Upload
rafdy-d-atmodjo
View
29
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Ristek AI
Citation preview
LAPORAN AKHIR
PENGEMBANGAN PEMBENAH TANAH DIPERKAYA SENYAWA HUMAT >10% UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN 30% PADA LAHAN
KERING (MASAM DAN NETRAL ALKALIN) TERDEGRADASI
Dr. Ai Dariah
SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BALAI PENELITIAN TANAH BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2011
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kegiatan : Pengembangan Pembenah Tanah Diperkaya Senyawa Humat >10% untuk Meningkatkan Kualitas Fisik, Kimia, dan Biologi dan Produktivitas Tanaman 30% pada Lahan Kering (Masam dan Netral Alkalin) Terdegradasi
Fokus Bidang Prioritas : Ketahanan Pangan Kode Produk Target : 1.01 Kode Kegiatan : 1.01.01 Lokasi Penelitian : Jawa Barat dan Lampung
A. Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian Nama Koordinator : Dr. Ai Dariah Nama Institusi : Balai Penelitian Tanah Unit Organisasi : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber
daya Lahan Pertanian Alamat : Jl. Ir. H. Juanda 98, Bogor 16123 Telepon/Fax/Email : (0251) 8323012, (0251) 8321608
B. Lembaga Lain Yang Terlibat
Nama Lembaga : Jangka Waktu Kegiatan : 3 (tiga) tahun Biaya Tahun 1 : Rp 201.345.455,- Biaya Tahun 2 : Rp 133.636.368,- Total biaya : Rp 334.981.823,- Aktivitas Riset (baru/lanjutan) : Lanjutan
Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan:
No. 1 Uraian Jumlah (Rp)
1. Belanja Uang Honor Rp. 55,070,000,-2. Belanja Bahan Habis Pakai Rp. 16,500,000,-3. Belanja Perjalanan Rp. 39,200,000,-4. Belanja Lainnya Rp. 24,396,368,-
Total Biaya Rp. 133,636,368,-Setuju Diusulkan:
Kepala Balai Besar Penelitian Penanggung Jawab Kegiatan dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani Dr. Ai Dariah NIP. 19600329 198403 1 001 NIP.19620210 198703 2 001
ii
RINGKASAN
Pengembangan dan pengujian pembenah tanah perlu dilakukan pada berbagai kondisi tanah, sehingga lebih bersifat multiguna dan problem solved oriented (sesuai kendala masing-masing tanah). Efektivitas pembenah tanah juga perlu terus ditingkatkan, salah satunya bisa dilakukan dengan melakukan beberapa manipulasi terhadap bahan organik yang menjadi bahan utama pembenah tanah. WEOM (water-extractable organik matter) atau fraksi kompos yang larut air mempunyai peranan penting dalam proses kimia dan biologi yang terjadi dalam tanah yang diamandemen bahan organik (kompos). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendapatkan formula pembenah tanah yang mampu meningkatkan retensi air dan agregasi tanah pada tanah didominasi fraksi pasir, kandungan C-organik rendah, dan pH netral/alkalin, dan (2) mempelajari karaktersitik WEOM dari berbagai sumber bahan organik dan peluang pemanfaatannya sebagai pembenah tanah. Pengujian efektivitas pembenah tanah pada lahan kering marginal yang didominasi fraksi pasir dengan pH netral-alkalin dan miskin bahan oragnik dilakukan dalam bentuk percobaan rumah kaca. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan faktorial yang diacak secara lengkap dengan 3 ulangan, perlakuan terdiri dari: Faktor I: jenis tanah (T1= tanah didominasi fraksi liat, pH masam dan T2= tanah didominasi fraksi pasir, pH netral). Faktor II: jenis pembenah tanah (Beta I, Beta II, biochart SP-50 I, biochar SP-50 II. Kegiatan karakterisasi WEOM (water extractable organic matter) dari berbagai sumber bahan organik dan peluang pemanfaatannya sebagai pembenah tanah dilakukan di Laboratorium. Jenis bahan organik yang digunakan adalah kompos jerami, pukan I (pukan kambing) dan pukan II (pukan ayam). Hasil penelitian menunjukan tingkat pertumbuhan tanaman jagung pada contoh tanah bertekstur pasir dan bereaksi netral nyata lebih rendah dibandingkan pertumbuhan jagung pada tanah bertekstur liat dan bereaksi masam. Pemberian pembenah tanah dengan dosis 2,5 t/ha belum mampu memacu pertumbuhan tanaman pada tanah bertekstur pasir. Penambahan pupuk hayati dan asap cair biochar belum nyata meningkatkan efektivitas pembenah tanah, meskipun terdapat kecenderungan terjadi peningkatan pertumbuhan tanaman jagung pada umur 8 minggu setelah tanah. Kandungan asam humat dalam WEOM (water extractable organik matter) tidak berbeda nyata dibanding KOH-EOM (KOH- extractable organik matter). Artinya air mempunyai kemampuan yang sama dengan KOH dalam mengekstrak asam humat. Namun demikian, kandungan asam fulvat, C total, dan unsur N,P,K dalam ektrak KOH (KOH-EOM) relatif lebih tinggi dibanding WEOM. Setelah diberi perlakuan WEOM, persen air tersedia pada tanah bertekstur pasir nyata lebih tinggi dibanding tanah bertekstur liat. Namun demikian, kemampuan tanah bertekstur pasir dalam memegang air (didasarkan pada kadar air pada beberapa level pF) masih nyata lebih rendah dibanding tanah bertekstur liat. Penggunaan WEOM meningkatkan daya perkecambahan biji jagung. Peningkatan konsentrasi WEOM dari 1:10 menjadi 1:2 menyebabkan penurunan daya perkecambahan biji jagung dan tomat.
iii
SUMMARY
Testing of soil conditioner should be done on some soil that have different characteristics to make it more usefull or having problem solved (according to the soil constraints). The effectiveness of soil conditioner also needs to be improved by manipulating of the primary part of the organic material. WEOM (water-extractable organic matter) or a water-soluble fraction of compost plays an important role in chemical and biological processes that occur in the amended soil organic matter. This study aims to (1) obtain a formula that can increase soil water retention and soil aggregation in the sandy soil with low organic C content, and pH neutral/alkaline, and (2) study of the WEOM characteristic from various sources of organic matter and to find chance of utilization as soil conditioner. Testing of the effectiveness soil conditioner has conducted at green house, using a factorial design with three replications. The treatment consists of: first factor (soil type): clay soil with low pH and sandy soil with neutral pH; second factor: kind of soil conditioner: Beta I, Beta II, biochar SP-50 I, biochar SP-50 II. Characterization of WEOM (water extractable organic matter) from various organic materials and chance as soil conditioner have been conducted at Laboratory. Organic materials used were kind of compost: straw,goat manure and chicken manure. The results showed a maize growth on sandy soil with neutral pH is lower than on clay soil with low pH. The soil conditioner applied as much as 2.5 t/ha could not significantly increase maize growth at sandy soil. Soil conditioner enrichment by biofertilizer and fog liquid did not significantly increase its effectiveness, although maize growth after 8 weeks tends to increase. Humic acid content in WEOM was not significantly different than the KOH-EOM (KOH-extractable organic matter). That implied that water has same effectiveness with KOH in extracting humic acid. However, the content of fulvic acid, total C, N, P, K in KOH extracts (KOH-EOM) is significantly higher than WEOM. After WEOM application, the water availible pore in sandy soils is signifcantly higher than in clay soil. However, the water holding capacity of sandy soil is still lower than clay soil. Use of WEOM has enhanced seed germination of maize. Increasing of of WEOM concentrations from 1:10 to 1:2 led to the decline in seed germination of maize and tomatoes .
iv
PRAKATA
Kegiatan penelitian bidang pertanian ini terlaksana atas kerjasama antara
Kementerian Riset dan Teknologi dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 sampai dengan Nopember
2011. Kegiatan penelitian dengan judul Pengembangan Pembenah Tanah
Diperkaya Senyawa Humat >10% untuk Meningkatkan Kualitas Fisik, Kimia, Biologi
dan Produktivitas Tanaman >30% pada Lahan Kering (Masam dan Netral/Alkalin)
Terdegradasi, merupakan lanjutan kegiatan penelitian tahun 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula pembenah tanah yang
mampu meningkatkan retensi air dan agregasi tanah, serta mempelajari peluang
pemanfaatan WEOM (water extractable organic matter) untuk meningkatkan
efektivitas pembenah tanah organik. Laporan ini merupakan laporan akhir dari
kegiatan yang dilakukan pada TA-2011.
Terima kasih kami sampaikan kepada Kementerian Riset dan Teknologi yang
telah memberikan kepercayaan kepada kami untuk merancang dan melaksanakan
penelitian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dan terlibat secara langsung, sehingga kegiatan penelitian ini telah
terlaksana dengan lancar.
Bogor, Oktober 2011 Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Dr. Muhrizal Sarwani, MSc. NIP. 19600329 198403 1 001
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN DAN IDENTITAS ..
RINGKASAN
SUMMARY
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ..
DAFTAR TABEL .
DAFTAR GAMBAR ..
DAFTAR LAMPIRAN ..
I. PENDAHULUAN ..
1.1. Latar Belakang
1.2. Perumusan Masalah ..
II. TINJAUAN PUSTAKA ..
III. TUJUAN DAN MANFAAT .
3.1. Tujuan Jangka Pendek .
3.2. Tujuan Jangka Panjang ..
3.3. Hasil yang diharapkan
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian ..
4.2. Rancangan Riset .
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..
5.1. Efektivitas Pembenah Tanah pada lahan kering marginal yang didominasi fraksi pasir, serta tanah bereaksi netral alkalin dan miskin bahan organik ................................
5.2. Karakteristik WEOM dari berbagai sumber bahan organik dan peluang pemanfaatannya sebagai pembenah tanah..........................................................................
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
VII. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ..
I
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
1
1
2
3
6
6
6
6
7
7
7
9
9
12
17 17 17 18 20
vi
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 2 3 4 5 6 7
Hasil analisis contoh tanah yang digunakan untuk percobaan sebelum perlakuan ................................................................... Karakteristik empat pembenah tanah yang digunakan dalam percobaan ................................................................................ Pengaruh pemberian pembenah tanah terhadap pertumbuhan pada tanah bertekstur pasir, bereaksi masam, bahan organik rendah dan tanah berpasir bereaksi netral, dan bahan organik sangat rendah . Pengaruh pemberian pembenah tanah terhadap lingkar batang tanaman jagung ....................................................................... Perbedaan karakteristik ektrak bahan organik (humic like substance) dengan menggunakan air (WEOM) dan KOH .. Pengaruh WEOM dari berbagai sumber bahan organik terhadap perbaikan sifat fisik tanah .......................................................... Pengaruh interaksi kondisi tanah dengan perlakuan WEOM dari berbagai sumber bahan organik .
9
10
11
12
13
14
15
vii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Halaman
1 2
Pengaruh penggunaan WEOM dari bebera sumber bahan organik dengan 2 tingkat pengenceran terhadap daya perkecambahan biji jagung ..................................................................................... Pengaruh WEOM dari beberapa sumber bahan organik dengan 2 tingkat pengenceran terhadap perkecambahan biji tomat ...........
15
16
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Tabel Halaman
1 2 3 4
Pertumbuhan tanaman pada tanah I (T1=bertekstur liat, bereaksi masam dan kandungan bahan organik rendah) tanah II (T2=bertekstur pasir, tanah netral dan kandungan bahan organik sangat rendah) ......................................................................... Pengaruh pemberian pembenah tanah Beta (formula 1 dan 2) dan Biochar (formula 1 dan 2) terhadap pertumbuhan tanaman jagung....................................................................................... Percobaan penggunaan WEOM pada perkecambahan biji tomat.....
Percobaan penggunaan WEOM pada perkecambahan biji jagung...
20
20
21
21
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hasil penelitiatian lima tahun terakhir telah mendapatkan beberapa produk
pembenah tanah seperti Beta, Biochar-SP50 baik yang diperkaya senyawa humat
maupun tanpa pengkayaan. Bahan-bahan tersebut sudah menunjukkan efek positif
dalam memperbaiki produktivitas tanah mineral masam terdegradasi. Dosis yang
digunakan juga sudah relatif lebih hemat, yaitu dari 5 t/ha menjadi 2,5 t/ha.
Penurunan dosis menjadi 1,5 t/ha pada tahun pertama pemberian belum
menunjukkan hasil yang memuaskan (Dariah et al., 2009, 2010; Nurida et al., 2009).
Cara pemberian pembenah tanah juga sangat menentukan efek dari
pembenah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Pembenah yang
diberikan dengan cara di-koak/ditugal di sekitar perakaran tanaman menghasilkan
efek yang lebih baik, dibanding jika diberikan dengan cara dicampur merata, meski
dosis yang digunakan 1,5 t/ha (Muhtar et al., 2010). Efektivitas pembenah tanah
untuk lahan kering masam perlu terus ditingkatkan efektivitasnya, sehingga dosis
penggunaannya bisa diturunkan.
Peningkatan efektivitas pembenah tanah salah satunya bisa dilakukan dengan
melakukan beberapa manipulasi terhadap bahan organik yang menjadi bahan utama
pembenah tanah. WEOM (water- extractable organik matter) atau fraksi kompos
yang larut air mempunyai peranan penting dalam proses kimia dan biologi yang
terjadi dalam tanah yang diamandemen bahan organik (kompos) (Traversa et al.,
2010). Pengertian konvensional dari WEOM adalah bagian dari bahan organik yang
dapat melewati membran (saringan) berukuran berukuran 0,45 m (Zsolnay, 2003) dan merupakan campuran heterogen dari berbagai molekul dengan ukuran yang
bervariasi (Said-Pullicino et al., 2007 a,b). Aktivitas biologi dari WEOM dari kompos
utamanya akan ditentukan oleh tipe bahan kompos dan lamanya proses
pengomposan (Traversa et al., 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
penggunaan WEOM yang bersumber dari beberapa jenis bahan organik, sehingga
dapat dilihat peluang pemanfaatam WEOM sebagai pembenah tanah.
Selama ini pengujian pembenah tanah dominan dilakukan pada lahan kering
masam, dengan tekstur didominasi fraksi liat. Padahal permasalahan degradasi
lahan juga banyak terjadi pada lahan kering dengan tanah dengan tektur lainnya
misalnya didominasi fraksi pasir dan berreaksi netral/alkalin (pH>7). Jika akan
diaplikasikan pada tanah dengan karakteristik yang berbeda, kemungkinan perlu
2
terlebih dahulu dilakukan pengujian, mengingat rata-rata pH pembenah tanah yang
diuji rata-rata sekitar 8. Pemberian bahan yang berpotensi meningkatkan pH tanah
pada tanah dengan reaksi netral/alkalin dikhawatirkan berdampak buruk, misalnya
pada penurunan ketersediaan unsur P bagi tanaman.
Aplikasi pembenah tanah juga sangat diperlukan pada tanah yang didominasi
oleh fraksi pasir. Tanah yang didominasi pasir bisa terjadi karena sifat inherent dari
tanah atau akibat eksploitasi lahan misalnya pada areal bekas tambang timah
(Puslittanak, 1995; PT. Timah 2009). Tanah yang didominasi fraksi pasir juga
banyak terdapat di wilayah yang terkena material letusan gunung, misalnya di areal
sekitar Gunung Merapi (Vandebelbe dalam Sukmana, 1985; LPT, 1976, dan Puslittan,
1981). Tanah yang didominasi fraksi pasir mempunyai kemampuan memegang air
yang sangat rendah, apalagi jika kandungan bahan organik sangat rendah.
Kandungan bahan organik pada tanah bekas tambang batu bara atau tanah yang
tetutup material letusan gunung hampir bisa sapai level nihil. Oleh karena itu
diperlukan pembenah tanah untuk mempercepat proses reklamasinya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diperlukan formulasi pembenah
tanah untuk kondisi spesifik lainnya yaitu untuk lahan kering dengan reaksi tanah
netral/alkalin atau lahan kering dengan tanah yang didominasi fraksi pasir dengan
kandungan bahan organik sangat rendah.
1.2. Perumusan Masalah
Pembenah tanah Beta dan Biochar telah diuji efektivitasnya dalam
meningkatkan produktivitas lahan kering masam dengan tektur liat. Agar produk
pembenah tanah ini lebih bersifat multiguna dan problem solved oriented (sesuai
kendala masing-masing tanah) maka pembenah tersebut perlu terus disempurnakan
serta diuji pada berbagai tanah marginal dengan permasalahan yang berbeda. Pada
lahan kering dengan reaksi tanah netral atau alkalin misalnya, pengaruh pH
pembenah tanah yang rata-rata sekitar 8 perlu diuji lebih mendalam sehingga dapat
dipelajari apakah untuk kondisi seperti ini diperlukan beberapa manipulasi atau
penyesuaian. Untuk tanah yang didominasi fraksi pasir, kemampuan pembenah
untuk mengagregasi tanah perlu lebih ditingkatkan. Pengujian pembenah tanah
lanjutan pada lahan kering masam perlu dititik beratkan pada peningkatan
efektivitasnya, sehingga dosis yang digunakan bisa ditekan. Ektraksi bahan organik
dalam bentuk WEOM (water- extractable organik matter) bisa dilakukan untuk
meningkatkan efektivitas bahan organik sebagai bahan pembenah tanah.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas lahan pertanian di Indonesia yang rata-rata relatif rendah merupakan
salah satu penyebab rendahnya produktivitas lahan pertanian di Indonesia. Selain
berhubungan dengan karakteristik lahan di daerah tropika basah, yang rentan
terhadap erosi dan pemiskinan hara (Sastiono dan Suwardi, 1999; Undang Kurnia et
al., 2005). Degradasi (penurunan kualitas) lahan juga banyak disebabkan oleh
faktor manusia yang tidak melakukan sistem pengelolaan lahan dengan baik dan
berkelanjutan (Las et al., 2006; Undang Kurnia et al., 2005; Abdurachman et al.,
2005).
Penggunaan bahan pembenah tanah merupakan cara yang dapat ditempuh
untuk mempercepat proses rehabilitasi lahan. Namun demikian, perlu dilakukan
pemilihan bahan pembenah tanah yang benar-benar tepat. Kegiatan penelitian dan
pengembangan bahan pembenah tanah di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun
1970-an, namun aplikasinya pada tingkat petani masih sangat rendah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 28 tahun 2009 tentang
Pupuk Organik dahn Pembenah Tanah, definisi pembenah tanah adalah bahan-
bahan sintetis atau alami, organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang
mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi. Bahan pembenah tanah dikenal
juga sebagai soil conditioner, di kalangan ahli tanah secara lebih spesifik diartikan
sebagai bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat
maupun cair yang mampu memperbaiki struktur tanah, dapat merubah kapasitas
tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki kemampuan tanah
dalam memegang hara, sehingga hara tidak mudah hilang, namun tanaman masih
mampu memanfaatkan hara tersebut. Pembenah tanah juga diperlukan untuk
memperbaiki tingkat kemasaman tanah, meningkatkan ketersediaan hara, dan lain
sebagainya.
Bitumen (emulsi aspal) merupakan contoh pembenah tanah yang dapat
digunakan untuk mempercepat pembentukan agregat dan meningkatkan stabilitas
agregat pada tanah pasir Merapi dan Andisol (Lenvain et al., 1973a,1973b;
Suwardjo et al., 1973; LPT, 1976; LPT, 1978).
Pembenah tanah mineral alami lainnya yang telah banyak diteliti dan
dikembangkan adalah zeolit. Penggunaan zeolit sebagi bahan pembenah tanah telah
banyak dilakukan di Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa (Suwardi, 2007).
4
Fungsi utama dari zeolit sebagai bahan pembenah tanah adalah meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah; peningkatannya tergantung jenis tanah, jumlah
penambahan zeolit, dan jenis mineral zeolit.
Pembenah tanah organik merupakan jenis yang paling banyak diteliti.
Bahan-bahan seperti skim lateks telah terbukti dapat meningkatkan persentase
agregat stabil dan menurunkan persen agregat yang tidak stabil (Bernas et al., 1995).
Limbah pertanian seperti blotong, sari kering limbah dan lain sebagainya juga dapat
dimanfaatkan sebagai pembenah tanah, namun dibutuhkan dalam dosis tinggi,
padahal ketersediaan bahan tersebut relatif terbatas.
Manfaat dari bahan organik baik sebagai sumber hara (pupuk) maupun
sebagai pembenah tanah telah banyak dibuktikan (Rachman et al., 2006;
Suriadikarta, 2006). Dari hasil rangkuman berbagai penelitian dapat disimpulkan
pembenah tanah dalam bentuk polimer organik mempunyai kemampuan yang lebih
baik dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi tanah
(Sutono dan Abdurachman, 1997). Balai penelitian tanah telah mengembangkan
beberapa formula pembenah tanah, misalnya Beta (Dariah et al., 2007), Biochar
(Nurida et al., 2008) yang telah menunjukkan kemampuannya dalam meningkatkan
kualitas tanah yang terdegradasi, namun demikian kelemahannya masih memerlukan
dosis yang relatif tinggi. Formula pembenah tanah tersebut masih perlu ditingkatkan
efektivitasnya.
Hasil perombakan bahan organik yang mempunyai peranan penting dalam
perbaikan sifat-sifat tanah adalah fraksi terhumifikasi dikenal pula sebagai humus
atau senyawa humat (Tan, 1993; Eyheraguibel et al., 2007). Senyawa humat juga
dapat menghasilkan berbagai efek morfologi, fisiologi, dan biokimia terhadap
tanaman (Chen dan Aviad, 1990; Vaughhan dan Macolm, 1985). Beberapa hasil
penelitian lainnya juga telah menunjukkan pengaruh positif dari senyawa humat
terhadap pertumbuhan tanaman (Piccolo et al., 1993, Eyheraguibel et al., 2007).
Pengaruh positif dari senyawa tersebut dapat dijelaskan oleh adanya interaksi
langsung dari senyawa humat dengan proses-proses metabolisme dan fisiologi
tanaman (Nardi et al., 2002). Peranan penting lainnya dari senyawa organik ini
adalah dalam perbaikan kualitas sifat kimia tanah (diantaranya perbaikan KTK) dan
sifat fisik tanah (agregasi) (Stevenson, 1982; Tan, 1993l). Ektraksi senyawa humat
selama ini masih dilakukan dengan menggunakan bahan kimia, sehingga masih
bersifat tidak ramah lingkungan.
5
WEOM (water- extractable organik matter) atau fraksi kompos yang larut air
mempunyai peranan penting dalam proses kimia dan biologi yang terjadi dalam
tanah yang diamandemen bahan organik (kompos) (Traversa et al., 2010).
Pengertian konvensional dari WEOM adalah bagian dari bahan organik yang dapat
melewati membran (saringan) berukuran berukuran 0,45 m (Zsolnay, 2003) dan merupakan campuran heterogen dari berbagai molekul dengan ukuran yang
bervariasi (Said-Pullicino et al., 2007 a,b). Aktivitas biologi dari WEOM dari kompos
utamanya akan ditentukan oleh tipe bahan kompos dan lamanya proses
pengomposan (Traversa et al., 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
WEOM yang bersumber dari bahan organik, sehingga dapat dilihat peluang
pemanfaatam WEOM sebagai pembenah tanah.
6
III. TUJUAN DAN MANFAAT
3.1. Tujuan Jangka Pendek:
1. Mendapatkan formula pembenah tanah yang mampu meningkatkan retensi
air dan agregasii tanah pada tanah didominasi fraksi pasir, kandungan C-
organik rendah, dan pH netral/alkalin.
2. Mempelajari karaktersitik WEOM dari berbagai sumber bahan organik dan
peluang pemanfaatannya sebagai pembenah tanah.
3.2. Jangka Panjang
Meningkatkan produktivitas lahan terdegradasi melalui penggunaan bahan
pembenah tanah.
3.3. Hasil yang diharapkam
Keluaran yang diharapkan pada tahun berjalan (2011) adalah:
Formula pembenah yang bersifat spesifik yakni lahan kering netral/lakalin,
dominan fraksi pasir, dan miskin bahan organik.
Keluaran pada Jangka panjang:
Teknik rehabilitasi lahan terdegradasi melalui perbaikan kualitas tanah untuk
meningkatkan produktivitas tanaman.
7
IV. METODOLOGI
4.1. Ruang Lingkup penelitian
Penelitian terdiri dari dua kegiatan penelitian, yaitu:
1. Pengujian efektivitas pembenah tanah pada lahan kering marginal yang
didominasi fraksi pasir dengan pH netral-alkalin, sebagai pembanding digunakan
pula tanah didominasi fraksi liat dengan pH masam. Kegiatan penelitian
dilakukan di Rumah Kaca Balai Penelitian Tanah Bogor, terdiri dari 2 unit
percobaan yaitu dengan dan tanpa tanaman.
2. Karakteristik WEOM dari berbagai sumber bahan organik dan peluang
pemanfaatannya sebagai pembenah tanah. Kegiatan penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Penelitian Fisika dan Kimia Tanah, Balai Penelitian Tanah.
4.2. Rancangan Riset Kegiatan 1: Efektivitas Pembenah Tanah pada lahan kering marginal
yang didominasi fraksi pasir, serta tanah bereaksi netral alkalin dan miskin bahan organik
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan faktorial yang diacak
secara lengkap dengan 3 ulangan, perlakuan terdiri dari:
Faktor I: jenis tanah
T1= tanah I (didominasi fraksi liat, pH masan)
T2= tanah II (didominasi fraksi pasir, pH netral)
Kedua bahan tanah mempunyai kandungan bahan organik sangat rendah.
Faktor II: jenis pembenah tanah
Be1 = beta formula 1 (Beta I)
Be2 = beta formula 2 (Beta II)
Bc1 = biochart formula 1 (Biochar SP-50 I)
Bc2 = biochar formula 2 (Biochar SP-50 II)
Contoh tanah sebagai pewakil tanah masam dengan kandungan bahan
organik rendah diambil di Desa Ciampea, Kabupaten Bogor, sedangkan contoh tanah
sebagai pewakil tanah betekstur pasir dan bereaksi netral diambil di Pangandaran,
Kabupaten Banjar.
Rekayasa formula dilakukan dengan melakukan penambahan pupuk hayati
dan asap cair biochar. Prioritas pupuk hayati yang dipilih adalah mikroba penyedia P
dan mikroba yang bisa berfungsi sebagai akselerator pembentukan agregat tanah.
8
Dosis pembenah tanah yang digunakan adalah 2,5 t/ha, sedangkan dosis
pupuk dasar NPK ditentukan oleh hasil analisis tanah. Percobaan akan dilakukan
pada unit tanpa dan dengan tanaman. Tanaman indikator yang digunakan adalah
Jagung. Parameter yang diamati adalah: Pertumbuhan dan produksi tanaman, serta
perubahan sifat fisik dan kimia tanah.
Kegiatan 2: Karakteristik WEOM dari berbagai sumber bahan organik dan
peluang pemanfaatannya sebagai pembenah tanah.
Kegiatan penelitian di laboatorium dilakukan untuk mendapatkan WEOM dari
berbagai sumber bahan organik. Bahan organik yang digunakan adalah kompos
pukan kambing (Pukan I), pukan ayam (Pukan II) dan jerami. Pengomposan bahan
organik dilakukan di Rumah Kaca, tingkat kematangan gambut diindikasikan dengan
nilai C/N sekitar 20.
Ektraksi WEOM dilakukan berdasarkan metode yang dikemukakan oleh
Traversa et al. (2010), yaitu: 100 gr kompos kering udara disuspensikan dalam 1000
ml air destilasi, diaduk secara mekanik selama 15 menit, kemudian suspensi dari
humus disentripusi (centrifugate) atau dikocok dengan kecepatan 6000 rpm selama
15 menit, kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring whatman, dengan
urutan ukuran partikel yang tersaring/terretensi berturut-turut 11, 2,5,1,2 dan 0,45
um. Sample WEOM disimpan dalam suhu 4oC dalam ruangan gelap. Sebagai
pembanding dilakukan pula ektraksi dengan menggunakan KOH (Tan, 1993).
Karakteristik WEOM yang dianalisis adalah: daya hantar listrik (DHL), pH, C
organik, kandungan N, P, dan K, asam humat dan asam fulvat Pengujian pengaruh
WEOM terhadap tanaman akan dilakukan dengan mempelajari pengaruh WEOM
terhadap perkecambahan biji tanaman jagung dan tomat. Media perkecambahan
masing-masing akan disiram dengan 3 ml larutan WEOM dengan 2 perlakuan
pengenceran yaitu 1:2 dan 1:10, sebagai pembanding digunakan air destilasi.
Masing-masing perlakuan menggunaan 4 ulangan.
Pengujian WEOM dalam memperbaiki sifat-sifat tanah akan dilakukan dengan
mencampurkan WEOM dalam 1 kg tanah dengan dua kondisi tekstur yang berbeda,
diinkubasi selama 2 minggu, selanjutnya dilakukan analisis tanah yakni sifat fisik dan
kimia tanah.
9
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Efektivitas Pembenah Tanah pada lahan kering marginal yang didominasi fraksi pasir, serta tanah bereaksi netral alkalin dan miskin bahan organik
Hasil analisis contoh tanah yang digunakan untuk percobaan sebelum
perlakuan disajikan pada Tabel 1. Contoh tanah yang diambil dari Desa
Pangandaran memenuhi syarat sebagai tanah bertekstur pasir, dengan reaksi netral
dan kandungan bahan organik sangat rendah. Sebagai pembanding digunakan
contoh tanah dari desa Ciampea, yang memenuhi syarat sebagai tanah masam
dengan kandungan bahan organik rendah, kandungan hara tertentu seperti P dan
basa-basa (Ca dan Mg) tergolong tinggi.
Tabel 1. Hasil analisis contoh tanah yang digunakan untuk percobaan sebelum perlakuan
Sifat Kimia Ciampea, Bogor Pangandaran, Ciamis
Nilai Keterangan Nilai Keterangan
Tekstur - Liat Pasir pH H2O 5,41 Masam 7,2 Netral pH KCl 4,54 Masam 6,9 Netral Corganik (%) 1,41 Rendah 0,72 Sangat rendah Ntotal (%) 0,09 Sangat rendah 0,06 Sangat rendah C/N 16 Tinggi 12 Sedang P2O5 (mg/100g) 277 Sangat tinggi 59 Tinggi K2O (mg/100g) 11 Rendah 28 Sedang P2O5 Bray 1/olsen (ppm) 179 Sangat tinggi 11 Rendah Ca (cmol(+)/kg) 14,45 Tinggi 10,50 Sedang Mg (cmol(+)/kg) 2,75 Tinggi 3,30 Tinggi K (cmol(+)/kg) 0,19 Rendah 0,15 Rendah Na (cmol(+)/kg) 0,17 Rendah 0,16 Rendah Jumlah 17,57 - 14,11 - KTK 18,84 Sedang 5,07 Rendah KB (%) 93 Sangat Tinggi >100 Sangat Tinggi Al3+ 0,00 - 0,00 - H+ 0,09 - 0,04 -
10
Karakterisk empat pembenah tanah yang diuji ditunjukkan Tabel 2.
Pemanfaatan asap cair biochar menyebabkan kadar air pembenah tanah meningkat
sehingga persentasi kandungan C-organik dan asam humat yang menjadi bahan aktif
pembenah tanah cenderung menurun, demikian juga halnya dengan KTK pembenah
tanah.
Tabel 2. Karakteristik empat pembenah tanah yang digunakan dalam percobaan
Parameter Biochart SP 50 I Biochart SP 50 II Beta I
Beta II
Kadar air (%) 15,31 42,71 13,07 38,98
Kadar abu (%) 29,65 21,48 25,43 19,08
Humat (%) 7,65 1,45 14,41 8,10
Fulvat (%) 38,35 42,51 41,00 39,59
C organik (%) 1,31 0,91 1,64 1,16
NH4 (%) 0,02 0,05 0,23 0,19
NO3 (%) 0,12 0,00 0,03 0,04
C/N rasio 20 22 13 14
P2O5 (%) 0,24 0,20 0,55 0,37
K2O (%) 0,42 0,34 0,50 0,34
Ca (%) 0,61 0,46 1,42 1,11
Mg (%) 0,21 0,16 0,41 0,33
S (%) 0,07 0,03 0,12 0,08
Fe (ppm) 799 830 1689 1731
Mn (ppm) 188 141 244 187
Al (ppm) 1079 880 3591 2379
Pb (ppm) 1,7 1,5 3,4 2,9
Cd (ppm) 0,08 0,06 0,14 0,14
As (ppm) 0 0 0 0
Hg (ppm) 0 0 0 0
KTK (cmol (+) mg) 8,53 5,42 13,64 10,39
11
Pengaruh penggunaan empat jenis pembenah tanah terhadap pertumbuhan
tanaman jagung pada dua jenis tanah yang berbeda karakteritiknya disajikan pada
Tabel 3. Pertumbuhan tanaman jagung pada contoh tanah yang diambil dari
Ciampea (pewakil tanah bertekstur liat, bereaksi masam) nyata lebih baik dibanding
pada contoh tanah yang diambil dari Pangandaran (contoh tanah bertekstur pasir,
bereaksi netral). Kemampuan tanah yang bertekstur pasir dalam memegang hara
dan air lebih rendah dibanding tanah dengan tekstur liat, hal ini berdampak terhadap
tidak terpenuhinya kebutuhan tanaman.
Pemberian pembenah tanah dengan dosis 2,5 t/ha pada tanah bertekstur
pasir belum mampu memperbaiki kondisi tanah. Pengkayaan pembenah tanah
dengan menggunakan pupuk hayati tidak mampu meningkatkan efektivitas
pembenah tanah, meskipun berdasarkan data tinggi tanaman pada umur 8 minggu
setelah tanam (MST) ada kecenderungan bahwa pembenah tanah yang diperkaya
dengan pupuk hayati mempunyai tinggi tanaman yang relatif tinggi. Hasil penelitian
ini juga mengindikasikan bahwa untuk tanah dengan kondisi yang lebih relatif buruk
dibutuhkan jangka waktu perbaikan yang relatif panjang dan/atau dosis relatif tinggi.
Tabel 3. Pengaruh pemberian pembenah tanah terhadap pertumbuhan pada tanah bertekstur pasir, bereaksi masam, bahan organik rendah dan tanah berpasir bereaksi netral, dan bahan organic sangat rendah.
Perlakuan Tinggi tanaman pada umur
2 MST 4 MST 6 MST 8 MST ----------------------------------- (cm) -----------------------------------
T1 (Liat) T2 (Pasir)
48,21A* 34,58B
123,56A 50,68B
185,25A 99,50B
248,25A 146,43B
Beta I Beta II Biochar I Biochar II
41,46a 42,21a 41,21a 40,17a
87,75a 90,12a 84,87a 85,75a
145,62a 144,75a 138,12a 141,00a
192,37a 203,37a 194,37a 199,25a
MST= minggu setelah tanaman * angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan
pada 5%. Indikator pertumbuhan tanaman ditunjukan juga oleh parameter lingkar
batang tanaman jagung (Tabel 4). Seperti halnya terhadap tinggi tanaman,
diameter batang tanaman jagung yang tumbuh pada contoh tanah bertekstur liat
nyata lebih baik dibanding tanah bertekstur pasir. Pemberian pembenah tanah
belum juga belum mampu memacu peningkatan lingkar batang tanaman jagung.
12
Tabel 4. Pengaruh pemberian pembenah tanah terhadap lingkar batang tanaman jagung
Perlakuan Diamneter batang pada umur
DB 4 MST DB 6 MST DB 8 MST ----------------------- (cm) -------------------------------
T1 (Liat) T2 (Pasir)
15,84 A 5,40 B
19,28 A 9,90 B
18,25 A 11,46 B
Beta I Beta II Biochar I Biochar II
10,87 a 10,31 a 10,93 a 10,37 a
15,12 a 14,12 a 14,75 a 14,37 a
14,56 a 14,68 a 15,25 a 14,93 a
MST= minggu setelah tanaman * angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan
pada 5%.
5.2. Karakteristik WEOM dari berbagai sumber bahan organik dan peluang
pemanfaatannya sebagai pembenah tanah
5.2.1. Karakteristik WEOM
Hasil ektraksi bahan organik untuk mendapatkan WEOM (water- extractable
organik matter) dengan menggunakan metode Traversa et al. (2010) disajikan pada
Tabel 5. Sebagai pembanding dilakukan pula ekstraksi dengan menggunakan KOH
(Tan, 1990). Keuntungan ektraksi dengan menggunakan air adalah dapat
meniadakan penggunaan bahan kimia. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa
kandungan senyawa humat pada hasil ekstraksi dengan menggunakan H2O (WEOM)
tidak berbeda nyata dibandingkan dengan hasil ekstraksi dengan menggunakan KOH.
Senyawa humat merupakan komponen penting yang mendukung fungsi bahan
organik sebagai pembenah tanah. pH pada perlakuan ektraksi dengan H2O juga
relatif lebih rendah (7,54), dibandingkan dengan hasil ekstraksi dengan
menggunakan KOH yang menghasilkan ektrak dengan pH yang terlalu tingg (pH>9).
Namun demikian, beberapa parameter lain yaitu daya hantar listrik, kandunga P, K,
dan total C-organik pada WEOM relatif lebih rendah dibanding hasil ekstrak dengan
menggunakan KOH. K yang relatif tinggi pada hasil ekstraksi KOH bersumber dari
KOH. Lebih kuatnya pengekstrak dalam bentuk KOH menyebabkan lebih tingginya
unsur seperti P dibandingkan WEOM. Kandungan C organik yang relatif lebih tinggi
pada hasil ektraksi dengan KOH diantaranya berasal dari kandungan asam fulvat
yang tinggi (Tabel 5), dan hal ini disebabkan karena asal fulvat larut pada kondisi
basa.
13
Tabel 5. Perbedaan karakteristik ektrak bahan organik (humic like substance) dengan menggunakan air (WEOM) dan KOH
Parameter Satuan Ekstraksi dengan
KOH (KOH-EOM)
Ekstraksi dengan H2O
(WEOM) Prob>|T|
AsamHumat
mg/L
41,68 41,22 0,978 AsamFulvat 368,89 59,78 0,004 C-Organik 410,67 101,11 0,008
N 58,79 33,94 0,290 P 13,62 5,87 0,020 K 1564,83 335,01 0,004
DHL dS/m -
6,70 1,25 0,010 pH 9,80 7,54 0,007
5.2.2. Peluang Pemanfaatan WEOM dari berbagai sumber bahan organik
untuk pembenah tanah
Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 6 menunjukan bahwa setelah diberi
perlakuan WEOM tanah bertekstur liat dari Ciampea masih mempunyai karakteristik
fisik tanah yang lebih baik dibandingkan tanah bertekstur pasir dari Pangandaran.
Penggunaan WEOM pada contoh tanah bertekstur pasir dari pangandaran tidak
mampu memperbaiiki sifat fisik tanah, khususnya sifat fisik tanah yang mendukung
kemampuan tanah dalam memegang air. Untuk memperbaiki sifat fisik contoh tanah
bertekstur pasir dari Pangandaran sampai pada taraf menyamai tanah liat dari
Ciampea kemungkinan dibutuhkan dosis pembenah yang lebih banyak dan atau
jangka waktu lama (atau diberikan secara kontinue). Sifat fisik tanah yang
berhubungan dengan tingkat kemampuan tanah memegang air, merupakan salah
satu faktor pembatas tanah-tanah bertekstur pasir. Permeabiltas yang terlalu tinggi
pada tanah berpasir menunjukan air akan dengan mudah mengalir menjadi air
perkolasi. Namun demikian sampai tarap tertentu, permeabilitas penting untuk
mengendalikan kelebihan air.
Pada pF 4,2 (setara dengan titik layu permanen) , rata-rata kadar air pada
tanah liat masih >25%, sedangkan pada tanah pasir hanya sekitar 5%. Hail ini
menunjukkan tingkat kemampuan tanah bertektuir liat lebih tinggi dibanding tanah
bertekstur pasir. Kadar air pada pF 1 dan 2 pada contoh tanah bertekstur pasir juga
relatif lebih rendah dibanding pada tanah bertekstur liat .
14
Tabel 6. Pengaruh WEOM dari berbagai sumber bahan organik terhadap perbaikan sifat fisik tanah
Perlakuan
BD
(g/cm3) RPT pF 1 pF 2 pF 2,54 pF 4,2 Permeabilitas
(cm/jam) --------------------------(%)------------------------- T1: Liat T2: Pasir
0,95 b 1,62 a
53,92 a 42,38 b
48,22 a 37,71 b
35,82 a 22,42 b
30,56 a 16,82 b
25,37 a 5,24 b
35,42 b 48,74 a
WEOM K. Jerami WEOM K Pukan I WEOM K Pukan II
1,31 a 1,29 a 1,24 b
47,62 a 48,15 a 48,69 a
42,99 a 43,56 a 42,35 a
29,87 a 29,12 a 28,37 a
24,65 a 23,46 ab 22,96 b
15,76 a 15,77 a 14,38 b
37,57 b 45,57 a 43,08 ab
* angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada 5%.
Pemberian WEOM yang bersumber dari berbagai jenis bahan organik
berpengaruh nyata terhadap kadar air pada pF 4,2 (kapasitas lapang). WEOM yang
bersumber dari kompos jerami dan dan Pukan I (pukan ruminansia) menghasilkan
kadar air pada pF2 yang relatif lebih tinggi. WEOM dari jerami juga nyata dapat
menurunkan permeabilitas tanah, sifat ini sangat diperlukan untuk memperbaiki sifat
fisik tanah pasir, hal penting untuk tanah bertekstur pasir, dimana pergerakan air
secara vertikal dapat ditekan sehingga air terlalu mudah hilang, sehingga
kesempatan untuk diserap tanaman menjadi lebih rendah. Meskipun demikian,
tingkat permeabilitas yang tinggi diperlukan untuk menekan besarnya aliran
permukaan pada saat tanah dalam kondisi jenuh.
Pada tanah bertekstur liat, perlakuan pemberian WEOM berpengaruh nyata
terhadap permeabilitas tanah, WEOM yang bersumber dari Pukan II (kotoran ayam)
meningkatkan permeabilitas tanah yang nyata lebih tinggi dibanding WEOM jerami
dan Pukan II (Pukan ruminansia). Peningkatan permeabitas pada tanah bertekstur
liat diperlukan, karena permeabilitas yang terlalu rendah seringkali dihadapi tanah-
tanah bertekstur liat, kecuali jika agregasi tanah relatif baik. Pada tanah bertekstur
pasir Perlakuan WEOM dari berbagai jenis baha organik tidak memberikan pengaruh
yang berbeda, baik terhadap pori air tersedia maupun permeabilitas tanah. Namun
jika dibandingkan dengan tanah bertekstur liat, setelah diberi perlakuan WEOM
Pukan I dan Pukan II, persen air tersddia pada tanah bertekstur pasir nyata menjadi
lebih tinggi dibanding tanah bertekstur liat (Tabel 7).
15
Tabel 7. Pengaruh interaksi kondisi tanah dengan perlakuan WEOM dari berbagai sumber bahan organik
Media PAT (% vol) Permeabilitas (cm/jam)
WEOM dari kompos WEOM dari kompos: Jerami Pukan I Pukan II Jerami Pukan II Pukan II
T1: Liat 5,07 Ba 5,20 Ba 5,30 Ba 28,42 Bb 37,60 Ba 40,22 Aa T2: Pasir 12,70 Aa 10,20 Ab 11,90 Aab 46,72 Aa 53,55 Aa 45,95 Aa * angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama, dan hurup besat yang sama pada
lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada 5%. 5.2.2. Pengaruh WEOM terhadap tingkat perkecambahan biji jagung
dan biji tomat
Hasil uji awal penggunaan WEOM terhadap pertumbuhan tanaman ditunjukan
oleh pengaruhnya terhadap tingkat perkecambahan biji jagung (Gambar 1). Hasil
percobaan menunjukan bahwa penggunaan WEOM dengan tingkat pengenceran
1:10 dapat meningkatkan daya perkecambahan biji tanaman jagung. Sebagai
pembanding tingkat perkecambahan biji jagung pada perlakuan air destilasi 50%). Dengan tingkat pengenceran yang
sama tingkat pengekecambahan pada pertakuan WEOM dari Pukan 1 rata-rata lebih
tinggi dibanding WEOM kompos pukan 2 (pukan ayam). Penggunaan WEOM dengan
kadar yang lebih pekat (pengenceran 1:2) rata-rata menurunkan daya
perkecambahan biji jagung. Hal ini menggindikasikan pemberian WEOM saat
perkecambahan biji jagung sebaiknya diberikan pada kadar yang lebih rendah, atau
diberikan secara bertahap. Kemungkinan lainnya adalah dibutuhkan masa inkubasi
yang cukup, sebelum media tanam digunakan. Perlu diuji juga diuji pengaruh dari
WEOM setelah lewat masa perkecambahan.
Gambar 1. Pengaruh penggunaan WEOM dari bebera sumber bahan organik dengan 2 tingkat pengenceran terhadap daya perkecambahan biji jagung
16
Selain terhadap daya perkecambahan biji jagung, pengujian WEOM dari
berbagai sumber bahan organik dilakukan pula pada biji tanaman tomat (Gambar 2).
Rata-rata tingkat perkecambahan tomat tergolong baik (sekirar 80%), penggunaan
WEOM tidak dapat lagi meningkatkan persen perkecambahan melebihi tingkat
perkecambahan pada perlakuan air destilasi. Seperti halnya pada perkecambahan
jagung, Peningkatan kadar WEOM dari 1:10 menjadi 1:2 menyebabkan rata-rata
tingkat perkecambahan biji tomat menurun terutama untuk WEOM berasal dari
kompos kotoran ayam.
Gambar 2. Pengaruh WEOM dari beberapa sumber bahan organik dengan 2 tingkat pengenceran terhadap perkecambahan biji tomat
17
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Tingkat pertumbuhan tanaman jagung pada contoh tanah bertekstur pasir dan
bereaksi netral nyata lebih rendah dibanding pada contoh tanah bertekstur liat
dan bereaksi masam. Pemberian pembenah tanah dengan dosis 2,5 t/ha belum
mampu memacu pertumbuhan tanaman pada tanah bertekstur pasir.
2. Penambahan pupuk hayati dan asap cair biochar belum nyata meningkatkan
efektivitas pembenah tanah, meskipun terdapat kecenderungan terjadi
peningkatan pertumbuhan tanaman jagung pada umur 8 minggu setelah tanah.
3. Kandungan asam humat dalam WEOM (water extractable organik matter) tidak
berbeda nyata dibanding KOH-EOM (KOH- extractable organik matter). Artinya
air mempunyai kemampuan yang sama dengan KOH dalam mengekstrak asam
humat. Namun demikian, kandungan asam fulvat, C total, dan unsur N,P,K pada
ektrak KOH (KOH-EOM) relatif lebih tinggi dibanding WEOM.
4. Setelah diberi perlakuan WEOM, persen air tersedia pada tanah bertekstur pasir
nyata lebih tinggi dibanding tanah bertekstur liat. Namun demikian, kemampuan
tanah bertekstur pasir dalam memegang air (didasarkan pada kadar air pada
beberapa level pF) masih nyata lebih rendah dibanding tanah bertekstur liat.
5. Penggunaan WEOM meningkatkan daya perkecambahan biji jagung. Peningkatan
konsentrasi WEOM dari 1:10 menjadi 1:2 menyebabkan penurunan daya
perkecambahan biji jagung dan tomat.
5.2. Saran
Ekstraksi senyawa humat sebagai bahan dasar pembenah tanah tanpa
menggunakan bahan kimia perlu terus dikembangkan. Metode ekstraksi tanpa
bahan kimia perlu dimodifikasi sehingga daya ekstraknya menjadi lebih kuat dan
dapat menghasilkan senyawa dalam bentuk humic like substance dengan kadungan
dan komposisi bahan aktif pembenah yang lebih baik, selanjutnya dapat lebih efektif
berfungsi sebagai pebenah tanah.
18
VII. DAFTAR PUSTAKA
Chen, Y. and Aviad, T. 1990. Effect of humic substance on plant growth. In: MacCarthy, P., Clapp, C.E., Macolm, R.L., Bloom, P.R. (Eds.), Humic Substance in Soil and Crop Sciences:Selected Readings. SSSA, Madison, pp.161-186.
Dariah, A., Nurida N.L., dan Sutono. 2007. Formulasi bahan pembenah untuk rehabilitasi lahan terdegradasi. Disampaikan pada Seminar Sumberdaya Lahan dan Lingkungan. Bogor, 7-8 Nopember 2007.
Eyheraguibel, B., Morarrd, P., Silvertre, J. 2002. Chemical irigin of humic-like substance, 11th International Humic Substance Society Confrence, Boston, MA (USA).
Engyeraguibel, B., J. Silvestre, dan P. Morard. 2007. Effects of humic substance derived from organic waste enhancement on the growth and minberel nutrition of maize. Elsevier. Bio resource Technology 99 (2008) 4206-4212.
Glaser, B., J. Lehmann, and W. Zech. 2002. Ameliorating physical and chemical properties of highly weathered soils in the tropics with charcoal: A review. Biol. Fertil. Soils 35:219-230.
Husaini. 2007. Karakteristik dan deposit pembenah tanah zeolit di Indonesia. Dipresentasikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk,Memdukung Peningkatan Produksi beras. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Depaetermen Pertanian bekerjasama dengan Konsorsium Pemebenah Tanah Indonesia. Jakarta 5 April 2007.
Nardi, S., Pizzeghello, D.Muscolo, A., Vianello, A. 2002. Physiological effect of humic substances on higher plants. Soil Biol. Biochem. 34, 1527-1536.
Ogawa, M. 1994. Symbiosis of people and nature in tropics. Farming Japan 28(5):10-34.
Piccolo, A., Celano, G., and Pietra mellara, G. 1993. Effect of fractions of coal-derived humic substance on seed germination and growth of seedlings (Latuga sativa and Lycopersicum esculentum). Biol. Fertil. Soils. 16, 11-16.
Said-Pullicino, D., Erriquens, F.G., Gigliotti, G. 2007a. Changes in the chemical characteristics of water-exstractable organic matter during composting and their influence on compost stability and maturity. Bioresour. Technol. 98:1822-1831.
Said-Pullicino, D., Kaiser, K., Guggenberger, G., Gigliotti, G. 2007b. Changes in the chemical composition 0f water-extractable organic matter compossting distribution between stable and labile organic matter pool. Chemosphere 66:2166-2176.
Sastiono, A. dan Suwardi. Pemanfaatan zeolit alam untuk meningkatkan kesuburan tanah. Disampaikan pada Seminar Pembuatan dan pemanfaatan Zeolit Agro untuk Meningkatkan Produksi Industri Pertanian, Tanaman pangan dan perkebunan. Departemen pertambangan dan energi, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum. Bandung, 23 Agustus 1999.
Stevenson F.J. 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reactions. A Wiley- Interscience Publication. John Wiley&Sons. New York.
19
Suwardi. 2007. Pemanfaatan zeolit untuk perbaikan sifat-sifat tanah dan peningkatan produksi Peranian. Dipresentasikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk,Mendukung Peningkatan Produksi beras. Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian bekerjasama dengan Konsorsium Pemebenah Tanah Indonesia. Jakarta 5 April 2007.
Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science. Marcel Dekker. Inc. New York.
Travera, A., E. Loffredo, C.E. Gattulo, N. Senesi. 2010. Water-extractable organic matter of different composts:A cpmparaive study of properties and allelochemical effect on horticultural plats. Elsevier. Geoderma 156:287-296.
Vaughan, D. and Malcolm, R.E. 1985. Influence of humic substance on growth and physiological proceseses. In: Vaughan, D. Macolm, R.E (Eds.) Soil organic matter and biologica activity. Dordrech, Boston. Pp. 1-36.l
Verheye, W.H. 2007. Integrating land degradation issues into a national soils policy. CONTOUR. Newsletter of The Asia Soil Conservation Network. ASOCON. Vol. XIX, No. 1.
Zsolnay, A. 2003. Dissolved organic matter: Artefacts, definitions, and functions. Geoderma 113: 187-209.
Zsolnay, A. Baigar, E. Jimenez, M. Steinweg, B. Saccomandi, F. 1999. Differentiating with fluorescence spectroscopy the sources of dissolved organic matter in soils subjected to drying. Chemosphere 38:45-50/
20
Lampiran 1. Pertumbuhan tanaman pada tanah I (T1=bertekstur liat, bereaksi masam dan kandungan bahan organik rendah) tanah II (T2=bertekstur pasir, tanah netral dan kandungan bahan organik sangat rendah)
Lampiran 2. Pengaruh pemberian pembenah tanah Beta (formula 1 dan 2) dan Biochar (formula 1 dan 2) terhadap pertumbuhan tanaman jagung
21
Lampiran 3. Percobaan penggunaan WEOM pada perkecambahan biji tomat
Lampiran 4. Percobaan penggunaan WEOM pada perkecambahan biji jagung