LAPKAS DISPEPSIA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    1/45

    1

    SMF PENYAKIT DALAM

    RSUD KABAN JAHE

    TANGGAL PEMERIKSAAN : 27 Oktober 2014, Pukul 10.00 WIB

    TGL MRS/JAM : 25 Oktober 2014, Pukul 14.00 WIB

    DOKTER PEMBIMBING : dr. R. Sipayung, Sp. PD

    dr. Suara Ginting, Sp. PD

    I. IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Tn. M

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 46 tahun

    Status Perkawinan : Menikah

    Suku/Bangsa : Karo/Indonesia

    Agama : Katolik

    Pekerjaan : Tani

    Alamat : Sukanalu, Kab. Karo

    II. AUTO/ALLOANAMNESAA. KELUHAN UTAMA

    - Mual dan muntah

    B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG/TELAAH

    Pasien datang ke RSUD Kaban Jahe dengan keluhan mual dan muntah yang

    dialami sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluh muntah sebanyak kurang lebih 5 kali

    sehari. Keluhan muntah dialami pasien terutama saat pasien makan, muntah berisi

    makanan dan cairan lambung. Muntah bercampur darah disangkal oleh pasien.

    Selain itu pasien juga mengeluh uluhati terasa nyeri dan panas. Keluhan nyeri di

    uluhati berkurang setelah pasien makan. Keluhan juga disertai dengan perut terasa

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    2/45

    2

    kembung sehingga pasien sering bersendawa. Karena keluhannya tersebut, nafsu

    makan pasien menjadi berkurang. Keluhan seperti ini sering dialami pasien sejak

    setahun yang lalu, yang dirasakan hilang timbul. Keluhan tanpa disertai dengan

    demam ataupun batuk pilek. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.

    C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    a. Riwayat Hipertensi : disangkal

    b. Riwayat sakit jantung : disangkal

    c. Riwayat asam urat : (+) sejak kurang lebih 3 tahun

    D. RIWAYAT KONSUMSI OBAT-OBATAN

    Pasien sering mengkonsumsi obat pereda nyeri kepala dan obat untuk asam

    urat sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu.

    E. RIWAYAT PENGOBATAN

    Sebelum ke RSUD Kaban Jahe, pasien berobat ke mantri dan diberi obat

    untuk diminum, namun keluhannya belum juga berkurang sehingga pasien langsung

    dibawa ke RSUD Kaban jahe oleh keluarganya.

    F. PENYAKIT KELUARGA

    a. Riwayat sakit gula : disangkal

    b.

    Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

    c. Riwayat sakit jantung : disangkal

    G. RIWAYAT ALERGI

    Pasien tidak ada riwayat alergi obat maupun alergi tehadap makanan tertentu.

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    3/45

    3

    III. STATUS GENERAL

    A. KEADAAN UMUM

    Kesadaran : Compos Mentis

    GCS : E4 V5 M6

    Tensi : 130/90 mmhg

    Nadi : 80 x/menit

    Suhu : 36,40C

    RR : 20 x/menit

    B. KEPALA

    Bentuk : Normocephali

    Mata

    Sklera : Ikterik (-/-)

    Konjungtiva : Anemis (-/-)

    Pupil : Isokor, bulat

    Telinga, Hidung : DBN

    Mulut : DBN

    C. LEHER : DBN

    D. THORAK

    Thorak Anterior Posterior

    Inspeksi Bentuk dada normal

    Pernapasan regular, tidak ada

    pergerakan dinding dada yangtertinggal

    Otot-otot bantu pernapasan (-)

    Bentuk dada bagianbelakang normal

    Bentuk scapula simetris

    Tidak ditemukan bekas

    luka ataupun benjolan

    Palpasi Tidak teraba adanya

    pembesaran kelenjar getah

    bening

    Stem fremitus sama kuat di

    Perbandingan gerakan

    nafas dan stem fremitus

    sama kuat di kedua lapang

    paru

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    4/45

    4

    kedua lapang paru

    Perkusi Perkusi terdengar sonor padakedua lapang paru

    Batas paru-hepar pada ICS 6

    garis midclavicularis sinistra

    Pada dada kanan dan kiriterdengar sonor

    Auskultasi Suara nafas vesikuler

    Ronkhi( - / -)

    Wheezing( - / -)

    Suara nafas vesikuler

    Ronkhi( - / -)

    Wheezing (- / -)

    Jantung

    Inspeksi

    Palpasi

    midclavicularis sinistra

    Perkusi

    Batas kiri atas jantung terletak pada ICS II lateral garis parasternal

    sinistra

    Batas kiri bawah jantung terletak pada ICS V garis midklavikula sinistra

    Batas kanan atas jantung terletak pada ICS II-III lateral garis parasternal

    dextra

    Batas kanan bawah jantung terletak pada ICS IV lateral garis parasternal

    dextra

    Auskultasi -), Gallop (-)

    E. ABDOMEN

    Inspeksi : Datar, tidak terdapat striae, tidak terdapat tanda-tanda

    peradangan dan hernia umbilicalis

    Auskultasi : Bising usus (+) normal, metalik sound (-), borboriq sound (-)

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    5/45

    5

    Perkusi : Timpani, Batas hepar atas pada ICS VI garis midclavicularis

    sinistra

    Palpasi : Lembut, tidak teraba massa, terdapat nyeri tekan di area

    epigastrium

    F. EKSTREMITAS

    Superior : Akral hangat (+/+), oedem (-/-)

    Inferior : Akral hangat (+/+), oedem (-/-)

    IV. STATUS NEUROLOGIK

    Keadaan umum

    Kesadaran : CM

    GCS : E4 V5 M6

    Fungsi luhur : DBN

    Sistem vegetatif

    Miksi : DBN

    Defekasi : DBN

    Sekresi keringat : DBN

    Nafsu makan : Berkurang

    V. RESUME

    A. Anamnesa

    Mual dan muntah

    Keluhan muntah dialami pasien terutama saat pasien makan

    Nyeri dan terasa panas di uluhati

    Perut terasa kembung dan pasien sering bersendawa

    Makan dan minum berkurang

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    6/45

    6

    B. Pemeriksaan general

    Kesadaran : Compos Mentis

    GCS : E4 V5 M6

    Tensi : 130/90 mmhg

    Nadi : 80 x/menit

    Suhu : 3640C

    RR : 20 x/menit

    C. Pemeriksaan abdomen

    Terdapat nyeri tekan di area epigastrium

    VI. DIAGNOSA BANDING

    Ulkus peptikum

    Dispepsia non ulkus

    VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Hematologi rutin

    Hemoglobin : 10,2 gr/dl

    Hematokrit : 34,0 %

    Leukosit : 8,3 x 103/uL

    Trombosit : 238 x 103/uL

    Kimia Klinik

    Gula darah sewaktu : 152 mg/dl

    Ureum : 32 mg/dl

    Kreatinin : 1 mg/dl

    Pankreatitis

    kolelithiasi

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    7/45

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    8/45

    8

    IX. PENATALAKSANAAN

    - Bed rest

    - Diet ML

    -

    IVFD RL 20 gtt/menit

    - Inj. Pantoprazol 1 amp/12 jam

    - Dexanta syr 3XCI

    - Domperidon 3X1

    - Amoxilin tab 2X1000 mg

    X. PROGNOSIS

    - Ad vitam : dubia ad malam

    - Ad sanationam : dubia ad malam

    - Ad fungsionam : dubia ad malam

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    9/45

    9

    PEMBAHASAN

    1. DEFINISI

    Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang terdiri dari

    nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat

    kenyang, perut rasa penuh atau begah.1

    Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit, dan (Pepse),berarti

    pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis

    yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami

    kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn)

    dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.3

    Ada berbagai macam definisi dispepsia. Salah satu definisi yang dikemukakan oleh

    suatu kelompok kerja internasional adalah: Sindroma yang terdiri dari keluhan - keluhan

    yang disebabkan karena kelainan traktus digestivus bagian proksimal yang dapat berupa

    mual atau muntah, kembung, dysphagia, rasa penuh, nyeri epigastrium atau nyeri

    retrosternal dan ruktus, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Dengan demikian dispepsia

    merupakan suatu sindrom klinik yang bersifat kronik.2

    Dalam klinik tidak jarang para dokter menyamakan dispepsia dengan gastritis. Hal

    ini sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu diagnosa patologik, dan tidak semua

    dispepsia disebabkan oleh gastritis dan tidak semua kasus gastritis yang terbukti secara

    patologi anatomik disertai gejala dispepsia. Karena dispepsia dapat disebabkan oleh banyak

    keadaan maka dalam menghadapi sindrom klinik ini penatalaksanaannya seharusnya tidak

    seragam.3

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    10/45

    10

    Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu:

    1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

    penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ

    tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu,

    dan lain-lain.1,6

    2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus, bila tidak jelas

    penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ

    berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi setelah 3 bulan

    dengan gejala dispepsia.

    7

    Manifestasi Klinis

    Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi

    dispepsia menjadi tiga tipe :

    1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:

    a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

    b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid

    c. Nyeri saat lapar

    d. Nyeri episodik

    2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala:

    a. Mudah kenyang

    b. Perut cepat terasa penuh saat makan

    c. Mual

    d.

    Muntahe. e.Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

    f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

    3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).2

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    11/45

    11

    2. ETIOLOGI

    Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau duodenum,

    gastritis, tumor, infeksiHelicobacter pylori.

    Obat obatan seperti anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa

    antibiotic, digitalis, teofilin dan sebagainya.

    Penyakit pada hati, pankreas, system bilier, hepatitis, pancreatitis, kolesistetis

    kronik. penyakit jantung koroner.

    Bersifat fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti

    adanya kelainan atau gangguan organic atau structural biokimia, yaitu dispepsia fungsional

    atau dispepsia non ulkus.1

    Klasifikasi Dispepsia Berdasarkan Etiologi

    A. Organik

    1. Obat-obatan

    Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides,

    metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid,

    Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline.8-10

    2. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)

    a. Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk

    kedelai dan beberapa jenis buah-buahan

    b. Non-alergi

    Produk alam : laktosa, sucrosa, galactosa, gluten, kafein.

    Bahan kimia : monosodium glutamate (vetsin), asam benzoat, nitrit, nitrat.

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    12/45

    12

    Perlu diingat beberapa intoleransi makanan diakibatkan oleh penyakit

    dasarnya, misalnya pada penyakit pankreas dan empedu tidak bisa mentoleransi

    makanan berlemak, jeruk dengan pH yang relatif rendah sering memprovokasi

    gejala pada pasien ulkus peptikum atau esophagitis.10

    3. Kelainan struktural

    a. Penyakit oesophagus

    Refluks gastroesofageal dengan atau tanpa hernia

    Akhalasia

    Obstruksi esophagus

    b.Penyakit gaster dan duodenum

    Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS dan sakit

    keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis, pembedahan, trauma, shock

    Ulkus gaster dan duodenum

    Karsinoma gaster

    c. Penyakit saluran empedu

    Kholelitiasis dan Kholedokolitiasis

    Kholesistitis

    d.Penyakit pankreas

    Pankreatitis

    Karsinoma pankreas

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    13/45

    13

    e. Penyakit usus

    Malabsorbsi

    Obstruksi intestinal intermiten

    Sindrom kolon iritatif

    Angina abdominal

    Karsinoma kolon

    4. Penyakit metabolik / sistemik

    a. Tuberculosis

    b. Gagal ginjal

    c. Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar

    d. Diabetes melitius

    e. Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid

    f. Ketidakseimbangan elektrolit

    g. Penyakit jantung kongestif

    5. Lain-lain

    a. Penyakit jantung iskemik

    b. Penyakit kolagen5-11

    B. Idiopatik atau Dispepsia Non Ulkus

    Dispepsia fungsional

    Keluhan terjadi kronis, tanpa ditemukan adanya gangguan struktural atau organik

    atau metabolik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.Termasuk ini adalah

    dispepsia dismotilitas, yaitu adanya gangguan motilitas diantaranya; waktu pengosongan

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    14/45

    14

    lambung yang lambat, abnormalitas kontraktil, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks

    gastroduodenal. Penderita dengan dispepsia fungsional biasanya sensitif terhadap produksi

    asam lambung yaitu kenaikan asam lambung.

    Kelainan psikis, stress dan faktor lingkungan juga dapat menimbulkan dispepsia

    fungsional.12

    Kelainan non organik saluran cerna:

    Gastralgia

    Dispepsia karena asam lambung

    Dispepsia flatulen

    Dispepsia alergik

    Dispepsia essensial

    Pseudoobstruksi intestinal kronik

    Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).

    Psikogen : Histeria, psikosomatik

    3. ANATOMI DAN FISIOLOGI GASTER

    Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah diafragma,

    berbentuk huruf J. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna

    dan sejumlah kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah,

    yaitu daerah kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk

    makanan dari oesofagus . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus

    adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jariduodenum.13

    http://id.wikipedia.org/wiki/Duodenumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Duodenum
  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    15/45

    15

    Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mukosa, submukosa,

    muscularis, dan serosa. Mukosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis

    cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung

    untuk memperbesar perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume

    getah lambung yang dapat dikeluarkan. Submukosa ialah lapisan dimana pembuluh darah

    arteri dan vena dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut

    sekaligus untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel

    tersebut. Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis.

    Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan

    menyerong. Kontraksi dari ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak

    peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam

    lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung

    perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan

    yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.13

    Gambar. Anatomi Gaster: 1.Esofagus, 2.Kardia, 3.Fundus, 4.Selaput Lendir, 5.Lapisan Otot,

    6.Mukosa Lambung, 7.Korpus, 8.Antrum Pilorik, 9.Pilorus, 10.Duodenum

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Submucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muscularis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Serosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Arterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Venahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/wiki/Venahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Serosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muscularis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Submucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mucosa&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    16/45

    16

    Di lapisan mukosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel

    goblet [goblet cell],sel parietal [parietal cell], dansel chief [chief cell]. Sel goblet berfungsi

    untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak

    karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam

    lambung [Hydrochloric acid] yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan

    bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol dm-3

    asam lambung yang membuat tingkat

    keasaman dalam lambung mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam. Sel chief berfungsi

    untuk memproduksi pepsinogen, yaitu enzim pepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief

    memproduksi dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang

    dimiliki oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.13

    Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang

    menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara

    refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam

    lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh

    mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan

    enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musinmerupakan

    mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya

    terdapat pada mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan

    oleh Ca2+

    dari susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang

    berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.13

    Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut

    seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_goblet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_goblet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_parietal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_chief&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsinogen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Reninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Reninhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsinogen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_chief&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_parietal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_goblet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_goblet&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    17/45

    17

    mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang

    mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuh kim yang bersifat asam.

    Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika

    tersentuh kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus

    akan membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus

    belakang, pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun.

    Makanan yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.

    Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya.

    Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan

    tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.13

    Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls

    parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan motilitas, secara

    reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan lambung. Refleks pengosongan

    lambung ini akan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam

    pada awal duodenum. Keasaman ini disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama

    sekretin dan kholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan

    dibawa bersama aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengosongan lambung

    merupakan proses umpan balik humoral.13

    Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung, yang

    merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang

    mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkan untuk

    absorpsi vitamin B12. Asam klorida menyebabkan denaturasi protein makanan dan

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    18/45

    18

    menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam klorida juga menyediakan pH yang

    cocok bagi enzim lambung dan mengubah pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin.13

    Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan.

    Pengaturan sekresi getah lambung sangat kompleks. Seperti pada pengaturan motilitas

    lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan oleh saraf maupun hormon.

    Berdasarkan saat terjadinya, maka sekresi getah lambung dibagi atas fase sefalik, lambung

    (gastral) dan usus (intestinal).13

    Fase Sekresi Sefalikdiatur sepenuhnya melalui saraf. Penginderaan penciuman dan

    rasa akan menimbulkan impuls saraf aferen, yang di sistem saraf pusat akan merangsang

    serabut vagus. Stimulasi nervus vagus akan menyebabkan dibebaskannya asetilkolin dari

    dinding lambung. Ini akan menyebabkan stimulasi langsung pada sel parietal dan sel epitel

    serta akan membebaskan gastrin dari sel G antrum. Melalui aliran darah, gastrin akan

    sampai pada sel parietal dan akan menstimulasinya sehingga sel itu membebaskan asam

    klorida. Pada sekresi asam klorida ini, histaminjuga ikut berperan. Histamin ini dibebaskan

    oleh mastosit karena stimulasi vagus (gambar 3). Secara tak langsung dengan pembebasan

    histamin ini gastrin dapat bekerja.13

    Fase Lambung. Sekresi getah lambung disebabkan oleh makanan yang masuk ke

    dalam lambung. Relaksasi serta rangsang kimia seperti hasil urai protein, kafein atau

    alkohol, akan menimbulkan refleks kolinergik lokal dan pembebasan gastrin. Jika pH turun

    di bawah 3, pembebasan gastrin akan dihambat.13

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    19/45

    19

    Fase Ususmula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan diikuti dengan

    penurunan sekresi getah lambung. Jika kim yang asam masuk ke usus duabelas jari akan

    dibebaskan sekretin. Ini akan menekan sekresi asam klorida dan merangsang pengeluaran

    pepsinogen. Hambatan sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-

    pankreozimin, terutama jika kim yang banyak mengandung lemak sampai pada usus halus

    bagian atas.13

    Di samping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya yang

    berperan pada sekresi dan motilitas. GIP (gastric inhibitory polypeptide) menghambat

    sekresi HC1 dari lambung dan kemungkinan juga merangsang sekresi insulin dari kelenjar

    pankreas.13

    Somatostatin, yang dibentuk tidak hanya di hipothalamus tetapi juga di sejumlah

    organ lainnya antara lain sel D mukosa lambung dan usus halus serta kelenjar pankreas,

    menghambat sekresi asam klorida, gastrin dan pepsin lambung dan sekresi sekretin di usus

    halus. Fungsi endokrin dan eksokrin pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon serta

    asam karbonat dan enzim pencernaan). Di samping itu, ada tekanan sistemik yang tak

    berubah, pasokan darah di daerah n. Splanchnicus akan berkurang sekitar 20-30%.13

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    20/45

    20

    Bagan. Pengaruh Sekresi Sel Parietal

    4. PATOFISIOLOGI

    Patofisiologi dispepsia non ulkus masih sedikit diketahui, beberapa faktor berikut

    mungkin berperan penting (multifaktorial):

    Abnormalitas Motorik Gaster

    Dengan studi Scintigraphic Nukleardibuktikan lebih dari 50% pasien dispepsia non

    ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster. Demikian

    pula pada studi monometrik didapatkan gangguan motilitas antrum postprandial,

    tetapi hubungan antara kelainan tersebut dengan gejala-gejala dispepsia tidak jelas.

    Rangsang bau dan

    rangsang kecap

    Rangsang

    Gan lion

    RangsangLokal

    Rangsang n.

    Vagus

    Pembebasan

    asethilkolin

    Degranulasi mastosit

    Pembebasan

    histamin

    Stimulasi sel G

    Pembebasan Gastrin

    Pembebasan HCl

    Stimulasi Sel

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    21/45

    21

    Penelitian terakhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku" bertanggung

    jawab terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus

    relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi duodenum.

    Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke bagian fundus dan

    duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa pasien dyspepsia non ulkus,

    refleks ini tidak berfungsi dengan baik sehingga pengisian bagian antrum terlalu

    cepat.2

    Perubahan sensifitas gaster

    Lebih 50% pasien dispepsia non ulkus menunjukkan sensifitas terhadap distensi

    gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan yang sedikit

    mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi gaster

    intestinum atau distensi dini bagian Antrum postprandial dapat menginduksi nyeri

    pada bagian ini.10

    Stres dan faktor psikososial

    Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik dan morbiditas

    psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien dispepsia non ulkus daripada

    subyek kontrol yang sehat.Banyak pasien mengatakan bahwa stres mencetuskan

    keluhan dispepsia. Beberapa studi mengatakan stres yang lama menyebabkan

    perubahan aktifitas vagal, berakibat gangguan akomodasi dan motilitas

    gaster.Kepribadian dispepsia non ulkus menyerupai pasien Sindrom Kolon Iritatif

    dan dispepsia organik, tetapi disertai dengan tanda neurotik, ansietas dan depresi

    yang lebih nyata dan sering disertai dengan keluhan non-gastrointestinal ( GI )

    seperti nyeri muskuloskletal, sakit kepala dan mudah letih. Mereka cenderung tiba-

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    22/45

    22

    tiba menghentikan kegiatan sehari-harinya akibat nyeri dan mempunyai fungsi sosial

    lebih buruk dibanding pasien dispepsia organik. Demikian pula bila dibandingkan

    orang normal. Gambaran psikologik dispepsia non ulkus ditemukan lebih banyak

    ansietas, depresi dan neurotik.5

    GastritisHelicobacter pylori

    Gambaran gastritis Helicobacter pylori secara histologik biasanya gastritis non-

    erosif non-spesifik. Di sini ditambahkan non-spesifik karena gambaran histologik

    yang ada tidak dapat meramalkan penyebabnya dan keadaan klinik yang

    bersangkutan. Diagnosa endoskopik gastritis akibat infeksi Helicobacter pylori

    sangat sulit karena sering kali gambarannya tidak khas. Tidak jarang suatu gastritis

    secara histologik tampak berat tetapi gambaran endoskopik yang tampak tidak jelas

    dan bahkan normal. Beberapa gambaran endoskopik yang sering dihubungkan

    dengan adanya infeksiHelicobacter pyloriadalah:

    a. Erosi kronik di daerah antrum.

    b. Nodularitas pada mukosa antrum.

    c. Bercak-bercak eritema di antrum.

    d. Area gastrika yang menonjol dengan bintik-bintik eritema di daerah korpus.13

    Peranan infeksiHelicobacter pylori pada gastritis dan ulkus peptikum sudah diakui,

    tetapi apakah Helicobacter pylori dapat menyebabkan dispepsia non ulkus masih

    kontroversi. Di negara maju, hanya 50% pasien dispepsia non ulkus menderita infeksi

    Helicobacter pylori, sehingga penyebab dispepsia pada dispepsia non ulkus dengan

    Helicobacter pylorinegatif dapat juga menjadi penyebab dari beberapa dispepsia non ulkus

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    23/45

    23

    dengan Helicobacter pylori positif. Bukti terbaik peranan Helicobacter pylori pada

    dispepsia non ulkus adalah gejala perbaikan yang nyata setelah eradikasi kuman

    Helicobacter pyloritersebut, tetapi ini masih dalam taraf pembuktian studi ilmiah. Banyak

    pasien mengalami perbaikan gejala dengan cepat walaupun dengan pengobatan plasebo.

    Studi "follow up" jangka panjang sedang dikerjakan, hanya beberapa saja yang tidak

    kambuh.2

    Kelainan gastrointestinal fungsional

    Dispepsia non ulkus cenderung dimasukkan sebagai bagian kelainan fungsional GI,

    termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-kardiak dan nyeri ulu hati

    fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom Kolon Iritatif menderita dispepsia dan

    lebih dari sepertiga pasien dengan dispepsia kronis juga mempunyai gejala Sindrom

    Kolon Iritatif. Pasien dengan kelainan seperti ini sering ada gejala extra GI seperti

    migrain, myalgia dan disfungsi kencing dan ginekologi. Pada anamnesis dispepsia

    jangan lupa menanyakan gejala Sindrom Kolon Iritatif seperti nyeri abdomen

    mereda setelah defikasi, perubahan frekuensi buang air besar atau bentuknya

    mengalami perubahan, perut tegang, tidak dapat menahan buang air besar dan perut

    kembung. Beberapa pasien juga mengalami aerophagia, lingkaran setan dari perut

    kembung diikuti oleh masuknya udara untuk menginduksi sendawa, diikuti oleh

    kembung yang lebih darah. Ini memerlukan perbaikan tingkah laku.Abnormalitas di

    atas belum semua diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak selalu muncul pada

    semua penderita. Hasil yang kurang konsisten dari bermacam terapi yang digunakan

    untuk terapi dispepsia non ulkus mendukung keanekaragaman kelompok ini.2,12,14.

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    24/45

    24

    Ulkus gaster

    Tukak gaster merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan

    dasar tukak ditutupi debris.

    Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa lambung.

    Gastritis karena bakteriH. pyloridapat mengalami adaptasi pada linkungan dengan pH yang

    sangat rendah dengan menghasilkan enzim urease yang sangat kuat. Enzim urease tersebut

    akan mengubah urea dalam lambung menjadi ammonia sehingga bakteriHelicobacter pylori

    yang diselubungi awan amoniak yang dapat melindungi diri dari keasaman lambung.

    Kemudian dengan flagella Helicobacter pylori menempel pada dinding lambung dan

    mengalami multiplikasi. Bagian yang menempel pada epitel mukosa lambung disebut

    adheren pedestal. Melalui zat yang disebut adhesin , Helicobacter pylori dapat berikatan

    dengan satu jenis gliserolipid yang terdapat di dalam epitel.13

    Selain urease, bakteri juga mengeluarkan enzim lain misalnya katalase, oksidase,

    alkaliposfatase, gamma glutamil transpeptidase, lipase, protease, dan musinase. Enzim

    protease dan fosfolipase diduga merusak glikoprotein dan fosfolipid yang menutup mukosa

    lambung. H. Pylori juga mengeluarkan toksin yang beperan dalam peradangan dan reaksi

    imun local.13

    Obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui beberapa

    mekanisme. Obat-obat ini menghambat siklooksigenase mukosa lambung sebagai

    pembentuk prostaglandin dari asam arakidonat yang merupakan salah satu faktor defensif

    mukosa lambung yang sangat penting. Selain itu, obat ini juga dapat merusak secara topikal.

    Kerusakan topikal ini terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif,

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    25/45

    25

    sehingga merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi

    bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.13

    Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa esophagus,

    lambung ataupun duodenum terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan

    mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali

    dianggap juga sebagai ulkus. Ulkus kronik berbeda dengan ulkus akut, karena memiliki

    jaringan parut pada dasar ulkus. Menurut definisi, ulkus peptik dapat ditemukan pada setiap

    bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung,

    duodenum, dan setelah gastroduodenal, juga jejunum.

    13

    Sawar mukosa lambung penting untuk perlindungan lambung dan duodenum. Obat

    anti inflamasi non steroid termasuk aspirin menyebabkan perubahan kualitatif mucus

    lambung yang dapat mempermudah terjadinya degradasi mucus oleh pepsin. Prostaglandin

    yang terdapat dalam jumlah berlebihan dalam mucus gastric dan tampaknya berperan

    penting dalam pertahanan mukosa lambung.13

    Aspirin, alkohol, garam empedu dan zat zat lain yang merosak mukosa lambung

    mengubah permeabilitas sawar epitel, sehingga memungkinkan difusi balik asam klorida

    yang mengakibatkan kerosakan jaringan, terutama pembuluh darah. Histamin dikeluarkan,

    merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler

    terhadap protein. Mukosa menjadi edema dan sejumlah besar protein plasma dapat hilang.

    Mukosa kapiler dapat rusak, mengakibatkan terjadinya hemoragi interstitial dan perdarahan.

    Sawar mukosa tidak dipengaruhi oleh penghambatan vagus atau atropine, tetapi difusi balik

    dihambat oleh gastrin.13

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    26/45

    26

    Destruksi sawar mukosa lambung diduga merupakan faktor penting dalam

    patogenesis ulkus peptikum. Ulkus peptikum sering terletak di antrum karena mukosa

    antrum lebih rentan terhadap difusi balik disbanding fundus. Selain itu, kadar asam yang

    rendah dalam analisis lambung pada penderita ulkus peptikum diduga disebabkan oleh

    meningkatnya difusi balik dan bukan disebabkan oleh produksi yang berkurang.13

    Daya tahan duodenum yang kuat terhadap ulkus peptikum diduga akibat fungsi

    kelenjar Brunner (kelenjar duodenum submukosa dalam dinding usus) yang memproduksi

    sekret mukoid yang sangat alkali, pH 8 dan kental untuk menetralkan kimus asam. Penderita

    ulkus peptikum sering mengalami sekresi asam berlebihan. Faktor penurunan daya tahan

    jaringan juga terlibat dalam ulkus peptikum. Daya tahan jaringan juga bergantung pada

    banyaknya suplai darah dan cepatnya regenerasi sel epitel (dalam keadaan normal diganti

    setiap 3 hari). kegagalan mekanisme ini juga berperan dalam patogenesis ulkus peptikum.13

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    27/45

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    28/45

    28

    memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain

    meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).6

    Dispepsia Organik

    a. Dispepsia Ulkus

    Dispepsia ulkus merupakan bagian penting dari dispepsia organik. Di negara

    negara barat prevalensi ulkus lambung lebih rendah dibandingkan dengan ulkus

    duodeni. Sedang di negara berkembang termasuk Indonesia frekuensi ulkus lambung

    lebih tinggi. Ulkus lambung biasanya diderita pada usia yang lebih tinggi dibandingkan

    ulkus duodeni.4

    Gejala utama dari ulkus peptikum adalah hunger pain food relief. Untuk ulkus

    duodeni nyeri umumnya terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan, dan penderita sering

    terbangun di tengah malam karena nyeri. Tetapi banyak juga kasus kasus yang

    gejalanya tidak jelas dan bahkan tanpa gejala. Pada ulkus lambung seringkali gejala

    hunger pain food relief tidak jelas, bahkan kadang kadang penderita justru merasa nyeri

    setelah makan.15

    Penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama ulkus duodenum adalah infeksi

    H. pylori, dan ternyata sedikitnya 95% kasus ulkus duodeni adalah H. pylori positif,

    sedang hanya 70% kasus ulkus lambung yangH. pyloripositif.13

    b. GERD

    Dahulu GERD dimasukkan dalam dispepsia fungsional tetapi setelah ditemukan

    dasar-dasar organik maka GERD dimasukan kedalam dispepsia organik. Penyakit ini

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    29/45

    29

    disebabkan Inkompetensi/relaksasi sphincter cardia yang menyebabkan regurgitasi

    asam lambung ke dalam esofagus.

    Dulu sebelum penyebab GERD diketahui dengan jelas, GERD dimasukkan ke

    dalam kelompok dispepsia fungsional. Setelah penyebabnya jelas maka GERD

    dikeluarkan dari kelompok tersebut dan dimasukkan ke dalam dispepsia organik.7

    Gejala GERD :

    Gejala khas, terdiri dari :

    o Heart Burn

    o

    Rasa panas di epigastrium

    o Rasa nyeri retrosternal

    o Regurgitasi asam

    o Pada kasus berat : ada gangguan menelan

    Gejala tidak khas :

    o

    Nafas pendek

    o Wheezing

    o Batuk-batuk

    Gejala GERD lebih menonjol pada waktu penderita terbaring terlentang dan

    berkurang bila penderita duduk.

    Gambaran Endoskopi:

    Didapatkan lesi berupa robekan pada daerah spinter esophagus yang dibagi menjadi 4

    derajat (Pembagian Los Angeles) :

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    30/45

    30

    Grade A :

    Robekan mukosa tidak lebih dari 5 mm

    Grade B :

    Ada robekan mukosa yang lebih dari 5 mm dan kalau ada robekan mukosa di tempat lain

    tidak berhubungan dengan robekan mukosa yang pertama.

    Grade C :

    Robekan mukosa pada 1 lipatan mukosa berhubungan dengan lipatan mukosa yang lain

    tetapi tidak difus.

    Grade D :

    Robekan mukosa difus.15

    Dispepsia Fungsional

    Gejala dispepsia fungsional (menurut kriteria Roma) :

    a. Gejala menetap selama 3 bulan dalam 1 tahun terakhir.

    b. Nyeri epigastrium yang menetap atau sering kambuh (recurrent).

    c.

    Tidak ada kelainan organik yang jelas (termasuk endoskopi)

    d. Tidak ada tanda-tanda IBS (Irritable Bowel Syndrome)

    6. ANAMNESIS

    Jika pasien mengeluh mengenai dispepsia, dimulakan pertanyaan atau anamnesis

    dengan lengkap. Berapa sering terjadi keluhan dispepsia, sejak kapan terjadi keluhan,

    adakah berkaitan dengan konsumsi makanan? Adakah pengambilan obat tertentu dan

    aktivitas tertentu dapat menghilangkan keluhan atau memperberat keluhan? Adakah pasien

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    31/45

    31

    mengalami nafsu makan menghilang, muntah, muntah darah, BAB berdarah, batuk atau

    nyeri dada?11

    Pasien juga ditanya, adakah ada konsumsi obat obat tertentu? Atau adakah dalam

    masa terdekat pernah operasi? Adakah ada riwayat penyakit ginjal, jantung atau paru?

    Adakah pasien menyadari akan kelainan jumlah dan warna urin?11

    Riwayat minum obat termasuk minuman yang mengandung alkohol dan jamu yang

    dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau mungkin harus dihentikan. Hubungan

    dengan jenis makanan tertentu perlu diperhatikan. Tanda dan gejala "alarm"(peringatan)

    seperti disfagia, berat badan turun, nyeri menetap dan hebat, nyeri yang menjalar ke

    punggung, muntah yang sangat sering, hematemesis, melena atau jaundice kemungkinan

    besar adalah merupakan penyakit serius yang memerlukan pemeriksaan seperti endoskopi

    dan / atau "USG" atau "CT Scan" untuk mendeteksi struktur peptik, adenokarsinoma gaster

    atau esophagus, penyakit ulkus, pankreatitis kronis atau keganasan pankreas empedu.11

    Perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial misalnya:

    masalah anak (meninggal, nakal, sakit, tidak punya), hubungan antar manusia (orang tua,

    mertua, tetangga, adik ipar, kakak), hubungan suami-istri (istri sibuk, istri muda, dimadu,

    bertengkar, cerai), pekerjaan dan pendidikan (kegiatan rutin, penggusuran, pindah jabatan,

    tidak naik pangkat). Hal ini berakibat eksaserbasi gejala pada beberapa orang.5

    Harus diingat gambaran khas dari beberapa penyebab dispepsia. Pasien ulkus

    peptikum biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok dan nyeri berkurang dengan

    mencerna makanan tertentu atau antasid. Nyeri sering membangunkan pasien pada malam

    hari banyak ditemukan pada ulkus duodenum. Gejala esofagitis sering timbul pada saat

    berbaring dan membungkuk setelah makan kenyang yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    32/45

    32

    dada yang tidak spesifik (bedakan dengan pasien jantung koroner), regurgitasi dengan gejala

    perasaan asam pada mulut. Bila gejala dispepsia timbul segera setelah makan biasanya

    didapatkan pada penyakit esofagus, gastritis erosif dan karsinoma. Sebaliknya bila muncul

    setelah beberapa jam setelah makan sering terjadi pada ulkus duodenum. Pasien dispepsia

    non ulkus lebih sering mengeluhkan gejala di luar GI, ada tanda kecemasan atau depresi,

    atau mempunyai riwayat pemakaian psikotropik.2, 6-11

    7. PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kelainan intra-abdomen atau intra lumen

    yang padat misalnya tumor, organomegali, atau nyeri tekan sesuai dengan adanya ransang

    peritoneal/peritonitis.1

    Tumpukan pemeriksaan fisik pada bagian abdomen. Inspeksi akan distensi, asites,

    parut, hernia yang jelas, ikterus, dan lebam. Auskultasi akan bunyi usus dan karekteristik

    motilitasnya. Palpasi dan perkusi abdomen, perhatikan akan tenderness, nyeri, pembesaran

    organ dan timpani.6Pemeriksaan tanda vital bisa ditemukan takikardi atau nadi yang tidak

    regular.10

    Kemudian, lakukan pemeriksaan sistem tubuh badan lainnya. Perlu ditanyakan

    perubahan tertentu yang dirasai pasien, keadaan umum dan kesadaran pasien diperhatikan.

    Auskultasi bunyi gallop atau murmur di jantung. Perkusi paru untuk mengetahui

    konsolidasi. Perhatikan dan lakukan pemeriksaan terhadap ektremitas, adakah terdapat

    perifer edema dan dirasakan adakah akral hangat atau dingin. Lakukan juga perabaan

    terhadap kelenjar limfa.6-11

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    33/45

    33

    8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

    1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi (leukositosis),

    pakreatitis (amylase, lipase), keganasan saluran cerna (CEA, CA 19-9, AFP).Biasanya

    meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan

    urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda

    infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung

    lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita

    dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung. Pada karsinoma saluran pencernaan

    perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA,

    dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9.1

    2. Barium enema untuk memeriksa esophagus, Lambung atau usus halus dapat dilakukan

    pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan berat badan atau

    mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita makan. Pemeriksaan ini

    dapat mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas

    seperti adanya tukak atau gambaran ke arah tumor.1,3,15

    3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus

    halus dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.

    Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah

    lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku

    emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.2,3,7

    Pemeriksaan ini sangat

    dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut disertai oleh keadaan yang disebut

    alarm symptoms, yaitu adanya penurunan berat badan, anemia, muntah hebat dengan

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    34/45

    34

    dugaan adanya obstruksi, muntah darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama,

    dan terjadi pada usia lebih dari 45tahun.1

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

    a. CLO (rapid urea test)

    b. Patologi anatomi (PA)

    c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan

    d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian15

    4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan

    kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia di

    Indonesia). Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan

    sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di

    esofagus yang menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang

    meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke

    intestin. Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang

    disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari

    tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin). Kanker di

    lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di

    daerah kanker, bentuk dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos

    abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign),

    atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebut sentina loops.1

    5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi esofagus atau respon

    esofagus terhadap asam.

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    35/45

    35

    .10

    Management of dyspepsia based on age and alarm features. EGD,

    esophagogastroduodenoscopy.

    9. DIAGNOSIS

    Dispepsia melalui simptom-simptomnya sahaja tidak dapat membedakan antara

    dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Diagnosis dispepsia fungsional adalah diagnosis

    yang telah ditetapkan, dimana pertama sekali penyebab kelainan organik atau struktural

    harus disingkirkan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan yang pertama dan banyak membantu

    adalah pemeriksaan endoskopi. Oleh karena dengan pemeriksaan ini dapat terlihat kelainan

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    36/45

    36

    di oesophagus, lambung dan duodenum. Diikuti dengan USG (Ultrasonography) dapat

    mengungkapkan kelainan pada saluran bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat

    memberikan perubahan anatomis. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah akan dapat

    mengungkapkan penyebab dispepsia seperti diabetes, penyakit tyroid dan gangguan saluran

    bilier. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa pertanda tumor.1,5

    Kriteria Diagnostik Dispepsia Fungsional berdasarkan Kriteria Rome III yaitu:

    1.berasa terganggu setelah makan

    2.cepat kenyang

    3.

    nyeri epigastrik

    4.panas/ rasa terbakar di epigastrik

    Terbukti tidak ada penyakit struktural termasuk endoskopi proksimal yang dapat

    menjelaskan penyebab terjadinya gejala klinis tersebut.

    Kriteria haruslah terjadi dalam masa 3 bulan terakhir dengan onset gejala klinis

    sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum diagnosis.3

    10. DIFERENSIAL DIAGNOSIS

    Dispepsia adalah merupakan suatu simptom atau kelompok keluhan atau gejala dan

    bukan merupakan suatu diagnosis. Diferensial diagnosis dyspepsia adalah seperti box 1.

    Sangat penting mencari clue atau penanda akan gejala dan keluhan yang merupakan etiologi

    yang bisa ditemukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. 50%60% kasus,

    didapati tidak ada penyebab yang terdeteksi di mana pasien dikatakan merupakan dispepsia

    fungsional. Prevalensi ulkus peptikum adalah 15%- 25% dan prevalensi esofagitis adalah

    5%-15%. Kanker digestif bagian atas < 2%. Disebabkan kanker digestif bagian atas jarang

    pada umur 50

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    37/45

    37

    tahun. Juga direkomendasi pada pasien yang mangalami penurunan berat badan yang

    signifikan, terjadi pendarahan, dan muntah yang terlalu teruk.2

    Box 1: Diagnosis banding dispepsia

    Dispepsia non ulkus

    Gastro-oesophageal reflux disease.

    Ulkus peptikum.

    Obat-obatan: obat anti inflamasi non-steroid, antibiotik, besi, suplemen kalium,

    digoxin.

    Malabsorbsi Karbohidrat (lactose, fructose, sorbitol).

    Cholelithiasis or choledocholithiasis.

    Pankreatitis Kronik.

    Penyakit sistemik (diabetes, thyroid, parathyroid, hypoadrenalism, connective tissue

    disease).

    Parasit intestinal.

    Keganasan abdomen (terutama kanser pancreas dan gastrik).

    11. PENATALAKSANAAN

    Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,

    ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan

    tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan

    penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.

    Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

    1. Antasid

    Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam

    lambung. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    38/45

    38

    triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk

    mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat

    sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan

    diare karena terbentuk senyawa MgCl2. Sering digunakan adalah gabungan Aluminium

    hidroksida dan magnesium hidroksida.Aluminum hidroksida boleh menyebabkan konstipasi

    dan penurunan fosfat; magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang

    sering digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium

    hidroksida dan magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien gagal

    ginjal kronik karena bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium bisa

    menyebabkan kronik neurotoksik pada pasien tersebut.15

    2. Antikolinergik

    Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu

    pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asam

    lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.10

    3. Antagonis reseptor H2

    Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau

    esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara

    lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.10,15

    4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI).

    Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses

    sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,

    lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah ~18jam ; jadi, bisa dimakan antara 2

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    39/45

    39

    dan 5 hari supaya sekresi asid gastrik kembali kepada ukuran normal. Supaya terjadi

    penghasilan maksimal, digunakan sebelum makan yaitu sebelum sarapan pagi kecuali

    omeprazol.15

    5. Sitoprotektif

    Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain

    bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat

    berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki

    mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat

    mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan

    proteinsekitar

    lesi mukosa saluran cerna bagian atas. Toksik daripada obat ini jarang, bisa menyebabkan

    konstipasi (23%). Kontraindikasi pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis standard adalah 1

    g per hari.15

    6. Golongan prokinetik

    Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.

    Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis

    dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance).10

    7. Antibiotik untuk infeksiHelicobacter pylori

    Eradikasi bakteriHelicobacter pylori membantu mengurangi simptom pada sebagian pasien

    dan biasanya digunakan kombinasi antibiotik seperti amoxicillin (Amoxil), clarithromycin

    (Biaxin), metronidazole (Flagyl) dan tetracycline (Sumycin).6

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    40/45

    40

    Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat anti- depresi dan

    cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul

    berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.2,6-12

    Terapi Dispepsia Fungsional :

    1. Farmakologis

    Pengobatan jangka lama jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus berat. (regular

    medication) mungkin perlu pengobatan jangka pendek waktu ada keluhan. (on demand

    medication)

    2. Psikoterapi

    Reassurance

    Edukasi mengenai penyakitnya

    3. Perubahan diit dan gaya hidup

    Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.

    Makanan tinggi lemak dihindarkan

    Pengobatan terhadap dispepsia fungsional adalah bersifat terapi simptomatik. Pasien

    dengan dispepsia fungsional lebih dominan gejala dan keluhan seperti nyeri pada abdomen

    bagian atas (ulcer - like) bisa diobati dengan PPI (Proton Pump Inhibitors). Pasien dengan

    keluhan yang tidak jelas di bagian abdomen atas di mana yang gagal dengan pengobatan

    PPI, bisa diobati dengan tricyclic antidepressants, walaupun data yang menyokong masih

    kurang.16

    Pasien dengan keluhan dismotility like symptom bisa diobati dengan sama ada

    dengan acid suppressive therapy, prokinetic agents, atau 5-HT1 agonists. Metoclopramide

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    41/45

    41

    dan domperidone menunjukkan antara obat placebo dalam pengobatan dispepsia

    fungsional.16

    12. PENCEGAHAN

    Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan

    yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan

    pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara

    memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan

    dengan santai.

    Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan

    mukosa dalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.

    Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung, membuat

    lambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan

    asam lambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan merupakan penyebab

    utama terjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat berhenti merokok tidaklah

    mudah, terutama bagi perokok berat. Konsultasikan dengan dokter mengenai metode

    yang dapat membantu untuk berhenti merokok.

    Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan

    pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga

    membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat.

    Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,

    menurunkan sistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan

    kulit. Stress juga meningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan kecepatan

    pencernaan. Karena stress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    42/45

    42

    adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang bernutrisi, istirahat

    yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.

    Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan OAINS, obat-

    obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan membuat

    peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan penghilang nyeri

    yang mengandung acetaminophen.

    Ikuti rekomendasi dokter.6-11

    13. PROGNOSIS

    Statistik menunjukkan sebanyak 20% pasien dispepsia mempunyai ulkus peptikum,

    20% mengidap Irritable Bowel Syndrome, kurang daripada 1% pasien terkena kanker, dan

    dispepsia fungsional dan dyspepsia non ulkus adalah 5-40%.17

    Terkadang dispepsia dapat menjadi tanda dari masalah serius, contohnya penyakit

    ulkus lambung yang parah. Tak jarang, dispepsia disebabkan karena kanker lambung,

    sehingga harus diatasi dengan serius. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan bila

    terdapat salah satu dari tanda ini, yaitu: Usia 50 tahun ke atas, kehilangan berat badan tanpa

    disengaja, kesulitan menelan, terkadang mual-muntah, buang air besar tidak lancar dan

    merasa penuh di daerah perut.

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    43/45

    43

    KESIMPULAN

    Dispepsia merupakan keluhan yang sangat umum, terjadi pada lebih dari seperempat

    populasi, tetapi hanya kurang lebih seperempatnya berkonsultasi ke dokter. Terdapat

    banyak penyebab dispepsia, antaranya adalah gangguan atau penyakit dalam lumen saluran

    cerna; tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor, infeksi Helicobacter pylori. Obat

    obatan seperti anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa antibiotik, digitalis,

    teofilin dan sebagainya. Penyakit pada hati, pankreas, sistem bilier, hepatitis, pankreatitis,

    kolesistetis kronik. Penyakit sistemik: diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit jantung

    koroner. Bersifat fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti

    adanya kelainan atau gangguan organik atau struktural biokimia, yaitu dispepsia fungsional

    atau dispepsia non ulkus. Dispepsia adalah merupakan suatu simptom atau kelompok

    keluhan atau gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Sangat penting mencari clue atau

    penanda akan gejala dan keluhan yang merupakan etiologi yang bisa ditemukan berdasarkan

    anamnesis dan pemeriksaan fisik. Disebabkan kanker digestif bagian atas jarang pada umur

    50 tahun.

    Juga direkomendasi pada pasien yang mangalami penurunan berat badan yang signifikan,

    terjadi pendarahan, dan muntah yang terlalu teruk.

    Penatalaksanaan dispepsia adalah

    meliputi pola hidup sehat, berpikiran positif dan pemakanan yang sehat dan seimbang,

    selain daripada pengobatan. Pengobatan dispepsia adalah antaranya seperti antasid,

    antikolinergik, antagonis reseptor histamin2, Proton Pump Inhibitor, sitoprotektif, golongan

    prokinetik, antibiotik untuk infeksi Helicobacter pylori dan kadang kadang diperlukan

    psikoterapi.

  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    44/45

    44

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Sudoyo AW, Setiyohadi

    B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam, Ed. IV,

    2007. Indonesia; Balai Penerbit FKUI. H. 285

    2. Jones MP. Evaluation and treatment of dyspepsia. Post Graduate Medical Journal.

    2003;79:25-29.

    3. Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al. Functional

    Gastroduadenal. Gastroenterology. 2006;130:1466-1479.

    4. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun

    2007. Edisi 2010. Diunduh dari,

    http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id.

    5. Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional. Bagian

    Psikiatri FK USU 2003.

    6. Dyspepsia. Edition 2010. Available from: http://www.mayoclinic.org/dyspepsia/.

    7. Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. American Gastroenterological Association

    technical review: evaluation of dyspepsia. Gastroenterology. 2005;129:1754

    8. Indigestion (Dyspepsia, Upset Stomach). Edition 2010. Available from:

    http://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htm,5 Juni 2010.

    9. Dyspepsia, What It Is and What to Do About It? Edition 2009. Available from:

    http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/disorders/474.html.

    10.Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online Medical Library. 2008

    March. Available from: http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.

    11.Delaney BC. 10 Minutes consultation dyspepsia. BMJ. 2001. Available from:

    http://www.bmj.com/cgi/content/full/322/7289/776.

    12.Ringerl Y. Functional dyspepsia. UNC Division of Gastroenterology and

    Hepatology. 2005;1:1-3.

    13.

    Glenda NL. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6. EGC;2006.h.417-19.

    14.Riza TC, Bushra S. Dyspepsia. Prim Care Clinical Office Pract 34 2007;1:99108.

    15.Fauci AS, Braunwald, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson LJ et al. Peptic

    ulcer disease in Harrisons Principle of Internal Medicine, 17th

    ed, Vol.II.2008. USA:

    Mc Graw Hill Medical, p.287

    http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htmhttp://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htmhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id
  • 8/10/2019 LAPKAS DISPEPSIA.docx

    45/45

    16.David JB. Test and Treat or PPI Therapy for Dyspepsia? Journal Watch

    Gastroenterology. 2008 april;

    17.Dyspepsia. Edition 2001. Available from:

    http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information.

    http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_informationhttp://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information