Upload
auliasumardjo
View
247
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBUATAN TABLET TEOFILIN DENGAN METODE GRANULASI
KERING
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode granulasi
kering.
1.2 Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet.
II. PRINSIP PERCOBAAN
II.1 Metode granulasi kering
Granulasi kering, yaitu metode yang memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
II.2 Evaluasi granul
Evaluasi granul mencakup uji susut pengeringan, uji laju alir, uji
distribusi granul, dan uji kerapatan
II.3 Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC) :
Evaluasi tablet mencakup uji keseragaman bobot, keseragaman
ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, dan uji waktu hancur
III. TEORI DASAR
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu metode yang memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel
yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode
ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan
pelarut. Metode ini digunakan bila kandungan zat aktif dalam tablet tinggi,
zat aktif memiliki aliran yang buruk, dan zat aktif sensitif tehadap panas dan
lembab (Chaerunissa dkk, 2009).
Granul yang dihasilkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
alir dari serbuk, karena jika berbentuk serbuk tidak akan mengalir sempurna.
Keuntungan dari granulasi kering :
1. Menggunakan alat lebih sedikit sehingga investasi lebih kecil.
2. Tidak memerlukan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin pengering
granul
3. Baik untuk zat aktif yang peka terhadap panas dan lembap
4. Umumnya digunakan untuk zat aktif dengan dosis besar
Kekurangan metode granulasi kering :
1. Sulit untuk memperoleh campuran dengan warna homogen
2. Memerlukan alat untuk membuat lempengan
3. Menghasilkan banyak debu ( Lachman, 1994).
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk dikompresi
menjadi tablet yang lebar dan datar. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan
alat dan diayak, pelincir ditambahkan dan tablet dibuat dengan dikempa
(Ansel, 1989).
III.1 Uji Susut Pengeringan
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air
adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul setelah
dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan
berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap (Lachman
dkk, 1989).
Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan
prinsip gravimetri adalah moisture analyzer, yang diukur oleh alat ini adalah
kandungan lembab yang terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap
akibat panas yang dikeluarkan oleh alat ini. Untuk mengukur kadar air granul,
moisture balance cukup diatur pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut
menguapnya air kristal yang terkandung dalam bahan yang digunakan dalam
pembuatan granul (Ansel, 1999).
Uji kadar air dengan menggunakan metode LOD (Loss on Drying)
yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban berdasarkan bobot basah. Rumus
LOD adalah
%LOD =
(Lachman dkk, 1989).
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan
dikenal timbangan Moisture Balance. Kegunaan timbangan ini adalah untuk
mengetahui seberapa banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap barang
yang diuji (Lachman dkk, 1989).
III.2 Sifat Alir
Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang
lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode untuk
mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode
corong (langsung) (Sari, 2010).
Metode ini paling sederhana untuk menetapkan kemampuan alir
granul secara langsung, yakni kecepatan alir granul dengan bobot tertentu
melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup sederhana ditempatkan
pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah ditimbang
terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul untuk
keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar tersebut,
kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan
kuantitatif granul yang berbeda. Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah granul untuk mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat
digunakan untuk menilai efektivitas bahan pelicin, mudah tidaknya granul
mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt, 1995).
Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung
untuk mengukur mampu alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar
partikel. Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan
salah satunya yang digunakan adalah metode corong (Sari, 2010).
III.3 Kerapatan Granul
Tap density atau densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan
dengan membagi berat dengan volume setelah dilakukan pengetukan. Pada
pengetukan ini proses yang terjadi adalah pemampatan.
Alat tap density tester terdiri dari tiga bagian yaitu holder, mesin
pengetuk dan penghitung ketukan. Holder digunakan untuk menyimpan
tabung berukuran. Tabung berukuran ini biasanya menggunakan gelas ukur,
alat ini fungsinya untuk wadah sampel yang diuji, mesin pengetuk berfungsi
untuk mengangkat gelas ukur yang tersimpan dalam holder kemudian
membiarkan jatuh demikian seterusnya hingga sampel terketuk-ketuk, dan
penghitung ketukan akan menghitung jumlah ketukan sesuai dengan angka
yang ditentukan.
III.4 Uji Distribusi Partikel
Pengayakan adalah sebuah cara pengelompokan butiran, yang akan
dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Ukuran butiran tertentu
yang masih bisa melintasi ayakan, dinyatakan sebagai butiran batas (Voigt,
1994). Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel di dalam
campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang
tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh (Zulfikar, 2010).
Sejumlah sampel tertentu ditimbang dan ditaruh di atas ayakan dengan
ukuran tertentu, ayakan disusun berdasarkan ukuran mesh, ukuran mesh yang
besar ditempatkan pada bagian atas dan pada bagian paling bawah
ditempatkan wadah sebagai tempat penerimaan atau penampungan terakhir.
(Mufti, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengayakan antara lain :
1. Waktu atau lama pengayakan
2. Massa sampel
3. Intensitas getaran.
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranaan penting dalam
farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya. Ukuran partikel
juga luas permukaan spesifik partikel, dapat dihubungkan dengan sifat-sifat
fisika, kimiawi dan farmakologi suatu obat (Moechtar,1990).
III.5 Uji Keseragaman Bobot
Timbangan digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Neraca
analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian
tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g
(Robbins, 2011).
Neraca atau timbangan baik yang digital ataupun manual harus
diletakkan pada bidang datar, dimana tiap sudut harus benar-benar setimbang.
Kesetimbangan ini mutlak perlu untuk mendapatkan hasil penimbangan yang
akurat, jadi kesetimbangan ini untuk menempatkan titik berat berada pada
poros timbangan bukannya pada salah satu sisi. Kesetimbangan dapat dilihat
pada indikator kesetimbangan yang terdapat pada setiap timbangan. Neraca
digital ditunjukkan dengan water pass yang berupa bulatan besar yang
didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani, 2012).
III.6 Uji Keseragaman Ukuran Tablet
Keseragaman ukuran, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (Depkes RI, 1979).
Jangkasorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk
mengukur dimensi benda bagian dalam dan luar. Ditinjau dari cara
pembacaannya, jangka sorong dapat dibagi dua yaitu jangka sorong manual
dan digital. Penggunaan jangka sorong manual lebih sulit bila dibandingkan
dengan yang digital, karena hasil pengukuran diinterpretasi dari skala oleh
pengguna, sedangkan hasil pengukuran menggunakan yang digital dapat
dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual memilki dua skala imperial
(skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter) (Koesdijanto, 2012).
Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda
dengan ketelitian sampai 0,1 mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa
digunakan untuk mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin,
pipa, dll, dan tangkai ukur di bagian bawah berfungsi untuk mengukur
kedalaman seperti kedalaman tabung, lubang kecil, atau perbedaan tinggi
yang kecil (Admin, 2013).
III.7 Uji Kekerasan Tablet
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet
yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Alat yang biasa digunakan adalah
Hardness Tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan
dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan
pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan
(Parrott, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang
keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi
yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang
baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Kekerasan tablet
kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak
melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan
memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih
dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi
dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).
III.8 Uji Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di
bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa
partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan
yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah
sifat kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Kebanyakan
bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan
memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan
mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras
dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi dkk, 1987).
III.9 Uji Friabilitas
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator.
Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama
diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu
yang digunakan adalah 4 menit. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak
lebih dari 1% (Andayana, 2009).
Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi
yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase
kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang
tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat
pada tablet (Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika
dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka
tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan (Andayana, 2009).
3.10 Monografi Zat
3.10.1 TEOFILIN
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau, rasa pahit
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas
Khasiat : Spasmolitikum bronkial (Depkes RI, 1979).
3.10.2 AVICEL 102
Sinonim : Cellulosa gel, fibrocel, tabulose, vivapur
Fungsi : Disintegrant, diluent tablet dan kapsul
Pemerian : Serbuk putih bersih, tidak berbau, tidak berasa, campuran
serbuk kristal dan partikel berpori.
3.10.3 AMPROTAB
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
utilissima Pohl atau beberapa spesies Manihot lain
Nama lain : Amylum manihot, pati singkong
Pemerian : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil,
putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
(95%) P
Khasiat :zat tambahan (Depkes RI, 1979).
3.10.4 LAKTOSA
(Budiman, 2009).
Nama lain : lactosum, saccharum lactis
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P
Khasiat : zat tambahan (Depkes RI, 1979).
3.10.5 TALKUM
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit alumunium silikat
Pemerian : serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
kulit, dari butiran, warna putih atau putih kelabu
Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut
Khasiat : zat tambahan (Depkes RI, 1979).
3.10.6 Mg STEARAT
Pemerian : serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit,
bau lemah khas
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P
Khasiat : antasidum, zat tambahan (Depkes RI, 1979).
IV. ALAT BAHAN
4. 1 Alat : 4.2 Bahan :
1. Disentigrator tester 1. Amprotab
2. Flow tester 2. Avicel 102
3. Friabilator 3. Laktosa anhidrat
4. Hardness tester 4. Mg stearat
5. Jangkasorong digital 5. Talkum
6. Moisture balance 6. Teofilin
7. Tap Density tester
8. Sieve shaker
9. Timbangan digital
4.3 Gambar alat :
4.3.1 Disentigrator tester 4.3.2 Flow tester
4.3.3 Friabilator 4.3.4 Hardness Tester
4.3.5 Jangkasorong Digital 4.3.6 Moisture Balance
4.3.7 Sieve Shaker 4.3.8 Timbangan Digital
4.3.9 Tap Density Tester
V. PROSEDUR
Semua zat ditimbang. Semua bahan dicampurkan kecuali Mg stearat.
Bahan-bahan yang telah dicampur, dicetak menjadi tablet. Tablet yang sudah
dicetak, digranulasi dengan mesh 10 dan hasilnya ditimbang. Ke dalamnya
dimasukkan Mg stearat dan dicampurkan hingga homogen. Lalu dilakukan
pengujian granul, tablet dicetak, dan dilakukan pengujian tablet.
5. 1 Pengujian Sifat Alir
Sebanyak 25 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam
flow tester untuk diuji laju alirnya. Lalu, tutup hopper dibuka, serbuk akan
turun ke bawah, waktunya dicatat, diameter dan tingginya diukur.
5.2 Pengujian Kerapatan Granul
25 gram sampel ditimbang seksama dengan menggunakan timbangan,
lalu sampel yang sudah ditimbang dimasukkan secara hati–hati ke dalam alat
tap density, lalu diratakan. Tinggi awal dari sampel dicatat, kemudian alat tap
density dinyalakan selama 4 menit, tinggi akhir sampel setelah 4 menit dicatat
kembali.
5.3 Pengujian Susut Pengeringan
Sejumlah 10 gram zat ditimbang, kemudian dimasukkan ke alat
moisture balance yang sebelumnya telah dibersihkan dan ditara terlebih
dahulu, lalu diratakan. Setelah rata, alat ditutup dan bobot awal zat dicatat.
Tombol Start ditekan dan ditunggu selama 10 menit pada suhu 70oC. Kadar
air yang tertera pada alat dan bobot akhir zat dicatat.
5.4 Pengujian Keseragaman Bobot
Sebanyak 20 tablet ditimbang satu per satu dengan menggunakan
neraca digital, kemudian hasilnya dicatat dan dirata-ratakan.
5.5 Pengujian Keseragaman Ukuran Tablet
Tablet sebanyak 20 buah tablet disiapkan. Masing-masing tablet
diukur diameter dan ketebalannya dengan menggunakan jangkasorong. Hasil
pengukuran dicatat, lalu dihitung rata-ratanya.
5.6 Pengujian Kekerasan Tablet
Sejumlah 20 tablet dipilih acak, lalu diuji dengan Hardness Tester.
Alat dinyalakan. Satu per satu tablet diletakkan di dalam ruang penjepit
(diantara pegas dan penekan). Tablet dijepit dengan memutar bagian
bawahnya hingga lampu stop menyala. Lalu ditekan tombol hitam dengan
panah ke kanan dan diamati. Jarum penunjuk akan bergerak sesuai tekanan
yang diberikan pada tablet. Saat tablet pecah, jarum akan otomatis berhenti
dan menunjukkan angka atau besarnya tekanan yang dibutuhkan untuk
menghancurkan tablet. Kemudian tombol panah ke kiri ditekan untuk
mengembalikan tekanan ke awal. Pengujian dilakukan terhadap masing-
masing tablet.
5.7 Pengujian Waktu Hancur Tablet
Sebanyak 6 tablet dimasukkan ke dalam masing-masing kolom,
kemudian cakram dimasukkan ke dalam masing-masing kolom tersebut.
Kolom tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi air sebanyak
1000 ml dengan suhu 37oC yang telah berada di dalam disentegrator tester.
Disentegrator tester dinyalakan dan tablet diamati hingga hancur sempurna.
5.8 Pengujian Friabilitas
Sebanyak 10 tablet ditimbang, kemudian tablet yang sudah di
timbang dimasukan ke dalam alat friabilator. Tombol on ditekan, pengujian
dilakukan selama 4 menit. Setelah itu berat akhir ditimbang dan dihitung %
friabilitasnya.
5.9 Pengujian Distribusi Granul
Serbuk ditimbang sebanyak 25 gram. Lalu klep penutup alat Sieve
Shaker diputar dan dibuka penutup bagian atasnya. Selanjutnya, seluruh
serbuk dimasukkan ke dalam saringan paling atas. Lalu alat ditutup pada
bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Setelah itu, alat dinyalakan dengan
menekan tombol ON. Waktu pengayakan dihitung dari awal alat dinyalakan
selama 5 menit. Setelah 5 menit tombol OFF ditekan. Klep diputar dan
penutup bagian atas alat dibuka. Selanjutnya, setiap serbuk pada masing-
masing saringan yang ukurannya berbeda ditempatkan pada kertas perkamen
dan bobot masing-masing serbuk ditimbang. Alat ini terdiri dari susunan
ayakan dari atas ke bawah yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar
atau vibrator. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar di atas dan ayakan
berlubang kecil di bawah secara berurutan.
VI . DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
6.1 Pengujian Susut Pengeringan
Tabel 1. Persentase Kelembaban Bahan
6.2 Pengujian Sifat Alir
Waktu = 15 detik
Diameter = 10,6 cm
Tinggi = 2,7 cm
Kecepatan Aliran Granul
Kecepatan aliran granul =
=25 gram15 detik
= 1,67 g/s
Sudut Istirahat
Nama ZatBobot (gram) %
KelembabanAwal Akhir
teofilin 9,889 9,533 3,60%
laktosa
anhidrat 10,015 10,014 0,01%
amprotab 10,083 9,506 5,71%
avicel 102 9,938 9,459 0,83%
Sudut istirahat (θ) =
= 2,75,3
= 0,5
tan θ = 0,5
θ = 26,6o
6.3 Pengujian Kerapatan
Berat granul = 25 gram
Volume awal = 48,5 ml
Volume akhir = 30 ml
% Kerapatan=25/30−25/48,525/30
x100 %=21,88 %
6.4 Pengujian Distribusi partikel
Tabel 2. Tabel uji distribusi partikel
Mesh Berat serbuk ( gram )
12 0,0818
14 0,532
16 6.592
18 7,6261
Paremeter Hasil Literatur
LOD (Loss
on Drying)
Laktosa = 0,01%
Avicel ph 102 = 4,83%
Amprotab = 5,71%
Teofilin = 3,6%
Persyaratan untuk LOD yang
dapat diterima adalah 2-3%.
LOD untuk avicel ph 102,
amprotab dan teofilin tidak
memenuhi syarat.
Laju Alir Kecepatan alir = 0,18 cm/s
Sudut istirahat = 26,990
Laju alir memenuhi
persyaratan karena kurang
dari 10 g/s. Sudut istirahat
memenuhi persyaratan
karena berada di antara
rentang 25-30o.
Kerapatan %Kerapatan = 21,88% Persyaratan kompresibilitas:
o 5-12 % : aliran sangat
baik
o 13-18% : aliran baik
o 19-33% : aliran cukup
o 34-38% : aliran buruk
o > 38%: aliran sangat
buruk
%Kerapatan granul memiliki
aliran yang cukup baik (19-
33%).
Distribusi
partikel
Mesh 12 = 0,0818 gram
Mesh 14 = 1,532 gram
Mesh 16 = 6,5298 gram
Mesh 18 = 7,6261 gram
Sisa = 9,2303 gram
Distribusi granul cukup baik
karena semakin besar ukuran
mesh, semakin banyak
granul yang tersaring.
Tabel 3. Hasil evaluasi granul beserta literatur
6.5 Pengujian
Keseragaman Bobot
Tabel 4. Tabel uji keseragaman bobot
6.6 Pengujian
Keseragaman
Ukuran Tablet
TABLET DIAMETER (mm) TEBAL (mm)
1 13,11 4,72
2 13,11 4,60
3 13,10 4,35
4 13,11 4,10
5 13,10 4,48
6 13,13 4,31
7 13,10 4,30
8 13,10 4,45
9 13,09 4,55
10 13,11 4,56
11 13,10 4,49
12 13,11 4,52
Tablet Bobot (gram)
1 0,75
2 0,73
3 0,67
4 0,61
5 0,69
6 0,65
7 0,65
8 0,69
9 0,71
10 0,71
11 0,7
12 0,71
13 0,64
14 0,71
15 0,69
16 0,72
17 0,67
18 0,7
19 0,68
20 0,72
Jumlah 13,8
Rata-rata 0,69
13 13,11 4,24
14 13,13 4,46
15 13,10 4,45
16 13,11 4,59
17 13,10 4,38
18 13,10 4,51
19 13,10 4,40
20 13,09 4,57
Jumlah 262,11 89,03
Rata - Rata 13,10 4,45
Tabel 5. Tabel uji keseragaman ukuran
6.7 Pengujian Kekerasan tablet
Tablet Kekerasan ( N )
1 44
2 23
3 57
4 33
5 33
6 35
7 46
8 40
9 47
10 42
11 27
12 47
13 63
14 33
15 40
16 56
17 53
18 23
19 37
20 45
Jumlah 824
Rata – Rata 41,2
Tabel 6. Tabel uji kekerasan
6.8 Pengujian Waktu Hancur tablet
Tablet hancur sempurna dalam waktu 1 menit 24 detik
6.9 Pengujian Friabilitas
Berat awal = 6,83 gram
Berat akhir = 6,2 gram
% Friabilitas =
%Friabilitas = 6,83−6,2
6,83 x 100%
=9,22%
Parameter Hasil Literatur
Keseragaman
bobot
Bobot rata-rata tablet =
0,69 gram
Rentang berat tablet nyata 0,5833
gram – 0,6447 gram. Bobot tablet
rata-rata > rentang bobot tablet
nyata.
Keseragaman
ukuran
Diameter rata-rata =
13,10 mm; Ketelabalan
rata-rata = 4,45 mm
Dengan ketentuan rentang
diameter: 43
ketebalan rata-rata <
x < 3 ketebalan rata-rata (5,93 < x
< 13,35). Ukuran tablet dikatakan
baik (memenuhi rentang yang
telah ditentukan.
Kekerasan Kekerasan rata-rata =
41,2 N
Menurut Parrot (1971), memiliki
kekerasan 4-8 kg. Tablet
memenuhi persyaratan karena
memiliki kekerasan 4,2 kg.
Friabilitas % friabilitas = 9,22% Persyaratan yang diterima < 1%.
Tablet tidak memenuhi
persyaratan.
Waktu
hancur
Waktu hancur yang
diperoleh 1 menit 24
detik
Persyaratan tablet tidak bersalut,
waktu hancur < 15 menit. Tablet
memenuhi persyaratan.
Tabel 7. Hasil evaluasi tablet
6.10 Perhitungan Fase Dalam dan Fase Luar
Hasil Penimbangan
1. Teofilin 50g
2. Laktosa anhidrat 100g
3. Amprotab 132,5g
4. Avicel 102 25g
5. Talkum 2g
6. Mg stearat 0,5g
FDteoritis = teofilin(g) + laktosa (g) + amprotab (g) + avicel (g)
= 50 +100 +132,5+25 = 307,5 gram
FL = talkum+Mg stearat
= 2+0,5 = 2,5 gram
BTteoritis = FDteoritis + FL
= 307,5 + 2,5
= 310 gram
Bobot Tablet teoritis = BT teoritis
jumla htablet
= 310500
= 0,62 gram
Range ±5% = 0,589-0,651 gram
FDnyata = 304,5 gram
Mg stearat yang dipakai = FDnyata
BT tanp a Mg stearat x Mg
stearat(g)
= 304,5309,5
x 0,5 = 0,49 gram ≈ 0,5 gram
Berat Tablet nyata = FDnyata+FLjumla htablet
= 304,5+2,5
500 = 0,614 gram
Range ±5% = 0,5833-0,6447 gram
VII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini yaitu mengenai pembuatan tablet teofilin dengan
metode granulasi kering. Granulasi kering merupakan metode yang
memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan
kering menjadi massa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini
digunakan apabila zat aktif tidak tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip
dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan
pengikat dan pelarut. Setiap metode tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari metode granulasi kering yaitu penggunaan alat
lebih sedikit, tidak memerlukan larutan pengikat sehingga tidak perlu mesin
pengering granul, baik untuk zat aktif yang peka terhadap panas dan lembab,
dan digunakan untuk zat aktif dengan dosis besar. Sedangkan kekurangannya
antara lain, sulit untuk memperoleh campuran yang homogen dan
menghasilkan banyak debu.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain,
teofilin, avicel 102, amprotab, laktosa anhidrat, talkum, dan Mg stearat.
Bahan-bahan yang termasuk fase dalam antara lain teofilin, avicel 102,
amprotab, dan laktosa anhidrat. Sedangkan bahan-bahan yang termasuk fase
luar antara lain, talk dan Mg stearat. Teofilin merupakan zat aktif. Teofilin
merupakan derivat xanthin yang berkhasiat sebagai bronkodilator, sehingga
digunakan untuk obat asma. Amprotab adalah singkatan dari amilum pro
tablet, amprotab berfungsi sebagai disintegran dan pengisi. Mekanisme kerja
amprotab sebagai disintegran adalah air akan masuk ke dalam pori-pori
amilum, sehingga partikel amilum akan mengembang dan akhirnya hancur.
Talk berfungsi sebagai pelicin. Bahan pelicin ditambahkan bertujuan untuk
meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah
melekatnya massa pada punch and die, mengurangi pergesekan antara butir-
butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Laktosa anhidrat
berfungsi sebagai bahan pengisi. Bahan pengisi ditambahkan untuk
mendapatkan berat yang diinginkan, terutama apabila jumlah bahan obat
kecil. Bahan pengisi harus bersifat inert. Avicel 102 berfungsi sebagai
disintegran. Disintegran adalah suatu bahan yang digunakan untuk
menghancurkan tablet menjadi fragmen-fragmen kecil di dalam tubuh,
sehingga meningkatkan luas permukaan dan obat akan lepas dari
pembawanya. Mg stearat berfungsi sebagai lubrikan. Lubrikan berfungsi
untuk mengurangi gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet
dengan dinding die selama proses pengempaan dan penarikan tablet.
Sebelum bahan-bahan digunakan, bahan-bahan tersebut ditimbang
terlebih dahulu. Hasil penimbangannya yaitu, teofilin ditimbang sebanyak 50
gram, avicel 102 sebanyak 25 gram, amprotab sebanyak 132,5 gram, laktosa
anhidrat 100 gram, talkum sebanyak 2 gram, dan Mg stearat sebanyak 0,5
gram. Tetapi untuk teofilin dan laktosa anhidrat sebelum ditimbang, diayak
terlebih dahulu.
Sebelum semua bahan dicampurkan, teofilin, laktosa anhidrat,
amprotab, dan avicel 102 terlebih dahulu diuji susut pengeringannya.
Pengujian susut pengeringan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan air
dalam zat. Pengujian susut pengeringan ini sangat penting karena kandungan
air yang terdapat di dalam zat akan berpengaruh pada proses pencetakan
tablet. Jika kandungan air pada zat tersebut melebihi batas, maka zat tersebut
akan lengket sehingga sulit untuk dicetak dan tablet yang dihasilkan pun akan
rapuh. Pengujian susut pengeringan dilakukan dengan cara, teofilin, laktosa
anhidrat, avicel 102, dan amprotab masing-masing ditimbang ± 10 gram dan
persentase kadar airnya diukur dengan menggunakan alat moisture balance.
Pengujian susut pengeringan dilakukan selama 10 menit untuk masing-
masing zat dengan suhu 70oC. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh kadar
air teofilin yaitu 3,6%, laktosa anhidrat 0,01%, amprotab 5,71%, dan avicel
102 4,83%, granul ideal memiliki kadar air 2-5%, sehingga sebelum
dicampurkan, amprotab dikeringkan terlebih dahulu selama ± 5 menit.
Hilangnya air dalam granul dalam pengeringan bertujuan menjamin stabilitas
dan pengawetan yang efektif.
Proses awal pembuatan tablet ini dimulai dengan mencampurkan fase
dalam yaitu teofilin, avicel 102, amprotab, laktosa anhidrat, dan talkum.
Setelah dicampurkan, maka dilakukan pencetakan tablet pertama dengan
menggunakan punch ukuran 13. Pencetakan tablet pertama ini bertujuan
untuk membentuk slug, sehingga bahan-bahan dipastikan tercampur homogen
dan sifat aliran serbuk dapat diperbaiki. Tablet-tablet yang dihasilkan pada
pencetakan pertama digranulasi dengan menggunakan mesh 10, dan
dihasilkan granul sebanyak 304,5 gram. Ke dalam granul tersebut
dimasukkan Mg stearat sebanyak 0,5 gram dan diaduk hingga homogen.
Setelah homogen, maka dilakukan pengujian laju alir, kerapatan, dan
distribusi partikel.
Untuk pengujian laju alir, sebanyak 25 gram serbuk ditimbang dan
dimasukkan ke dalam alat flow tester, bagian bawah alat tersebut dialasi
kertas untuk tempat serbuk yang jatuh. Setelah serbuk dimasukkan ke dalam
alat, tutup hopper dibuka agar serbuk jatuh. Tutup tersebut dibuka bersamaan
dengan ditekannya tombol stopwatch untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan agar serbuk tersebut jatuh semua. Serbuk yang jatuh, ditampung
dengan kertas, diameter yang terbentuk diukur, dan tingginya pun diukur.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui laju alir dari serbuk, sehingga
dapat diketahui baik atau tidaknya aliran serbuk saat dicetak di dalam mesin.
Hasil pengujian laju alir serbuk adalah, waktu yang dibutuhkan serbuk untuk
jatuh adalah 15 detik, diameter yang terbentuk adalah 10,6 cm, dan tinggi
serbuk yang terbentuk adalah 2,7 cm. Laju alir dihitung dengan menggunakan
rumus :
kecepatan alir
Sehingga didapatkan hasil laju alir serbuk adalah 1,67 gram/s. Selain itu,
sudut istirahatnya juga dihitung, sudut istirahat dihitung dengan
menggunakan rumus tan. Sudut istirahat yang didapatkan adalah 26,6o . Laju
alir serbuk dalam praktikum ini baik karena nilainya kurang dari 10 g/s.
Selain itu, sudut istirahat yang didapatkan pun baik karena nilainya berada
pada rentang 25-30o.
Pengujian kerapatan serbuk dilakukan dengan menggunakan alat Tap
density tester. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan atau
densitas dari suatu serbuk. Pengujian kerapatan ini dapat digunakan untuk
menilai laju alir granul. Berdasarkan literatur untuk uji kerapatan
(kompresibilitas) ini memiliki persyaratan jika % kerapatan < 20% maka
granul memiliki aliran yang baik. Literatur lain menyebutkan rentang untuk
uji kompresibilitas itu sendiri adalah sebagai berikut.
o 5-12 % : aliran sangat baik
o 13-18% : aliran baik
o 19-33% : aliran cukup
o 34-38% : aliran buruk
o > 38% : aliran sangat buruk
Pada pengujian kerapatan ini digunakan sebanyak 25 gram granul.
Volume awal untuk granul tersebut adalah 48,5 ml, setelah pengujian dengan
alat selama 4 menit diperoleh volume akhirnya 30 ml. Dari data tersebut
kemudian dihitung dengan menggunakan rumus:
% Kerapatan= ρ akhir−ρ awalρ akhir
x 100 %
Dari hasil percobaan ini diperoleh persen kerapatan (kompresibilitas)
sebesar 21,88%. Jika melihat pada rentang uji kompresibilitas literatur, maka
granul tersebut memiliki rentang 19-33%, yang mana alirannya yang cukup
baik.
Pada pengujian distribusi partikel ini dilakukan penggunaan metode
pengayakan dengan tujuan untuk mengukur keseragaman ukuran granul.
Ayakan umumnya digunakan untuk memilih partikel-partikel yang lebih
kasar tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati, ayakan-ayakan tersebut
bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalus 44 mikrometer.
Menurut metode USP untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel
tertentu ditaruh suatu ayakan yang cocok dan digoyangkan secara mekanik.
Serbuk tersebut digoyang-goyangkan selama waktu tertentu, dan bahan yang
melalui satu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus serta
dikumpulkan, kemudian ditimbang. Jika diinginkan analisis yang lebih rinci,
ayakan bisa disusun lima berturut-turut mulai dari yang kasar di atas, sampai
dengan yang terhalus di bawah. Satu sampel serbuk yang ditimbang teliti
ditempatkan pada ayakan paling atas, dan setelah ayakan tersebut
digoyangkan untuk satu periode waktu tertentu, serbuk yang tertinggal di atas
tiap saringan ditimbang.
Pertama, sejumlah serbuk ditimbang dengan menggunakan timbangan
digital sebanyak 25 gram. Lalu seluruh serbuk dimasukkan ke dalam alat
Sieve shaker pada saringan paling atas yaitu dengan ukuran mesh 12. Lalu
alat ditutup pada bagian atasnya, dan klep dikencangkan. Hal ini bertujuan
agar selama proses penggetaran serbuk tidak tumpah keluar dan alat tetap
stabil pada tempatnya. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar diatas
dan ayakan berlubang kecil dibawah secara berurutan. Susunan ayakan dari
atas ke bawah yaitu mesh 12, 14, 16, dan 20 serta mesin penggetar atau
vibrator.
Setelah itu, alat dinyalakan dengan menekan tombol ON. Waktu
pengayakan dihitung dari awal alat dinyalakan selama 5 menit. Setelah 5
menit ditekan tombol OFF. Klep diputar dan penutup bagian atas alat dibuka.
Selanjutnya setiap serbuk pada masing-masing saringan yang berbeda ukuran,
ditempatkan pada kertas perkamen dan ditimbang bobot masing-masing
serbuk. Waktu pengayakan dilakukan selama lima menit karena waktu
tersebut dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot
pada tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari lima menit
dikhawatirkan partikel terlalu sering bertumbukan sehingga pecah dan lolos
keayakan berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika
kurang dari lima menit partikel belum terayak sempurna.
Setelah diayak perlu dilakukan penimbangan untuk setiap ayakan
untuk mengetahui besar bobot yang hilang selama pengayakan, yang dapat
disebabkan tertinggalnya dalam pengayakan, hilang saat pemindahan bahan
dari ayakan ketimbangan maupun hilang saat pemindahan berlangsung.
Pada saringan pertama yaitu mesh 12, berat serbuk yang tertinggal
diatas saringan yaitu sebesar 0,0818 gram. Pada saringan kedua yaitu mesh
14, berat serbuk yang tertinggal diatas saringan yaitu sebesar 0,532 gram.
Pada saringan ketiga yaitu mesh 16, berat serbuk yang tertinggal diatas
saringan yaitu sebesar 6.592 gram. Pada saringan keempat yaitu mesh 18,
berat serbuk yang tertinggal diatas saringan yaitu sebesar 7.6261 gram.
Distribusi granul ini sudah cukup baik, karena dilihat dari semakin besar
ukuran mesh semakin banyak granul yang tersaring.
Setelah pengujian serbuk selesai, serbuk tersebut kemudian dikempa
atau dicetak dengan menggunakan punch 13. Setelah tablet dicetak, maka
dilakukan pengujian tablet, yang meliputi uji keseragaman bobot, uji
keseragaman ukuran, uji waktu hancur, uji kekerasan dan uji friabilitas.
Pada uji keseragaman bobot, alat yang digunakan adalah neraca atau
timbangan digital. Pengujian ini bertujuan untuk melihat keseragaman dari
tablet yang dibuat dengan pengujian bobot secara acak. Tablet yang
digunakan untuk pengujian sebanyak 20 tablet dan ditimbang satu per satu.
Hasil dari percobaan diperoleh jumlah bobot tablet tersebut adalah 13,8 gram
dengan bobot rata-rata 0,69 gram. Berdasarkan pada perhitungan berat tablet
nyata yang memiliki rentang ukuran 0,5833 gram – 0,6447 gram, maka bobot
tablet tersebut dikatakan tidak sesuai dengan ketentuan dari keseragaman
bobot. Bobot yang tidak sesuai ini, kemungkinan karena validasi alat yang
tidak baik sehingga ketika pencetakan, bobot tabletnya tidak memenuhi
syarat. Seharusnya pada saat pencetakan tablet dilakukan uji dahulu dengan
mencetak satu tablet kemudian ditimbang bobotnya. Jika bobotnya telah
memenuhi persyaratan maka pencetakan tablet diteruskan, tetapi apabila tidak
sesuai maka alat harus divalidasi kembali.
Pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan menggunakan
jangkasorong. Pengujian ini dilakukan untuk mengukur diameter dan
ketebalan tablet. Tablet yang digunakan sebanyak 20 tablet dan diukur satu
per satu diameter dan ketebalannya. Jangka sorong mempunyai ketelitian 0,1
mm. Jangkasorong yang digunakan pada praktikum ini adalah jangkasorong
digital, sehingga pengguna hanya membaca angka hasil pengukuran yang
tertera pada layar. Hal ini menyebabkan jangkasorong digital menghasilkan
pengukuran yang lebih akurat daripada jangkasorong manual, karena
jangkasorong manual memerlukan ketelitian yang tinggi dalam membaca
skalanya. Untuk melakukan pengukuran, rahang geser pada jangkasorong
digeser ke sebelah kanan, tablet disisipkan di antaranya, rahang geser
digeserkan kembali ke sebelah kiri sampai rapat dengan tablet. Pada layar
akan muncul angka hasil pengukuran diameter, begitu juga pada saat
pengukuran ketebalan tablet. Dari hasil pengukuran didapatkan diameter rata-
rata sebesar 13,10 mm dan ketebalan rata-rata sebesar 4,45 mm. Berdasarkan
Farmakope Indonesia rentang diameter yang baik adalah (43
ketebalan rata-
rata) < x < (3 x ketebalan rata-rata). Dari hasil perhitungan didapatkan
rentang diameter yang baik adalah 5,93 mm - 13,35 mm. Tablet yang dibuat
dikatakan memenuhi persyaratan karena diameter rata-ratanya (13,10 mm)
masuk ke dalam rentang yang telah ditentukan.
Pengujian waktu hancur tablet ini bertujuan untuk mengetahui berapa
lama tablet tersebut hancur menjadi molekul-molekul yang siap untuk
didistribusikan di dalam tubuh. Pada pengujian waktu hancur ini, 6 tablet
dimasukan ke dalam alat disintegrator tester, yang berupa keranjang dengan
6 kolom dimana pada kolom-kolom tersebut dimasukkan tablet yang akan
diuji. Kemudian ada cakram penutup yang berfungsi untuk mencegah tablet
tersebut keluar dari kolom. Keranjang yang telah berisi tablet, ditutup dengan
cakram dan dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi air dengan
suhu 37oC. Waktu yang diperlukan agar semua tablet hancur sempurna adalah
1 menit 24 detik. Hal ini sesuai dengan yang disyaratkan Farmakope
Indonesia Edisi 3, yaitu waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah
kurang dari 15 menit
Uji kekerasan ini digunakan sebagai parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan
dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan dan
pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang di gunakan dalam uji kekerasan pada tablet ini adalah hardness
tester, dengan prinsip memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak
atau pecah.
Pada uji kekerasan ini diambil sampel secara acak sebanyak 20 tablet.
Masing–masing tablet dimasukan di ruang penjepit di antara pegas dan
tekanan. Setelah itu di putar bagian bawah hingga lampu stop menyala.
Lampu stop ini sebagai indikator bahwa posisi tablet telah pas antara pegas
dan tekanan. Setelah lampu stop menyala selanjutnya adalah menekan tombol
berwarna hitam dengan anak panah ke kanan. Secara perlahan, jarum
petunjuk tekanan akan bergerak sesuai dengan tekanan yang diberikan pada
tablet. Saat tablet retak atau pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka
sebagai penunjuk kekerasan tablet.
Dari 20 tablet yang diuji secara acak, didapatkan rata–rata kekerasan
tablet sebesar 41,2 Newton. Umumnya satuan yang digunakan dalam
hardness tester ini adalah Kg, maka dapat dihitung dengan rumus :
Gaya Berat = Massa x Percepatan Gravitasi
Dengan Percepatan gravitasi = 9.81, maka 1 kg = 9.81
Dari rumus di atas, maka jika rata–rata yang didapatkan sebesar 41,2
Newton artinya sama dengan tekanan sebesar 4,2 kg. Menurut Parrot (1971)
Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-8
kg. Maka tablet yang diuji pada praktikum kali ini dikatakan cukup baik dan
memenuhi syarat.
Pengujian Friabilitas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui
kerapuhan tablet jika tablet mengalami gesekan antar sesama. Pengujian
friabilitas ini menggunakan alat friabilator. Banyaknya tablet yang digunakan
dalam pengujian friabilitas memiliki berat antara rentang 6 g hingga 6.5 g,
bila berat tabletnya 650 mg. Namun, pada percobaan ini, berat tablet yang
didapatkan adalah 740 gram, sehingga banyaknya tablet yang digunakan
untuk uji friabilitas adalah sebanyak 10 tablet. Kecepatan yang digunakan
dalam pengujian friabilitas ini adalah sebesar 25 rad/s selama 4 menit. Pada
percobaan ini berat tablet yang digunakan adalah sebesar 6,83 gram dan
bobot akhir tablet setelah pengujian adalah 6,2 gram. Persentase friabilitas
dihitung dengan menggunakan rumus:
% Friabilitas =
Persentase friabilitas yang didapat adalah 9,22%. Berdasarkan pada
literatur, friabilitas yang dapat diterima adalah < 1%. Sumber lain
menyebutkan bahwa kehilangan berat lebih kecil dari 0,5% sampai 1% masih
dapat dibenarkan. Bila mengacu pada literatur, maka tablet yang dihasilkan
tidak memenuhi persyaratan, karena friabilitasnya lebih dari 1%.
VIII. KESIMPULAN
8.1 Pembuatan tablet dengan Metode granulasi kering, yaitu pembuatan
tablet dengan memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan
mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat, selanjutnya
dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
dari serbuk semula (granul).
8.2 Uji quality control (QC) pada uji sediaan tablet meliputi uji
kekerasan tablet, uji waktu hancur, uji keseragaman bobot dan ukuran,
dan uji friabilitas