39
KWASHIORKOR DAN MARASMUS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Gizi dan Terapi Diet DISUSUN OLEH: ADE RIANI NIM : 111220032 STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG Jl.Surya kencana No.1 Pamulang Tang-Sel Banten

Kwashiorkor Dan Marasmus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Thalasemia pada anak

Citation preview

Page 1: Kwashiorkor Dan Marasmus

KWASHIORKOR DAN MARASMUS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Dalam Mata Kuliah Gizi dan Terapi Diet

DISUSUN OLEH:

ADE RIANI

NIM : 111220032

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

Jl.Surya kencana No.1 Pamulang Tang-Sel Banten

2013

Page 2: Kwashiorkor Dan Marasmus

1. Carilah masalah utama dari artikel tersebut!

Jawaban :

Faktor penyebab munculnya kasus busung lapar di berbagai daerah

tidak tunggal yang kemudian bermuara pada sistem tidak kondusif.

Busung lapar tidak terkait dengan masalah kemiskinan semata, Di

beberapa kalangan masyarakat memang ayah lebih diutamakan dalam

hal makanan. Pola makan semacam ini amat merugikan karena istri dan

anak makan seadanya. Malahan banyak anak hanya diberi air tajin.

Dalam kasus busung lapar di NTB dan NTT, ledakan jumlah penduduk

akibat kurang berjalannya program keluarga berencana selama lima

tahun terakhir juga ikut andil. Karena anaknya banyak, orangtua sulit

memenuhi kebutuhan gizinya.

Persoalan makin bertambah karena pemerintah pusat dan daerah

saling melempar tanggung jawab penanganan kesehatan sejak otonomi

daerah. Sedangkan Depkes juga tidak boleh lepas tangan dan

meningkatkan surveilans.

2. Buatlah inventarisir dan berikan solusi yang dapat dilakukan oleh

tenaga medis dalam kasus marasmus dan kwashiorkor!

Jawab :

A. Memberikan Perawatan gizi buruk melalui Puskesmas perawatan

dan Rumah Sakit

Page 3: Kwashiorkor Dan Marasmus

B. Melakukan operasi sadar gizi yang mencakup deteksi dini

penemuan

C. Kasus melalui operasi timbang dengan mengukur balita di seluruh

propinsi NTB, membuat mapping gizi buruk.

D. Memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan melalui Posyandu,

Tokoh Agama (Tuan Guru), Perkumpulan Keagamaan dan kelompok

potensial lainnya.

E. Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan Puskesmas dan

diRumah Sakit Negri geratis.

F. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk

melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui

kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.

3. Cari sumber ilmiah dari 3buku untuk mengobati lewat terapi diet,

kesling, hygen pribadi dalam kasus marasmus dan kwarsiorkor!

Terapi Diet

A. Tingkat Rumah Tangga

1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi

kecil dan sering kepada anak sesuai dengan kebutuhan.

2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun

B. Tingkat Posyandu /PPG

1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah

Page 4: Kwashiorkor Dan Marasmus

sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti

anjuran makanan (lampiran 5)

2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak,

perlu mendapat makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan

komposisi gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari,

yaitu :

Energi 350 – 400 kalori

Protein 10 - 15 g

3. Bentuk makanan PMT-P

Makanan yang diberikan berupa :

a. Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan

setempat/lokal.

b. bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung

lainnya, tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan,

sayuran, telur dan lauk pauk lainnya

c. Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-

P) yang dibawa pulang

Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :

Alternative Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari

I Beras 60 g Telur 1 butir atau kacang-

kacangan 25 g

gula 15 g

II Beras 70 g Ikan 30 g -

III Ubi/singkong 150 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

Page 5: Kwashiorkor Dan Marasmus

V Tepung ubi 40 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

4. Lama PMT-P

Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan

setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)

5. Cara penyelenggaraan

a. Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan

Gizi (PPG).

b. Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan

makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan

makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader

membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan

6 hari.

C. Tingkat Puskesmas

Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk

memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup

vitamin mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal.

Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu :

pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta

tindak lanjut.

I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

Page 6: Kwashiorkor Dan Marasmus

a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase

rehabilitasi

b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari

c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari

d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak

tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu

(lihat hal 12)

e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi

menjadi 100 ml/Kg bb/hari

f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik

g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering

h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa,

dan rendah serat

i. Terus memberikan ASI

j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan

berdasarkan berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali

makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat langsung diberikan

makanan anak secara bertahap

Page 7: Kwashiorkor Dan Marasmus

Tabel 1 :

KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN

ZAT GIZI

FASE

STABILISASI TRANSISIREHABILITASI

Energi 100

Kkal/kgbb/hr

150 Kkal/kgbb/hr 150-200

Kkal/kgbb/hr

Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr

Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Asam Folat Idem Idem Idem

Zink Idem Idem Idem

Cuprum Idem Idem Idem

Fe Idem Idem Idem

Cairan 130 ml/Kgbb/hr

atau 100

ml/kgbb/hr bila

ada edema

150 ml/Kgbb/hr 150-200 ml/Kgbb/hr

Page 8: Kwashiorkor Dan Marasmus

Tabel 2

JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN

Fase Waktu

Pemberian

Jenis

Makanan

Frekuensi Jumlah Cairan (ml) Setiap

Minum Menurut BB Anak

4 kg 6kg 8kg 10kg

Stabilisasi Hari 1-2

Hari 3-4

Hari 5-7

F75/

modifikasi/

Modisco ½

F75/

modifikasi/

Modisco½

F75/

Modifikasi/

Modisco ½

12 x (dg ASI )

12x(tanpa

ASI)

8 x ( dg ASI)

8x(tanpa ASI)

6 x (dg ASI)

6x(Tanpa

ASI)

45

45

65

65

90

90

65

65

100

100

130

130

-

95

-

130

-

176

-

110

-

160

-

220

Transisi Minggu 2-

3

F100/modifi

kasi/Modiso

I Atau II

4 x (dg ASI )

6 x ( tanpa

ASI)

130

90

195

130

-

175

-

220

Rehabilita

Si

Minggu 3-

6

F135/modifi

kasi/Modiso

III, ditambah

Makanan

3x ( dg/tanpa

ASI )

90 100 150 175

Page 9: Kwashiorkor Dan Marasmus

BB < 7 Kg lumat/makan

Lembik sari

buah

3 x 1 porsi

1 x

-

100

-

100

-

1

100

-

100

BB >7 Kg Makanan

lunak/makan

An biasa

Buah

3 x 1 porsi

1 –2 x 1 buah

-

-

-

-

-

-

-

-

*) 200 ml = 1 gelas

Contoh :

Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi

diperlukan:

Energi : 1200 Kkal

400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori

dari 3 kali makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari

buah

Tabel 3

FORMULA WHO

Bahan Per 100 mlF 75

F 100 F 135

FORMULA WHO

Susu skim bubuk G 25 85 90

Gula pasir G 100 50 65

Page 10: Kwashiorkor Dan Marasmus

Minyak sayur G 30 60 75

Larutan elektrolit Ml 20 20 27

Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000

NILAI GIZI

Energi Kalori 750 1000 1350

Protein G 9 29 33

Lactosa G 13 42 48

Potasium Mmol 36 59 63

Sodium Mmol 6 19 22

Magnesium Mmol 4.3 7.3 8

Seng Mg 20 23 30

Copper Mg 2.5 2.5 3.4

% energi protein - 5 12 10

% energi lemak - 36 53 57

Osmolality Mosm/l 413 419 508

Tabel 4

MODIFIKASI FORMULA WHO

FASE STABILISASITRANSISI

REHABILI

TASI

Bahan Makanan F75

I

F75

II

F75

III

M½ F100 M1 MII F135 MIII

Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -

Page 11: Kwashiorkor Dan Marasmus

Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120

Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -

Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75

Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -

Tempe (g) - - - - - - - 150 -

Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -

Margarine (g) - - - - - - 50 - 50

Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -

Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

*) M : Modisco

Keterangan :

1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.

Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi

sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak,

terutama yang mengalami diare. Dengan demikian pada kasus

diare lebih baik digunakan modifikasi Formula WHO 75 yang

menggunakan tepung

2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula

WHO 100 atau modifikasi

3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari

pemberian Formula WHO 135 sampai makanan biasa

Page 12: Kwashiorkor Dan Marasmus

CARA MEMBUAT

1. Larutan Formula WHO75

Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan

elektrolit, diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit

sambil diaduk sampai homogen dan volume menjadi 1000 ml.

Larutan ini bisa langsung diminum

Larutan modifikasi :

Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung,

minyak. Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan

didihkan hingga 5-7 menit.

2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO

100

Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75

Larutan modifikasi :

Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan

ulekan (blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang

sudah halus disaring dengan air secukupnya. Tambahkan susu,

gula, tepung beras, minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan

air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih selama 5-7 menit.

3. Larutan elektrolit

Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral,

terdiri atas :

KCL 224 g

Page 13: Kwashiorkor Dan Marasmus

Tripotassium Citrat 81 g

MgCL2.6H2O 76 g

Zn asetat 2H2O 8,2 g

Cu SO4.5H2O 1,4 g

Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)

Ambil 20 ml larutan elektrolit, untuk membuat 1000 ml Formula

WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila

bahan-bahan tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang

terkandung dalam 20 ml larutan elektrolit tersebut bisa didapat

dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara lain sari buah

tomat (400 cc)/jeruk (500cc)/pisang (250g)/alpukat

(175g)/melon (400g).

Evaluasi Dan Pemantauan Pemberian Diet

1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji

penyebabnya (asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi,

masalah psikologis).

2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.

3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah)

menunjukkan bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka

gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal:

susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.

4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

Page 14: Kwashiorkor Dan Marasmus

Kesehatan Lingkungan (Kesling)

A. Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan:

a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu, misalnya

di BKIA, Puskesmas, Posyandu.

b. Melakukan imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi yang

prevalensinya tinggi.

c. Memperbaiki hygiene lingkungan dengan menyediakan air

minum, tempat membuang air besar (WC).

d. Mendidik rakyat untuk membuang air besar di tempat-tempat

tertentu atau di tempat yang sudah  disediakan, membersihkan

badan pada waktu-waktu tertentu, memasak air minum,

memakai sepatu atau sandal untuk menghindarkan investasi

cacing dan parasit lain, membersihkan rumah serta isinya dan

memasang jendela-jendela untuk mendapatkan hawa segar. 

e. Menganjurkan rakyat untuk mengunjungi puskesmas

secepatnya jika kesehatannya terganggu.

f. Menganjurkan kelarga Berencana. Petros-Barnazian (1970)

berpendapat bahwa child spacing merupakan  factor yang

sangat penting untuk status gizi ibu maupun anaknya. Dampak

kumulatif  kehamilan yang berturut-turut dan dimulai pada

umur muda dalam kehidupan seorang ibu dapat mengkibatkan

deplesi zat-zat gizi orang tersebut.

Page 15: Kwashiorkor Dan Marasmus

Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan Adalah

tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang

terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. (Depkes RI,

1994).Pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak

dan keluarga terhadap upaya pencegahan panyakit dan

pemeliharaan keluarga seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan,

pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan

dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti Posyandu,

Puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah sakit dan persediaan

air bersih.

Adapun Cara lain untuk mengatasi penyakit kwashiorkor ini

adalah dengan cara memberikan sosialisasi mengenai fungsi

protein bagi tubuh dan dampaknya terhadap perkembangan balita.

Masyarakat kecil biasanya kurang memahami pentingnya pola

dalam mengkonsumsi makanan. Dengan diadakan sosialisasi ini

masyarakat kecil tentu dapat sedikit memahami pentingya

konsumsi protein dan dampaknya jika tidak mengkonsumsi

protein. Karena ternyata fungsi protein itu sangat kompleks. Jika

tidak dipenuhi maka akan timbul penyakit yang lain. Seperti yang

dialami balita penderita kwashiorkor. Selain menderita busung

lapar atau kekurangan gizi, mereka juga bisa mengalami penyakit

anemia, edema dan dermatitis. Fungsi protein antaralain untuk

katalitik, struktural, mekanik, penyimpanan, pengangkut, pengatur,

Page 16: Kwashiorkor Dan Marasmus

perlindungan dan toksik. Jika kebutuhan protein tubuh terpenuhi,

kesemua fungsi protein akan maksimal, dan tentunya tidak ada

penyakit protein yang kita alami.

Hygen Pribadi

1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

2. Menggunakan jamban sehat

3. Makan buah dan sayur setiap hari

4. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

5. Tidak merokok di dalam rumah 

4. Berikan 5 kebijakan pemerintah yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah KEP!

Jawab :

1. Penjaringan Kasus Balita KEP

Tujuan : Untuk mengetahui kejadian dan jumlah balita KEP

Ruang Lingkup : Wilayah kerja puskesmas

Uraian umum : Pelacakan adalah menemukan kasus balita KEP

melalui pengukuran BB dan melihat tanda-tanda klinis

Langkah-langkah kegiatan :

1) Mendatangi Posyandu atau rumah balita yang diduga menderita

KEP

2) Menyiapkan atau menggantungkan dacin pada tempat yang

aman

Page 17: Kwashiorkor Dan Marasmus

3) Menanyakan tanggal / kelahiran anak

4) Menimbang balita

5) Mencatat hasil penimbangan

6) Menilai status gizi balita dengan indeks BB/U standart WHO-

NCHS

7) Mencatat nama balita menderita KEP

8) Membuat laporan KLB ke DKK

2. Pelayanan Balita KEP Puskesmas

Tujuan : Memberikan pelayanan balita KEP di puskesmas dengan

Baik

Ruang lingkup : Puskesmas

Uraian umum : Balita KEP adalah anak yang berumur 0-5 tahun

yang BB/Unya & ndash; 3 SD standart WHO-NCHS dan

mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor dan

marasmus-kwashiorkor )

Langkah-langkah kegiatan :

1) Identifikasi balita KEP

2) Pengukuran antropometri dan pemeriksaan klinis

3) Mengatasi hipoglikemi

4) Mengatasi dehidrasi

5) Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Page 18: Kwashiorkor Dan Marasmus

6) Mengobati infeksi

7) Pemberian makan

8) Pengamatan tumbuh kejar kembang

9) Tindak lanjut setelah sembuh

10) Pelacakan balita KEP dengan cara investigasi

3. Pelacakan Balita KEP Dengan Cara Investigasi

Tujuan : Untuk mengetahui faktor –faktor yang berkaitan dengan

kejadian balita KEP melalui wawancara dan pengamatan

Ruang Lingkup : Wilayah kerja Puskesmas

Uraian Umum : Investigasi adalah mencari faktor-faktor yang

berkaitan dengan kejadian KEP melalui wawancara dan pengamatan.

Langkah-langkah kegiatan :

1) Mendatangi rumah balita KEP

2) Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kunjungan

3) Melakukan wawancara dan pengamatan sesuai kuesioner

4) Melakukan pengukuran ulang ( bila diperlukan )

5) Mengamati tanda klinis dengan fokus marasmus / kwashiorkor.

6) Menjelaskan kondisi kesehatan dan akibat yang mungkin terjadi

7) Memberikan motivasi pada keluarga ( orangtua ) agar balita mau

dirujuk ( ke Puskesmas )

8) Melakukan dokumentasi

Page 19: Kwashiorkor Dan Marasmus

4. Pelayanan Balita KEP Di Rumah Tangga

Tujuan : Untuk meningkatkan status gizi balita KEP

Ruang Lingkup : rumah tangga

Uraian Umum : Pelayanan gizi adalah pelayanan yang difokuskan

pada PMT Pemulihan dan KEP adalah keadaan gizi berdasarkan

hasil penimbangan BB pada KMS berada di Bawah Garis Merah

(BGM )atau BB/ U –3 SD standart WHO-NCHS

Langkah-langkah kegiatan :

1) Menghitung kebutuhan zat gizi berdasarkan BB

2) Menentukan jenis PMT-Pemulihan berdasar BB

3) Mendemonstrasikan cara menyiapkan PMT-P pada ibu-ibu

4) Menjelaskan cara pemberian ( frekuensi dan lama pemberian )

PMT-P

5) Menganjurkan untuk tetap memberi ASI sampai umur 2 tahun

6) Menganjurkan pemberian MP-ASI sesuai usia balita

7) Menganjurkan makanan seimbang sesuai umur dan kondisi

kesehatan

8) Menganjurkan anak ditimbang secara teratur setiap bulan

9) Memberikan PMT-Pemulihan

5. Koordinasi Lintas Sektoral Dalam Upaya Penanggulangan Balita KEP

Tujuan : Melaksanakan kerjasama lintas sektor dalam

penanggulangan balita KEP

Page 20: Kwashiorkor Dan Marasmus

Ruang Lingkup : Koordinasi Lintas Sektor tingkat Kabupaten dan

Kecamatan

Uraian Umum : Dukungan sektor terkait dalam penanggulangan

balita KEP dan Lintas Sektor terdiri dari Pertanian BKKBN,

Depag, PKK, Camat

Langkah-langkah kegiatan :

1) Menyiapkan bahan rapat koordinasi

2) Membuat surat undangan

3) Mengedarkan surat undangan

4) Menyiapkan sarana dan prasarana

5) Menyampaikan masalah KEP

6) Membuat kesepakatan tindak lanjut / rencana kerja

penanggulangan

7) Membuat notulen

8) Melaporkan hasil rapat

9) Umpan balik

Adapun program penaggulangan KEP lainya meliputi :

1. Intervensi yang dilakukan pada saat skreening kasus, intervensi antara

lain penyuluhan individual dan konseling, pengetahuan tentang pola

asuh keluarga dan PMT.

2. Intervensi di bidang pertanian, mikronutrien, penyediaan air minum

yang aman dan sanitasi yang baik, pendidikan tentang gizi dan

Page 21: Kwashiorkor Dan Marasmus

makanan, memberikan perhatin khusus kepada kelompok yang rentan

serta pengadaan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

3. Pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan dan bila keadaan

status gizi anak belum mengalami perbaikan maka diteruskan dengan

pemberian makanan tambahan pemeliharaan. Pada kasus - kasus

kronis yang memerlukan rawatan di fasilitas pelayanan kesehatan

dasar (Puskesmas) maka kasus di rawat inapkan bahkan bila

memerlukan rawatan lanjutan dapat di rujuk ke RSUD, biaya rujukan

sementara di dapat dari biaya APBN

4. Memperbaiki pola pertumbuhan anak dan status gizi anak dari tidak

normal menjadi normal atau lebih baik. Oleh karena pola pertumbuhan

dan status gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan, maka

pendekatan ini mengharuskan program gizi dikaitkan dengan kegiatan

program lain diluar program pangan secara konvergen seperti dengan

program air bersih dan kesehatan lingkungan, imunisasi, penyediaan

lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.program yang bersifat

terintegrasi seperti itu, program gizi akan rasional untuk menjadi

bagian dari pembangunan nasional secara keseluruhan.

5. Peningkatan pendapatan, pendidikan gizi, suplementasi makanan

hingga subsidi bahan pangan, serta tindakan lain yang berefek pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.

6. KEP yang umumnya terjadi di daerah dengan kondisi miskin, fokus

harus diarahan pada kondisi spesifik yang ada. Pengobatan infeksi

Page 22: Kwashiorkor Dan Marasmus

cacing 3 kali setahun misalnya akan sangat bermanfaat dan dapat

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penanganan

diare yang saling terkait dan seperti membentuk lingkaran setan

dengan KEP juga memerlukan perhatian khusus.

7. Penyuluhan mengenai pentingnya ASI, peningkatan kondisi air bersih

dan kebersihan lingkungan, monitoring pertumbuhan anak melalui

sarana pelayanan kesehatan telah terbukti sangat efektif. Oleh karena

itu hal yang sangat mungkin namun sulit diwujudkan adalah

mengaktifkan kembali posyandu-posyandu terutama yang sudah tidak

berjalan pada tingkat dusun.

8. Meningkatkan variasi jenis makanan terutama yang berasal dari kebun

dan ternak sendiri juga sangat efektif. Penyuluhan gizi sebaiknya

diberikan pada tingkat rumah tangga untuk meningkatkan produksi

sayur-sayuran berdaun hijau tua, buah-buahan berwarna kuning dan

orange, unggas, telur, ikan dan susu. Program penyuluhan gizi

mengenai keberadaan produk pangan yang kaya protein dan

mikronutrien di daerah setempat akan sangat efektif dan

bekesinambungan.

Sumber :

Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta : EGC

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta:

EGC.

Gibney, Michael J dkk. 2005.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC

Page 23: Kwashiorkor Dan Marasmus

Pudjiadi S.2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi ke-14.jakarta : FKUI.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC

5. Tulis atau cari 5 fakta yang bertolak belakang dari kondisi nyata

dari pelayanan kasus KEP!

Selama ini penangangan kasus KEP selalu kecolongan, telah

terjadi tingkat kritis pada pasien, baru pihak-pihak terkait sibuk

melakukan penanganan yang intensif, kasus ini seakan-akan kurang

mendapatkan perhatian

Serius dari pemerintah, tambah diperburuk dengan tingkat

kepedulian masyarakat sesama warga dalam menanggulangan persoalan-

persoalan kewargaan yang semangkin berkurang, kepedulian sosial sudah

mulai menipis dari kehidupan pribadi kita, pola kehidupan konsumtif

semangkin menonjol ditengah kehidupan masyarakat, berbangsa dan

bernegara, siapa lu dan siapa gue menjadi kehidupan yang lumrah, negeri

ini mengalami degradasi ketauladan pemimpin dan figur pionir dalam

melakukan suatu tindakan.

Para pemimpin negeri Indonesia yang kita cintai ini terlalu cepat

melupakan janji-janji yang pernah diucapkan pada saat kampanye

mencalonkan diri menjadi kontestan pemilihan pemimpin,

mensejahterakan rakyat, sekiranya terpilih menjadi pemimpin negeri ini,

bahkan mereka tidak segan-segan pada saat kampanye, menjadikan kasus

persoalan kehidupan yang dihadapi masyarakat sebagai konsumsi politik

untuk mencari dukungan politik dan simpatik masyarakat dalam memilih

Page 24: Kwashiorkor Dan Marasmus

dirinya, dengan berbagai program-program kerja yang sistematis untuk

melakukan pemberantasan kasus kemaslatan umat sampai tuntas, namum

setelah terpilih penyakit lupa mereka kambuh kembali, program tinggal

program, janji tinggal janji, kasus terus bergulir sejalan dengan perjalanan

waktu.

Jika semua pemimpin terpilih dapat menempatkan posisinya

masing- masing, serta menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai

pengendali sistem sosial dan ekonomi yang baik, tentu berbagai kasus

yang dialami masyarakat akan bisa dieliminir sedemikian rupa, berbagai

literatur menyatakan bahwa akibat kekurangan asupan makanan yang

bergizi pada bayi dan anak balita adalah bagian dari lingkaran setan

kemiskinan dan penyakit infeksi.

Kemiskinan mengakibatkan rendahnya tingkat pendidikan orang

tua, buruknya lingkungan perumahan dan tidak adanya akses terhadap air

minum dan sanitasi. Juga keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar

lain dan pelayanan sosial termasuk pangan, kesehatan dan pendidikan.

Keberadaan orang lapar apalagi bayi dan anak balita gizi buruk

merupakan pengujian utama terhadap adil dan efektifnya sistem sosial

dan ekonomi di sebuah daerah bahkan suatu negara. Demikian mendasar

fungsinya, sehingga melalui sistem pangan masyarakat (produksi –

distribusi – konsumsi) dapat dipakai sebagai jendela untuk memahami

sebuah masyarakat.

Page 25: Kwashiorkor Dan Marasmus

Kelaparan yang diderita bayi dan anak balita di Indonesia jelas

menunjukkan tidak adil dan efektifnya sistem sosial dan ekonomi negara

republik Indonesia yang kita cintai ini.

Meninggalkan penderita gizi buruk merupakan bagian intropeksi

bagi daerah-daerah lain untuk terhindari dari persoalan ini, daerah

dituntut untuk memperhatikan kasus ini lebih serius, untuk wilayah NTB,

NTT, Papua dan Gorontalo. kasus ini hendaknya akhir dari penderitaan

yang dialami oleh anak-anak, sudah saatnya pemerintah dan stekolder

yang ada benar-benar memperhatikan variabel-variabel yang berkoreklasi

terhadap kasus gizi buruk, pertumbuhan ekonomi harus terjadi semua

level kehidupan masyarakat, birokrasi dunia perbankan harus dibuat

sederhana mungkin, sehingga membuka peluang bagi masyarakat yang

tidak memiliki jaminan harta untuk menikmati pinjaman uang untuk

menambah modal usaha mereka dalam meningkat pendapatkan ekonomi,

negeri ini harus dapat memunculkan M.Yunus, seorang peraih Nobel

dalam bidang ekonomi, dari negara Banglades dengan proyek Bank-nya,

miminjaman uang kepada masyarakat kecil untuk mengembangkan

usahanya tanpa perlu memikirkan bunganya, inovasi-inovasi seperti itu

harus dilakukan perbankan negeri ini.

Dikotomi pendidikan harus dihindari, masyarakat berhak

mendapatkan pendidikan yang layak, penyaluran dana BOS harus benar-

benar sesuai dengan visi dan misi dari tujuan dana Bos itu sendiri,

penyimpangan dana Bos tersebut, bisa berakibat fatal terhadap

Page 26: Kwashiorkor Dan Marasmus

kelangsungan dunia pendidikan. Kasihan anak-anak yang memiliki

kemampuan akademis, namum tidak mampu dari sisi keuangan terputus

pendidikannya karena masalah pendanaan, hak mereka dirampas, karena

napsu sebagian kita dalam memperkaya diri sendiri.

Fasilitas kesehatan harus menjadi perioritas pemerintah, didalam

memberikan servis kepada warga untuk dapat mendapatkan layanan

kesehatan yang memadai, kesehatan tidak boleh berpihak kepada

kemampuan seseorang saja, tetapi harus menyeluruh sebagai bagian dari

penyelamatan hak hidup, semua aktivitas kesehatan yang berhubungan

dengan masyarakat hendaknya berjalan dengan baik, dapat bekerjasama

dengan masyarakat, selalu memberikan motivasi kepada masyarakat

untuk menjaga kesehatannya.