KURIKULUM 2013kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/6...kurikulum. Salah satu dokumen...
of 115/115
KURIKULUM 2013kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/6...kurikulum. Salah satu dokumen kurikulum yang disediakan oleh Pemerintah adalah dokumen kurikulum setiap mata pelajaran
Text of KURIKULUM 2013kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum/data/data/6...kurikulum. Salah satu dokumen...
KURIKULUM 2013
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN 2014
ii Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
TIM PENGEMBANG PEDOMAN
Koordinator: Dra. Mariati Purba, M.Pd
Pengembang Mata Pelajaran: 1. Neneng Kadariyah, S.S 2. Drs.
Ariantoni 3. Dr. Endah Tri 4. Dr. Titi 5. Dra. Dumaria, M.Pd 6.
Drs. Sri Satata
iiiBuku Pedoman Guru Kurikulum 2014
KATA PENGANTAR
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dokumen kurikulum
merupakan perangkat operasional untuk memfasilitasi pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Salah satu dokumen kurikulum
yang disediakan oleh Pemerintah adalah dokumen kurikulum setiap
mata pelajaran. Dokumen tersebut dikemas dalam sebuah dokumen yang
dinamakan pedoman mata pelajaran. Disamping Pedoman mata pelajaran
untuk setiap mata pelajaran, Pemerintah juga menyediakan pedoman
pembelajaran tematik terpadu.
Pedoman mata pelajaran yaitu dokumen yang berisikan antara lain
karakteristik mata pelajaran, kompetensi inti dan kompetensi dasar,
silabus, desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian, media
dan sumber belajar, serta guru sebagai pengembang budaya sekolah.
Sedangkan pedoman pembelajaran tematik terpadu antara lain
berisikan konsep pembelajaran tematik, desain pembelajaran tematik
terpadu, dan guru sebagai pengembang budaya sekolah.
Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para
pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, guru-guru mata
pelajaran dan tematik, dan staf teknis Pusat Kurikulum dan
Perbukuan yang telah bekerjasama dengan baik sehingga pedoman mata
pelajaran dan pedoman pembelajaran tematik terpadu ini dapat
diselesaikan.
Jakarta, Juni 2014
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.............................................................................
ii
DAFTAR ISI
.........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
............................................................... 1
A. Latar Belakang
.............................................................. 1 B.
Tujuan
..........................................................................
4 C. Ruang Lingkup
............................................................. 5 D.
Sasaran
..........................................................................
5
BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
...................................................... 7 A.
Rasional
.........................................................................
7 B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMPdan MTs .. 7 C. Ruang
Lingkup
............................................................. 8 D.
Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .................. 8
BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SERTA ALUR
PENGEMBANGANNYA .......................... 13 A. Kompetensi Inti
Mata pelajaran Bahasa Indonesia ....... 13 B. Ruang Lingkup
............................................................ 13 C.
Kompetensi Dasar Mata pelajaran Bahasa Indonesia ... 16 D.
Kompetensi Dasar Domain Sikap Ketuhanan .............. 16 E.
Kompetensi Dasar Domain Sikap Aspek Sosial ........... 17 F.
Kompetensi Dasar Domain Pengetahuan ..................... 18 G.
Kompetensi Dasar Domain Keterampilan .................. 18
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 v
BAB IV DESAIN DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
.................................................... 21 A. Kerangka
Pembelajaran .............................................. 21 B.
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi ..... 22 C.
Rancangan Pembelajaran Bahasa Indonesia ............... 23 D.
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
......................................................... 25 E.
Aplikasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
.................................. 27
BAB V MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ............................. 51 A.
Pengertian
....................................................................
51 B. Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia ........... 53 C.
Model Pembelajaran Berbasis Teks .............................
54
BAB VI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP DAN MTs
...................... 59 A. Pengantar
......................................................................
59 B. Hubungan Pembelajaran dan Penilaian Otentik dalam Kurikulum
2013 ................................................. 60 C. Bentuk
Penilaian dan PEDOMAN Pengembangan Bentuk Penilaian
........................................................... 62 D.
Strategi Penilaian
......................................................... 73 E.
Pelaporan
......................................................................
75
BAB VII MEDIA DAN SUMBER BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA .................. 91 A. Media
........................................................................
91
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014vi
BAB VIII GURU SEBAGAI PENGEMBANG KULTUR SEKOLAH
.........................................................................
103 A. Kultur Sekolah
............................................................. 103
B. Faktor Pembentuk Kultur Sekolah ...............................
103 C. Peran Guru
...................................................................
104
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, pemerintah merumuskan kembali rencana pembangunan
nasionalnya, terutama yang berkaitan dengan pembangunan nonfisik.
Perumusan kembali itu tertuang dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005–2025, yang menetapkan prioritas
pembangunan nasional dalam kurun waktu dua puluh tahun. Prioritas
yang ditentukan adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang
berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
berdasarkan falsafah Pancasila. Tujuan pembangunan nasional dalam
jangka panjang tersebut menjadi pedoman seluruh kementerian dalam
merancang program kerja masing- masing, termasuk Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Untuk mencapai tujuan itu,
Kemendikbud antara lainmerancang dan menetapkan kurikulum 2013.
Dengan melihat berbagai bidang keilmuan secara holistik, kurikulum
2013 mengintegrasikan kemampuan peserta didik pada aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap spiritual maupun sikap sosial.
Peran mata pelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 sangat
strategis sebagai penghela ilmu pengetahuan. Hal ini karena mata
pelajaran Bahasa Indonesia sebagai media peneria dan penyampai ilmu
pengetahuan yang lain. Bahasa Indonesia memainkan peran sangat
strategis terutama sejak bahasa Indonesia (waktu itu disebut bahasa
Melayu) memiliki sistem ejaan (C. Van Ophuijsen 1901). Bahasa
Indonesia mampu menjadi bahasa penerbitan berbagai bacaan rakyat
(sastra, surat kabar, majalah), bahasa radio,
Buku Pedoman Guru Kurikulum 20142
dan bahasa perhubungan antarsuku bangsa di Indonesia. Tidak sebatas
itu, bahasa Indonesia telah digunakan dalam menjalankan organisasi
perjuangan kemerdekaan, bahkan bahasa Indonesia mampu menyatukan
beragam suku bangsa yang berbeda latar belakang sosial budaya dan
bahasa ke dalam satu kesatuan bangsa Indonesia yang diikrarkan
dalam Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Sumpah pemuda adalah
pengakuan terhadap (1) satu kesatuan wilayah (satu tanah air, tanah
Indonesia), (2) satu kesatuan bangsa (satu bangsa, bangsa
Indonesia), dan (3) satu bahasa persatuan (menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia). Perluasan wilayah penggunaan bahasa
Indonesia dalam berbagai keperluan tersebut, terutama untuk
perjuangan kemerdekaan, telah melahirkan sikap kesetiakawanan,
kebersamaan, keikhlasan, kejujuran, pengorbanan, dan kepahlawanan.
Persebaran penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai ranah
kehidupan juga memperkuat peran sosiologis bahasa Indonesia dalam
kehidupan masyarakat bahkan menggerakan kaum cendekiawan untuk
memikirkan masa depan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu. Ketika
timbul polemik tentang kemampuan bahasa persatuan tersebut sebagai
bahasa ilmu bagi masa depan anak bangsa, maka polemik itu dijawab
dalam Kongres Bahasa Indonesia I pada tahun 1938 di Surakarta, yang
merekomendasikan perlunya penciptaan istilah dalam bahasa
Indonesia. Tantangan kemampuan bahasa Indonesia tersebut bertambah
lagi ketika Jepang masuk ke Indonesia. Penguasa baru itu melarang
penggunaan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar pendidikan, maka
bahasa Indonesia mengambil alih peran bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar pendidikan pada masa penjajahan Jepang. Bahasa Indonesia
juga digunakan sebagai wahana untuk memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia (Teks Proklamasi ditulis dalam bahasa Indonesia)
serta diakui oleh dunia internasional sebagai negara merdeka.
Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, bahasa perjuangan yang mampu
menyatukan dan membangun keindonesiaan itu menyandang peran amat
strategis dan mulia, yaitu menjadi bahasa negara (Pasal 36
Undang-Undang
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 3
Dasar 1945). Dengan demikian, kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar pendidikan makin kokoh (memiliki landasan hukum)
dan terus memainkan peran dalam pencerdasan kehidupan bangsa,
sebagaimana amanat pembukaan Undang-Undang Dasar tersebut.
Penempatan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan
merupakan pemikiran strategis para pendiri republik ini karena
bahasa perjuangan itu ditempatkan sebagai sarana penguasaan ilmu,
teknologi, dan seni. Atas dasar pertimbangan historis tersebut,
kebijakan pembelajaran bahasa Indonesia harus dilakukan secara
bertahap, berjenjang, bersitem, terpadu, berkelanjutan, dan secara
nasional. Selain itu, sifat bahasa yang hidup dan dinamis sejalan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kemajuan peradaban
masyarakat penuturnya memungkinkan terjadinya pengaruh bahasa
daerah. Di Indonesia, terdapat lebih dari 700 bahasa daerah yang
masing-masing memiliki tradisi dan kebudayaan, maka kondisi
multilingual dalam masyarakat multikultural itu akan menyebabkan
perkembangan bahasa Indonesia beragam sesuai dengan lingkungan dan
budaya masyarakat. Kondisi masyarakat semacam itu makin mengukuhkan
kebijakan penguatan dan penataan ulang kurikulum bahwa mata
pelajaran Bahasa Indonesia tidak dapat dilakukan secara lokal
tetapi harus bersifat nasional. Pada Kurikulum 2013, pengembangan
kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan
pembelajaran bahasa berbasis teks. Pada pendekatan ini diharapkan
siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan
dan fungsi sosialnya, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar
sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban
fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada
konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan
bahasa, baik verbal maupun nonverbal, yang mengungkapkan makna
secara kontekstual. Buku PEDOMAN Guru mata pelajaran bahasa
Indonesia ini perlu disusun sebagai rujukan para guru di sekolah.
Buku PEDOMAN ini dilengkapi
Buku Pedoman Guru Kurikulum 20144
dengan desain pembelajaran, model pembelajaran, strategi yang bisa
dipilih guru serta bentuk-bentuk penilaian otentiknya.Buku PEDOMAN
guru mata pelajaran ini juga diharapkan bisa untuk meminimalisir
berbagai perbedaan pemahaman antarguru terhadap kompetensi inti
(KI) dan kompetensi dasar (KD) serta bagaimana membelajarkan dan
menilai ketercapaian KI dan KD tersebut. Hal itu terjadi antara
lain karena keragaman: (a) latar belakang pendidikan guru, (b)
minat dan perhatian guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, (c)
pengalaman guru, dan (d) keterlibatan guru dalam berbagai
pelatihan. Perbedaan pemahaman itu akan berdampak kurang baik
terhadap proses dan hasil pembelajaran. Perbedaan pemahaman itu
akan dapat dikurangi apabila disediakan panduaan metodologi
pembelajaran dan penilaiannya.
B. Tujuan
PEDOMANMata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP dan MTs ini disusun
dengan tujuan agar para guru Bahasa Indonesia memahami (1)
substansi dan karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMPdan MTs, (2) kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran
bahasa Indonesia di SMPdan MTs, (3) desain pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia di SMPdan MTs, (4) model pembelajaran
untuk mencapai tiap kompetensi dasar mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMPdan MTs, (5) metodologi pembelajaran bahasa
Indonesia di SMPdan MTs, (3) jenis-jenis penilaian mata pelajaran
bahasa Indonesia di SMPdan MTs, (4) strategi pembelajaran dan
penilaian setiap kompetensi dasar, (5) penilaian otentik dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, (6) penggunaan sumber belajar dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia, dan (7) guru sebagai pengembang
kultur sekolah. Dengan pemahaman terhadap ketujuh komponen tersebut
diharapkan para guru bahasa Indonesia mampu
mengaktualisasikan
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 5
pemahaman mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
pemilihan media dan sumber belajar pembelajaran bahasa Indonesia,
serta peran guru sebagai pengembang kultur sekolah.
C. Ruang Lingkup
PEDOMAN ini memuat (1) latar belakang, tujuan, ruang lingkup
PEDOMAN,dan sasaran PEDOMAN(2) substansi dan karakteristik mata
pelajaran bahasa Indonesia, (3) kompetensi inti dan kompetensi
dasar mata pelajaran bahasa Indonesia, (4) desain pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia, (5) model pembelajaran untuk mencapai
tiap kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia, (6)
penilaian otentik dalam pembelajaran bahasa Indonesia, (7)
penggunaan sumber belajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia,
dan (8) peran guru sebagai pengembang kultur sekolah.
D. Sasaran
Buku PEDOMAN mata pelajaran bahasa Indonesia ini disusun agar bisa
dijadikan rujukan oleh: (1) Dinas Pendidikan, (2) Pengawas, (3)
Kepala Sekolah, (4) Guru, (5) Orang tua, dan (6) Stakeholder
lainnya.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 20146
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 7
BAB II KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. Rasional
Pemerintah, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, telah
memberlakukan Kurikulum 2013, setelah melakukan kajian tahap demi
tahap, yang diawali dengan mengevaluasi secara menyeluruh Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah diberlakukan sejak
tahun2006. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang
sangat strategis dalam Kurikulum 2013. Peran utama mata pelajaran
bahasa Indonesia adalah sebagai penghela ilmu pengetahuan. Dengan
mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu
pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan
bahasa Indonesia itu sendiri.
B. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia SMPdan MTs
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia diturunkan dari Permendikbud
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Standar
Kompetensi Lulusan kemudian diturunkan menjadi Kompetensi Inti
(KI). Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMPdan MTs memiliki empat
tujuan utama yang tertuang dalam kompetensi inti masing-masing
jenjang pendidikan. Secara keseluruhan tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP dan MTsadalah (1) memiliki sikap religius (2)
memiliki sikap sosial, (3) memiliki pengetahuan yang memadai
tentang berbagai genre teks bahasa Indonesia sesuai dengan jenjang
pendidikan yang ditempuhnya, dan (4) memiliki keterampilan membuat
berbagai genre teks bahasa Indonesia. Setiap pengetahuan tentang
berbagai genre teks bahasa Indonesia harus
Buku Pedoman Guru Kurikulum 20148
diimplementasikan dalam produk berupa karya, artinya pengetahuan
tersebut harus bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan siswa
dalam membuat karya sesuai dengan genre teks yang ada. Selanjutnya
pengetahuan- pengetahuan yang dipelajari siswa harus bisa mengubah
perilaku siswa terutama yang berhubungan dengan sikap sosial dan
religiusnya.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia SMP dan MTs meliputi
15 jenis teks, yaitu: (1) teks anekdot, (2) teks eksposisi, (3)
teks laporan hasil observasi, (4) teks prosedur komplek, (5) teks
negosiasi, (6) teks cerita pendek, (7) teks pantun, (8) teks cerita
ulang, (9) teks eksplanasi kompleks, (10) teks film/ drama, (11)
Teks cerita sejarah, (12) teks berita, (13) teks iklan, (14) teks
editorial/opini, dan (15) teks novel.
D. Hakikat Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Sarana Berpikir Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah
proses belajar memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan,
informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan
komunikasi keilmuan, kesastraan, dunia pekerjaan, dan komunikasi
sehari-hari baik secara tertulis maupun lisan. Dalam kaitannya
dengan memahami dan memproduksi gagasan, perasaan, pesan,
informasi, data, dan pengetahuan untuk berbagai keperluan tersebut,
kegiatan berpikir mempunyai peranan sangat penting. Bahkan berpikir
merupakan aktivitas sentral yang memungkinkan peserta didik dapat
memahami dan memproduksi gagasan dan lain-lain dengan baik. Oleh
karena itu, guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan
terjadinya proses berpikir secara optimal. Proses berpikir optimal
yang seharusnya melekat dan terus-menerus
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 9
terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus disadari pendidik
dan peserta didik dalam setiap episode pembelajaran. Ketika
pendidik menghadirkan sebuah teks, misalnya, isi teks itu akan
dipahami dengan baik bila peserta didik mampu dan mau berpikir
(logis, kritis, dan kreatif). Selanjutnya, peserta didik akan dapat
memproduksi gagasan dan lain-lain yang baru berdasarkan
gagasan-gagasan yang ditemukan dalam teks tersebut, bila peserta
didik mampu dan mau berpikir dengan baik pula. Realisasi kegiatan
berpikir itu misalnya menghubung-hubungkan gagasan, membandingkan
gagasan, mempertentangkan gagasan, memilih-milah gagasan,
menafsirkan data, menyimpulkan hasil analisis, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan-gagasan baru atau aspek- aspek baru yang akan
dituangkan ke dalam tulisan atau paparan lisan dalam suatu
peristiwa berbahasa tertentu. Dengan demikian, kegiatan berbahasa
dan berpikir merupakan inti dalam pembelajaran berbahasa
Indonesia.
2. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Perekat Bangsa Bahasa Indonesia
memiliki peran sentral untuk mempersatukan bangsa dan sarana
pengembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik.
Selain itu, penguasaan bahasa Indonesia oleh peserta didik juga
akan menunjang keberhasilan mereka dalam mempelajari semua mata
pelajaran. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan
membantu peserta didik mengembangkan potensi pikir, rasa, dan karsa
untuk mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut,
mengemukakan gagasan dan perasaan, menemukan serta menggunakan
kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif, inventif, dan
imaginatif yang ada dalam diri peserta didik. Ke arah masa depan,
peserta didik memerlukan pengalaman belajar berbahasa Indonesia
sebagai perekat bangsa. Proses penghayatan ini perlu diprogramkan
secara terencana dan bersistem. Dengan cara ini – melalui
pengalaman belajar berbahasa Indonesia sebagai perekat
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201410
bangsa – diharapkan akan terbangun jiwa dan semangat kebersamaan
peserta didik. Dengan demikian kedudukan bahasa Indonesia sebagai
pemersatu bangsa makin diperkuat melalui proses pendidikan di
sekolah, sebagaimana tercerminkan dalam komunikasi sosial kultural
yang harmonis di antara para penuturnya. Bahasa Indonesia juga
berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai
keperluan, untuk berkomunikasi dengan seluruh warga bangsa dalam
rangka membangun rasa dan ikatan kebersamaan secara nasional,
membangun komunikasi efektif sehari-hari, membangun relasi sosial
yang harmonis (komunikasi yang bermartabat), dan membangun
kematangan emosional. Di sisi lain, sastra Indonesia berperan untuk
penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian
sosial, penumbuhan apresiasi budaya, penyaluran gagasan, penumbuhan
imajinasi, serta peningkatan ekspresi secara kreatif.
3. Penghela Ilmu Pengetahuan Kemampuan berpikir logis, kritis,
kreatif, inovatif, dan bahkan inventif peserta didik perlu secara
sengaja dibina dan dikembangkan. Untuk melakukan hal itu, mata
pelajaran bahasa Indonesia menjadi wadah strategis. Melalui
membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tersebut secara terus-menerus yang
akan diteruKIan juga melalui mata pelajaran yang lain. Hal itu
harus benar-benar disadari semua guru BI agar dalam menjalankan
tugasnya dapat mewujudkan mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai
wadah pembinaan/ pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu
pengetahuan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan
bahasa Indonesia itu sendiri.
4. Penghalus Budi Pekerti Lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia
mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra. Melalui jenis teks
sastra, bahasa Indonesia dapat
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 11
dijadikan sebagai sarana penghalus budi pekerti siswa. Sastra
Indonesia sebagai media ekspresi sikap kritis dan kreatif terhadap
berbagai fenomena kehidupan mampu menumbuhkan kehalusan budi,
kesetiakawanan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, dan mampu
membangun kencerdasan kehidupan masyarakat. Pembelajaran sastra
dapat membentuk sikap kritis dan kreatif serta kepekaan terhadap
berbagai fenomena kehidupan di lingkungan sosial budaya ataupun di
lingkungan alam sekitar. Bersastra dapat diwujudkan melalui
kegiatan apresiasi dan produksi karya sastra (puisi, fiksi, dan
drama). Kegiatan apresiasi karya sastra yang diawali dari membaca
harus menjadi kegiatan penting dalam pembelajaran bersastra peserta
didik. Melalui membaca puisi, fiksi, naKIah drama atau mendengarkan
rekaman atau pembacaan puisi, cerpen, penggalan novel, dan/atau
naKIah drama peserta didik terlibat dalam kegiatan reseptif. Pada
kesempatan yang lain, peserta didik diajak untuk terlibat dalam
kegiatan produktif untuk menulis atau menghasilkan puisi, cerpen,
penggalan novel, dan/atau naKIah drama. Melalui kegiatan produktif
lisan atau tulis peserta didik juga dapat mempresentasikan kinerja
apresiatifnya. Dengan demikian, kegiatan reseptif dan produktif
dalam bersastra akan menjadi kegiatan sambung-menyambung dalam
iklim pembelajaran yang menyenangkan.
5. Pelestari Budaya Bangsa Bahasa Indonesia merupakan bagian dari
budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan eksistensinya. Sebagai
bagian dari budaya bangsa yang dijunjung tinggi, eksistensi bahasa
Indonesia akan terus bertahan dan bahkan menguat bila dilestarikan
setiap penuturnya. Pemelajaran bahasa Indonesia dan komunitas
sekolah pada umumnya, akan sangat kondusif untuk melestarikan
eksistensi bahasa Indonesia mengingat peserta didik dan guru
merupakan kelompok strategis di masyarakat untuk melestarikan
eksistensi bahasa Indonesia sebagai bagian dari budaya
bangsa.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201412
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 13
BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
SERTA ALUR PENGEMBANGANNYA
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau
jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama
yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus
menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills
dan soft skIills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur
pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi
vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi
vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten
Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke
kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu
terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang
dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan
antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten
Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu
pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling memperkuat.
B. Ruang Lingkup
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait,
yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1),
sikap
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201414
sosial (kompetensi inti2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan
penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam
setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang
berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara
tidak langsung (indirect teaching), yaitu pada waktu peserta didik
belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan
pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4). Kompetensi Inti SMP dan
MTs
Kompetensi Inti Kelas VII
Kompetensi Inti Kelas VIII
Kompetensi Inti Kelas IX
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 15
Kompetensi Inti Kelas VII
Kompetensi Inti Kelas VIII
Kompetensi Inti Kelas IX
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201416
C. Kompetensi Dasar Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi dasar
adalah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dalam suatu
mata pelajaran di kelas tertentu. Kompetensi dasar setiap mata
pelajaran di kelas tertentu ini merupakan jabaran lebih lanjut dari
kompetensi inti, yang memuat tiga ranah, yaitu afektif, kognitif,
dan psikomotor. Acuan yang digunakan untuk mengembangkan kompetensi
dasar setiap mata pelajaran pada setiap kelas adalah kompetensi
inti.
D. Kompetensi Dasar Domain Sikap Ketuhanan
Kompetensi dasar (KD) domain sikap dipilah menjadi dua aspek, yaitu
aspek ketuhanan dan aspek sosial. KD domain sikap aspek ketuhanan
untuk mata pelajaranBahasa Indonesia jenjang SMPdan MTs difokuskan
pada perwujudan rasa syukur terhadap keberadaan bahasa Indonesia
sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia di tengah beragaman bahasa
dan budaya, rasa syukur karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai
sarana untuk memahami dan sekaligus menyajikan informasi secara
lisan dan tulis. Wujud rasa syukur ini dalam praktik pembelajaran
di kelas ditandai dengan penggunaan bahasa Indonesia secara baik
dan benar dalam memahami, menelaah, menilai, dan menyajikan
informasi baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, KD
domain sikap aspek ketuhanan ini tidak diajarkan tetapi
diintegrasikan dalam KD domain kognitif dan psikomotor. Selanjutnya
rumusan KD domain sikap aspek ketuhanan untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VII SMP adalah sebagai berikut: (1) Menghargai dan
mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa untuk mempersatukan bangsa Indonesia ditengah keberagaman
bahasa dan budaya, (2) Menghargai dan mensyukuri
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 17
keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan yang Maha Esa
sebagai sarana memahami informasi lisan dan tulis (3) Menghargai
dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan
yang Maha Esa sebagai sarana menyajikan informasi lisan dan
tulis.
E. Kompetensi Dasar Domain Sikap Aspek Sosial
KD domain sikapaspek sosial mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk
tiap kelas memiliki rumusan berbeda. KD ini difokuskan pada
pemilikan karakter jujur, peduli, cinta tanah air, semangat
kebangsaan, demokratis, kreatif, santun, percaya diri ketika
mengungkapkan aktivitas berbahasa baik secara lisan maupun tulis.
Rumusan KD domain sikap aspek sosial ini dipilah sesuai dengan
jenis teks yang hendak dikompetenkan kepada peserta didik.
Selanjutnya untuk kelas VII SMP ada 5 KD domain sikap yang
diselaraskan dengan 5 jenis teks yang dituntut untuk dikuasai oleh
peserta didik, yaitu teks laporan hasil observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerpen. Sikap jujur,
tanggung jawab, santun, dan lain-lain menjadi acuan ketika
melaksanakan aktivitas berbahasa sesuai dengan jenis teks. Contoh
rumusan KD kelas VII SMP mapel bahasa Indonesia untuk domain sikap
aspek sosial dipaparkan berikut: (1), Memiliki perilaku jujur,
tanggung jawab, dan santun dalam menanggapi secara pribadi hal-hal
atau kejadian berdasarkan hasil observasi, (2) Memiliki perilaku
percaya diri dan tanggung jawab dalam membuat tanggapan pribadi
atas karya budaya masyarakat Indonesia yang penuh makna, (3)
Memiliki perlaku kreatif, tanggung jawab,dan santun dalam
mendebatkan sudut pandang tertentu tentang suatu masalah yang
terjadi pada masyarakat, (4) Memiliki perilaku jujur dan kreatif
dalam memaparkan langkah-langkah suatu proses berbentuk linear),
dan (5) Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam
merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek. Rumusan KD domain
sikap aspek sosial tersebut memuat dua komponen penting
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201418
yaitu aspek sikap/perilaku (jujur, tanggung jawab, santun, dll.)
dipadu dengan aktivitas berbahasa dalam jenis teks tertentu
(menanggapi hal-hal atau kejadian berdasarkan hasil observasi,
dll.). Dari rumusan tersebut tampak jelas bahwa KD domain sikap
aspek sosial ini tidak diajarkan dalam materi tersendiri tetapi
diintegrasikan dalam pembelajaran pada domain pengetahuan dan
keterampilan.
F. Kompetensi Dasar Domain Pengetahuan
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SMPdan MTs selalu
diawali dengan teori pengetahuan. Selanjutnya
pengetahuan-pengetahuan itu harus bermakna dalam bentuk produk/
keterampilan. Dan terakhir dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki diharapkan bisa mengubah sikap para peserta didik. Berikut
adalah contoh rumusan KD kelasVII SMPdan MTs mapel Bahasa Indonesia
untuk domain pengetahuan: (1) Memahami teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik
melalui lisan maupun tulisan, (2) Membedakan teks hasil observasi,
tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik
melalui lisan maupun tulisan, (3) Mengklasifikasi teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita
pendek baik melalui lisan maupun tulisan, dan (4) Mengidentifikasi
kekurangan teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek berdasarkan kaidah-kaidah teks baik
melalui lisan maupun tulisan.
G. Kompetensi Dasar Domain Keterampilan
Berikut contoh rumusan KD kelas VII SMP dan MTsmata pelajaran
Bahasa Indonesia untuk domain keterampilan: (1) Menangkap makna
teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,
dan cerita pendek baik secara lisan maupun tulisan, (2) Menyusun
teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi,
dan cerita pendek sesuai dengan
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 19
karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun
tulisan, (3) Menelaah dan merevisi teks hasil observasi, tanggapan
deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek sesuai dengan
struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan, dan (4)
Meringkas teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi,
eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun
tulisan
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201420
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 21
BAB IV DESAIN DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
A. Kerangka Pembelajaran
Siswa adalah peserta yang aktif. Titik tolak pemikiran bahwa siswa
diajar dan guru mengajar beralih ke pandangan bahwa siswa belajar,
mempelajari hal terus-menerus dalam perjalanan hidupnya. Sekolah
merupakan tempat dan kesempatan untuk belajar. Kegiatan belajar
adalah kegiatan sepanjang hayat, yang tidak berhenti pada saat
siswa tamat sekolah. Oleh karena itu, kegiatan di sekolah harus
memiliki fungsi lebih daripada sekadar pengajaran. Kegiatan di
sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Siswa saling belajar, bukan
hanya dari guru melainkan dari teman sekelas, sesekolah, dan dari
sumber belajar yang lain (lingkungan). Siswa juga mempelajari
bahasa sebagai alat komunikasi, lebih daripada sekadar pengetahuan
tentang bahasa. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir
dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga
diarahkan untuk mempertajam perasaan siswa. Siswa tidak hanya
diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas
atau langsung, melainkan juga yang disampaikan secara terselubung
atau secara tidak langsung. Siswa tidak hanya pandai dalam
bernalar, tetapi juga memiliki kepekaan dalam interaksi sosial dan
dapat menghargai perbedaan baik di dalam hubungan antarindividu
maupun di dalam kehidupan bermasyarakat, yang berlatar budaya dan
agama. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013
Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 bermuara pada
pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2),
pengetahuan (KI-3), dan (KI-4) keterampilan. Pendekatan berbasis
teks
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201422
yang dikembangkan pada kurikulum ini diaplikasikan melalui KBM yang
mendorong peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan (KI-3) dan
keterampilan (KI-4) mereka dalam memahami dan menyusun berbagai
jenis teks sesuai dengan jenjang. Adapun pengembangan sikap (KI-1
dan KI-2) tidak menjadi bagian tersendiri sebagai sesuatu yang
diajarkan dalam proses pembelajaran. Kompetensi dasar yang terdapat
pada KI-1 dan KI-2 dikembangkan melalui integrasi dalam
pengembangan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Sebagai
contoh, ketika peserta didik mempelajari struktur teks laporan
observasi dan mengaplikasikan konsep tersebut melalui penyusunan
teks, sikap-sikap yang diinginkan pada KD di KI-2, yaitu disiplin,
tanggung jawab, dan kerja keras. Guru harus selalu terus menerus
mengembangkan sikap-sikap ini di dalam KBM.
B. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan
untuk mempelajari Bahasa Indonesia. Teknologi komunikasi berupa
media cetak dan elektronik. Media cetak meliputi surat kabar,
majalah, buku, brosur, radio, internet, VCD, CD, dan lain-lain.
Melalui internet dapat diperoleh berbagai informasi dalam berbagai
bahasa sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca. Melalui
televisi dan radio siswa dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan
dan melalui media komputer siswa dapat mengembangkan kemampuan
membaca dan menulis. Pendekatan Berbasis Teks Kurikulum 2013 mata
pelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks.
Pendekatan ini bertujuan agar siswa mampu memproduksi dan
menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam
pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, Bahasa Indonesia
diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan
sebagai teks yang
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 23
berfungsi untuk menjadi aktualisasi diri penggunanya pada konteks
sosial dan akademis. Teks harus dipandang sebagai satuan bahasa
yang bermakna secara kontekstual. Prinsip pembelajaran bahasa
berbasis teks: (1) bahasa dipandang sebagai teks, bukan semata-mata
kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2) penggunaan
bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk
mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu
penggunaan bahasa yang yang tidak pernah dapat dilepaskan dari
konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin
ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa
merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Setiap
teks memiliki struktur tersendiri yang berbeda dengan teks lainnya.
Dalam setiap setiap teks tersebut terdapat struktur berpikir yang
harus dipahami agar fungsi sosial masing-masing teks tersebut dapat
tercapai.
C. Rancangan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siklus Pembelajaran Berbasis teks: 1. Membangun Konteks
Tahapan pertama dalam pembelajaran berbasis teks dimulai dari
memperkenalkan konteks sosial dari teks yang dipelajari. Kemudian
mengeksplorasi ciri-ciri dari konteks budaya umum dari teks yang
dipelajari serta mempelajari tujuan dari teks tersebut. Selanjutnya
adalah dengan mengamati konteks dan situasi yang digunakan.
Misalnya dalam teks eksposisi, siswa harus bisa memahami peran dan
hubungan antara orang-orang yang berdialog apakah antar teman,
editor dengan pembaca, guru dengan siswa, dan sebagainya. Siswa
juga harus memahami media yang digunakan apakah percakapan tatap
muka langsung atau percakapan melalui telepon. Kegiatan yang dapat
dilakukan di dalam kelas adalah:(a) mempresentasikan
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201424
konteks. Untuk menyajikan suatu konteks, bisa menggunakan berbagai
media antara lain melalui gambar, benda nyata, field-trip,
kunjungan, wawancara kepada narasumber dan sebagainya, (b)
membangun tujuan sosial. Untuk mengetahui tujuan sosial bisa
melalui diskusi, survey, dan yang lainnya, (c) membandingkan dua
kebudayaan. Membandingkan penggunaan teks antara dua kebudayaan
berbeda, yaitu kebudayaan kita dengan kebudayaan penutur asli, (d)
Membandingkan model teks dengan teks yang lainnya. Contohnya
membandingkan percakapan antara teman dekat, teman kerja, atau
orang asing.
6. Pemodelan Pada tahap ini, siswa mengamati pola dan ciri-ciri
dari teks yang diajarkan. Siswa dilatih untuk memahami struktur dan
ciri-ciri kebahasaan teks
7. Menyusun Teks Secara Bersama Dalam tahapan ini, siswa mulai
memahami keseluruhan teks. Guru secara perlahan mulai mengarahkan
siswa agar mandiri sehingga siswa menguasai model teks yang
diajarkan.Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas antara lain
mendiskusikan jenis teks, melengkapi teks rumpang, membuat kerangka
teks, melakukan penilaian sendiri atau penilaian antar teman
sebaya, dan bermain teka-teki.
8. Menyusun Teks Secara Mandiri Setelah melalui tahapan kesatu
sampai tahapan ketiga, siswa telah memiliki pengetahuan mengenai
model teks yang diajarkan. Siswa mulai memiliki kemampuan yang
cukup untuk membuat teks yang mirip dengan model teks yang
diajarkan. Dalam tahapan ini, siswa mulai mandiri dalam mengerjakan
teks dan peran guru hanya mengamati siswa untuk penilaian.Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam tahapan ini antara lain (a) Untuk
meningkatkan kemampuan mendengarkan, siswa merespon teks lisan,
menggaris bawahi teks, menjawab pertanyaan, dan lain-lain, (b)
Untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan dan berbicara, siswa
bermain peran, melakukan dialog berpasangan atau berkelompok, (c)
Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, siswa melakukan
presentasi
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 25
di depan kelas, (d) Untuk meningkatkan kemampuan membaca, siswa
merespon teks tertulis, menggaris bawahi teks, menjawab pertanyaan,
dan lain-lain, (e) Untuk meningkatkan kemampuan menulis, siswa
membuat draft dan menulis teks secara keseluruhan
D. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses mengamanatkan
penggunaan pendekatan saintifik dengan menggali informasi melalui
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/melakukan eksperimen,
menalar/mengasosiasi dan mengomunikasikan.
1. Mengamati Tahap mengamati mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan
tertentu, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa
ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pendekatan saintifik seperti
telah dikemukan di atas juga diterapkan di dalam kurikulum 2013
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui penguasaan berbagai jenis
teks seperti yang terdapat di dalam kurikulum 2013 , keterampilan
berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, menulis) akan
memperkuat pencapaian kompetensi peserta didik. Pada tahap
mengamati, kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan
dengan mengamati teks yang dimodelkan, mengamati tayangan
TV/rekaman video, mengamati gambar atau mengamati lingkungan
sekitar.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201426
9. Menanya Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermuladari
‘bertanya’. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang
berbasis Contextual Teaching and Learning(CTL). Bertanya dalam
pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pelaksanaaan
pembelajaran. Siswa dalam mengajukan pertanyaan didorong rasa ingin
tahu. Setiap pertanyaan merupakan saat yang berguna, karena saat
ini akan memusatkan seluruh perhatian untuk memahami sesuatuyang
baru. Setiap pertanyaan yang diutarakan menunjukan bahwa siswa
menyadari adanya suatu masalah. Siswa merasa kekurangan pengetahuan
seputar materi yang diajarkan oleh guru. Guru harus mampu
merangsang minat siswa bertanya serta mampu merespon setiap
pertanyaan dengan baik.Adapun keterampilan bertanya yang harus
dimiliki siswa ketika bertanya yaitu frekuensi pertanyaan selama
proses pembelajaran, substansi pertanyaan, bahasa, suara, dan
kesopanan. Seorang siswa yang dibiasakan untuk bertanya maka siswa
tersebut akan.
10. Mengumpulkan informasi/melakukan eksperimen Kegiatan
mengumpulkan informasi/melakukan eksperimen adalah kegiatan
pembelajaran yang didesain agar tecipta suasana kondusif yang
memungkinkan siswa dapat melakukan aktivitas fisik yang
memaksimalkan pengunaan panca indera dengan berbagai cara, media,
dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep,
dan/atau prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran. Dalam
kegiatan ini, guru: (1) melibatkan peserta didik mencari informasi
yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip belajar dari aneka sumber; (2)
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran,
dan sumber belajar lain; (3) memfasilitasi terjadinya interaksi
antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 27
lainnya; (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan (5) memfasilitasi peserta didik
melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.
11. Menalar/mengasosiasi Penalaran adalah proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta- kata empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran
dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan
padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari
reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran
pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori.
12. Mengomunikasi Pada tahap ini peserta didik memaparkan hasil
pemahamannya terhadap suatu konsep/bahasan secara lisan atau
tertulis. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah melakukan presentasi
laporan hasil percobaan, mempresentasikan peta konsep, dan
lain-lain.
E. Aplikasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Pendekatan saintifik seperti telah dikemukan di atas juga
diterapkan di dalam kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Melalui penguasaan berbagai jenis teks seperti yang terdapat di
dalam kurikulum 2013 , keterampilan berbahasa (mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis) akan memperkuat pencapaian kompetensi
peserta didik. Aplikasi diwujudkan melalui contoh RPP
berikut:
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201428
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Indoesia
Kelas/semester : VII/Semester dua Materi Pokok : Teks Cerita Pendek
Alokasi Waktu : 2pertemuan (6 X40 menit)
A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 29
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1 1.2 Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa Indonesia sebagai
anugerah Tuhan yang Maha Esa sebagai sarana memahami informasi
lisan dan tulis.
1.2.1 Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sebagai implementasi rasa syukur kepada Tuhan atas keberadaan
bahasa Indonesia di antaranya dalam menjelaskan struktur dan ciri
bahasa teks cerpen
1.2.2 Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sebagai implementasi rasa syukur kepada Tuhan atas keberadaan
bahasa Indonesia di antaranya dalam menjelaskan makna kata,
kalimat, dan ungkapan dalam teks cerpen.
2 2.1 Memiliki perilaku percaya diri, peduli, dan santun dalam
merespon secara pribadi peristiwa jangka pendek.
2.1.1 Banyak berinisiatif dan memberi pendapat dalam berdiskusi
tentang struktur teks, ciri bahasa, dan isi teks cerpen.
2.1.2 Menunjukkan sikap toleran dan banyak membantu sejawat dalam
berdiskusi tentang struktur teks, ciri bahasa, dan isi teks
cerpen.
2.1.3 Menggunakan pilihan kata, ekspresi, dan gestur yang
menunjukkan sikap santun berdiskusi tentang pemahaman struktur
teks, ciri bahasa, dan isi teks cerpen.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201430
No Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3 3.1 Memahami teks hasil observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik melalui lisan maupun
tulisan
3.1.1 Mengidentifikasi struktur teks cerpen 3.1.2 Mengidentifikasi
ciri bahasa cerpen.
4 4.1 Menangkap makna teks hasil observasi, tanggapan deskriptif,
eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek baik secara lisan maupun
tulisan
4.1.1 Mejelaskan makna kata, kalimat, dan ungkapan yang terdapat
dalam teks cerpen.
4.1.2 Menjawab pertanyaan literal, inferensial, inegratif, dan
kritis yang terkait dengan isi teks cerpen.
4.1.3 Menemukan keterkaitan isi teks cerpen dengan kehidupan
sehari- hari.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca sebuah cerpen, peserta didik mampu
mengidentifikasi struktur teks cerpen dengan baik.
2. Setelah membaca sebuah cerpen, peserta didik mampu
mengidentifikasi ciri bahasa teks cerpen dengan baik.
3. Selama proses pembelajaran tentang struktur dan ciri bahasa
teks, peserta didik terbiasa berinisiatif dan memberi pendapat
dengan baik.
4. Selama proses pembelajaran, peserta didik terbisas bersikap
toleran dan
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 31
banyak membantu sejawat dengan baik. 5. Selama proses pembelajaran,
peserta didik terbiasa menggunakan pilihan
kata, ekspresi, dan gestur yang menunjukkan sikap santun dengan
baik.
Pertemuan ke-2
6. Setelah membaca cerpen, siswa mampu menjelaskan makna kata,
kalimat, dan ungkapan yang terdapat dalam teks cerpen dengan
baik.
7. Setelah membaca teks cerpen, siswa mampu menjawab pertanyaan
literal, inferensial, integratif, dan kritis yang terkait dengan
isi teks cerpen dengan baik.
8. Setelah membaca teks cerpen, peserta didik mampu menemukan
keterkaitan isi teks cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
9. Selama proses pembelajaran tentang makna kata, kalimat,
ungkapan, menjawab pertanyaan literal, inferensial, integratif, dan
kritis, peserta didik terbiasa berinisiatif dan memberi pendapat
dengan baik.
10. Selama proses pembelajaran tentang makna kata, kalimat,
ungkapan, menjawab pertanyaan literal, inferensial, integratif, dan
kritis, peserta didik terbiasa menunjukkan sikap toleran dan
terbiasa membantu sejawat dengan baik.
11. Selama proses pembelajaran tentang makna kata, kalimat,
ungkapan, menjawab pertanyaan literasi, inferensial, integrative,
dan kritis, peserta didik terbiasa menggunakan pilihan kata,
ekspresi, dan gestur yang menunjukkan sikap santun dengan
baik.
D. Materi Pembelajaran
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201432
b. Ciri bahasa cerpen c. Kebiasaan bersikap percaya diri dengan
berinisiatif dan banyak berpendapat
saat berdiskusi d. Kebiasaan bersikap peduli dengan menunjukkan
sikap toleran dan banyak
membantu sejawat. e. Kebiasaan bersikap santun dengan pilihan kata,
ekspresi, dan gestur dalam
berdiskusi.
Pertemuan ke-2 a. Isi teks cerpen b. Keterkaitan isi teks cerpen
dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa c. Kebiasaan bersikap
percaya diri dengan berinisiatif dan banyak berpendapat
saat berdiskusi d. Kebiasaan bersikap peduli dengan menunjukkan
sikap toleran dan banyak
membantu sejawat. e. Kebiasaan bersikap santun dengan pilihan kata,
ekspresi, dan gestur dalam
berdiskusi
E. Metode Pembelajaran • Pendekatan Komunikatif (Communicative
Approach) • Model Pembelajaran Berbasis Teks (Genre-based Aproach)
• Sintak:
1) Membangun konteks 2) Pemodelan teks 3) Pemecahan masalah secara
bersama 4) Pemecahan masalah secara individual
F.
G. Sumber Belajar
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Balai Bahasa. hlm. …
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a. Bahasa Indonesia:
Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
hlm. 143—186.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013b. Bahasa Indonesia
Wahana Pengetahuan: Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. hlm. 55—59.
Penulis. Tahun. Pelajaran Mengarang. Jakarta: Kompas-Gramedia.
(Kumpulan Cerpen)
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2010. Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
H. Media Pembelajaran 1. Media
CD Interaktif pembelajaran cerpen
2. Alat dan bahan Teks Cerpen pemenang lomba tahun 2010, 2011,
2012
I. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201434
a. Pendahuluan 1) Guru mengajak peserta didik mengingat suasana
komunikasi di
keluarga: ayah, ibu, kakak, dan adik untuk membangun hubungan
antara guru dan peserta dirik.
2) Guru mengarahkan peserta didik untuk membentuk kelompok dengan
anggota 4—6 orang. Guru menarik perhatian peserta didik dengan
menggunakan guntingan judul dan bagian tengah cerpen “Kupu-kupu
Ibu” kepada peserta didik dan peserta diminta menebak isi
informasinya.
3) Guru mengarahkan perhatian peserta didik dengan meminta wakil
kelompok memberikan pendapatnya secara bersungguh-sungguh berdasar
pengetahuan awalnya.
4) Guru membangkitkan motivasi siswa dengan menyatakan bahwa setiap
jawaban siswa pada dasarnya benar. Setiap jawaban yang kurang
sempurna terhadap tebakan isi cerpen disempurnakan oleh guru.
5) Guru menjelaskan manfaat belajar pokok bahasan cerita
pendek.
a. Kegiatan inti 1) Mengamati :
• Siswa menjawab enam pertanyaan yang ada pada buku siswa hlm.
143—144 untuk membangun pemahaman tentang teks cerpen
Indonesia.
• Setelah menjawab pertanyaan, siswa menyimak guru membacakan
cerita pendek berjudul “Kupu-kupu Ibu”. Sambil mendengarkan hal-hal
pembacaan oleh guru, siswa mencermati hal-hal yang menarik dan
nyaman dinikmati dari cerpen tersebut.
1) Menanya • Siswa mempertanyakan tentang hal-hal (positif,
negatif, menonjol,
baru, sering muncul, dll) yang terdapat pada cerpen
“Kupu-kupu
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 35
Ibu”. • Dengan teknik catat bersusun, siswa melengkapi tabel
untuk
mendalami pemahaman pada isi cerpen. Siswa melengkapi tabel yang
bersisi enam penggalan kalimat yang ditandai dengan bintang tiga
(***).
• Siswa menjawab/mengajukan pertanyaan tentang isi teks cerpen
dalam diskusi kelompok kecil.
3) Mengumpulkan data
• Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita
pendek: orientasi, komplikasi, dan resolusi.
• “Kupu-kupu Ibu”, khususnya judul.
• Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu”, khususnya tokoh dan penokohan.
• Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu”, khususnya latar.
• Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu”, khususnya konflik.
• Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu”, khususnya klimaks.
• Dengan dipandu oleh guru, siswa mengenali struktur teks cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu”, khususnya leraian dan amanat.
• Siswa mengenali struktur cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”: Siswa
mengenali tokoh-tokoh cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
• Siswa mengenali tempat cerita berlangsung pada cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”.
• Siswa mengenali ide pokok cerita yang diyakini dijadikan sumber
cerita pada cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
• Siswa mengenali tokoh-tokoh cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201436
• Siswa mengidentifikasi bagian awal ceita yang berup lukisan,
waktu, tempat, atau kejadian pada cerita pendek “Kupu-kupu
Ibu”.
• Siswa menandai masalah yang dihadapi pelaku cerita pada cerita
pendek “Kupu-kupu Ibu”.
• Siswa mengidentifikasi puncak ketegangan pada cerita pendek
“Kupu-kupu Ibu”.
4)...Menalar • Siswa mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan nyata •
Siswa mengomunikasikan hal-hal menarik dan dapat dinikmati
dari
cerpen yang baru didengarkan. • Siswa menuliskan pesan/nasihat dari
cerita pendek “Kupu-kupu Ibu”. • Siswa mendiskusikan tentang
riwayat penulis cerita pendek “Kupu-
kupu Ibu”. • Siswa melengkapi bagian yang rumpang pada buku siswa
hlm. 151
dengan konjungsi yang sesuai. • Siswa menemukan makna kata sulit
dalam cerita pendek “Kupu-kupu
Ibu” dengan menggunakan kamus yang baik. • Siswa menyusun kalimat
dengan menggunakan kata-kata yang baru
saja ditemukan dari kamus.
5) Mengomunikasikan • Siswa menjelaskan struktur teks cerpen
“Kupu-kupu Ibu”. • Siswa menjelaskan (1) kata-kata sifat untuk
mendeskripsikan pelaku,
penampilan fisik, atau kepribadiannya; dan (2) kata-kata keterangan
untuk menggambarkan latar (latar waktu, tempat, dan suasana).
b. Penutup • Guru dan siswa melalukan refleksi terkait dengan
pembelajaran yang
baru berlangsung.
• Guru memberikan kuis sederhana untuk mengukur ketercapaian
pembelajaran hari ini.
• Guru memberikan tugas untuk pengayaan atau remidi kepada
siswa.
Pertemuan Kedua a. Pendahuluan (10 menit )
• Siswa berdoa bersama. • Siswa bersama guru mengatur tempat duduk
sebelum pembelajaran. • Guru menjelaskan manfaat belajar pokok
bahasan Cerita Pendek
Indonesia.
• Siswa membaca cerita pendek berjudul “Kupu-kupu Ibu”, menikmati
kekhasan imajinasinya, dan menangkap maknanya.
2) Menanya • Siswa menjawab/mengajukan pertanyaan dengan mengacu
pada
sebelas butir pertanyaan pada buku siswa (hlm. 150) sebagai pemandu
pemahaman isi cerpen.
• Siswa mencatat informasi yang didapat dari pembacaan cerita
pendek sebagai isi cerita pendek.
3) Mengumpulkan data • Dengan dipandu oleh guru, siswa memberikan
omentar terhadap
berbagai isi informasi yang didapat dari pembacaan cerpen “Kupu-
kupu Ibu”. Komentar ditekankan pada keaslian pendapat siswa.
• Dalam diskusi kelompok, siswa membahas komentar masing- masing
dengan sesame siswa.
• Dengan dipandu oleh guru, siswa memperkaya informasi tentang
budaya, nilai, kebiasaan, sikap seseorang dari buku-buku
referensi.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201438
4) Menalar • Dengan dipandu oleh guru, siswa mengaitkan isi cerita
pendek
yang dibaca siswa dengan kehidupan nyata siswa. • Siswa menemukan
makna kata sulit dalam cerita pendek “Kupu-
kupu Ibu” dengan menggunakan kamus yang baik. • Siswa menyusun
kalimat dengan menggunakan kata-kata yang
baru saja ditemukan dari kamus.
5) Mengomunikasikan • Siswa menjelaskan isi teks cerpen “Kupu-kupu
Ibu”. • Dalam diskusi kelompom/kelas, siswa menjelaskan keterkaitan
isi
cerita pendek dengan kehidupan sehari-hari. a. Penutup
• Guru dan siswa melalukan refleksi terkait dengan pembelajaran
yang baru berlangsung.
• Guru memberikan kuis sederhana untuk mengukur ketercapaian
pembelajaran hari ini.
• Guru memberikan tugas untuk pengayaan atau remidi kepada
siswa.
I. Penilaian
1. Sikap spiritual dan sosial
a. Teknik Penilaian : Observasi b. Bentuk Instrumen : Lembar
observasi c. Kisi-kisi:
LEMBAR OBSERVASI
No. Sikap/Nilai Indikator Butir Pertanyaan
1 Menghargai dan bersyukur kepada Tuhan YME atas keberadaan bahasa
Indonesia
Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
A1
A2
A3
A4
A5
4 Santun Terbiasa menggunakan pilihan kata, ekspresi, dan gesture
santun.
A6
Instrumen: lihat Lampiran 01
2. Pengetahuan a. Teknik Penilaian : Tes Tulis b. Bentuk Instrumen
: Uraian non Objektif (UNO) c. Kisi-kisi:
No Indikator Butir Instrumen 1 Mengenal struktur teks cerpen B1 2
Mengenal struktur bahasa cerpen B2 3 Memahami isi teks cerpen.
B3
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201440
Instrumen: lihat Lampiran 02.
3. Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Tes Tuls b. Bentuk Instrumen : Pilihan Ganda
c. Kisi-kisi:
Keterampilan Butir Instrumen 1.1.1 Mengidentifikasi kata, kalimat,
dan
ungkapan yang terdapat dalam teks cerpen.
C1, C2, C3
C4, C,5, C6,C7
C8, C9, C10
Instrumen: lihat Lampiran 03.
Jakarta, 17 Juli 2013 Mengetahui Kepala SMP Bangun Negeri, Guru
Mata Pelajaran,
________________________ _________________________ NIP. ... NIP.
... Lampiran 01
No. Sikap/nilai SB B C K
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 41
1 Terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar.
2 Terbiasa berinisiatif dalam bahasan memecahkan masalah.
3 Terbiasa memberi pendapat dalam bahasan pemecahan masalah.
4 Terbiasa toleran dalam memecahkan masalah.
5 Terbiasa membantu sejawat dalam memecahkan masalah.
6 Terbiasa menggunakan pilihan kata, ekspresi, dan gesture
santun.
Keterangan: SB = sangat baik B = baik C = cukup K = kurang
Lampiran 02
TES URAIAN NONOBJEKTIF (UNO) PENGETAHUAN STRUKTUR CERPEN DAN CIRI
BAHASA CERPEN
Petunjuk 1. Baca cerita pendek berjudul “Kartu Pos dari Surga”
berikut! 2. Kemudian, jawablah beberapa pertanyaan yang
menyertainya.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201442
Kartu Pos dari Surga Agus Noor
Mobil jemputan sekolah belum lagi berhenti, Beningnya langsung
meloncat menghambur. “Hati-hati!” teriak sopir. Tapi gadis kecil
itu malah mempercepat larinya. Seperti capung ia melintas di
halaman. Ia ingin segera membuka kotak pos itu. Pasti kartu pos
dari Mama telah tiba. Di kelas, tadi, ia sudah sibuk
membayang-bayangkan: bergambar apakah kartu pos Mama kali ini?
Hingga Bu Guru menegurnya karena terus-terusan melamun.
Beningnya tertegun, mendapati kotak itu kosong. Ia melongok,
barangkali kartu pos itu terselip di dalamnya. Tapi memang tak ada.
Apa Mama begitu sibuk hingga lupa mengirim kartu pos? Mungkin Bi
Sari sudah mengambilnya! Beningnya pun segera berlari berteriak,
“Biiikkk…Bibiiikkk…” Ia nyaris terpeleset dan menabrak pintu. Bik
Sari yang sedang mengepel sampai kaget melihat Beningnya
terengah-engah begitu.
“Ada apa, Non?” “Kartu posnya udah diambil Bibik, ya?” Tongkat pel
yang dipegangnya nyaris terlepas, dan Bik Sari merasa
mulutnya langsung kaku. Ia harus menjawab apa? Bik Sari bisa
melihat mata kecil yang bening itu seketika meredup, seakan sudah
menebak, karena ia terus diam saja. Sungguh, ia selalu tak tahan
melihat mata yang kecewa itu. ***
MARWAN hanya diam ketika Bik Sari cerita kejadian siang tadi.
“Sekarang, setiap pulang, Beningnya selalu nanya kartu pos…” suara
pembantunya terdengar serba salah. “Saya ndak tahu mesti jawab
apa…” Memang, tak gampang menjelaskan semuanya pada anak itu. Ia
masih belum genap 6 tahun. Marwan sendiri selalu berusaha
menghindari jawaban langsung bila anaknya bertanya, “Kok kartu pos
Mama belum datang ya, Pa?”
“Mungkin Pak Posnya lagi sakit. Jadi belum sempet nganter ke mari…”
Lalu ia mengelus lembut anaknya. Ia tak menyangka, betapa soal
kartu pos ini akan membuatnya mesti mengarang-ngarang
jawaban.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 43
Pekerjaan Ren membuatnya sering bepergian. Kadang bisa sebulan tak
pulang. Dari kota-kota yang disinggahi, ia selalu mengirimkan kartu
pos buat Beningnya. Marwan, kadang meledek istrinya, “Hari gini
masih pake kartu pos?” Karna Ren sebenarnya bisa telepon atau kirim
SMS. Meski baru playgroup, Beningnya sudah pegang hape. Sekolahnya
memang mengharuskan setiap murid punya handphone, agar bisa dicek
sewaktu-waktu, terutama saat bubaran sekolah, untuk berjaga-jaga
kalau ada penculikan.
“Kau memang tak pernah merasakan bagaimana bahagianya dapat kartu
pos…”
Marwan tak lagi menggoda bila Ren sudah menjawab seperti itu.
Sepanjang hidupnya, Marwan tak pernah menerima kartu pos. Bahkan,
rasanya, ia pun jarang dapat surat pos yang membuatnya bahagia.
Saat SMP, banyak temannya yang punya sahabat pena, yang dikenal
lewat rubrik majalah. Mereka akan berteriak senang bila menerima
surat balasan atau kartu pos, dan memamerkannya dengan membacanya
keras-keras. Karena iri, Marwan pernah diam-diam menulis surat
untuk dirinya sendiri, lantas mengeposkannya. Ia pun berusaha
tampak gembira ketika surat yang dikirimkannya sendiri itu ia
terima.
Ren sejak kanak sering menerima kiriman kartu pos dari Ayahnya yang
pelaut. “Setiap kali menerima kartu pos darinya, aku selalu merasa
ayahku muncul dari negeri-negeri yang jauh. Negeri yang gambarnya
ada dalam kartu pos itu…” ujar Ren. Marwan ingat, bagaimana semasa
mereka pacaran, Ren bercerita dengan suara penuh kenangan, “Aku
selalu mengeluarkan semua kartu pos itu, setiap Ayah pulang.” Ren
kecil duduk di pangkuan, sementara Ayahnya berkisah keindahan
kota-kota pada kartu pos yang mereka pandangi. “Itulah saat-saat
menyenangkan dan membanggakan punya Ayah pelaut.” Ren merawat kartu
pos itu seperti merawat kenangan. “Mungkin aku memang jadul. Aku
hanya ingin Beningnya punya kebahagiaan yang aku rasakan…”
Tak ingin berbantahan, Marwan diam. Meski tetap saja ia merasa
aneh, dan yang lucu: pernah suatu kali Ren sudah pulang, tetapi
kartu pos yang dikirimkannya dari kota yang disinggahi baru sampai
tiga hari kemudian! ***
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201444
Ketukan di pintu membuat Marwan bangkit, dan ia mendapati Beningnya
berdiri sayu menenteng kotak kayu. Itu kotak kayu pemberian Ren.
Kotak kayu yang dulu juga dipakai Ren menyimpan kartu pos dari
Ayahnya. Marwan melirik jam dinding kamarnya. Pukul 11.20.
“Nggak bisa tidur, ya? Mo tidur di kamar Papa?” Marwan menggandeng
anaknya masuk.
“Besok Papa bisa anter Beningnya nggak?” tiba-tiba anaknya
bertanya. “Nganter ke mana? Pizza Hut?”
Beningnya menggeleng. “Ke mana?” “Ke rumah Pak Pos…”
Marwan merasakan sesuatu mendesir di dadanya. “Kalu emang Pak
Posnya sakit, biar besok Beningnya aja yang ke
rumahnya, ngambil kartu pos dari Mama.” Marwan hanya diam, bahkan
ketika anaknya mulai mengeluarkan
setumpuk kartu pos dari kotak itu. Ia mencoba menarik perhatian
Beningnya dengan memutar DVD Pokoyo, kartun kesukaannya. Tapi
Beningnya terus sibuk memandangi gambar-gambar kartu pos itu. Sudut
kota tua. Siluet menara dengan burung-burung melintas langit
jernih. Sepeda yang berjajar di tepian kanal. Pagoda kuning
keemasan. Deretan kafe payung warna sepia. Dermaga dengan deretan
yacht tertambat. Air mancur dan patung bocah bersayap. Gambar pada
dinding gua. Bukit karang yang menjulang. Semua itu menjadi tampak
lebih indah dalam kartu pos. Rasanya, ia kini mulai dapat memahami,
kenapa seorang pengarang bisa begitu terobsesi pada senja dan ingin
memotongnya menjadi kartu pos buat pacarnya.
Andai ada Ren, pasti akan dikisahkannya gambar-gambar di kartu pos
itu hingga Beningnya tertidur. Ah, bagaimanakah ia mesti
menjelaskan semuanya pada bocah itu?
“Bilang saja Mamanya pergi…” kata Ita, teman sekantor, saat Marwan
makan siang bersama. Marwan masih ngantuk, karena baru tidur
menjelang jam lima pagi, setelah Beningnya pulas.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 45
“Bagaimana kalau ia malah terus bertanya, kapan pulangnya?” “Ya
sudah, kamu jelaskan saja pelan-pelan yang sebenarnya.” Itulah. Ia
selalu merasa bingung, dari mana mesti memulainya? Marwan
menatap Ita, yang tampak memberi isyarat agar ia melihat ke
sebelah. Beberapa rekan sekantornya terlihat tengah memandang
mejanya dengan mata penuh gosip. Pasti mereka menduga ia dan Ita…
“Atau kamu bisa saja tulis katu pos buat dia. Seolah-oleh itu dari
Ren..” Marwan tersenyum. Merasa lucu karena ingat kisah masa
lalunya. ***
MOBIL jemputan belum lagi berhenti ketika Marwan melihat Beningnya
meloncat turun. Marwan mendengar teriakan sopir yang menyuruh
hati-hati, tetapi bocah itu telah melesat menuju kotak pos di pagar
rumah. Marwan tersenyum. Ia sengaja tak masuk kantor untuk melihat
Beningnya gembira ketika mendapati kartu pos itu. Kartu pos yang
diam-diam ia kirim. Dari jendela ia bisa melihat anaknya memandangi
kartu pos itu, seperti tercekat, kemudian berlarian tergesa masuk
rumah.
Marwan menyambut gembira ketika Beningnya menyodorkan kartu pos
itu. “Wah, udah datang ya kartu posnya?” Marwan melihat mata
Beningnya berkaca-kaca.
“Ini bukan kartu pos dari Mama!” Jari mungilnya menunjuk kartu pos
itu. “Ini bukan tulisan Mama…”
Marwan tak berani menatap mata anaknya, ketika Beningnya terisak,
dan berlari ke kamarnya. Bahkan membohongi anaknya saja ia tak
bisa! Barangkali memang harus berterus terang. Tapi bagaimanakah
menjelaskan kematian pada anak seusianya? Rasanya akan lebih mudah
bila jenazah Ren terbaring di rumah. Ia bisa membiarkan Beningnya
melihat Mamanya terakhir kali. Membiarkannya ikut ke pemakaman.
Mungkin ia akan terus-terusan menangis karena merasakan kehilangan.
Tetapi rasanya jauh lebih mudah menenangkan Beningnya dari
tangisnya, ketimbang harus menjelaskan bahwa pesawat Ren jatuh ke
laut, dan mayatnya tak pernah ditemukan.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201446
*** KETUKAN gugup di pintu membuat Marwan bergegas bangun.
Duabelas lewat, sekilas ia melihat jam kamarnya. “Ada apa?” Marwan
mendapati Bik Sari yang pucat. “Beningnya…” Terburu Marwan
mengikuti Bik Sari. Dan ia tercekat di depan kamar
anaknya. Ada cahaya terang keluar dari celah pintu yang bukan
cahaya lampu. Cahaya yang terang keperakan. Dan ia mendengar
Beningnya yang cekikikan riang, seperti tengah bercakap-cakap
dengan seseorang. Hawa dingin bagai merembes dari dinding. Bau
wangi yang ganjil mengambang. Dan cahaya itu makin menggenangi
lantai. Rasanya ia hendak terserap amblas ke dalam kamar.
“Beningnya! Beningnya!” Marwan segera menggedor pintu kamar yang
entah kenapa begitu sulit ia buka. Ia melihat ada asap lembut,
serupa kabut, keluar dari lubang kunci. Bau sangit membuatnya
tersedak. Lebih keras dari bau amoniak. Ia menduga terjadi
kebakaran, dan makin panik membayangkan api mulai melahap
kasur.
“Beningnya! Beningnya!” Bik Sari ikut berteriak memanggil. “Buka
Beningnya! Cepat buka!” Entahlah berapa lama ia menggedor, ketika
akhirnya cahaya keperakan
itu seketika lenyap, dan pintu terbuka. Beningnya berdiri sambil
memegangi selimut. Segera Marwan menyambar mendekapnya. Ia melongok
ke dalam kamar, tak ada api, semua rapi. Hanya kartu pos-kartu pos
yang beserakan.
“Tadi Mama datang,” pelan Beningnya bicara. “Kata Mama tukang
posnya emang sakit, jadi Mama mesti nganter kartu posnya
sendiri…”
Beningnya mengulurkan tangan. Marwan mendapati sepotong kain serupa
kartu pos dipegangi anaknya. Marwan menerima dan mengamati kain
itu. Kain kafan yang tepiannya kecoklatan bagai bekas
terbakar.
Singapura-Yogyakarta,
Pertanyaan:
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 47
1. Jelaskan garis besar cerita pendek tersebut! 2. Jelaskan
struktur cerita pendek tersebut! 3. Jelaskan ciri bahasa yang khas
yang kamu temukan pada cerpen tersebut.
Rambu Jawaban
1. Bening, anak usia 6 tahun adalah putra Marwan dan Ren.
Kesibukannya bekerja di luar kota menjadikan Ren sering berkirim
kartu pos kepada anaknya, Bening. Suatu saat, karena karena
kecelakaan Ren meninggal di luar kota, jenazahnya tidak bisa dibawa
pulang. Karena belum cukup umur, Bening belum diberi tahu kabar
yang sesungguhnya tentang mamanya, Ren. Akhirnya, Bening pun selalu
menunggu kartu pos dari mamanya.
2. Cerita pendek “Kartu Pos dari Surga” beralur mundur. Cerita
diawali dari kondisi terakhir Bening yang amat merindukan kartu pos
dari mamanya. Berikutnya diceritakan kondisi kehidupan Ren, Marwan,
da Bening. Pada akhir cerita, setelah membaca bahasa yang tersirat,
pembaca dapat menyimpulkan bahwa Ren telah meninggal di luar kota
yang tidak memungkinkan jenazahnya dibawa pulang.
3. Sapaan pada anak yang amat disayang dengan menambahkan klitika
“-nya”. Sapaan seperti ini merupakan terjemahan dari akhirn “-e”
dalam bahasa Jawa. Sapaan anak tersayang dengan tambahan akhir “-e”
dalam budaya Jawa ini diadopsi untuk sapaan sayang dalam bahasa
Indonesia. Ini menunjukkan bahwa latar budaya cerita adalah budaya
Jawa.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201448
Lampiran 03
PENILAIAN TERTULIS KETERAMPILAN MENANGKAP MAKNA CERITA PENDEK
Petunjuk 1. Baca kembali cerpen berjudul “Kartu Pos dari Surga”. 2.
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu alterative jawaban
yang
paling benar.
Soal 1. Identifikasi 3 kata kunci yang terdapat pada cerita pendek
tersebut!
Jawab: a. selalu melongok kotak pos b. kartu pos c. sepotong kain
serupa kartu pos
2. Identifikasi 2 kalimat yang menurut Anda menarik yang terdapat
pada cerita pendek tersebut! Jawab: a. “Kau memang tak pernah
merasakan bagaimana bahagianya dapat
kartu pos.. b. “Tadi mama dating,” pelan Beingnya bicara, “kata
mama tukang posnya
emang sakit, jadi mama mesti mengantar kartu posnya sendiri.”
3. Identifikasi ungkapan yang menurut Anda menarik yang terdapat
pada cerita pendek tersebut! Jawab:
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 49
siluet menara dengan pagoda kuning keemasan a. …………… 4. Menjawab
pertanyaan literal Siapakah yang bercerita pada bacaan di
atas?
A. Salah satu tokoh, yaitu Marwan B. Salah satu tokoh, yaitu Bi
Sari C. Pengamat pencerita D. Salah satu tokoh, yaitu
Beningnya
Kunci: C 5. Menjawab pertanyaan inferensial
Berdasarkan informasi yang kalian temukan dari bacaan di atas dapat
kalian simpulkan bahwa mama Bening adalah seorang .... A. pramugari
B. pelaut C. diplomat D. pengusaha
Kunci: A
6. Menjawab pertanyaan integratif Berdasarkan informasi pada bacaan
di atas, tulislah dua pelajaran penting yang dapat kalian petik
dari bacaan di atas!
Jawab: 1) Mewujudkan perhatian/kepedualian kepada orang lain dapat
dialkukan
dengan memberikan kepadanya benda yang murah tapi unik. 2) Untuk
menjadi orang yang bertanggung jawab pada tugas tidak harus
memiliki jabatan tinggi. Bik Sari adalah orang yang bertanggung
jawab pada tugasnya, meski hanya pembantu rumah tangga.
7. Menjawab oertanyaan evaluatif
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201450
Pertanyaan Evaluatif Judul tulisan di atas adalah Surat dari Surga.
Menurut penilain kalian, apakah judul tersebut sesuai dengan
isinya? Berikan alasan! Jawab Sesuai, karena pada cerita tersebut
terdapat unsur misteri dan msiteri itu berkonotasi positif.
8. Menjelaskan keterkaitan isi cerpen yang positif dengan kehidupan
sehari- hari. Jawab Ren adalah gambaran wanita karier yang sangat
sibuk. Meski sibuk, ia masih bertanggung jawab pada keluarga dengan
selalu membangun komunikasi dengan anaknya dengan cara yang
menimbukan kesan baik, yaitu mengirim kartu pos di era serba
digital.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 51
BAB V MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Dalam kaitannya dengan model pembelajaran bahasa Indonesia, ada
beberapa istilah yang perlu diperjelas maknanya. Di antara sekian
banyak istilah tersebut, enam istilah yang paling sering digunakan
adalah: pendekatan, metode, teknik, strategi, prosedur, dan model.
Anthony (1963) menyatakan bahwa pendekatan adalah seperangkat
asumsi yang saling berkaitan terkait dengan hakikat bahasa, belajar
bahasa, dan pengajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatis,
artinya kebenarannya tidak perlu diperdebatkan lagi. Pendekatan
menggambarkan hakikat suatu mata pelajaran yang diajarkan,
menyatakan sudut pandang, filosofi, dan kebenaran yang tidak perlu
dibuktikan. Sebagai contoh, kita mengenal pendekatan komunikatif.
Pendekatan komunikatif memandang bahasa adalah alat komunikasi
sehingga belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, dan
pembelajaran bahasa adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik
agar pembelajar dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
secara baik dan benar. Pandangan ini bersifat fiosofis, aksiomatis,
dan kebenarannya tidak perlu diperdebatkan. Karakteristik
pembelajaran bahasa yang menerapkan pendekatan komunikatif adalah:
(1) seluruh proses pembelajaran didesain untuk menciptakan situasi
yang mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
(2) belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi,
oleh karena itu unsur-unsur tatabahasa, kosakata, dan bunyi
diarahkan untuk kepentingan pengembangan kemampuan berkomunikasi,
(3) makna adalah hal yang utama, sedangkan struktur adalah
pendukung makna, oleh karena itu pembelajaran tentang struktur
diajarkan secara terpadu untuk mendukung pemahaman terhadap
makna,
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201452
dan (4) pembelajar didorong untuk berani berkomunikasi dalam bahasa
target secara efektif (Syafi’ie, 2011). Metode adalah perencanaan
menyeluruh terkait dengan pemilihan, pengurutan, penyampaian materi
pembelajaran, serta pemberian koreksi jika pembelajar melakukan
kesalahan dalam pembelajaran,yang didasarkan pada pendekatan yang
telah dipilih (Anthony, 1963). Metode merupakan penerapan dari
pendekatan yang telah dipilih. Sebagai contoh, ketika kita memilih
pendekatan komunikatif, maka materi bahasa yang kita pilih
difokuskan pada penggunaan bahasa bukan pada kaidah-kaidah bahasa
semata. Dalam penyajian materi, peserta didik diajak terlibat
langsung dalam praktik penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi
nyata dan kaidah-kaidah bahasa diajarkan terpadu dengan penguasaan
kemampuan menggunakan bahasa. Kekurangsempurnaan peserta didik
dalam menggunakan tatabahasa, unsur-unsur bahasa, mengucapkan
bunyi-bunyi bahasa ditoleransi selama maksud komunikasi masih dapat
dipahami. Perbaikan terhadap berbagai kesalahan berbahasa
dilaksanakan secara alamiah, terpadu dalam seluruh proses
pembelajaran (Syafi’ie, 2011). Teknik adalah implementasi
pembelajaran di kelas yang dirancang selaras dengan pendekatan dan
metode yang dipilih (Anthony, 1963). Sebagai contoh, untuk
membelajarkan peserta didik terampil menulis teks hasil observasi,
pendidik dapat menggunakan beragam teknik, yaitu pemodelan,
diskusi, dan praktik. Teknik pemodelan dilaksanakan dengan cara
membaca beragam contoh teks hasil observasi. Dari pemodelan ini
peserta didik dapat mengidentifikasi struktur isi dan ciri bahasa
teks hasil observasi yang baik. Setelah itu, peserta didik
melaksanakan diKIusi untuk menentukan objek yang hendak
diamati/diobservasi, menentukan data-data yang diperlukan untuk
menyusun teks hasil observasi dan mengembangkan garis besar isi
teks hasil observasi sesuai dengan struktur isi dan ciri bahasa
teks hasil observasi. Teknik-teknik tersebut dipilih selaras dengan
pendekatan dan metode yang telah dipilih, yaitu pendekatan dan
metode komunikatif . Dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), para guru
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 53
bahasa Indonesia sering menyamakan istilah metode dengan teknik,
misalnya metode ceramah, metode diKIusi, dan metode tanya jawab.
Ceramah, diskusi, dan tanya jawab adalah teknik bukan metode.
Istilah strategi pada hakikatnya sama dengan metode. Hal ini karena
strategi dan metode dilihat dari makna leksikalnya adalah suatu
cara untuk melakukan sesuatu secara sistematis. Strategi dan metode
terkait dengan pengelolaan pembelajaran secara menyeluruh, mulai
dari pemilihan, pengurutan, penyajian materi, serta cara evaluasi.
Istilah prosedur dilihat dari makna leksikalnya adalah suatu
tahapan untuk melakukan sesuatu. Prosedur adalah perwujudan dari
teknik yang kita pilih. Sebagai contoh, ketika kita memilih teknik
pemodelan dalam membelajarkan keterampilan menulis teks hasil
observasi maka prosedur yang dilakukan adalah membaca satu atau dua
contoh teks hasil observasi, mengidentifikasi struktur isinya,
kemudian mengidentifikasi ciri bahasa dari teks yang dibaca.
Perwujudan dari pendekatan, metode/strategi, teknik, dan prosedur
yang kita pilih itulah yang disebut dengan model. Sebuah model,
misalnya model pembelajaran komunikatif dalam pembelajaran bahasa,
berarti di dalamnya sudah memuat pandangan tentang hakikat bahasa,
belajar bahasa, dan pembelajaran bahasa. Di samping itu juga sudah
tergambar bagaimana prinsip dan tahapan pembelajaran itu
dilaksanakan serta bagaimana membelajarkannya.
B. Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia
Berdasarkan uraian tentang pengertian istilah di atas, berikut ini
disajikan model-model pembelajaran bahasa Indonesia beserta
pendekatan, metode/ strategi, teknik, dan prosedur yang selaras
dengan model pembelajaran yang dipilih.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201454
C. Model Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks dilandasi oleh asumsi bahwa bahasa
adalah alat berkomunikasi dan berkomunikasi adalah kegiatan
berwacana dan wacana direalisasikan dalam teks. Dengan asumsi
tersebut, maka tugas pembelajaran bahasa adalah mengembangkan
kemampuan memahami dan menciptakan teks karena komunikasi terjadi
dalam teks atau pada tataran teks. Asumsi inilah yang digunakan
sebagai dasar pengembangan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa
Indonesia domain kognitif dan psikomotor dalam kurikulum 2013.
Komunikasi terjadi dalam teks ini dilandasi fakta bahwa kita hidup
di dunia kata-kata. Ketika kata-kata itu dirangkai menjadi satu
kesatuan untuk mengomunikasikan makna tertentu, itu artinya kita
telah menciptakan teks. Ketika kita berbicara atau menulis untuk
mengomunikasikan pesan tertentu, itu artinya kita telah menciptakan
teks. Ketika kita menyimak atau membaca, itu artinya kita
menginterpretasikan makna yang ada dalam teks. Menciptakan atau
menyusun teks untuk tujuan tertentu berarti kita melakukan
pemilihan bentuk dan struktur teks yang akan kita gunakan agar
pesan tersampaikan secara tepat. Pemilihan bentuk atau struktur
teks oleh penutur untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu kegiatan
sosial komunikatif ditentukan oleh konteks situasi yang dihadapi
(Halliday, 1985). Konteks situasi merupakan kesatuan dari beberapa
unsur yang tidak dapat terpisahkan dan saling memengaruhi satu sama
lain, yaitu apa yang sedang dibicarakan, siapa yang terlibat dalam
pembicaraan tersebut (sifat dan peran masing-masing, serta sifat
hubungan antara satu dengan lainnya), saluran yang digunakan
(tertulis, lisan, atau kombinasi keduanya, serta tujuan sosialnya
(persuasif, ekspositori, deduktif, dsb.). Suatu tindakan komunikasi
yang dilakukan untuk mencapai satu tujuan tertentu diwujudkan dalam
bentuk kongkrit berupa teks. Untuk satu tujuan yang sama, biasanya
tidak digunakan satu teks yang persis sama selamanya, tetapi
bervariasi dalam hal isi maupun bentuk bahasa yang
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 55
digunakan. Meskipun sama, kemiripan antara teks-teks tersebut dapat
dengan mudah diidentifikasi, bahkan oleh orang awam yang tidak
memiliki pengetahuan tentang ilmu bahasa atau ilmu komunikasi.
Beberapa teks yang memiliki kemiripan dalam tindakan yang dilakukan
itulah yang biasanya dikelompokkan dalam satu genre yang sama
(Puskur, 2007). Konsep genre dikaitkan dengan tindakan komunikatif
dalam konteks budaya, sedangkan teks pada konteks yang lebih
spesifik, yaitu situasi komunikatif yang ada. Satu genre dapat
muncul dalam berbagai jenis teks. Misalnya genre cerita, di
antaranya, dapat muncul dalam bentuk teks: cerita ulang, anekdot,
eksemplum, dan naratif, dengan struktur teks (struktur berpikir)
yang berbeda (Mahsum, 2013). Baik genre maupun teks tentunya dapat
digunakan sebagai satuan untuk menyusun program pendidikan bahasa.
Keduanya sama-sama berkenaan dengan potensi bahasa sebagai alat
untuk mengembangkan kemampuan berwacana secara efektif. Jenis teks
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori besar, yaitu teks sastra
dan teks faktual (Anderson, 2003). Jenis teks terpilih untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 jenjang SMP dan SMP dapat
dilihat pada tabel berikut. Jenis Teks untuk mapel Bahasa Indonesia
jenjang SMP
SMP KELAS X KELAS XI KELAS XII
• anekdot • laporan hasil
• cerita pendek • pantun • cerita ulang • eksplanasi kompleks •
film/drama
• cerita sejarah • berita • iklan • editorial/ opini • novel
1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201456
sebagai berikut: (1) berbahasa adalah kegiatan berkomunikasi dalam
bentuk wacana yang direalisasikan dalam bentuk teks, (2) tugas
pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan memahami dan
menciptakan teks karena komunikasi terjadi dalam teks atau pada
tataran teks, (3) menciptakan atau menyusun teks untuk tujuan
tertentu berarti melakukan pemilihan bentuk dan struktur teks yang
akan digunakan agar pesan tersampaikan secara tepat, (4) pemilihan
bentuk atau struktur teks oleh penutur untuk mencapai suatu tujuan
dalam suatu kegiatan sosial komunikatif ditentukan oleh konteks
situasi yang dihadapi, (5) belajar bahasa merupakan kegiatan yang
bersifat sosial, (6) belajar menjadi lebih efektif ketika harapan
guru terhadap pembelajar disampaikan secara tersurat, dan (7)
proses belajar bahasa merupakan serangkaian tahapan perkembangan
dari kegiatan berbantuan sampai dengan kegiatan mandiri.
2. Tahap-Tahap Pembelajaran Berikut adalah tahap-tahap pembelajaran
berbasis teks.
a. Apersepsi/Luncuran (building knowledge of the field) Pembicaraan
topik yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara
guru dan siswa, siswa dan siswa sehingga keterampilan mendengarkan
dan berbicara dimulai di sini.
b. Pemodelan teks (modelling of text) Pengenalan beragam teks lisan
maupun tulis kepada siswa. Teks tulis seperti resep juga dapat
dikenalkan pada tahap ini dengan menggunakan bahasa yang khas
resep, yaitu tanpa basa- basi kesantunan, padat, ringkas, dan
bentuk dan unsur teksnya cenderung tetap, yakni judul, bahan, cara
merau, dan cara menghidangkan.
c. Pemecahan masalah bersama (joint construction, Belajar dalam
kelompok yang digunakan siswa secara bersama- sama dalam kelompok
atau berpasangan, mengerjakan perlatihan-
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 57
perlatihan berbahasa yang ditugaskan oleh guru. Penyelesaian
perlatihan secara kelompok ini dilakukan dengan PEDOMAN dari buku
pelajaran, guru, maupun siswa lain.
d. Pemecahan masalah secara individual (independent construction)
Pelatihan siswa untuk menciptakan teks secara mandiri. Pada tahap
ini siswa diharapkan mampu menyelesaikan pelatihan-pelatihan
berbahasa secara mandiri atau spontan dalam konteks baru yang
berbeda dengan tahap kerja kelompok.
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201458
Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 59
BAB VI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
SMP DAN MTs
Penilaian otentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan
sejak tahun 1990-an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode
penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan
ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini
telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan
kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Penilaian otentik adalah penilaian atas perkembangan peserta didik,
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar
bagaimana belajar tentang subjek tertentu. Penilaian otentik harus
mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang
sudah
Buku Pedoman Guru Kurikulum 201460
atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan
pengetahuannya,