46
Presentasi Kasus LUKA BAKAR Pembimbing : dr. Cut Meliza Zainumi, M.Ked(An), Sp.An Presentator : Winson 080100108 Wawan Harimawan 080100157 Okmaronab Febriza 080100375

Lapkas Anestesi Final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus

Citation preview

Presentasi Kasus LUKA BAKAR

Presentasi KasusLUKA BAKARPembimbing : dr. Cut Meliza Zainumi, M.Ked(An), Sp.AnPresentator : Winson 080100108Wawan Harimawan080100157Okmaronab Febriza080100375

PendahuluanTrauma termal menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia.Prinsip penanganan dasar dapat mengurangi morbiditas dan mortalitasTinjauan PustakaDefinisiLuka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik, atau bahan kimia. Menurut R. Sjamsuhidajat dan Win de Jong, luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dan matahari, listrik, maupun bahan kimia.EpidemiologiAmerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahunIndonesia ??Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38 sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26,41%.3

Etiologi1. Luka bakar karena api2. Luka bakar karena bahan kimia3. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi4. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.5. Luka bakar karena air panas, tungku panas, udara panas6. Luka bakar karena ledakan bom.

PatofisiologiZona nekrosisZona stasisRespon Sistem KardiovaskularRespon Sistem PernafasanRespon GinjalRespon Imunologi SIRSKriteria SepsisAmerican Burn Association (ABA), kriteria sepsis pada pasien luka bakar bedasarkan penemuan adanya bukti infeksi (bedasarkan respon klinis setelah pemberian antibiotik atau ditemukannya kultur positif dari jaringan luka bakar) dan minimal terdapat 3 dari kriteria berikut :1. Demam > 39 C2. Hipotermia (< 36,5)3. Progresif Takikardi (> 110 kali/menit)4. Progresif Takipneu (> 25 kali/menit) 5. Thrombositopenia (< 100,00/l)6. Hiperglikemi, setelah disingkirkan kemungkinan diabetes mellitus (glukosa darah > 200 mg/dl atau > 7 unit insulin/jam melalui iv drip atau resisten terhadap insulin yang signifikan, > 25% meningkat kebutuhan dalam 24 jam )7. Ketidakmampuan untuk melanjutkan pemberian makan secara enteral > 24 jam ( distensi abdomen, diare tidak terkontrol, > 2500 ml/hari)Klasifikasi

Luas Luka Bakar

Diagnosis dan Pemeriksaan Keracunan Karbon Monoksida (CO)Distress pernafasan : Ditandai dengan sesak, dan ketidakmampuan menangani sekresiCedera Pulmonal : Ditandai dengan pernafasan cepat atau sulit, krakles, stridor, dan batukGangguan hematologik : Tanda yang ditemukan adalah kenaikan hematokrit, penurunan SDP, leukosit meningkat, penurunan trombositGangguan elektrolit : Tanda yang ditemukan adalah penurunan kalium, kenaikan natrium dan klorida, serta kenaikan BUNGangguan ginjal : Tanda yang ditemukan adalah peningkatan keluaran urine dan mioglobinuriaGangguan metabolik : Tanda yang ditemukan adalah hipermetabolisme dan kehilangan berat badan

Kecurigaan smoke inhalationRiwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar Sputum tercampur arang Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan. Penurunan kesadaran. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya Wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa) Gejala distress napas/takipnea Sesak atau tidak ada suara.

Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah2. Urinalisis3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit4. Analisis gas darah5. Radiologi jika ada indikasi ARDS6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SepsisPenanganan PRIMARY SURVEY DAN RESUSITASI PENDERITA LUKA BAKARAirway Adanya riwayat terkurung api atau terdapat tanda-tanda trauma jalan napas, memerlukan pemeriksaan jalan napas dan tindakan pemasangan jalan napas defenitif meskipun edema laring belum terjadi.Breathing Didasarkan pada akibat trauma yang ada:Trauma bakar langsung, menyebabkan edema dan obstruksi jalan napas bagian atas.Inhalasi hasil pembakaran (partikel karbon) dan asap beracun menyebabkan trakeobronkhitis kimiawi, edema, dan pneumoniaKeracunan karbon monoksida (CO) dianggap terjadi bila seseorang mengalami luka bakar diruangan tertutup. Diberikan oksigen konsentrasi tinggi dengan sungkup nonrebreathing.

Circulation Pada luka bakar derajat II dan III 24 jam pertama memerlukan cairan sebanyak 2-4 mL perkilogram berat badan tiap persen luka bakar. Separuh cairan diberi pada 8 jam pertama, dan sisanya pada 16 jam berikutnya. Pemantauan urine output 0,5-1 mL perkilogram berat badan diperlukan untuk menilai respon resusitasi cairan.

Target terapi cairan seharusnya mencapai UOP 0.5 mL/kg/jam atau mencapai 30-50mL/jam pada orang dewasa dan anak-anak (>50kg). Pada anak yang lebih kecil, target terapi cairan seharusnya mencapai 1mL/kg/jam. MyoglobinuriaTarget urin output mencapai 2-3 mL/kg/jam sangat direkomendasi dan level kreatinin kinase harus mencapai level dibawah 1000 U/L, urin jernih dan pasien sudah bisa mempertahankan oral hirasi yang cukup.Mannitol??

Rumus resusitasi hanya untuk membantu dalam inisiasi terapi cairan. Jumlah yang sebenarnya cairan resusitasi disesuaikan dengan respon fisiologis setiap pasien, sering dengan penilaian ulang dan penyesuaian kadar infus yang diperlukan untuk melestarikan perfusi organ vital. Kegagalan untuk sering mengevaluasi kembali respon pasien untuk resusitasi secara teratur dapat menyebabkan kelebihan atau kekurangan resusitasi. Hal ini sering terlihat ketika volume cairan diberikan hanya berdasarkan perkiraan awal. Dengan administrasi berlebihan dari cairan infus akan mengakibatkan edema pada luka bakar, paru dan otak. Komplikasi yang paling jelas terlihat dari hari ketiga hingga keenam posttrauma, ketika permeabilitas pembuluh darah telah kembali ke "normal," resistensi vaskular telah menurun, dan edema luka bakar sedang diserapKapan nutrisi enteral dimulai?Pada keadaan yang optimal dalam hal pemberian terapi nutrisi yang paling bagus bila dicapai dalam 24 jam awal setelah luka bakar. Penelitian pada manusia, nutrisi enteral menunjukkan deliver caloric requirements (REE) yang cukup, serta mengurangi kebutuhan respon hipermetabolik, dan mengurangi sirkulasi dari level katekolamin, kortisol, dan glucagon. Nutrisi enteral juga menjaga integritas mukosa, motilitas, dan perfusi darah pada usus, yang mana mencegah hipoperfusi atau ileus karena keterlambatan dari resusitasi atau reperfusi. Pasien dengan luka bakar berat dapat diberi nutrisi dengan enteral tuben secepatnya 6 jam setelah luka bakar yang tidak tergantung dengan fungsi dari gastroduodenum.Pemenuhan nutrisi tinggi kalori tinggi protein sangat penting untuk mencegah pemecahan protein tubuh, lambatnya penyembuhan luka, penekanan imunitas maupun peningkatan komplikasi infeksiSuplemen mikronutrien dibutuhkan untuk penyembuhan luka dan mengkompensasi kehilangan mikronutrien lewat luka bakar. Vitamin C merupakan komponen pembentukan kolagen. Zink akan hilang saat kulit atau cairan gastrointestinal hilang. Glutamin berperan sebagai immunomodulator. Arginin diketahui dapat membantu penyembuhan luka, tetapi tidak boleh diberikan kepada pasien sepsis.Tindakan Anestesi pada Luka BakarTindakan anestesi pada pasien dengan luka bakar yang akan menjalani tindakan operatif baik debridement maupun skin grafting perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti luas luka bakar pasien, derajat systemic insult dan area untuk melakukan tindakan.

Obat Anastesi yang digunakan pada operasi eksisi dan grafting adalah isoflurane dengan penggunaan opioid dosis tinggi. Setelah 24 jam, pengunaan suksinilkolin harus dicegah setidaknya dalam 1 tahun dikarenakan penggunaan suksinilkolin dapat menyebabkan peningkatan kalium serum yang membahayakan dengan luka bakar diatas 10%. Mekanisme terjadinya hal ini akibat upregulasi reseptor asetilkolin, yang akan menutupi seluruh membran sel otot, timbulnya dua ekspresi reseptor asetilkolin baru. Resistensi terjadi pada agen nondepolarizing muscle relaxant. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan dosis. Pada penggunaan rocuronium untuk intubasi, pada pasien luka bakar onsetnya memanjang sekitar 50 detik (30% lebih lama dibanding keadaan normal) dengan dosis 0,9 mg/kgBB. Dengan menaikkan dosis menjadi 1,2 mg/kgBB, maka onset berkurang sekitar 30 detik, meskipun masih memanjang dibanding keadaan normal.

Identitas PribadiNama: Wawan Fery RumahhorboJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 15 tahunSuku Bangsa: BatakAgama: KristenAlamat: Desa Garoga Kec. Simalindo Kab. Toba SamosirStatus: Belum kawinPekerjaan: PelajarTanggal Masuk: 1 Januari 2014 Pukul 09.15 WIB

LAPORAN KASUSKeluhan Utama:Luka bakar apiTelaah:Hal ini dialami pasien 15 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit Haji Adam Malik Medan. Awalnya pasien bermain meriam bambu dan meriam bambu meledak ke arah pasien. Luka bakar didapati pada bagian wajah, kedua lengan atas dan bawah, kedua tungkai bawah, dan dada bagian depan.

Setelah kejadian pasien sadar, riwayat kejang, muntah dan sulit bernafas tidak dijumpai. Pasien lalu dibawa ke Puskesmas , selanjtnya ke RSUD Hadrianus Sinaga Samosir dan dilakukan resusitasi cairan 4000 cc selama 2 jam dan kemudian dibawa ke RS HAM untuk dilakukan penanganan selanjutnya.RPT : -RPO : Infus Ringer Lactate, Injeksi Ceftriaxone, Ketorolac, Ranitidine, dan TetagamPrimary SurveyA (Airway) : Clear, Gurgling / Snoring / Crowing : - /- /-B (Breathing) : Suara Pernafasan : Vesikuler, Suara Tambahan : -, Terpasang Nasal Canul dengan Oksigen 2 lpm, diganti dengan Non- Rebreathing Mask dengan Oksigen 8 lpm, Respiratory Rate 20 x/iC (Circulation): terpasang IV line, dilakukan pemberian RL 1 liter, Frekuensi Nadi 126 x/i, t/v kuat dan cukup, Tekanan Darah 110/70 mmHg, Akral teraba dingin, pucat, dan basah, dan dilakukan pemasangan kateter urine, dengan urin inisial 300 cc warna kuning jernih.D (Disability): Kesadaran A (Alert), Pupil Isokor diameter 3/3 mm, Refleks Cahaya +/+E (Exposure): Dijumpai luka bakar di seluruh wajah, dada, abdomen, punggung dan lengan atas kanan dan kiri serta tungkai kanan dan kiri, pasien kemudian diselimuti untuk mencegah hipotermia.Tatalaksana di RR IGDNPO (nil per os)Pemasangan Non-Rebreathing Mask dengan Oksigen 8 lpmPemasangan IV line bor besar 18 G Dilakukan penilaian derajat luka bakar, dijumpai luka bakar 85% dengan kedalaman luka bakar grade IIA-IIB

Dilakukan resusitasi cairan menurut formula ParklandTotal Cairan : 4 x BB x total BSA: 4 x 60 x 85 : 20400 cc dalam 24 jam: 8 Jam Pertama : 10.200 cc 16 Jam Kedua : 10.200 ccPasien masuk 15 jam setelah kejadian, maka resusitasi cairan 16 jam kedua, dengan 10.200 cc dalam 9 jam = 1133 cc/jam = 377 gtt/menit, dengan target Urine Output 0,5-1 cc/kgBB/jam = 30-60 cc/jam. Pemberian Antibiotik dengan Injeksi Ceftriaxon 1 g/12 jamPemberian Analgetik dengan Injeksi Ketorolac 30 mg/8 jamPemasangan monitor EKG, HR, RR, Tekanan Darah dan Saturasi OksigenPemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap, Hemostasis, Elektrolit, Fungsi Ginjal, Albumin, dan Analisa Gas DarahDilakukan Foto Thoraks

B1 (Breathing): Airway clear, gurgling/snoring/crowing : - /- /- , SP : vesikuler, ST : -, Respiratory Rate 20 x/i, Tanda trauma inhalasi : luka bakar wajah (+). alis terbakar (+), jelaga di hidung (-), suara parau (-). Riwayat sesak/ asma / batuk / alergi (-). B2 (Blood): Akral pucat/dingin/basah, Frekuensi Nadi 126 x/i, Tekanan/volume : cukup, Tekanan Darah 100/70 mmHg.B3 (Brain): Sensorium : Compos Mentis, GCS : 14 (E3V5M6), Pupil Isokor 3/3 mm, RC +/+B4(Bladder): terpasang kateter, UOP 50 cc, warna kuning pekatB5 (Bowel): Abdomen soepel, Peristaltik (+)B6 (Bone) : fraktur (-), edema (-)

Foto Thorax

Diagnosis fungsional: Flame Burn 85% grade IIA-IIB

Rencana tindakan: Pemasangan CVC dan Debridement dengan Post Operative Care di ICU Dewasa

Induksi Anestesi (Pukul 19.30 WIB)Premedikasi SA 0,25 mg dan midazolam 2,5 mgPreoksigenasi dengan O2 8 lpm Induksi ketamin 100 mg dan Rocuronium 50 mg.Intubasi dengan ETT 6,5 Maintenance dengan isofluran 0,6-1,0%, serta oksigen : N2O = 2:2CVC terpasang

Durante Operasi DebridementLama operasi : 3 jamTD : 90-140/56-70 mmHgHR : 108-135 x/iSpO2 : 99-100%Maintenance Cairan + Penguapan : 360 cc/jamPemberian Cairan Durante Operasi : RL 1000 ccPerdarahan : 30 ccUOP : 50 cc/jam

Post Operasi (Pukul 23.15 WIB)Pemeriksaan Post Operasi :B1 (Breathing): Airway clear, terintubasi dengan ETT no 6,5 dengan ventilasi Modus SIMV, TV 400 cc, FiO2 40%, SpO2 98-100%B2 (Blood): Akral hangat/merah/kering, TD 135/79 mmHg, HR : 112 x/i, reguler, t/v: kuat dan cukupB3 (Brain): Sensorium : Compos Mentis, Pupil Isokor diameter 3mm, RC +/+B4(Bladder): terpasang kateter, UOP 50cc/jam, warna kuning jernihB5 (Bowel): Abdomen soepel, Peristaltik (+), mual/muntah (-)B6 (Bone) : edema (+)Masuk ICU (Pukul 23.30 WIB)Pasien gelisah, mencoba berdiri dan menarik ETT.ETT tertarik dan dicoba untuk dilakukan reintubasi dengan ETT ukuran 6.0Pasien mengalami bradikardia dan mengalami cardiac arrestDilakukan RJPO dan pemberian epinefrin 2 ampul, disertai ventilasi dengan AMBU Bag dengan Oksigen 10 lpm. Pasien kemudian mengalami ROSCHemodinamik pasien post arrest : HR : 130x/i, TD : 154/90 mmHg, SpO2 : 94-96%Selanjutya pasien dirawat oleh Departemen Anak.Pasien dipindahkan ke ruangan PICU pada tanggal 3 Januari 2014 dan meninggal dunia pada tanggal 5 Januari 2014.