Upload
muhammad-firsan-ilyas
View
44
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lapakas ddb
Citation preview
LAPORAN KASUS
DIARE AKUT
Pembimbing :
Dr. Roito Hermina , SpA
Di susun oleh :
M. Fajri
2008730021
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta2014
STATUS PASIEN
IDENTITAS
No RM : 748177
Tgl. Masuk RS: 11-12-2014
Nama Pasien : An. Sesilya Alison
Umur : 1 Tahun 2 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : pondok ungu RT 007/05,
Medan satria. Bekasi
I. ANAMNESIS ( alloanamnesis ↦ ibu pasien )
KELUHAN UTAMA:
Buang air besar cair >5x sejak sehari sebelum masuk rumah sakit.
KELUHAN TAMBAHAN:
Mual, Muntah, tidak mau makan
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Menurut ibu OS, OS buang air besar >5x sejak sehari sebelum masuk rumah sakit.
Konsistensi bab cair tidak berampas, warna kuning kecoklatan, tidak berlendir,
dan tidak ada darah. Os mual dan muntah namun tidak sering. Tidak ada demam.
dan Os tidak mau makan dan jadi malas untuk minum. Pasien terlihat sangat
lemas. Bak OS normal
RIWAYAT PENYAKIT PADA KELUARGA:
-
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Dahulu pasien pernah mengalami penyakit seperti ini
Riwayat kejang → Disangkal
FKK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Riwayaat alergi → Disangkal
RIWAYAT PENGOBATAN:
Selama sakit ini OS mengkonsumsi obat untuk diare dan muntah
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter. Persalinan di bantu
secara Normal di Rumah Sakit. Tidak ada keluhan selama kehamilan.
Bayi cukup bulan, langsung menangis dan tidak terdapat cacat bawaan
dengan berat lahir 2900g, panjang badan 45 cm.
Riwayat Makanan
ASI ekslusif diberikan hingga usia 6 bulan. Setelah itu anak mendapat
PASI berupa susu formula (3x/hari) dan bubur susu (1x/hari), pada
umur 1 tahun anak mengkonsumsi nasi tim (3x/hari).
RIWAYAT ALERGI:
Sampai saat ini pasien tidak memiliki riwayat alergi obat-obatan apapun.
Riwayat asma ; di sangkal
RIWAYAT PERKEMBANGAN:
- Motorik Kasar: saat ini pasien sudah dapat mengangkat kepalanya sendiri dan
mencoba belajar berjalan. Pasien sudah bisa duduk sendiri.
- Motorik Halus: pasien sudah dapat mengenali ibunya dengan tersenyum jika
ibunya ingin mendekatinya.
- Bahasa/komunikasi: dapat mengucapkan kata maa.. paa.. pada umur 6 bulan
Kesan: Perkembangan dalam batas normal
RIWAYAT IMUNISASI
Jenis Imunisasi Jumlah Usia
BCG 1x 0 bln dengan skar 4 mm
DPT 2x 2 bln/ 4 bln/
Polio 4x 0bln/ 2 bln/ 4 bln/ 6 bln
Hepatitis B 3x 0bln/ 1bln/ 6bln
Campak 1x 9bln
Kesan: Imunisasi lengkap
II. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
TANDA VITAL
Suhu: 36,90 C Pernapasan : 24 x/menit
Nadi: 110 x/menit Tekanan darah: tidak dilakukan
STATUS GIZI
Berat Badan: 9,4 kg
Panjang badan: 76 cm
BB/U : 9,4/9 X 100% 104 %
PB/U: 75/76 X 100%98 %
BB/PB: 9,4/9,2 X 100% 102 %
Kesan: gizi baik
Status Generalis
Kulit : petekie (-), purpura (-). Turgor kulit kembali lambat (+)
Kepala
Normochepal (LK= 45,4 cm)
Ubun-ubun besar : sudah menutup
Mata:
Refleks cahaya +/+ isokor
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Kelopak mata cekung +/+
Hidung:
Bentuk normal
Tidak ada deviasi
Pernapasan cuping hidung -/-
Telinga:
Bentuk normal
Serumen -/-
Mulut :
Kebiruan (-)
faring hiperemis (-)
Leher :
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
Thorax: Bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal(+)
o Jantung:
Inspeksi: iktus kordis terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba pada ICS 5
Perkusi: redup
Auskultasi: BJ 1 dan 2 murni reguler, gallop(-), murmur(-)
o Paru-paru:
Inspeksi: simetris +/+
Palpasi: krepitasi -/-
Perkusi: redup +/+
Auskultasi: BVS ka=ki, Rhonki basah halus +/+, Wheezing -/-
Abdomen:
Inspeksi: datar dan lembut, retraksi epigastric (+)
Aukulltasi: bising usus (+) N
Palpasi: hati dan limpa tidak teraba pembesaran
Perkusi: timpani
Ekstremitas : akral hangat, RCT<2”
Tungkai
kanan
Tungkai kiri Lengan kanan Lengan kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Kuat(skor 5) Kuat(skor
5)
Kuat(skor 5) Kuat(skor 5)
Trofi _ _ _ _
Klonus _ _ _ _
Refleks
fisiologis
+ + + +
Refleks
patologis
_ _ _ _
Meningeal sign _ _ _ _
Sensibilitas + + + +
Meningeal Sign: Kaku kuduk (-), Brudzinki I (-), Brudzinki II (-), Kernig Sign (-),
Lasegue sign (-)
Genitalia : Perempuan, kelainan genital (-)
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Pemeriksaan darah rutin :Hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit
(H2TL) :
Hb: 13,6 mg/dl
Leukosit: 12,4 x 103 /µL
Hematokrit: 38 %
Trombosit: 327 x 10 3/µL
Pemeriksaan elektrolit : (Kimia : pH, elektrolit (Na, K, HCO3)
Pemeriksaan feses :
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
1. Terapi Non-medikamentosa:
- Banyak minum air putih
- Berikan gizi seimbang (menu makan bervariasi)
2. Kebutuhan kalori usia 1 th-2bln= 100 kkal, BBI= 11kg
= 100x 11= 1100 kkal/hari makanan biasa
Karbohidrat= 60% x 1100= 660 kkal/hari= 165 g/hari
Protein= 25%x 1100= 275 kkal/hari= 69 g/hari
Lemak= 15%x 1100= 171 kkal/hari= 18 g/hari
KOMUNIKASI DAN EDUKASI
Langkah promotif/preventif:
1. ASI tetap diberikan
2. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
3. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
4. Imunisasi campak
5. Memberikan makanan penyapihan yang benar
6. Penyediaan air minum yang bersih
RESUME
Anak perempuan umur 1 tahun 2 bulan datang dengan keluhan BAB cair 5x sejak
sehari sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengalami mual dan muntah (+).
Demam (-). Di dalam pemeriksaan fisik terlihat mata cekung (+) dan ubun – ubun
cekung (+), Dan OS tidak mau makan. BAK OS normal. OS terlihat lemas dan
lesu
IV. DIAGNOSA KERJA
Diare di sertai dengan dehidrasi berat
V. TERAPI
Infus KaEN 3B :
282 ml/30 menit
658ml/ 2 ½ jam.
2350ml/ hari 33 ttpm/hari
Zinc syr : 20 mg (1cth) dalam 10 hari
Oralit : 190 ml tiap kali BAB
VI. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
Ad Sanactionam : ad bonam
CATATAN PERKEMBANGAN
PENYAKIT
No RM : 748177
Nama Pasien : By.S
12 Desember 2014 13 Desember 2014
Subjective:
BAB cair 6x (+), mual (+), muntah (+),
nafsu makan (-), lemas (+)
Objective:
Tanda vital :
T: 37,40 C,
HR: 112 x/menit
RR: 23 x/menit
PF=> ubun-ubun cekung, mata cekung,
turgor kulit kembali lambat(+).
Assesment:
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI
BERAT
Planning:
Domperidon syr
Infus KaEN 3B :
2350ml/ hari 33 ttpm/hari
Zinc syr : 20 mg (1cth) dalam 10 hari
Oralit : 190 ml tiap kali BAB
Subjective:
BAB cair 3x (+), mual (+), muntah (+),
nafsu makan (-), lemas (+)
Objective:
Tanda vital :
T: 36,9 0C,
HR: 111 x/menit
RR: 20 x/menit
PF=> ubun-ubun cekung, mata cekung,
turgor kulit kembali lambat(+).
Assesment:
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI
RINGAN - SEDANG
Planning:
Domperidon syr
Infus KaEN 3B :
2350ml/ hari 33 ttpm/hari
Zinc syr : 20 mg (1cth) dalam 10 hari
Oralit : 190 ml tiap kali BAB
14 Desember 2014
Subjective:
BAB cair(-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan (+), pasien sudah
mengkonsumsi susu, lemas (-)
Objective:
Tanda vital :
T: 36,50 C,
HR: 110 x/menit
RR: 24 x/menit
PF=> ubun-ubun cekung, mata cekung,
turgor kulit kembali lambat(-).
Assesment:
DIARE TANPA DEHIDRASI
Planning:
ORALIT 100 – 200 ml setiap BAB
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
I. DEFINISI
Definisi diare adalah buang air besar lebih tiga kali sehari dengan
konsistensi lembek atau cair. Sedangkan American Academy of Pediatrics
(AAP) mendefinisikan diare dengan karakteristik peningkatan frekuensi
dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda
seperti mual, muntah, demam, atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7
hari. WHO/UNICEF mendefinisikan diare akut sebagai kejadian akut dari
diare yang biasanya berlangsung selama 3-7 hari tetapi dapat pula berlangsung
sampai 14 hari. Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung dari 1 minggu.Riskesdas 2007:
diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia
1-4 tahun. 1,2
II. EPIDEMIOLOGI
Diare merupakan salah satu penyebab angka morbiditas dan mortalitas
yang tinggi pada anak dibawah umur lima tahun di seluruh dunia, yaitu
mencapai 1 milyar kesakitan dan 3 juta kematian per tahun. 2,3
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab
kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun. Di
dunia terdapat 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian
besar kejadian tersebut terjadi di Negara berkembang. Dari 17% kematian
anak di Indonesia, dari hasil Riskesdas 2007 didapatkan bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi terbanyak untuk golongan 1-4 tahun yaitu
25,2% dibanding pneumonia 15,5%.2,3
III. ETIOLOGI
Bakteri Virus Parasit
Aeromonas Astrovirus Balantidium coli
Bacillus cereus Calcivirus Blastocystis homonis
Campylobacter jejuni Enteric adenovirus Cryptosporidium parvum
Clostridium perfringens Coronavirus* Entamoeba histolytica
Clostridium defficille Rotavirus Giarda lambia
Escherichia coli Norwalk virus Isospora belli
Plesiomonas shigeloides Herpes simplex virus* Strongyloides stercoralis
Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura
Shigella
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Yersinia enterocolitica
*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita
imunocompromised
Sumber : (Nelson Textbook of Pediatric dan Subagyo B. dan Nurtjahjo BS,
2010)
IV. CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar
tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (melalui 4 F : finger, flies,
fluid, field). 3
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara
lain: tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang
buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada
penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara
lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung,
menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
faktor genetic. 3
V. PATOFISIOLOGI
Diare merupakan kondisi terbalik dari fungsi normal penyerapan
(absorpsi) dan pembuangan (sekresi) dari elektrolit dan air. Perubahan ini
dapat disebabkan oleh gangguan tekanan osmotic pada lumen usus yang
menyebabkan air dari dalam sel keluar, dan masuk ke dalam usus. Proses ini
paling sering menyebabkan diare, yang terjadi akibat konsumsi bahan-bahan
yang tidak dapat diserap (laktulosa). Pada diare jenis ini kotoran akan
mengeluarkan bahan-bahan yang tidak dapat diserap, sifat diare biasanya tidak
hebat. Diare akan berkurang dengan tidak mengonsumsi bahan-bahan tersebut. 3
Pada diare sekresi, sel-sel usus merubah sistem transport menjadi aktif
sekresi. Penyebab yang paling sering adalah infeksi bakteri pada usus.
Beberapa kondisi yang memungkinkan adalah, setelah bakteri berkembang
dalam usus, bakteri akan menginvasi sel-sel epitel dan menghasilkan racun
(entero, cytotoxin). Bakteri juga dapat merangsang untuk dikeluarkannya zat-
zat perantara untuk terjadinya peradangan pada usus. Kedua mekanisme
tersebut pada akhirnya akan menyebabkan sel menjadi aktif untuk mensekresi
cairan kedalam lumen usus. Gambaran diare sekresi yaitu diare yang hebat,
tidak berubah dengan puasa, tidak terdapat gangguan ion dalam kotoran
(menandakan bahwa nutrisi tetap di penyerapan dengan baik). 3
VI. MANIFESTASI KLINIS
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab : 3
Gejala
klinikRotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual
muntahSering Jarang Sering + - Sering
Nryeri perut Tenesmus Temesmus Tenesmus - Temesmus Kramp
kramp kolik kramp
Nyeri kepala - + + - - -
Lamanya
sakit5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terusmenerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - Sering Kadang - + -
Bau Langu ±Kadang
busuk+ tidak Amis Khas
Warna Kuning-
hijau
Merah-
hijauKehijauan
Tak
berwarna
Merah-
hijau
Seperti air
cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang ± Sepsis ± Meteorismus Infeksi
sistemik±
VII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis 1,3,4
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut :
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi
tinja, lendir dan/darah dalam tinja.
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
- Jumlah cairan yang masuk selama diare, Jenis makanan dan minuman
yang diminum selama diare, Penderita diare di sekitarnya dan sumber air
minum.
- Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti : batuk, pilek,
otitis media, campak.
2. Pemeriksaan Fisik 1,3,4
- Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun, Tanda tambahan: ubun-ubun
besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah, Tanda
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosis metabolic), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
- Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan criteria berikut :
Penilaian A B C
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut, lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum seperti biasa *Haus, ingin minum banyak*Malas minum, tidak bisa
minum
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat lambat
Hasil
pemeriksaanTanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan-sedang
Bila ada 1 tanda *
Ditambah 1 atau lebih tanda
lain
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda *
Ditambah 1 atau lebih tanda
lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 1,3
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan
darah lengkap, kultur urin dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut
:
- Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
- Urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
- Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Kimia : pH, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
- Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.
VIII. TATALAKSANA
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat maupun sedang
dirawat di Rumah Sakit, yaitu :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotic selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan
muntah 1,3,4
Berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Osmolaritas larutan baru lebih mendekati osmolaritas plasma, sehingga
kurang menyebabkan risiko terjadinya hipernatremia.Keamanan oralit ini
sama dengan oralit yang digunakan selama ini digunakan, namun
efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru juga
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga
30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO
dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada anak.
Komposisi oralit baru :
Oralit baru osmolaritas rendah Mmol/liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolaritas 245
Ketentuan pemberian oralit baru:
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali
BAB
Untuk anak 2 tahun lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
larutan harus dibuang.
Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 1,3,4
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak. Seng (Zink) elemental diberikan selama
10-14 hari meskipun anak telah tidak mengalami diare dengan dosis:
Umur di bawah 6 bulan : 10 mg/hari (½ tablet) per hari
Umur di atas 6 bulan : 20 mg/hari (1 tablet) per hari
Nutrisi 1,3,4
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai
umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai
pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6x sehari), rendah serat,
buah-buahan diberikan terutama pisang.
Medikamentosa 1,3,4
Antibiotik
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare
berdarah atau kolera. Pemberian antibiotic yang tidak rasional justru
akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu
keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh
dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian
antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman
terhadap antibiotik. Pada penelitian multiple ditemukan bahwa telah
terjadi peningkatan resistensi yang sering dipakai seperti ampisillin,
tetrasiklin, kloramfenikol dan trimetroprim sulfametoksazole dalam 15
tahun ini. Resistensi terjadi karena : inaktivasi obat melalui degradasi
enzimatik oleh bakteri, dan perubahan struktur membrane terhadap
antibiotic.
- Tanpa dehidrasi 1,3,4
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan New Oralit diberikan 5-10
ml/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun
sebanyak 50-100 ml. umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 ml, dan umur di
atas 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml setiap
BAB. Dapat diberikan cairan rumah tangga seperti air tajin, larutan garam
gula, kuah sayur-sayuran dsb, ASI harus terus diberikan.
Untuk anak dibawah 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan
cara 1 sendok tiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir atau
gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan, misalnya 1 sendok
tiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai diare berhenti.
Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali sehari)
serta rendah serat.
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
- Dehidrasi ringan-sedang 1,3,4
Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 ml/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5-10 ml/kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah Ringer
Laktat atau Kaen 3B atau NaCl dengan jumlah cairan yang dihitung
berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
Berat badan 3-10 kg 200 ml/kgBB/hari
Berat badan 10-15 kg 175 ml/kgBB/hari
Berat badan > 15 kg 135 ml/kgBB/hari
Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak bisa diberikan per-
oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama
dengan kecepatan 20ml/kg/jam. Setelah 3 jam keadaan pasien dievaluasi,
apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan penderita membaik
dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan dirumah dengan
memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan
diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan
dehidrasi berat, penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan
pengobatan terbaik adalah pemberian secara parenteral.
- Dehidrasi Berat
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan Ringer Laktat atau Ringer
Asetat 100 ml/kgBB dengan cara pemberian:
Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya
Umur di atas 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan
70 ml/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila dehidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar,
lakukan evaluasi. Pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu:
pengobatan diare tanpa dehidrasi atau pengobatan diare dengan dehidrasi
ringan-sedang. 1,3
Masukkan cairan per oral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi. 1,3
<2 tahun :
Kategori Ringan Sedang Berat
PWL 50 ml/kgBB 75ml/kgbb 125ml/kgbb
NWL 100 ml/kgBB 100ml/kgbb 100ml/kgbb
CWL 25 ml /KgBB 25ml/kgbb 25ml/kgbb
Total 175,ml/kgbb 200ml/kgbb 250ml/kgbb
2-5 tahun :
Kategori Ringan Sedang Berat
PWL 30ml/kgbb 50ml/kgbb 80ml/kgbb
NWL 65ml/kgbb 80ml/kgbb 80ml/kgbb
CWL 25ml/kgbb 25ml/kgbb 25ml/kgbb
Total 135ml/kgbb 155ml/kgbb 185ml/kgbb
Nasihat pada ibu atau pengasuh 1,3,4
Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah,
makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum
membaik daam 3 hari. Orang tua pengasuh diajarkan cara menyiapkan
oralit secara benar.
Langkah promotif/preventif:
7. ASI tetap diberikan
8. Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
9. Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
10. Imunisasi campak
11. Memberikan makanan penyapihan yang benar
12. Penyediaan air minum yang bersih
13. Selalu memasak makanan
IX. KOMPLIKASI
Beberapa masalah mungkin terjadi selama pengobatan rehidrasi. Beberapa
diantaranya membutuhkan pengobatan khusus.
a. Gangguan Elektrolit 1,3,4
- Hipernatermi, Hiponatremi, Hiperkalemi, Hipokalemi
b. Kegagalan upaya rehidrasi oral 1,3,4
Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu
misalnya pengeluaran tinja cair yang sering dengan volume yang banyak,
muntah yang menetap, tidak dapat minum, kembung dan ileus paralitik,
serta malabsorbsi glukosa. Pada keadaan-keadaan tersebut mungkin
penderita harus diberikan cairan intravena.
c. Kejang 1,3,4
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu dapat terjadi
kejang sebelum atau selama pengobatan rehidrasi, kejang tersebut dapat
disebabkan oleh karena hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau
anak yang gizinya buruk, hiperpireksia, kejang terjadi bila panas tinggi,
melebihi 400C, hipernatremi dan hiponatremi.
X. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare1,3
Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-
oral. Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada
cara berikut ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
1. Pemberian ASI yang benar
2. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih yang cukup
4. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis
buang air besar dan sebelum makan
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
6. Membuang tinja bayi yang benar
b. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host) 1,3
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
anak dan dapat mengurangi risiko diare antara lain:
1. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
2. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberikan
makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
3. Imunisasi campak
Akhir-akhir ini banyak diteliti tentang peranan probiotik, prebiotik dan
seng dalam pencegahan diare
DAFTAR PUSTAKA
1. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah
Salamia Idris, Ellen P. Gandaputra, Eva Devita Harmoniati,
penyunting. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis – Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta: jilid I. IDAI; 2010: 58-61.
2. Antonius H. Pudjiadi, Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah
Salamia Idris, Ellen P. Gandaputra, Eva Devita Harmoniati,
penyunting. Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis – Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta: jilid II. IDAI; 2011: 53.
3. Mohammad Juffrie, Sri Supar Yati Soenarto, Hanifah Oswari,
Sjamsul Arif, Ina Rosalina, Nenny Sri Mulyani. Diare Akut. Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta. Jilid I. Cetakan ketiga.
Badan Penerbit IDAI; 2012: 87-118.
4. Diare akut dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit. Jakarta. Cetakan pertama. WHO; 2009: 133-145
5. Sastroasmoro, sugido. Panduan pelayanan medis departemen ilmu
kesehatan anak. RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo.
RSCM. Jakarta : 2007