50
BAB I PENDAHULUAN Appendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada appendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Appendiks disebut juga umbai cacing. Appendisitis sering disalahartikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Appendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekolith, tumor Appendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. 1 Dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir insidensi appendisitis menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi Insiden Appendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada negara berkembang,. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi Appendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden Appendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, 1

Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lapaks bedah anak

Citation preview

Page 1: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

BAB I

PENDAHULUAN

Appendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada

appendiks dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui.

Appendiks disebut juga umbai cacing. Appendisitis sering disalahartikan dengan

istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Appendisitis akut

merupakan radang bakteri yang dicetuskan berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia

jaringan limfe, fekolith, tumor Appendiks dan cacing ascaris dapat juga menimbulkan

penyumbatan.1

Dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir insidensi appendisitis menurun

secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000

populasi Insiden Appendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada negara

berkembang,. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara

berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi

Appendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai

puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada

menjelang dewasa. Insiden Appendisitis sama banyaknya antara wanita dan laki-laki

pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rasionya

menjadi 3:2, kemudian angka yan tinggi ini menurun pada pria.2

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, obstruksi merupakan penyebab

yang dominan dan merupakan pencetus untuk terjadinya Appendisitis. Kuman-kuman

yang merupakan flora normal pada usus dapat berubah menjadi patogen, menurut

Schwartz kuman terbanyak penyebab Appendisitis akut adalah Bacteriodes Fragilis

bersama E.coli.3

Beberapa gangguan lain pada sistem pencernaan antara lain sebagai berikut:

Peritonitis; merupakan peradangan pada selaput perut (peritonium). Gangguan lain

adalah salah cerna akibat makan makanan yang merangsang lambung, seperti alkohol

dan cabe yang mengakibatkan rasa nyeri yang disebut kolik. Sedangkan produksi HCl

yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan

1

Page 2: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

usus halus, sehingga timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan

lebih parah kalau lambung dalam keadaan kosong akibat makan tidak teratur yang

pada akhirnya akan mengakibatkan pendarahan pada lambung. Gangguan lain pada

lambung adalah gastritis atau peradangan pada lambung. Dapat pula Appendiks

terinfeksi sehingga terjadi peradangan yang disebut Appendisitis.4

2

Page 3: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A.Appendiks Vermiformis

1. Pengertian Appendiks 

Appendiks atau umbai cacing adalah suatu organ yang terdapat pada sekum

yang terletak pada proximal colon. Appendiks dalam bahasa latin disebut sebagai

Appendiks vermiformis, ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa

jenis reptil. Appendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak

mempunyai fungsi tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi Appendiks adalah sebagai

organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobin (Ig-A)

walaupun dalam jumlah kecil.Apediks berisi makanan dan mengosongkan diri secara

teratur ke dalam sekum.Karena pengosongannya yang tidak efektif, dan lumennya

kecil, Appendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.4

2.Anatomi 

Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira

10cm dan perpangkal pada sekum, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus ileum

kuadran kanan bawah.Appendiks memiliki lumen sempit dibagian proximal dan

melebar pada bagian distal.Saat lahir, Appendiks pendek dan melebar

dipersambungan dengan sekum.Selama anak-anak, pertumbuhannya biasanya

berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal.Pada Appendiks

terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan bisa berguna dalam

menandakan tempat untuk mendeteksi Appendiks. Posisi Appendiks terbanyak adalah

Retrocaecal (74%) lalu menyusul Pelvic (21%), Patileal(5%), Paracaecal (2%),

subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).Appendiks dialiri darah oleh arteri apendicular

yang merupakan cabang dari bagian bawa arteri ileocolica.Arteri Appendiks termasuk

akhir arteri.Appendiks memiliki lebih dari 6 saluran limfe melintangi mesoAppendiks

menuju ke nodus limfe ileocaecal.4

3

Page 4: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Anatomi lokasi Appendiks :

Gambar 1.Anatomi Appendiks

3 Fisiologis

Walaupun Appendiks kurang memiliki fungsi, namun Appendiks dapat

berfungsi seperti organ lainnya.Appendiks menghasilkan lendir 1-2ml perhari.Lendir

dicurahkan ke caecum. Jika terjadi hambatan maka akan terjadi patogenesa

Appendisitis akut. GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat pada

Appendiks menghasilkan Ig-A.Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap

Appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan

limfe yang terdapat pada Appendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada

pada saluran cerna.1

B. Appendisitis akut

1.Pengertian

Appendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen Appendiks

oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Appendisitis akut adalah proses radang

4

Page 5: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

bakteria yang timbul secara mendadak, Appendisitis disebabkan oleh berbagai

faktor.5

Gambar 2. Infeksi Appendiks

2 Sejarah 

Ada beberapa fakta – fakta dalam buku ilmiah bahwa pada tahun 1500an para

ahli mengakui adanya hubungan yang sebenarnya dengan inflamasi yang

membahayakan dari daerah sekum yang disebut “pertyphilitist”. Meskipun dilaporkan

keberhasilan apendiktomi pertama pada tahun 1776, pada 1886 baru Reginal Flitz

yang membantu membuat aturan bedah dalam pengangkatan Appendiks yang

meradang sebagai pengobatan, yang sebelumnya dianggap fatal. Pada tahun 1889,

Charles McBurney mengenalkan laporan lama sebelum New York Surgical Society

mengemukakan akan pentingnya operasi Appendisitis akut dini serta kelembapan titik

maksimum dari perut yang ditentukan dengan menekan satu-tiga jari di garis yang

menghubungkan antara spina iliaca anterior superior dengan umbilicus. Lima tahun

kemudian ia menemukan pemisahan otot dengan pemotongan yang kini dikenal

dengan namanya.6

5

Page 6: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

3 Etiologi

Appendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses

radang bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya

Hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor Appendiks, dan cacing askaris yang

menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit

ini.namun ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya radang Appendiks,

diantaranya : 7

a. Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya Appendisitis (90%) yang

diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia jaringan

lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab

lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang

disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada bermacam-macam Appendisitis akut

diantaranya ; fekalith ditemukan 40% pada kasus Appendisitis kasus sederhana, 65%

pada kasus Appendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus

Appendisitis akut dengan rupture.7

b. Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada Appendisitis akut.

Adanya fekolith dalam lumen Appendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan

memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen

Appendiks, pada kultur didapatkan terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara

Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas,

Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman

anaerob sebesar 96% dan aerob<10%.7

6

Page 7: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

c. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ,

Appendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang

mudah terjadi Appendisitis.Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan

dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya

fekolith dan mengakibatkan obstruksi lumen.7

d. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.Bangsa kulit

putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi dari

Negara yang pola makannya banyak serat.Namun saat sekarang, kejadiannya

terbalik.Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi

serat.Justru Negara berkembang yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke

pola makan rendah serat, memiliki resiko Appendisitis yang lebih tinggi.7

e.Faktor infeksi saluran pernapasan

Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza dan

pneumonitis, jumlah kasus Appendisitis ini meningkat.Namun, hati-hati karena

penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan

Appendisitis.7

4. Patofisiologi

Obstruksi lumen Appendiks adalah titik awal munculnya gangren atau

perforasi appendisitis. Walau bagaimanapun pada beberapa kasus appendisitis yang

dini lumen appendiks masih utuh walaupun sudah ada inflamasi mukosa dan

hiperplasia limfoid.Agen infeksi seperti virus (terbanyak) akan mengawali respon

inflamasi pada lumen appendiks yang sempit sehingga timbul obstruksi luminal.

Obstruksi dengan sekresi mukosa yang terus menerus dan eksudat inflamasi akan

7

Page 8: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

meningkatkan tekanan intraluminal, ini akan menghambat aliran limfa. Luminal

Capacity Appendic adalah 0.1 ml, bila sekresinya 0.5ml sahaja distal terhadap

obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal 50cm H20.5,6.8

Mukosa dari appendiks mempunyai sifat khusus dimana ia masih dapat

menghasilkan sekresi pada tekanan yang tinggi sehingga distensi dari lumen akan

terus meningkat. Distensi ini akan merangsang ujung saraf viseral yang mensarafi

appendiks sehingga muncul nyeri. Nyeri awalnya dirasakan pada umbilikal dan

kwadran bawah epigastrium dengan nyerinya yang tumpul dan difus.Nyeri ini

dirasakan pada umbilikal karena persarafan appendiks berasal dari Thorakal 10 yang

lokasinya pada umbilikal. Maka nyeri pada umbilikal merupakan suatu Reffered

Pain.3,4

Distensi dari appendiks juga akan meningkatkan peristalsis usus sehingga

menimbulkan nyeri kolik. Distensi appendiks dengan mukus ini dikenali dengan

Mucocele Appendiks. Selain faktor-faktor ini kuman komensal dalam appendiks yang

bermultiplikasi juga akan meningkatkan distensi dari appendiks. Pada kondisi ini

resolusi dapat terjadi dengan spontan atau dengan antibiotik. Apabila penyakitnya

berlanjut, distensi appendiks yang semakin bertambah ini akan menyebabkan

obstruksi vena dan iskemia pada dinding appendiks.9

Tekanan dalam lumen yang semakin meningkat akan meningkatkan tekanan

vena dan menyebabkan oklusi venula dan kapiler, tetapi aliran arteriol tidak

terganggu sehingga akan menimbulkan kongesti vaskular appendiks. Kongesti ini

akan menimbulkan refleks nausea dan muntah diikuti dengan nyeri viseral ynag

semakin meningkat.9

Selanjutnya apabila serosa dari appendiks mulai terganggu ,diikuti dengan

kehadiran Muscularis Hiatus dan peritonitis lokal, akan menimbulkan gejala nyeri

alih ke kuadran kanan bawah. Bila invasi dari bakteri bertambah dalam, akan muncul

gejala-gejala demam, takikardia dan leukositosis akibat absorbsi toxin bakteri dan

produk dari jaringan yang mati.9

Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat dikwatirkan pada appendisitis

akut.Peritonitis terjadi akibat migrasi bebas bakteri melalui dinding appendiks yang

8

Page 9: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

iskemik, perforasi gangren appendiks atau melalui abses appendiks yang lanjut.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya peritonitis adalah usia lanjut,

immunosupresi, diabetes mellitus, obstruksi fecalit pada lumen appendiks, pelvic

appendic dan riwayat operasi abdomen, karena ini mengurangi kemampuan omentum

untuk menutupi penyebaran kontaminan peritonitis.10

Pasien dengan faktor-faktor di atas lebih mudah mengalami perburukan klinis

yang berakhir dengan peritonitis diffuse dan Sindroma Septik Sistemik.

5.GambaranKlinis

Perjalanan penyakit Appendisitis akut memiliki gejala yang sangat luas.

gejalanya berupa gejala nyeri perut yang difus yang sering berlokasi di epigastrium

atau periumbilical area yang diikuti muntah. Setelah 4-6jam nyeri berlokasi di

kuadran kanan bawah.Namun lokasi nyeri berbeda untuk tiap – tiap orang karena

perbedaan letak anatomis tiap orang.10

Sebelum pemeriksaan fisik dimulai, pasien harus ditanya titik area nyeri dan

mengamati tekanan jari yang diperlukan untuk menimbulkan atau memperkuat

sakitnya.Hasilnya tindakan ini sering memberikan bukti tegas bagi iritasi peritoneum

lokalisata.Anoreksia hampir selalu ditemui pada Appendisitis yaitu sekitar 95% dari

pasien dan kemudian baru diikuti nyeri perut. Jika tidak ada anoreksia, diagnose

pasien akan tetap dipertanyakan. Mual ditemukan sekitar 75% dari pasien, mulanya

tidak bersifat terus-menerus tapi mulanya hanya satu sampai dua kali. Ada sebagian

pasien sebelum nyeri perut dadahului oleh obstipasi dan merasakan nyeri berkurang

dengan cara buang air besar.10

Tanda yang dapat kita temukan pada pemeriksaan fisik adalah sikap penderita

yang dating dengan posisi membungkuk dan bila berbaring kaki kanan sedikit

ditekuk. Kita akan menemukan peningkatan suhu ringan yaitu sekitar 37,50-38,50.

Jika lebih maka ditemukan perforasi. Pasien Appendisitis cenderung untik tidur

menelungkup, memegang erat sebelah kanan, setiap gerakan akan meningkatkan

nyeri dan jika diminta bergerak, akan dilakukan secara perlahan-lahan.11

9

Page 10: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Pada inspeksi tidak ditemukan adanya gambaran spesifik, pada pemeriksaan

abdomen selelu harus dilakukan dengan lembut untuk mendapat kepercayaan pasien

dan memungkinkan deteksi peritoneum. Pemeriksaan dari kiri ke kanan untuk menilai

ridgiditas atau defans muskuler ringan. Palpasi lembut demikian tidak akan

mengeksarsbasi nyeri. Tujuan palpasi abdomen untuk mementukan apakah pasien

menderita iritasi peritoneum atau tidak. Tanda iritasi peritoneum adalah nyeri tekan

lokalisata; ridgiditas atau atau defans muskuler serta nyeri lepas. Nyeri lepas

merupakan tanda yang bermakna bagi dokter. Kalau disuruh batuk akan terasa nyeri

diperut sebelah kanan dan penderita dapat menunjukan nyeri dari umbilicus dan

pindah serta menetap pada perut sebelah kanan bawah. Ada ditemukan beberapa

macam tanda diantaranya McBurney’s Sign, Rovsing’s Sign, Psoas Sign, Obturator

Sign dan Mefadden’s Sign. Letak nyeri pada Appendisitis akut diproyeksikan dengan

dengan titik McBurney, titik ini terletak pada 5-2 inch dari procesus spinosus anterior

pada ileum diatas garis lurus yang menghubungkan antara procesus dengan

umbilicus.1

Pada Rovsing’s Sign nyeri pada saat palpasi pada kuadran kanan dan kiri

bawah, karena terjadi penekanan oleh udara yang menunjukan adanya iritasi

peritoneal. Ketahanan otot pada saat palpasi sering dihubungkan dengan tingkat

keparahan proses radang. Tanda psoas dilakukan dengan cara penderita berbaring,

paha difleksikan akan terasa nyeri karena otot psoas berkontak dengan peritoneum

dekat Appendiks. Keadaan ini khas pada difleksikan dan diemdorotasikan dengan

otot obturator interna. McFaden Sign dilakukan dengan cara Appendiks posisis pelvis

bisa merangsang kandung kening, sering pada anak –anak terjadi miksi setelah nyeri.3

Tanda –tanda yang dapat kita temukan pada pemeriksaan fisik adalah sikap

penderita yang datang dengan posisi membungkuk dan bila berbaring kaki kanan

sedikti ditekuk. Kita akan menemukan peningkatan suhu ringan yaitu sekitar 37,5-

38,5 0C. Jika lebih maka akan terjadi perforasi. Pasien Appendisitis cenderung untuk

tidur menelungkup, memegang erat sebelah kanan, setiap gerakan akan meningkatkan

nyeri dan jika diminta bergerak, akan dilakukan secara perlahan-lahan.10

10

Page 11: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Pada inspeksi tidak ditemukan adanya gambaran spesifik.Pemeriksaan fisik

abdomen selalu harus dilakukan dengan lembut untuk mendapatkan kepercayaan

pasien dan memungkinkan untuk deteksi tanda peritoneum. Pemeriksaan dari kiri ke

kanan dapat menilai rigiditas atau defans meskuler ringan. Palpasi lembut demikian

tidak mengeksaserbasi nyeri-nyeri dalam area nyeri tekan maksimum.Tujuan palpasi

abdomen untuk menentukan apakah pasien menderita iritasi peritoneum atau tidak.

Tanda iritasi peritoneumadalah nyeri tekan lokalisata, rigiditas atau defans muskuler

serta nyeri lepas. Nyeri lepas merupakan tanda yang bermakna bagi dokter.1

Jika batuk akan terasa nyeri di perut sebelah kanan dan penderita dapat

menunjukkan nyeri dari umbilicus dan pindah serta menetap pada perut kanan bawah.

Ada ditemukan beberapa macam tanda diantaranya Mc Burney’s Sign, Rovsing’s

Sign, Psoas Sign, Obturator Sign dan McFadden Sign. Letak nyeri pada Appendisitis

akut diproyeksikan dengan titik Mc Burney, dimana titik ini terletak pada 5-2 inchi

dari procesus dengan umbilicus.Pada Rovsing’s nyeri pada saat palpasi pada quadrant

kanan dan kiri bawah, karena terjadi penekanan oleh udara menunjukkan adanya

iritasi peritoneal. Ketahanan otot pada saat palpasi sering dihubungkan dengan tingkat

keparahan proses radang. Tanda psoas berkontak dengan peritoneum dekat apendik.

Keadaan ini khas pada difleksikan dan diendorotasikan, akan terasa nyeri karena

terjadi kontak Appendiks denagn otot obrurator interna. Mc Fadden’s Sign dilakukan

denagn cara pada Appendiks posisi pelvis bisa merangsang kandung kencing, sering

pada anak-anak terjadi miksi setelah nyeri.1,5

Diagnosis klinis Appendisitis akut masih bisa salah 15%-20% walaupun telah

dilakukan pemeriksaan dilakukan dengan teliti dam cermat.Angka ini tinggi untuk

pasien perempuan dibanding laki-laki.Hal ini disebabkan perempuan yang masih

muda sering memiliki gejala yang mirip Appendisitis akut. Keluhan itu biasanya

berasal dari genetalia internal oleh karena ovulasi, radang perlvis dan lain-lain.1,5

Untuk lebih memudahkan diagnosis klinis Appendisitis, para klinisi telah berhasil

mengembangkan berbagai metode diagnosis. Salah satunya adalah dengan

menggunakan indeks alvarado, berikut adalah indeks alvarado:1,4

11

Page 12: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Table 1. Alvarado Skor

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan dengan menjumlah setiap skor,

kemudian kemungkinan diagnosis Appendisitis adalah berdasarkan pembagian

interval nilai yang diperoleh tersebut.

1. Skor >8 : Berkemungkinan besar menderita Appendisitis. Pasien ini dapat

langsung diambil tindakan pembedahan tanpa pemeriksaan lebih lanjut. Kemudian

perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan patologi anatomi.

2. Skor 2-8 : Tingkat kemungkinan sedang untuk terjadinya Appendisitis. Pasien ini

sbaiknya dikerjakan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen ataupun CT

scan.

3. Skor <2 : Kecil kemungkinan pasien ini menderita Appendisitis. Pasien ini tidak

perlu untuk di evaluasi lebih lanjut dan pasien dapat dipulangkan dengan catatan tetap

dilakukan follow up pada pasien ini. 

12

Page 13: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Diagnosa klinis intra Appendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi

menjadi beberapa tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan

Appendiks,yaitu:8

1.    Appendisitis Akut Sederhana 

Gejalanya diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati / daerah pusat, mungkin

disertai dengan kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan.Pada

fase ini seharusnya didapatkan adanya leukositosis. Pada fase ini Appendiks dapat

terlihat normal, hiperemi atau edema, tak ada eksudet serosa.

2.    Appendisitis Akut Supurativa

Ditandai dengan adanya rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas

di titik McBurney, adanya defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

Nyeri dan defans muskuler dapat teIjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-

tanda periotnitis umum, seperti demam tinggi. Bila perforasi barn terjadi, Leukosit

akan pergi ke jaringan-jaringan yang meradang tersebut, maka mungkin kadar

leukosit di dalam darah dapat turun, sebab belum sempatnya tubuh merespon

kebutuhan leukosit yang tiba-tiba meninggi.

Namun setelah tubuh sempat merespon kebutuhan ini maka jumlah leukosit akan

meninggi di dalam darah tepi.  Appendisitis akut supurativa ini kebanyakan terjadi

karena adanyaobstruksi.Appendiks dan meso Appendiks udem, hiperemi, dan di

dalam lumen terdapat eksudatfibrinopurulen.

3.    Appendisitis Akut Gangrenosa

Tampak Appendiks udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu, dinding

Appendiks berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitamann. Pada Appendiksitis

akut gangrenosa ini bisa terdapat mikroperforasi.

13

Page 14: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

4.    Appendisitis Akut Perforasi

Pada dinding Appendiks telah teIjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi

oleh jaringan nekrotik.

5.    Appendisitis Akut Abses

Abses akan timbul di fossa iliaka kanan lateral dekat caecum, retrocaecal dan pelvis

mengandung pus yang sangat banyak dan berbau.

Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi

bebas maupun perforasi pada Appendiks yang telah mengalami pendindingan

sehingga berupa massa yang terdiri dari kumpulan Appendiks, sekum dan keluk

usus.10

1. Perforasi

Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap paslen Appendisitis akut.

Perforasi disertai dengan nyeri yang lebih hebat dan demam tinggi (sekitar 38,3 0C).

Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada apendiktektomi yang

dilakukan pada pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun, ditemukan

50 % nya telah mengalami perforasi . Akibat perforasi ini sangat bervariasi mulai dari

peritonitis umum, sampai hanya berupa abses kecil yang tidak akan mempengaruhi

manifestasi kliniknya.

2. Peritonitis

Peritonitis lokal dapat disebabkan oleh mikroperforasi sementara peritonitis umum

dikarenakan telah terjadinya perforasi yang nyata.Bertambahnya nyeri dan kekakuan

otot, ketegangan abdomen dan adinamic ileus dapat ditemui pada pasien Appendisitis

dengan perforasi.

14

Page 15: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

3. Apendikal abses (massa apendikal)

Perforasi yang bersifat lokal dapat terjadi saat infeksi periapendikal diliputi oleh

omentum dan viseral yang berdekatan . Manifestasi kliniknya sarna dengan

Appendisitis biasa disertai dengan ditemukannya massa di kwadran kanan bawah.

Pemeriksaan USG dan CT scan bermanfaat untuk

menegakan diagnosis.

4. Pielofleblitis

Pielofleblitis adalah trombofleblitis yang bersifat supuratif pada sistem vena

portal.Dernam tinggi, menggigil, ikterus yang samar-samar, dan nantinya dapat

ditemukan abses hepar, merupakan pertanda telah tetjadinya komplikasi

ini.Pemeriksaan untuk menemukan trombosis dan udara di vena portal yang paling

baik adalah CT scan.

Pada beberapa keadaan Appendisitis akut agak sulit di diagnosis sehingga tidak

ditangani pada waktunya dan terjadi kornplikasi misalnya:

- Pada anak, biasanya diawali dengan rewel, tidak mau makan, tidak bisa melukiskan

nyerinya, sehingga dalam beberapa jam kemudian terjadi muntah-muntah, lemah dan

letargi. Gejala ini tidak khas pada anak sehingga Appendisitis diketahui setelah

terjadi komplikasi.

- Pada wanita hamil, biasanya keluhan utamanya adalah nyeri perut mual dan muntah.

Pada wanita hamil trimester pertama juga terjadi mual muntah.Pada kehamilan lanjut

sekum dengan Appendiks terdorong ke kraniolateral sehingga keluhan tidak

dirasakan di perut kanan bawah tetapi ke regio lumbal kanan.

- Pada usia lanjut, gejalanya sering samar-samar sehingga sering terjadi terlambat

diagnosis. Akibatnya lebih dari separuh penderita yang datang mengalami perforasi.

15

Page 16: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Hal yang dilakukan untuk mendiagnosa Appendisitis adalah pemeriksaan melalui

anus.Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan fisik yang paling akhir dilakukan,

karena kurang penting dibandingkan dengan pemeriksaan abdomen.Dapat untuk

menduga posisi Appendiks yang meradang tersebut.

Pemeriksaan masih diperlukan untuk Appendisitis akut.Tes laboratorium

untuk Appendisitis akut bersifat nonspesifik.Nilai hitung leukosit pada 90% pasien

Appendisitis akut yang lebih dari 100.000 permikroliter dan kebanyakan juga

pergeseran ke kiri dalam hitung jenis. Nilai ambang untuk leukosit yaitu sekitar

10.000 sampai 18.000 mm3. Jika nilai lebih dari nilai ambang yang di atas maka

berkemungkinan terjadinya appendisitis yang perforasi dengan abses ataupun tanpa

abses.

Seringkali penelitian sebelumnya, penghitungan sel darah putih yang normal

bisa didapat pada awal penyakit dan peningkatan mungkin diantisipasi sesuai dengan

keparahan penyakit.karena alasan ini, ukuran berkala dari penghitungan sel darah

putih bisa meragukan pembuktian dari keakutan dari tes. Berdasarkan keadaan klinis,

harusnya diperlihatkan secara rutin yaitu:

a. Analisa urin 

Test ini bertujuan untuk meniadakan batu ureter dan untuk evaluasi kemungkinan dari

infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.

b. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase ini membantu mendiagnosa

peradangan hati, kandung empedu dan pancreas jika nyeri dilukiskan pada perut

bagian tengah bahkan kuadrant kanan atas.

c. Serum B-HCG untuk memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.

d. Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada

pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi

inflamasi pada Appendiks.Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian

16

Page 17: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

yang menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari Appendiks yang mengalami

inflamasi serta adanya pelebaran sekum.11

Kebanyakan kasus Appendisitis akut didiagnosa tanpa memperlihatkan

kelainan radiologi. Kelainan rongtenollogi yang menggambarkan Appendisitis akut

dini adalah deus ringan apendikolitiasis. Foto polos bisa memperlihatkan densitas

jaringan lunak dalam kuadran kanan bawah, bayangan psoas kanan abnormal, gas

dalam lumen Appendiks dan ileus lebih menonjol.Foto pada keadaan berbaring

bermanfaat dalam mengevaluasi keadaan-keadaan patologi yang meniru Appendisitis

akut. Contohnya udara bebas intra .peritoneum yang mendokumentasi perforasi

berongga seperti duodenum atau kolon.11

Kelainan berupa radioopaq, benda asing serta batas udara cairan di dalam usus

yang menunjukkan obstruksi usus.Sejumlah laporan tentang manfaat enema barium

telah jelas mencakup beberapa komplikasi.Pemeriksaan enema barium jelas tidak

diperlukan dalam kebanyakan kasus Appendisitis akut dan mungkin harus

dicadangkan bagi kasus yang lebih rumit, terutama yang dengan resiko operasinya

berlebihan. 11

6. Differensial Diagnosa

Diagnosis appendisitis memiliki kemiripan dengan diagnosa penyakit lainnya,

karena itulah pada sekitar 15-20% kasus terjadi kesalahan diagnosis klinis. Penyakit

yang memiliki gejala mirip antara lain: 7

a.Gastroenteritis

Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit.Sakit perut lebih ringan dan

terbatas tegas.Hiperperistaltis sering ditemukan.Panas dan leukosit kurang menonjol

dibandingkan Appendisitis akut.laboratorium biasanya normal karena hitung normal.

b. Limfedenitis Mesenterika

Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit

perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan, perut samar

terutama kanan.

17

Page 18: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

c. Demam Dengue

Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil

positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, hematokrit yang meningkat.

d.Infeksi Panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan Appendisitis akut.Suhu

biasanya lebih tinggi daripada Appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih

difus.Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin.Pada

gadis dapat dilakukan pemeriksaan melalui dubur jika perlu untuk diagnosis banding.

Rasa nyeri pada pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.

f. Gangguan alat kelamin perempuan

Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada

pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan nyeri biasa hilang dalam

waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari, pada

anamnesis nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu.

h. Kehamilan di luar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak

menentu Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai pendarahan maka akan

timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri dan

penonjolan rongga Douglas didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan didapatkan

pada kuldosintesis.

i. Divertikulosis Meckel

Gambaran klinisnya hampir serupa dengan Appendisitis akut. Pembedaan sebelum

operasi hanya teoritis dan tidak perlu, sejak diverticulosis Meckel dihubungkan

dengan komplikasi yang rnirip pada Appendisitis akut dan diperlukan pengobatan

serta tindakan bedah yang sama.

18

Page 19: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

j. Intussusepsi

Ini harus dibedakan dengan Appendisitis akut karena pengobatan berbeda umur

pasien sangat penting, Appendisitis jarang pada umur di bawah 2 tahun sedangkan

hampir seluruh Intususception idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun.

k. Ulkus Peptikum yang Perforasi

Ini sangat mirip dengan Appendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap

turun ke daerah usus bagian kanan (Saekum).

l.Batu Ureter

Jika diperkirakan mengendap dekat Appendiks, ini menyerupai Appendisitis

retrocecal.Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis, hematuria dan / atau demam

atau leukosotosis membatu. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.

7.Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan Appendisitis akut meliputi terapi medis dan

terapi bedah.Terapi medis terutama diberikan pada pasien yang tidak mempunyai

akses ke pelayanan bedah, dimana pada pasien diberikan antibiotik.Namun sebuah

penelitian prospektif menemukan bahwa dapat terjadi Appendisitis rekuren dalam

beberapa bulan kemudian pada pasien yang diberi terapi medis saja. Selain itu terapi

medis juga berguna pada pasien Appendisitis yang mempunyai risiko operasi yang

tinggi.1 Namun pada kasus Appendisitis perforasi, terapi medis diberikan sebagai

terapi awal berupa antibiotik dan drainase melalui CT-scan pada absesnya. The

Surgical Infection Society menganjurkan pemberian antibiotik profilaks sebelum

pembedahan dengan menggunakan antibiotik spektrum luas kurang dari 24 jam untuk

Appendisitis non perforasi dan kurang dari 5 jam untuk Appendisitis perforasi.5

Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah

pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat Appendisitis

dengan perforasi.5

19

Page 20: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

1.    Cairan intravena 

cairan yang secara massive ke rongga peritonium harus di ganti segera dengan

cairan intravena, jika terbukti terjadi toxix sistemik, atau pasien tua atau kesehatan

yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena central. Balance cairan harus

diperhatikan. Cairan atau berupa ringer laktat harus di infus secara cepat untuk

mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan tekanan darah serta pengeluaran

urin pada level yang baik. Darah di berikan bila mengalami anemia dan atau dengan

perdarahan secara bersamaan.

2.    Antibiotik

Pemberian antibiotik intraven diberikan untuk antisipasi bakteri patogen,

antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3 cephalosporins, ampicillin–

sulbaktam, dll, dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian

antibiotik postops harus di ubeah berdasarkan kulture dan sensitivitas.Antibiotik tetap

diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit. Setelah memperbaiki

keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan pipa nasogastrik perlu di

lakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari appendisitis perforasi.

Terapi bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik

apendiktomi.Apendiktomi terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan

Appendiks. Mencakup McBurney, Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi. Dilakukan

diseksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan transversal untuk membuat

suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum

Appendiks dikeluarkan ke lapangan operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa

yang terkena di-cauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan

inversi pada ujungnya, kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi

ditutup.12

20

Page 21: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Laparoskopik apendiktomi mulai diperkenalkan pada tahun 1987, dan telah

sukses dilakukan pada 90-94% kasus Appendisitis dan 90% kasus Appendisitis

perforasi.Saat ini laparoskopik apendiktomi lebih disukai. Prosedurnya, port

placement terdiri dari pertama menempatkan port kamera di daerah umbilikus,

kemudian melihat langsung ke dalam melalui 2 buah port yang berukuran 5 mm. Ada

beberapa pilihan operasi, pertama apakah 1 port diletakkan di kuadran kanan bawah

dan yang lainnya di kuadran kiri bawah atau keduanya diletakkan di kuadran kiri

bawah. Sekum dan Appendiks kemudian dipindahkan dari lateral ke medial. Berbagai

macam metode tersedia untuk pengangkatan Appendiks, seperti dectrocauter,

endoloops, stapling devices.12

21

Page 22: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Mengenai pemilihan metode tergantung pada ahli bedahnya.Appendiks

kemudian diangkat dari abdomen menggunakan sebuah endobag. Laparoskopik

apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya lebih

bagus dari segi kosmetik dan mengurangi infeksi pascabedah. Beberapa penelitian

juga menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga mempersingkat masa

rawatan di rumah sakit. Kerugian laparoskopik apendiktomi antara lainmahal dari

segi biaya dan juga pengerjaannya yang lebih lama, sekitar 20 menit lebih lama dari

apendiktomi terbuka. Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat dengan

peningkatan pengalaman. Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi adalah pada

pasien dengan perlengketan intra-abdomen yang signifikan. 12

8.Komplikasi

Komplikasi yang sering ditemukan adalah infeksi, perforasi, abses intra

abdominal/pelvis, sepsis, syok, dehisensi. Perforasi yang ditemukan baik perforasi

bebas maupaun perforasi pada Appendiks yang telah mengalami pendindingan,

sehingga membentuk massa yang terdiri dari kumpulan Appendiks, sekum dan keluk

usus. Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi

yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.Komplikasi utama adalah infeksi

luka dan abses intraperitonium.Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen

dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik.Pasca appendektomi diperlukan

perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan

besar infeksi intra-abdomen.1

9.Prognosis

Bila ditangani dengan baik, prognosis Appendiks adalah baik. Secara umum

angka kematian pasien Appendiks akut adalah 0,2-0,8%, yang lebih berhubungan

dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat intervensi tindakan.3

22

Page 23: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Penderita

Nama : Ny. S. U. P

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 24 tahun

Tempat dan tanggal lahir : Genggulang, 18 April 1991

Alamat : Genggulang Ling 3

Agama : Islam

Tanggal masuk rumah sakit : 13 Mei 2015

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama :Nyeri perut bagian kanan bawah

2. Riwayat penyakit

Nyeri perut kanan bawah dialami penderita sejak ± 2 hari

SMRS.Awalnya nyeri dirasakan di seluruh perut terlebihdi region umbilicus

dan suprapubic yang kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Riwayat

demam (+) sejak 1 hari SMRS, riwayat mual dan muntah 1 hari SMRS.

Nafsu makan menurun sejak 2 hari lalu. Riwayat nyeri saat batuk (+). Riwayat

BAB dan BAK normal.Penderita kemudian dibawa ke RSU Datu Binangkang

dan kemudian dirujuk ke RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado

3. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat ISK (-)

4.Riwayat penyakit keluarga: Hanya penderita yang sakit seperti ini.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Sedang

2. Kesadaran

Compos mentis

3. Vital sign

Tekanan Darah : 100/60

23

Page 24: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Heart Rate : 100 kali/menit

Frekuensi pernapasan: 24 kali/menit

Suhu badan : 36,5°C

4. Kepala

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Pupil bulat isokor kiri dan

kanan diameter 3mm, RC +/+

5. Leher

Tidak ada kelainan

6. Thoraks

Inspeksi : Simetris kiri=kanan

Auskultasi : Suara pernapasan kiri=kanan

Palpasi : Stem fremitus kiri=kanan

Perkusi : Sonor kiri=kanan

7. Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising Usus (+) meningkat

Palpasi : Dinding abdomen Lemas, NT (+) di titik MC.Burney

Rovsing sign (-), Psoas sign (+), Obturator sign (+)

Perkusi : timpani

8. Ekstremitas

Akral hangat,CRT< 2”, deformitas (-)

9. Status Ginekologis (konsul bagian Obs-Gyn)

P0A0 24 tahun dengan ginekologi tidak ada kelainan

24

Page 25: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Alvarado skor :

Gejala Skor

Nyeri berpindah 1

Anoreksia 1

Mual dan muntah 1

Tanda

Nyeri tekan kuadran kanan bawah 2

Nyeri tekan lepas 1

Peningkatan suhu tubuh 1

Laboratorium

Leukositosis 2

Hitung leukosit terdapat pergeseran ke kiri -

Total 9

D. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium 13/05/2015

Hematologi

Leukosit : 13.020/uL MCH : 29 pg

Eritosit : 5,34 x 106/uL MCHC : 34 g/dL

Hb : 15,4 g/dl MCV : 85 fL

Hematokrit : 45,5%

Trombosit : 197.000/uL

Kimia Klinik

SGOT : 16 U/L GDS : 96 mg/dL

SGPT : 8 U/L Cl Darah : 107,0 mEq/L

Ureum darah : 40 mg/dL K darah : 4,00 mEq/L

Creatinin darah : 0,8 mg/dL Na Darah : 137 mEq/L

25

Page 26: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Urinalisis

Warna : Kuning Protein : ++

Kekeruhan : Jernih Glukosa : +

Berat Jenis : 1030 Keton : +++

pH : 5 Urobilinogen : +

Leukosit : + Bilirubin : +

Nitrit : Positif Darah/Eritrosit : +

E. Diagnosis

Appendisitis akut

F. Terapi

IVFD RL 20 gtt/m

Ceftriaxone 2 x 1 g iv

Ranitidin 2 x 1 iv

Pro laparotomi eksplorasi CITO 14 april 2015

LAPORAN OPERASI

Diagnosa pra bedah : Appendisitis akut

Diagnosa pasca bedah :Appendicitis akut

Mulai : 05:15 -07:35 WITA

Tindakan Pembedahan:

Appendiktomi

1. Penderita tidur terlentang dengan spinal Anestesi

2. A/antisepsi daerah lapangan Operasi

3. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril

4. Dilakukan insisi obliq melewati titik mcburney ± 4 cm, diperdalam lapis demi

lapis secara tajam sampai peritoneum

5. Peritoneum dibuka keluar cairan seropurulen ± 30 cc

6. Identifikasi lebih lanjut tampak omentum laksis ke kanan bawah, kemudian

dilakukan identifikasi caecum; tampak appendiks letak rectocaecal, ukuran ±

10 x 1 cm tampak perforasi di 1/3 proximal

26

Page 27: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

7. Dilakukan appendectomy secara retrograde, kontrol perdarahan, identifikasi

organ lain tidak ada kelainan

8. Dan luka operasi ditutup lapis demi lapis

9. Operasi selesai

15/05/2015 Post Op

S : panas (+)

O : TD : 120/70 N: 96 x/m, R: 24 x/m, S: 37,9oC

Abd : I: datar, Luka operasi terawat,

A: BU(+)

P: Lemas

P: Timpani

A : Post Apendectomi hari 2

P : IVFD NaCl 0,9 % + Aminofluid D5 -18 gtt/m

Ceftriaxone 2x1 gr iv

Metrodinazole 500 3x1 gr iv

Ranitidin 3x1 iv

Ketorolac 3 x1 iv

Rawat Luka

Hasil Lab: Laboratorium 15/05/2015

Leukosit : 13430/mm3

Eritosit : 3,76 x 106/mm3

Hb : 10,8 g/dl

Hematokrit : 32,3%

27

Page 28: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Trombosit : 161 10^3/uL

16/05/2015 Post Op

S : panas (+) BAB (+)

O : TD : 120/70 N: 96 x/m, R: 24 x/m, S: 37,9oC

Abd : I: datar, Luka operasi terawat,

A: BU(+)

P: Lemas

P: Timpani

A : Post Apendectomi hari 2

P : IVFD NaCl 0,9 % + Aminofluid D5 -18 gtt/m

Ceftriaxone 2x1 gr iv

Metrodinazole 500 3x1 gr iv

Ranitidin 3x1 iv

Ketorolac 3 x1 iv

Rawat Luka

Sanmol Drips bila perlu

17/05/2015

S : Nyeri perut berkurang

O : Abd : I: datar, Luka operasi terawat,

A: BU(+)

P: Lemas

P: Timpani

A : Post Apendectomi hari 3

P : Aff Infus

Ciprofloxacin 2 x 500 mg

Ranitidin 3x1 tab

Asam mefenamat 3x1 tab

Rawat Luka

28

Page 29: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

18/05/2015

S : Nyeri (-); demam (-); BAB (+)

O : Abd : I: datar, Luka operasi terawat,

A: BU(+)

P: Lemas

P: Timpani

A : Post Apendectomi hari 3

P : Aff Infus

Ciprofloxacin 2 x 500 mg

Ranitidin 3x1 tab

Asam Mefenamat 3x1 tab

Rawat Luka

Besok rencana rawat jalan

19/05/2015

S : Nyeri (-); demam (-); BAB (+)

O : Abd : I: datar, Luka operasi terawat,

A: BU(+)

P: Lemas

P: Timpani

A : Post Apendectomi hari 3

P : Aff Infus

Cefixime 2 x 1 tab

Ranitidin 3x1 tab

Asam Mefenamat 3x1 tab

R/ rawat jalan

BAB IV

PEMBAHASAN

29

Page 30: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang.Dari anamnesis pada pasien ini diperoleh pasien seorang

wanita berusia 24 tahun dengan keluhan utama nyeri pada bagian perut kanan

bawah. Nyeri perut kanan bawah dialami penderita sejak ± 2 hari SMRS. Awalnya

nyeri dirasakan di seluruh perut terlebih di regio umbilikus dan suprapubik yang

kemudian berpindah ke perut kanan bawah. Riwayat demam (+) sejak 1 hari SMRS,

riwayat mual dan muntah 1 hari SMRS. Nafsu makan menurun sejak 2 hari lalu.

Riwayat nyeri saat batuk (+). Riwayat BAB dan BAK normal. Pasien kemudian

dibawa ke RSU Datu Binangkang dan kemudian dirujuk ke RSUP Prof. dr. R. D.

Kandou Manado. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda – tanda vital normal.

Selain itu pada pemeriksaan fisik pada regio abdomen ditemukan dari adanya nyeri

tekan pada titik McBurney, rovsing sign (-), psoas sign (+), Obturator sign (+),

Dunphy Sign (+). dari auskultasi ditemukan bising usus meningkat. Selain itu pada

pemeriksaan penunjang didapatkan adanya peningkatan leukosit.

Diagnosis appendisitis pada wanita lebih lebih sulit untuk ditegakkan, dimana

kesalahan diagnosis lebih tinggi pada wanita (22,2%) daripada pria (9,3%). Angka

negatif appendektomi pada wanita dalam masa reproduktif adalah 23,3%, dengan

angka tertinggi berada pada usia 40-49 tahun. Angka negatif appendektomi tertinggi

yang dilaporkan pada wanita berada pada usia 80> tahun. Sesuai dengan data diatas,

dimana dibutuhkan konsultasi dari bagian Obs-Gyn untuk mencegah kesalahan

diagnosis karena pasien berjenis kelamin wanita dan berada pada usia reprodutif 23

tahun.3

Dari Anamnesis pada pasien didapatkan mual muntah (+), Anoreksia (+),

migration of pain (+). Mual muntah dirasakan pasien sejak 1 hari sebelum SMRS.

Nyeri perut di bagian kanan bawah dirasakan sejak 2 hari SMRS, awalnya nyeri

berada pada region umbilikus dan suprapubic kemudian nyeri berpindah ke kuadran

kanan bawah (titik Mcburney). Distensi dari appendiks menstimulasi regangan

serabut ujung saraf aferen viseral, menghasilkan nyeri yang samar-samar, tumpul, dan

difus pada daerah midabdomen atau epigastrium bagian bawah. Peristaltik juga

distimulasi, kram pada abdomen mungkin juga didapatkan melapisi nyeri viseral pada

30

Page 31: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

awal gejala appendisitis. Distensi abdomen meningkat karena berlanjutnya sekresi

mukosa dan multifikasi yang pesat dari bakteri residen pada appendiks. Distensi

appendiks pada tingkatan ini biasanya menyebabkan refleks mual dan muntah, dan

nyeri viseral yang difus menjadi lebih berat. Dimana tekanan dalam appendiks

meningkat, tekanan vena juga meningkat. Kapiler dan venul teroklusi, tapi aliran

arteriolar tetap berlangsung, menyebabkan engorgement dan kongesti vaskular.

Proses inflamasi segera mengenai serosa dari appendiks sehingga menghasilkan

karakteristik nyeri berpindah di kuadran kanan bawah (titik McBurney). Perpindahan

nyeri difus di regio umbilikus ke titik McBurney terjadi 1 sampai 12 jam tapi

biasanya 4 sampai 6 jam.3

Pada pemeriksaan fisik abdomen didapatkan inspeksi datar, auskultasi

didapatkan bising usus meningkat, perkusi terdengar timpani, dan pada palpasi

didapatkan dinding abdomen lemas, nyeri tekan (+) di daerah titik McBurney,

Rovsing sign (-), Obturator sign (+), Psoas sign (+). Dinding abdomen lemas

menandakan belum adanya perforasi. Rovsing sign (nyeri di kuadran kanan bawah

pada palpasi di kuadran kiri bawah) menandakan iritasi peritoneum namun pada

pasien ini tidak ditemukan. Obturator Sign (nyeri di kuadran kanan bawah ketika

dilakukan rotasi internal dan eksternal panggul kanan yang di fleksikan) menandakan

inflamasi appendiks berada bagian dalam hemipelvis kanan. Psoas sign (nyeri

kuadran kanan dengan ekstensi dari panggul kanan atau dengan fleksi dari panggul

kanan sembari melawan tahanan) menandakan inflamasi appendiks berada di

sepanjang otot psoas kanan. Kedua tanda terakhir ditemukan positif pada pasien ini.13

Pada pemeriksaan laboratorium pada pasien ini didapatkan Leukosit

13.020/uL. Pada pasien dengan appendisitis akut dan tak berkomplikasi akan

didapatkan leukositosis ringan (10.000 – 18.000/uL) dengan predominan

polymorphonuclear yang sedang. Jika ditemukan Leukositosis >18.000/uL

meningkatkan kemungkinan appendiks yang sudah perforasi dengan atau tanpa

abses.3 Urinalisis juga sangat bermanfaat untuk menyingkirkan pyelonephritis atau

nefrolitiasis, pada pasien ini ditemukan urinalisis berada dalam batas normal.2

31

Page 32: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu pasien segera diresusitasi sebelum

dilakukan intervensi bedah. Setelah resusitasi berhasil dilakukan, maka dilakukan

intervensi bedah yaitu laparotomi cito. Pada jalannya operasi ditemukan appendiks

letak rectocaecal, hiperemis ukuran 10 x 1 cm dengan sedikit perforasi di daerah 1/3

proksimal. Pada perawatan dalam ruangan pasien diberi terapi resusitasi cairan, H2

blocker, dan antibiotik untuk mencegah akumulasi bakteri serta analgetik untuk

mengurangi nyeri.

Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam, karena resusitasi dan

pembedahan appendektomi cito segera dilakukan. Setelah operasi, pasien dirawat di

Rumah Sakit, di observasi keadaan pasien hingga membaik dan bisa dirawat jalan

setelah dirawat selama 5 hari.

BAB V

KESIMPULAN

32

Page 33: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

A.Kesimpulan

Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan dengan appendisitis akut berdasarkan

dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan menggunakan skor Alvarado. Pasien juga telah

dilakukan tindakan resusitasi cairan untuk mencegah gangguan hemodinamik

sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Tindakan pembedahan yang dilakukan

yaitu appendektomi. Pada tindakan pembedahan didapatkan hasil adanya appendisitis

letak retrocaecal hiperemis uk 10x1 cm dengan adanya sedikti perforasi di 1/3

proksimal. Pasien kemudian dirawat selama 5 hari untuk menilai keadaan pacsa

operasi sebelum akhirnya rawat jalan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat, R dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004

33

Page 34: Lapkas Bedah Appendisitis Akut

2. Sabiston. Textbook of Surgery : The Biological Basis of Modern Surgical

Practice. Edisi 18.USA: W.B Saunders companies.2002

3. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi 9th .USA:The Mcgraw-Hill

companies.2005

4. R. Schrock MD, Theodore. Ilmu Bedah. Edisi Ketujuh. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.2005.

5. Williams B A, Schizas A M P, Management of Complex Appendicitis.

Elsevier. 2010. Surgery 28:11. p544048.

6. Andersson N, Griffiths H, Murphy J, et al. Is appendicitis familial? Br Med J

2010 Sep 22; 2: 697e8.

7. Heaton KW. In: Br Med J, Res Clin, eds. Aetiology of acute appendicitis

2008 Jun 27; 294:1632e3.

8. Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery

Basic Science and Clinical Evidence. 2ndEd. New York: Springer. 2008.

9. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartz’s Principles of

Surgery. 9th Ed. USA: McGrawHill Companies. 2010.

10. Temple CL, Huchcroft SA, Temple WJ. The natural history of appendicitis in

adults. A prospective study. Ann Surg 2005 Mar; 221: 278-81.

11. Birnbaum BA, Wilson SR. Appendicitis at the millennium. Radiology 2000

May; 215: 337e48.

12. Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman TA, et al. Editors. Skandalakis’

Surgical Anatomy. USA: McGrawHill. 2004.

13. Craig S, Brenner BE. Appendicitis. 2014 [cited 6 juni 2015]. Avaliable from:

emedicine.medscape.com/article/773895

34