Upload
raymond-sondakh
View
81
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LAPORAN PENDAHULUAN TPA
Citation preview
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
BAB 3
METODA PELAKSANAAN
PEKERJAAN
1. KERANGKA ALUR PERENCANAAN
Metodologi dalam pelaksanaan pekerjaan ini disusun dan dirumuskan dengan
kerangka alur perencanaan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan desk study
2. Pelaksanaan kegiatan koordinasi dan sosialisasi
3. Pelaksaan survey untuk pengumpulan data primer dan sekunder
4. Pelaksanaan analisa dan pembahasan mengenai :
a. Jumlah volume dan timbulan sampah
b. Kondisi sistem persampahan secara umum di wilayah studi
c. Konsep Perencanaan Manajeman Teknis Persampahan (PTMP)
d. Perencanaan Detail Engineering Design (DED) TPA
e. Konsep peningkatan kinerja pengelolaan TPA
f. Konsep pelaksanaan on the job training bagi para operator TPA
g. Analisa waktu, biaya dan spesifikasi teknis untuk perencanaan PTMP dan DED
TPA
h. Analisa biaya dan kebutuhan personil untuk pengelolaan TPA
5. Pemberian rekomendasi/usulan mengenai konsep dan rancangan PTMP, DED TPA
dan peningkatan kinerja pengelolaan TPA.
6. Pelaksanaan On The Job Training
LAPORAN PENDAHULUAN 3-1
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Gambar 3.1 Kerangka Alur Pelaksanaan
2. PENDEKATAN METODOLOGI
Pelaksanaan pekerjaan ini berdasarkan pada peraturan perundangan yang
berkaitan, antara lain yaitu :
1. UU No18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
2. UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
3. Permen PU No 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
4. PP No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
5. SNI 03 - 3241 – 1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan
Akhir Sampah
6. SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan
dan Komposisi Sampah Perkotaan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Detail Engineering Design (DED) TPA Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten
Kepulauan Sangihe
Desk Studi
Koordinasi dan Sosialisasi
Pelaksanaan Survey
Pengumpulan Data SekunderPengumpulan Data Primer
Analisa dan Pembahasan
Rekomendasi
3-2
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
7. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan
Sedang di Indonesia
8. SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman
9. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Perkotaan
10. SNI 03-1737-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan
11. CT/S/Re-TC/004/98 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan TPA
Sampah
12. Pt S-07-2000-C tentang Petunjuk Teknis Spesifikasi Area Penimbunan Sampah
Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali di TPA Sampah.
Pendekatan metodologi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dimasudkan untuk
mengetahui tahapan/alur pelaksanaan kerja, metoda analisa yang digunakan dan
lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan. Pendekatan metodologi yang dilakukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
3.2.1 Pelaksanaan Desk Studi
Pelaksanaan desk studi dalam pekerjaan ini dilakukan dengan berbagai
langkah, yaitu :
1. Persiapan personil, alat dan bahan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :
a. Personil pelaksana
b. Alat dan bahan, meliputi :
- Theodolit
- GPS
- Alat Boring
- Alat Sondir
- ATK dan lain-lain
LAPORAN PENDAHULUAN 3-3
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
2. Penentuan sasaran
a. Perencanaan PTMP yang layak dan efektif untuk diterapkan.
b. Perencanaan DED TPA yang layak dan ramah lingkungan.
c. Penyusunan konsep peningkataan kinerja pengelolaan TPA untuk
meminimalkan dampak pencemaran lingkungan.
d. Penyusunan konsep pelaksanaan on the job training bagi para operator TPA
untuk meningkatkan kinerja pengelolaan TPA secara keseluruhan.
3. Penetapan metode survey
Metode survey untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan cara
wawancara, pembagian kuisioner dan survey lapangan ke lokasi wilayah studi.
Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara kompilasi
data yang didapat dari berbagai sumber/instansi terkait.
4. Pengumpulan data
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pengumpulan data yang dilakukan berupa data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan survey
lapangan ke lokasi wilayah studi dan pengumpulan data sekunder berdasarkan
data dari instansi/lembaga terkait, atau dari penelitian lain yang berkaitan dengan
pekerjaan ini. Adapun data-data yang dibutuhkan antara lain yaitu :
A. Data Gambaran Umum Wilayah Studi
Yaitu berupa data sekunder yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.
Data ini didapat dari instansi/lembaga terkait yang terdapat di wilayah studi.
Data yang dibutuhkan antara lain mengenai :
Kondisi fisik wilayah studi, meliputi : kondisi geografis, topografi,
klimatologis, topografi, geologi dan geohidrologi.
Kondisi administratif, demografi dan ekonomi di wilayah studi, meliputi :
status kota, batas wilayah administrative, pembagian wilayah, kependudukan,
pendapatan dan perekonomian daerah.
Rencana tata ruang dan tata guna lahan di wilayah studi
LAPORAN PENDAHULUAN 3-4
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Kondisi sarana dan prasarana, meliputi jaringan jalan, perumahan,
perindustrian dan fasilitas umum (pendidikan, peribadatan. Kesehatan dan
sosial budaya).
B. Data Pengelolaan Sistem Persampahan Eksisting
Yaitu berupa data sekunder yang didapat dari studi sebelumnya atau dengan
melakukan survey secara langsung ke lokasi wilayah studi. Data yang
dibutuhkan antara lain mengenai :
Institusi pengelolaan sistem persampahan, meliputi :
- Bentuk dan struktur organisasi
- Jumlah personil
- Kualitas personil
Operasional pengelolaan sistem persampahan, meliputi :
- Jumlah timbulan sampah
- Komposisi dan karakteristik sampah
- Daerah pelayanan dan tingkat pelayanannya
- Pola operasional sampah mulai dari sumber sampai ke TPS
- Sarana dan prasarana penunjang
Biaya pengelolaan sistem persampahan, meliputi :
- Biaya pengelolaan sistem persampahan setiap tahun
- Biaya penerimaan dan tarif retribusi
- Biaya investasi
C. Data Lokasi Rencana TPA
Data-data yang dibutuhkan untuk menentukan lokasi dari rencana TPA antara
lain yaitu :
Jarak lokasi rencana TPA dari daerah pelayanan, permukiman penduduk
terdekat, badan air/sungai, bandara, pusat kota dan tempat wisata.
Kondisi topografi lokasi rencana TPA.
Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar rencana lokasi TPA
Kondisi geologi lokasi rencana TPA
LAPORAN PENDAHULUAN 3-5
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Kondisi geohidrologi lokasi rencana TPA
Kondisi flora dan fauna yang ada.
5. Studi literatur
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, studi literature yang dilakukan antara lain yaitu :
a. Proyeksi jumlah timbulan sampah sesuai dengan rencana umur teknis TPA,
yaitu minimal 5 tahun.
b. Pembuataan peta topografi untuk penentuan rencana tapak dan zona
penimbunan.
c. Analisa data geohidrologi/geologi untuk menentukan metode penimbunan dan
penggalian dasar TPA.
d. Analisa curah hujan untuk merencanakan proses pengolahan lindi dan saluran
drainase.
e. Analisa komposisi dan karateristik sampah untuk mengetahui tingkat reduksi
sampah sebagai upaya meminimalisir terjadinya overload TPA lebih awal dari
umur pakai TPA yang direncanakan.
f. Analisa kualitas air tanah dan sungai, analisa kepadatan lalat dan emisi gas
untuk mengetahui beban pencemaran yang disebabkan karena pembangunan
TPA.
6. Penyusunan format pendataan
Format pendataan ini disusun untuk mengetahui kondisi persampahan eksisting
yang terdapat di wilayah studi, yaitu meliputi data-data mengenai :
Jumlah orang dalam satu keluarga
Jumlah timbulan sampah per hari
Sistem pengelolaan sampah eksisting, meliputi sistem pewadahan,
pengumpulan, pengumpulan dan pengolahan sampah.
Kondisi kinerja pengelolaan TPA eksisting
Kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di TPA eksisting
Sistem pengolahan sampah di TPA eksisting
Sistem pengolahan lindi/leachate
LAPORAN PENDAHULUAN 3-6
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah, misalnya kompos, gas, dan
lain-lain.
7. Penyusunan jadwal kerja
Penyusunan Jadwal Kerja bagi tenaga pelaksana (tenaga ahli, pendukung dan
penunjang) untuk pekerjaan ini disesuaikan dengan alokasi waktu dari masing-
masing tenaga pelaksana sebagaiman yang telah ditentukan di dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK).
3.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi
Kegiatan koordinasi yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pekrjaan ini meliputi :
1. Koordinasi dengan satuan kerja
Kegiatan koordinasi ini dimaksudkan untuk mengetahui petunjuk teknis dari
pelaksanaan pekerjaan ini agar sesuai dengan standar perencanaan yang telah
ditentukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman (PPLP) Sulawesi Utara.
2. Koordinasi dengan instansi terkait
Kegiatan koordinasi ini dimaksudkan untuk menjalin suatu kerja sama yang baik
dengan pemerintah/instansi/lembaga terkait baik formal maupun non formal
yang terdapat di wilayah studi, terutama terkait dengan masalah perijinan dan
permintaan data. Adapaun instansi/lembaga tersebut antara lain yaitu Badan
Lingkungan Hidup (BLH), Bappeda, Dinas PU, Pemerintah Kecamatan dan
Kelurahan/Desa di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
3. Koordinasi dengan masyarakat
Kegiatan koordinasi ini dilakukan dengan tokoh masyarakat, aparat kecamatan ,
kelurahan dan desa untuk menjalin kerja sama yang baik agar pelaksanaan
pekerjaan ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-7
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
3.2.3 Pelaksanaan Survey
Beberapa tahapan survey yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
diuraikan berikut ini.
A. Tahap Survey Kondisi Pengelolaan Sampah Eksisting
a. Pengumpulan data primer, meliputi :
- Volume sampah yang dibuang di TPS per hari
- Komposisi dan karakteristik sampah
- Pola pembuangan sampah
- Kondisi operasional sarana dan prasarana persampahan
- Kondisi kualitas lindi yang telah diolah
- Kondisi kepadatan lalat dan emisi gas yang terjadi
- Kondisi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
- Kondisi kegiatan pemulung di wilayah studi
b. Pengumpulan data sekunder, meliputi :
Institusi pengelolaan sistem persampahan.
Operasional pengelolaan sistem persampahan.
Biaya pengelolaan sistem persampahan.
Kondisi topografi dan geologi/geohidrologi wilayah studi dan rencana lokasi
TPA
Kondisi sarana dan prasaran yang ada.
B. Tahap Pengukuran Lokasi Perencanaan
1. Pengumpulan data awal
Sebelum tahap pengukuran ini dilakukan di lokasi yang direncanakan sebagai
area perluasan TPA, terlebih dahulu harus diketahui data-data fisik mengenai
wilayah studi dan lokasi rencana perluasan TPA, antara lain :
LAPORAN PENDAHULUAN 3-8
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
a. Data Instansional
Yaitu berupa data sekunder mengenai kondisi fisik alamiah daerah, wilayah
pelayanan persampahan, peraturan dan kebijakan. Data-data tersebut
didapat dari instansi/lembaga terkait yang terdapat di wilayah studi.
b. Data Observasi Lapangan
Yaitu berupa data primer yang didapat melalui survey secara langsung ke
lokasi dan wilayah studi untuk mengetahui kondisi fisik wilayah studi dan
pengelolaan sistem persampahan eksisting. Data ini nantinya dapat
digunakan sebagai bahan tambahan dari data sekunder yang telah didapat
dan bahan evaluasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan.
2. Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan antara lain :
Pengukuran topografi dengan interval 0,5 m
Pengukuran sondir untuk mengetahui daya dukung lahan
Pengukuran porositas tanah
Pengukuran kualitas air tanah dan sungai di sekitar TPA
Pengujian tanah dengan sondir pada 5 (lima) titik lokasi.
Jenis pengukuran yang digunakan antara lain :
Pengukuran untuk poligon utama
Pengukuran untuk poligon cabang
Pengukuran untuk situasi detail
Mekanisme pelaksanaan pengukuran ini yaitu dilakukan dengan menentukan
titik tetap (Titik Triangulasi, Bench Mark dan lain-lain) terlebih dahulu yang
terdapat di lokasi rencana TPA, meliputi ketinggian dan koordinat. Dari titik
tetap tersebut selanjutnya dilakukan pengukuran ke titik-titik lokasi yang sesuai.
Penetuan ketinggian dan koordinat dari tiap titik lokasi ditentukan dengan
menggunakan GPS (Global Positionning System).
LAPORAN PENDAHULUAN 3-9
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
a. Pengukuran untuk poligon utama
Prosedurnya yaitu :
Poligon merupakan kring tertutup dan meliputi daerah yang akan
dipetakan. Apabila poligon tersebut mencangkup area yang terlalu luas,
maka harus dibagi menjadi beberapa kring.
Seluruh titik tetap yang telah dipasang harus dilalui oleh poligon.
Poligon dibagi menjadi beberapa seksi dengan panjang maksimal 2,5 km
Pengukuran sudut poligon menggunakan alat Teodolit T2 Wild atau yang
sejenis. Pengukuran tersebut dilakukan dengan 2 (dua) seri, ketelitian 5”
(lima detik) dan kesalahan penutup sudut maksimal 10”N, dimana N yaitu
jumlah titik poligon. Sedangkan untuk pengukuran terhadap sudut vertikal
hanya dibaca 1 (satu) seri dengan ketelitian 10” (sepuluh detik).
Ketelitian linier poligon yaitu sebesar 1 : 10.000.
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
b. Pengukuran untuk poligon cabang
Prosedurnya yaitu :
Poligon cabang dimulai dari poligon utama dan diakhiri pada poligon
utama.
Seluruh titik tetap yang telah dipasang harus dilalui oleh poligon.
Setiap sisi poligon diusahakan memliki panjang yang sama.
Poligon dibagi menjadi beberapa seksi dengan panjang maksimal 2,5 km
Pengukuran sudut poligon menggunakan alat Teodolit T2 Wild atau yang
sejenis. Pengukuran tersebut dilakukan dengan 1 (satu) seri, ketelitian 10”
(sepuluh detik) dan kesalahan penutup sudut maksimal 10”N, dimana N
yaitu jumlah titik poligon.
Ketelitian linier poligon yaitu sebesar 1 : 5.000.
Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-10
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
c. Pengukuran untuk situasi detail
Prosedurnya yaitu :
Pengukuran dilakukan dengan metode Raai menggunakan alat Teodolit TO
atau yang sejenis.
Pengambilan titik detail dilakukan terhadap semua tampakan, baik
alamiah maupun buatan manusia.
Kerapatan pengambilan titik detail yaitu 40 m agar kondisi topografi dan
kenampakan buatan manusia dapat tergambarkan sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
Sketsa dari tiap titik detail harus dilakukan secara jelas, rapi dan lengkap
agar mempermudah penggambaran dan memnuhi syarat.
Ketelitian poligon raai untuk sudut adalah 20 N, dimana N = banyaknya
titik sudut. Ketelitian linier poligon raai 1 : 1000.
Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang disyaratkan.
Pengukuran situasi harus dilebihkan 250 m dari batas yang telah
ditentukan.
Sudut poligon raai dibaca 1 ( satu ) seri.
Ketelitian poligon raai adalah 10 cm D, dimana D = panjang poligon
dalam km.
Hasil pemetaan dituangkan pada peta dasar skala 1 : 2000.
Pemetaan terhadap kondisi topografi di wilayah studi dilakukan dengan cara :
a. Survai Pengikatan
Yaitu berupa pengukuran horizontal dan vertical secara bersamaan dari titik
kontrol pada BM/CP yang sudah ada. Titik tersebut lalu digunakan sebagai
dasar bagi pengukuran base line dan pemetaan topografi.
- Kontrol Horizontal
- Menggunakan alat ukur sudut dengan ketelitian 30
LAPORAN PENDAHULUAN 3-11
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
- Jarak diukur dengan pita ukur searah dan dicek dengan jarak optis ke
muka dan kebelakang.
- Pengukuran sudut dilakukan satu seri ganda (B-B-LB-LB)
- Kesalahan penutup sudut 4’ n ; n = banyaknya titik poligon
- Ketelitian linier , 1 : 5000
- Penentuan azimuth matahari dilakukan dua seri pagi dan dua seri sore
dengan ketelitian 30” pada titik ikat, pada awal dan akhir base line dan
setiap 50 stasiun pengukuran.
- Kontrol Vertikal
- Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60D km) mm, dimana D =
jumlah jarak pengukuran.
- Metode pengukuran tachimetris.
b. Survei Topografi pada jalur Base Line
- Jarak antara base line satu dan yang lain diatur maksimal 3 Km
- Pengukuran poligon dilakukan dengan sistem pergi pulang.
- Spesifikasi pengukuran dan pemetaan dilakukan dengan spesifikasi
pengikatan dan tambahan pengamatan azimuth.
c. Pengukuran Cross-section
Yaitu pengukuran terhadap ketinggian titik-titik disepanjang garis yang tegak
lurus memotong melintang jalan/sungai/saluran. Dari pengukuran ini
nantinya akan didapatkan data ketinggian dari setiap titik-titik tersebut
sehingga dapat digambarkan tampang melintang jalan/sungai/saluran yang
ada di lokasi pemetaan. Ketentuan pengukurannya sebagai berikut :
- Pengukuran dilakukan dengan metoda tachimetri menggunakan alat
theodolit T-0 atau yang sejenis.
- Pengukuran dilakukan dengan coverage 30 m sebelah kiri sampai dengan
30 m sebelah kanan sungai atau lebih disesuaikan dengan bentuk alur
sungai.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-12
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
- Pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan
tampang profil sesungguhnya dilapangan dengan basis pada titik patok
profil.
- Pembacaan rambu ukur yaitu dilakukan pada bacaan tiga benang dengan
rambu yang dipasang tegak.
- Pengukuran dilakukan pada setiap titik profil dengan interval maksimal
50-100 meter, atau pada titik-titik poligon sekunder dengan arah tegak
lurus jalan.
d. Pemasangan Bench Mark
- Bench Mark dipasang setelah Bench Mark yang ada tidak memenuhi syarat
per 250 Ha untuk skala 1 : 2.000.
- Dipasang pada setiap titik simpul (loop intersection point)
- Sistem penamaan Bench Mark harus seragam dengan nomor yang sudah
ada.
- Setiap Bench Mark lama/baru harus dibuat diskripsinya.
- Ukuran, bentuk dan type Bench Mark yang dipasang harus mengikuti
standard yang ditetapkan oleh direksi pekerjaan.
e. Perhitungan dan Penggambaran
Perhitungan sesuai dengan standara perhitungan yang ada dan
penggambaran hasil pengukuran disesuaikan dengan standar pengambaran
dari Direktorat Jenderal Permukiman dan Penataan Ruang. Data ketinggian
diukur dengan tachymetri (TR dan FU) dan data tersebut lalu diplotkan
sehingga didapatkan peta kontur dengan interval 5 m untuk wilayah
bergunung dan 0,5 m untuk wilayah landai.
C. Tahap Identifikasi Laju Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah
Pada perencanaan ini, perlu dilakukan survey di wilayah studi untuk mengetahui
laju timbulan sampah, komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan di
wilayah studi selama ini. Hal ini sangatlah penting dilakukan untuk menetapkan
LAPORAN PENDAHULUAN 3-13
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
metode pengolahan sampah, merencanakan zona penimbunan sampah di TPA dan
sistem pengolahan lindi agar sesuai dengan permasalahan sampah yang terjadi.
Pelaksanaan survey ini dilakukan dengan berdasarkan pada SNI 19-3964-1994
mengenai metode pengambilan dan pengukuran untuk laju timbulan, komposisi
dan karakteristik sampah.
D. Tahap Analisa Laboratorium
Analisa laboratorium yang perlu dilakukan pada tahap survey untuk pekerjaan ini
antara lain :
Analisa undisturbed dan permeability test di laboratorium mekanika tanah
Analisa pH, BOD, N, TSS, bau, warna dan kandungan mikrologi pada sampel air
tanah, air sungai dan air lindi di laboratorium air/lingkungan.
Analisa kepadatan lalat menggunakan fly grill.
Fly gril terbuat dari bilah-bilah kayu dengan lebar 2 cm, tebal 1 cm dan panjang 80
cm sebanyak 16 – 24 buah dan dicat dengan warna putih. Bilah-bilah kayu tersebut
lalu dipasangkan secara berjajar ke suatu kerangka kayu dengan memakai sekrup
agar mudah dibongkar pasang. Jarak antara bilah-bilah kayu yaitu 1 – 2 cm. Cara
menggunakan fly gril yaitu :
1. Persiapkan fly grill, stopwatch untuk menentukan waktu perhitungan dan
counter untuk menghitung jumlah lalat yang hinggap di fly grill.
2. Fly grill diletakkan di lokasi/tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya
3. Hitung jumlah lalat yang hinggap di fly grill selama 30 detik menggunakan
counter.
4. Ulangi perhitungan tersebut sebanyak 10 kali dengan cara yang sama
5. Hitung angka kepadatan lalat rata-rata di tempat tersebut dari 5 nilai hasil
perhitungan tertinggi.
6. Nilai angka kepadatan lalat rata-rata tersebut kemudian digunakan sebagai
petunjuk (indeks) populasi pada satu lokasi tertentu.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-14
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), kriteria in interpretasi
hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok Grill) yaitu :
0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah
3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan dan
lain-lain).
6 – 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat
berkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya
pengandaliannya.
>21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan
terhadap tempat – tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan
pengendalian lalat.
E. Tahap Kompilasi dan Pemrosesan Data
Tahapan ini merupakan bagian terakhir dari pelaksanaan survey yang dilakukan
dalam pekerjaan ini. Data-data hasil survey, baik data primer maupun data
sekunder yang telah didapat, selanjutnya dijadikan sebagai bahan kompilasi dan
pemrosesan/analisa data. Data-data tersebut antara lain :
Data gambaran umum wilayah studi
Data pengelolaan sistem persampahan eksisting
Data pengelolaan TPA eksisting
Data lokasi rencana perluasan TPA
Data kondisi pengelolaan sampah dan TPA eksisting
Data hasil pengukuran lokasi perencanaan
Data laju timbulan, komposisi dan karakteristik sampah
Data analisa laboratorium
LAPORAN PENDAHULUAN 3-15
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
3.2.4 Pelaksanaan Analisa dan Pembahasan
A. Perhitungan Timbulan Sampah
Untuk menghitung laju timbulan sampah, terlebih dahulu dilakukan proyeksi
penduduk di wilayah studi. Setelah itu dilakukan proyeksi timbulan sampai sesuai
dengan rencana umur teknis TPA, minimal 5 tahun terakhir agar pemakaian TPA
lebih efektif dan sesuai dengan biaya investasi yang dikeluarkan.
1. Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk ini penting dilakukan untuk memprediksi jumlah penduduk
dimasa mendatang. Dengan proyeksi ini nantinya dapat diprediksi juga jumlah
timbulan sampah yang dihasilkan oleh penduduk tersebut pada suatu masa
mendatang. Sehingga pada saat masa mendatang tersebut telah tiba, kondisi dari
TPA sudah sesuai dengan jumlah volume sampah yang masuk ke lokasi TPA.
Terdapat beberapa metode proyeksi penduduk yang dapat digunakan, antara
lain :
Aritmatika
Geometrik
Linear
Eksponensial
Logaritmik
Dasar pemilihan metode proyeksi penduduk yang tepat ditentukan oleh nilai
koefisien korelasi dan standar deviasi yang didapat dari hasil perhitungan
dengan berbagai metode tersebut. Koefisien korelasi tersebut dapat dihitung
dengan rumus :
r2=∑ (Pn−Pr )2−∑ (Pn−P )2
∑ (Pn−Pr )2 …………………………………………………………... (3.1)
Dengan penilaian untuk pemilihan sebagai berikut :
r < 0, berarti ada suatu korelasi yang kuat, namun bernilai negatif dan
hubungan diantara keduanya saling berbanding terbalik.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-16
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
r > 1, berarti ada hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, serta di
antara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Sedangkan rumus untuk penentuan standar deviasi yaitu :
STD=[∑ (Pn−P )2−[∑ (Pn−P )2/n ]n ]
12
……………………………………………... (3.2)
Dengan penilaian untuk pemilihan yaitu dipilih nilai standar deviasi terendah
dan koefisien korelasi paling besar.
Adapun penjelasan dari masing-masing metode proyeksi tersebut yaitu sebagai
berikut :
a. Metode Aritmatika
Metode ini digunakan pada saat data penambahan jumlah penduduk yang ada
menunjukan nilai yang relative sama setiap tahunnya karena luas wilayahnya
yang kecil, tingkat perumbuhan ekonomi yang rendah dan perkembangan
kota yang tidak terlalu pesat. Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :
Pn=P0+r (T n−T 0 ) ……………………………………………………………………………... (3.3)
r=P2−P1 ………………………………………………………………………………………... (3.4)
dimana :
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = jumlah penduduk awal
r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
Tn = tahun yang diproyeksi
T0 = tahun awal
P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
b. Metode Geometrik
LAPORAN PENDAHULUAN 3-17
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Metode ini digunakan pada saat data penambahan jumlah penduduk yang ada
menunjukan perkembangan yang cukup pesat setiap tahunnya. Rumus
perhitungan untuk metode ini yaitu :
Pn=P0 (1+r )n………………………………………………………………………….…………... (3.5)
r=P2−P1P1 ………………………………………………………………………………………... (3.6)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
P0 = jumlah penduduk tahun awal
r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = jangka waktu
c. Metode Regresi Linear
Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :
y=a+bx……………………………………………………………………………………..……... (3.7)
a=∑ y∑ x2−∑ x∑ ( xy )
N∑ x2−(∑ x )2 …………………………………………………………………... (3.8)
b=N∑ ( xy )−∑ x∑ y
N∑ x2−(∑ x)2 ……………………………………………………………………………... (3.9)
d. Metode Eksponensial
Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :
y=aebxn
……………………………………………………………………………..……………... (3.10)
ln a=( 1N )(∑ ln y−b∑ x )………………………………………………….……………... (3.11)
b=N∑ ( x ln y )−(∑ x∑ lny )
N (∑ x2)−(∑ x )2 …………………………………………….…….………... (3.12)
e. Metode Logaritmik
Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :
LAPORAN PENDAHULUAN 3-18
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
y=a+b ln x…………………………………………………...………………………………... (3.13)
a= 1N
[∑ y−b∑ ( ln x )]………………………………………………………....…………... (3.14)
b=N∑ ( y ln x )−∑ y∑ ln x
N∑ (ln x )2−(∑ ln x )2 …………………………………………………..…..……... (3.15)
2. Proyeksi Timbulan Sampah
Peningkatan jumlah timbulan sampah terjadi karena adanya peningkatan pola
hidup masyarakat, kebiasaan yang berlangsung dalam masyarakat, peningkatan
tingkat pendidikan, pendapatan, dan faktor sosial lainnya. Terjadi peningkatan
jumlah timbulan sampah dalam jangka waktu tertentu biasanya dipengaruhi
oleh :
Pertumbuhan Pertanian (Cp)
Pertumbuhan Industri (Ci)
Pertumbuhan GNP/GRP (Cg)
Pertambahan Penduduk (P)
Sehingga dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :
% Cs = (1 + (Cp + Ci + Cg)/3 …………………………………………………………... (3.16)
(1 + P)
Dimana : Cs = Peningkatan keseluruhan
Dan jumlah timbulan sampah pada tahun-tahun mendatang dapat diproyeksikan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Qt = Qo x (1+Cs)n …………………………………………….……………………………... (3.16)
Dimana :
Qt = Jumlah timbulan sampah tahun proyeksi
Qo = Jumlah timbulan sampah tahun sekarang
N = Tahun Proyeksi
LAPORAN PENDAHULUAN 3-19
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
B. Perencanaan Manajemen Teknis Persampahan (PTMP)
Konsep perencanaan PTMP yaitu memuat beberapa hal yang perlu direncanakan,
antara lain :
1. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan persampahan ditentukan berdasarkan jumlah timbulan
sampah di wilayah studi, daerah yang direncanakan mendapat pelayanan
sampah, biaya pengelolaan sampah, target MDGs yang ingin dicapai dan tingakt
kepadatan penduduk.
2. Sistem pengelolaan
Sistem pengelolaan sampah meliputi sistem pewadahan, pengolahan/reduksi
sampah di sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan sampah. Sampah
yang berasal dari sumber sampah dikumpulkan dengan gerobak, kemudian
dikumpulkan untuk sementara di TPS (Tempat Penampungan Sementara).
Kemudian dari TPS, sampah tersebut diangkut oleh truk pengangkut ke
(Tempat Pemrosesan Akhir). Setelah sampai di lokasi TPA, sampah tersebut lalu
ditimbun dengan metoda sanitary landfill.
3. Sistem pewadahan dan pengolahan sampah di sumber sampah, meliputi :
a. Sampah permukiman
Pengolahan sampah di sumber sampah, dapat dilakukan oleh warga dengan
memanfaatkan teknologi komposting. Kegiatan pengomposan ini dapat
dikelola oleh masyarakat baik secara perorangan maupun komunal dengan
menggunakan komposter aerobic.
b. Sampah pasar, daerah komersil, industry dan hasil penyapuan jalan
Pengelolaan sampah-sampah ini yaitu dengan cara mengambil atau
mengumpulkan sampah di TPS atau memasukkannya ke dalam container.
Kegiatan pengelolaan ini dilakukan oleh petugas dari dinas terkait. Setelah itu
sampah tersebut diangkut ke TPA untuk diolah secara komposting dan
LAPORAN PENDAHULUAN 3-20
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
sisanya yang tidak terolah selanjutnya ditimbun ke dalam zona penimbunan
TPA.
4. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah pada umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi tiap-tiap daerah pemukiman. Untuk daerah pemukiman yang terletak di
pinggir jalan yang cukup lebar (dapat dilewati gerobak sampah) maka
pengumpulan dilakukan secara langsung dari rumah ke rumah, dengan
menggunakan gerobak sampah berkapasitas 1 – 1,5 m3. Pengumpulan sampah
dari rumah tangga ke TPS dikelola oleh RT/RW. Untuk daerah pemukiman yang
sempit dan padat, pengumpulan sampah dilakukan secara komunal dengan
menyediakan tempat pengumpulan sampah yang dipergunakan secara bersama-
sama berupa bak sampah atau kontainer dari dinas terkait yang memiliki
kapasitas kecil (6 m3) dan diletakkan di ujung gang. Pembuangan sampah ke bak
sampah atau kontainer tersebut merupakan tanggung jawab masing-masing
rumah tangga. Lokasi TPS komunal ini juga harus dapat dilalui truk pengangkut
sampah sehingga dapat memudahkan bagi petugas/mobil pengangkut untuk
mengangkut sampah yang sudah terkumpul tersebut.
5. Pemindahan dan tempat penampungan sementara (TPS)
Setelah sampah dari tiap-tiap rumah, pasar, daerah komersil, industria atau
sampah hasil penyapuan jalan dikumpulkan dalam TPS, sampah tersebut
kemudian diangkut menuju TPA menggunakan armada pengangkut sampah.
6. Pengangkutan sampah
Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan cara sistem langsung atau tak
langsung. Untuk sistem pengangkutan sampah secara tak langsung, sampah dari
sumber sampah dikumpulkan dengan gerobak sampah, kemudian dibuang
sementara di TPS, baik berupa kontiner maupun transfer depo. Setelah itu
LAPORAN PENDAHULUAN 3-21
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
sampah tersebut diangkut ke TPA dengan menggunakan armada pengangkut
sampah. Sedangkan pengangkutan sampah secara langsung yaitu sampah
diangkut dengan gerobak sampah langsung ke lokasi TPA. Pengangkutan
semacam ini biasanya terjadi di daerah pemukiman penduduk, kantor, pasar,
daerah komersil dan idustri yang lokasi dekat dengan TPA Ada dua tipe
alternative pengangkutan sampah yaitu :
a. Pengangkutan sampah dengan sistem container tetap (Stationary Container
System = SCS)
Gambar 3.2 Pola Pengangkutan Sistem Kontiner Tetap
Mekanisme pengangkutan sistem container tetap yaitu :
Kendaraan angkut keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan/ TPS,
mengisi truk, kemudian menuju TPS-TPS berikutnya, sampai truk penuh,
kemudian menuju TPA. Sampah ditimbun di TPA.
Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke TPS-TPS lainnya, untuk pengambilan
sampah untuk rit berikutnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
TPS 1 TPS 2 TPS 3 TPS 4
TPA
Truck Sampah Pool
Pool
3-22
KosongC(0)
IsiC(1)
KosongC(1)
IsiC(1)
KosongC(2)
IsiC(2)
TPAKontainer
Pool
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
b. Pengangkutan sampah dengan sistem container tak tetap (Hauled Container
System = HCS)
Gambar 3.3 Pola Pengangkutan Sistem Kontiner Tak Tetap
Mekanisme pengangkutan sistem kontainer tidak tetap yaitu :
Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi
kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya
ke TPA.
Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi
berikutnya.
Demikian seterusnya sampai rit terakhir.
C. Perencanaan DED TPA
Perencanaan review DED TPA Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan
Sangihe ini meliputi :
1. Metode penimbunan sampah
LAPORAN PENDAHULUAN 3-23
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Penimbunan dan pembuangan sampah harus dilakukan secara baik dan benar
agar tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. TPA di Kabupaten
Kepulauan Talaud perlu ditingkatkan proses penimbunannya dari yang saat
dilakukan secara open damping menjadi sanitary landfill.
2. Sarana dan prasarana TPA
Sarana dan prasarana di lokasi TPA dimaksudkan untuk mendukung berbagai
aktivitas di dalam TPA, antara lain :
a. Fasilitas umum di TPA (meliputi : jalan masuk, saluran drainase, kantor dan
pagar).
b. Fasilitas perlindungan lingkungan yang ada (meliputi : lapisan dasar kedap
air, pengumpul dan pengolahan leachate, ventilasi gas, buffer zone, sumur
pengujian dan pengoperasian).
c. Fasilitas operasional (meliputi : alat berat, truk pengangkut tanah dan deposit
tanah penutup).
d. Fasilitas penunjang (meliputi : air bersih, bengkel jembatan timbang, dan lain-
lain).
3. Analisa luas lahan dan kapasitas TPA
a. Daya tampung zona penimbunan, meliputi : kedalaman dasar TPA, ketinggian
timbunan, volume sampah yang dibuang, kepadatan sampah dan kemampuan
pengurangan volume sampah di sumber.
b. Perhitungan kebutuhan luas lahan TPA
Yaitu dihitung dengan rumus :
L= V x 300 x 0,70 x 1,15
T
Dimana : L = luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2)
V = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)
V = A x E, dimana
LAPORAN PENDAHULUAN 3-24
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
A = volume sampah yang akan dibuang
E = tingkat pemadatan (kg/m3), rata-rata 600 kg/m3
T = ketinggian timbunan yang direncanakan (m)
Rasio tanah penutup = 15%
c. Perhitungan kebutuhan luas lahan tanah
Yaitu dihitung dengan rumus :
H=L x I x J
Dimana : H = luas total lahan (m2
)
L = luas lahan setahun
I = umur lahan (tahun)
J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2
4. Rencana tapak
Penentuan rencana tapak untuk lahan urug saniter dan lahan urug terkendali
dengan memperhatikan hal berikut :
a. Pemanfaatan lahan dilakukan secara optimal
b. Lokasi TPA terlindung dari jalan umum yang melintasi daerah sekitar lokasi
TPA
c. Sistem pengolahan lindi direncanakan dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran dan pencemaran lingkungan
d. Perencanaan jalan operasi bagi truk pengangkut dan alat berat disesuaikan
dengan zona penimbunan agar mudah terjangkau.
5. Perencanaan sarana dan prasarana TPA
a. Jalan dan saluran drainase, meliputi :
Jalan masuk, dengan ketentuan :
- Berupa jalan dua arah yang dapat dilalui truk pengangkut dan alat berat
LAPORAN PENDAHULUAN 3-25
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
- Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2 – 3 % k earah saluran
drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan
dengan tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam
(sesuai dengan ketentuan Ditjen Bina Marga).
Jalan operasi di dalam zona penimbunan, terdiri dari dua tipe jalan yaitu :
- Jalan operasi penimbunan sampah dengen ketentuan : bersifat temporer
dan terkadang dapat tertimbun dengan sampah.
- Jalan penghubung antar fasilitas yang bersifat permanen.
Saluran drainase
Berfungsi untuk mengalirkan air hujan di lokasi TPA, dengan ketentuan
perencanaan sebagai berikut :
- Saluran drainase bersifat permanen yaitu disekeliling fasilitas umum
dan zona penimbunan lama.
- Saluran drainase bersifat sementara yaitu disekeliling zona penimbunan
yang sedang beroperasi.
- Perhitungan kapasitas saluran drainase dihitungan dengan persamaan
manning yaitu :
Q = 1/n.A.R 2/3.S1/2
Dimana : Q = debit aliran air hujan (m3/det)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan
N = konstanta
- Perhitungan debit saluran yaitu :
D = 0,278 C. I.A (m3/det),
Di mana : D = debit
C = angka pengaliran
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)
LAPORAN PENDAHULUAN 3-26
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
b. Fasilitas perlindungan lingkungan
Perencanaan dasar zona penimbunan, dengan ketentuan :
- Didesain kedap air agar tidak mencemari air tanah dengan
permeabilitas tanah kurang dari 10 –6 cm/det.
- Dilengkapi dengan saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan
minimal 2 % k earah saluran penampung lindi.
- Pelapisan dilakukan menggunakan tanah lempung yang dipadatkan
dengan ukur 30 cm x 2 lalu dilapisii dengan geomembrance setebal 5
mm.
- Pengerjaannya dilakukan secara bertahap
Saluran pengumpul lindi, dengan ketentuan :
- Terdiri dari dua tipe saluran yaitu saluran pengumpul primer dan
sekunder. Saluran pengumpul primer yaitu saluran yang dihubungkan
dengan hilir dari saluran sekunder. Pada beberapa bagian dari saluran
ini dibuat berlubang sebagai ventilasi gas. Saluran pengumpul sekunder
yaitu dipasang secara memanjang di area zona penimbunan dengan
kemiringan 2% ke arah saluran primer. Jenis pipa yang digunakan untuk
saluran primer dan sekunder yaitu pipa PVC.
- Pengaliran lindi diusahakan dilakukan secara gravitasi dengan
kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/det, kedalaman air dalam saluran/pipa
(d/D) maksimal 80 % dimana d = tinggi air dan D = diameter pipa.
- Perhitungan desain debit lindi dilakukan dengan mengasumsikan
bahwa hujan terpusat terjadi selama 4 jam sebanyak 90% (Van Breen),
faktor puncak = 5,4, prosentase hujan yang menjadi lindi yaitu 20 – 30%
dan jumlah hari hujan yaitu 20 hari.
- Bak penampung lindi didesain dengan ketentuan kedap air, tahan asam
dan ukurannya sesuai kebutuhan.
- Pengolahan lindi dilakukan secara biologis dengan urutan proses
pengolahan yaitu mulai dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi,
LAPORAN PENDAHULUAN 3-27
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
penyaringan biologi (biofilter) dan penyaringan sendiri (landtreatment).
Hasil dari pengolahan lindi akan dievaluasi di laboratorium untuk
mengetahui tingkat efektivitas dari sistem pengolahan lindi tersebut.
Adapun kriteria teknis pengolahan lindi sebagaimana pada Tabel 3.1
berikut :
Tabel 3.1 Kriteria Teknis Pengolahan Lindi
No. KriteriaProses Pengolahan
AnaerobikStabilisasi/ Fakultatif
MaturasiBiofilter/
landtreatm1. Fungsi Menurunkan
kadar BOD yang relatif tinggi (> 1000 ppm)
Mengurangi kadar mikro-organisme
Menyaring efluen sebelum dibuang ke badan air
2. Kedalaman 2,5 – 5 m 1 – 2 m 1 m 2 m3. Penyisihan
BOD50 – 85 % 70 – 80 % 60 – 89 % 50%
4. Waktu Detensi
20 – 50 hari 12 – 33 hari 7 – 10 hari 3 – 5 hari
5. Bahan Pasangan Batu Pasangan Batu
Pasangan Batu Batu kerikil, ijuk, pasir, tanaman (rumput gajah dan eceng gondok)
Ventilasi gas
Berfungsi mengalirkan tekanan yang dikeluarkan dari pengolahan sampah
di dalam zona penimbunan, dengan ketentuan perencanaan sebagai
berikut :
- Pemasangan pipa ventilasi dilakukan secara bertahap pada setiap
lapisan sampah
- Pipa ventilasi dihubungkan dengan pipa penghubung lindi
- Pipa ventilasi berupa pipa PVC berdiameter 150 mm, berlubang dan
dikelilingi oleh saluran birdiameter 400 mm dan diisi batu pecah
diameter 50 – 100 mm.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-28
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
- Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan
- Pipa ventilasi pada akhir timbunan ditambah dengan pipa besi diameter
150 mm.
- Gas yang keluar dari ujung pipa besi dibakar atau dimanfaatkan sebagai
energi alternatif.
- Jarak antara pipa ventilasi gas 50 – 100 mm
Penutupan tanah
Ketentuan dalam penutupan tanah yaitu :
- Tanah yang digunakan yaitu tanah yang tidak kedap air
- Periode penutupan tanah disesuaikan dengan metode pembuangan
sampah. Penutupan tanah untuk lahan urug saniter dilakukan setiap hari
dan untuk lahan urug terkendali dilakukan secara berkala.
- Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari penutupan
tanah harian (setebal 15 – 20 cm), penutupan antara (setebal 30 – 40 cm)
dan penutupan tanah akhir (setebal 50 – 100 cm)
- Kemiringan tanah penutup harian harus mampu mengalirkan air hujan
keluar dari atas lapisan penutup tersebut dan kemiringan tanah penutup
akhir harus mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih dari 30
derajat ( perbandingan 1 : 3 ).
- Untuk menghidari terjadinya erosi, maka diatas tanah penutup akhir harus
dilapisi dengan media tanam.
- Apabila sulit mendapatkan tanah penutup, maka dapat digunakan
reruntuhan bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil
pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup.
Daerah penyangga/zone penyangga
Berfungsi mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Daerah
penyangga/zone penyangga tersebut berupa jalur hijau atau taman dengan
kerapatan pohon 2 – 5 m.
Sumur pengujian lindi
LAPORAN PENDAHULUAN 3-29
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Berfungsi memantau kualitas lindi agar tidak mencemari lingkungan,
dengan ketentuan :
- Lokasi berada di dekat pos jaga atau sekitar area penimbunan dan tidak
berada pada lokasi yang mudah tertimbun oleh sampah.
- Kedalaman sumur 20 – 25 m dengan luas 1 m2
c. Fasilitas penunjang
Jembatan timbang
Berfungsi untuk mengetahui berat dan volume sampah yang masuk ke
lokasi TPA, dengan ketentuan perencanaan yaitu lokasi harus berada di
dengan kantor/pos jaga dan terletak pada jalan masuk TPA, mampu
menahan beban minimal 5 ton dengan lebar minimal 3,5 m.
Air bersih
Digunakan untuk kebutuhan kantor, pencucian kendaraan pengangkut
sampah dan alat berat, serta fasilitas TPA lainnya. Penyediaan air bersih ini
dapat dilakukan dengan sumur bor dan pompa.
Bengkel
Berfungsi untuk menyimpan dan memperbaiki kendaraan pengangkut
sampah dan alat berat yang rusak. Luas bangunan yang direncanakan
harus dapat menampung 3 kendaraan dan dilengkapi dengan peralatan
untuk pemeliharaan dan penanganan kerusakan ringan.
d. Fasilitas lain
Alat berat
Pemilihan alat berat dilakukan dengan mempertimbangkan kegiatan
pembuangan sampah di TPA, meliputi kegiatan pengangkutan,
pemindahan dan pemadatan sampah serta penggalian tanah.
Bangunan penunjang
Bangunan penunjang yang dibutuhkan antara lain : kantor, bengkel, kamar
mandi/wc, gudang dan tempat cuci kendaraan.
LAPORAN PENDAHULUAN 3-30
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Pagar
Berfungsi untuk menjaga keamanan di TPA. Pagar tersebut dapat berupa
tanaman sebagai daerah penyangga.
Papan nama
Berisi nama TPA, pihak pengelola, jenis sampah, waktu kerja, nama
fasilitas dan keterangan lainnya.
C. Peningkatan Kinerja Pengelolaan TPA
Terdapat beberapa aspek yang dijadikan sebagai dasar dalam upayanpeningkatan
kinerja pengelolaan TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud antara lain :
a. Aspek kelembagaan yaitu berkaitan penugasan sumber daya manusia (SDM) di
TPA, meliputi : jumlah petugas dan latar belakang pendidikan/training, pola
penugasan, tata laksana kerja dan koordinasi.
b. Aspek pembiayaan, meliputi alokasi dana investasi pembagunan TPA dalam 3
tahun terakhir, biaya operasi dan pemeliharaan TPA pertahun dalam 3 tahun
terakhir, biaya satuan TPA per m3 atau per ton sampah.
c. Peraturan daerah yang mendukung pelaksanaan TPA, termasuk dasar
penetapan lokasi TPA.
d. Aspek teknis, meliputi lokasi keberadaan TPA berdasarkan pada kriteria SNI
tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, sarana dan prasarana TPA, kondisi
pengoperasian TPA, indikasi pencemaran lingkungan yang terjadi dan analisa
hasil pengukuran kondisi fisik TPA dibandingkan dengan kondisi fisik awal
sebelum pembagunan TPA dengan didasarkan pada peraturan dan ketentuan
yang berlaku, yaitu PP No. 16 Tahun 2005, UU No. 18 Tahun 2008, Protokol
Kyoto, kebijakan nasional dan NSPM yang relevan.
3.2.5 Pemberian Rekomendasi
LAPORAN PENDAHULUAN 3-31
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Rekomendasi yang diberikan yaitu terkait mengenai usulan perencanaan
review DED TPA dan Konsep peningkatan kinerja pengelolaan TPA di Kabupaten
Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sangihe.
3.3 PELAKSANAAN ON THE JOB TRAINING
Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dari
tenaga pengelola TPA dan pengelola persampahan secara umum dapat dilakukan
dengan melaksanakan on job training. Pada pekerjaan ini akan dilaksanakan on job
training dalam jangka waktu dua hari dengan silabus dapat dilihat dibawah ini.
Kurikulum Silabus (Kursil) P rogram Pelatihan
I. Judul Program: Pelatihan (On Job Training) Pengelolaan Sampah bagi
Operator TPA (Tempat Pemerosesan Akhir).
II. Pelaksana : Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Sulawesi Utara.
III. Tujuan dan Sasaran:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah pada peserta
pelatihan yang meliputi materi pengurangan dan penanganan sampah.
2. Meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan TPA sesuai dengan aturan
teknis yang berlaku
3. Meningkatkan kompetensi dan kinerja dari pengelola TPA dalam
melaksanakan pengelolaan sampah di TPA.
IV. Deskripsi Pelatihan:
Pelatihan akan diberikan dalam beberapa metoda seperti penjelasan dan
praktek lapangan. Penjelasan meliputi pengelolaan sampah mulai dari sumber
LAPORAN PENDAHULUAN 3-32
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
termasuk metoda 3R (reduce, reuse dan recycle), dan penanganan sampah dari
tempat penampungan sementara (TPS) menuju ke TPA (Tempat Pemerosesan
Akhir), dan metoda pembuangan akhir sampah termasuk pemrosesan akhir di
lokasi TPA. Operasional teknis pelaksanaan TPA termasuk penjelasan tentang
pengendalian gas dan leachate yang terbentuk saat proses penimbunan sampah
di landfill. Termasuk penjelasan mengenai inovasi yang bisa dilakukan untuk
memperbaiki operasional dan pemeliharaan di landfill. Praktek lapangan
meliputi implementasi langsung di lapangan melalui suatu peragaan atau
demostrasi terkait dengan pengelolaan sampah yang sesuai dengan aturan
teknis di TPA.
V. Silabus Pelatihan
Pada kolom metode pembelajaran, disebutkan apakah secara klasikal, diskusi,
role play, interaktif, sharing session dan studi kasus. Adapun materi dan silabus
pelatihan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Silabus Pelatihan Pengelolaan Sampah Bagi Operator TPA
NoMateri
Pokok BahasanRuang Lingkup
Sub Pokok Bahasan
Jumlah Sesi
(@45 Menit)
Metode Pembelajara
n
1 Pengelolaan Sampah secara Umum
Pengertian Sampah Definisi Pengelolaan Sampah Pengurangan Sampah dengan
Konsep 3R Pengelolaan di Sumber Sampah Pengelolaan Sampah dari
Sumber menuju TPA
2 Tutorial Diskusi
2 Pengelolaan Sampah di TPA
Konsep dan pengertian TPA Metoda Pengelolaan Sampah di
TPA Kegiatan yang ada di TPA
1 Tutorial Diskusi
3 Penimbunan Sampah di TPA
Klasifikasi penimbunan sampah (landfill)
Prasarana dan Sarana di TPA Metoda atau cara penimbunan
2 Tutorial Diskusi
4 Pengelolaan Gas Komposisi gas 1 Tutorial
LAPORAN PENDAHULUAN 3-33
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
Karakteristik gas di landfill Pengendalian gas
Diskusi
5 Pengelolaan Lindi
Pembentukan Lindi Karakteristik Lindi Pengolahan Lindi
1 Tutorial Diskusi
7 Operasional di TPA
Operasional Penimbunan sampah
Kriteria teknis penimbunan sampah
Alat berat dan sarana lainnya Operasional penutupan sampah
dengan tanah penutup Monitoring di TPA Pemeliharaan sarana dan
prasarana
3 Tutorial Diskusi
(Lanjutan Tabel 3.2)
NoMateri
Pokok BahasanRuang Lingkup
Sub Pokok Bahasan
Jumlah Sesi
(@45 Menit)
Metode Pembelajara
n
8 Praktek Lapangan
Demostrasi di TPA operasional penimbunan sampah
2 Praktek
Pada materi pelatihan ini ada beberapa batasan terkait dengan pengelolaan
sampah yang dimaksud yaitu :
1. Unit ini berlaku untuk pengelolaan sampah terutama dari pemukiman
2. Pemrosesan akhir dijelaskan terkait dengan prinsip control dan sanitary landfill.
3. Sampah yang ditimbun adalah sampah tercampur dan tidak berkategori sebagai
sampah B3.
4. Pengelolaan TPA ada dibawah dinas atau instansi terkait.
VI. Indikator Penilaian
Secara umum konteks penilaian mungkin terjadi pada pekerjaan, atau diluar
pekerjaan atau suatu kombinasi dari keduanya. Penilaian diluar pekerjaan harus
LAPORAN PENDAHULUAN 3-34
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
dilaksanakan dalam suatu lingkungan kerja yang disimulasikan mendekati
pekerjaan yang semestinya seperti indikator penilaian praktek lapangan.
Penilaian mungkin menggabungkan serangkaian metode untuk menilai
kemampuan dan penerapan pengetahuan pendukung, mencakup:
Demonstrasi praktis (pengamatan langsung harus terjadi lebih dari sekali
untuk menentukan konsistensi kemampuan).
Penyelesaian studi kasus
Contoh-contoh kerja atau kegiatan-kegiatan simulasi kerja.
Menanyakan secara lisan/interview.
VII. Jadwal Kegiatan
Aktivitas Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari dengan total sessi adalah 12
pertemuan dan jangka waktu 45 menit setiap sessi materi (Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Rencana Jadwal Pelatihan
Hari 1
08.00-08.45 Registrasi
08.45-09.00 Pembukaan Pelatihan
09.00-09.45 Sessi 1 Pengelolaan Sampah
09.45-10.15 Break 1
10.15-11.00 Sessi 2 Pengelolaan Sampah
11.00-11.45 Sessi 3 Pengelolaan Sampah di TPA
11.45-13.15 Istirahat makan siang
13.15-14.00 Sessi 4 Penimbunan Sampah di TPA
14.00-14.45 Sessi 5 Penimbunan Sampah di TPA
14.45-15.15 Break 2
LAPORAN PENDAHULUAN 3-35
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud
15.15-16.00 Sessi 6 Pengelolaan Gas di TPA
Hari 2
09.00-09.45 Sessi 7 Pengelolaan Lindi
09.45-10.15 Break 1
10.15-11.00 Sessi 8 Operasional di TPA
11.00-11.45 Sessi 9 Operasional di TPA
11.45-13.15 Istirahat makan siang
13.15-14.00 Sessi 10 Operasional di TPA
14.00-16.00 Praktek Lapangan
LAPORAN PENDAHULUAN 3-36