52
Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering Design TPA Kabupaten Kepulauan Talaud BAB 3 METODA PELAKSANAAN PEKERJAAN 3.1. KERANGKA ALUR PERENCANAAN Metodologi dalam pelaksanaan pekerjaan ini disusun dan dirumuskan dengan kerangka alur perencanaan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan desk study 2. Pelaksanaan kegiatan koordinasi dan sosialisasi 3. Pelaksaan survey untuk pengumpulan data primer dan sekunder 4. Pelaksanaan analisa dan pembahasan mengenai : a. Jumlah volume dan timbulan sampah b. Kondisi sistem persampahan secara umum di wilayah studi c. Konsep Perencanaan Manajeman Teknis Persampahan (PTMP) d. Perencanaan Detail Engineering Design (DED) TPA e. Konsep peningkatan kinerja pengelolaan TPA f. Konsep pelaksanaan on the job training bagi para operator TPA g. Analisa waktu, biaya dan spesifikasi teknis untuk perencanaan PTMP dan DED TPA LAPORAN PENDAHULUAN 3-1

Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LAPORAN PENDAHULUAN TPA

Citation preview

Page 1: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

BAB 3

METODA PELAKSANAAN

PEKERJAAN

1. KERANGKA ALUR PERENCANAAN

Metodologi dalam pelaksanaan pekerjaan ini disusun dan dirumuskan dengan

kerangka alur perencanaan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan desk study

2. Pelaksanaan kegiatan koordinasi dan sosialisasi

3. Pelaksaan survey untuk pengumpulan data primer dan sekunder

4. Pelaksanaan analisa dan pembahasan mengenai :

a. Jumlah volume dan timbulan sampah

b. Kondisi sistem persampahan secara umum di wilayah studi

c. Konsep Perencanaan Manajeman Teknis Persampahan (PTMP)

d. Perencanaan Detail Engineering Design (DED) TPA

e. Konsep peningkatan kinerja pengelolaan TPA

f. Konsep pelaksanaan on the job training bagi para operator TPA

g. Analisa waktu, biaya dan spesifikasi teknis untuk perencanaan PTMP dan DED

TPA

h. Analisa biaya dan kebutuhan personil untuk pengelolaan TPA

5. Pemberian rekomendasi/usulan mengenai konsep dan rancangan PTMP, DED TPA

dan peningkatan kinerja pengelolaan TPA.

6. Pelaksanaan On The Job Training

LAPORAN PENDAHULUAN 3-1

Page 2: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Gambar 3.1 Kerangka Alur Pelaksanaan

2. PENDEKATAN METODOLOGI

Pelaksanaan pekerjaan ini berdasarkan pada peraturan perundangan yang

berkaitan, antara lain yaitu :

1. UU No18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

2. UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

3. Permen PU No 21 Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)

4. PP No 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

5. SNI 03 - 3241 – 1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan

Akhir Sampah

6. SNI 19-3964-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan

dan Komposisi Sampah Perkotaan

LAPORAN PENDAHULUAN

Review Detail Engineering Design (DED) TPA Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten

Kepulauan Sangihe

Desk Studi

Koordinasi dan Sosialisasi

Pelaksanaan Survey

Pengumpulan Data SekunderPengumpulan Data Primer

Analisa dan Pembahasan

Rekomendasi

3-2

Page 3: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

7. SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan

Sedang di Indonesia

8. SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman

9. SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Perkotaan

10. SNI 03-1737-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di

Perkotaan

11. CT/S/Re-TC/004/98 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan TPA

Sampah

12. Pt S-07-2000-C tentang Petunjuk Teknis Spesifikasi Area Penimbunan Sampah

Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali di TPA Sampah.

Pendekatan metodologi dalam pelaksanaan pekerjaan ini dimasudkan untuk

mengetahui tahapan/alur pelaksanaan kerja, metoda analisa yang digunakan dan

lingkup pekerjaan yang akan dikerjakan. Pendekatan metodologi yang dilakukan

dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :

3.2.1 Pelaksanaan Desk Studi

Pelaksanaan desk studi dalam pekerjaan ini dilakukan dengan berbagai

langkah, yaitu :

1. Persiapan personil, alat dan bahan

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini antara lain :

a. Personil pelaksana

b. Alat dan bahan, meliputi :

- Theodolit

- GPS

- Alat Boring

- Alat Sondir

- ATK dan lain-lain

LAPORAN PENDAHULUAN 3-3

Page 4: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

2. Penentuan sasaran

a. Perencanaan PTMP yang layak dan efektif untuk diterapkan.

b. Perencanaan DED TPA yang layak dan ramah lingkungan.

c. Penyusunan konsep peningkataan kinerja pengelolaan TPA untuk

meminimalkan dampak pencemaran lingkungan.

d. Penyusunan konsep pelaksanaan on the job training bagi para operator TPA

untuk meningkatkan kinerja pengelolaan TPA secara keseluruhan.

3. Penetapan metode survey

Metode survey untuk pengumpulan data primer dilakukan dengan cara

wawancara, pembagian kuisioner dan survey lapangan ke lokasi wilayah studi.

Sedangkan untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara kompilasi

data yang didapat dari berbagai sumber/instansi terkait.

4. Pengumpulan data

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, pengumpulan data yang dilakukan berupa data

primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan survey

lapangan ke lokasi wilayah studi dan pengumpulan data sekunder berdasarkan

data dari instansi/lembaga terkait, atau dari penelitian lain yang berkaitan dengan

pekerjaan ini. Adapun data-data yang dibutuhkan antara lain yaitu :

A. Data Gambaran Umum Wilayah Studi

Yaitu berupa data sekunder yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

Data ini didapat dari instansi/lembaga terkait yang terdapat di wilayah studi.

Data yang dibutuhkan antara lain mengenai :

Kondisi fisik wilayah studi, meliputi : kondisi geografis, topografi,

klimatologis, topografi, geologi dan geohidrologi.

Kondisi administratif, demografi dan ekonomi di wilayah studi, meliputi :

status kota, batas wilayah administrative, pembagian wilayah, kependudukan,

pendapatan dan perekonomian daerah.

Rencana tata ruang dan tata guna lahan di wilayah studi

LAPORAN PENDAHULUAN 3-4

Page 5: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Kondisi sarana dan prasarana, meliputi jaringan jalan, perumahan,

perindustrian dan fasilitas umum (pendidikan, peribadatan. Kesehatan dan

sosial budaya).

B. Data Pengelolaan Sistem Persampahan Eksisting

Yaitu berupa data sekunder yang didapat dari studi sebelumnya atau dengan

melakukan survey secara langsung ke lokasi wilayah studi. Data yang

dibutuhkan antara lain mengenai :

Institusi pengelolaan sistem persampahan, meliputi :

- Bentuk dan struktur organisasi

- Jumlah personil

- Kualitas personil

Operasional pengelolaan sistem persampahan, meliputi :

- Jumlah timbulan sampah

- Komposisi dan karakteristik sampah

- Daerah pelayanan dan tingkat pelayanannya

- Pola operasional sampah mulai dari sumber sampai ke TPS

- Sarana dan prasarana penunjang

Biaya pengelolaan sistem persampahan, meliputi :

- Biaya pengelolaan sistem persampahan setiap tahun

- Biaya penerimaan dan tarif retribusi

- Biaya investasi

C. Data Lokasi Rencana TPA

Data-data yang dibutuhkan untuk menentukan lokasi dari rencana TPA antara

lain yaitu :

Jarak lokasi rencana TPA dari daerah pelayanan, permukiman penduduk

terdekat, badan air/sungai, bandara, pusat kota dan tempat wisata.

Kondisi topografi lokasi rencana TPA.

Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar rencana lokasi TPA

Kondisi geologi lokasi rencana TPA

LAPORAN PENDAHULUAN 3-5

Page 6: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Kondisi geohidrologi lokasi rencana TPA

Kondisi flora dan fauna yang ada.

5. Studi literatur

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, studi literature yang dilakukan antara lain yaitu :

a. Proyeksi jumlah timbulan sampah sesuai dengan rencana umur teknis TPA,

yaitu minimal 5 tahun.

b. Pembuataan peta topografi untuk penentuan rencana tapak dan zona

penimbunan.

c. Analisa data geohidrologi/geologi untuk menentukan metode penimbunan dan

penggalian dasar TPA.

d. Analisa curah hujan untuk merencanakan proses pengolahan lindi dan saluran

drainase.

e. Analisa komposisi dan karateristik sampah untuk mengetahui tingkat reduksi

sampah sebagai upaya meminimalisir terjadinya overload TPA lebih awal dari

umur pakai TPA yang direncanakan.

f. Analisa kualitas air tanah dan sungai, analisa kepadatan lalat dan emisi gas

untuk mengetahui beban pencemaran yang disebabkan karena pembangunan

TPA.

6. Penyusunan format pendataan

Format pendataan ini disusun untuk mengetahui kondisi persampahan eksisting

yang terdapat di wilayah studi, yaitu meliputi data-data mengenai :

Jumlah orang dalam satu keluarga

Jumlah timbulan sampah per hari

Sistem pengelolaan sampah eksisting, meliputi sistem pewadahan,

pengumpulan, pengumpulan dan pengolahan sampah.

Kondisi kinerja pengelolaan TPA eksisting

Kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di TPA eksisting

Sistem pengolahan sampah di TPA eksisting

Sistem pengolahan lindi/leachate

LAPORAN PENDAHULUAN 3-6

Page 7: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Produk yang dihasilkan dari pengolahan sampah, misalnya kompos, gas, dan

lain-lain.

7. Penyusunan jadwal kerja

Penyusunan Jadwal Kerja bagi tenaga pelaksana (tenaga ahli, pendukung dan

penunjang) untuk pekerjaan ini disesuaikan dengan alokasi waktu dari masing-

masing tenaga pelaksana sebagaiman yang telah ditentukan di dalam Kerangka

Acuan Kerja (KAK).

3.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi

Kegiatan koordinasi yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pekrjaan ini meliputi :

1. Koordinasi dengan satuan kerja

Kegiatan koordinasi ini dimaksudkan untuk mengetahui petunjuk teknis dari

pelaksanaan pekerjaan ini agar sesuai dengan standar perencanaan yang telah

ditentukan oleh Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan

Permukiman (PPLP) Sulawesi Utara.

2. Koordinasi dengan instansi terkait

Kegiatan koordinasi ini dimaksudkan untuk menjalin suatu kerja sama yang baik

dengan pemerintah/instansi/lembaga terkait baik formal maupun non formal

yang terdapat di wilayah studi, terutama terkait dengan masalah perijinan dan

permintaan data. Adapaun instansi/lembaga tersebut antara lain yaitu Badan

Lingkungan Hidup (BLH), Bappeda, Dinas PU, Pemerintah Kecamatan dan

Kelurahan/Desa di Kabupaten Kepulauan Sangihe.

3. Koordinasi dengan masyarakat

Kegiatan koordinasi ini dilakukan dengan tokoh masyarakat, aparat kecamatan ,

kelurahan dan desa untuk menjalin kerja sama yang baik agar pelaksanaan

pekerjaan ini dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-7

Page 8: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

3.2.3 Pelaksanaan Survey

Beberapa tahapan survey yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini

diuraikan berikut ini.

A. Tahap Survey Kondisi Pengelolaan Sampah Eksisting

a. Pengumpulan data primer, meliputi :

- Volume sampah yang dibuang di TPS per hari

- Komposisi dan karakteristik sampah

- Pola pembuangan sampah

- Kondisi operasional sarana dan prasarana persampahan

- Kondisi kualitas lindi yang telah diolah

- Kondisi kepadatan lalat dan emisi gas yang terjadi

- Kondisi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan

- Kondisi kegiatan pemulung di wilayah studi

b. Pengumpulan data sekunder, meliputi :

Institusi pengelolaan sistem persampahan.

Operasional pengelolaan sistem persampahan.

Biaya pengelolaan sistem persampahan.

Kondisi topografi dan geologi/geohidrologi wilayah studi dan rencana lokasi

TPA

Kondisi sarana dan prasaran yang ada.

B. Tahap Pengukuran Lokasi Perencanaan

1. Pengumpulan data awal

Sebelum tahap pengukuran ini dilakukan di lokasi yang direncanakan sebagai

area perluasan TPA, terlebih dahulu harus diketahui data-data fisik mengenai

wilayah studi dan lokasi rencana perluasan TPA, antara lain :

LAPORAN PENDAHULUAN 3-8

Page 9: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

a. Data Instansional

Yaitu berupa data sekunder mengenai kondisi fisik alamiah daerah, wilayah

pelayanan persampahan, peraturan dan kebijakan. Data-data tersebut

didapat dari instansi/lembaga terkait yang terdapat di wilayah studi.

b. Data Observasi Lapangan

Yaitu berupa data primer yang didapat melalui survey secara langsung ke

lokasi dan wilayah studi untuk mengetahui kondisi fisik wilayah studi dan

pengelolaan sistem persampahan eksisting. Data ini nantinya dapat

digunakan sebagai bahan tambahan dari data sekunder yang telah didapat

dan bahan evaluasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan.

2. Pengukuran

Pengukuran yang dilakukan antara lain :

Pengukuran topografi dengan interval 0,5 m

Pengukuran sondir untuk mengetahui daya dukung lahan

Pengukuran porositas tanah

Pengukuran kualitas air tanah dan sungai di sekitar TPA

Pengujian tanah dengan sondir pada 5 (lima) titik lokasi.

Jenis pengukuran yang digunakan antara lain :

Pengukuran untuk poligon utama

Pengukuran untuk poligon cabang

Pengukuran untuk situasi detail

Mekanisme pelaksanaan pengukuran ini yaitu dilakukan dengan menentukan

titik tetap (Titik Triangulasi, Bench Mark dan lain-lain) terlebih dahulu yang

terdapat di lokasi rencana TPA, meliputi ketinggian dan koordinat. Dari titik

tetap tersebut selanjutnya dilakukan pengukuran ke titik-titik lokasi yang sesuai.

Penetuan ketinggian dan koordinat dari tiap titik lokasi ditentukan dengan

menggunakan GPS (Global Positionning System).

LAPORAN PENDAHULUAN 3-9

Page 10: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

a. Pengukuran untuk poligon utama

Prosedurnya yaitu :

Poligon merupakan kring tertutup dan meliputi daerah yang akan

dipetakan. Apabila poligon tersebut mencangkup area yang terlalu luas,

maka harus dibagi menjadi beberapa kring.

Seluruh titik tetap yang telah dipasang harus dilalui oleh poligon.

Poligon dibagi menjadi beberapa seksi dengan panjang maksimal 2,5 km

Pengukuran sudut poligon menggunakan alat Teodolit T2 Wild atau yang

sejenis. Pengukuran tersebut dilakukan dengan 2 (dua) seri, ketelitian 5”

(lima detik) dan kesalahan penutup sudut maksimal 10”N, dimana N yaitu

jumlah titik poligon. Sedangkan untuk pengukuran terhadap sudut vertikal

hanya dibaca 1 (satu) seri dengan ketelitian 10” (sepuluh detik).

Ketelitian linier poligon yaitu sebesar 1 : 10.000.

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

b. Pengukuran untuk poligon cabang

Prosedurnya yaitu :

Poligon cabang dimulai dari poligon utama dan diakhiri pada poligon

utama.

Seluruh titik tetap yang telah dipasang harus dilalui oleh poligon.

Setiap sisi poligon diusahakan memliki panjang yang sama.

Poligon dibagi menjadi beberapa seksi dengan panjang maksimal 2,5 km

Pengukuran sudut poligon menggunakan alat Teodolit T2 Wild atau yang

sejenis. Pengukuran tersebut dilakukan dengan 1 (satu) seri, ketelitian 10”

(sepuluh detik) dan kesalahan penutup sudut maksimal 10”N, dimana N

yaitu jumlah titik poligon.

Ketelitian linier poligon yaitu sebesar 1 : 5.000.

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-10

Page 11: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

c. Pengukuran untuk situasi detail

Prosedurnya yaitu :

Pengukuran dilakukan dengan metode Raai menggunakan alat Teodolit TO

atau yang sejenis.

Pengambilan titik detail dilakukan terhadap semua tampakan, baik

alamiah maupun buatan manusia.

Kerapatan pengambilan titik detail yaitu 40 m agar kondisi topografi dan

kenampakan buatan manusia dapat tergambarkan sesuai dengan kondisi

sebenarnya.

Sketsa dari tiap titik detail harus dilakukan secara jelas, rapi dan lengkap

agar mempermudah penggambaran dan memnuhi syarat.

Ketelitian poligon raai untuk sudut adalah 20 N, dimana N = banyaknya

titik sudut. Ketelitian linier poligon raai 1 : 1000.

Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga

memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang disyaratkan.

Pengukuran situasi harus dilebihkan 250 m dari batas yang telah

ditentukan.

Sudut poligon raai dibaca 1 ( satu ) seri.

Ketelitian poligon raai adalah 10 cm D, dimana D = panjang poligon

dalam km.

Hasil pemetaan dituangkan pada peta dasar skala 1 : 2000.

Pemetaan terhadap kondisi topografi di wilayah studi dilakukan dengan cara :

a. Survai Pengikatan

Yaitu berupa pengukuran horizontal dan vertical secara bersamaan dari titik

kontrol pada BM/CP yang sudah ada. Titik tersebut lalu digunakan sebagai

dasar bagi pengukuran base line dan pemetaan topografi.

- Kontrol Horizontal

- Menggunakan alat ukur sudut dengan ketelitian 30

LAPORAN PENDAHULUAN 3-11

Page 12: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

- Jarak diukur dengan pita ukur searah dan dicek dengan jarak optis ke

muka dan kebelakang.

- Pengukuran sudut dilakukan satu seri ganda (B-B-LB-LB)

- Kesalahan penutup sudut 4’ n ; n = banyaknya titik poligon

- Ketelitian linier , 1 : 5000

- Penentuan azimuth matahari dilakukan dua seri pagi dan dua seri sore

dengan ketelitian 30” pada titik ikat, pada awal dan akhir base line dan

setiap 50 stasiun pengukuran.

- Kontrol Vertikal

- Ketelitian tinggi tidak boleh lebih dari (60D km) mm, dimana D =

jumlah jarak pengukuran.

- Metode pengukuran tachimetris.

b. Survei Topografi pada jalur Base Line

- Jarak antara base line satu dan yang lain diatur maksimal 3 Km

- Pengukuran poligon dilakukan dengan sistem pergi pulang.

- Spesifikasi pengukuran dan pemetaan dilakukan dengan spesifikasi

pengikatan dan tambahan pengamatan azimuth.

c. Pengukuran Cross-section

Yaitu pengukuran terhadap ketinggian titik-titik disepanjang garis yang tegak

lurus memotong melintang jalan/sungai/saluran. Dari pengukuran ini

nantinya akan didapatkan data ketinggian dari setiap titik-titik tersebut

sehingga dapat digambarkan tampang melintang jalan/sungai/saluran yang

ada di lokasi pemetaan. Ketentuan pengukurannya sebagai berikut :

- Pengukuran dilakukan dengan metoda tachimetri menggunakan alat

theodolit T-0 atau yang sejenis.

- Pengukuran dilakukan dengan coverage 30 m sebelah kiri sampai dengan

30 m sebelah kanan sungai atau lebih disesuaikan dengan bentuk alur

sungai.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-12

Page 13: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

- Pengukuran dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan

tampang profil sesungguhnya dilapangan dengan basis pada titik patok

profil.

- Pembacaan rambu ukur yaitu dilakukan pada bacaan tiga benang dengan

rambu yang dipasang tegak.

- Pengukuran dilakukan pada setiap titik profil dengan interval maksimal

50-100 meter, atau pada titik-titik poligon sekunder dengan arah tegak

lurus jalan.

d. Pemasangan Bench Mark

- Bench Mark dipasang setelah Bench Mark yang ada tidak memenuhi syarat

per 250 Ha untuk skala 1 : 2.000.

- Dipasang pada setiap titik simpul (loop intersection point)

- Sistem penamaan Bench Mark harus seragam dengan nomor yang sudah

ada.

- Setiap Bench Mark lama/baru harus dibuat diskripsinya.

- Ukuran, bentuk dan type Bench Mark yang dipasang harus mengikuti

standard yang ditetapkan oleh direksi pekerjaan.

e. Perhitungan dan Penggambaran

Perhitungan sesuai dengan standara perhitungan yang ada dan

penggambaran hasil pengukuran disesuaikan dengan standar pengambaran

dari Direktorat Jenderal Permukiman dan Penataan Ruang. Data ketinggian

diukur dengan tachymetri (TR dan FU) dan data tersebut lalu diplotkan

sehingga didapatkan peta kontur dengan interval 5 m untuk wilayah

bergunung dan 0,5 m untuk wilayah landai.

C. Tahap Identifikasi Laju Timbulan, Komposisi dan Karakteristik Sampah

Pada perencanaan ini, perlu dilakukan survey di wilayah studi untuk mengetahui

laju timbulan sampah, komposisi dan karakteristik sampah yang dihasilkan di

wilayah studi selama ini. Hal ini sangatlah penting dilakukan untuk menetapkan

LAPORAN PENDAHULUAN 3-13

Page 14: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

metode pengolahan sampah, merencanakan zona penimbunan sampah di TPA dan

sistem pengolahan lindi agar sesuai dengan permasalahan sampah yang terjadi.

Pelaksanaan survey ini dilakukan dengan berdasarkan pada SNI 19-3964-1994

mengenai metode pengambilan dan pengukuran untuk laju timbulan, komposisi

dan karakteristik sampah.

D. Tahap Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium yang perlu dilakukan pada tahap survey untuk pekerjaan ini

antara lain :

Analisa undisturbed dan permeability test di laboratorium mekanika tanah

Analisa pH, BOD, N, TSS, bau, warna dan kandungan mikrologi pada sampel air

tanah, air sungai dan air lindi di laboratorium air/lingkungan.

Analisa kepadatan lalat menggunakan fly grill.

Fly gril terbuat dari bilah-bilah kayu dengan lebar 2 cm, tebal 1 cm dan panjang 80

cm sebanyak 16 – 24 buah dan dicat dengan warna putih. Bilah-bilah kayu tersebut

lalu dipasangkan secara berjajar ke suatu kerangka kayu dengan memakai sekrup

agar mudah dibongkar pasang. Jarak antara bilah-bilah kayu yaitu 1 – 2 cm. Cara

menggunakan fly gril yaitu :

1. Persiapkan fly grill, stopwatch untuk menentukan waktu perhitungan dan

counter untuk menghitung jumlah lalat yang hinggap di fly grill.

2. Fly grill diletakkan di lokasi/tempat yang akan dihitung kepadatan lalatnya

3. Hitung jumlah lalat yang hinggap di fly grill selama 30 detik menggunakan

counter.

4. Ulangi perhitungan tersebut sebanyak 10 kali dengan cara yang sama

5. Hitung angka kepadatan lalat rata-rata di tempat tersebut dari 5 nilai hasil

perhitungan tertinggi.

6. Nilai angka kepadatan lalat rata-rata tersebut kemudian digunakan sebagai

petunjuk (indeks) populasi pada satu lokasi tertentu.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-14

Page 15: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), kriteria in interpretasi

hasil pengukuran indeks populasi lalat pada setiap lokasi (Blok Grill) yaitu :

0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah

3 – 5 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat

berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan dan

lain-lain).

6 – 20 : Tinggi/padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat

berkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya

pengandaliannya.

>21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan

terhadap tempat – tempat perkembangbiakan lalat dan tindakan

pengendalian lalat.

E. Tahap Kompilasi dan Pemrosesan Data

Tahapan ini merupakan bagian terakhir dari pelaksanaan survey yang dilakukan

dalam pekerjaan ini. Data-data hasil survey, baik data primer maupun data

sekunder yang telah didapat, selanjutnya dijadikan sebagai bahan kompilasi dan

pemrosesan/analisa data. Data-data tersebut antara lain :

Data gambaran umum wilayah studi

Data pengelolaan sistem persampahan eksisting

Data pengelolaan TPA eksisting

Data lokasi rencana perluasan TPA

Data kondisi pengelolaan sampah dan TPA eksisting

Data hasil pengukuran lokasi perencanaan

Data laju timbulan, komposisi dan karakteristik sampah

Data analisa laboratorium

LAPORAN PENDAHULUAN 3-15

Page 16: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

3.2.4 Pelaksanaan Analisa dan Pembahasan

A. Perhitungan Timbulan Sampah

Untuk menghitung laju timbulan sampah, terlebih dahulu dilakukan proyeksi

penduduk di wilayah studi. Setelah itu dilakukan proyeksi timbulan sampai sesuai

dengan rencana umur teknis TPA, minimal 5 tahun terakhir agar pemakaian TPA

lebih efektif dan sesuai dengan biaya investasi yang dikeluarkan.

1. Proyeksi Penduduk

Proyeksi penduduk ini penting dilakukan untuk memprediksi jumlah penduduk

dimasa mendatang. Dengan proyeksi ini nantinya dapat diprediksi juga jumlah

timbulan sampah yang dihasilkan oleh penduduk tersebut pada suatu masa

mendatang. Sehingga pada saat masa mendatang tersebut telah tiba, kondisi dari

TPA sudah sesuai dengan jumlah volume sampah yang masuk ke lokasi TPA.

Terdapat beberapa metode proyeksi penduduk yang dapat digunakan, antara

lain :

Aritmatika

Geometrik

Linear

Eksponensial

Logaritmik

Dasar pemilihan metode proyeksi penduduk yang tepat ditentukan oleh nilai

koefisien korelasi dan standar deviasi yang didapat dari hasil perhitungan

dengan berbagai metode tersebut. Koefisien korelasi tersebut dapat dihitung

dengan rumus :

r2=∑ (Pn−Pr )2−∑ (Pn−P )2

∑ (Pn−Pr )2 …………………………………………………………... (3.1)

Dengan penilaian untuk pemilihan sebagai berikut :

r < 0, berarti ada suatu korelasi yang kuat, namun bernilai negatif dan

hubungan diantara keduanya saling berbanding terbalik.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-16

Page 17: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.

r > 1, berarti ada hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, serta di

antara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.

Sedangkan rumus untuk penentuan standar deviasi yaitu :

STD=[∑ (Pn−P )2−[∑ (Pn−P )2/n ]n ]

12

……………………………………………... (3.2)

Dengan penilaian untuk pemilihan yaitu dipilih nilai standar deviasi terendah

dan koefisien korelasi paling besar.

Adapun penjelasan dari masing-masing metode proyeksi tersebut yaitu sebagai

berikut :

a. Metode Aritmatika

Metode ini digunakan pada saat data penambahan jumlah penduduk yang ada

menunjukan nilai yang relative sama setiap tahunnya karena luas wilayahnya

yang kecil, tingkat perumbuhan ekonomi yang rendah dan perkembangan

kota yang tidak terlalu pesat. Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :

Pn=P0+r (T n−T 0 ) ……………………………………………………………………………... (3.3)

r=P2−P1 ………………………………………………………………………………………... (3.4)

dimana :

Pn = jumlah penduduk tahun ke-n

P0 = jumlah penduduk awal

r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun

Tn = tahun yang diproyeksi

T0 = tahun awal

P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)

P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)

b. Metode Geometrik

LAPORAN PENDAHULUAN 3-17

Page 18: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Metode ini digunakan pada saat data penambahan jumlah penduduk yang ada

menunjukan perkembangan yang cukup pesat setiap tahunnya. Rumus

perhitungan untuk metode ini yaitu :

Pn=P0 (1+r )n………………………………………………………………………….…………... (3.5)

r=P2−P1P1 ………………………………………………………………………………………... (3.6)

Dimana :

Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi

P0 = jumlah penduduk tahun awal

r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun

n = jangka waktu

c. Metode Regresi Linear

Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :

y=a+bx……………………………………………………………………………………..……... (3.7)

a=∑ y∑ x2−∑ x∑ ( xy )

N∑ x2−(∑ x )2 …………………………………………………………………... (3.8)

b=N∑ ( xy )−∑ x∑ y

N∑ x2−(∑ x)2 ……………………………………………………………………………... (3.9)

d. Metode Eksponensial

Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :

y=aebxn

……………………………………………………………………………..……………... (3.10)

ln a=( 1N )(∑ ln y−b∑ x )………………………………………………….……………... (3.11)

b=N∑ ( x ln y )−(∑ x∑ lny )

N (∑ x2)−(∑ x )2 …………………………………………….…….………... (3.12)

e. Metode Logaritmik

Rumus perhitungan untuk metode ini yaitu :

LAPORAN PENDAHULUAN 3-18

Page 19: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

y=a+b ln x…………………………………………………...………………………………... (3.13)

a= 1N

[∑ y−b∑ ( ln x )]………………………………………………………....…………... (3.14)

b=N∑ ( y ln x )−∑ y∑ ln x

N∑ (ln x )2−(∑ ln x )2 …………………………………………………..…..……... (3.15)

2. Proyeksi Timbulan Sampah

Peningkatan jumlah timbulan sampah terjadi karena adanya peningkatan pola

hidup masyarakat, kebiasaan yang berlangsung dalam masyarakat, peningkatan

tingkat pendidikan, pendapatan, dan faktor sosial lainnya. Terjadi peningkatan

jumlah timbulan sampah dalam jangka waktu tertentu biasanya dipengaruhi

oleh :

Pertumbuhan Pertanian (Cp)

Pertumbuhan Industri (Ci)

Pertumbuhan GNP/GRP (Cg)

Pertambahan Penduduk (P)

Sehingga dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

% Cs = (1 + (Cp + Ci + Cg)/3 …………………………………………………………... (3.16)

(1 + P)

Dimana : Cs = Peningkatan keseluruhan

Dan jumlah timbulan sampah pada tahun-tahun mendatang dapat diproyeksikan

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Qt = Qo x (1+Cs)n …………………………………………….……………………………... (3.16)

Dimana :

Qt = Jumlah timbulan sampah tahun proyeksi

Qo = Jumlah timbulan sampah tahun sekarang

N = Tahun Proyeksi

LAPORAN PENDAHULUAN 3-19

Page 20: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

B. Perencanaan Manajemen Teknis Persampahan (PTMP)

Konsep perencanaan PTMP yaitu memuat beberapa hal yang perlu direncanakan,

antara lain :

1. Tingkat pelayanan

Tingkat pelayanan persampahan ditentukan berdasarkan jumlah timbulan

sampah di wilayah studi, daerah yang direncanakan mendapat pelayanan

sampah, biaya pengelolaan sampah, target MDGs yang ingin dicapai dan tingakt

kepadatan penduduk.

2. Sistem pengelolaan

Sistem pengelolaan sampah meliputi sistem pewadahan, pengolahan/reduksi

sampah di sumber sampah, pengumpulan dan pengangkutan sampah. Sampah

yang berasal dari sumber sampah dikumpulkan dengan gerobak, kemudian

dikumpulkan untuk sementara di TPS (Tempat Penampungan Sementara).

Kemudian dari TPS, sampah tersebut diangkut oleh truk pengangkut ke

(Tempat Pemrosesan Akhir). Setelah sampai di lokasi TPA, sampah tersebut lalu

ditimbun dengan metoda sanitary landfill.

3. Sistem pewadahan dan pengolahan sampah di sumber sampah, meliputi :

a. Sampah permukiman

Pengolahan sampah di sumber sampah, dapat dilakukan oleh warga dengan

memanfaatkan teknologi komposting. Kegiatan pengomposan ini dapat

dikelola oleh masyarakat baik secara perorangan maupun komunal dengan

menggunakan komposter aerobic.

b. Sampah pasar, daerah komersil, industry dan hasil penyapuan jalan

Pengelolaan sampah-sampah ini yaitu dengan cara mengambil atau

mengumpulkan sampah di TPS atau memasukkannya ke dalam container.

Kegiatan pengelolaan ini dilakukan oleh petugas dari dinas terkait. Setelah itu

sampah tersebut diangkut ke TPA untuk diolah secara komposting dan

LAPORAN PENDAHULUAN 3-20

Page 21: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

sisanya yang tidak terolah selanjutnya ditimbun ke dalam zona penimbunan

TPA.

4. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah pada umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan

kondisi tiap-tiap daerah pemukiman. Untuk daerah pemukiman yang terletak di

pinggir jalan yang cukup lebar (dapat dilewati gerobak sampah) maka

pengumpulan dilakukan secara langsung dari rumah ke rumah, dengan

menggunakan gerobak sampah berkapasitas 1 – 1,5 m3. Pengumpulan sampah

dari rumah tangga ke TPS dikelola oleh RT/RW. Untuk daerah pemukiman yang

sempit dan padat, pengumpulan sampah dilakukan secara komunal dengan

menyediakan tempat pengumpulan sampah yang dipergunakan secara bersama-

sama berupa bak sampah atau kontainer dari dinas terkait yang memiliki

kapasitas kecil (6 m3) dan diletakkan di ujung gang. Pembuangan sampah ke bak

sampah atau kontainer tersebut merupakan tanggung jawab masing-masing

rumah tangga. Lokasi TPS komunal ini juga harus dapat dilalui truk pengangkut

sampah sehingga dapat memudahkan bagi petugas/mobil pengangkut untuk

mengangkut sampah yang sudah terkumpul tersebut.

5. Pemindahan dan tempat penampungan sementara (TPS)

Setelah sampah dari tiap-tiap rumah, pasar, daerah komersil, industria atau

sampah hasil penyapuan jalan dikumpulkan dalam TPS, sampah tersebut

kemudian diangkut menuju TPA menggunakan armada pengangkut sampah.

6. Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah dapat dilakukan dengan cara sistem langsung atau tak

langsung. Untuk sistem pengangkutan sampah secara tak langsung, sampah dari

sumber sampah dikumpulkan dengan gerobak sampah, kemudian dibuang

sementara di TPS, baik berupa kontiner maupun transfer depo. Setelah itu

LAPORAN PENDAHULUAN 3-21

Page 22: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

sampah tersebut diangkut ke TPA dengan menggunakan armada pengangkut

sampah. Sedangkan pengangkutan sampah secara langsung yaitu sampah

diangkut dengan gerobak sampah langsung ke lokasi TPA. Pengangkutan

semacam ini biasanya terjadi di daerah pemukiman penduduk, kantor, pasar,

daerah komersil dan idustri yang lokasi dekat dengan TPA Ada dua tipe

alternative pengangkutan sampah yaitu :

a. Pengangkutan sampah dengan sistem container tetap (Stationary Container

System = SCS)

Gambar 3.2 Pola Pengangkutan Sistem Kontiner Tetap

Mekanisme pengangkutan sistem container tetap yaitu :

Kendaraan angkut keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan/ TPS,

mengisi truk, kemudian menuju TPS-TPS berikutnya, sampai truk penuh,

kemudian menuju TPA. Sampah ditimbun di TPA.

Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke TPS-TPS lainnya, untuk pengambilan

sampah untuk rit berikutnya.

LAPORAN PENDAHULUAN

TPS 1 TPS 2 TPS 3 TPS 4

TPA

Truck Sampah Pool

Pool

3-22

Page 23: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

KosongC(0)

IsiC(1)

KosongC(1)

IsiC(1)

KosongC(2)

IsiC(2)

TPAKontainer

Pool

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

b. Pengangkutan sampah dengan sistem container tak tetap (Hauled Container

System = HCS)

Gambar 3.3 Pola Pengangkutan Sistem Kontiner Tak Tetap

Mekanisme pengangkutan sistem kontainer tidak tetap yaitu :

Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi

kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya

ke TPA.

Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi

berikutnya.

Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

C. Perencanaan DED TPA

Perencanaan review DED TPA Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan

Sangihe ini meliputi :

1. Metode penimbunan sampah

LAPORAN PENDAHULUAN 3-23

Page 24: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Penimbunan dan pembuangan sampah harus dilakukan secara baik dan benar

agar tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. TPA di Kabupaten

Kepulauan Talaud perlu ditingkatkan proses penimbunannya dari yang saat

dilakukan secara open damping menjadi sanitary landfill.

2. Sarana dan prasarana TPA

Sarana dan prasarana di lokasi TPA dimaksudkan untuk mendukung berbagai

aktivitas di dalam TPA, antara lain :

a. Fasilitas umum di TPA (meliputi : jalan masuk, saluran drainase, kantor dan

pagar).

b. Fasilitas perlindungan lingkungan yang ada (meliputi : lapisan dasar kedap

air, pengumpul dan pengolahan leachate, ventilasi gas, buffer zone, sumur

pengujian dan pengoperasian).

c. Fasilitas operasional (meliputi : alat berat, truk pengangkut tanah dan deposit

tanah penutup).

d. Fasilitas penunjang (meliputi : air bersih, bengkel jembatan timbang, dan lain-

lain).

3. Analisa luas lahan dan kapasitas TPA

a. Daya tampung zona penimbunan, meliputi : kedalaman dasar TPA, ketinggian

timbunan, volume sampah yang dibuang, kepadatan sampah dan kemampuan

pengurangan volume sampah di sumber.

b. Perhitungan kebutuhan luas lahan TPA

Yaitu dihitung dengan rumus :

L= V x 300 x 0,70 x 1,15

T

Dimana : L = luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2)

V = volume sampah yang telah dipadatkan (m3/hari)

V = A x E, dimana

LAPORAN PENDAHULUAN 3-24

Page 25: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

A = volume sampah yang akan dibuang

E = tingkat pemadatan (kg/m3), rata-rata 600 kg/m3

T = ketinggian timbunan yang direncanakan (m)

Rasio tanah penutup = 15%

c. Perhitungan kebutuhan luas lahan tanah

Yaitu dihitung dengan rumus :

H=L x I x J

Dimana : H = luas total lahan (m2

)

L = luas lahan setahun

I = umur lahan (tahun)

J = ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif 1,2

4. Rencana tapak

Penentuan rencana tapak untuk lahan urug saniter dan lahan urug terkendali

dengan memperhatikan hal berikut :

a. Pemanfaatan lahan dilakukan secara optimal

b. Lokasi TPA terlindung dari jalan umum yang melintasi daerah sekitar lokasi

TPA

c. Sistem pengolahan lindi direncanakan dengan baik agar tidak terjadi

kebocoran dan pencemaran lingkungan

d. Perencanaan jalan operasi bagi truk pengangkut dan alat berat disesuaikan

dengan zona penimbunan agar mudah terjangkau.

5. Perencanaan sarana dan prasarana TPA

a. Jalan dan saluran drainase, meliputi :

Jalan masuk, dengan ketentuan :

- Berupa jalan dua arah yang dapat dilalui truk pengangkut dan alat berat

LAPORAN PENDAHULUAN 3-25

Page 26: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

- Lebar jalan 8 m, kemiringan permukaan jalan 2 – 3 % k earah saluran

drainase, tipe jalan kelas 3 dan mampu menahan beban perlintasan

dengan tekanan gandar 10 ton dan kecepatan kendaraan 30 km/jam

(sesuai dengan ketentuan Ditjen Bina Marga).

Jalan operasi di dalam zona penimbunan, terdiri dari dua tipe jalan yaitu :

- Jalan operasi penimbunan sampah dengen ketentuan : bersifat temporer

dan terkadang dapat tertimbun dengan sampah.

- Jalan penghubung antar fasilitas yang bersifat permanen.

Saluran drainase

Berfungsi untuk mengalirkan air hujan di lokasi TPA, dengan ketentuan

perencanaan sebagai berikut :

- Saluran drainase bersifat permanen yaitu disekeliling fasilitas umum

dan zona penimbunan lama.

- Saluran drainase bersifat sementara yaitu disekeliling zona penimbunan

yang sedang beroperasi.

- Perhitungan kapasitas saluran drainase dihitungan dengan persamaan

manning yaitu :

Q = 1/n.A.R 2/3.S1/2

Dimana : Q = debit aliran air hujan (m3/det)

A = Luas penampang basah saluran (m2)

R = jari-jari hidrolis (m)

S = kemiringan

N = konstanta

- Perhitungan debit saluran yaitu :

D = 0,278 C. I.A (m3/det),

Di mana : D = debit

C = angka pengaliran

I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)

A = luas daerah aliran (km2)

LAPORAN PENDAHULUAN 3-26

Page 27: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

b. Fasilitas perlindungan lingkungan

Perencanaan dasar zona penimbunan, dengan ketentuan :

- Didesain kedap air agar tidak mencemari air tanah dengan

permeabilitas tanah kurang dari 10 –6 cm/det.

- Dilengkapi dengan saluran pipa pengumpul lindi dan kemiringan

minimal 2 % k earah saluran penampung lindi.

- Pelapisan dilakukan menggunakan tanah lempung yang dipadatkan

dengan ukur 30 cm x 2 lalu dilapisii dengan geomembrance setebal 5

mm.

- Pengerjaannya dilakukan secara bertahap

Saluran pengumpul lindi, dengan ketentuan :

- Terdiri dari dua tipe saluran yaitu saluran pengumpul primer dan

sekunder. Saluran pengumpul primer yaitu saluran yang dihubungkan

dengan hilir dari saluran sekunder. Pada beberapa bagian dari saluran

ini dibuat berlubang sebagai ventilasi gas. Saluran pengumpul sekunder

yaitu dipasang secara memanjang di area zona penimbunan dengan

kemiringan 2% ke arah saluran primer. Jenis pipa yang digunakan untuk

saluran primer dan sekunder yaitu pipa PVC.

- Pengaliran lindi diusahakan dilakukan secara gravitasi dengan

kecepatan pengaliran 0,6 – 3 m/det, kedalaman air dalam saluran/pipa

(d/D) maksimal 80 % dimana d = tinggi air dan D = diameter pipa.

- Perhitungan desain debit lindi dilakukan dengan mengasumsikan

bahwa hujan terpusat terjadi selama 4 jam sebanyak 90% (Van Breen),

faktor puncak = 5,4, prosentase hujan yang menjadi lindi yaitu 20 – 30%

dan jumlah hari hujan yaitu 20 hari.

- Bak penampung lindi didesain dengan ketentuan kedap air, tahan asam

dan ukurannya sesuai kebutuhan.

- Pengolahan lindi dilakukan secara biologis dengan urutan proses

pengolahan yaitu mulai dari kolam anaerob, fakultatif, maturasi,

LAPORAN PENDAHULUAN 3-27

Page 28: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

penyaringan biologi (biofilter) dan penyaringan sendiri (landtreatment).

Hasil dari pengolahan lindi akan dievaluasi di laboratorium untuk

mengetahui tingkat efektivitas dari sistem pengolahan lindi tersebut.

Adapun kriteria teknis pengolahan lindi sebagaimana pada Tabel 3.1

berikut :

Tabel 3.1 Kriteria Teknis Pengolahan Lindi

No. KriteriaProses Pengolahan

AnaerobikStabilisasi/ Fakultatif

MaturasiBiofilter/

landtreatm1. Fungsi Menurunkan

kadar BOD yang relatif tinggi (> 1000 ppm)

  Mengurangi kadar mikro-organisme

Menyaring efluen sebelum dibuang ke badan air

2. Kedalaman 2,5 – 5 m 1 – 2 m 1 m 2 m3. Penyisihan

BOD50 – 85 % 70 – 80 % 60 – 89 % 50%

4. Waktu Detensi

20 – 50 hari 12 – 33 hari 7 – 10 hari 3 – 5 hari

5. Bahan Pasangan Batu Pasangan Batu

Pasangan Batu Batu kerikil, ijuk, pasir, tanaman (rumput gajah dan eceng gondok)

Ventilasi gas

Berfungsi mengalirkan tekanan yang dikeluarkan dari pengolahan sampah

di dalam zona penimbunan, dengan ketentuan perencanaan sebagai

berikut :

- Pemasangan pipa ventilasi dilakukan secara bertahap pada setiap

lapisan sampah

- Pipa ventilasi dihubungkan dengan pipa penghubung lindi

- Pipa ventilasi berupa pipa PVC berdiameter 150 mm, berlubang dan

dikelilingi oleh saluran birdiameter 400 mm dan diisi batu pecah

diameter 50 – 100 mm.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-28

Page 29: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

- Ketinggian pipa ventilasi tergantung pada rencana tinggi timbunan

- Pipa ventilasi pada akhir timbunan ditambah dengan pipa besi diameter

150 mm.

- Gas yang keluar dari ujung pipa besi dibakar atau dimanfaatkan sebagai

energi alternatif.

- Jarak antara pipa ventilasi gas 50 – 100 mm

Penutupan tanah

Ketentuan dalam penutupan tanah yaitu :

- Tanah yang digunakan yaitu tanah yang tidak kedap air

- Periode penutupan tanah disesuaikan dengan metode pembuangan

sampah. Penutupan tanah untuk lahan urug saniter dilakukan setiap hari

dan untuk lahan urug terkendali dilakukan secara berkala.

- Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari penutupan

tanah harian (setebal 15 – 20 cm), penutupan antara (setebal 30 – 40 cm)

dan penutupan tanah akhir (setebal 50 – 100 cm)

- Kemiringan tanah penutup harian harus mampu mengalirkan air hujan

keluar dari atas lapisan penutup tersebut dan kemiringan tanah penutup

akhir harus mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih dari 30

derajat ( perbandingan 1 : 3 ).

- Untuk menghidari terjadinya erosi, maka diatas tanah penutup akhir harus

dilapisi dengan media tanam.

- Apabila sulit mendapatkan tanah penutup, maka dapat digunakan

reruntuhan bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil

pembersihan saluran sebagai pengganti tanah penutup.

Daerah penyangga/zone penyangga

Berfungsi mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan. Daerah

penyangga/zone penyangga tersebut berupa jalur hijau atau taman dengan

kerapatan pohon 2 – 5 m.

Sumur pengujian lindi

LAPORAN PENDAHULUAN 3-29

Page 30: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Berfungsi memantau kualitas lindi agar tidak mencemari lingkungan,

dengan ketentuan :

- Lokasi berada di dekat pos jaga atau sekitar area penimbunan dan tidak

berada pada lokasi yang mudah tertimbun oleh sampah.

- Kedalaman sumur 20 – 25 m dengan luas 1 m2

c. Fasilitas penunjang

Jembatan timbang

Berfungsi untuk mengetahui berat dan volume sampah yang masuk ke

lokasi TPA, dengan ketentuan perencanaan yaitu lokasi harus berada di

dengan kantor/pos jaga dan terletak pada jalan masuk TPA, mampu

menahan beban minimal 5 ton dengan lebar minimal 3,5 m.

Air bersih

Digunakan untuk kebutuhan kantor, pencucian kendaraan pengangkut

sampah dan alat berat, serta fasilitas TPA lainnya. Penyediaan air bersih ini

dapat dilakukan dengan sumur bor dan pompa.

Bengkel

Berfungsi untuk menyimpan dan memperbaiki kendaraan pengangkut

sampah dan alat berat yang rusak. Luas bangunan yang direncanakan

harus dapat menampung 3 kendaraan dan dilengkapi dengan peralatan

untuk pemeliharaan dan penanganan kerusakan ringan.

d. Fasilitas lain

Alat berat

Pemilihan alat berat dilakukan dengan mempertimbangkan kegiatan

pembuangan sampah di TPA, meliputi kegiatan pengangkutan,

pemindahan dan pemadatan sampah serta penggalian tanah.

Bangunan penunjang

Bangunan penunjang yang dibutuhkan antara lain : kantor, bengkel, kamar

mandi/wc, gudang dan tempat cuci kendaraan.

LAPORAN PENDAHULUAN 3-30

Page 31: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Pagar

Berfungsi untuk menjaga keamanan di TPA. Pagar tersebut dapat berupa

tanaman sebagai daerah penyangga.

Papan nama

Berisi nama TPA, pihak pengelola, jenis sampah, waktu kerja, nama

fasilitas dan keterangan lainnya.

C. Peningkatan Kinerja Pengelolaan TPA

Terdapat beberapa aspek yang dijadikan sebagai dasar dalam upayanpeningkatan

kinerja pengelolaan TPA di Kabupaten Kepulauan Talaud antara lain :

a. Aspek kelembagaan yaitu berkaitan penugasan sumber daya manusia (SDM) di

TPA, meliputi : jumlah petugas dan latar belakang pendidikan/training, pola

penugasan, tata laksana kerja dan koordinasi.

b. Aspek pembiayaan, meliputi alokasi dana investasi pembagunan TPA dalam 3

tahun terakhir, biaya operasi dan pemeliharaan TPA pertahun dalam 3 tahun

terakhir, biaya satuan TPA per m3 atau per ton sampah.

c. Peraturan daerah yang mendukung pelaksanaan TPA, termasuk dasar

penetapan lokasi TPA.

d. Aspek teknis, meliputi lokasi keberadaan TPA berdasarkan pada kriteria SNI

tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, sarana dan prasarana TPA, kondisi

pengoperasian TPA, indikasi pencemaran lingkungan yang terjadi dan analisa

hasil pengukuran kondisi fisik TPA dibandingkan dengan kondisi fisik awal

sebelum pembagunan TPA dengan didasarkan pada peraturan dan ketentuan

yang berlaku, yaitu PP No. 16 Tahun 2005, UU No. 18 Tahun 2008, Protokol

Kyoto, kebijakan nasional dan NSPM yang relevan.

3.2.5 Pemberian Rekomendasi

LAPORAN PENDAHULUAN 3-31

Page 32: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Rekomendasi yang diberikan yaitu terkait mengenai usulan perencanaan

review DED TPA dan Konsep peningkatan kinerja pengelolaan TPA di Kabupaten

Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sangihe.

3.3 PELAKSANAAN ON THE JOB TRAINING

Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dari

tenaga pengelola TPA dan pengelola persampahan secara umum dapat dilakukan

dengan melaksanakan on job training. Pada pekerjaan ini akan dilaksanakan on job

training dalam jangka waktu dua hari dengan silabus dapat dilihat dibawah ini.

Kurikulum Silabus (Kursil) P rogram Pelatihan

I. Judul Program: Pelatihan (On Job Training) Pengelolaan Sampah bagi

Operator TPA (Tempat Pemerosesan Akhir).

II. Pelaksana : Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Sulawesi Utara.

III. Tujuan dan Sasaran:

1. Meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah pada peserta

pelatihan yang meliputi materi pengurangan dan penanganan sampah.

2. Meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan TPA sesuai dengan aturan

teknis yang berlaku

3. Meningkatkan kompetensi dan kinerja dari pengelola TPA dalam

melaksanakan pengelolaan sampah di TPA.

IV. Deskripsi Pelatihan:

Pelatihan akan diberikan dalam beberapa metoda seperti penjelasan dan

praktek lapangan. Penjelasan meliputi pengelolaan sampah mulai dari sumber

LAPORAN PENDAHULUAN 3-32

Page 33: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

termasuk metoda 3R (reduce, reuse dan recycle), dan penanganan sampah dari

tempat penampungan sementara (TPS) menuju ke TPA (Tempat Pemerosesan

Akhir), dan metoda pembuangan akhir sampah termasuk pemrosesan akhir di

lokasi TPA. Operasional teknis pelaksanaan TPA termasuk penjelasan tentang

pengendalian gas dan leachate yang terbentuk saat proses penimbunan sampah

di landfill. Termasuk penjelasan mengenai inovasi yang bisa dilakukan untuk

memperbaiki operasional dan pemeliharaan di landfill. Praktek lapangan

meliputi implementasi langsung di lapangan melalui suatu peragaan atau

demostrasi terkait dengan pengelolaan sampah yang sesuai dengan aturan

teknis di TPA.

V. Silabus Pelatihan

Pada kolom metode pembelajaran, disebutkan apakah secara klasikal, diskusi,

role play, interaktif, sharing session dan studi kasus. Adapun materi dan silabus

pelatihan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Silabus Pelatihan Pengelolaan Sampah Bagi Operator TPA

NoMateri

Pokok BahasanRuang Lingkup

Sub Pokok Bahasan

Jumlah Sesi

(@45 Menit)

Metode Pembelajara

n

1 Pengelolaan Sampah secara Umum

Pengertian Sampah Definisi Pengelolaan Sampah Pengurangan Sampah dengan

Konsep 3R Pengelolaan di Sumber Sampah Pengelolaan Sampah dari

Sumber menuju TPA

2 Tutorial Diskusi

2 Pengelolaan Sampah di TPA

Konsep dan pengertian TPA Metoda Pengelolaan Sampah di

TPA Kegiatan yang ada di TPA

1 Tutorial Diskusi

3 Penimbunan Sampah di TPA

Klasifikasi penimbunan sampah (landfill)

Prasarana dan Sarana di TPA Metoda atau cara penimbunan

2 Tutorial Diskusi

4 Pengelolaan Gas Komposisi gas 1 Tutorial

LAPORAN PENDAHULUAN 3-33

Page 34: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

Karakteristik gas di landfill Pengendalian gas

Diskusi

5 Pengelolaan Lindi

Pembentukan Lindi Karakteristik Lindi Pengolahan Lindi

1 Tutorial Diskusi

7 Operasional di TPA

Operasional Penimbunan sampah

Kriteria teknis penimbunan sampah

Alat berat dan sarana lainnya Operasional penutupan sampah

dengan tanah penutup Monitoring di TPA Pemeliharaan sarana dan

prasarana

3 Tutorial Diskusi

(Lanjutan Tabel 3.2)

NoMateri

Pokok BahasanRuang Lingkup

Sub Pokok Bahasan

Jumlah Sesi

(@45 Menit)

Metode Pembelajara

n

8 Praktek Lapangan

Demostrasi di TPA operasional penimbunan sampah

2 Praktek

Pada materi pelatihan ini ada beberapa batasan terkait dengan pengelolaan

sampah yang dimaksud yaitu :

1. Unit ini berlaku untuk pengelolaan sampah terutama dari pemukiman

2. Pemrosesan akhir dijelaskan terkait dengan prinsip control dan sanitary landfill.

3. Sampah yang ditimbun adalah sampah tercampur dan tidak berkategori sebagai

sampah B3.

4. Pengelolaan TPA ada dibawah dinas atau instansi terkait.

VI. Indikator Penilaian

Secara umum konteks penilaian mungkin terjadi pada pekerjaan, atau diluar

pekerjaan atau suatu kombinasi dari keduanya. Penilaian diluar pekerjaan harus

LAPORAN PENDAHULUAN 3-34

Page 35: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

dilaksanakan dalam suatu lingkungan kerja yang disimulasikan mendekati

pekerjaan yang semestinya seperti indikator penilaian praktek lapangan.

Penilaian mungkin menggabungkan serangkaian metode untuk menilai

kemampuan dan penerapan pengetahuan pendukung, mencakup:

Demonstrasi praktis (pengamatan langsung harus terjadi lebih dari sekali

untuk menentukan konsistensi kemampuan).

Penyelesaian studi kasus

Contoh-contoh kerja atau kegiatan-kegiatan simulasi kerja.

Menanyakan secara lisan/interview.

VII. Jadwal Kegiatan

Aktivitas Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari dengan total sessi adalah 12

pertemuan dan jangka waktu 45 menit setiap sessi materi (Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Rencana Jadwal Pelatihan

Hari 1

08.00-08.45 Registrasi

08.45-09.00 Pembukaan Pelatihan

09.00-09.45 Sessi 1 Pengelolaan Sampah

09.45-10.15 Break 1

10.15-11.00 Sessi 2 Pengelolaan Sampah

11.00-11.45 Sessi 3 Pengelolaan Sampah di TPA

11.45-13.15 Istirahat makan siang

13.15-14.00 Sessi 4 Penimbunan Sampah di TPA

14.00-14.45 Sessi 5 Penimbunan Sampah di TPA

14.45-15.15 Break 2

LAPORAN PENDAHULUAN 3-35

Page 36: Lapdal Talaud Bab3 7Mei

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan dan Detail Engineering DesignTPA Kabupaten Kepulauan Talaud

15.15-16.00 Sessi 6 Pengelolaan Gas di TPA

Hari 2

09.00-09.45 Sessi 7 Pengelolaan Lindi

09.45-10.15 Break 1

10.15-11.00 Sessi 8 Operasional di TPA

11.00-11.45 Sessi 9 Operasional di TPA

11.45-13.15 Istirahat makan siang

13.15-14.00 Sessi 10 Operasional di TPA

14.00-16.00 Praktek Lapangan

LAPORAN PENDAHULUAN 3-36