Upload
dinhnga
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN I
CATATAN OBSERVASI
Catatan Lapangan : No. 1
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 12 Juni 2017, Jam 12.00-13.00
Tempat : Kantor cnnindonesia.com, Pancoran, Jakarta Selatan
Subjek Penelitian : Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana CNN Indonesia
Permohonan izin secara langsung kepada mas Nugi, Redaktur Pelaksana dari
cnnindonesia.com. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Mas Nugi
berkomentar bahwa penelitian ini termasuk yang menarik, karena sebelumnya dari
mahasiswa UNJ dan ISIP melakukan penelitian yang berbeda. Mas Nugi mengatakan
bahwa penelitian ini cukup menarik untuk diteliti dari cnnindonesia.com. Ia juga
menjelaskan bahwa di CNN Indonesia sendiri ada pembagian beritanya, yaitu
breaking news, berita mendalam, dan ada pula straight news.
Berhubung Pemimpin Redaksi cnnindonesia.com sedang cuti, mas Nugi belum bisa
mengkonfirmasi tentang penelitian ini. Tetapi, ia menjelaskan kepada wakilnya, yaitu
mbak Ike Agestu, dan disetujui juga.
Mas Nugi mengatakan bahwa akan memberikan kabar secepatnya apabila Pemimpin
Redaksi sudah bisa mengkonfirmasi.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 2
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 19 Juni 2017, Jam 10.00-19.30
Tempat : Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat
Subjek Penelitian : Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Mengikuti agenda liputan Bintang di Kemenko Polhukam. Sebelumnya, peneliti
diberitahu agenda hari ini melalui WhatsApp jam 06.28. Chat tersebut berisi:
“Yth. Rekan2 Media
Disampaikan kegiatan Menko Polhukam, Senin 19 Juni 2017 sbb:
1. 10.00 WIB. Menerima kunjungan kehormatan Dubes Jepang di Kemenko
Polhukam.
2. 11.00 WIB. Diterima oleh Presiden RI di Istana Merdeka.
3. 13.00 WIB. Menerima audiensi Kepala Lemsaneg di Kemenko Polhukam.
4. 16.00 WIB. Pelantikan Sertijab di Sesmenko Polhukam dan Pejabat Eselon I
Kemenko Polhukam di R. Parikesit Kemenko Polhukam.
5. 16.45 WIB. Buka puasa bersama di Kemenko Polhukam.
Demikian terima kasih.
Humas Kemenko Polhukam.”
Peneliti tiba di kantor Kemenko Polhukam sekitar pukul 09.45. Peneliti memang
melihat banyak mobil milik pejabat, polisi, atau TNI yang parkir di halaman kantor
tersebut. Saat peneliti memasuki gerbang, peneliti ditanya oleh anggota polisi yang
ada di sana. Peneliti menjelaskan bahwa ingin melakukan penelitian di mana
informan yang diteliti sedang mengadakan liputan di Kemenko Polhukam dan ingin
bertemu di Media Centre, tempat berkumpulnya pers. Peneliti langsung diberi arah ke
tempat tersebut. Peneliti bertemu dengan Bintang yang masih sendirian, belum ada
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
wartawan atau media lain yang datang. Ia menjelaskan kalau memang kebanyakan
wartawan datang siang karena informasi berita yang diagendakan kurang menarik.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan mengenai topik penelitian, sehingga
menjadikan Bintang sebagai salah satu informan dalam penelitian. Bintang
menjelaskan bagaimana cara ia menyeleksi fakta dari berita-berita yang diliput. Ia
juga menjelaskan kapan diadakannya rapat dengan wartawan, yaitu sebulan sekali,
biasanya pada awal atau akhir bulan. Wartawan tidak harus selalu mengikuti rapat
harian di kantor, karena mendapatkan tugas setiap hari di lapangan. Namun, selalu
ada rapat setiap hari untuk karyawan yang berada di kantor, seperti Writer, Editor,
dan Redaksi.
Setelah itu, datang beberapa rekan wartawan. Tidak lama kemudian, Dubes Jepang
keluar dari gedung hendak menuju ke Istana Merdeka. Posisi peneliti bersama para
wartawan di sana ada di sebelah pintu keluar. Para wartawan tidak dapat mengambil
foto dan mewawancarai Dubes Jepang tersebut, karena langsung masuk ke dalam
mobil miliknya. Bintang menjelaskan kalau tidak harus selalu semua moment
diambil, jika informasinya tidak ada yang menarik atau penting, lebih baik tidak
mengambil berita tersebut. Apa lagi menurutnya, cara bahasa Dubes Jepang saat
berbicara bahasa Inggris kurang bisa dipahami. Terlalu sulit untuk ditranskrip.
Karena Bintang tidak mengikuti agenda selanjutnya, yaitu penerimaan Dubes Jepang
di Istana Merdeka, maka ia dan wartawan lainnya memilih untuk menunggu agenda
selanjutnya di Media Centre. Di sana, Bintang menjelaskan kalau ia selalu liputan
sendirian, tidak ditemani oleh rekan lainnya di CNNindonesia.com, seperti fotografer
atau videografer. Ia selalu mengerjakan semuanya sendiri, mulai dari penulisan teks
berita, foto, bahkan video. Tapi, ia juga menjelaskan kalau ia lebih sering
mengerjakan berita dengan tulisan atau foto, jarang sekali untuk pengambilan video.
Ia hanya perlu mengambil stock shoot foto, jika beritanya penting, menulis teks
berdasarkan transkrip wawancara, setelah itu kirim ke kantor.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Bintang bekerja menjadi Reporter di desk Nasional/Politik. Oleh karena itu, ia diberi
tugas oleh kantor untuk berada di pos Kemenko Polhukam dan Istana Wakil Presiden,
namun jika ada peristiwa yang harus diliput berada di sekitaran posnya, ia pasti
ditugaskan untuk meliput berita tersebut.
Bintang menjelaskan kalau ia sudah selesai meliput berita hingga penulisan beritanya,
ia hanya perlu mengirim e-mail ke kantor. Selanjutnya, tergantung pada Editor yang
bekerja di kantor untuk menaikkan berita tersebut atau tidak. Karena Editor tidak
hanya satu orang yang bekerja, jadi siapa saja bisa mengambil berita dari Reporter
melalui e-mail yang sudah dikirim sebelumnya. Editor tidak selalu bekerja sepanjang
hari, mereka selalu ada pergantian shift.
Peneliti melihat di pos Kemenko Polhukam tidak banyak media atau wartawan yang
meliput di sana. Karena menurut Bintang sebagai salah satu Reporter yang berada di
pos itu, biasanya omongan narasumber di acara itu kurang menarik untuk dapat
dibaca pengguna CNN. Media TV jarang berada di sana, kecuali informasi beritanya
besar.
Pada jam 13.00, Bintang memilih untuk berada di luar gedung acara, karena agenda
ke-3 adalah menerima audiensi Kepala Lemsaneg. Ia dan wartawan lainnya sempat
melakukan wawancara doorstop, namun sayangnya narasumber tidak berbicara
banyak. Bintang menjelaskan kalau narasumber hanya berbicara sedikit atau bahkan
tidak jelas, lebih baik tidak usah membuat berita, karena informasinya kurang
menarik untuk dibaca.
Sekitar jam 16.30, Bintang belum juga mendapatkan berita yang menarik. Namun,
setelah itu terlihat Kepala Satgas Saber Pungli Komjen Dwi Priyatno memasuki
ruangan Media Centre. Para wartawan ikut masuk ke ruangan dan menanyai beberapa
isu. Peneliti mengamati Bintang yang langsung menaruh handphone-nya di atas meja
saat Dwi Priyatno diwawancarai, ia merekam omongan narasumber. Banyak
wartawan membahas isu yang berbeda, seperti mengenai Brimob, persiapan mudik
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
lebaran, atau bahkan pungli. Setelah narasumber selesai diwawancara, Bintang
langsung mendengarkan hasil rekamannya sambil menulis transkrip wawancara. Ia
memilih untuk mengambil berita yang sedang hangat dari narasumber. Hal ini
merupakan salah satu penyeleksian fakta dari wartawan, sehingga ia mengambil
angle yang berbeda dari media lainnya. Peneliti tidak melihat Bintang mengambil
foto dari narasumber saat diwawancara, ia hanya merekam suara saja. Bintang
menjelaskan kalau tidak harus selalu mengambil gambar saat meliput, kecuali isu
penting, karena jika stok foto yang diberikan Reporter terlihat jelek, lebih baik tidak
usah kirim foto ke kantor. Di kantor juga disediakan stok foto yang terkait. Bintang
juga tidak mengambil rekaman video, karena topiknya kurang menarik untuk diliput
melalui video.
Pada saat menulis berita dari hasil wawancara dengan Dwi Priyatno, Bintang harus
memeriksa KBBI atau Google, jika ia tidak mengetahui singkatan atau kata-kata yang
terdengar kurang jelas. Sebelum mengirim berita ke kantor, Bintang menjelaskan
kalau di CNN harus memberikan background beritanya dulu. Ia juga menjelaskan
kalau terkadang Reporter boleh hanya mengirim transkrip wawancara ke kantor, tidak
menuliskan beritanya terlebih dahulu. Apabila isu berita tersebut sangat penting dan
harus cepat di-publish.
Peneliti diajak untuk mengikuti agenda terakhir di Kemenko Polhukam, yaitu acara
buka puasa bersama. Setelah berbuka puasa bersama rekan-rekan media dan anggota
karyawan di sana, Bintang memasuki ruangan Media Centre. Di sana, peneliti
menanyakan hal-hal mengenai framing. Ia menjawab kalau terkadang ia juga
mengambil angle yang berbeda dari media lain, karena tidak ingin menulis berita
yang sama semua. Apabila bahan informasinya banyak, ia berusaha untuk mencari
angle yang tidak biasa.
Pada sekitar jam 19.30, peneliti sudah mengerjakan observasi di hari ini dan pamit
untuk pulang.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 3
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 20 Juni 2017, Jam 12.30-15.30
Tempat : Kantor cnnindonesia.com, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Subjek Penelitian : Suriyanto, Editor cnnindonesia.com
Melihat proses kerja salah satu Editor desk Nasional/Politik cnnindonesia.com, mas
Suri, yang hari ini bekerja di shift pagi sampai sore. Setiap desk pasti memiliki
mailing list-nya masing-masing, yang berisi anggota antara Reporter, Writer, dan
Editor. Writer/Editor bekerja pada 3 shift setiap harinya, yaitu shift pagi jam 06.00-
16.00, shift siang jam 12.00-22.00, dan shift malam jam 21.00-06.00.
Pekerjaan dari Editor adalah memberi penugasan untuk Reporter yang bekerja di
lapangan. Selain itu, menyeleksi laporan atau berita-berita yang sudah dibuat oleh
Reporter. Editor bertugas untuk membuang fakta-fakta yang tidak penting dan
menonjolkan isu pentingnya.
Mas Suriyanto bercerita kalau ia mulai bekerja di cnnindonesia.com pada November
2014. Awalnya bekerja sebagai Writer, setelah itu dimasukkan pada bagian Editor.
Alur kerja dari Editor adalah memberi tugas ke wartawan atau Reporter yang berada
di lapangan melalui chat WhatsApp.
Pada desk Nasional/Politik, selalu diberi jeda 5 menit untuk bisa mem-publish
beritanya. Namun, jarak publish berita antara desk Nasional/Politik dengan desk
lainnya yaitu minimal 2 menit. Kecuali untuk berita breaking news, tidak ada
pertimbangan waktu untuk segera menaikkannya. Selalu berkoordinasi dengan rekan
lainnya, agar berita yang di-publish tidak bertabrakan. Saat menunggu jeda tersebut,
biasanya mas Suri juga mengedit berita lainnya agar pekerjaan tidak kosong. Setelah
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
di-edit, taruh tulisan berita tersebut di draft website CNN. Selain menulis teks berita,
mas Suri juga harus memasukkan link yang berkaitan dengan isu yang sedang dibuat
agar pembaca bisa mengetahui background beritanya. Link tersebut berisi judul berita
yang sudah di-publish sebelumnya di website cnnindonesia.com. Mas Suri juga
mengisi konten, ringkasan berita, dan memposisikan berita tersebut sebagai headline.
Mas Suri juga menjelaskan kalau terkadang wartawan hanya mengirim berita berupa
teks. Tidak harus selalu ada foto, karena di kantor juga menyediakan stok foto.
Apabila tidak ada foto yang sesuai, maka akan disediakan ilustrasi yang sudah dibuat.
Setelah menulis berita dan ingin menaikkan beritanya, selalu dituliskan inisial
Editor/Writer dan Reporter. Hari ini mas Suri menaikkan berita yang berjudul
“Tembak Mati Pelaku “Davidson”” dan “Misbakhun Usul Komisi III ‘Boikot’
Anggaran KPK dan Polri” di headline.
Karena banyaknya Reporter di pos yang berbeda mengirim berita melalui e-mail,
peneliti melihat mas Suri pasti membagi tugas kepada Editor atau Writer lainnya
untuk mengambil berita tersebut dan mengeditnya. Selain itu, sebelum mengedit
beritanya, mas Suri juga berkoordinasi terlebih dahulu kepada mas Nugi untuk
menaikkan berita tersebut atau tidak.
Mas Suri menjelaskan bagaimana cara pemilihan judul untuk media
cnnindonesia.com, bahwa bahasanya harus baku dan menggunakan kosakata yang
membuat orang penasaran untuk segera dibaca. Selain itu, harus menulis keyword,
agar berita tersebut gampang dicari di pencarian Google. Ia juga merapihkan caption
untuk foto berita yang dibuat.
Mas Suri menjelaskan kalau sebelum membuat berita dari Reporter, ia pasti
memikirkan kalau berita tersebut dibuat dan di-publish, akan banyak yang baca atau
tidak. Jika memang berita yang diambil, banyak pembaca yang minat, maka harus
segera dinaikkan. Terutama untuk segmentasi pembaca cnnindonesia.com, mas Suri
sebagai Editor harus benar-benar bisa memilih berita untuk bisa dinaikkan. Ia
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
membuat berita berdasarkan aturan 5W+1H dan struktur berita berbentuk piramida
terbalik, yaitu mengutamakan yang penting terlebih dahulu untuk dijadikan lead
berita.
Ia menjelaskan kalau setiap hari Editor pasti mengikuti rapat rutin untuk membahas
apa saja yang mau disiapkan untuk esok hari. Pada jam 15.00, peneliti mengikuti
kegiatan rapat khusus desk Nasional/Politik yang berisi 5 orang, yaitu mas Suri,
Prima, Wishnu, Yugo, yang bekerja sebagai Writer/Editor. Selain itu juga hadir mas
Nugi, selaku Redaktur Pelaksana.
Peneliti melihat mas Suri memeriksa peringkat content berita di cnnindonesia.com
berdasarkan google analytic, berita apa saja yang berada di peringkat paling atas.
Para Writer dan Editor berdiskusi membahas tentang berita apa yang sedang ramai
dibicarakan dan akan diangkat untuk keesokan harinya. Mereka juga melakukan
evaluasi dan saling memberi saran di setiap pembahasan berita, sebaiknya harus
mengambil angle apa. Mereka akan melakukan follow up mengenai kasus apa.
Setelah itu, mereka memeriksa siapa saja Reporter yang bertugas di hari besok.
Karena banyaknya isu mengenai Full Day School, maka mereka setuju untuk
membahas isu tersebut. Hasil diskusi dicatat oleh salah satu Writer di sana, yaitu
Prima, karena Prima yang akan mewakilkan desk Nasional/Politik untuk rapat redaksi
selanjutnya.
Setelah rapat, mereka melanjutkan pekerjaannya masing-masing, yaitu mengedit
berita yang sudah dikirim Reporter melalui e-mail. Namun, sebelumnya
berkoordinasi terlebih dahulu apakah berita tersebut harus dinaikkan atau tidak.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 4
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 20 Juni 2017, Jam 16.00-18.00
Tempat : Kantor cnnindonesia.com, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Subjek Penelitian : Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana CNN Indonesia
Peneliti melihat mas Nugi ikut membantu Writer dan Editor desk Nasional/Politik
membuat berita. Ia sambil menjelaskan kalau google analytic menjadi pacuan di
cnnindonesia.com, karena jika peringkatnya turun maka pembaca juga ikut menurun.
Ia melihat berita apa yang berada di paling atas, apa yang sedang ramai dibicarakan.
Bisa dikatakan sebagai top 10 dari semua kanal atau desk berita yang ada pada
cnnindonesia.com. Biasanya berita yang selalu berada paling atas adalah berita yang
bersifat breaking news, karena pasti banyak pembaca yang ingin tahu. Mas Nugi
menjelaskan kalau cnnindonesia.com lebih sering mengangkat berita yang bersifat
breaking news dan straight news, terkadang juga menyajikan laporan-laporan feature.
Hari ini peneliti melihat mas Nugi menaikkan berita mengenai Sri Mulyani.
Mas Nugi sebagai Redaktur Pelaksana pasti harus ikut hadir setiap rapat besar atau
Redaksi. Untuk anggota Redaksi yang berada di kantor, pasti melakukan rapat rutin
sehari 2 kali. Setelah mengikuti rapat antar desk Nasional/Politik, peneliti juga
mengikuti kegiatan rapat Redaksi yang diadakan pada jam 16.30. Hasil rapat dari
desk Nasional/Politik tadi dibawa untuk rapat Redaksi yang dihadiri semua anggota
Redaksi, termasuk Writer, Editor, Redaktur Pelaksana, dan Pemimpin Redaksi. Untuk
setiap desk, boleh diwakilkan oleh salah satu Writer/Editor, tidak harus semuanya
hadir rapat. Karena peneliti dari awal mengikuti desk Nasional/Politik, maka desk
tersebutkan diwakilkan oleh Prima, salah satu Writer di desk tersebut.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Peneliti melihat isi rapat Redaksi tersebut di antaranya adalah setiap desk
memberitahukan tentang berita apa yang sudah naik di hari itu dan apa yang ingin
dibahas keesokan harinya. Jika isu tersebut kurang menarik, maka Pemimpin Redaksi
memberi saran apakah ada berita lainnya yang lebih menarik atau tidak. Pemimpin
Redaksi juga berhak untuk memberi saran dan solusi bahwa seharusnya melakukan
wawancara atau mencari narasumber yang seperti apa, bagaimana sebaiknya
mengambil angle yang sesuai dari pembahasan. Selain Pemimpin Redaksi, siapa saja
yang hadir di rapat juga boleh memberikan saran untuk menjelaskan sebaiknya
mengambil angle apa dari pembahasan tersebut. Setelah rapat selesai, setiap angota
Redaksi kembali ke tempat kerjanya masing-masing dan melanjutkan pekerjaan
mereka.
Mas Nugi menceritakan kalau ia baru setahun bekerja di cnnindonesia.com, yaitu dari
tahun 2016. Awalnya ia bekerja sebagai Editor, setelah itu dinaikkan menjadi
Redaktur Pelaksana. Oleh karena itu, mas Nugi masih sering membantu anak-anak
Nasional/Politik untuk membuat berita. Karena masih kurangnya Writer/Editor di
desk Nasional/Politik.
Mas Nugi menjelaskan kalau setiap hari di kantor selalu ada rapat 2 kali, yaitu rapat
desk Nasional/Politik jam 15.00 dan rapat besar jam 17.00. Karena hari ini sedang
puasa, maka rapat dimajukan menjadi jam 16.30. Selain rapat rutin setiap hari, mas
Nugi menceritakan adanya rapat bulanan yang juga dihadiri oleh Reporter. Rapat ini
diadakan apabila ada laporan khusus, seperti isu-isu apa yang ingin ditindaklanjuti
dan diperdalam. Setelah itu dibuat tim kecil yang terdiri dari Writer, Editor, dan
Reporter untuk membahas isu tersebut.
Mas Nugi juga ikut memberi penugasan kepada Reporter yang berada di lapangan.
Biasanya melalui WhatsApp atau telepon. Bahkan, kadang-kadang juga ada inisiatif
sendiri dari Reporter untuk memberikan masukannya dan didiskusikan dengan mas
Nugi.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Mas Nugi menceritakan kalau cnnindonesia.com mulai hadir pada tahun 2014, ia
meminta peneliti untuk melihat profil media dan susunan redaksi melalui website
cnnindonesia.com.
Karena peneliti masih berada di kantor hingga jam 18.00, peneliti diajak untuk buka
puasa di ruangan cnnindonesia.com. Setelah itu, peneliti menyelesaikan observasi dan
pamit pulang pada sekitar jam 18.30.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 5
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 21 Juni 2017, Jam 09.00-13.30
Tempat : Aula Bhinneka Tunggal Ika Kementerian Pertahanan, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat
Subjek Penelitian : Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Mengikuti agenda liputan Bintang di Kementerian Pertahanan. Sebelumnya, peneliti
diberitahu agenda hari ini melalui WhatsApp kemarin malam jam 19.02. Chat
tersebut berisi:
“Kepada yth pemred/korlip/redaktur
Dengan hormat disampaikan bahwa Kemhan RI akan mengadakan acara
penandatanganan MoU dengan Menkumham dalam rangka peluncuran “Bela
Indonesiaku” dan penyerahan DVD/CD lagu Bela Negara bagi anak-anak untuk
menyebarluaskan nilai Bela Negara.
Acara tersebut akan dibuka oleh Menhan RI. Sehubungan dengan kegiatan tsb, kami
mengundang wartawan untuk meliput kegiatan tsb yg akan dilaksanakan pada :
Hari/tgl : Rabu/21 Juni 2017
Pukul : 08.30 WIB
Tempat : Aula Bhinneka Tunggal Ika Kemhan.
Jl. Medan Merdeka Barat no 13-14 Jakpus
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, terima kasih.”
Peneliti tiba di kantor Kementerian Pertahanan RI sekitar pukul 09.00. Bintang
menyarankan peneliti untuk memasuki gerbang belakang, karena akan sulit masuk
jika melalui gerbang depan yang harus memperlihatkan ID pers. Berhubung peneliti
tidak memiliki ID pers, maka peneliti menukarkan identitas KTP dengan ID Card
Visitors agar bisa masuk ke aula gedung. Setelah itu, peneliti bertemu dengan Bintang
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
yang sudah standby di tempat pers meliput bersama dengan rekan media lainnya.
Peneliti diajak berkenalan dengan wartawan dan cameraman dari Metro TV, serta
wartawan dari The Jakarta Post.
Bintang memperlihatkan isi siaran pers yang diberikan oleh pihak Kemenhan RI.
Acara tersebut ternyata juga dihadiri oleh artis legendaris, Titiek Puspa. Saat
beberapa orang penting melakukan pidato untuk pembukaan acara, peneliti
mengamati Bintang mengambil beberapa foto dan merekam isi pidato tersebut
melalui handphone. Setelah merekam semua isi pidato, Bintang langsung
mendengarkan hasil rekaman tersebut dan membuat transkripnya, serta membuat teks
berita dari hasil pidato tersebut.
Menurut Bintang, isi omongan pidato dan acara tersebut terlalu datar atau kurang
menarik untuk diliput, khususnya untuk pembaca cnnindonesia.com. Oleh karena itu,
Bintang akan membuat berita tergantung dengan isu yang menurutnya memiliki
ketertarikan pembaca CNN. Ini merupakan salah satu wartawan untuk menyeleksi
fakta yang dilihatnya di lapangan.
Setelah acara selesai, diadakan konferensi pers dari beberapa tokoh penting di situ,
seperti Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu dan Titiek Puspa. Bintang hanya
merekam omongan tersebut melalui handphone-nya.
Setelah itu, peneliti melihat Bintang bersama media lainnya melakukan wawancara
doorstop dengan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu. Memberikan beberapa
pertanyaan, mengambil beberapa foto, dan selalu merekam omongan dari narasumber
tersebut.
Selesai acara, peneliti mengikuti Bintang menuju Kemenko Polhukam, karena
lokasinya tidak berada jauh. Pada jam 11.30, Bintang melakukan transkrip
wawancara dari hasil konferensi pers dan wawancara doorstop tadi. Ia juga membaca
press release yang sudah diberikan untuk memastikan kegiatan acara yang dijadikan
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
topik beritanya. Saat membuat berita, peneliti melihat Bintang tidak mengambil angle
keseluruhan acara “Bela Indonesiaku” dan kehadiran Titiek Puspa. Ia lebih
mengambil isu mengenai kerjasama Dewan Lapas. Hal ini merupakan penyeleksian
isu dari wartawan.
Karena pada saat itu Dubes Spanyol baru saja hadir di Kemenko Polhukam, tidak
lama kemudian muncul Menko Polhukam, Wiranto. Bintang bersama wartawan
lainnya langsung melakukan wawancara doorstop dengan Wiranto. Peneliti melihat
hubungan Wiranto dengan wartawan di sana sudah sangat dekat, karena langsung
berbicara ingin menanyakan hal apa sambil tertawa dan tersenyum. Bintang memang
bercerita kalau ia sering sekali mewawancarai Wiranto, karena pos liputannya sering
berada di situ.
Peneliti melihat Bintang tetap melakukan rekaman untuk wawancara dengan
handphone-nya, selain itu juga mengambil beberapa foto saat proses wawancara.
Bintang menanyai beberapa hal mengenai Open House. Setelah wawancara
dilakukan, Bintang bersama wartawan lainnya langsung menuju Media Centre. Ia
melakukan transkrip wawancara dan membuat beritanya. Ia juga sering berdiskusi
mengenai isu yang diambil dengan wartawan-wartawan lainnya. Terutama untuk
pengambilan angle, agar tidak semua pembahasannya sama.
Setelah membuat berita, peneliti menanyai beberapa hal tentang penelitian. Bintang
menjelaskan bagaimana alur kerja menjadi wartawan di cnnindonesia.com. Awalnya,
Bintang memberikan jadwal agenda yang ia punya untuk esok hari ke kantor. Agenda
berdasarkan pos yang dimilikinya, yaitu Kemenko Polhukam dan Istana Wakil
Presiden. Bahkan ada juga agenda dari lokasi di daerah sekitar posnya. Semua agenda
diberikan ke kantor, setelah itu orang kantor yang memilih untuk menugaskan
Bintang melakukan liputan di mana. Agenda didapat dari orang dalam seperti Humas,
bisa juga didapat dari wartawan lain yang ada di grup pos liputan Bintang.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Ia juga menjelaskan jika sinyal atau jaringan handphone jelek, apa yang sebaiknya
dilakukan. Karena cnnindonesia.com merupakan salah satu media online yang juga
mengutamakan kecepatan untuk mem-publish beritanya. Ia harus segera berpindah
tempat mencari sinyal bagus, agar bisa mengirim laporan berita melalui e-mail
kepada kantor.
Bintang menjelaskan kalau proses wawancara dengan narasumber, tidak harus selalu
bersifat face-to-face. Boleh saja melalui telepon, jika narasumbernya memang sulit
untuk diajak bertemu. Kalau memang jawabannya hanya sedikit, tetap
memberitahukan kantor. Bahkan ia pernah melakukan wawancara melalui chat
WhatsApp.
Karena Bintang harus segera pergi menuju Istana Wakil Presiden dan peneliti tidak
mudah untuk mengikutinya, maka peneliti menyelesaikan observasi hari ini pada
sekitar jam 13.00.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 6
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 27 Juni 2017, Jam 13.30-15.45
Tempat : Kantor cnnindonesia.com, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Subjek Penelitian : Suriyanto, Editor cnnindonesia.com
Hari ini peneliti ingin melakukan wawancara mengenai beberapa hal dan melihat
rutinitas kerja dari Editor. Karena satu minggu ini merupakan minggu Lebaran dan
tidak semua orang masuk bekerja, hanya beberapa orang sesuai dengan jadwal
piketnya. Kebetulan hari ini mas Suri masuk shift siang dari jam 13.00-21.00. Peneliti
melihat mas Suri sedang mengedit berita dari e-mail yang sudah dikirim Reporter.
Mas Suri merasa masih ada yang kurang dalam berita tersebut, kemudian mas Suri
mengkoordinasikan kepada Yugo, Writer Nasional yang juga masuk di shift yang
sama hari ini. Mas Suri meminta Yugo untuk menghubungi Reporter yang membuat
berita tersebut. Ia juga mengusulkan beberapa pertanyaan untuk diberikan kepada
narasumber yang ada di pos Reporter yang dihubunginya tersebut.
Peneliti menanyakan tahapan atau alur kerja yang ada di CNN Indonesia, khususnya
pada Editor. Mas Suri menjelaskan kalau rutinitas biasanya adalah dimulai dengan
adanya tahap perencanaan. Di tahap ini terdapat dua kategori, yaitu yang bersifat
tematik dan non-tematik. Tahapan selanjutnya adalah peliputan, yang bersifat khusus
dan situasional. Kemudian, pada tahapan terakhir adalah eksekusi, yaitu semua isu
yang sudah direncanakan dan dikumpulkan data-datanya, maka akan diolah untuk
dipublikasikan.
Mas Suri menjelaskan bahwa isu-isu di Nasional/Politik lebih mementingkan pikiran
pembacanya. Apakah jika di-publish, berita tersebut akan banyak dibaca atau tidak.
Apa pun isu mengenai Nasional dan Politik, harus mengikuti beberapa kaidahnya.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Saat Editor atau Writer ingin mengedit berita dari laporan Reporter, mereka akan
mempertimbangkan mengenai etis dan pentingnya berita tersebut kepada pembaca,
khususnya CNN Indonesia.
Peneliti juga melihat Mas Suri bekerjasama dengan Writer Nasional. Ia menugaskan
Writer untuk menggarap informasi yang pentingnya saja pada 1 berita.
Setelah itu, peneliti bertanya mengenai alur kerja atau bagaimana cara Editor
memberi tugas kepada Reporter di lapangan. Mas Suri menjelaskan bahwa setiap
malam hari, Editor pasti memberi penugasan untuk keesokan harinya kepada
Reporter berdasarkan pos masing-masing. Ia menugaskan hanya dengan melalui chat
WhatsApp. Editor memberikan beberapa isu untuk di follow up oleh Reporter yang
bertugas. Apabila di salah satu pos terdapat agenda yang sepi, maka Editor akan
menugaskannya untuk pindah ke beberapa acara lain, seperti press conference. Mas
Suri juga menjelaskan bahwa jika di desk Nasional/Politik memiliki isu sendiri, maka
mereka akan menugaskan Reporter untuk menemui beberapa narasumber.
Dalam hal memberikan pertanyaan kepada narasumber, Editor akan menyerahkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada Reporternya sendiri dalam liputan yang
bersifat situasional. Berbeda dengan liputan khusus, pertanyaan-pertanyaan tersebut
akan dibuat oleh Writer/Editor karena disesuaikan dengan perencanaan isu. Namun,
akan terjadi kemungkinan juga apabila Reporter ingin mengembangkan pertanyaan
yang sudah dibuat oleh orang-orang di kantor.
Peneliti melihat beberapa e-mail dari Reporter yang masuk, tidak semuanya di-edit
untuk dipublikasikan beritanya. Mas Suri pun menjelaskan memang tidak semua
berita harus dinaikkan. Editor lebih melihat apakah berita tersebut memang penting
untuk dibaca publik atau tidak. Mas Suri tidak ingin mempublikasikan berita yang isi
informasinya terlihat biasa saja. Selain itu, apabila informasi yang dikirim sudah
terlambat untuk dipublikasikan. Karena banyak media-media lain yang sudah
mengangkat isu tersebut. Tetapi, kalau tetap ingin mengangkat isu yang sudah banyak
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
diberitakan oleh media-media lain, CNN akan mengambil angle lain dan
menambahkan informasinya agar terlihat beda. Mas Suri sebagai Editor lebih
mementingkan berita yang akan di-publish, bisa menyangkut kepentingan umum
untuk dibaca.
Peneliti melihat mas Suri mengedit satu berita berdasarkan dua laporan yang dikirim
Reporter. Ia menjelaskan memang diperbolehkan untuk mengedit berita dari laporan
beberapa Reporter. Hal itu agar melengkapi beritanya dan tidak mungkin untuk
dipisah-pisahkan, apabila beritanya berkaitan. Mas Suri mengedit berita mengenai
seorang pria di Jawa Tengah yang tertangkap polisi. Ia mendapatkan laporan tersebut
dari salah satu Reporter CNN TV yang sedang bertugas di Semarang dan
menggabungkan berita tersebut dengan laporan dari Reporter yang bertugas di Mabes
Polri.
Selain teks, Damar Sinuko, Reporter yang berada di Semarang itu juga mengirimkan
foto yang berhasil diambilnya sendiri. Peneliti bertanya mengenai caption foto, mas
Suri pun menjelaskan bahwa caption foto harus dibuat oleh wartawan yang
mengambilnya. Apabila ada kekurangan, akan dilengkapi oleh periset foto.
Mas Suri akan menaikkan beritanya di website cnnindonesia.com. Ia berkoordinasi
dengan desk lain agar berita yang di-publish tidak terlalu bertabrakan. Ia
memberitahukan akan menaikkan beritanya pada jam 14.30. Peneliti melihat mas Suri
memberikan judul berita tersebut menjadi “Polisi Jateng Tangkap Pria Berpisau di
Sekitar Polda”. Peneliti bertanya kepada mas Suri, nilai apa yang dilihat dari berita
tersebut. Ia pun menjelaskan bahwa saat ini konteksnya sedang ramai penyerangan
polisi yang berada di Sumatera Utara. Oleh karena itu, polisi-polisi sedang
memperketat pengamanannya di sekitaran Polda.
Peneliti mengamati situasi kerja di ruangan kerja CNN Indonesia yang terlihat santai.
Para karyawan boleh mengerjakan tugas sambil mengobrol, seperti berkoordinasi dan
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
berdiskusi. Selain itu, boleh makan dan minum juga sambil mengerjakan
pekerjaannya. Suasana terlihat sangat santai dan tidak formal.
Peneliti bertanya mengenai perbedaan tugas dari Writer dan Editor. Mas Suri
menjelaskan bahwa tanggung jawab menjadi Editor lebih besar dibanding Writer.
Editor lebih memegang tanggung jawab secara menyeluruh, mengurus soal content,
dan mengarahkan para Reporter di lapangan. Laporan yang sudah dikirim dari
lapangan, akan di-edit oleh Writer atau langsung kepada Editor. Khusus di desk
Nasional/Politik, sebelum menaikkan beritanya, akan diperiksa oleh Editor terlebih
dahulu.
Minggu ini merupakan minggu lebaran, maka tidak ada rapat rutin seperti minggu-
minggu biasanya. Karena orang yang datang bekerja terlalu sedikit, maka mereka
hanya mengikuti isu yang ada di lapangan. Mereka lebih sering berkoordinasi kecil
untuk membahas isu apa yang akan dibahas untuk hari selanjutnya.
Peneliti bertanya-tanya mengenai pengalaman mas Suri sebelum bekerja di CNN
Indonesia. Mas Suri menceritakan bahwa ia lulus kuliah pada tahun 2006 dari
Universitas Lampung Fakultas Komunikasi. Ia pernah bekerja di salah satu media
cetak, yaitu Jurnal Nasional, menjadi Editor di bagian Nasional/Politik pada tahun
2007.
Apabila sedang waktu luang, mas Suri sering memeriksa google analytic. Isu
mengenai apa yang sedang berada di tingkat atas. Setelah itu, peneliti melihat mas
Suri mengedit berita lagi dan memberinya judul “Sebelum Bertemu Jokowi, Bachtiar
Nasir Temui JK Tiga Kali”. Ia mengedit berita yang sudah dikerjakan sebelumnya
oleh Writer, yaitu Yugo. Mas Suri pun berdiskusi dengan Yugo, harus menambahkan
berita apa lagi yang berkaitan dengan isu dan harus mengambil angle apa dari berita
tersebut.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Apabila banyak laporan berita yang dikirim oleh Reporter, mas Suri langsung
membacanya dan merespon e-mail tersebut. Ia membalas e-mail dari Feri Agus
Setyawan dengan pemberitahuan bahwa laporan tersebut akan diambil oleh Editor. Ia
mengedit berita yang berjudul “GNPF Protes Kasus Rizieq dan Stigma Negatif Islam
ke Jokowi”. Mas Suri berdiskusi dengan Yugo untuk membuatkan jabaran mengenai
isu aksi 4 November 2016 (411) dan akan mendiskusikannya lagi sebelum mengedit
dan menaikkan berita tersebut. Saat mengedit berita, mas Suri akan membaca berita
sebelumnya yang berkaitan agar lebih paham mengenai isu tersebut. Mas Suri merasa
harus memastikan lebih dalam mengenai isu tersebut, ia pun berdiskusi dengan salah
satu Redaktur Pelaksana yang ada di kantor, yaitu mbak Lesthi. Kemudian, mas Suri
menaikkan berita tersebut pada jam 15.26. Namun sebelumnya, tetap berkoordinasi
dengan desk lain untuk bisa menaikkan berita tersebut.
Karena tidak adanya kegiatan rapat rutin dan peneliti tetap melihat rutinitas pekerjaan
yang sama beberapa kali, maka peneliti pamit untuk pulang pada jam 15.45.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 7
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 28 Juni 2017, Jam 13.00-14.45
Tempat : Kantor cnnindonesia.com, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Subjek Penelitian : Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana CNN Indonesia
Hari ini peneliti ingin melakukan wawancara mengenai beberapa hal dan melihat
rutinitas kerja dari Redaktur Pelaksana, yaitu mas Nugi. Peneliti melihat mas Nugi
sedang membantu desk Nasional/Politik untuk mengedit beritanya. Mas Nugi
mengedit salah satu berita mengenai rekonsiliasi 212 dan memberinya judul “Alumni
212 Minta Rekonsiliasi dengan Jokowi Tak di Istana”. Sebelumnya, ia berdiskusi
dengan mas Suri mengenai judul berita, apakah kalimatnya benar atau tidak. Mas
Nugi juga memasukkan berita yang terkait dalam draft penulisan berita. Ia
menemukan berita yang terkait adalah hasil editan mas Suri yang dipublikasikan
kemarin. Mas Nugi menanyakan mengenai isu tersebut dengan mas Suri. Setelah itu,
mas Nugi berkoordinasi dengan desk lain untuk bisa menaikkan berita tersebut. Ia
memberi setting untuk mempublikasikannya pada jam 13.49, agar tidak bertabrakan
dengan berita lainnya.
Suasana kantor masih terlihat santai dan tidak formal. Karena adanya karyawan yang
bekerja sambil mengobrol, makan, atau minum. Kemudian, mas Nugi siap untuk
diwawancara oleh peneliti. Mas Nugi meminta untuk berpindah tempat ke ruangan
lain, karena di ruangan itu terlalu ramai dan berisik.
Peneliti pun menanyakan beberapa hal mengenai tugas dari Redaktur Pelaksana,
khususnya di CNN Indonesia. Mas Nugi menjelaskan bahwa tanggung jawab
Redaktur Pelaksana adalah bukan hanya masalah editorial, tapi juga berkaitan untuk
berkoordinasi dengan divisi lain. Selain itu, masalah non-editorial yang mengurus
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
teknis, digital, bagaimana cara meningkatkan viewers, dan koordinasi dengan
pertemuan eksternal.
Peneliti juga bertanya mengenai alur kerja dari Redaktur Pelaksana. Ada kaitannya
dengan penjelasan kemarin dari mas Suri, salah satu Editor CNN Indonesia. Mas
Nugi sebagai Redaktur Pelaksana juga mengikuti tahapan perencanaan yang
diberikan. Ia selalu berkoordinasi mengenai hal-hal tertentu. Mas Nugi juga sering
mengedit berita, khususnya di desk Nasional/Politik.
Mas Nugi juga menjelaskan bahwa rapat di CNN Indonesia biasanya rutin dilakukan
2 kali sehari, yaitu rapat antar desk dan rapat Redaksi. Selain itu, ada pula rapat besar
gabungan yang dihadiri oleh Reporter di lapangan. Mas Nugi tidak menyebutnya
sebagai rapat, kegiatan itu lebih bersifat untuk kumpul-kumpul saja karena memang
terlihat santai. Kegiatan tersebut sering dilakukan sambil makan-makan besar.
Peneliti menanyakan hal mengenai isu seperti apa yang lebih diangkat oleh media
seperti CNN Indonesia. Mas Nugi menjelaskan bahwa isu yang diangkat harus
bersangkutan dengan kepentingan publik dan berdasarkan google analytic. Dua hal
tersebut dianggap sebagai nilai berita yang ada di CNN Indonesia. Menurut mas
Nugi, media CNN Indonesia harus membuat sesuatu yang penting untuk publik dan
berita yang disampaikan harus dibaca oleh orang banyak.
Mas Nugi menjelaskan kalau Reporter saat melakukan wawancara dengan
narasumber, tidak harus bersifat face-to-face. Karena CNN Indonesia merupakan
media online, maka beritanya harus cepat disampaikan. Kebanyakan berita yang
dibuat berdasarkan wawancara dengan narasumber melalui telepon, e-mail, atau
WhatsApp. Kecuali untuk pengejaran isu khusus dan narasumber yang ingin
diwawancara sangat penting. Hal tersebut harus dilakukan wawancara tatap muka dan
biasanya juga dilakukan pengambilan video.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Peneliti bertanya mengenai pengalaman mas Nugi sebelum bekerja di CNN
Indonesia. Mas Nugi menceritakan kalau ia berasal dari Universitas Islam Indonesia
angkatan 1996. Sebelum lulus kuliah, mas Nugi pernah bekerja di Majalah Pantau
selama 2 tahun. Saat itu, mas Nugi sedang mengerjakan skripsi. Di Majalah Pantau,
ia menulis tentang hutan kayu dan Majelis Mujahidin.
Setelah lulus kuliah pada tahun 2004, mas Nugi pergi ke Jakarta dan magang di
Bisnis Indonesia pada tahun 2005. Ia bekerja di Bisnis Indonesia sampai tahun 2016.
Setelah itu, masuk CNN Indonesia pada tahun 2016 menjadi Editor Nasional/Politik.
Peneliti pun menyelesaikan wawancara hari ini. Mas Nugi langsung kembali ke meja
kerja dan melanjutkan tugasnya, yaitu mengedit berita dari laporan Reporter. Setelah
itu, peneliti pamit pulang setelah observasi dan wawancara selesai dilakukan.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Catatan Lapangan : No. 8
Pengamatan/Wawancara : P / W
Waktu : Tanggal 29 Juni 2017, Jam 11.30-15.00
Tempat : Kementerian Perhubungan, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat
Subjek Penelitian : Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Mengikuti agenda liputan Bintang di Kementerian Perhubungan. Hari ini Bintang
tidak memiliki agenda khusus untuk liputan, ia hanya memantau perkembangan yang
ada di Kementerian Perhubungan mengenai Arus Balik Lebaran 2017.
Setelah peneliti tiba di Kementerian Perhubungan pada jam 11.30 dan bertemu
dengan Bintang di lantai 7, ia langsung melakukan wawancara doorstop dengan
Danto Restyawan, Kepala Posko Harian Tingkat Nasional Lebaran Terpadu 2017.
Peneliti mengamati cara kerja Bintang melakukan wawancara tersebut, yaitu ia hanya
merekam pembicaraan yang disampaikan dengan menggunakan handphone. Sama
seperti biasanya. Ia juga melihat data-data penumpang mudik tahun ini dan bertanya
mengenai beberapa hal kepada narasumber.
Peneliti melihat bahwa Bintang mengambil angle yang berbeda dari wartawan
lainnya. Ia lebih memilih untuk membuat berita yang tidak seperti kebanyakan berita
biasanya mengangkat isu mengenai Lebaran. Pada saat wawancara doorstop
dilakukan, narasumber hanya menjelaskan mengenai data penumpang arus mudik dan
arus balik dari beberapa jalur di tahun ini. Namun, Bintang mengabaikan data arus
mudik dan langsung menanyakan mengenai arus balik di Pelabuhan Merak. Pada H-3
Lebaran terlihat sangat padat di sana, ia menanyakan bagaimana untuk arah balik ke
sini. Selain itu, karena masa berakhirnya liburan diperkirakan 4 hari lagi, kenapa saat
puncak arus balik masih banyak yang keluar dari Jakarta. Peneliti mengamati ada
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
beberapa wartawan dari media lain yang langsung mengetik apa yang disampaikan
oleh narasumber, namun Bintang hanya merekam pembicaraan narasumber.
Karena sudah dekat dengan salah satu Sekretaris Jenderal di sana, yaitu Yuli Anna,
yang ingin membagikan data mengenai penumpang arus mudik dan arus balik seperti
yang sudah disampaikan oleh Danto tadi. Bintang juga memintanya secara langsung
dengan Yuli untuk kemudian dikirim melalui e-mail. Setelah wawancara selesai,
Bintang langung melakukan transkrip wawancara berdasarkan hasil rekamannya. Ia
memilih untuk membuat berita mengenai jalur arus balik dengan terpisah-pisah,
seperti jalur darat sendiri dan jalur laut sendiri. Jika Bintang kurang memahami apa
yang disampaikan narasumber tadi, ia akan bertanya dan berdiskusi dengan wartawan
lain di sana.
Setelah mengirim laporannya melalui e-mail kepada kantor, tidak lama kemudian,
mas Suri sebagai Editor yang sedang bekerja di kantor merespon e-mail tersebut. Hal
itu menandakan bahwa berita yang dikirim oleh Bintang akan di-edit dan segera
dinaikkan.
Setelah itu, Bintang juga membuat berita mengenai arus balik pada jalur kereta yang
diperkirakan akhir pekan ini. Hasil berita tersebut juga berdasarkan dari wawancara
doorstop dengan Danto. Berita disesuaikan dengan transkrip tersebut. Setelah itu,
berita yang sudah diketik langsung dikirim melalui e-mail.
Suasana kerja di sana juga terlihat tidak terlalu formal dan kaku. Bintang seringkali
berdiskusi dan mengobrol dengan wartawan lain yang ada di sana. Peneliti pun
melakukan wawancara dengan Bintang mengenai beberapa hal. Peneliti bertanya
mengenai isi naskah yang ditulis oleh Reporter akan sepenuhnya dimasukkan ke
dalam berita atau tidak. Ia pun menjawab semua itu tergantung dengan isi laporannya.
Apabila background masih kurang, akan ditambahkan sendiri oleh kantor. Namun
apabila tidak ada kekurangan data, Editor hanya memeriksa typo, logika bahasa, dan
mengganti judul berita.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Peneliti melihat cara pengambilan angle yang dilakukan oleh Bintang hari ini karena
ia menanyakan isunya sendiri kepada narasumber. Peliputan hari ini tidak diarahkan
oleh kantor terlebih dahulu, oleh karena itu Bintang sebagai Reporter yang berada di
lapangan harus mencari isu sendiri yang menarik.
Saat waktu luang, Bintang mengobrol dengan wartawan-wartawan lain di sana.
Kemudian, peneliti mendengar bahwa terjadi kecelakaan di suatu daerah. Beberapa
wartawan langsung datang ke Posko yang mengetahui hal tersebut. Namun, Bintang
tidak mengikuti dan mengangkat isu mengenai kecelakaan itu. Hal ini merupakan
proses penyeleksian fakta dari wartawan. Bintang pun menjelaskan bahwa ia kurang
tertarik dengan isu kecelakaan yang berdampak kecil untuk kemungkinan pembaca
CNN Indonesia.
Peneliti pun bertanya mengenai pengalaman Bintang sebelum bekerja di CNN
Indonesia. Bintang menceritakan bahwa ia merupakan lulusan dari Universitas
Padjadjaran Jurusan Jurnalistik angkatan 2009. Ia lulus kuliah pada April 2016 dan
mulai masuk kerja di CNN Indonesia pada Agustus 2014. Ia langsung dimasukkan ke
bagian Nasional/Politik.
Laporan yang dikirim oleh Bintang berhasil naik di cnnindonesia.com dengan judul
“Puncak Arus Balik Kereta Api Diperkirakan Akhir Pekan Ini” pada jam 14.45.
Setelah itu, datang Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Sugihardjo. Para
wartawan pun langsung melakukan wawancara doorstop, termasuk Bintang. Selesai
wawancara, Bintang membuat berita lainnya yang berjudul “Larangan Melintas
Hanya Berlaku Bagi Truk Searah Arus Balik”.
Peneliti bertanya mengenai pekerjaan Bintang sebagai Reporter, apakah pernah
membuat liputan video atau tidak. Ia menjawab pernah dan ketentuannya maksimal 3
menit untuk pengambilan video. Reporter di lapangan hanya memberikan hasil stock
shoot, selanjutnya di-edit oleh orang kantor.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Karena peneliti melihat rutinitasnya masih sama seperti biasanya dan Bintang masih
menunggu isu lain. Peneliti menyelesaikan observasi dan wawancara hari ini.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
LAMPIRAN II
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara : Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 19 Juni 2017, Jam 10.00-19.45
Tempat : Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jl. Merdeka Barat, Jakarta Pusat
10.00-11.00
Anindia: Kan CNN Indonesia termasuk media online yang udah multimedia nih.
Biasanya kalau lagi ngeliput gitu, kak Bintang ambilnya dalam bentuk apa? Foto,
video, atau teks aja?
Bintang: Tergantung apakah memang isunya layak dijadiin video atau nggak. Jadi
kita sendiri yang nentuin di lapangan kalau ini emang “Eh ini buat video nih”, ya
videoin. Kalau nggak sih biasanya jarang.
A: Itu langsung diketik gitu ya?
B: Iya langsung, wawancara dulu kan. Kalau biar aman sih ditranskrip dulu
omongannya supaya nggak salah, baru dibikin beritanya. Ya secepatnya sih.
A: Biasanya langsung hari ini juga ya naiknya, kak?
B: Iya dong, kalau online kan emang hari itu juga, kalau nggak mah kalah dong sama
yang lain. Emang penelitiannya tentang apaan?
A: Ini kayak gimana sih cara media itu menyeleksi beritanya. Ya ibaratnya sih saya
pengen tau gimana wartawan menyeleksi fakta sama gimana cara dia naikin beritanya
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
gitu. Apa sih yang mau di-framing sama wartawannya itu loh. Gitu sih. Kadang tuh
sesuai nggak sih, misalkan, dari medianya nyuruh kayak gini-gini tapi kadang kak
Bintang suka mikir “Ah framing yang ini lebih menarik nih”. Apakah harus ikutin
kantor?
B: Oh sebenernya kalau saya sendiri sih ya, kalau dari kantor emang harus ikut ya.
Cuman terkadang kalau seandainya ada omongan yang bagus, kadang kita harus
informasiin ke kantor juga, “Kayaknya yang ini lebih bagus deh, omongan yang ini.
Gimana kalau ini aja yang dijadiin lead-nya?” Gitu. Yang disuruh kantor dibawa aja
atau ada kata-kata ini. Tapi itu tetep harus koordinasiin ke kantor sih, cuman kadang-
kadang karena saking cepetnya ya, kan harus cepet ya, kadang kita nggak
koordinasiin ke kantor dulu, langsung bikin beritanya aja, nanti biar kantor aja yang
nentuin, “Oh yang ini bagus”. Soalnya kalau yang naikin gitu kan kantor ya, kalau
kita mah di sini bikin beritanya aja. Mas Nugi-lah yang bisa naikin beritanya gitu.
A: Berarti dari kang Gilang dulu atau langsung kak Bintang?
B: Misalnya nih, kita kirim e-mail kan ke kantor. Nanti di kantor ya siapa aja yang
ngambil e-mail itu, kalau misalkan mas Nugi ya mas Nugi yang ambil. Kalau
misalnya kang Gilang ya kang Gilang yang ambil. Gitu aja sih. Sebenernya lebih
siapa di kantor yang cepet ambil, ya nanti dia yang naikin beritanya. Nah, kalau
emang di kantor ngeliatnya ini agak sensitif, dia pasti telepon yang di lapangan dulu,
“Nih omongannya yang jelas kayak gimana sih?”. Rata-rata kan salahnya gimana,
kayak “Kalau judulnya gini aman atau nggak?”, karena kan yang di lapangan yang
ngerti. Gitu. Cuman CNN doang yang diteliti?
A: Iya, soalnya mau ambil berita multimedianya sih. Biasanya kan, kalau penelitian
terdahulu saya lebih ke majalah. Kalau majalah kan nggak harus hari itu juga kan
dinaikinnya, makanya kalau multimedia gimana sih? Kan harus cepet.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
B: Oh gitu. Yaudah kalo di sini ya gini sepi-sepi aja. Tadinya mau ke Wapres kan di
agendanya, tapi kan kamu nggak boleh masuk nantinya, kalau di sini sih gampang.
Tapi saya nggak ke Istana sih, udah banyak orang di sana. Di sini wartawan lain pada
siang-siang datengnya. Tapi ini mah orang Jepangnya udah di dalem, udah dateng.
Berarti nanti bakal wawancara orang dalem juga ya, kayak mas Nugi gitu ya?
A: Iya, yang biasanya milih berita gitu sih. Berarti mas Nugi ya biasanya?
B: Iya, mas Nugi. Sebenernya tuh mas Nugi kan sekarang udah jadi Redaktur ya,
cuman kadang-kadang dia suka membantu anak-anak Nasional juga. Sebelum jadi
Redaktur kan dia sempet jadi Editor, gitu. Jadi kadang suka membantu atau
mengkoordinasi apa segala macem.
A: Berarti itu kang Gilang doang Editornya yang di kantor?
B: Sebenernya ada dua sih, kang Gilang sama mas Suri.
A: Itu biasanya mereka kalau di kantor harus dari jam berapa, kak?
B: Kalau di kantor ada shift-shift-nya kan. Ada yang dari jam 6 sampai jam 3, jam 1
sampai jam 9, jam 9 sampai jam 6. Tiga shift.
A: Terus kang Gilang? Tetep nggak sih shift-nya?
B: Nggak sih, beda-beda. Tapi biasanya seminggu pasti gitu, minggu depan udah
ganti. Itu hari jumat, biasanya jumat beda. Soalnya biasanya libur itu. Kalau hari ini
kayaknya kang Gilang ada shift sore, dari jam 1 sampai jam 9.
A: Itu tetep ambil berita dari kak Bintang atau gimana?
B: Ya tergantung, jadi siapa aja kan, sebenernya siapa aja yang lagi tugas hari ini ya
bisa ambil beritanya siapa aja. Gitu. Misalkan dari temen saya ngambil. Kalau
misalkan kang Gilang belum masuk kan di shift paginya ada orang yang masuk, ya
dia yang ambil. Kalau di media lain kan nggak ngerti juga, tapi kalau di CNN kayak
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
gitu. Misalnya hari ini, saya disuruh Editor pagi jam 6, ya siapapun Reporter yang
shift-nya dari jam 6 sampai jam 9, kalau emang bisa saya ambil ya saya ambil. Tapi
kalau misalnya saya lagi ngedit berita orang, ya berarti wartawan lain dong yang
ambil. Gitu.
A: Kalau Reporter biasanya suka ikut rapat di kantor gitu gak sih, kak?
B: Oh iya, biasanya sih sebulan sekali, akhir bulan biasanya sih. Akhir bulan nanti
sekalian evaluasi kan, evaluasi sebulan sekaligus apa sih yang mau dibahas bulan
depan.
A: Berarti nggak setiap minggu gitu ya?
B: Kalau setiap minggu wartawan jarang, kalau seringnya kan Editor, penulis, redaksi
gitu. Biasanya siang atau nggak pagi sama sore. Kalau Editor ya, kalau wartawan sih
biasanya sebulan sekali doang. Kalau emang ada isu-isu krusial ya, misalnya lebaran
nih, persiapan mudik nanti dikumpulin. Entah di pertengahan minggu ini, bahas
isunya mau bahas apa sih? Cuman kalau untuk rapat redaksi yang keseluruhan
biasanya setiap bulan, akhir bulan.
19.00-19.45
A: Besok kak Bintang liputan ke mana?
B: Besok kayaknya ke Wapres doang, soalnya kalau Selasa tuh waktunya doorstop
mingguan.
A: Setiap hari harus ada berita nggak, kak? Minimal berapa?
B: Nggak ada minimalnya. Ya tau diri aja itu mah. Kalau ada minimal, berarti satu
lah, ya kan. Kalau gua sih targetnya 3 deh atau 2 deh, minimal. Jangan nggak ada
banget gitu. Kayak tadi kan, dipaksain bikin aja deh. Dari pada kagak ada. Kalau
kuota itu misalnya Kompas deh kayaknya, 10 atau 12 gitu beritanya. Tribun 12.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
A: Kalau CNN itu nilai beritanya apa sih, kak? Lebih pentingin apanya?
B: Apa ya... Kita itu lebih suka isu-isu HAM. Liat deh, lu kalau baca CNN pasti
isinya HAM banyak. Kalau isu-isu kayak Megapolitan, mungkin kayak pembunuhan
itu nggak. Tapi kecuali pembunuhan yang gede ya, kayak Tata Chubby, tau nggak?
Yang pelacur di Tebet. Atau nggak yang itu, tau kan yang kasus Pulomas? Nah yang
kayak gitu. Kalau yang Italia kemaren itu nggak terlalu. Karena cuman gitu doang
kan. Ya udah, cuman dia ini nggak terlalu di-running. Bikin berita mah bikin. Kalau
yang lain kan sampai datang ke rumahnya lah, wawancara orangtuanya gitu, kita
nggak. Karena heboh aja kan videonya pas siang-siang lu tembak pakai pistol.
A: Kak Bintang kalau bikin berita harus selalu pakai foto nggak sih?
B: Nggak juga, kalau isunya biasa aja ya nggak. Daripada jelek kan, mending pakai
stok foto dari kantor aja. Malah kadang kita bisa kirim transkrip ke kantor.
A: Transkrip doang, kak?
B: Misalnya kalau narsumnya lagi banyak dan lagi genting banget, penting banget
nih, “Mas ini garapnya banyak, nanti ditranskrip ya, tolong bantuin”. Atau isunya
emang lagi yang kantor mau, kayak tentang HTI dulu, kan pernah konpres di sini,
kita ketik cepet gitu kan, langsung kirim ke kantor. Jadi kantor yang manage untuk
ambil beberapa angle-nya gitu. Tapi kalau tiba-tiba ada doorstop, baru kita yang
garap. Beberapa media boleh, Detik boleh, CNN boleh, liputan6 bisa, tapi tergantung
situasi ya.
A: Kak Bintang suka ini nggak, kayak misalnya tadi kan ada beritanya atau topiknya
yang sama, terus kak Bintang kayak milih angle lain, yang beda gitu?
B: Kadang-kadang gitu, saat misalnya temen-temen lu pada ambil isu A, nanti kan
beritanya sama semua. Kalau beritanya sama kan hanya masalah cepat-cepatan, nah
masalahnya kalau kita ketinggalan, cari angle lain. Iya kadang-kadang sering gitu.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Kalau tadi kayaknya susah ya untuk cari angle lain ya. Kalau sering ya sering sih.
Kadang kan ada bahannya yang suka sedikit ya, kalau bahannya banyak pasti kita
cobain buat cari angle, “Aduh yang ini biasa banget sih”. Tapi kalau breaking news
kan nggak mungkin ya, lu mau cari angle lain agak susah. Kalau bahannya banyak
sih bisa, tapi kalau bahannya segitu doang mah susah. Mau diotak-atik sampai
mampus juga susah.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Wawancara : Suriyanto, Editor cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 20 Juni 2017, Jam 12.30-15.30
Tempat : Kantor CNN Indonesia, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
12.30-13.30
Anindia: Mas Suri tuh Editor ya di sini?
Suriyanto: Iya.
A: Kemaren kan saya udah ngikutin kak Bintang, dia kan wartawan. Terus dia bilang
katanya tergantung sih kalau di kantor tuh, dia ngirim e-mail tergantung di kantor
siapa aja yang ambil. Nah, saya cuma mau ngeliat ajasih, Editor tuh dari wartawan
ngirim terus diapain aja? Gimana cara milih-milihnya?
S: Kalau gini kan masuk ke e-mail ya, itu dari siapa pun. Kalau kita kan pakai milis
ya, jadi anggota-anggota milis ini bisa melihat e-mail siapa yang masuk. Kalau
misalnya Bintang ngirim berita, temen-temen yang lain masuk. Anggota milis ini
isinya itu antara Reporter, Writer, sama Editor. Anggota di milis ini Redaksi Nasional
Politik namanya. Kalau misalnya redaksi Olahraga ya nggak bisa lihat isi e-mail kita.
Kalau anak-anak Olahraga ya nggak bisa lihat milis ini. Terus begitu masuk sini,
Editor atau Writer yang di kantor melihat kira-kira berita apa yang harus didahulukan
buat naik atau ada yang penting nggak sih atau bahkan ada yang sifatnya breaking
news nggak sih, gitu. Kalau misalnya unsur-unsurnya bisa dinaikin ya udah kita
naikin aja.
A: Berarti nggak semuanya harus masuk gitu?
S: Bukan semuanya nggak harus masuk, semuanya pasti masuk, tapi nggak semuanya
dipilih. Kalau misalnya beritanya jelek, ya buat apa. Kayak misalnya gini nih, ini kan
beritanya udah ditandain sama mas Nugi kan. Nih jadi wartawan ngirim berita, terus
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
aku juga bisa liat, yang lain bisa liat. Kalau misalnya mas Nugi mau garap berita ini,
sama mas Nugi di-reply all balesnya “Oke dimainkan”. Kalau misalnya ada yang
bilang oke ya oke aja, itu diambil beritanya. Begitu selesai, nanti bahannya di-copas,
abis itu di-edit, dan lain-lain. Selesai di-edit, setelah itu di CMS kan. CMS itu Content
Media System atau apa gitu ya, kalau nggak salah Content Multimedia System atau
apa yang istilahnya gitu, perangkat atau software yang sifatnya online buat ngisi
cnnindonesia.com ini, gitu. Editannya udahannya di-copas, abis itu masuk ke
pilihannya Nasional. Kadang sih masuknya di Nasional atau Politik. Abis itu kalau di
Nasional dibagi lagi antara Peristiwa sama Hukum Kriminal, misalnya masukin ini
buat body berita, ini buat ringkasan.
A: Di situ tuh harus ada ketentuan berapa paragraf gitu nggak sih, mas?
S: Nggak, nggak. Kalau itu kan kebijakan Editor masing-masing sama Redaksi ya.
Hmm.. kalau di CNN kebetulan kebijakannya itu pendek, nggak mesti singkat atau
apa gitu, eh, pendek bukan berarti dangkal, panjang bukan berarti bertele-tele, gitu
kan. Artinya walaupun kita punya berita tuh kita nggak pernah satu paragraf sih. Tapi
kalau nerapin berita satu paragraf itu biasanya yang lain ada satu berita nih, misalnya
ada breaking news duluan, flash nih. Misalnya, Gedung Bank Indonesia dibom, flash.
Dilaporkan blablabla, misalnya gitu. Kalau kita nggak, kita panjangin dikit kalau
misalnya ada, gitu. Misalnya dilihat dari yang paling simple, dari 5W+1H aja. Kalau
kita lihat dari yang di lapangan, telepon satu orang, mungkin udah bisa jadi 4-5
paragraf, gitu. Jadi itu kebijakan masing-masing redaksi, kalau untuk jumlah
paragrafnya. Kalau sini sih nggak ada batasan ya, tapi nggak pernah juga untuk
misalnya cuman sampai 2 sampai 3 paragraf itu nggak ada. Minimal sih kayaknya 4
paragraf kalau di CNN.
A: Tapi biasanya kan kalau di online itu kan yang penting cepet gitu kan.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
S: Iya, iya. Ya paling 4 paragraf-lah sesingkat-singkatnya kita itu. Jadi kalau udah
masuk semua, yaudah kita publish. Kita bisa ada pilihannya antara HL atau non-HL
di sini. Begitu publish, sudah.
A: Kadang wartawan ngirim foto sama video juga nggak, mas?
S: Iya, karena beritanya itu kan, bukan wajib sih ya. Karena kita kan kantor ngasih
fasilitas HP ke wartawannya yang di lapangan, mereka tuh harus masukin foto-foto,
terutama untuk peristiwa besar.
A: Biasanya mas Suri suka ikutan rapat sebagai Editor? Kemaren kan kata kak
Bintang kalau wartawan rapat tuh sebulan sekali.
S: Kalau yang di kantor setiap harilah. Buat proyeksi besok mau garap apa, besok
yang rame apa. Mau ada yang siapin apa nggak buat besok.
A: Berarti Editor juga masuk tuh setiap hari?
S: Iya, kalau yang rapat bulanan itu semuanya ikut, termasuk wartawan.
A: Setiap hari rapatnya berapa kali, mas?
S: Kalau rapat rutin redaksi, rapat content yang ngebahas isu tuh tiap hari. Sehari
sekali. Tapi kalau misalnya ada yang plus-plus rapat gabungan sama desk lain itu
misalnya kita ada evaluasi mingguan, itu ada rapatnya lagi. Itu rapat perencanaan,
misalnya tematik mau soal lebaran gitu rapat, tapi nggak tiap hari kalau itu sifatnya.
A: Jamnya itu jam berapa, mas?
S: Kalau yang tiap hari itu sekitar jam 3 sore kita rapat redaksi Nasional/Politik.
Nanti jam 5 sore ada rapat lagi tuh, semua, jadi besok mau bahas apa. Jadi yang rutin
itu rapat sehari 2 kali.
A: Kalau yang rapat setiap hari itu biasanya siapa aja yang hadir sih, mas?
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
S: Kalau di desk Nasional/Politik, Writer sama Editor aja. Kalau di ini ya
Nasional/Politik, kalau desk lain aku kurang tau tiap hari ada rapat atau nggak,
kayaknya nggak, mereka nggak tiap hari. Tapi kalau yang rapat sore, yang gabungan
sama desk lain, ada yang mimpin RedPel, Redaktur Pelaksana, pesertanya tuh Editor-
Editor sama Writer, perwakilan di setiap desk ya. Satu desk diwakilin satu orang aja.
A: Biasanya mas Suri tuh suka kayak nyuruh wartawan nggak sih, misalnya hari ini
tuh tugasnya gimana?
S: Iya, itu pasti. Kalau kita kan ada namanya penugasan. Jadi penugasan dibuat sama
tim siang ini, kalau pulang malem tuh bikin penugasan besok si A ke sini, si B ke sini
berdasarkan pos masing-masing. Terus kalau di posnya sepi, mereka kadang-kadang
ada peristiwa di luar penugasan, terus pikirin kalau ada, misalnya sekarang yang lagi
rame tuh mau ngeliput mudik, gitu kan. Ada satu temen yang karena posnya lagi sepi,
disuruh ninggalin posnya, dia pergi ke terminal atau stasiun. Tapi kalau misalnya ada
berita di media lain yang kita belum update, kita harus kejar, kita harus nugasin orang
itu buat telepon atau mungkin dateng ke lokasinya.
A: Kalau wartawan itu harus wawancara tatap muka nggak sih, mas? Misalnya, mas
Suri nyuruh wartawan, “Eh cariin berita ini dong”, terus wartawan nggak bisa ketemu
sama si narasumber, nah itu harus via telepon? Kan biasanya online harus cepet gitu.
S: Ya nggak apa-apa, nggak harus tatap muka. Totalitas tatap muka itu kalau buat
liputan mendalam, karena buat kepentingan, misalnya kita kan butuh interaksi sama
dia, terus pasti ada perbedaan hubungan psikologis ya kalau misalnya kita wawancara
ketemu langsung. Kalau misalnya ketemu langsung mungkin ada banyak hal yang
bisa di-explore dari dia, ya kalau telepon mungkin terbatas.
A: Kalau di Nasional/Politik itu, nilai beritanya yang paling penting apa aja sih, mas?
Kayak harus ada nilai-nilai apa aja di dalem berita itu?
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
S: Nilai apa ya, itu agak-agak normatif sih kalau gitu. Kalau aku ngeliatnya,
patokannya gini, patokan secara umum ya, ini berita kalau publish banyak yang baca
nggak sih? Misalnya gitu. Jadi intinya ya gitu lah. Karena jualannya dalam tanda
kutip di situ. Pasti banyak yang baca nggak sih, kalau misalnya ini berita banyak yang
baca, ya harus segera dinaikkan. Karena adalah asumsi kita berarti publik memang
memerlukan berita ini. Kalau soal penting nggaknya agak repot juga ya, karena itu
terlalu subjektif ya, kalau misalnya dari sisi subjek Editor ya kembali lagi pada ke
situ, jadi berita ini tuh harus kayak pengen banyak yang tau nggak sih? Orang-orang
atau pembaca itu, jadi mending gitu aja. Apa itu komponen emang harus banyak yang
tau, misalnya kalau sekarang yang lagi rame itu soal kebijakan Full Day School.
Sekarang emang lagi banyak orang yang pengen tau tentang Full Day School tuh apa
sih, jadi diterapin nggak sih, gitu misalnya. Kalau soal itu kita dahuluin beritanya.
Atau misalnya kalau sekarang soal mudik, apa sih yang lagi ramai soal mudik?
Misalnya nih, ada kecelakaan beruntun di jalur pemudik, nah itu harus segera kita
naikkan sih.
A: Tapi kemaren kak Bintang bilang kalau tentang pembunuhan tuh jarang ya, mas?
S: Nggak juga, kalau misalnya gini, masing-masing media itu kan punya segmentasi
pembaca kan. Pembunuhan satu orang pun yang sifatnya kecil pun, itu mungkin bagi
media seperti Poskota, seperti Lampu Hijau itu sangat penting dan pasti diangkat, tapi
kalau buat kita nggak. Kalau misalnya sifatnya seperti pembunuhan, misalnya
pembunuhan yang terjadi di deket kampus kamu nih, Karawaci itu. Walaupun itu
yang ditembak orang biasa, tapi itu sangat, buat media seperti CNN penting untuk
diberitakan juga. Itu kejadiannya siang hari loh, terus pakai senjata api siang hari,
masalah kejahatan jalanan yang mengkhawatirkan siapa aja, itu penting. Jadi ada
beberapa, misalnya ada loh orang mabok, rebutan pacar terus berantem, wah kalau itu
mah buat apa, tapi kalau buat Poskota itu penting. Karena apa? Karena pembaca
mereka menganggap ini sebuah bacaan, gitu. Tapi bagi pembaca CNN ini bukan
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
sebuah bacaan. Makanya aku balik lagi ke tadi itu, penting nggaknya ya tergantung
kita menilai berita ini buat pembaca kita nggak sih?
A: Biasanya kalau mas Suri itu nge-framing beritanya kayak gimana? Ngebingkai
teks dari wartawannya.
S: Jadi gini, di berita itu kan ada 5W+1H kan. Terus kalau struktur berita itu ada yang
namanya piramida terbalik. Nah kita berangkat dari situ, yang penting dulu nih. Nah,
itu makanya dinamakan lead kan. Nah, lead itu kita ambil dari salah satu 5W+1H ini.
Apakah mana yang paling penting dari siapa, kapan, di mana, kenapa, apa, dan
bagaimana. Dari ini aja, apa yang paling kita tonjolin? Kalau misalnya soal Jokowi
makan nasi uduk, ya Jokowinya yang kita pentingin. Kalau misalnya mas Bowie
makan paku, ya pakunya yang kita pentingin. Apanya, bukan siapanya. Hal-hal yang
kayak gitu. Terus kayak warga Jakarta melibatkan kecelakaan bus, ya kecelakaannya
yang kita lihat. Tapi kalau misalnya kecelakaannya di depan Istana, ya Istananya
yang kita utamain. Gitu loh. Apa yang mau kita jadiin lead-lah bahasanya, bukan
framing ya, kalau framing itu biasanya lebih ke faktor sosiologis ya kayaknya,
pembingkaian berita itu. Tapi lebih ke situ sih, kalau aku sendiri ya buat ngebuat
beritanya. Karena kan Reporter di lapangan itu ada sebagian yang baru, belum bisa
memahami mana yang penting. Kadang yang kurang penting itu tidak ditekankan,
tidak dijadikan lead di atas, itu juga caranya Writer atau Editor buat memunculkan
yang penting itu tadi. Gitu aja sih pertimbangannya, supaya ini dibaca, istilahnya gitu
kan. Kalau misalnya kita taruh di sini nih nggak bakal laku kan, kalau kita taruh di
CNN nggak bakal ada yang baca nih, ya kita harus poles lagi. Pertimbangan dari kita
sih ya itu, nilai penting yang dianggap oleh pembaca sehingga dia mau membaca
berita ini, gitu.
A: Kalau misalnya untuk video, ambil angle-nya sama kayak tadi juga ya, mas? Yang
paling penting dulu atau gimana?
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
S: Hm kalau video aku kurang tau, dia ada videografer sendiri. Kita cuman, kalau di
Editor, lebih ke penilaian akhir sih. Sebelum kita publish, kita liat editan video dia
ada yang kurang apa nggak. Misalnya di pergantian ini kurang alus nih, masih agak
jelek. Jadi kadang dari sisi konten, konten dalam arti naskahnya ya, sisi penonton
awam. Terus kadang misalnya aku liat, “Oh ini kontennya nggak sesuai sama
beritanya nih”, beritanya ada yang kurang. Tapi kalau dari sisi murni gambarnya,
editing gambarnya, terus transisi gambarnya itu videografer yang ngurus.
A: Berarti mas Suri lebih ke teks ya?
S: Iya, teks dengan content lah ya.
A: Terus kalau misalnya Editor itu, nyuruh wartawan, “Ini nanti kejar si narsum ini
ya”. Nah, itu si contact narsum harus wartawan yang cari sendiri atau udah dapet dari
Editor?
S: Itu sih nggak ada ikatan, nggak ada acuan yang baku ya. Siapa yang punya aja.
Misalnya kita tanya di grup WhatsApp, “Siapa yang punya nomer ini di-share”, atau
ada yang punya daftar contact sendiri, atau ada yang nggak punya ya, “Ada yang bisa
cari nggak nih?”
A: Berarti ini cepet-cepetan ya ambil beritanya, mas?
S: Nggak cepet-cepetan juga sih. Ini aja, temen-temen ada yang ngeliat sih. Ini aja
sih, sesuai pergerakan, kadang kan mas Nugi ambil, gua juga ambil. Bukan cepet-
cepetan dalam arti berlomba-lomba, tapi lebih ke sama-sama pengen, sama-sama
mikir kalau berita ini harus segera naik, secepet-cepetnya dibandingin online
manapun. Karena penting banget, ya siapa yang paling cepet, dia akan lebih duluan
dibaca dan dia lebih banyak di-share, lebih dulu di-share. Punya potensi yang paling
banyak dibaca nantinya.
A: Ini shift-shift-an gitu ya, mas, kalau Editor di kantor?
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
S: Iya, Writer juga sih sebenernya. Jadi ada yang pagi dari jam 6 sampai jam 4, yang
siang itu dari jam 12 sampai jam 9 atau 10 malem.
A: Tapi CNN Indonesia ini kan naikin beritanya 24 jam ya, mas. Nah, yang naikin
berita di jam 12 malem ke atas itu ada Writer/Editor lagi atau sebelumnya udah di-
setting jam naiknya?
S: Oh, itu ada yang piket dari jam 9 malem sampe jam 6 pagi.
A: Mas Suri masuk CNN dari kapan?
S: 2014, November.
A: Itu udah langsung jadi Editor, mas?
S: Ya, aku masuk jadi Writer dulu baru jadi Editor.
A: Ini nanti harus konfirmasi dulu ke mas Nugi ya, mas? Berita ini dinaikin atau
nggak.
S: Nggak, kita koordinasi aja. Kita atur jeda jarak antara berita satu dengan berita
Nasional antara 5 menit.
A: Jadi sambil nunggu, di-edit-edit aja dulu ya, mas?
S: Iya.
A: Itu kalau mau publish berita harus kasih foto ya, mas?
S: Iya.
A: Kalau wartawannya nggak ngasih foto?
S: Kan kita juga banyak stok foto, kalaupun nggak ada kita pakai ilustrasi. Kadang-
kadang kita juga minta sama anak-anak research foto, kita nyari-nyari, kadang-
kadang kan langganan dari Antara.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
A: Ini kalau mau publish tuh selalu dikasih jeda 5 menit ya, mas?
S: Iya, tapi antar desk Nasional aja. Kalau sama desk lain ya paling minimal 2
menitlah. Tapi kalau sifatnya udah urgent, breaking news, itu udah nggak ada
pertimbangan waktu lagi, udah harus timpa-timpa aja udah.
A: Pemilihan judulnya kayak gimana sih, mas?
S: Kalau judul itu harus utamain SEO, Search Engine Organizer atau apa gitu. Jadi
pertimbangannya ya keyword-keyword ini yang jadi perhatian pembaca dan dicari di
Google, di mesin pencariannya gitu.
A: Jadi harus pakai bahasa Indonesia yang sopan gitu ya, mas?
S: Iya, bahasa yang baku terus pakai kosakata yang bikin orang penasaran gitu loh.
A: Untuk keyword, ada minimalnya nggak, mas?
S: Nggak ada minimal, yang penting ada keyword-nya. Kalau nggak ada keyword, dia
nggak mau. Tapi nggak tau maksimumnya berapa, belum pernah coba.
15.00-15.30
S: Ini salah satu rapat rutin desk Nasional/Politik, nanti sore rapat ini dibawa ke rapat
antar desk, berita apa aja yang mau dibawa buat besok.
A: Isi pembahasan rapatnya biasanya apa aja sih, mas?
S: Rapatnya tuh mau bahas apa buat besoknya.
A: Itu setiap minggu ya rapat rutin di desk Nasional/Politik?
S: Iya, setiap hari.
Penerapan Framing Dalam..., Anindia Puspita Della, FIKOM UMN, 2018
Wawancara : Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 20 Juni 2017, Jam 15.30-18.10
Tempat : Kantor CNN Indonesia, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
15.30-16.00
Nugi: Jadi ini kan kadang-kadang muncul beritanya dari sini toh. Jadi kadang-kadang
kalau mas minta sama anak-anak tuh karena pas lagi rame beritanya, paling atas, atau
nggak top ten-lah istilahnya. Yang punya kita naik tentang KPK yang soal Bengkulu.
Satu, soalnya penting, paling baru, gitu kan, dan karena itu orang penting.
Anindia: Ini link khusus untuk CNN aja ya, mas?
N: Iya, khusus CNN aja, semua kanal. Jadi sekarang yang paling tinggi kan Olahraga,
ini juga Olahraga semua. Mungkin karena orang baca Politik udah bosen. Tapi ini ada
juga, karena breaking news kan. Terus, biasanya kita sampai 10 deh kita cari. Kalau
biasanya Nasionalism, mas biasanya minta follow up-nya apa, misalnya KPK,
makanya tadi mas minta Wishnu bikin yang Bengkulu, karena kita kan kadang suka
nggak tau Gubernur Bengkulu tuh siapa, dia partainya apa. Nah, ini jadi penting
karena kalau misalnya turun berarti kan pembaca kita juga turun ya. Makanya kan
kalau komersial berarti dari iklan atau macem-macem, kalau misalnya sama orang
iklan di-check ini berapa. Terus mas sempet nanya, “Kalau orang butuh laporan
mendalam atau yang gimana? Kalau laporan mendalam tuh ada nggak yang baca?
Ada mas, tapi segmented dan nilainya lebih kecil. Yang baca breaking news gimana?
Ada, lebih besar”. Nah jadi makanya mas cerita ke Dea itu, kalau misalnya CNN itu
ambil bahannya yang breaking news, atau straight news kayak gini nih, sama
biasanya laporan-laporan feature. Cuman masalahnya kita lihat orang dulu, minim
orang kan kadang-kadang, kurang orang. Jadi harus bisa bagi waktu, mana yang
segmented, mana yang breaking news, sama yang mendalam. Jadi memang biasanya
kita cari-cari dulu, karena orangnya masih sedikit, Nasional kan ada yang keluar
kemaren, mbak Kandi kan. Jadi google analytic ini jadi salah satu patokan kita. Beda
sama di cetak, kalau di cetak kan nggak bisa ngelihat minat keterbacaan orang, kan
nggak. Mungkin nggak real time ya. Hm... Kalau cetak itu distribusi juga udah makin
turun ya, karena distribusi turun jadi pendapatan mereka terima. Itu temen mas, mas
kasih tau ya orang Sindo Jakarta, kalau dibilang untung sih sebenernya untung, tapi
karena di daerah itu mungkin mereka kurang operasi tapi nggak ngehasilin duit.
Mungkin pendapatan ada, tapi subsidinya masalah. Nah tiba-tiba turun.
A: Mas Nugi di sini Redaktur Pelaksana ya?
N: Iya. Tapi kadang-kadang kebanyakan Editor kan orangnya nggak ada, jadi mas
kebanyakan di sini kadang bantu atau ikut rapat ya. Rapat-rapat untuk diskusi,
pembukaan, macem-macem.
18.00-18.10
A: Mas Nugi itu kan Redaktur Pelaksana, itu satu orang aja atau sama siapa?
N: Iya, Redaktur Pelaksana. Sama mbak Ike dan Lesthi, ada 3.
A: Tapi mas Nugi khusus untuk Nasional/Politik?
N: Nggak juga sih sebenernya, tapi karena Editornya kurang, jadi ya disuruh bantu di
sini. Sebelumnya kan mas Editor Nasional/Politik juga.
A: Mas Nugi dari kapan masuk kerjanya di CNN?
N: Baru setahun, dari 2016. Dulu Editor, baru dinaikkan ke Redaktur Pelaksana.
A: Terus di sini panduan kerjanya kayak gimana sih, mas?
N: Di sini White Guidance ada, tapi kebanyakan untuk redaksi. Ada, Buku Putihnya.
Kayaknya nggak boleh deh buat dilihat.
A: Kalau rapat di kantor itu setiap hari ya, mas?
N: Iya, setiap hari. Jam 3 untuk Nasional, terus jam setengah 5, tadi karena lagi puasa
aja. Biasanya mah mulai jam 5.
A: Tapi kemaren kak Bintang bilang kalau yang wartawan ikut itu sebulan sekali ya,
mas?
N: Oh iya, iya, rapat bulanan. Kecuali kalau misalnya ada tim khusus ya, kayak
kemaren tuh yang tentang persekusi, kita kumpul, tim kecil diskusi mau nulis apa,
nulis apa.
A: Terus kalau yang wartawan ikut rapat tuh diadain kapan sih biasanya, mas?
N: Kalau ada laporan khusus, terus bikin tim kecil.
A: Itu selalu akhir bulan?
N: Nggak juga, nggak selalu akhir bulan. Itu kalau misalnya ada isu-isu yang kita
mau ditindaklanjuti sama kita dalami tuh pasti bikin tim kecil. Biasanya itu Editor,
Writer, Reporter juga.
A: Biasanya mas Nugi tuh juga ikut ngasih tugas ke wartawan juga nggak?
N: Iya, biasa lewat WhatsApp, bisa telepon. Biasanya kayak tadi, yang kita lagi ngetik
berita apa, terus kita minta follow up-nya. Itu karena lagi di Golkar ya kita minta
wawancara atau tanggapan orang Golkar tuh apa.
A: Tergantung yang ada di pos sana gitu ya, mas?
N: Iya sesuai sama pos masing-masing. Terus kayak KPK tadi kita mau kembangin
apa, Bengkulu, gitu. Kalau kita nggak WhatsApp ya telepon. Atau kadang biasanya
suka ada temen-temen yang inisiatif kasih masukan apa, terus diskusi.
Wawancara : Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 21 Juni 2017, Jam 11.30-13.30
Tempat : Aula Bhinneka Tunggal Ika Kementerian Pertahanan, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat
Anindia: Berarti tadi salah satu wartawan yang menyeleksi fakta ya, karena kak
Bintang cuman ambil beberapa angle buat beritanya.
Bintang: Iya, apa lagi untuk pembaca CNN.
A: Berarti alur kerjanya itu gini ya, itu tadi disuruh sama kantor nggak sih, kak?
B: Disuruh. Jadi gua ngasih agenda ke kantor malem kan, jam 12-an apa jam 1 ada
penugasan “Besok lu ke sini”. Makanya tadi gua kabarin sahur kan. Jadi yang di
lapangan ngasih agendanya nih, lu punya agenda apa aja kasih kantor. Misalnya gua
di sini, di situ, sama di Wapres kan, kasih agenda tiga-tiganya.
A: Agendanya dapet dari orang sininya ya, kak?
B: Iya, dari orang. Atau kadang dari anak-anak wartawan lain. Kan kita punya grup
wartawan mana. Jadi dari situ. Kita kasih kantor, kantor yang milih, “Bintang besok
ke sini ya”. Gitu biasanya, alurnya.
A: Biasanya kan kalau wartawan di pos yang sama pasti transkripnya juga sama, kak
Bintang diskusi buat ngambil angle yang beda gitu nggak?
B: Itu mah tergantung kita masing-masing kan. Jadi lu mau ambil angle apa, dia mau
ambil angle apa, ya terserah, yang penting transkripnya sama. Urusan nanti lu ambil
angle apaan mah itu urusan lu dan kantor masing-masing kan. Kan soalnya tiap
media punya framing sendiri. Misalnya Liputan6, contohnya pas Pilkada kemaren.
Metro TV kan udah pasti dukung siapa, dukung Ahok kan. Sedangkan MNC
dukungnya Anies-Sandi kan. Lu mau bikin berita Ahok sebagus apapun, nggak akan
naik. Kalau CNN sebenernya, kan CNN sama Detik ya, sebenernya CNN netral,
mencoba netral. Tapi di TransCorp itu di atasnya kan SBY. SBY itu AHY kan, ya
mau nggak mau pasti beritanya condong ke sana. Itu tergantung medianya masing-
masing.
A: Kalau misalnya dikasih tugas sama kantor, kan kalau online biasanya harus cepet
ya, kak. Nah, kalau mau hubungin narsum tuh harus ketemu atau boleh telepon?
B: Tergantung, kalau dia males ketemu ya telepon aja, kan bisa direkam.
A: Tapi kadang kan kalau ditelepon, narsum suka jawab seadanya gitu, kak.
B: Ya nggak apa-apa, tetep kasih. Ya bilang aja, “Dia jawabnya gini”, ya udah. Iya,
kalau misalnya informasinya bapuk, bilang kantor, “Mas omongannya cuma ini,
gimana bikin atau nggak?” Kalau misalnya disuruh, “Ya udah Ntang, bikin, angle-
nya ini aja”. Tapi kalau gua sebenernya prefer ketemu sih. Tapi kadang malah lewat
WhatsApp. Tanya dulu, kalau dia mau WhatsApp ya WhatsApp. Kadang dia juga mau
ngomongnya panjang kan. Jadi lebih gampang kalau WhatsApp, ada buktinya kan
dari chat-nya. Kalau ditelepon kadang-kadang nggak kerekam. Gitu, kalau telepon.
A: Terus kalau misalnya jaringannya jelek gimana tuh, kak? Kan harus kirim e-mail
nih ke kantor, apa lagi online.
B: Kayak tadi nih misalnya di sebelah, ya harus pindah. Bilang kantor, “Aduh mas,
sorry sinyalnya lagi jelek”. Itu jadi salah satu alasan wartawan, “Sinyalnya jelek nih,
sorry ya lama”.
Wawancara : Suriyanto, Editor cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 27 Juni 2017, Jam 13.30-15.45
Tempat : Kantor CNN Indonesia, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Suriyanto: Apa yang masih kurang?
Anindia: Masih mau nanya beberapa lagi sih, mas. Hehe. Ini yang masuk siang cuma
2 orang, mas?
S: Ini kan dibagi dua karena lagi libur lebaran.
A: Oh, saya mau liat alur kerjanya sih, mas.
S: Mau ditanya atau ngamatin aja?
A: Sambil tanya-tanya sama liat juga. Hehe.
S: Skripsi kamu judulnya apa?
A: Pokoknya tentang penerapan framing produksi berita multimedia gitu, mas.
S: Terus studi kasusnya di sini? Apa ada media lain?
A: Iya, di sini. Cuma CNN aja.
S: Oh. Jadi kita itu pasti memperhatikan dengan kaitan sama kepentingan umum
nggak, kalau itu yang pertama. Yang kedua mempertimbangkan sama respon
pembaca ya. Dalam artian ini bakal diminatin apa nggak sama publik. Yang pertama
sih menyangkut soal kepentingan umum atau nggak ya.
A: Oh iya, di sini tuh ada tahapan khusus gitu nggak sih, mas?
S: Itu ada dua kategori ya, yang pertama kalau misalnya kita punya isu sendiri. Kalau
isu sendiri emang kita perencanaan. Misalnya kita mau, itu kita biasanya sifatnya
tematik. Misalnya kayak lebaran ini, nah itu kan kita ngangkat isu-isu yang bertema
lebaran. Misalnya, kalau di Nasional pasti soal arus mudik, terus open house pejabat,
terus suasana lebaran di Jakarta, dari mulai aktivitas yang lengang sampai aktivitas
Idul Fitri, kayak sholat-sholat Ied di tempat-tempat masjid-masjid yang besar,
misalnya kayak Istiqlal, Al-azhar. Nah, itu pasti kita ada perencanaan.
Perencanaannya itu yang kita mau ambil angle apa aja sih yang selama ini belum
pernah diambil.
A: Itu berarti pas di rapatnya ya, mas?
S: Iya. Terus kita perhatiin juga SDM-nya. Kita punya berapa orang yang nanti
ditempatin di situ dengan kondisi orang yang karena tiap lebaran yang terbatas,
makanya kita punya prioritas tempat-tempat, makanya kita dateng. Kalau sekarang itu
ada juga yang tempat-tempat kawasan wisata, kayak Ancol, Taman Mini. Itu jadi
perincaran kita juga. Puasa kemarin bikin juga. Nah, itu yang sifatnya tematik ya.
Terus kalau yang sifatnya nggak tematik, kita ikut aja di lapangan. Misalnya besok
ada, kayak misalnya hari ini nih. Hari ini ada press conference si Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa MUI. Kemarin mereka abis ketemu Jokowi. Itu yang sifatnya kita
perencanaannya. Ya udah besok kita ngurus orang ke sini, kita mau follow up soal
pertanyaan ini, ini, ini. Si A, si B, si C. Nah itu aja. Terus selain itu, yang sifatnya
situasional juga, temen-temen yang punya pos masing-masing disuruh ke posnya
masing-masing dengan dibekelin, di follow up yang ini, yang ini, yang ini harus di-
detailin lagi. Paling gitu. Jadi dia ada yang sifatnya situasional di lapangan, ada yang
kita punya isu sendiri. Terus ada juga yang misalnya, kemaren ada isu yang belum
selesai, besok mesti di follow up lagi. Semuanya pasti ada perencanaan.
A: Terus abis perencanaan berarti peliputan ya, mas?
S: Iya, jadi temen-temen yang ada di lapangan liputan kan. Nyari berita, tulis, terus
dikirim ke milis. Jadi yang kayak kemaren aku bilang itu kan, dikirim ke milis
Nasional/Politik. Nanti yang di kantor ngedit. Ada dua kali proses editing dan di
Writer, setelah selesai di satu orang, nanti satu orang lagi jadi mata kedua mastiin
bahwa ada yang typo atau nggak, atau ada yang janggal di tulisan itu. Setelah fix
bener, nggak ada yang typo, nggak ada yang gimana, kalau emang fix publish, ya kita
publish. Tapi kalau misalnya sifatnya datanya breaking news, harus segera naik kayak
yang kemaren aku bilang itu. Kita naikin dulu, karena kita ngejar, buru-buru supaya
nggak keduluan media lain. Setelah naik kita bisa cross-check ulang, kalau ada yang
typo atau ada yang kurang lengkap. Ada yang aku update atau orang lain yang
update, gitu.
A: Abis itu tahap akhirnya hasil jadi ya, mas?
S: Hasil liputan? Iya. Nah tapi kalau misalnya sifatnya yang situasional yang di
lapangan ya mereka harus cepet-cepet kirim berita. Setelah wawancara, hasil
wawancara kita dikirim dari lapangan. Tapi kalau misalnya kita bikin semacam
liputan khusus ya, misalnya soal kemarin tuh kita garap soal... Oh yang belum kita
garap itu soal material buat reklamasi. Kita mau garap soal itu, ya itu butuh proses
beberapa minggu mungkin buat ngumpulin informasi, nyari narasumber. Nanti
setelah jadi, dikumpul bahannya. Kalau kurang lengkap, cari, dilengkapin lagi baru
bisa nulis berita. Sifatnya itu kalau misalnya liputan-liputan khusus yang punya tema
sendiri. Tapi kalau sifatnya situasional ya kita harus cepet kirim.
A: Kalau yang di Nasional/Politik tuh lebih ngikutin isu yang kayak gimana sih, mas?
S: Yang kayak gimana, kalau itu kita pertimbangannya satu sih ya. Mana yang kira
kita bakal banyak dibaca. Intinya itu sih. Apa pun isunya, tapi harus tetep ngikutin
beberapa kaidah. Soal kaidah ini nggak ada batasan baku ya, cuma hanya menurut
penilaian kita aja. Penilaian dari sisi jurnalistik kita, misalnya soal sensualitas
misalnya ya. Ambil contoh yang paling mudah itu, soal sensualitas itu pasti akan
banyak dibaca oleh pembaca. Tapi dari sisi etis itu nggak banget, khususnya CNN.
Dari sisi etis itu, yang itu nggak ada manfaatnya juga buat masyarakat umat. Tapi
kalau kita naikin pasti banyak yang baca. Terus misalnya soal apa lagi ya, soal yang
paling banyak dibaca itu soal kehidupan pribadi seseorang. Terutama untuk public
figure misalnya. Nah, itu kalau ditulis pasti banyak orang yang baca, cuma kan ini
nggak ada kaitannya sama kepentingan masyarakat banyak, gitu loh. Tapi kalau
misalnya isu-isu korupsi, yang perihal masyarakat banyak, isu-isu kejahatan kriminal
manusia yang menonjol, isu politik, nah yang kayak gitu kita bikin. Tapi patokannya
tadi itu, ini bakal dibaca banyak orang nggak sih? Walaupun banyak yang baca, tapi
tetep aja ada pertimbangan tadi itu. Ini etis nggak sih? Ini buat kepentingan orang
banyak nggak sih?
A: Terus kalau dari Editor sendiri itu ada buat draft penugasan untuk wartawannya
nggak, mas?
S: Siapa? Editor yang buat draft penugasan buat wartawan? Ada sih, setiap malem
itu. Setiap malem kita bikin penugasan wartawan-wartawan yang di posnya, kita
bekelin isu. Terus yang posnya emang lagi sepi, kita kirim ke beberapa acara.
Misalnya ada presscon dan lain-lain gitu. Atau kalau misalnya kita punya isu sendiri
ya kita tugasin buat nemuin narsum, dan lain-lain.
A: Biasanya isi draft-nya itu apa aja sih, mas?
S: Hal yang umum aja sih. Misalnya si A besok ke... misalnya ya, si A besok liputan
ke Istana. Karena emang posnya kan di sana, Istana Kepresidenan. Istana Presiden
tolong di follow up kasus A, B, C yang kemarin diomongin oleh A, B, C. Misalnya
gitu.
A: Terus narsum yang diwawancarain itu ditentuin sama kantornya atau nggak, mas?
S: Nggak spesifik kalau misalnya itu kan. Kalau yang kita tugasin harus wawancara si
ini, si itu, tuh kalau misalnya kita punya liputan khusus. Tapi kalau misalnya kita
sifatnya running dari isu yang dari kemarin-kemarin udah banyak diomongin media
ya kita nggak spesifik harus nentuin siapa. Gak nugasin harus wawancara siapa sih,
liat nanti di lapangan adanya siapa. Paling gitu.
A: Yang berkaitan sama isunya gitu ya, mas?
S: Iya.
A: Biasanya pertanyaan-pertanyaan buat narasumber tuh dibuat sama kantor atau
terserah wartawannya, mas?
S: Kalau yang situasional diserahin ke ND, ke Reporter ya. Tapi kalau yang liputan
khusus dari kantor yang bikin, karena sesuai perencanaan.
A: Berarti wartawan mau gak mau harus ambil angle itu ya, mas?
S: Nggak harus ambil itu, kalau dia bisa nambahin di lapangan buat melengkapi, ya
ditambahin.
A: Boleh nggak sih kalau misalnya dari kantor itu udah nentuin narsum ini nih,
misalnya, tapi Reporter tuh punya narsum lain yang berkaitan gitu. Kayak misalkan
kantor pengen tokoh politik yang ini nih, terus Reporter karena udah kenal sama
tokoh politik yang lain, dia milih yang ini aja deh.
S: Boleh. Pemilihan narasumber itu kan ada derajatnya juga ya. Derajat itu
menyangkut sama kredibilitas dia. Misalnya gini kan, kita kalau misalnya wawancara,
kalau tadi kamu contohinnya kan soal politik, partai-partai politik. Kan ada tingkatan-
tingkatannya, misalnya gitu kan, yang kredibilitas dia, terus dia berhak ngomong apa
nggak. Terus dari sisi nilai dia, nilai kenarsuman dia itu. Misalnya gini, kalau kita
misalnya mau minta pernyataan dari PDIP. Yang pasti pertama yang paling tinggi,
pasti Megawati Soekarnoputri dong. Gitu kan. Yang kedua siapa? Sekjen dong.
Setelah Sekjen baru bisa jadi Ketua, bisa jadi Wakil Ketua Umum, Wakil Sekjen,
atau ya setingkat sama itu, misalnya Ketua Bidang. Kalau misalnya gini, ya kita adu
lagi. Kita ngusulinnya wawancara si A, narsum misalnya punya si B, ya kita adu lagi
derajatnya itu. Kalau misalnya sama-sama Wakil Sekjen, misalnya gitu kan, ya nggak
masalah kalau misalnya Reporter punyanya itu, kenalnya sama si narsumnya itu. Tapi
kalau misalnya kita wawancara, kita majunya Sekjen, terus dia cuma punya Wakil
Sekjen ya kita tetep sama si Sekjen-nya itu. Kita kekeuh harus sama si Sekjen.
A: Harus yang lebih tinggi derajatnya gitu ya berarti, mas?
S: Iya.
A: Pernah gak sih, mas, misalnya, Reporter ngirim berita tapi nggak dinaikin gitu?
S: Sering.
A: Jadi nggak harus semuanya gitu ya, mas?
S: Iya. Kayak misalnya, ada beberapa yang ngirim berita, tapi ini beritanya biasa aja
sih. Ini beritanya misalnya udah telat bangetlah. Media lain udah banyak yang
ngangkat. Udah banyak yang gini-gini, kita telat banget, ya kita nggak naikin. Atau
misalnya ini beritanya, ya itu pakai pertimbangan nilai tadi itu, ini nggak menyangkut
kepentingan umum nih. Gitu. Yauwis nggak. Terus kalau nggak, “Ah ini beritanya
kayaknya promosi banget nih, promosi lembaga di tempat dia nih”, ya buat apa gitu.
Yang nggak ada kaitannya sama kepentingan umum tapi ini malah menyangkut sama
kepentingan si lembaganya itu, ya nggak kita naikin.
A: Kalau misalnya, “Ah udah terlalu banyak media yang ngambil ini”, tapi mas tetep
mau ambil isu itu dengan angle lain?
S: Kita kadang juga sering begitu. Misalnya kita udah telat, media lain udah banyak,
pasti kita kan angle kita balik atau kita tambahin biar lebih beda, kita terkesan
keliatan beda.
A: Ada batas pengumpulan gitu nggak sih kalau dari Reporter?
S: Kalau yang harian nggak ada. Yang harian itu kalau sifatnya breaking news, kita
as soon as possible ya, secepet mungkin, kalau yang sifatnya breaking news. Terus
kalau yang sifatnya yang di lapangan ya kita hanya sebatas toleransi, beda dengan
media lain. Kalau media lain sudah dapet ya kita harus tetep udah ada juga bahannya.
Tapi kalau yang tadi aku bilang liputan khusus, ya kita punya jangka waktu sendiri.
Misalnya kita buat pernyataan itu, waktu pengumpulan bahan, wawancara, data-data,
dan lain-lainnya itu. Misalnya ditetepin dari tanggal sekian sampai tanggal sekian.
Nanti dari tanggal sekian sampai tanggal sekian itu selanjutnya itu penulisan. Nah,
dari tanggal sekian sampai tanggal sekian itu buat editing, dan lain-lainnya. Jadi pas
tanggal yang hari H-nya itu udah dipastiin buat dibagikan.
A: Biasanya kalau liputan khusus tuh berapa lama sih, mas?
S: Tergantung nilai kita dapet bahan ya. Kalau misalnya kita hanya sekadar dalam
kota, wawancara orang-orang yang relatif bisa mudah ditembus, kita nggak lama sih.
Mungkin kita nggak punya batasan waktu tertentu, tapi saat perencanaan itu kita main
di ini aja sih, kita main di perkiraan kita masing-masing aja. Tapi kalau kita udah
sampai ke luar kota, itu yang pasti pertimbangin aspek perjalanan pulang pergi sama
kondisi fisik, yang kayak gitu juga. Nggak ada batasan khusus. Tapi kita nggak
pernah yang sampai sebulan, kita nggak pernah, buat ngumpulin satu materi bahan
tulisan.
A: Pernah nggak ada dua Reporter ngirim berita, tapi beritanya berkaitan. Jadi
dimasukin berita dari dua Reporter itu?
S: Iya, kayak gini kan. Ini kan sama. Ya pasti kita gabung, nggak mungkin dipisah-
pisah. Misalnya kan, tapi ini temen Reporter kita yang di Semarang, ini temen kita
yang di Mabes Polri. Ya kita gabung aja. Soalnya nggak mungkin satu-satu, ya saling
melengkapin aja.
A: Jadi nggak harus satu Reporter buat satu berita ya, mas?
S: Nggak. Aku sambil ngetik nggak apa-apa ya?
A: Iya, mas, nggak apa-apa. Itu Reporternya yang foto langsung?
S: Iya.
A: Writer sama Editor tuh sama nggak sih, mas, tugasnya?
S: Beda. Writer tuh lebih ke... Sebenernya nggak beda jauh sih, cuma lebih ke faktor
perbedaan tanggung jawab aja. Kalau Editor itu lebih pertanggungjawaban
menyeluruh sama content, terus mengarahkan temen-temen ND yang di lapangan.
Kalau Writer itu lebih fokus kepada pengeditan berita.
A: Penulisan-penulisannya gitu ya, mas?
S: Iya, penulisan berita. Tapi kalau tanggung jawabnya lebih sedikitlah mungkin, atau
lebih kecil dibanding Editor.
A: Tapi Writer kayak pernah nyuruh yang di lapangan juga nggak, mas?
S: Iya juga.
A: Hari ini kan lagi minggu Lebaran, nanti tetep ada rapat-rapat biasanya nggak,
mas?
S: Kalau ini nggak, kalau lagi gini nggak, karena kita emang orang-orangnya sedikit
ya kita ikutin isu yang ada di lapangan.
A: Tapi rapat antar desk Nasional Politik tetep ada, mas?
S: Nggak ada. Kita paling koordinasi kecil aja sih. Besok kita mau apa nih, besok ada
apa, mau ada isu khusus apa nggak.
A: Biasanya yang naikin berita harus Editor atau Writer juga boleh, mas?
S: Kalau di Nasional/Politik harus Editor. Tapi kalau misalnya weekend, Writer piket
sendirian, Writer boleh naikin, atau karena yang lain ada kegiatan.
A: Berarti biasanya dari Writer baru kasih ke mas Suri dulu ya?
S: Iya.
A: Biasanya kalau ada berita yang sifatnya breaking news itu, berita yang sebelumnya
pengen dinaikin harus ditunda berapa lama, mas? Misalnya pengen naikin berita yang
ini nih, terus “Eh ada breaking news nih”, terus berita yang ini dinaikin berapa lama
setelah breaking news publish?
S: Tergantung. Kita masih ngeliat, ini masih banyak yang baca nggak sih? Ini kan
kita punya aplikasi namanya google analytic. Nah kalau misalnya masih banyak yang
baca, perkiraan kadang kita bisa tahan sampe 10 menit, misalnya 15 menit gitu. Buat
mastiin ini tuh keliatan di depan terus, masih banyak yang baca.
A: Terus pernah nggak, mas, pas buat berita ini terus digeser ke desk lain atau selalu
ditaruh di Naspol aja?
S: Bisa sih, kadang kita kan ada beberapa pos liputan yang bersinggungan sama desk
lain. Misalnya di Kementerian Kelautan dan Perikanan. Itu yang pos di sana anak
Nasional. Cuma kan kadang ada beberapa berita yang sifatnya Ekonomi. Misalnya,
soal kebijakan ekspor-impor ikan atau hubungan Indonesia sama kebijakan
Internasional perihal Kelautan dan Perikanan, itu kan Ekonomi. Tapi kalau misalnya
soal reklamasi, terus soal pengawasan pencutian ikan dari sisi hukumnya kan
Nasional. Paling kalau misalnya ada berita masuk ke kita, nanti kita forward ke anak
Ekonomi. Gitu.
A: Itu cuma ngasih doang gitu, mas? Yang ngedit tetep mereka?
S: Iya.
A: Oh iya, ini sebenernya CNN online sama TV sama nggak sih, mas?
S: Beda.
A: Berarti beritanya nggak sama kayak yang di TV, mas?
S: Secara umum kalau kasus-kasus besar sih nggak hanya sama TV ya, sama semua
media lain juga sama sih. Apa lagi untuk kepentingan masyarakat. Cuma kan karena
kita satu korporasi. Kalau SDM kan beda. Kalau kita di bawah satu korporasi, kita
bisa sama-sama saling ambil berita. Misalnya kalau di cnnindonesia.com, kita
biasanya yang di TV ambil running text-nya dari kita. Terus kalau biasanya kita
ngambil dari TV buat embed video, karena kita kan ada sisipan video kan di berita
itu. Nah ambil dari sana bisa. Terus kadang kita juga manfaatin karena kita di
cnnindonesia.com ini nilai SDM-nya terbatas, hanya fokus di Jakarta. kadang kalau
ada yang dari daerah, kita ngambil dari hasil liputan si temen-temen TV. Yang dari
Jateng tadi tuh.
A: Kalau CNN Indonesia ini lahirnya duluan TV atau online, mas?
S: Kayaknya kita dulu deh. Kita sama TV yang launching itu duluan kita, 20 Oktober
2014. Kalau mereka 17 Agustus setahun setelahnya, 2015.
A: Oh berarti online duluan ya, mas?
S: Iya.
A: Kalau CNN online itu dia lebih ngangkat berita tentang apa sih, mas? Sebenernya
yang paling banyak dibaca gitu.
S: Kalau yang paling banyak dibaca Nasional sih. Kalau secara umum, semua media
gitu sih biasanya lebih ke Nasional.
A: Ini kalau ngangkat berita yang dari Jateng tentang polisi menangkap pria
mencurigakan, dia ngeliat nilai dari sisi apanya, mas?
S: Ini kan konteksnya lagi rame penyerangan polisi yang di Sumut kemaren. Itu kan
ada polisi lagi jaga kan, tiba-tiba ditikam sama orang. Nah, sekarang aksi-aksi kayak
gitu lebih mengkhawatirkan polisi. Nah, sekarang makanya polisi lagi memperketat
pengamanan nih, di daerah sekitar Polda-Poldanya gitu. Terutama sekarang petugas-
petugas khusus dihimbau gak sendiri yang jaga.
A: Biasanya kalau caption foto yang nulis wartawannya atau Editor, mas?
S: Wartawan. Wartawan dikasih standar caption Internasional tuh seperti apa, jadi
dikasih. Tapi kalau ada kekurangan nanti dilengkapin sama ada namanya riset foto.
A: Itu rapat rutinnya sehari 2 kali ya, mas, biasanya?
S: Iya, kalau di Nasional Politik ya. Satu rapat di internal kita.
A: Terus yang kedua itu rapat redaksi ya, mas?
S: Iya, rapat redaksi.
A: Biasanya agendanya apa aja sih kalau rapat gitu, mas?
S: Kalau yang di sini paling kita evaluasi, artikel yang paling banyak dibaca apa aja.
Terus evaluasi yang kemaren, kita hari ini belum dapet kenapa atau yang belum dapet
apa. Terus masih dikejar lagi nggak buat besok. Terus abis itu kita juga punya
rencana buat besok, itu ada agenda apa, terus kita mau follow up kasus apa.
A: Terus kalau rapat yang di dalem, rapat redaksi gitu, mas?
S: Di dalem lebih ke usulan isu. Besok mau bahas atau garap isu apa. Terus ada yang
punya fokus besok mau dibikinin cover-nya nggak. Ini kan harus bikin fokus cover
ya. Ada isi infografis atau nggak. Ada video atau nggak.
A: Biasanya kalau di rapat khusus Naspol harus dipimpin sama siapa gitu nggak sih,
mas?
S: Kalau di sini kita nggak ada yang mimpin sih. Kita nggak ada yang mimpin. Kita
udah rembukan aja, Editor sama Writer.
A: Tapi kalau rapat gabungan yang sama wartawan itu? Mas Suri juga pernah ikut?
S: Kalau itu rapat besar. Itu wajib sih. Kalau itu kan nggak ada agenda khusus sih
kalau urusan itu. Biasanya kalau yang rapat besar itu paling kita ada sebuah kebijakan
yang sifatnya menyeluruh yang harus disampaiin. Atau misalnya ada yang, ya karena
itu emang Pemred-nya pengen ketemu. Ketemu sama Reporter, sama semua crew,
karena emang udah lama nggak rapat. Paling gitu.
A: Atau kalau ada liputan khusus gitu juga digabungin semua, mas?
S: Nggak ada. Kalau liputan khusus nggak mesti semua sih. Biasanya gitu. Kalau ada
moment khusus, misalnya kayak Pilkada kemaren, paling cuma sekadar Editor sama
Writer yang diundang. Nggak sampe semua.
A: Tapi kalau rapat antar desk sama gabungan gitu tuh, sebenernya wartawan boleh
ikut nggak sih, mas?
S: Rapat desk sama gabungan? Boleh, boleh aja. Kadang kalau misalnya ada yang
emang lagi kerja di kantor, terus ada rapat. Kayak kamu kemaren kan ikut liat rapat
nggak apa-apa. Kalau misalnya punya isu apa atau ada usulan isu apa, kita malah
dapet masukan.
A: Berarti ini mas Suri kalau di desk Nasional/Politik harus bener-bener paham sama
isunya ya?
S: Semua sih.
A: Pernah nggak sih kayak harus naikin berita ini, tapi sebenernya mas Suri kurang
paham isunya gitu?
S: Itu tugas umum ini sih ya. Itu tugas harus keutamaan pokok yang kita punya sih.
Kayak temen-temen yang di Ekonomi ya harus paham Ekonomi. Yang di
Nasional/Politik ya harus paham isu Nasional/Politik. Ada beberapa hal yang
wajarlah kalau misalnya kita kurang paham karena kurang ngikutin isunya, wajar.
Tapi kita tetep nyusul-lah, dari background-background kita cari perkembangan
isunya.
A: Ini emang awalnya mas Suri yang pengen masuk desk Naspol atau ditentuin
kantor?
S: Dari awal emang aku. Terus waktu pertama kali masuk sini sama Pemred langsung
ditempatin, “Kamu masuk Nasional/Politik”. Tapi ada beberapa ND juga, khusus buat
ND ya, biasanya awalnya masuk ke Nasional/Politik tapi kalau dia misalnya dinilai
kurang sesuai, nanti dipindah ke desk lain.
A: Emang dulu mas Suri lulusan mana?
S: Aku dari Universitas Lampung.
A: Jurusan apa tuh, mas?
S: Komunikasi. Nggak ada jurnalistik, cuma komunikasi umum aja.
A: Terus sebelum kerja di sini, pernah di media lain nggak, mas?
S: Pernah, aku di media juga. Dulu di koran namanya Jurnal Nasional.
A: Di bagian Naspol juga, mas?
S: Iya, Editor.
A: Bedanya kerja dari cetak ke online gimana tuh, mas?
S: Yang paling beda, cetak deadline-nya jam. Misalnya jam 7 malem atau buat HL
utama ditunggu sampe jam 10 malem. Tergantung kebijakan kantor masing-masing.
Tapi kalau online deadline-nya secepat mungkin.
A: Kalau di Editor itu panduan kerjanya kayak gimana sih, mas?
S: Sebenernya kalau tiap-tiap kantor pasti ada guidance ya. Tapi itu sifatnya lebih ke
kebijakan politik editorial sih. Gitu. Kalau panduan kerja kita harus ngapain, kita
harus gimana itu nggak ada sih. Itu kayak istilahnya menjadi semacem aturan tertulis
dari Pemred-lah, kayak gitu. Misalnya kayak gini nih, “Lo kalo pagi harus begini,
begini”, gitu kan. Itu terbentuknya ini aja, rutinitas harian aja. Ketika ada sesuatu
yang menjadi kendala berita, “Besok hal-hal kayak gini jangan diulangin lagi ya.
Harusnya lo harus begini, begini. Jangan keulang lagi”. Nggak ada aturan baku atau
khusus, nggak ada.
A: Kan kemaren kalau ngeliat kak Bintang tuh dia lebih ke wawancara doorstop ya,
mas. Nah, biasanya puas nggak sih sama hasil wawancara doorstop tuh yang biasanya
ngejawabnya nggak terlalu banyak?
S: Puas apa nggak? Itu harusnya lebih tergantung ke ND-nya sih, Reporter. Kalau kita
lebih ke bukan puas atau nggaknya jawaban si narsum. Tapi lebih nekennya ke
Reporternya. “Lo kok nggak dapet sih yang begini, kok malah dapetnya yang begini.
Kenapa nanyanya gini doang”. Gitu. Kita emang harus neken si Reporternya itu.
“Besok-besok kalau ketemu lagi atau ketemu narsum yang lain, dicari lagi soal A, B,
C. Soal yang ini, itu”. Gitu. Ketidakpuasan berita itu lebih ke kinerjanya si Reporter.
A: Berarti pertanyaan-pertanyaan buat narsum itu ditentuin sama Reporternya sendiri,
mas?
S: Hmm kalau yang buat rutinitas harian, iya. Tapi kadang kita juga minta, kadang
misalnya gini kan, misalnya hal yang paling simpel aja. Hari ini GNPF-MUI bilang
pertemuan mereka selama ini banyak difasilitasi oleh Wiranto. Paling nanti kalau
besok-besok, kita minta ke Bintang bahwa “Besok ambil Wiranto soal ini ya. Bener
apa nggak soal Wiranto”. Paling gitu.
A: Berarti wartawan boleh ngembangin pertanyaannya ya, mas?
S: Harus, harus dikembangin.
A: Misalnya kalau breaking news itu, Reporter bakal ngehubungin dulu apa langsung
kirim e-mail aja?
S: Langsung kirim e-mail aja. Tapi kadang kalau dia ragu, “Ini mau dibikin nggak”.
Takutnya ketinggalan juga, terus dia koordinasi. Misalnya ada berita isu GNPF soal
berita kemaren ya kita udah minta ke Reporter yang liputan. “Besok tanya juga, selain
apa yang mereka sampaikan, tanya juga soal ini, ini, ini”. Biar ada tambahan berita.
Gak hanya soal ini aja.
Wawancara : Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 28 Juni 2017, Jam 13.00-14.45
Tempat : Kantor CNN Indonesia, Jl. Kapten Pierre Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Nugi: Jadi Dea ngikut Bintang udah berapa hari ya?
Anindia: Baru 2 hari, mas.
N: Emang ada lagi nanti?
A: Ya kalau bisa besok atau lusa sih, mas. Tadi sebenernya mau ikut kan liputan dari
Kemenhub, cuma dia mau muter-muter katanya.
N: Oh, iya lebih ribet ya.
A: Terus katanya takut mobilnya nggak muat. Mobilnya kan dari kantor Kemenhub-
nya.
N: Oh iya, iya.
A: Mas Nugi kalau di luar kegiatan Naspol itu, biasanya kalau dari Redaktur
Pelaksana sendiri ngapain aja sih tugasnya? Tanggung jawabnya apa gitu, mas?
N: Tanggung jawabnya sebenernya nggak cuman masalah editorial ya. Masalah soal
kaitannya sama koordinasi dengan divisi lain. Misalnya sama eksternal juga
koordinasi, bangun jaringan. Kayak gitu juga. Kalau internalnya sama. Soal editorial,
terus kalau misalnya ada liputan. Jadi kayak semacam koordinator. Misalnya ada
liputan gede.
A: Liputan khusus gitu ya, mas?
N: Iya, liputan khusus. Terus kalau misalnya ada lintas divisi biasanya bagi-bagi
tugas ya. Sama soal yang macem-macem itu, yang non-editorial kayak misalnya
ngurusin soal masalah teknis, yang soal digital, yang soal bagaimana meningkatkan
viewers lebih banyak, pembaca lebih banyak. Terus koordinasi dengan pertemuan
eksternal itu misalnya sama detikCom itu kerjasama.
A: CNN TV juga, mas?
N: Iya, CNN TV baru mau dicoba kan karena kita baru pindah. Kalau mas sih
mikirnya udah lama, sudah pas mau pindah emang mas mau ngajak kerjasama. Bikin
laporan-laporan gede sekalian, didampakkan lebih gede kan TV itu. Jadi ada
cnnindonesia.com, ada TV. Nah, ini makanya sebenernya mau ketemuan kan tadi.
Dari kemaren udah ketemu-ketemuan.
A: Terus kalau alur kerja dari Redaktur Pelaksana biasanya kayak gimana, mas?
Kemaren kan mas Suri ngejelasinnya kalau Editor sama wartawan kan ada tahapan
perencanaan, peliputan, sama hasil jadi, gitu.
N: Oh iya, kalau secara umum. Sama aja sih sebenernya koordinasi. Koordinasi kalau
misalnya ada hal-hal tertentu yang akan dibicarakan, yang kaitannya sama guidelines.
Terus misalnya kalau dari sisi editorial, kadang-kadang kan mas ngedit. Itu semua sih
Editor juga ngelakuin itu. Misalnya ditahan nih beritanya 10 menit di Headline. Jadi
Headline tuh kadang-kadang bisa ningkatin banyak yang baca, berita-berita tertentu.
Itu juga bisa koordinasi aja itu. Misalnya kalau ada dari Pimpinan Redaksi, Redaktur
Pelaksana, terus tingkatannya Editor, Writer yang di kantor, terutama yang di
lapangan. Sebenernya di sini termasuk yang nggak struktural. Jadi dari bawahan kan
kalau mau ngomong ke atasan, nggak perlu yang gimana-gimana. Kadang-kadang
kan gitu. Apa lagi dulu mas sebelum di sini tuh di Bisnis, ya sama aja. Kayak gitu
juga. Strukturnya nggak gimana. Jadi cair sebenernya di sini.
A: Terus kalau Redaktur Pelaksana itu harus wajib ikut rapat yang gimana aja sih,
mas?
N: Oh, yang rapatnya? Rapatnya kan selama ini yang rapat-rapat yang rutin itu kan
yang jam 3 sama yang jam 5 ya. Nah, katanya setelah edisi ini yang lebaran mau
dicepetin, katanya jam 4. Kalau nggak salah ya. Jam 1 rapat divisi internal, nanti
rencananya di jam yang ini rapat sama yang bawah. Nanti abis lebaran ini, nggak tau
kapan mulai rapat bareng TV.
A: Kalau yang di rapat Naspol itu, mas Nugi wajib ikut nggak?
N: Karena kan mas dulu di Editor Nasional kan, nah dulu kan jabatannya itu. Itu
kadang-kadang diskusi ke divisi biar ini aja, jadi mas tau apa yang terjadi. Terus
kadang-kadang dapet masukan dari temen-temen, apa yang harus dilakuin ke
depannya.
A: Itu khusus di Naspol aja, mas?
N: Naspol. Rencana mas mau rapat nanti, kemaren Ekonomi sudah ngomong tapi gak
sempet. Nanti rencana mau koordinasi di depan. Nah, masing-masing kan beda-beda
ya, mas kurang ngerti. Kalau mbak Lesthi yang ngerti banget soal digital, soal
viewers. Mas nggak begitu ngerti. Kalau mbak Ike lebih ke TV dia ngerti, sama
koordinasi. Nah mas cuma ngerti Nasional.
A: Biasanya kalau yang rapat gabungan sama wartawan tuh agendanya apa aja sih,
mas?
N: Yang kemaren rapat di dalem kamu ikut itu?
A: Bukan, mas, yang rapat kalau ada wartawan juga ikut?
N: Oh, kalau yang kayak gitu mah rapat besar ya. Rapat besar ada juga. Cuma ini aja
sih, sebenernya itu cuma rapat umum sekali aja. Ada yang lagi gencar masalah apa,
terus mau ambil angle apa, terus omongin di sana.
A: Terus itu ada jadwalnya harus kapan gitu nggak, mas?
N: Sebulan sekali.
A: Pasti sebulan sekali, mas?
N: Iya, sebulan sekali.
A: Itu gak tentu tanggalnya ya, mas?
N: Ah, nggak. Dia sambil makan juga kok. Itu kayak ketemu aja kan yang di
lapangan jarang ke kantor juga. Jadi kalau misalnya sebulan sekali, paling nggak ya
makan-makan. Terus kita ngobrol apa. Biasanya dari sana tuh yang tiap ketemu ada
ide apa-apa. Ini kan mas dari Jogja, abis ada keluarga yang meninggal. Kemaren
ketemu sama saudara di sana. Dia ini orang Pontianak. Cerita “Kerja di mana? Di
PTPN. PTPN mana? PT Perkebunan Nusantara. BUMN.” Itu gede, perusahaan kebon
yang ada sawit, ada karet. PTPN di Pontianak ya itu khusus soal lebih banyak sawit
sih sama karet. Dia cerita 2 tahun ini karyawannya nggak digaji. Full. Kalau dibayar
kadang-kadang 2 tahun, eh sorry, 2 bulan langsung dibayarin sebulan-sebulan
sebelumnya. Mas tanya, “Tapi itu kan BUMN, mas.” Yang pertama bener BUMN
dan kedua kalau Dea tau itu unggulan Indonesia dan kita jadi produsen kelapa sawit
terbesar. Minyak sawit paling gede tuh kita, yang kedua Malaysia, yang ketiga
Thailand. Kita produksi 20 juta. Mas nanya aja, karena apa sih BUMN sama sawit
bisa dapet untung. Ngomong-ngomong kayak gini aja udah. Ya udah ntar tak cari-cari
dulu PTPN, informasi-informasinya paling cocok nanti diskusi sama temen-temen.
Kalau emang bener itu gede ya dimasukin. Kayak gitu-gitu. Nah sama kayak yang
rapat-rapat. Bukan rapat sih sebenernya ya, kalau ketemu terus ngobrol-ngobrol apa
yang mau ditulis. Ya kalau mau tulis yang kira-kira orang belum tau, belum diangkat.
A: Jadi awalnya ada omongan dari keluarga atau temen gitu ya, mas, biasanya?
N: Iya, itu terjadi loh. Mas sering kayak gitu ya. Atau kadang orang emang cerita atau
dateng ke kita, gitu. Dateng ke kita, cerita. Biasa kan, awalnya nanya kabar gimana.
Terus lama-lama dia cerita. Mas tuh pertama dengernya IPTN coba. IPTN tuh
Industri Pesawat Terbang kan, Habibie dulu. Ya iya, sama BUMN kan nggak ada
apa-apanya. Nah, kalau PTPN tuh mas belum baca karena kemaren nggak bawa
laptop. Nggak baca annual report. Jadi bisa di-check dari situ. Kalau misalnya nggak
untung, ya bener. Itu menarik karena satu sawit, kedua BUMN, terus keadaan Jokowi
sekarang. Jadi gede. Kalau mas sih gitu, nggak tau ya wartawan kerjanya gimana soal
isu menarik.
A: Biasanya CNN itu lebih angkat berita tentang isu yang kayak gimana sih, mas?
N: Hmm macem-macem sih. Yang satu soal ada kepentingan publik, sama kadang-
kadang kita berdasarkan google analytic sih. Pertimbangan kan dua tuh. Nah yang
menjadi dilema wartawan sekarang itu adalah, satu apa yang kita anggap penting
tidak begitu penting saat dibaca orang. Misalnya mas tulis soal tambang yang
merusak, tapi ternyata dugaan di CNN malah nggak ada yang baca. Nah, yang
menurut kita nggak begitu penting, tentang Rizieq Shihab-lah, tiba-tiba orang
bacanya banyak. Ya udah, tapi kita kerjain. Maksudnya nggak cuma omongan, apa
yang lebih dalam lagi soal itu, kita kejar terus. Jadi ada 2 hal tadi. Dan itu biarpun
semua, yang mas tau ya, tapi mas nggak tau yang soal 1 forum itu. Kalau kita nggak
ngejar apa yang terjadi di media sosial, kadang-kadang yang medianya rame, belum
tentu penting semua kan. Tapi kadang-kadang wartawan masih nyari itu karena kita
dibentuk untuk mencapai target. Target pembaca. Nah satu sisi kita punya isu sendiri.
Punya isu sendiri dalam kata penting, “Wah ini penting banget nih”. Tapi sering-
sering terjadi sih. Kecuali kalau, misalnya gini, mas kebanyakan nulis dulu soal
perampasan tanah di Kerawang itu. Kalau perampasan tanah doang mungkin orang
nggak begitu dalem, tapi kalau petani ditembak sama meriam. Nah, kalau di CNN
mungkin banyak yang baca. Tapi itu lama yang bacanya. Beda sama Rizieq Shihab
ya.
A: Terus biasanya di CNN itu ada kepentingan nilai berita yang harus gimana gitu
nggak sih, mas?
N: Ya dua-duanya tadi. Karena mas mikirnya efektifnya gini nih, kita harus bikin
sesuatu yang penting buat publik dan dibaca orang.
A: Banyak dibaca ya, mas?
N: Harus dibaca. Jadi harus ngerti apa yang sekarang penting dulu. Misalnya, dulu
mas ada persoalan suku dan agama. Memang ada, kita liputan Ahmadiyah, soal
Gafatar, isu-isu LGBT misalnya. Ini kan soal identitas ya, politik identitas nggak
begitu penting. Mas nulis terus perampasan tanah, soal kemiskinan. Tapi setelah
kasus Ahok, menurut mas yang penting liputan wartawan soal politik identitas.
Orang-orang akan cenderung lebih mudah terhasut sekarang gara-gara kasus Ahok
ya. Soal-soal agama sama kepentingan politik. Nah, yang saudara mas kemaren di
Pontianak, dia cerita bagaimana orang-orang FPI diundang sama salah satu Bupati di
sana. Dia dihadang sama orang Dayak. Ada, baca nggak Dea beritanya? Dia
didatangin di airport. Itu bisa kenapa coba? Orang-orang Dayak datengin airport
terus masuk bandara sampe ke deket pesawat. Emang petugasnya nggak gimana,
petugasnya lari. Aneh kan? Nah, mungkin situasi kayak gitu yang lagi tinggi
sekarang. Nah, sekarang makanya nemuin isu, kita breaking news yang kayak gini
nih, lagi rame isu apa sih sekarang. Satu kita ngerti soal politik identitas. Kemaren
mas nulis soal persekusi, kaitannya sama politik identitas tadi nggak? Soal agama,
ras, suku. Itu yang kita bahas.
A: Terus mas Nugi bantunya khusus di Nasional Politik aja atau semuanya?
N: Menurut mas, berkaitan sih. Mas nggak begitu ngerti soal Selebriti atau Gaya
Hidup. Mas kadang suka liat, “Ini artis siapa sih”. Mas cuma tau Franda sama Lala
Karmela doang. Hahaha. “Siapa nih, terkenal nggak”. Soal bola juga mas nggak
ngerti. Kalau Ekonomi paling mas ngerti, karena kan berkaitan. Kalau Dea perhatikan
siapa yang ngomong, Bachtiar Nasir, Ketua GNPF, Gerakan Nasional Pengawal
Fatwa, itu dia bilang kalau nggak salah ke mana. Dia bilang apa? Target kami
selanjutnya orang China yang kaya. Ngeri kan? Berhubungan 2 hal. Satu politik
identitas, yang kedua soal Ekonomi. Nah itu yang sekarang mas perhatiin. Berarti itu
masuk ke yang liputan Nasional/Politik ya kan. Yang satu lagi berkaitan dengan
Ekonomi. Nah, mas yakin pendapat orang tiap berita itu beda berdasarkan landasan
teorinya. Kalau itu misalnya mas kasih contoh, mas ini orang Banjar, kenapa sih
orang Banjar itu nggak berani ngelawan Industri Batu Bara yang masih perusak,
misalnya di Kalimantan. Orang Banjar kan kebanyakan orang Islam, tapi nggak ada
gerakan perlawanan ke Industri Batu Bara dan masih terus, ini lah, sawah mau
dihancurin. Ada beberapa masalah, adalah salah satunya orang Banjar itu selesai
kalau diberangkatkan Haji. Atau mereka boleh menggali deket pemukiman warga.
Pertambangan batu bara kan besar ya. Yang kedua adalah ulama di sana itu disogok.
Misalnya dia pesantrennya dibiayain sama orang sana. Yang ketiga ulamanya dikasih
saham perusahaan batu bara. Mas sih nggak tau, tapi menurut mas hal-hal yang kayak
gini itu memengaruhi cara pandang terhadap isu politik. Nah, hal-hal kayak gini kan
in desk-in desk. Nasional atau Politik terus. Tapi ternyata apa, di bawah Ekonomi ada
Industri Batu Bara. Dea jadi harus ngerti Industri Batu Bara tuh ngapain aja?
Produksi Indonesia tuh berapa sih? Apa Kalimantan Selatan jadi penting? Apa
bedanya sama Kalimantan Timur? Kenapa Coal Industry tuh dibenci sekarang oleh
aktivis lingkungan, tapi dipuji oleh kelompok yang mapan? Misalnya, itu ngerti kan
harus ngerti Ekonomi berarti. Jadi inter-connected antara itu. Tapi mas nggak bisa itu
kalau di Olahraga, nggak ngerti sama sekali. Paling kalau misalnya ada isu korupsi di
FIFA, kalau masalah itu mas ngerti. Tapi harus lintas. Dia harus punya
kesinambungan antara desk satu dan desk lainnya. Terutama Bisnis dan Politik.
A: Kalau dari kantor itu ada ketentuan wartawan buat wawancara face-to-face nggak
sih, mas? Kan media online nih, harus cepet kan.
N: Oh, nggak juga. Kayak tadi tuh misalnya ada yang lagi telepon narsumnya
langsung. Kecuali kalau kita anggap orangnya itu penting dan tokoh.
A: Tapi kan kadang kalau di telepon itu terbatas jawabnya gitu, mas.
N: Iya, tapi biasanya telepon kalau kita rekam, kita catet.
A: Jadi nggak wajib buat wawancara tatap muka ya, mas?
N: Nggak. Nggak. Karena kadang-kadang kan lama. Orangnya juga belum tentu bisa
kan. Itu malah kebanyakan jawaban berita tuh dari telepon. Telepon, e-mail,
WhatsApp. Kalau misalnya berita di lapangan apa, yang baru kejadian tuh apa, yang
dikembangin sama temen-temen wartawan kan telepon atau lewat WhatsApp atau
apa. Pokoknya komunikasi yang nggak ketemu orang. Kecuali kalau kita mau ngejar
khusus, orangnya tuh penting, yang jadi liputan khusus, ya kita wawancara dia,
ketemu, dan itu biasanya sama video.
A: Oh, video juga, mas?
N: Iya, sama video.
A: Misalnya nih, kalau di kantor itu udah nentuin, “Nanti kejar si narsum ini ya”,
misalnya tokoh politik ini, ini, ini. Tapi si Reporternya tuh ada kendala buat ngejar
ini, terus dia emang punya contact yang deket dari tokoh politik lain. Terus gimana
kalau dia ngusulin ini aja. Gitu boleh nggak, mas?
N: Kalau sepanjang itu relevan ya nggak apa-apa. Jadi misalnya gini, misalnya mas
mau wawancara “Apakah benar antara AMP, Angkatan Muda Partai Golkar tuh
berantem dengan si Brigadir Beringin?” Brigadir Beringin tuh baru dibentuk Januari
kemaren, eh April 2017. AMPG-nya itu angkatan partai lama. AMPG-nya nggak
seneng sama Brigadir Beringin ini. Kalau misalnya mas tanya, “Harus ambil nih si
Setyo Novanto”. Setyo mungkin nggak mau disederhanain, tapi dia sumber yang
relevan. Contact siapa, juru bicara partai Golkar, bisa. Misalnya Nurul Arifin, itu
bisa, yang penting relevan.
A: Yang berkaitan gitu yang penting ya, mas?
N: Iya, dia saksi. Istilahnya orang yang tau dalam peristiwa itu.
A: Jadi nggak harus ngikutin keinginan si kantor ya, mas?
N: Oh, nggak. Kalau misalnya nggak dapet ini ya dia harus cari alternatif. Kecuali
kalau misalnya dia punya sumbernya saksi yang korupsi-korupsi. Kalau misalnya gitu
kan artinya bagus. Karena buat Headline-nya juga bagus. Ya udah beritanya yang
eksklusif.
A: Sebelumnya mas Nugi dulu lulusan mana, mas?
N: Psikologi. UII yang di Jogja.
A: Oh, dari Jogja. Tahun berapa tuh, mas?
N: Tahun berapa ya, 2004. Angkatan 1996. Dulu 96, Dea di mana?
A: Baru satu tahun, mas.
N: Oh iya? Haha. Setahun ya.
A: Iya, 1995 saya. Hehe. Mas Nugi sebelum di CNN pernah kerja di mana? Media
juga, mas?
N: Masuk Bisnis sih. Iya, dulu waktu abis lulus kan. Malah sebelum lulus pernah
masuk kerja di Majalah Pantau 2 tahun. Tau nggak?
A: Kayak pernah denger sih, mas.
N: Iya, jadi di Majalah Pantau tuh nulis tentang hutan kayu ya. Mas masuk itu pas
skripsi. Itu nulis Majelis Mujahidin.
A: Itu di bagian Naspol juga, mas?
N: Itu di Nasional/Politik. Jadi waktu itu mas pakai pers mahasiswa. Nah, terus
ditawarin di Jakarta, “Apakah lu mau ngangkat apa”, ya mas pilih Mujahidin
Indonesia. Terus lulus dari sana, terus ke Jakarta 2004 ya. Terus magang di Bisnis
Indonesia 2005, masuk Bisnis sampe 2016.
A: Baru ke sini, mas? CNN Indonesia?
N: Iya, baru setahun.
A: Terus baru masuk yang online itu sekarang, mas, pas di CNN?
N: Di Bisnis Indonesia sebenernya mas online juga, tapi tidak seintensif yang
sekarang. Lebih dalam lagi, kalau online tuh sebenernya di sini. Di sana sama, ada
yang ngedit juga. Kadang-kadang bahasa Inggris malah. Karena dulu di Bisnis tuh
punya yang bentuknya dot com, tapi kebanyakan temen-temen mas itu, mas kerjanya
cuma penerjemah. Jadi terjemahin berita Indonesia ke Inggris. Nah, mas yang
terakhir, baru dinaikin. Gitu sih Editor. Prosesnya sama, tapi nggak seintensif yang
CNN yang lebih cepet. Tapi nggak semua beritanya dinaikin juga sih. Jadi mas ngerti
soal CMS ya, Content Media System tuh mas ngerti. Tapi di sini lebih ribet kan, di
sana lebih sederhana. Soal google analytic sudah ngerti dari waktu di sana. Ada rapat-
rapat soal icon viewer gitu kan, cuma nggak seintensif kayak yang di sini. Jadi di
Bisnis ada 2 malah, di cetak sama online. Tapi di sana nggak terlalu dikembangin
bagian online-nya. Kurang didalami. Pas masuk sini, baru mas belajar soal digital,
soal pembaca. Apa yang harus dilakuin sih supaya beritanya itu efektif dibaca dan
ngasih pesan penting buat publik. Gitu aja sih.
A: Mas Nugi pernah ngedit berita yang video nggak? Kayak misalnya masukin video
nih, terus di naskahnya ada ketentuan berapa paragrafnya atau cuma ringkasannya
aja?
N: Kalau video sih macem-macem ya, kalau maksudnya Dea video yang apa nih?
Aku & Jakarta atau apa?
A: Yang Aku & Jakarta, mas.
N: Kalau yang itu sih lebih ke mbak Ike. Kalau mas paling cuma ngeliatin yang hasil
akhir aja, ini sudah lengkap belum. Karena dia dari TV juga kan, sense-nya juga beda
soalnya. Tapi kalau yang naskah buat TV kan beda sama cetak, yang hurufnya gede-
gede semua tuh yang marah-marah. Hahaha. Itu jauh lebih pendek dibandingkan yang
artikel biasa kan. Kalau di sini yang feature paling cuma 3 menit doang kok, sekitar
itu. Naskahnya kebanyakan mbak Ike.
A: Kalau artikel biasa gitu ada ketentuan nggak, mas, untuk berapa paragrafnya?
N: Oh, nggak, nggak. Bisa lebih dari 5. Ya paling rata-rata 5 sampai 7 ya. Jadi narasi
nggak dibacanya kepanjangan.
A: Nggak bikin bosen gitu ya, mas.
N: Nggak bikin bosen, iya. Orang kan nonton, bikin video ada sih yang 5 menit, tapi
pas 2 sampe 3 menit udah bosen.
A: Kalau awalnya nggak menarik juga bikin bosen ya, mas.
N: Iya, jadi bikin pindah kan.
A: Iya, mas, saya juga gitu. Hehe. Ya udah, mas, segitu dulu aja mungkin untuk hari
ini.
N: Oh udah? Oke deh.
Wawancara : Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Waktu : Tanggal 29 Juni 2017, Jam 11.30-15.00
Tempat : Kementerian Perhubungan, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat
Anindia: Tadi kak Bintang ngambil angle yang beda ya? Karena transkrip
wawancaranya cuma ambil yang dari pertanyaan kak Bintang aja ke narsum.
Bintang: Iya, kan gua bahas soal di Dermaga Merak yang masuk banyak tapi nggak
padet. Mereka mengharapkannya sih seperti itu sampe selesai. Sampe gua nanya kan,
“Pak sampe hari H-3 itu justru padat banget di sana, di Merak ya. Nanti yang balik ke
sini gimana?” Cuma ya namanya harapan. Kalau mereka, media lain, buatnya cuma
itu doang, tapi kalau gua bakal dibagi-bagi tuh. Darat, darat sendiri. Yang laut, laut
sendiri. Dipisah-pisahin aja. Biar banyak beritanya.
A: Hari ini ikut liputan karena mau nanya-nanya juga sih, kak.
B: Ya udah, tapi gua sambil kerja ya.
A: Iya, kak. Besok kak Bintang agendanya kayak gini lagi?
B: Kemungkinan besok gua ke sini lagi. Cuman besok karena ada puncak arus balik,
mungkin akan kerja banget di sini. Mungkin ya.
A: Di CNN kalau berita itu dinaikin, full text dari kak Bintang atau nggak?
B: Kadang-kadang. Tergantung, kalau misalkan background-nya kurang, kantor
kadang-kadang ngasih background sendiri. Kekurangan data gitu. Tapi kalau
misalkan mereka nggak punya data, “Eh Ntang ada datanya nggak?” Biasanya nanti
dirangkapin lagi. Cuman biasanya sih nggak ya. Ya paling ngeliat typo-nya doang.
Logika bahasa oke. Typo oke. Tinggal ganti judul.
A: Tapi kalau caption foto dari Reporter, kak?
B: Iya. Jadi kita emang kalau kasih foto, kita pasti disuruh bikin caption kan. Ngerti
kan lu? Caption-nya itu bukan yang misalkan kayak tadi, Kepala Posko ditemui di
sini. Nggak, bukan kayak gitu.
A: Lebih menjelaskan gitu kan, kak?
B: Iya. Jadi dia cuma ngelengkapin, Kepala Posko ini si Danto siapa, menilai arus
balik lewat jalur laut sudah mulai terlihat. Udah, kayak gitu. Jadi bukan dilihat dia
lagi di sini, lagi gini, nggak.
A: Itu nggak ada ketentuan harus berapa paragraf ya, kak?
B: 1 paragraf itu maksimal 2 kalimat.
A: Paling banyak berapa paragraf biasanya, kak?
B: Satu berita, CNN bisa sampe 10-11 kali. Kadang-kadang bisa sampe 15. Kalau
nggak males ya.
A: Kak Bintang dari dulu awal masuk CNN, selalu ditaruh di pos ini apa pernah di
mana?
B: Gua pertama kali di CNN itu di Mabes Polri.
A: Itu Naspol juga, kak?
B: Itu sih desk Hukum ya. Tapi gua nggak pernah keluar dari desk Nasional dan
Hukum. Gua nggak pernah ke Techno. Gua nggak pernah ke Ekonomi. Nggak pernah
ke Olahraga. Jadi pasti di satu desk, cuma pindah pos-posnya doang. Ini mah gua ke
sini, sebenernya kan posnya anak Ekonomi. Cuma karena lagi lebaran. Kalau lebaran
kan isunya tuh isu-isu Nasional. Jadi gua ke sini.
A: Terus kayak pernah bikin berita yang lagi ada di pos ini, tiba-tiba dia ngomongin
Ekonomi gitu nggak, kak?
B: Pernah. Ya kan kalau di JK kan isunya banyak. Bisa Olahraga. Bisa Ekonomi. Itu
mau nggak mau kita bikin. Tapi kalau isunya yang gua ngerti banget ya gua kirim
kantor.
A: Tapi tetep kirimnya ke Naspol, kak?
B: Nggak lah. Kalau bahas Ekonomi ya ke Ekonomi. Nanti di-CC gitu loh, misalnya
send ke Ekonomi terus CC-in ke Nasional. Atau kadang-kadang kalau emang
bingung banget ya. Apa lagi Ekonomi kan susah ya. Takutnya salah kan. Kemaren
gua sempet salah soalnya. Terus yang bikin salah, fatal sih. Ya akhirnya gua lebih
milih kirim transkrip, “Bang ini gua udah transkrip, abang yang bikin berita.”
A: Itu kirim ke anak Ekonomi nya, kak?
B: Iya. Kadang-kadang kita bikin nggak rame kan bikinnya, “Ya udah gua aja yang
bikin”. Biar nggak ada missed-missed-nya. Kalau Olahraga gua masih bikin sendiri,
karena gua seneng Olahraga ya gua bikin sendiri.
A: Berarti suka bikin buat desk lain juga ya, kak?
B: Iya. Itu tergantung pos-nya kan. Kalau kayak Wapres, Istana gitu kan semua
isunya mutualism.
A: Berarti nggak selalu di Naspol, kak?
B: Kalau bikin beritanya nggak. Tapi kalau di Polhukam ya itu isunya kan masuknya
ke Nasional/Politik ya.
A: Terus kalau ambil angle itu harus sesuai keinginan kantor apa buat sendiri, kak,
biasanya?
B: Kalau kantor mengarahkan, mau nggak mau. Tapi kalau kita menemukan angle
yang lebih bagus, sikat aja.
A: Itu dikembangin,kak?
B: Dikembangin. Kayak tadi kan gua di sini nggak ada arah. Gua nanya sendiri.
Karena gua tau itu datanya kayak gimana. Gua kemaren ke sini, gua tau datanya ya
gua tanya, “Pak kok ini masih banyak orang yang keluar?” Jakarta sih. Padahal 4 hari
lagi ya. Bentar lagi selesai liburan. Besok katanya puncak masih banyak yang keluar.
Itu kan kita ngembangin sendiri. Kita nggak disuruh. Gua nggak disuruh kantor ini.
A: Itu beda dari media yang lain ya kalau nanya gitu, kak?
B: Ya mau nggak mau kalau saat kita ngomongnya itu, ya yang lain pasti akan milih
juga kan.
A: Hmm iya sih.
B: Nah, makanya kita cepet-cepetan.
A: Terus biasanya kak Bintang selalu wawancara doorstop apa pernah wawancara
mendalam?
B: Pernah. Pasti pernahlah.
A: Misalnya, kak?
B: Gua pernah wawancara siapa ya. Lupa eh. Tapi gua pasti pernahlah. Jadi setelah
wawancara gini tiba-tiba gua melipir sendiri tuh nanyain hal yang lain ya. Pernahlah.
Tapi belum pernah yang kayak pejabat. Jokowi gitu, JK gua belum pernah.
A: Terus kalau misalnya wawancara mendalam gitu, janjiannya kayak gimana, kak?
Apa langsung dateng gitu aja?
B: Kan gak mungkin ya kalau pejabatnya ini. Kadang-kadang harus pake surat dulu.
Eh, Agus Yudhoyono gua pernah wawancara yang khusus. Tapi itu harus pake surat.
A: Itu janjiannya gimana, kak?
B: Pake surat. Jadi kita mau wawancara. Biasanya kan kadang-kadang kita yang
nentuin jadwalnya, kadang-kadang dia yang nentuin jadwalnya. Janjiannya gitu.
Janjiannya pake surat. Tapi beda kalau misalnya emang udah kenal banget ya tinggal
SMS. Kalau udah kenal ya, kalau udah kenal, “Pak maaf ini bisa janjian nggak. Kapan
nih harinya nih. Yaudah hari ini aja. Gini, gini, gini, gini”. Pernah, waktu itu
wawancara orang BMKG. Karena orang BMKG kita udah akrab ya, pasti tinggal
WhatsApp, “Pak bisa wawancara khusus nggak. Oh dateng aja ke kantor”.
A: Tapi kalau misalnya udah akrab gitu pernah wawancara lewat telepon aja nggak,
kak?
B: Pernah, kalau mau.
A: Tapi dia jawabnya panjang, kak?
B: Iya. Cuma kalau gitu kan ngabisin pulsa kita ya. Gua sih prefer WhatsApp aja,
panjang udah.
A: Terus kalau kantor ngasih tugas, “Nanti suruh wawancara narsum ini ya”, gimana
kak Bintang nyari contact narsumnya?
B: Ya lewat temen-temen. Kadang-kadang nanya orang kantor juga, “Mas punya
nomernya ini nggak?” Kalau punya nomernya ya bagus. Kalau misalkan mereka
nggak ada sih, saya nyari dulu.
A: Jadi dari draft penugasannya dia, “Nih contact si ini nih”. Gitu, kak?
B: Iya, bisa aja. Kalau kita nggak punya nomernya ya minta ke anak-anak, “Lu punya
nomer ini nggak? gua minta dong”. Gitu sih biasanya.
A: Boleh nggak sih, misalnya, kantor udah nentuin narsum ini. Misalnya dari kantor
ada isu tentang politik-lah. Terus nanti kantor nugasinnya, “Nanti temuin tokoh
politik yang ini ya”. Terus kak Bintang susah nih, misalnya dia sibuklah.
B: Ya kalau kayak gitu tinggal bilang, “Mas susah orangnya”.
A: Tapi kak Bintang punya opsi lain?
B: Ya nggak apa-apa, “Kalau misalnya dia aja boleh nggak mas?” Ya tergantung
kantor ya, “Kan kita butuhnya dia”. Ya udah jadi kita tunggu sampe dia respon aja.
Gitu kan. Paling gitu.
A: Kalau misalnya disuruh ngeliput isu, terus cari narsumnya harus sendiri atau udah
ditentuin kantor? Apa lagi di pos kayak gini nih.
B: Kadang-kadang kantor udah punya isu sendiri. Tapi kalau kayak di Wapres,
Polhukam, itu sedikit banget.
A: Nah itu gimana, kak?
B: Ya itu kita hanya ngumpul dari anak-anak aja atau karena kita udah sering nge-pos
di situ jadi kita tau apa yang mau kita tanyain. Ya udah. Kemaren kan kita nanya soal
isu HTI. Kemaren belum dijawab nih. Besok mau gimana lagi.
A: Pernah nggak sih pas Reporter ngirim berita ke kantor tapi malah nggak dinaikin?
B: Sering. Karena bapuk kali. Mungkin, pertama karena emang bapuk. Tapi kalau
bapuk pasti dikasih tau. Jadi sebenernya gua dulu sering protes. Gua udah ngirim
berita, kok malah dianggurin. Bener-bener nggak di ini. Misalkan, kayak gini nih, kan
gua ngirim e-mail nih. Langsung dia bilang, “Diambil”. Berarti seenggaknya kita tau,
nih berita kita udah dibaca nih.
A: Itu yang tadi, kak?
B: Iya, yang tadi. Nah, kadang dianggurin. Sampe busuk tuh berita.
A: Tapi pernah dinaikin besok-besoknya gitu nggak, kak?
B: Seminggu kemudian gua pernah. Terus gua bilang ke Pemred, “Mbak ini
maksudnya apa ya, berita gua dari seminggu yang lalu baru dinaikin minggu ini.
Gimana sih”. Padahal dia yang minta. Jadi gua udah pernah telepon ini, gua bikin
beritanya, oke. Eh, dinaikinnya minggu depan.
A: Telat dong, kak?
B: Telat bangetlah. Gua kemaren bilang, “Maksudnya apaan sih”. Makanya gua
sering protes, “Mbak, ini kenapa sih kalau misalnya ada berita yang nggak naik,
nggak pernah ada yang ngasih tau apa-apa, didiemin aja”. E-mail-nya tuh kosong,
nggak ada yang nge-reply. Ada satu Editor yang udah resign kemaren. Dia selalu di
ini, diambil. Tapi gak lama kemudian, “Ntang ini di-drop ya, beritanya gini-gini”.
Oke, it’s fine, gitu kan. Dibilanginlah kalau beritanya kurang, ada yang kurang apa.
“Kalau bisa ditambah ya tambahin. Kalau misalnya emang nggak bisa ya udah kita
drop”. Oke. Ada yang diambil, dianggurin. Ada yang diambil, beritanya nggak naik.
Ada juga yang nggak diambil dan nggak naik. Itu yang bikin males. Serius.
A: Kayak udah bikin berita tapi malah nggak dinaikin ya, kak.
B: Iya. Giliran kita bikin berita cepet, malah nggak naik. Sering gitu. Sering gua.
A: Ada batas pengumpulan nggak sih, kak, setiap harinya buat ngirim berita?
B: Kalau di CNN nggak ada. Tau diri aja.
A: Itu selalu terbit 24 jam ya, kak?
B: Ya, 24 jam kurang lebih. Tapi kalau malem ya biasanya orang males. Nggak ada
yang baca juga soalnya.
A: Terus kalau biasanya rapat yang Reporter ikut tuh agendanya ngapain aja, kak?
B: Evaluasi.
A: Itu datengnya sebulan sekali, kak?
B: Sebulan sekali. Reporter ada kesulitan apa, perlu ngapain, kantor masalahnya apa
sama yang di lapangan. Apakah koordinasinya kurang atau segala macem. Ya paling
gitu-gitu doang.
A: Itu yang hadir siapa aja, kak?
B: Semuanya. Pemred, Writer, Editor, Reporter, semuanya. Kecuali OB ya.
A: Itu ada jadwalnya nggak sih kalau rapat gabungan tuh harus tanggal berapa atau
gimana, kak?
B: Nggak sih, biasanya akhir bulan. Kalau nggak akhir bulan, awal bulan. Itu aja
pilihannya.
A: Selalu sebulan sekali, kak?
B: Sebulan sekali.
A: Kan katanya di pos sini sepi nih, nah terus lebih nyari isu atau angle yang kayak
gimana sih, kak? Kan bikin beritanya tergantung segmentasi CNN ya.
B: Kalau emang, sebenernya isu ya. Kayak tadi gitu. Sekarang itu udah arah arus
balik, saat dia ngomongin arus mudik, udah kita nggak usah apa. Udah diemin aja,
udah nggak usah bahas lagi. Fokusnya ke arus balik kayak tadi. Yang jalan ini udah
mulai rame segala macem. Kalau dibanding anak TV mah mereka pasti ketinggalan
banget ya. Kita mainin isunya ya kayak tadi. Karena gua tau datanya. Gua setiap hari
ke sini jadi bisa dong update ke dia, “Pak ini katanya udah mulai arus balik tapi
sampe sekarang jumlah kendaraan yang keluar Jakarta lebih tinggi”. Itu kan kita bikin
isu sendiri, berdasarkan data yang kita baca. Kayak gitu. Walaupun sepi. Tapi kalau
misalnya sepi banget, ya mau nggak mau ada apapun.
A: Nyari isu sendiri, kak?
B: Ya.
A: Biasanya kak Bintang lebih suka isu yang kayak gimana sih buat pembaca CNN?
B: Gua kalau kecelakaan nggak. Kayak tadi ada kecelakaan, gua nggak pernah bikin.
Tergantung ya. CNN sih sekarang sebenernya isunya lebih ngikutin isu yang lain sih.
Misalnya sama gitu. Dulu sih CNN kadang-kadang isunya beda sendiri. Sekarang-
sekarang udah jarang mainin isu sendiri. Kalau dia sukanya sih, apa ya, gua sih
sukanya berita Olahraga soalnya. Serius. Gua kalau bikin berita Olahraga senengnya
minta ampun. Semangat gua.
A: Biasanya kalau pertanyaan buat narsum itu dibuat kantor atau buat sendiri, kak?
Misalnya dari kantor nugasin “Ntar follow up tentang ini ya”.
B: Itu kalau liputan khusus. Kadang-kadang kantor ngasih. Kadang-kadang ya karena
kalau kita ngasih itu ada pertanyaan yang bisa dikembangkan, ya kita kembangin
sendiri. Tergantung. Kantor biasanya suka ngasih pertanyaan dasar doang gitu. Ini,
ini, ini. Kalau emang ada pertanyaan yang lebih menarik, kembangin aja.
A: Tapi kalau misalnya media udah banyak yang angkat gitu, terus pernah nggak sih
ngurangin pertanyaannya?
B: Ya kalau udah ditanya sama mereka, ngapain kita nanya-nanya lagi. Misalnya
kalau jawabannya bapuk, nanya lagi, “Pak jadi gimana nih soal ini, ini, ini”. Gitu
paling.
A: Pernah ubah angle nggak, kak? Misalnya, dari kantor udah nentuin, nanti angle-
nya tentang gini ya terus diubah sama kak Bintang.
B: Sering. Ya itu, karena bapuk itu.
A: Nggak menarik nih, gitu ya, kak? Kayak yang kemaren di Kemenhan.
B: Iya. Itu kan nggak ada yang menarik, ya udah garap aja.
A: Itu yang di Kemenhan kemaren, ngambil isunya, kalau kak Bintang sendiri
ngambilnya yang gimana dari keseluruhan acara?
B: Acara nggak. Gua nggak garap acaranya sama sekali. Kecuali emang penting ya.
Gua kemaren yang lu ikut itu kan acaranya nggak gua bikin. Gua bikin cuma yang
kerjasama, yang Titiek Puspa nyanyi itu gua nggak bikin, yang anak-anak gua nggak
bikin. Gua cuma bikin yang soal kerjasama Dewan Lapas ya. Tapi itu nggak
semuanya diambil.
A: Yang acaranya nggak, kak?
B: Nggak. Kayak kemaren yang gua blusukan itu, yang kemaren gua blusukan sama
Sekjen itu. Itu gua kunjungannya nggak ada yang gua bikin.
A: Caranya nembus narasumber yang penting-penting gitu gimana sih, kak, biasanya?
B: Gimana ya, kadang-kadang kita harus menjilat sih. Kadang kita harus baik-baikin
mereka, tapi kalau gua males. Kayak waktu kemaren pas nempel AHY, anak-anak
pasti pengen wawancara khusus dengan Agus. Nah, kalau itu kan banyak tim-tim
suksesnya. Kita harus menjilat dong. Kita harus bikin berita yang bagus, segala
macem. Kalau gua nggak, kalau emang adanya bapuk ya ngapain gua beritain dia
yang bagus-bagus.
A: Tapi cuma AHY doang, kak? Yang lain-lainnya?
B: Ya kalau gua, so far, selama jadi wartawan narsum yang paling deket ya cuma
AHY doang. Enam bulan ngikutin dia dari awal sampe selesai. Sampe sekarang juga
masih akrab sama tim-timnya, jubirnya ya masih akrab.
A: Itu termasuk framing ya? Kan CNN komisarisnya itu.
B: Tapi kalau lu baca berita gua soal AHY tuh nggak ada yang bagus.
A: Tapi kalau ke Anies-Sandi atau Ahok?
B: Gua nggak pernah deketin mereka.
A: Tapi di CNN ada ya, kak?
B: Ada. Ya CNN mencoba, walaupun arahnya ke sana, tapi mencoba netral. Ya
sebenernya kayak JK gua nggak terlau akrab. Wiranto juga, mungkin kenal muka
doang ya. kalau AHY udah akrab banget.
A: Sebelum di CNN pernah kerja di mana, kak?
B: Baru ini. CNN langsung.
A: Tahun berapa masuknya, kak?
B: 2014.
A: Itu langsung dimasukin ke pos ini, kak?
B: Langsung di Naspol. Nggak pernah gua nyobain pos lain.
A: Itu langsung ditentuin sama kantor atau keinginan sendiri sih, kak?
B: Kantor.
A: Dulu lulusan Unpad ya, kak?
B: Iya, Unpad.
A: Itu di Unpad jurusan apa, kak? Jurnal?
B: Iya, jurnalistik.
A: Tahun berapa, kak?
B: Gua angkatan 2009, lulus 2014. Jadi gua nganggurnya bentar. Alhamdulillah. Jadi
gua tuh lulus April, wisuda Mei, Agustus gua udah kerja.
A: Di sini, kak? CNN?
B: Iya, cepet ya. Gua sebenernya udah keterima dari bulan puasa. Itu bulan puasanya
Juli kalau nggak salah. Tapi gua minta masuk kantor setelah lebaran.
A: Itu kalau judul berita pas dinaikin sesuai sama tulisan si Reporter nggak sih, kak,
biasanya?
B: Pasti beda. Kecuali kalau emang udah pas banget ya nggak diganti.
A: Kak Bintang pernah bikin berita yang bentuknya video nggak?
B: Pernah, dulu.
A: Itu yang ngedit kak Bintang sendiri?
B: Nggak, kantor.
A: Jadi kak Bintang cuma kasih stock shoot nya itu ya?
B: Yes. Gua pernah nampang malah. Pamer aja pamer.
A: Itu video ada ketentuan harus berapa menit nggak sih, kak?
B: Maksimal 3 menit.
A: 3 menit doang, kak?
B: Yes.
A: Itu teksnya juga buat sendiri ya, kak?
B: Naskahnya? Iya.
A: Ya udah deh, mungkin hari ini segitu dulu aja ya, kak, pertanyaannya. Hehe.
B: Udah? Oke deh. Alhamdulillah.
LAMPIRAN III
FOTO OBSERVASI
Suriyanto mengedit laporan berita dari e-mail yang sudah dikirim Reporter di
lapangan (20 Juni 2017)
Rapat antar desk Nasional/Politik (20 Juni 2017)
Rapat redaksi gabungan semua desk (20 Juni 2017)
Bintang mengambil foto saat acara peluncuran “Bela Indonesiaku” di
Kemenhan RI (21 Juni 2017)
Bintang merekam pidato Titiek Puspa (21 Juni 2017)
Bintang melakukan beberapa wawancara doorstop di Kemenhan RI (21 Juni 2017)
Bintang melakukan wawancara doorsop dengan Menko Polhukam, Wiranto, dan mengambil foto narasumber di Kemenko Polhukam (21 Juni 2017)
Bintang membuat laporan berita untuk dikirim kepada kantor melalui e-mail (21 Juni 2017)
Suasana kerja Writer dan Editor di kantor CNN Indonesia (27 Juni 2017)
Suasana kerja Redaktur Pelaksana, Writer dan Editor di kantor CNN Indonesia (28 Juni 2017)
Peneliti bersama Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Peneliti bersama Suriyanto, Editor cnnindonesia.com
Peneliti bersama Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana cnnindonesia.com
LAMPIRAN IV
SCREENSHOT BERITA CNNINDONESIA.COM
LAMPIRAN V
Profil Gusti M. Anugerah Perkasa, Redaktur Pelaksana cnnindonesia.com
Profil Suriyanto, Editor cnnindonesia.com
Profil Aulia Bintang Pratama, News Developers cnnindonesia.com
Aulia Bintang Pratama
11 Februari 1992
Jl. Bumi Asih No 25,
Komplek Santosa Asih Jaya,
Bandung
085724004613/081324435077
[email protected] / [email protected]
Riwayat Pendidikan
1996 – 1997 TK Aryandini Bandung
1997 – 2003 SDPN Sabang Bandung
2003 – 2006 SMPN 2 Bandung
2006 – 2009 SMAN 22 Bandung
2009 – 2014 Universitas Padjadjaran
Fakultas Ilmu Komunikasi
Program S1 Jurusan Ilmu Jurnalistik – IPK 3,42
Pengalaman Kerja
Curriculum Vitae
Februari – Maret 2013 Surat Kabar Harian Ekonomi Bisnis Indonesia
Biro Jawa Barat.
Magang sebagai reporter selama 55 Hari Kerja.
April – Mei 2013 STV Bandung / Kompas TV Biro Bandung.
Magang sebagai reporter selama 45 Hari Kerja.
Pengalaman Organisasi & Kegiatan Kepanitiaan
2011 Anggota Divisi Publikasi dan Dokumentasi acara SCTV Goes To Campus
Bertugas mempublikasikan acara dan
mendokumentasikan acara tersebut.
2011 Anggota Divisi Logistik acara Parade Jurnalistik
2011
Mengurus segala hal berbau logistik dari acara
tersebut.
2011 Anggota Divisi Dana dan Usaha Malam
Keakraban HMJ 2011.
Bertugas untuk mengumpulkan dana untuk
menjalankan Malam Keakraban HMJ 2011.
2011 – 2012 Anggota Divisi Transportasi Orientasi Jurnalistik 2012
Mengurus perihal transportasi dan bekerja sama dengan divisi lain yang membutuhkan transportasi.
2011 – 2012 Anggota Divisi Kesejahteraan Anggota Himpunan Mahasiwa Jurnalistik
(HMJ) Periode 2011 – 2012.
2012 Kepala Divisi Transportasi SCTV Goes To Campus 2012
2012 – 2013 Kepala Divisi Kesejahteraan Anggota HMJ
Periode 2012 – 2013
Kemampuan
• Mampu membuat berita cetak dan elektronik.
• Menguasai kemampuan dasar menggunakan kamera.
• Memiliki kemampuan public speaking.
• Menguasai 3 jenis Bahasa, Indonesia, Inggris dan Sunda.
• Mampu bekerja di bawah tekanan.
Portofolio
Mata Kuliah Feature Tv
http://www.youtube.com/watch?v=JZJpG4pD7Ow
http://www.youtube.com/watch?v=iqBtlLn513w
Mata Kuliah Produksi Jurnalisme Tv
http://www.youtube.com/watch?v=LZTEyczsgk8
http://www.youtube.com/watch?v=2-ezUibP7DU
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Anindia Puspita Della. Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 30 April 1995 dari ayah yang bernama Tito Sudiarto dan ibu bernama Fipty Aryani. Penulis merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Negeri 1 Pamulang pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2007. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SMP Taruna Mandiri dan tamat pada tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMAN 6 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2013. Setelah tamat SMA, penulis diterima di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara. Penulis merupakan salah satu anggota fotografi bernama Obscura Photography di kegiatan kampusnya.