32
BAB I Pendahuluan Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan, terutama di negara maju. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak. Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik pada anak-anak maupun dewasa. Asma mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya, seperti menyebabkan tidak masuk sekolah, keterbatasan kegiatan berolahraga, maupun aktivitas seluruh keluarga. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut sangat bervariasi, terdapat perbedaan antar negara bahkan di beberapa daerah suatu negara 1 Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004 memperlihatkan asma masih menempati urutan ke 3 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia dan prevalens penyakit asma berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 4%. 2 Meskipun belum ada survei asma secara nasional di Indonesia, dari penelitian yang ada menyimpulkan bahwa prevalens asma di daerah rural (4,3%) lebih rendah daripada di daerah urban (6,5%)

Laopran Kasus IKM Konsul

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laopran Kasus IKM Konsul

BAB I

Pendahuluan

Asma merupakan penyakit respiratorik kronik yang paling sering ditemukan, terutama di

negara maju. Penyakit ini pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak. Dilaporkan bahwa

sejak dua dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik pada anak-anak maupun dewasa.

Asma mempunyai dampak negatif pada kehidupan penderitanya, seperti menyebabkan tidak

masuk sekolah, keterbatasan kegiatan berolahraga, maupun aktivitas seluruh keluarga. Prevalensi

total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi tersebut

sangat bervariasi, terdapat perbedaan antar negara bahkan di beberapa daerah suatu negara1

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal itu

tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di

Indonesia. Survei Kesehatan Rumah tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004

memperlihatkan asma masih menempati urutan ke 3 dari 10 penyebab kematian utama di

Indonesia dan prevalens penyakit asma berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 4%.2

Meskipun belum ada survei asma secara nasional di Indonesia, dari penelitian yang ada

menyimpulkan bahwa prevalens asma di daerah rural (4,3%) lebih rendah daripada di daerah

urban (6,5%) dan yang tertinggi adalah di kota besar seperti di Jakarta (16,4%).1

Jumlah ini dapat meningkat lebih besar mengingat asma merupakan penyakit yang

underdiagnosed. Sebagian besar atau 80 persen kematian justru terjadi di negara-negara

berkembang. Tingginya angka kematian akibat asma, banyak karena kontrol asma yang buruk.

Hal ini juga karena sikap pasien dan dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahannya.3

Dalam Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun (Riskesdas) 2007, prevalensi

penyakit asma di provinsi NTB sebesar 5,3% (kisaran: 1,8-7,2%), tertinggi di Lombok Tengah,

terendah di Kota Mataram (nasional 3,5%). Prevalensi penyakit asma cenderung semakin

meningkat sejalan dengan peningkatan umur, sedikit lebih tinggi perempuan daripada laki-laki

serta lebih tinggi pada kelompok yang tidak sekolah.

Serangan asma bervariasi mulai dari ringan sampai berat dan mengancam kehidupan.

Berbagai factor dapat menjadi pencetus timbulnya serangan asma, antara lain adalah olahraga

Page 2: Laopran Kasus IKM Konsul

(exercise), allergen, infeksi, perubahan suhu yang mendadak atau pajanan terhadap iritan

respiratorik seperti asap rokok, dan lain-lain. Selain itu, berbagai factor turut mempengaruhi

tinggi rendahnya prevalensi asma di suatu tempat, misalnya usia, jenis kelamin, ras, sosio-

ekonomi, dan factor lingkungan. Factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prevalensi asma,

derajat penyakit asma, terjadinya serangan asma, berat ringannya serangan dan kematian akibat

penyakit asma.4

Pencegahan dan tindakan dini harus menjadi tujuan utama dokter, khususnya spesialis

anak dalam menangani anak asma. Pengendalian lingkungan, pemberian ASI ekslusif minimal 4

bulan, penghindaran makanan berpotensi alergenik, pengurangan pajanan terhadap tungau debu

rumah dan rontokan bulu binatang, telah terbukti mengurangi manifestasi alergi makanan dan

khususnya dermatitis atopi pada bayi.5

Asma merupakan salah satu jenis penyakit 10 terbanyak dalam kunjungan ke Puskesmas

Narmada. Pada tahun 2012, asma menempati peringkat ke-6 dalam kunjungan ke UGD

Puskesmas Narmada. Pada bulan Januari sampai dengan Desember 2012 penyakit asma

mencapai 400 kasus.

Bila asma dapat dikendalikan, maka risiko kematian dapat dicegah. Karena gejala asma

tidak sering muncul, maka perlu diagnosa serta penanganan yang tepat. Penyakit asma tidak

dapat disembuhkan dengan obat-obatan yang ada karena obat tersebut hanya berfungsi

menghilangkan gejala. Namun, dengan mengontrol penyakit asma, penderita bisa bebas dari

gejala penyakit yang mengganggu.

Page 3: Laopran Kasus IKM Konsul

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Gambaran Penyakit Asma di Puskesmas Narmada

Berdasarkan Data Jumlah Kasus di Puskesmas, pada tahun 2012, penyakit asma

merupakan penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Narmada tahun

2012.

Tabel 1. Data 10 Penyakit Terbanyak (Rawat Jalan dan Rawat Inap) Puskesmas Narmada

Bulan Januari-Desember 2012.

No Nama Penyakit Jumlah

1. ISPA 7589

2. Gastritis 3170

3. Penyakit otot dan jaringan sendi 3027

4. Hipertensi 2521

5. Penyakit kulit infeksi 1794

6. Asma 1673

7. Demam sebab lain 1494

8. Penyakit kulit alergi 1227

9. Diare 1203

10. Kecelakaan dan rudapaksa 628

Sumber : Data Rekapan SP2TP-LB1 Puskesmas Narmada 2012.

Dari data penderita asma tahun 2012 di Puskesmas Narmada, terbanyak ditemukan pada

usia 45-54 tahun sebanyak 480 kasus (28,6%), diikuti usia 20-40 tahun sebanyak 440 kasus

(26,3%), dan usia 60-69 tahun sebanyak 328 kasus (19,6%). Sedangkan untuk penderita asma

usia ≤14 tahun sebanyak 90 kasus (5,3%). Hal ini menunjukkan jumlah penderita asma anak di

wilayah Puskesmas Narmada juga cukup tinggi. Penelitian prevalens asma anak di beberapa

kota besar di Indonesia mendapatkan hasil yang bervariasi mulai dari 2,1% hingga 22,2%. 1

Prevalensi asma di Indonesia tahun 2002, dilaporkan oleh Kartasasmita di Bandung dari 2678

anak, kelompok usia 6-7 tahun 3,0%, dan dari 2836 anak kelompok usia 13-14 tahun 5,2%.

Page 4: Laopran Kasus IKM Konsul

Rahajoe di Jakarta melaporkan kelompok usia 13-14 tahun sebanyak 1296 orang didapati

prevalensi 6,7%.

Selama 3 tahun terakhir angka kejadian asma di Puskesmas Narmada dapat dilihat pada

grafik di bawah ini:

Gambar 1. Data Jumlah Penderita Asma (Rawat Inap dan Rawat Jalan) di Puskesmas

Narmada Tahun 2010-2012

2010 2011 2012

Jumlah Penderita Asma di Puskesmas Narmada 2177 968 1673

250

750

1250

1750

2250

Tabel 2. Data Jumlah Penderita Asma di Puskesmas Narmada Tahun 2010-2012

Jum

lah

Pend

erita

Sumber: Data Puskesmas Narmada Tahun 2010-2012

Dari tabel tersebut terjadi peningkatan kejadian asma pada tahun 2011 sebanyak 968 kasus

menjadi 1673 kasus pada tahun 2012. Berdasarkan pencatatan kasus baru pada tahun 2012,

didapatkan jumlah kasus asma sebanyak 17 kasus, dimana jumlah penderita laki-laki lebih

banyak dibandingkan perempuan.

Penyakit asma juga merupakan 10 Penyakit terbanyak di ruang rawat inap dan UGD

Puskesmas Narmada. Jumlahnya dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.

Page 5: Laopran Kasus IKM Konsul

Tabel 2. Data Jumlah Penderita Asma di Ruang Rawat Inap Puskesmas Narmada Bulan

Januari-Desember Tahun 2010-2012

No Tahun Jumlah

1. 2010 24

2. 2011 36

3. 2012 26

Sumber : Data Rawat Inap Puskesmas Narmada Tahun 2010-2012

Tabel 3. Data Jumlah Penderita Asma di UGD Puskesmas Narmada Bulan Januari-

Desember Tahun 2010-2012

No. Tahun Jumlah

1. 2010 341

2. 2011 442

3. 2012 595

Sumber: Data UGD Puskesmas Narmada Tahun 2010-2012

2.2. Konsep Penyakit Asma

2.2.1. Definisi Asma

Definisi asma yang lengkap yang menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar

mekanisme terjadinya asma dikelurkan oleh GINA. Asma didefinisikan sebagai gangguan

inflamasi kronik saluran respiratorik dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast,

eosinofil, dan limfosi T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing

berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari.

Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan saluran respiratorik yang luas namun

bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan

pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas saluran respiratorik terhadap

berbagai rangsangan.

Page 6: Laopran Kasus IKM Konsul

Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan definisi yang praktis dalam bentuk

definisi operasional yaitu wheezing dan/atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut: timbul

secara episodic dan/atau kronik, cenderung pada malam/dini hari (nocturnal), musiman, adanya

factor pencetus diantaranya aktivitas fisis, dan bersifat reversible baik secara spontan maupun

dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lainnya pada pasien/keluarganya,

sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan.

2.2.2. Faktor Resiko

Berbagai factor resiko dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, kejadian asma, berat

ringannya penyakit, serta kematian akibat penyakit asma. Beberapa factor tersebut sudah

disepakati oleh para ahli, sedangkan sebagian lain masih dalam penelitian.

a. Jenis Kelamin

Menurut laporan dari beberapa penelitian didapatkan bahwa prevalensi asma pada anak

laki-laki sampai usia 10 tahun adalah 1,5 samapi 2 kali lipat anak perempuan, namun,

dari benua Amerika dilaporkan bahwa belakangan ini tidak ada perbedaanprevalens asma

antara anak laki-laki (51,1 per 1000) dan perempuan (56,2 per 1000).

b. Usia

Umumnya, pada kebanyakan kasus asma persisten, gejala seperti asma pertama kali

timbul pada usia muda, yaitu pada beberapa tahun pertama kehidupan.

c. Riwayat atopi

Adanya atopi berhubungan dengan meningkatnya resiko asma persisten dan beratnya

asma. Eksema persisten berhubungan pula dengan gejala asma persisten. Menurut

Buffum dan Settipane, anak dengan eksema dan uji kulit positif menderita asma berat.

Terdapat juga laporan bahwa anak dengan mengi persisten dalam kurun waktu 6 tahun

pertama kehidupan mempunyai kadar IgE lebih tinggi daripada anak yang tidak pernah

mengalami mengi, pada usia 9 bulan. Beberapa laporan menunjukkan bahwa sensitisasi

alergi terhadap allergen inhalan, susu, telur, atau kacang pada tahun pertama kehidupan,

merupakan predictor timbulnya asma.

Page 7: Laopran Kasus IKM Konsul

d. Lingkungan

Adanya allergen di lingkungan hidup anak meningkatkan resiko pemyakit asma. Allergen

yang sering mencetuskan penyakit asma antara lain adalah serpihan kulit binatang

piaraan, tungau debu rumah, jamur dan kecoa.

e. Ras

Menurut laporan dari Amerika Serikat, didapatkan bahwa prevalensi asma dan kejadian

serangan asma pada ras kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih.

f. Asap rokok

Prevalen asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak yang tidak

terpajan asap rokok. Risiko terhadap asap rokok sudah dimulai sejak janin dalam

kandungan, umumnya berlangsung terus setelah anak dilahirkan, dan menyebabkan

meningkatnya resiko. Pada anak yang terpajan asap rokok, kejadian eksaserbasi lebih

tinggi, anak lebih sering tidak masuk sekolah, dan umumnya fungsi faal parunya lebih

buruk daripada anak yang tidak terpajan.

g. Outdoor air pollution

Beberapa partikel di udara seperti debu jalan raya, nitrat dioksida, karbon monoksida,

atau SO2, diduga berperan pada penyakit asma, meningkatkan gejaa asma, tetapi belum

didapatkan bukti yang disepakati. Pada anak-anak yang cepat terpajan dengan lingkungan

tersebut, kejadian asma rendah. Prevalens asma paling rendah pada anak yang di tahun

pertama usianya kontak dengan kandang binatang dan pemerah susu.

h. Infeksi respiratorik

2.2.3. Patofisiologi dan Patogenesis

Pada sekitar tahun 1970, asma diartikan sebagai sumbatan jalan napas yang timbul

mendadak, dan akan membaik secara spontan atau dengan pengobatan. Mekanisme utama

timbulnya gejala asma diakibatkan hiperreaktivitas bronkus, sehingga pengobatan utama asma

adalah untuk mengatasi bronkospasme.

Konsep terkini yaitu asma merupakan suatu proses inflamasi kronik yang khas,

melibatkan dinding saluran respiratorik, menyebabkan terbatasnya aliran udara dan peningkatan

reaktivitas saluran napas. Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratorik adalah aktivasi

Page 8: Laopran Kasus IKM Konsul

eosinofil, sel mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa dan lumen saluran respiratorik.

Proses inflamasi ini terjadi meskipun asmanya ringan atau tidak bergejala.

Pada banyak kasus terutama pada anak dan dewasa muda, asma dihubungkan dengan

manifestasi atopi melalui mekanisme IgE-dependent. Pada populasi diperkirakan faktor atopi

memberikan kontribusi pada 40% penderita asma anak dan dewasa.

Reaksi imunologik yang timbul akibat paparan dengan alergen pada awalnya

menimbulkan fase sensitisasi. Akibatnya terbentuk IgE spesifik oleh sel plasma. IgE melekat

pada reseptor Fc pada membran sel mast dan basofil. Bila ada rangsangan berikutnya dari

alergen serupa, akan timbul reaksi asma cepat (immediate asthma reaction). Terjadi degranulasi

sel mast dan dilepaskan mediator-mediator seperti histamin, leukotrien C4 (LTC4), prostaglandin

D2 (PGD2), tromboksan A2 dan tryptase. Mediator-mediator tersebut menimbulkan spasme otot

bronkus, hipersekresi kelenjar, edema, peningkatan permeabilitas kapiler, disusul dengan

akumulasi sel eosinofil. Gambaran klinis yang timbul adalah serangan asma akut. Keadaan ini

akan segera pulih kembali serangan asma hilang dengan pengobatan.

Gambar 1. Patogenesis Asma (GINA)

Mediator inflamasi yang berperan merupakan mediator inflamasi yang meningkatkan

proses keradangan, mempertahankan proses inflamasi. Mediator inflamasi tersebut akan

Page 9: Laopran Kasus IKM Konsul

membuat kepekaan bronkus berlebihan, sehingga bronkus mudah konstriksi, kerusakan epitel,

penebalan membrana basalis dan terjadi peningkatan permeabilitas bila ada rangsangan spesifik

maupun non spesifik. Secara klinis, gejala asma menjadi menetap, penderita akan lebih peka

terhadap rangsangan. Kerusakan jaringan akan menjadi irreversibel bila paparan berlangsung

terus dan penatalaksanaan kurang adekuat.

Sejalan dengan proses inflamasi kronik, perlukaan epitel bronkus merangsang proses

reparasi saluran respiratorik yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional yang

menyimpang pada saluran respiratorik yang dikenal dengan istilah remodeling atau repair. Pada

proses remodeling yang berperan adalah sitokin IL4, TGF beta dan Eosinophil Growth Factor

(EGF). TGF beta merangsang sel fibroblast berproliferasi, epitel mengalami hiperplasia,

pembentukan kolagen bertambah. Akibat proses remodeling tersebut terjadi pelepasan epitel

yang rusak, jaringan membrana basalis mukosa menebal (pseudothickening), hiperplasia

kelenjar, edema submukosa, infiltrasi sel radang dan hiperplasia otot. Perubahan semacam ini

tidak memberikan perbaikan klinis, tetapi mengakibatkan penyempitan lumen bronkus yang

persisten dan memberikan gambaran klinis asma kronis.

Gambar 2. Proses Inflamasi dan Remodelling pada Asma

Page 10: Laopran Kasus IKM Konsul

Menurut paradigma yang lampau, proses remodeling terjadi akibat kerusakan epitel

bronkus yang disebabkan oleh proses inflamasi kronis. Sehingga apabila obat antiinflamasi tidak

diberikan sedini mungkin sebagai profilaksis, maka inflamasi berlangsung terus dan obstruksi

saluran napas menjadi irreversibel dan proses remodeling bertambah hebat. Pada penelitian

terhadap anak dengan riwayat keluarga atopi yang belum bermanifestasi sebagai asma ternyata

ditemukan infiltrasi eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Hal ini mencurigakan bahwa

proses remodeling telah terjadi sebelum atau bersamaan dengan proses inflamasi. Apabila

intervensi dini diberikan segera setelah gejala asma timbul, bisa jadi tindakan kita telah terlambat

untuk mencegah terjadinya proses remodeling.

Pafisiologi

Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal yang

mendasari gangguan fungsi. Respon terhadap inflamasi pada mukosa saluran napas pasien asma

ini menyebabkan hiperreaktifitas bronkus yang merupakan tanda utama asma. Pada saat terjadi

hiperreaktivitas saluran napas sejumlah pemicu dapat memulai gejala asma. Pemicu ini meliputi

respon hipersensitivitas tipe 1 (dimedisi 1gE) terhadap alergen debu rumah dan serbuk sari yang

tersensitisasi, iritan seperti udara dingin, polutan atau asap rokok, infeksi virus, dan aktivitas

fisik/olahraga. Hiperreaktivitas saluran napas akan menyebabkan obstruksi saluran napas

menyebabkan hambatan aliran udara yang dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan.

Proses patologis utama yang mendukung obstruksi saluran napas adalah edema mukosa,

kontraksi otot polos dan produksi mukus. Obstruksi terjadi selama ekspirasi ketika saluran napas

mengalami volume penutupan dan menyebabkan gas di saluran napas terperangkap. Bahkan,

pada asma yang berat dapat mengurangi aliran udara selama inspirasi. Sejumlah karakteristik

anatomi dan fisiologi memberi kecenderungan bayi dan anak kecil terhadap peningkatan risiko

obstruksi saluran napas antara lain ukuran saluran napas yang lebih kecil, recoil elastic paru

yang lebih lemah, kurangnya bantuan otot polos saluran napas kecil, hiperplasia kelenjar mukosa

relatif dan kurangnya saluran ventilasi kolateral (pori cohn) antar alveolus.

Page 11: Laopran Kasus IKM Konsul

2.2.5. Diagnosis dan Klasifikasi

Penegakan diagnosis asma didasarkan pada anamnesis, tanda-tanda klinik dan pemeriksaan

tambahan.

1. Pemeriksaan anamnesis keluhan episodik batuk kronik berulang, mengi, sesak dada,

kesulitan bernafas,

2. Faktor pencetus (inciter) dapat berupa iritan (debu), pendinginan saluran nafas, alergen

dan emosi, sedangkan perangsang (inducer) berupa kimia, infeksi dan alergen.

3. Pemeriksaan fisik sesak nafas (dyspnea), mengi, nafas cuping hidung pada saat inspirasi

(anak), bicara terputus putus, agitasi, hiperinflasi toraks, lebih suka posisi duduk. Tanda-

tanda lain sianosis, ngantuk, susah bicara, takikardia dan hiperinflasi torak,

4. Pemeriksaan uji fungsi paru sebelum dan sesudah pemberian metakolin atau

bronkodilator sebelum dan sesudah olahraga dapat membantu menegakkan diagnosis

asma.

Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah umur 3 tahun. Untuk anak yang sudah besar (>6

tahun) pemeriksaan fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana dengan

peak flow meter atau yang lebih lengkap dengan spirometer, uji yang lain dapat melalui

provokasi bronkus dengan histamin, metakolin, latihan (exercise), udara kering dan dingin, atau

dengan NaCl hipertonis. Penggunaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu

diupayakan, karena selain mendukung diagnosis, juga mengetahui keberhasilan tata laksana

asma, selain itu dapat juga menggunakan lembar catatan harian sebagai alternative.

Klasifkasi asma sangat diperlukan karena berhubungan dengan tatalaksana lanjutan (jangka

panjang). GINA membagi asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan

pemeriksaan laboratorium.menjadi 4 klasifikasi yaitu asma intermiten, asma persisten, ringan,

asma persisten sedang, dan asma persisten berat.

Page 12: Laopran Kasus IKM Konsul

Table 1. Klasifikasi derajat asma pada anak

Parameter klinis,

kebutuhan obat, dan

faal paru

Asma episodic Jarang Asma episodic Sering Asma Persisten

1. Frekuensi

serangan

< 1x / bulan > 1 x / bulan Sering

2. Lama serangan < 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang

tahun, tidak ada

remisi.

3. Intensitas

Serangan

Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

4. Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan

malam

5. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

6. Pemeriksaan fisik

diluar serangan

Normal (tidak

ditemukan serangan)

Mungkin terganggu

(ditemukan kelianan)

Tidak pernah normal

7. Obat pengendali Tidak perlu Perlu Perlu

8. Uji faal paru

(diluar serangan)

PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/PEV1 < 60%

Variabilitas 20-30%

9. Variabilitas faal

paru (bila ada

serangan)

Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%

2.2.6. Tatalaksana

BAB III

Page 13: Laopran Kasus IKM Konsul

Laporan Kasus

3.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. I

Umur : 2 tahun 2 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Majeti, Narmada

Suku : Sasak

Agama : Islam

Waktu Pemeriksaan : 1 Mei 2013

3.2. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Narmada dengan dikeluhan mengalami sesak nafas. Pasien

dikeluhkan sesak sering dirasakan ketika malam hari dan pagi hari ketika cuaca dingin dan saat

malam hari. Pasien dikeluhkan saat sesak sering disertai dengan suara nafas berbunyi ngik-ngik

(mengi). Ibu Pasien mengaku pasien sering mengalami hal serupa sejak pasien berumur 1 bulan

dan dirasa bertambah berat akhir-akhir ini. Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan

dengan sesak, dahak berwarna putih, darah (-). demam (-). Pilek (+). Dikeluhakn ibu Pasien

dalam 2 minggu, dapat mengalami sesak 1 kali, dan dalam sebulan dapat mengalami ≥ 2 kali

sesak pada malam hari.

Saat timbulnya sesak, pasien sangat rewel dan sangat mengganggu aktivitas serta nafsu

makan pasien menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Page 14: Laopran Kasus IKM Konsul

Pasien terakhir mengalami sesak pada bulan lalu dan sampai membuat pasien dibawa ke

UGD Puskesmas Narmada untuk dilakukan Nebulisasi.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Kakek pasien dari ayah mengalami riwayat sesak dan sering kambuh, riwayat penyakit

epilepsi (-) jantung (-), ginjal (-).

Riwayat Pengobatan:

Ibu pasien mengaku tidak meminum obat-obatan lain selain obat asma yang diberikan.

Ibu pasien mengaku pernah beberapa kali mengalami sesak nafas yang berat yang

membuat pasien harus ke IGD dan dilakukan nebulisasi.

Ibu pasien mengaku minum obat dari puskesmas apabila sesaknya timbul saja.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Riwayat sakit selama ibu pasien hamil (-), ANC rutin di posyandu. Pasien merupakan

anak kedua, lahir spontan ditolong bidan, lahir langsung menangis, berat badan lahir 3000

gram dan panjang badan 51 cm. Riwayat kuning / biru setelah lahir (-).

Riwayat nutrisi :

Pasien diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan dan setelah itu mulai diberikan

makanan pendamping berupa bubur. Sampai saat ini pasien makan nasi 3 kali sehari.

Riwayat vaksinasi :

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan sampai saat

ini pasien rutin dibawa ibunya untuk menimbangkan berat badannya di Posyandu setiap

bulannya.

Ikhtisar Keluarga:

Page 15: Laopran Kasus IKM Konsul

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

Pasien tinggal di rumah di Dasan Majeti, Narmada. Anggota keluarga inti pasien dapat

dilihat pada skema di atas.

Riwayat Lingkungan, Sosial, Ekonomi

Pasien tinggal bertujuh dirumah bersama tiga kakak tirinya dan kedua orang tuanya.

Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dan ibu pasien berjualan di rumah dengan

penghasilan perbulan kira-kira Rp 1.000.000 – Rp. 1.500.000

Ayah pasien seorang perokok, dalam sehari dapat menghabiskan 5 batang rokok. Ayah

pasien merokok terkadang di dalam rumah, dan pasien kadang-kadang digendong saat ayah

pasien sedang merokok.

Rumah pasien terdiri dari tiga kamar tidur, dua ruang tamu sekaligus ruang keluarga, satu

kamar mandi, dapur kecil, dan satu kamar dijadikan gudang. Luas rumah pasien ± 6 meter x

11 meter. Dinding menggunakan tembok, atap rumah terbuat dari genteng dan lantai dari

semen. Jendela di rumah pasien jarang dibuka sehingga sirkulasi udara di dalam rumah

menjadi tidak lancar. Rumah pasien dengan rumah tetangga pasien depan dan belakang

berdekatan, yaitu dengan jarak kurang lebih 1,5 meter. Kamar mandi pasien terdapat jamban

yang cukup bersih. Dapur terdapat di dalam rumah namun ibu pasien di rumah memasak

dengan menggunakan kompor minyak tanah.

Anak I

Aq. I Iq. R

Anak II

Page 16: Laopran Kasus IKM Konsul

Pasien mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-harinya berasal dari air Sumur dan sumber

air Narmada. Air yang dikonsumsi dari sumber air Narmada, yang dimasak sebelum

diminum. Dan dari air itupula digunakan untuk mandi, mencuci dan keperluan rumah tangga

lainnya.

Saat ini sedang musim panen, tetangga pasien banyak yang membakar sisa hasil panennya

dan asapnya memasuki rumah.

3.3. PEMERIKSAAN FISIK (2 Mei 2013)

Status Present :

KU : Sedang

Kes : CM

RR : 40 x/menit, tipe : abdominotorakal

HR : 100 x/menit, lemah, teratur.

T ax : 36,5 oC.

Status Gizi

Berat badan : 8,3 kg Panjang badan : 55 cm

Indeks gizi :

Status General :

o Kepala dan Leher :

- Bentuk : normocephali, UUB menutup.

- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil isokor, refleks pupil

(+/+), edema palpebra (-/-)

- THT : telinga : struktur dan ukuran telinga normal, otorhea (-)

Hidung : napas cuping hidung (-), rinorhea (-)

Tenggorok : faring hiperemis (-)

- Mulut : bibir sianosis (-), lidah dan mukosa mulut normal, palatum normal

- Leher : Pembesaran KGB servikal (-), Pembesaran KGB Supraklavikula (-),

Pembesaran KGB aksiler (-)

Page 17: Laopran Kasus IKM Konsul

Thorax :

• Inspeksi : Retraksi suprasternal (-), retraksi subcostal (+), pergerakan dinding dada

simetris, deformitas(-).

• Palpasi : Fremitus vokal N (simetris kanan-kiri).

• Perkusi : Pulmo: sonor pada seluruh lapang paru.

• Auskultasi : Pulmo : bronves +/+, rh -/-, wh +/+

Cor : S1S2, tunggal, reguler, gal (-), murmur (-)

Abdomen :

• Inspeksi : Distensi (-)

• Auskultasi : BU (+) N

• Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (-) seluruh lapang abdomen

• Perkusi : Timpani

Ekstermitas :

Clubbing finger (-)

Tungkai Atas Tungkai bawah

Kanan Kiri Kanan Kiri

Akral dingin - - - -

Edema - - - -

Kulit :

Ikterus (-), pustula (-), Petekie (-)

Urogenital :

Tidak dievaluasi.

Page 18: Laopran Kasus IKM Konsul

3.4. DIAGNOSIS

Asma Bronkial

3.5. DIAGNOSTIK BANDING

-

3.6. RENCANA TERAPI

Nebulizer : NaCl 1 : 2

Ambroxol syr 3 x ½ Cth

CTM 3 x 0,5 mg

Salbutamol

Paracetamol syr k/p ½ cth

3.7. PROGNOSIS

Bonam

3.8. KIE

KIE yang dapat diberikan pada pasien dan keluarganya berupa:

1. Seluk beluk asma. Selain itu penting memahami sifat-sifat dari penyakit asma:

Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.

Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor

tertentu bisa kambuh lagi.

Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan

jangka panjang secara teratur.

2. Membantu pasien mengenali intensitas dan frekuensi gejala guna menentukan

klasifikasi asma yang dialami dan untuk memonitor asma sendiri.

3. Mengenali dan menghindari pencetus asma, seperti:

Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kecoa, kucing, jamur dll). Upaya

yang dapat dilakukan untuk menghindarinya:

Mengganti alas tidur karpet dengan kasur busa, mencuci sarung bantal, selimut

setiap 2 minggu, mengatur barang-barang di dalam kamar dengan rapi, barang-

Page 19: Laopran Kasus IKM Konsul

barang yang jarang dipakai (seperti baju bekas, mainan, buku, dll) diatur dengan

rapi di luar kamar, lantai di pel setiap hari, membersihkan langit-langit kamar,

membersihkan kamar setiap hari, barang-barang di dalam kamar seperti tv, radio,

dan kipas angin dibersihkan, jendela harus sering dibuka agar ruangan tidak

menjadi lembab.

Alergen diluar ruangan (tepung sari bunga, jamur, binatang). Upaya yang dapat

dilakukan untuk menghindarinya:

Tidak memelihara binatang yang memiliki bulu lebat dan mudah rontak serta

berusaha menghindari kontak dengan binatang tersebut, membersihkan halaman

dari rumput-rumput liar.

Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut,

susu sapi, telur). Hindari memakan makanan instan, makanan yang tampak

mencolok warnanya, makanan laut, telur dan makanan-makanan yang terbuat dari

telur.

Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dan lain-lain). Upaya

yang dapat dilakukan untuk menghindarinya:

Menghindari memakai parfum terutama yang berbau tajam, semprotan nyamuk

ataupun pengharum ruangan.

Asap rokok dari perokok aktif dan pasif. Upaya yang dapat dilakukan untuk

menghindarinya:

Tidak berada di dekat orang yang merokok.

Polusi udara di luar dan di dalam ruangan.Upaya yang dapat dilakukan untuk

menghindarinya:

Tidak berada di dekat orang yang memasak, terutama jika menggunakan kayu

bakar, mengganti sepenuhnya penggunaan kayu bakar dengan kompor,

menghindari bau makanan yang merangsang (tumisan), menggunakan

masker/penutup hidung jika sedang berkendara/bekerja.

Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktifitas

tertentu. Hindari aktiftas berlebihan atau bekerja berlebihan.

Page 20: Laopran Kasus IKM Konsul

Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab. Upaya

yang dapat dilakukan untuk menghindarinya:

memakai masker guna melindungi dari hawa lembab dan debu.

Infeksi saluran pernapasan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindarinya:

menjaga kebugaran, tidak berada di dekat orang yang flu, segera berobat bila sakit

panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan pilek.

4. Merencanakan pengobatan jangka panjang, dengan pemberian obat-obatan pengontrol

dan pelega serta meminum obat-obatan tersebut secara teratur.

5. Mengatasi serangan asma dengan tepat dengan mengenal tanda serangan akut

(bertambahnya gejala batuk, sesak, dan mengi) dan tanda perburukan asma

(peningkatan asma malam, kebutuhan obat meningkat, aktivitas menurun).

6. Memeriksakan diri dengan teratur guna memonitoring perkembangan penyakit.

Deteksi dini pada keluarga penderita asma juga perlu dilakukan, sehingga apabila ada

anggota keluarga yang memiliki gejala serupa, dianjurkan untuk segera berobat ke

puskesmas.

7. Menjaga kebugaran dan olahraga

BAB IV

Page 21: Laopran Kasus IKM Konsul

Penelusuran Kasus

4.1. Dasar Pemilihan Kasus

Penyakit asma semula dianggap bukan masalah serius di Indonesia. Namun, angka

morbiditas dan mortalitasnya terus meningkat baik di dunia maupun di Indonesia maka

penanganan penyakit ini perlu mendapat perhatian serius. Survei Kesehatan Rumah tangga

(SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004 memperlihatkan asma masih menempati urutan

ke 3 dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia dan prevalens penyakit asma berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan sebesar 4%. 2

Pada Laporan Hasil Riskesdas NTB 2007, prevalensi penyakit asma di provinsi NTB

sebesar 5,3% (kisaran: 1,8-7,2%) dimana Kabupaten Lombok Barat menempati urutan ketiga

yaitu sebesar 5,7%. Kondisi tersebut termasuk tinggi dibandingkan dengan prevalensi penyakit

asma secara nasional yang sebesar 3,5%. Pada hasil Riskesdas tersebut, ditemukan juga

prevalensi asma tinggi pada kelompok yang tidak sekolah dan ditemukan lebih banyak di desa

dibandingkan di kota.3

Asma termasuk dalam 10 penyakit terbanyak dalam kunjungan ke Puskesmas Narmada.

Pada tahun 2012, asma menempati peringkat ke-6 dalam kunjungan ke Puskesmas Narmada

sebanyak 1673 kasus, sedangkan asma juga termasuk dalam 10 penyakit terbanyak kunjungan

UGD dan rawat inap.

Penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi penderita dapat sembuh dalam arti

asmanya terkontrol. Bila tidak, akan mengganggu kualitas hidup penderita yang menyebabkan

kehilangan waktu sekolah dan kehilangan jam kerja. Disamping itu penderita harus mampu

meminimalkan faktor-faktor pemicu penyakit tersebut seperti keadaan lingkungan dimana kita

berada dan perilaku.

Sementara di Indonesia faktor pemicu asma baik di desa maupun di kota masih sangat

tinggi antara lain dari asap kebakaran hutan, asap kendaraan bermotor dan asap atau debu

industri. Disamping itu perilaku merokok, pemakaian bahan kimia (obat anti nyamuk, parfum

dll) dan menjamurnya makanan produk massal industri yang mengandung pewarna, pengawet

dan vetsin (MSG) memberi kontribusi yang bermakna pada penyakit ini.2 Oleh karen itu,

Page 22: Laopran Kasus IKM Konsul

pengetahuan tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat umum, sehingga ikut membantu

untuk meminimalisasi faktor pencetus asma bagi penderitanya. Terapi pencegahan yang teratur

adalah kunci untuk mengontrol asma. Meski asma merupakan penyakit kronik dan seumur hidup

butuh perawatan rutin untuk dapat hidup normal dan aktif. Penatalaksanaan asma yang tepat,

termasuk kerja sama antara perawat dan pasien serta keluarganya, terbukti dapat memberikan

hasil yang baik dan tercapainya asma kontrol.

4.2. Dokumentasi Penelusuran Kasus