26
BAB II LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. N. K. Umur : 42 th JenisKelamin : Perempuan Alamat : Jl. Kp. Sukapura 04/01 Cilincing – Jakut Agama : Islam Status : Menikah Nomor RM : 21.08.20 Masuk RS : 3 Agustus 2015 am 21.40 WIB ANAMNESIS (Auto dan Alloanamnesis) tanggal 8/8/2015 KU : perdarahan pervaginam sejak 1 hari sebelum masuk RS. RPS : Pasien datang ke RSIJ Sukapura dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak 1 hari sebelum masuk RS. Perdarahan awalnya sedikit, namun makin lama makin banyak, berwarna merah kehitaman dan sedikit bergumpal gumpal, disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien mengaku sedang tidak hamil dengan test pack negatif. Mual (-), muntah (-), sakit kepala (-), pandangan berkunang-kunang (+), lemas (+), jantung berdebar debar (-), keringat dingin (-), demam (-) R Peny. Dahulu : Pasien pernah berobat selama + 3 tahun di Malaysia dengan diagnosis mioma dan anemia. 1

LAPKAS ANASTESI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bbb

Citation preview

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N. K.

Umur : 42 th

JenisKelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Kp. Sukapura 04/01 Cilincing – Jakut

Agama : Islam

Status : Menikah

Nomor RM : 21.08.20

Masuk RS : 3 Agustus 2015 am 21.40 WIB

ANAMNESIS (Auto dan Alloanamnesis) tanggal 8/8/2015

KU : perdarahan pervaginam sejak 1 hari sebelum masuk RS.

RPS : Pasien datang ke RSIJ Sukapura dengan keluhan perdarahan pervaginam

sejak 1 hari sebelum masuk RS. Perdarahan awalnya sedikit, namun makin lama makin

banyak, berwarna merah kehitaman dan sedikit bergumpal gumpal, disertai nyeri perut

bagian bawah. Pasien mengaku sedang tidak hamil dengan test pack negatif. Mual (-),

muntah (-), sakit kepala (-), pandangan berkunang-kunang (+), lemas (+), jantung berdebar

debar (-), keringat dingin (-), demam (-)

R Peny. Dahulu : Pasien pernah berobat selama + 3 tahun di Malaysia dengan diagnosis

mioma dan anemia. Riwayat hipertensi (-), Riwayat jantung (-), Riwayat

asma (-), riawayat DM (-), riwayat epilepsi (-), Riwayat operasi (-), dan

riwayat keguguran (+) dan dikuret 1x

R Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat keguguran,

Hipertensi, DM dan jantung disangkal

R. Pengobatan : Os mengkonsumsi obat obatan yang berhubungan dengan penyakitnya.

1

R. Alergi : Os menyangkal memiliki alergi seperti obat -, makanan -, zat tertentu –

R. Psikososial : Os tidak merokok -, Konsumsi alkohol -

Riwayat Obstetri

P2A0

1. ♂ , 3300 gr, spontan normal di bidan, aterm, sehat, 8 tahun

2. ♂, 3200 gr, spontan normal di bidan, aterm, sehat, 5 tahun

KB : Pil KB selama 5 tahun.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 162/82 mmHg

HR : 103x/menit

RR : 22x/menit

S : 36,80

Antropometri : BB : 50 kg

TB : 158 cm

Kepala : Normocephal

Mata : konjungtiva anemis (-/-),sclera ikterus (-/-), sianosis (-)

ODS : reflex cahaya+/+

Mulut : Gigi geligi dbn, gigi palsu -

Leher : bruit (-) pembesaran KGB (-)

Thorax :

Inspeksi : bentuk dada normochest, simetris kiri=kanan, ikut gerak napas

2

Palpasi : MT (-), NT (-), focal fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor kiri=kanan, BPH ICS VI dextra anterior

Auskultasi : vesikuler (+/+), Rh -/-, Wh-/-

Jantung :

Inspeksi : IC tidak tampak

Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra

Perkusi : Batas kanan jantung di linea para sternal dextra

Batas kiri jantung di interkostalis 5 midclavicularis sinistra

Auskultasi : S1/S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Cembung

Auskultasi : peristaltik (-)

Palpasi : NT (+) kuadran hipogastrium, massa benjolan + 10x6x6 cm, keras,

mobile, nyeri, permukaan rata, hepar/lien tidak teraba

Perkusi : timpani (-), ballottement (-)

Extremitas :

Atas : akral hangat +/+, sianosis -/-, edema -/-, RCT <2 dtk +/+

Bawah : akral hangat +/+, sianosis -/-, edema -/-, RCT <2 dtk +/+

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

HEMATOLOGI RUTIN

Hb 9 11,7-15,5 g/dL

3

leukosit 10.300 3,60-11,00 10 F3 /µl

Ht 27 35-47 %

trombosit 301.000 150-440 10 F3 /µL

Masa Perdarahan 2’00”

Masa Pembekuan 4’00”

Test pack : (-)

Hasil USG : Mioma uteri

RESUME

Perempuan 42 tahun datang dengan keluhan : perdarahan pervaginam sejak 1 hari sebelum

masuk RS. Perdarahan awalnya sedikit yang makin lama semakin banyak, berwarna merah

kehitaman dan sedikit bergumpal gumpal, disertai nyeri perut bagian bawah. Pasien mengaku

pandangan berkunang-kunang, lemas. Pasien mengaku sedang tidak hamil dengan test pack

negatif, namun belum pernah di USG sebelumnya

Pemeriksaan fisik:

TD : 162/82 mmHg

HR : 103x/menit

RR : 22x/menit

Pemeriksaan Penunjang :

Test pack : (-)

Hasil USG : Mioma uteri

Diagnosis : 1. Mioma uteri

2. Anemia

4

LAPORAN STATUS ANASTESIA

Nama :Ny.N.K.

Umur : 42 tahun

Ruangan : ADW

Anastesiologis : Dr. Nazaruddin, Sp.An.

Operator : Dr. Riady, Sp. OG

Jenis Operasi : Histerektomi total

Jenis Anastesi : Regional Anasthesia

Respirasi : Kendali, O2 nasal : 2 lt/ mnt

Anastesia dengan : Bupivacaine

Tekhnik Anastesia : Spinal Anasthesia

a) Diagnosis pra-bedah : Mioma uteri

b) Diagnosis post-bedah : Mioma uteri

c) Jenis pembedahan : Histerektomi Total

Preoperatif :

TD: 140/70 mmHg; HR: 90x/menit; RR : 20x/menit; T : 36,50C

TB : 158 cm; BB : 50 kg

HB : 11,2; HT : 33,6

Riwayat asma (-)

Riwayat jantung ( -)

Riwayat DM (-)

Riwayat alergi obat2an (-)

Riwayat operasi (-)

5

Riwayat kuretase 1x

Premedikasi :

Tidak Terdapat gigi palsu

ASA : II (Terdapat penyakit sistemik ringan/sedang)

Persiapan Operasi :

Dipuasakan 6-8 jam sebelum op. :

Intake oral terakhir : 00.30 WIB tgl 7 Agustus 2015

Saat di ruang persiapan, pasien di infus dg Rl.

Lalu pasien masuk ruang op jam 09.00 WIB

Dilakukan pemasangan pengukur saturasi 02, manset utk mengukur TD

Catatan Anasthesia :

Jenis Anestesi : Regional Anesthesia

Teknik Anestesi : Spinal Anasthesia

Pelaksanaan :

Pasien diinduksi pd jam 09.00

Dg obat :

o Bupivacaine 20 mg

Monitoring :

o TTV :

o TD : 140/85 mmHg, Nadi : 92 x/menit, RR : 20x/menit kendali, SpO2 99%.

Dilakukan pemsangan kanul oksigen 2 liter permenit

Monitoring TTV, SpO2

Pemberian Obat-obatan :

Pukul 09.10:

o Fenthanyl 0,25 mg

o Pethidin 25 mg

o Midazolam 5 mg

o Tramadol 100 mg

6

Pukul 09.30

o Efedrin 20 mg

o Ondansentron 4 mg

Stlh nafas pasien adekuat, lalu pasien dipindahkan ke ruang observasi.

Dilakukan monitoring Skor ALDRETE, TD, Nadi dan SpO2

Post Bedah : Didapatkan massa pada uterus diameter 10x6x6 cm, keras, permukaan licin.

Skor Aldrete

Pasien pulih sesuai skor aldrete jam 09.55

Skor Aldrete 10.

* Aktivitas 2 pasien mampu menggerakkan ke 4 ekstremitas

* Respirasi 2 pasien mampu bernapas spontan/batuk

* TD 2 20% pra anestesi

* Kesadaran 2 Sadar

* Saturasi 02 2 > 99%

Pasca anastesia :

TTV :

* TD : 124/65 mmHg

* Nadi : 72 x/menit

* RR : 20 x/menit

* T : 36.50C

Sp O2 : 99% dan tanpa O2

Jumlah Medikasi :

(1) Bupivacaine 20 mg

(2) Fentanyl 0,25 mg

(3) Midazolam 5 mg

(4) Pethidin 25 mg

(5) Ondansentron 4 mg

7

(6) Cairan : Ringer Laktat 20 tpm

BAB III

PEMBAHASAN

A. MIOMA UTERI

Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma merupakan

neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Sering

ditemukan pada wanita usia reproduksi (20-25%), dimana prevalensi mioma uteri meningkat lebih

dari 70 % dengan pemeriksaan patologi anatomi uterus, membuktikan banyak wanita yang menderita

mioma uteri asimptomatik. Walaupun jarang terjadi mioma uteri biasa berubah menjadi malignansi

(<1%). Gejala mioma uteri secara medis dan sosial cukup meningkatkan morbiditas, disini termasuk

menoragia, ketidaknyamanan daerah pelvis, dan disfungsi reproduksi. Mioma uteri terdapat pada

wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri

merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka

histerektomi).1

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),

submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).1

1. Mioma submukosa1

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.

Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,

terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma

submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal

dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan

infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural1

Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam

dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol

dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam

pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan

keluhan miksi.

3. Mioma subserosa1

8

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus

diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum

menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter1

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau

omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering parasitis fibroid.

Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat

menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan jaringan ikat

yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan

ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.

Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan,

jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan

keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah

merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan

bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh

satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini

adalah bagian dari uterus. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan

perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan

eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.1

B. ANATOMI DALAM SPINAL ANESTESI

Kolumna vertebralis terdiri atas 33 vertebre, yaitu 7 vertebra servikalis, 12 vertebra

thorakalis, 5 vertebra lumbal, 5 vertebra sacral dan 4 vertebra coccygeus. Disatukan oleh ligamentum

vertebralis membentuk kanalis spinalis dimana medulla spinalis terdapat didalamnya. Kanalis spinalis

terisi oleh medulla spinalis dan meningen, jaringan lemak, dan pleksus venosus. Sebagian besar

vertebra memiliki corpus vertebra, 2 pedikel dan 2 lamina.2

9

Gambar 1. Anatomi vertebrae3

Untuk menjaga dan mempertahankan medulla spinalis seluruh vertebra dilapisi oleh beberapa

ligamentum. Tiga ligamentum yang akan dilalui pada prosedur spinal anestesi teknik midline adalah

ligamentuim supraspinosum, ligamentum interspinosum dan ligamentum flavum.2,3 Ligamentum

interspinosum bersifat elastis, pada L3-4, panjangnya sekitar 6 mm dan pada posisi fleksi maksimal

menjadi 12 mm. Ligamentum flavum merupakan ligamentum terkuat dan tebal, diservikal tebalnya

sekitar 1,5-3 mm, thorakal 3-6 mm, sedangkan daerah lumbal sekitar 5-6 mm. Medulla spinalis

dibungkus oleh tiga jaringan ikat yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter yang membentuk tiga

ruangan yaitu; ruang epidural, sudural dan subarachnoid. Ruang subarakhnoid adalah ruang yang

terletak antara arakhnoid dan piameter. Ruang subarakhnoid terdiri dari trabekel, saraf spinalis, dan

cairan serebrospinal. Ruang subdural merupakan suatu ruangan yang batasnya tidak jelas, yaitu

ruangan potensial yang terletak antara dura dan membrane arakhnoid. Ruang epidural didefinisikan

sebagai ruangan potensial yang dibatasi oleh durameter dan ligamentum flavum. Medulla spinalis

secara normal hanya sampai level vertebra L1 atau L2 pada orang dewasa. Pada anak-anak medulla

spinalis berakhir pada lvel L3. Dibawah level ini elemen saraf berupa akar-akar saraf yang keluar dari

conus medularis yang sering disebut dengan cauda equine terendam dalam cairan serebrospinal.2

Gambar 2. Anatomi vertebra lumbal 43

C. ANESTESI SPINAL

10

Analgesia atau anestesia regional adalah tindakan analgesia yang dilakukan dengan cara

menyuntikkan obat anestetika local pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang

menyebabkan hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer.4 Jenis – jenis analgesia

regional adalah blok saraf, blok pleksus brakhialis, blok spinal subarachnoid, blok spinal epidural dan

blok regional intravena4

Analgesia spinal ialah pemberian obat anestetik local ke dalam ruang subaraknoid. Anestesia

spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik local ke dalam ruang subaraknoid.5

1. Indikasi5

a) Bedah ekstremitas bawah

b) Bedah panggul

c) Tindakan sekitar rectum – perineum

d) Bedah obstetric – ginekologi

e) Bedah urologi

f) Bedah abdomen bawah

2. Kontraindikasi Absolut5

a) Pasien menolak

b) Infeksi pada tempat suntikan

c) Hipovolemia berat, syok

d) Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan

e) Tekanan intracranial meninggi

f) Fasilitasi resusitasi minim

g) Kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultan anesthesia

3. Kontraindikasi Relatif5

a) Infeksi sistemik

b) Infeksi sekitar tempat suntikan

c) Kelainan neurologis

d) Kelainan psikis

e) Bedah lama

f) Penyakit jantung

g) Hipovolemia ringan

h) Nyeri punggung kronis

4. Persiapan Analgesia Spinal5

Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada anesthesia umum.

Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan

11

anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan prosesus spinosus.

Selain itu perlu diperhatikan hal – hal dibawah ini :

a) Informed consent; kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anesthesia spinal.

b) Pemeriksaan fisik; tidak dijumpai kelainan fisik seperti kelainan tulang punggung.

c) Pemeriksaan laboratorium anjuran; Hemoglobin, hematokrit, protombin time, thrombin time.

5. Peralatan Analgesia Spinal5

a) Peralatan monitor; tekanan darah, nadi, oksimetri denyut dan EKG

b) Peralatan resusitasi/anesthesia umum

c) Jarum spinal; jarum spinal dengan ujung tajam (quincke-Babcock) atau jarum spinal dengan

ujung pensil (pencil point, whitecare)

Gambar 3. Jarum spinal (jarum tajam dan jarum pinsil)3

6. Teknik Analgesia Spinal5

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi

yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya

diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan

menyebabkan menyebarnya obat.

a) Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi dekubitus lateral. Beri bantal

kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien

membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain ialah duduk.

12

Gambar 4. Posisi pasien pada anastesi spinal (posisi duduk dan lateral dekubitus)3

b) Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang punggung

ialah L4 atau L4-5. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-3, L3-4, atau L4-5. Tusukan pada

L1-2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.

c) Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.

d) Beri anastetik lokal pada tempat tusukan, misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml.

e) Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22 G, 23 G atau 25 G dapat

langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27 G atau 29 G, dianjurkan menggunakan

penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan introduser

sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kea rah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut

mandrinnya ke lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock)

irisan jarum (bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel

mengarah ke atas atau ke bawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat

timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi menghilang, mandarin jarum spinal

dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan

(0,5 ml/ detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.

Kalau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar

arah jarum 90° biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukkan

kateter.

13

Gambar 5. Tusukan jarum pada anestesi spinal6

f) Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid (wasir) dengan

anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ± 6cm.

Anastetik lokal untuk Analgesia Spinal5

Berat jenis cairan serebrospinalis (CSS) pada suhu 37°C ialah 1.003-1.008. Anestetik lokal

dengan berat jenis sama dengan CSS disebut isobarik. Anestetik local dengan berat jenis lebih besar

dari CSS disebut hiperbarik. Anestetik local dengan berat jenis lebih kecil dari CSS disebut hipobarik.

Anestetik lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik diperoleh dengan mencampur

anestetik local dengan dekstrosa. Untuk jenis hipobarik biasanya digunakan tetrakain diperoleh

dengan mencampur dengan air injeksi.

Tabel 2. Anestesi Lokal Pada Anestesi Spinal5

Anestetik Lokal Berat Jenis Sifat Dosis

Lidokain

2% plain

5% dalam dekstrosa 7,5%

1.006

1.033

Isobaric

Hiperbarik

20 -100 mg (2-5 ml)

20 – 50 mg (1-2 ml)

Bupivakain

0,5% dalam air

0,5 % dalam dekstrosa

8,25%

1.005

1.027

Isobaric

Hiperbarik

5 - 20 mg (1-4 ml)

5 – 15 mg (1-3 ml)

14

7. Penyebaran anestetik local tergantung:5

a) Faktor utama

1) Berat jenis anestetika local (barisitas)

2) Posisi pasien (kecuali isobarik)

3) Dosis dan volum anestetik local (kecuali isobarik)

b) Faktor tambahan

1) Ketinggian suntikan

2) Kecepatan suntikan/barbotase

3) Ukuran jarum

4) Keadaan fisik pasien

5) Tekanan intraabdominal

8. Lama kerja anestetik lokal tergantung:5

a) Jenis anestetik lokal

b) Besarnya dosis

c) Ada tidaknya vasokonstriktor

d) Besarnya penyebaran anestetika lokal

9. Komplikasi tindakan5

a) Hipotensi berat

Akibat blok simpatis, terjadi ‘venous pooling’. Pada dewasa dicegah dengan

memberikan infuse cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.

b) Bradikardi

Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2.

c) Hipoventilasi

Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali napas.

d) Trauma pembuluh darah

e) Trauma saraf

f) Mual-muntah

g) Gangguan pendengaran

h) Blok spinal tinggi, atau spinal total

10. Komplikasi pasca tindakan5

a) Nyeri tempat suntikan

b) Nyeri punggung

15

c) Nyeri kepala karena kebocoran likuor

d) Retensio urin

e) Meningitis

D. PENILAIAN PASCA ANESTESI

Pulih dari anestesi umum atau regional secara rutin dikelola di kamar pulih atau unit

perawatan pasca anestesi. Idealnya dapat bangun dari anesthesia secara bertahap, tanpa keluhan dan

mulus. Kenyataannya sering dijumpai hal – hal yang tidak menyenangkan akibat stress pasca operasi

atau pasca anesthesia yang berupa gangguan napas, gangguan kardiovaskular, gelisah, kesakitan, mual

–muntah, menggigil dan kadang – kadang perdarahan.5

Selama di unit perawatan pasca anestesi pasien dinilai tingkat pilih – sadarnya untuk criteria

pemindahan ke ruang perawatan biasa

Tabel 3. Aldrete Score

KESADARAN 2. sadar, orientasi baik

1. dapat dibangunkan

0. tidak dapat dibangunkan

WARNA KULIT 2. Merah muda, tanpa oksigen saturasi 92%

1. pucat atau kehitaman, perlu oksigen agar

saturasi 90%

0. sianosis

AKTIFITAS 2. 4 ekstremitas bergerak

1. 2 ekstremitas bergerak

0. tidak ada ekstremitas bergerak

RESPIRASI 2. dapat nafas dalam, batuk

1. Nafas dangkal, sesak nafas

0. apnoe atau obstruksi

16

KARDIOVASKULER 2. tekanan darah berubah ≤ 20%

1. berubah 20 – 30%

0. berubah ≥ 50%

Keterangan :

- 9-10 pindah dari unit perawatan pasca anestesi

- 7-8 Pindah ke ruangan

- 5-6 Pindah ke ICU

17

DISKUSI KASUS

Pada pasien ini didiagnosis mioma uteri dengan status fisik ASA II dengan anemia dan akan

dilakukan tindakan pembedahan berupa histerektomi. Pada pembedahan tersebut akan dilakukan

anestesi spinal karena memenuhi indikasi untuk dilakukannya anestesi spinal, yaitu bedah obstetri –

ginekologi dan merupakan tindakan pembedahan yang berlokasi di abdomen bawah. Pada tindakan

pembedahan tersebut juga tidak terdapat kontraindikasi dari anestesi spinal. Atas dasar tersebut maka,

anestesi spinal menjadi pilihan.

Pada kasus ini menggunakan obat bupivacaine 20 mg yang dikombinasikan dengan

midazolam 5 mg dan yang disuntikkan memakai jarum spinal no.26 pada regio L3 – L4.

Bupivacain merupakan anestesi lokal yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan

memblok konduksi sepanjang serabut saraf secara reversible. Obat menembus saraf dalam bentuk

tidak terionisasi (lipofilik), tetapi saat di dalam akson terbentuk beberapa molekul terionisasi, dan

molekul-molekul ini memblok kanal Na+, serta mencegah pembentukan potensial aksi. Bupivacaine

memiliki onset 5 – 8 menit dengan durasi sampai 150 menit. Dosis bupivacaine untuk blokade hingga

T10 adalah 8-12 mg, sedangkan hingga blockade T4 adalah 14-20 mg Bupivacaine memiliki periode

analgesia yang tetap setelah kembalinya sensasi.

Pada pasien diberikan ondansetron yang berisi untuk mencegah emesis selama durante

operasi. Ondansetron adalah antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif yang ditemukan secara

perifer pada terminal saraf vagal dan sentral dalam zona pemicu kemoreseptor dari area postrema.

Ondansetron dapat mengantagonis efek emetik serotonin pada salah satu atau kedua reseptor. Onset

ondansetron < 30 menit dengan durasi 12 – 24 jam.

Pada pasien juga diberikan midazolam 5 mg sebagai obat sedatif. Midazolam dalam sistem

saraf pusat, dapat menimbulkan, antikejang, hipnotik, relaksasi otot dan mepunyai efek sedasi, efek

analgesik tidak ada, menurunkan aliran darah otak dan laju metabolisme. Dosis midazolam IV untuk

sedasi 0,5 – 5 mg (0,025 – 0,1 mg/KgBB) dengan onset 30 detik-1 menit dan durasi 15 – 80 menit.

Pemberian bupivacaine dan fenthanyl dapat membuat tekanan darah arteri menurun, oleh

karena itu pada pasien diberikan efedrin 10 mg untuk mencegah hipotensi. Efedrin merupakan

simpatomimetik nonkatekolamin yang meningkatkan curah jantung, tekanan darah dan nadi melalui

stimulasi adrenergic alfa dan beta. Dosis efedrin IV adalah 5 – 20 mg (100 – 200 mcg/kgBB) dengan

onset hampir langsung dan durasi kerja 10 – 60 menit.

18

Pada durante operasi pasien diberikan pethidin 25 mg sebagai analgetik. Operasi selesai

dalam waktu 1 jam 55 menit, pasien masuk ke ruang pulih sadar dengan tekanan darah 107/62 mmHg

dan Nadi 63 x/menit, dengan aldrete score 9 (dapat masuk ruang perawatan).

Selama operasi diberikan 3 colf infuse RL dikarenakan untuk mengganti kebutuhan cairan

karena puasa selama 8 jam dan stress operasi

Selama operasi cairan urin yang keluar berjumlah 200 ml (produksi urin normal minimal 0,5 –

1 ml/KgBB/jam.

19

REFERENSI

1.          Said A. Latif dkk, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi kedua, Bagian Anestesiologi dan

Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2002.

2.          “Intravenous Anesthetics” didapat dari http://www.metrohealthanesthesia.com/edu.htm

3.          “Intravenous anesthesic” didapat dari http://anesthesiologyinfo.com/intravenousanesthetic

4.          “Hipnotika dan Sedativa” didapat dari http://www.medicastore.com

5.          “Anestesi Intravena” didapat dari http://ryan-mul.blogspot.com/2009/04/anestesi

intravena.html

6.          “Opioid” didapat dari http://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia: Opioid

7.          “Anestesi Umum” didapat dari http://www.scribd.com/anestesiumum

20