LAOPRAN KASUS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kesehatan

Citation preview

LAOPRAN KASUSHIPERBILIRUBINEMIA

Disusun Untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik diSMF Ilmu Kesehatan Anak RST dr Soedjono Magelang

Disusun oleh :Restoe Fajar ForwendyNRP 1420221113Pembimbing :dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK RST DR. SOEDJONO MAGELANGFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA TAHUN 2015LEMBAR PENGESAHAN

HIPERBILIRUBINEMIA

Oleh :

Restoe Fajar Forwendy1420221113

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan Klinik di Bagian Kesehatan Anak RST Dr. Soedjono Magelang

Magelang, Februari 2016

Mengetahui,Pembimbing

dr. Roedi Djatmiko, Sp.APRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan :

LAPORAN KASUSHIPERBILIRUBINEMIA

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang serta menjadi bahan kajian ilmu penyakit dalam.Pada kesempatan ini penulis turut mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah laporan kasus ini, kepada :1. dr. Roedi Djatmiko, Sp.A sebagai dokter pembimbing 2. Teman-teman dokter muda kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan AnakPenulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki keterbatasan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan. Besar harapan penulis, laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Magelang, Februari 2016

Penulis

BAB ILAPORAN KASUS

I.1 Identitas Pasien Nama: An. AJenis ke;amin: Laki-lakiTanggal lahir: 7 Januari 2016Alamat : MagelangTanggal Masuk: 11 Januari 2016Tanggal Keluar : 14 Januari 2016

I.2 Anamnesis ( 11 Januari 2016 )a.Keluhan Utama - Kuning / ikterus

b. Keluhan Tambahan - Demam (-)- Batuk (-) Pilek (-)- BAB normal- BAK normal : urin jernih tidak seperti teh

c. Riwayat Penyakit SekarangKeluhan kuning pada badan muncul pada hari ke 3 setelah lahir. Kuning awalnya hanya pada kelopak mata, kemudian kuning sampai seluruh bagian kepala, leher, dan dada serta punggung pasien. Saat lahir tidak terjadi kuning. Keluhan kuning tidak di sertai dengan keluhan lain. Intake nutrisi dari ASI.

d. Riwayat Penyakit Sebelumnya Mulai dari lahir sampai saat ini tidak pernah ada masalah dalam kesehatan bayi.

d. Riwayat Penyakit Keluarga Dikeluarga tidak ada yang pernah mengalami keluhan sama saat masih bayi.

e. Riwayat KehamilanSaat hamil tidak pernah ada masalah / gangguan dalam masa kehamilan. Ibu rajin melakukan control ke dokter dan juga bidan.

f. Riwayat Persalinan Pasien merupakan anak pertama. Lahir secara spontan di rumah sakit. Lahir cukup bulan dan tidak BBLR. Saat lahir air ketuban jernih dan tidak ada kelaian / masalah saat proses persalinan.

g. Riwayat PengobatanSaat muncul keluhan belum pernah berobat atau kembali ke rumah sakit saat proses persalinan.

h. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien merupakan pasien dinas. Kondisi sosial dan ekonomi cukup baik.

I.3 Pemeriksaan Fisik- Keadaan Umum : tampak sakit ringan- Kesadaran : Compos mentis- Gerak : Aktif ( menangis )- Tanda vital : Nadi : 140 x/mnt RR : 36 x/mnt T : 36.5- BB : 4 kg- PB : 46 cm- Kepala : normocephal - Wajah : ikterik (+)- Mata : Sklera ikterik (+), konjungtiva anemis (-)- Telinga hidung : dbn - Mulut : sianosis (-)- Leher : ikterik (+)- Thotak : ikterik (+), retraksi intercostals (-)Jantung : S1 S2 reguler, gallop (-), murmur (-)Paru : bronkovesikuler, rhonki (-), wheezing (-)- Punggung : ikterik (+)- Abdomen : supel, BU (+) normal, turgor kulit baik, ikterik (-), pembesaran organ (-)- Ekstremitas : akral hangat, CRT4mg/dL dan Hb 1mg/dL

2) Monitoring Monitoring yang dilakukan antara lain: 1. Bilirubin dapat menghilang dengan cepat dengan terapi sinar. Warna kulit tidak dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan kadar bilirubin serum selama bayi mendapat terapi sinar dan selama 24 jam setelah dihentikan. 2. Pulangkan bayi bila terapi sinar sudah tidak diperlukan, bayi minum dengan baik, atau bila sudah tidak ditemukan masalah yang membutuhkan perawatan di RS.

II.8 Komplikasi Bahaya hiperbilirubinemia adalah kern icterus. Kern icterus atau ensefalopati bilirubin adalah sindrom neurologis yang disebabkan oleh deposisi bilirubin tidak terkonjugasi (bilirubin tidak langsung atau bilirubin indirek) di basal ganglia dan nuclei batang otak. Patogenesis kern icterus bersifat multifaktorial dan melibatkan interaksi antara kadar bilirubin indirek, pengikatan oleh albumin, kadar bilirubin yang tidak terikat, kemungkinan melewati sawar darah otak, dan suseptibilitas saraf terhadap cedera. Kerusakan sawar darah otak, asfiksia, dan perubahan permeabilitas sawar darah otak mempengaruhi risiko terjadinya kern icterus (Richard E. et al, 2003). Pada bayi sehat yang menyusu kern icterus terjadi saat kadar bilirubin >30 mg/dL dengan rentang antara 21-50 mg/dL. Onset umumnya pada minggu pertama kelahiran tapi dapat tertunda hingga umur 2-3 minggu. Gambaran klinis kern icterus antara lain: 1) Bentuk akut : a. Fase 1(hari 1-2): menetek tidak kuat, stupor, hipotonia, kejang. b. Fase 2 (pertengahan minggu I): hipertoni otot ekstensor, opistotonus, retrocollis, demam. c. Fase 3 (setelah minggu I): hipertoni2) Bentuk kronis : a. Tahun pertama : hipotoni, active deep tendon reflexes, obligatory tonic neck reflexes, keterampilan motorik yang terlambat. b. Setelah tahun pertama : gangguan gerakan (choreoathetosis, ballismus, tremor), gangguan pendengaran.

II.9 Pencegahan 1) Pencegahan Primer - Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8 12 kali/ hari untuk beberapa hari pertama. - Tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang mendapat ASI dan tidak mengalami dehidrasi.

2) Pencegahan Sekunder - Wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibody isoimun yang tidak biasa. - Memastikan bahwa semua bayi secara rutin di monitor terhadap timbulnya ikterus dan menetapkan protocol terhadap penilaian ikterus yang harus dinilai saat memeriksa tanda tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari setiap 8 12 jam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Schwartz SI.Manifestations of GastrointestinalDesease. Dalam :Principles of Surgery fifth edition, editor : Schwartz, Shires, Spencer.Singapore : McGraw-Hill,1989. 1091-1099.

2. Lesmana. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography (E RC P)diagnostik dan terapeutik pada Obstruksi Biller.Http://www.kalbe.co.id.

3. Anonim. Ikterus. Http://ilmukedokteran.net.

4. Medline Plus. Bilirubin.Http://www.nlm.nih.gov.

5. Anonim. Gallensteine. Http://www.internisten-im-netz.de.

6. Campbell FC. Jaundice. Http://www.qub.ac.uk.

7. Medline Plus. Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography(ERCP).Http://www.nlm.nih.gov.

8. Sulaiman A. Pendekatan Klinis pada Pasien Ikterus. Dalam Buku AjarIlmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI. 2006. 422-425.

9. Davey P. Ikterus. Dalam : At a Glace Medicine. Jakarta : ErlanggaMedical Series, 2006.

10. Pratt S, Kaplan MM.Jaundice. In: Kasper DL, FauciAS, Longo DL,Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL. Harrisons Principles of Internal Medicine Vol.1.16th ed. USA, Mc GrawHill,2005.p.240