pada orang normal
jalan keluar cairan mata seimbang, sedangkan pada glaukoma sudut terbuka terjadi
pembendungan. Bila hal ini terjadi maka cairan akan tertimbun sehingga tekanan bola mata akan
meningkat.
Untuk menentukan seseorang menderita glaukoma maka dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan, seperti :
a. Pemeriksaan tekanan bola mata
b. Pemeriksaan kelainan papil saraf optik
c. Pemeriksaan sudut bilik mata
d. Pemeriksaan lapangan pandang
e. Tes provokasi
Penghambat adrenergik beta adalah obat yang sekarang paling luas digunakan untuk
terapi glaukoma. Obat-obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain.
Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan
metipranolol 0,3% merupakan preparat-preparat yang sekarang tersedia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Eva RP, Asbury T., Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika. Jakarta.
2000.
2. American Health Asisstance Foundation. How The Build Up of Aqueous Humor
CanDamage The Optic Nerve 2000; available at: http://www.ahaf.
org/glaucoma/about/understanding/buil-up-of-aqueous.html, 2000.
3. Kanski J J. Atlas Bantu Oftalmologi. Hipokrates. Jakarta 1992.
4. Epstein DL. Chandler and Grant’s Glaucoma 3 ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1986.
5. Sidarta, I., Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.
6. ____, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2000.
7. ____. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta. 2001.
8. ____, Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
2000.
9. Anonymous, Glukoma, available at: www.utusan.com.my/utusan/archive.asp,
10. Wijaya, N., Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, 1993.
11.Anonymous, Glaucoma Sudut Terbuka, available at: http://karikaturijo.
blogspot.com/2010/10/glaukoma-sudut-terbukasimpleks-kronis.html, 2010.
12. Anonymous, Glaucoma, available at: http://www.ahaf.org/glaucoma/about/ glabout.htm,
2009.