Upload
ikapramita81999
View
72
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Thalasemia pada anak
Citation preview
KWASHIORKOR DAN MARASMUS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Dalam Mata Kuliah Gizi dan Terapi Diet
DISUSUN OLEH:
ADE RIANI
NIM : 111220032
STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
Jl.Surya kencana No.1 Pamulang Tang-Sel Banten
2013
1. Carilah masalah utama dari artikel tersebut!
Jawaban :
Faktor penyebab munculnya kasus busung lapar di berbagai daerah
tidak tunggal yang kemudian bermuara pada sistem tidak kondusif.
Busung lapar tidak terkait dengan masalah kemiskinan semata, Di
beberapa kalangan masyarakat memang ayah lebih diutamakan dalam
hal makanan. Pola makan semacam ini amat merugikan karena istri dan
anak makan seadanya. Malahan banyak anak hanya diberi air tajin.
Dalam kasus busung lapar di NTB dan NTT, ledakan jumlah penduduk
akibat kurang berjalannya program keluarga berencana selama lima
tahun terakhir juga ikut andil. Karena anaknya banyak, orangtua sulit
memenuhi kebutuhan gizinya.
Persoalan makin bertambah karena pemerintah pusat dan daerah
saling melempar tanggung jawab penanganan kesehatan sejak otonomi
daerah. Sedangkan Depkes juga tidak boleh lepas tangan dan
meningkatkan surveilans.
2. Buatlah inventarisir dan berikan solusi yang dapat dilakukan oleh
tenaga medis dalam kasus marasmus dan kwashiorkor!
Jawab :
A. Memberikan Perawatan gizi buruk melalui Puskesmas perawatan
dan Rumah Sakit
B. Melakukan operasi sadar gizi yang mencakup deteksi dini
penemuan
C. Kasus melalui operasi timbang dengan mengukur balita di seluruh
propinsi NTB, membuat mapping gizi buruk.
D. Memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan melalui Posyandu,
Tokoh Agama (Tuan Guru), Perkumpulan Keagamaan dan kelompok
potensial lainnya.
E. Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan Puskesmas dan
diRumah Sakit Negri geratis.
F. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk
melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui
kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.
3. Cari sumber ilmiah dari 3buku untuk mengobati lewat terapi diet,
kesling, hygen pribadi dalam kasus marasmus dan kwarsiorkor!
Terapi Diet
A. Tingkat Rumah Tangga
1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi
kecil dan sering kepada anak sesuai dengan kebutuhan.
2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
B. Tingkat Posyandu /PPG
1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah
sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti
anjuran makanan (lampiran 5)
2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak,
perlu mendapat makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan
komposisi gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari,
yaitu :
Energi 350 – 400 kalori
Protein 10 - 15 g
3. Bentuk makanan PMT-P
Makanan yang diberikan berupa :
a. Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan
setempat/lokal.
b. bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung
lainnya, tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan,
sayuran, telur dan lauk pauk lainnya
c. Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-
P) yang dibawa pulang
Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :
Alternative Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari
I Beras 60 g Telur 1 butir atau kacang-
kacangan 25 g
gula 15 g
II Beras 70 g Ikan 30 g -
III Ubi/singkong 150 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g
V Tepung ubi 40 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g
4. Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan
setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
5. Cara penyelenggaraan
a. Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan
Gizi (PPG).
b. Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan
makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan
makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader
membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan
6 hari.
C. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk
memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup
vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal.
Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu :
pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta
tindak lanjut.
I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi
b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak
tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu
(lihat hal 12)
e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi
menjadi 100 ml/Kg bb/hari
f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik
g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa,
dan rendah serat
i. Terus memberikan ASI
j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan
berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali
makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung diberikan
makanan anak secara bertahap
Tabel 1 :
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
ZAT GIZI
FASE
STABILISASI TRANSISIREHABILITASI
Energi 100
Kkal/kgbb/hr
150 Kkal/kgbb/hr 150-200
Kkal/kgbb/hr
Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr
Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8
Asam Folat Idem Idem Idem
Zink Idem Idem Idem
Cuprum Idem Idem Idem
Fe Idem Idem Idem
Cairan 130 ml/Kgbb/hr
atau 100
ml/kgbb/hr bila
ada edema
150 ml/Kgbb/hr 150-200 ml/Kgbb/hr
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
Fase Waktu
Pemberian
Jenis
Makanan
Frekuensi Jumlah Cairan (ml) Setiap
Minum Menurut BB Anak
4 kg 6kg 8kg 10kg
Stabilisasi Hari 1-2
Hari 3-4
Hari 5-7
F75/
modifikasi/
Modisco ½
F75/
modifikasi/
Modisco½
F75/
Modifikasi/
Modisco ½
12 x (dg ASI )
12x(tanpa
ASI)
8 x ( dg ASI)
8x(tanpa ASI)
6 x (dg ASI)
6x(Tanpa
ASI)
45
45
65
65
90
90
65
65
100
100
130
130
-
95
-
130
-
176
-
110
-
160
-
220
Transisi Minggu 2-
3
F100/modifi
kasi/Modiso
I Atau II
4 x (dg ASI )
6 x ( tanpa
ASI)
130
90
195
130
-
175
-
220
Rehabilita
Si
Minggu 3-
6
F135/modifi
kasi/Modiso
III, ditambah
Makanan
3x ( dg/tanpa
ASI )
90 100 150 175
BB < 7 Kg lumat/makan
Lembik sari
buah
3 x 1 porsi
1 x
-
100
-
100
-
1
100
-
100
BB >7 Kg Makanan
lunak/makan
An biasa
Buah
3 x 1 porsi
1 –2 x 1 buah
-
-
-
-
-
-
-
-
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi
diperlukan:
Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori
dari 3 kali makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari
buah
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan Per 100 mlF 75
F 100 F 135
FORMULA WHO
Susu skim bubuk G 25 85 90
Gula pasir G 100 50 65
Minyak sayur G 30 60 75
Larutan elektrolit Ml 20 20 27
Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000
NILAI GIZI
Energi Kalori 750 1000 1350
Protein G 9 29 33
Lactosa G 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Magnesium Mmol 4.3 7.3 8
Seng Mg 20 23 30
Copper Mg 2.5 2.5 3.4
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
Osmolality Mosm/l 413 419 508
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO
FASE STABILISASITRANSISI
REHABILI
TASI
Bahan Makanan F75
I
F75
II
F75
III
M½ F100 M1 MII F135 MIII
Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -
Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120
Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -
Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75
Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -
Tempe (g) - - - - - - - 150 -
Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -
Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1
*) M : Modisco
Keterangan :
1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.
Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi
sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak,
terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus
diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang
menggunakan tepung
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula
WHO 100 atau modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari
pemberian Formula WHO 135 sampai makanan biasa
CARA MEMBUAT
1. Larutan Formula WHO75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan
elektrolit, diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit
sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi 1000 ml.
Larutan ini bisa langsung diminum
Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung,
minyak. Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan
didihkan hingga 5-7 menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO
100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan
ulekan (blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang
sudah halus disaring dengan air secukupnya. Tambahkan susu,
gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan
air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral,
terdiri atas :
KCL 224 g
Tripotassium Citrat 81 g
MgCL2.6H2O 76 g
Zn asetat 2H2O 8,2 g
Cu SO4.5H2O 1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula
WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila
bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang
terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat
dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah
tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat
(175g)/melon (400g).
Evaluasi Dan Pemantauan Pemberian Diet
1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji
penyebabnya (asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi,
masalah psikologis).
2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah)
menunjukkan bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka
gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal:
susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam
Kesehatan Lingkungan (Kesling)
A. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan:
a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu, misalnya
di BKIA, Puskesmas, Posyandu.
b. Melakukan imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi yang
prevalensinya tinggi.
c. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air
minum, tempat membuang air besar (WC).
d. Mendidik rakyat untuk membuang air besar di tempat-tempat
tertentu atau di tempat yang sudah disediakan, membersihkan
badan pada waktu-waktu tertentu, memasak air minum,
memakai sepatu atau sandal untuk menghindarkan investasi
cacing dan parasit lain, membersihkan rumah serta isinya dan
memasang jendela-jendela untuk mendapatkan hawa segar.
e. Menganjurkan rakyat untuk mengunjungi puskesmas
secepatnya jika kesehatannya terganggu.
f. Menganjurkan kelarga Berencana. Petros-Barnazian (1970)
berpendapat bahwa child spacing merupakan factor yang
sangat penting untuk status gizi ibu maupun anaknya. Dampak
kumulatif kehamilan yang berturut-turut dan dimulai pada
umur muda dalam kehidupan seorang ibu dapat mengkibatkan
deplesi zat-zat gizi orang tersebut.
Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan Adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. (Depkes RI,
1994).Pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak
dan keluarga terhadap upaya pencegahan panyakit dan
pemeliharaan keluarga seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan,
pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan
dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti Posyandu,
Puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah sakit dan persediaan
air bersih.
Adapun Cara lain untuk mengatasi penyakit kwashiorkor ini
adalah dengan cara memberikan sosialisasi mengenai fungsi
protein bagi tubuh dan dampaknya terhadap perkembangan balita.
Masyarakat kecil biasanya kurang memahami pentingnya pola
dalam mengkonsumsi makanan. Dengan diadakan sosialisasi ini
masyarakat kecil tentu dapat sedikit memahami pentingya
konsumsi protein dan dampaknya jika tidak mengkonsumsi
protein. Karena ternyata fungsi protein itu sangat kompleks. Jika
tidak dipenuhi maka akan timbul penyakit yang lain. Seperti yang
dialami balita penderita kwashiorkor. Selain menderita busung
lapar atau kekurangan gizi, mereka juga bisa mengalami penyakit
anemia, edema dan dermatitis. Fungsi protein antaralain untuk
katalitik, struktural, mekanik, penyimpanan, pengangkut, pengatur,
perlindungan dan toksik. Jika kebutuhan protein tubuh terpenuhi,
kesemua fungsi protein akan maksimal, dan tentunya tidak ada
penyakit protein yang kita alami.
Hygen Pribadi
1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
2. Menggunakan jamban sehat
3. Makan buah dan sayur setiap hari
4. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
5. Tidak merokok di dalam rumah
4. Berikan 5 kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah KEP!
Jawab :
1. Penjaringan Kasus Balita KEP
Tujuan : Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita KEP
Ruang Lingkup : Wilayah kerja puskesmas
Uraian umum : Pelacakan adalah menemukan kasus balita KEP
melalui pengukuran BB dan melihat tanda-tanda klinis
Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi Posyandu atau rumah balita yang diduga menderita
KEP
2) Menyiapkan atau menggantungkan dacin pada tempat yang
aman
3) Menanyakan tanggal / kelahiran anak
4) Menimbang balita
5) Mencatat hasil penimbangan
6) Menilai status gizi balita dengan indeks BB/U standart WHO-
NCHS
7) Mencatat nama balita menderita KEP
8) Membuat laporan KLB ke DKK
2. Pelayanan Balita KEP Puskesmas
Tujuan : Memberikan pelayanan balita KEP di puskesmas dengan
Baik
Ruang lingkup : Puskesmas
Uraian umum : Balita KEP adalah anak yang berumur 0-5 tahun
yang BB/Unya & ndash; 3 SD standart WHO-NCHS dan
mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan
marasmus-kwashiorkor )
Langkah-langkah kegiatan :
1) Identifikasi balita KEP
2) Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis
3) Mengatasi hipoglikemi
4) Mengatasi dehidrasi
5) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
6) Mengobati infeksi
7) Pemberian makan
8) Pengamatan tumbuh kejar kembang
9) Tindak lanjut setelah sembuh
10) Pelacakan balita KEP dengan cara investigasi
3. Pelacakan Balita KEP Dengan Cara Investigasi
Tujuan : Untuk mengetahui faktor –faktor yang berkaitan dengan
kejadian balita KEP melalui wawancara dan pengamatan
Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas
Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang
berkaitan dengan kejadian KEP melalui wawancara dan pengamatan.
Langkah-langkah kegiatan :
1) Mendatangi rumah balita KEP
2) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan
3) Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner
4) Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan )
5) Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor.
6) Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi
7) Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau
dirujuk ( ke Puskesmas )
8) Melakukan dokumentasi
4. Pelayanan Balita KEP Di Rumah Tangga
Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita KEP
Ruang Lingkup : rumah tangga
Uraian Umum : Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan
pada PMT Pemulihan dan KEP adalah keadaan gizi berdasarkan
hasil penimbangan BB pada KMS berada di Bawah Garis Merah
(BGM )atau BB/ U –3 SD standart WHO-NCHS
Langkah-langkah kegiatan :
1) Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB
2) Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB
3) Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu-ibu
4) Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian )
PMT-P
5) Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun
6) Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita
7) Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi
kesehatan
8) Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan
9) Memberikan PMT-Pemulihan
5. Koordinasi Lintas Sektoral Dalam Upaya Penanggulangan Balita KEP
Tujuan : Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam
penanggulangan balita KEP
Ruang Lingkup : Koordinasi Lintas Sektor tingkat Kabupaten dan
Kecamatan
Uraian Umum : Dukungan sektor terkait dalam penanggulangan
balita KEP dan Lintas Sektor terdiri dari Pertanian BKKBN,
Depag, PKK, Camat
Langkah-langkah kegiatan :
1) Menyiapkan bahan rapat koordinasi
2) Membuat surat undangan
3) Mengedarkan surat undangan
4) Menyiapkan sarana dan prasarana
5) Menyampaikan masalah KEP
6) Membuat kesepakatan tindak lanjut / rencana kerja
penanggulangan
7) Membuat notulen
8) Melaporkan hasil rapat
9) Umpan balik
Adapun program penaggulangan KEP lainya meliputi :
1. Intervensi yang dilakukan pada saat skreening kasus, intervensi antara
lain penyuluhan individual dan konseling, pengetahuan tentang pola
asuh keluarga dan PMT.
2. Intervensi di bidang pertanian, mikronutrien, penyediaan air minum
yang aman dan sanitasi yang baik, pendidikan tentang gizi dan
makanan, memberikan perhatin khusus kepada kelompok yang rentan
serta pengadaan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan dan bila keadaan
status gizi anak belum mengalami perbaikan maka diteruskan dengan
pemberian makanan tambahan pemeliharaan. Pada kasus - kasus
kronis yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar (Puskesmas) maka kasus di rawat inapkan bahkan bila
memerlukan rawatan lanjutan dapat di rujuk ke RSUD, biaya rujukan
sementara di dapat dari biaya APBN
4. Memperbaiki pola pertumbuhan anak dan status gizi anak dari tidak
normal menjadi normal atau lebih baik. Oleh karena pola pertumbuhan
dan status gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan, maka
pendekatan ini mengharuskan program gizi dikaitkan dengan kegiatan
program lain diluar program pangan secara konvergen seperti dengan
program air bersih dan kesehatan lingkungan, imunisasi, penyediaan
lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.program yang bersifat
terintegrasi seperti itu, program gizi akan rasional untuk menjadi
bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan.
5. Peningkatan pendapatan, pendidikan gizi, suplementasi makanan
hingga subsidi bahan pangan, serta tindakan lain yang berefek pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.
6. KEP yang umumnya terjadi di daerah dengan kondisi miskin, fokus
harus diarahan pada kondisi spesifik yang ada. Pengobatan infeksi
cacing 3 kali setahun misalnya akan sangat bermanfaat dan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan
diare yang saling terkait dan seperti membentuk lingkaran setan
dengan KEP juga memerlukan perhatian khusus.
7. Penyuluhan mengenai pentingnya ASI, peningkatan kondisi air bersih
dan kebersihan lingkungan, monitoring pertumbuhan anak melalui
sarana pelayanan kesehatan telah terbukti sangat efektif. Oleh karena
itu hal yang sangat mungkin namun sulit diwujudkan adalah
mengaktifkan kembali posyandu-posyandu terutama yang sudah tidak
berjalan pada tingkat dusun.
8. Meningkatkan variasi jenis makanan terutama yang berasal dari kebun
dan ternak sendiri juga sangat efektif. Penyuluhan gizi sebaiknya
diberikan pada tingkat rumah tangga untuk meningkatkan produksi
sayur-sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan berwarna kuning dan
orange, unggas, telur, ikan dan susu. Program penyuluhan gizi
mengenai keberadaan produk pangan yang kaya protein dan
mikronutrien di daerah setempat akan sangat efektif dan
bekesinambungan.
Sumber :
Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta : EGC
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta:
EGC.
Gibney, Michael J dkk. 2005.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC
Pudjiadi S.2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi ke-14.jakarta : FKUI.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC
5. Tulis atau cari 5 fakta yang bertolak belakang dari kondisi nyata
dari pelayanan kasus KEP!
Selama ini penangangan kasus KEP selalu kecolongan, telah
terjadi tingkat kritis pada pasien, baru pihak-pihak terkait sibuk
melakukan penanganan yang intensif, kasus ini seakan-akan kurang
mendapatkan perhatian
Serius dari pemerintah, tambah diperburuk dengan tingkat
kepedulian masyarakat sesama warga dalam menanggulangan persoalan-
persoalan kewargaan yang semangkin berkurang, kepedulian sosial sudah
mulai menipis dari kehidupan pribadi kita, pola kehidupan konsumtif
semangkin menonjol ditengah kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, siapa lu dan siapa gue menjadi kehidupan yang lumrah, negeri
ini mengalami degradasi ketauladan pemimpin dan figur pionir dalam
melakukan suatu tindakan.
Para pemimpin negeri Indonesia yang kita cintai ini terlalu cepat
melupakan janji-janji yang pernah diucapkan pada saat kampanye
mencalonkan diri menjadi kontestan pemilihan pemimpin,
mensejahterakan rakyat, sekiranya terpilih menjadi pemimpin negeri ini,
bahkan mereka tidak segan-segan pada saat kampanye, menjadikan kasus
persoalan kehidupan yang dihadapi masyarakat sebagai konsumsi politik
untuk mencari dukungan politik dan simpatik masyarakat dalam memilih
dirinya, dengan berbagai program-program kerja yang sistematis untuk
melakukan pemberantasan kasus kemaslatan umat sampai tuntas, namum
setelah terpilih penyakit lupa mereka kambuh kembali, program tinggal
program, janji tinggal janji, kasus terus bergulir sejalan dengan perjalanan
waktu.
Jika semua pemimpin terpilih dapat menempatkan posisinya
masing- masing, serta menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
pengendali sistem sosial dan ekonomi yang baik, tentu berbagai kasus
yang dialami masyarakat akan bisa dieliminir sedemikian rupa, berbagai
literatur menyatakan bahwa akibat kekurangan asupan makanan yang
bergizi pada bayi dan anak balita adalah bagian dari lingkaran setan
kemiskinan dan penyakit infeksi.
Kemiskinan mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan orang
tua, buruknya lingkungan perumahan dan tidak adanya akses terhadap air
minum dan sanitasi. Juga keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar
lain dan pelayanan sosial termasuk pangan, kesehatan dan pendidikan.
Keberadaan orang lapar apalagi bayi dan anak balita gizi buruk
merupakan pengujian utama terhadap adil dan efektifnya sistem sosial
dan ekonomi di sebuah daerah bahkan suatu negara. Demikian mendasar
fungsinya, sehingga melalui sistem pangan masyarakat (produksi –
distribusi – konsumsi) dapat dipakai sebagai jendela untuk memahami
sebuah masyarakat.
Kelaparan yang diderita bayi dan anak balita di Indonesia jelas
menunjukkan tidak adil dan efektifnya sistem sosial dan ekonomi negara
republik Indonesia yang kita cintai ini.
Meninggalkan penderita gizi buruk merupakan bagian intropeksi
bagi daerah-daerah lain untuk terhindari dari persoalan ini, daerah
dituntut untuk memperhatikan kasus ini lebih serius, untuk wilayah NTB,
NTT, Papua dan Gorontalo. kasus ini hendaknya akhir dari penderitaan
yang dialami oleh anak-anak, sudah saatnya pemerintah dan stekolder
yang ada benar-benar memperhatikan variabel-variabel yang berkoreklasi
terhadap kasus gizi buruk, pertumbuhan ekonomi harus terjadi semua
level kehidupan masyarakat, birokrasi dunia perbankan harus dibuat
sederhana mungkin, sehingga membuka peluang bagi masyarakat yang
tidak memiliki jaminan harta untuk menikmati pinjaman uang untuk
menambah modal usaha mereka dalam meningkat pendapatkan ekonomi,
negeri ini harus dapat memunculkan M.Yunus, seorang peraih Nobel
dalam bidang ekonomi, dari negara Banglades dengan proyek Bank-nya,
miminjaman uang kepada masyarakat kecil untuk mengembangkan
usahanya tanpa perlu memikirkan bunganya, inovasi-inovasi seperti itu
harus dilakukan perbankan negeri ini.
Dikotomi pendidikan harus dihindari, masyarakat berhak
mendapatkan pendidikan yang layak, penyaluran dana BOS harus benar-
benar sesuai dengan visi dan misi dari tujuan dana Bos itu sendiri,
penyimpangan dana Bos tersebut, bisa berakibat fatal terhadap
kelangsungan dunia pendidikan. Kasihan anak-anak yang memiliki
kemampuan akademis, namum tidak mampu dari sisi keuangan terputus
pendidikannya karena masalah pendanaan, hak mereka dirampas, karena
napsu sebagian kita dalam memperkaya diri sendiri.
Fasilitas kesehatan harus menjadi perioritas pemerintah, didalam
memberikan servis kepada warga untuk dapat mendapatkan layanan
kesehatan yang memadai, kesehatan tidak boleh berpihak kepada
kemampuan seseorang saja, tetapi harus menyeluruh sebagai bagian dari
penyelamatan hak hidup, semua aktivitas kesehatan yang berhubungan
dengan masyarakat hendaknya berjalan dengan baik, dapat bekerjasama
dengan masyarakat, selalu memberikan motivasi kepada masyarakat
untuk menjaga kesehatannya.