22
KURIKULUM DAN PENGEMBANGANNYA DISUSUN OLEH: PROGRAM TRANSFER KELAS IB KELOMPOK 7 ARIF AL-AMIN DWI SUCI KURNIASARI ENDAH NUROHMAH IIS RISNASARI RAHAYU WAHYUNINGSIH RUHWATUSSUPIYYAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Kurikulum Dan Pengembangannya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan

Citation preview

KURIKULUM DAN PENGEMBANGANNYA DISUSUN OLEH:

PROGRAM TRANSFER KELAS IB

KELOMPOK 7

ARIF AL-AMIN

DWI SUCI KURNIASARI

ENDAH NUROHMAH

IIS RISNASARI

RAHAYU WAHYUNINGSIH

RUHWATUSSUPIYYAHPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMAMADIYAH JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2014-2015BAB I

PENDAHULUANA. Latar BelakangPengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalahiniyaitu :

1. Apa pengertian dari asas pengembangan kurikulum?2. Apa saja macam-macam perubahan dalam kurikulum ?3. Apa saja faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum?4. Apa saja bentuk-bentuk pengembangan kurikulum?C. Tujuan Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk mengetahui :1. Pengertian Asas Pengembangan Kurikulum.2. Macam-macam Perubahan Kurikulum.3. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum.4. Bentuk-bentuk pengembangan kurikulum. BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Secara EtimologisWebsters Third New International Dictionary menyebutkan kurikulum berasal dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :a. Berlari cepatb. Tergesa-gesac. MenjalaniCurrerre dikatabendakan menjadi Curriculum yang berarti :a. Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkakib. Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhentic. Lapangan perlombaan, gelanggang, jalanMenurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang ditempuh. Semula dipakai dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.2. Pengertian Kurikulum Menurut Para AhliJ. Galen dan William M. Alexander, dalam Curriculum Planning for Better Teaching and Learning, (1956) menjelaskan kurikulum adalah segala usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar anak dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Kerikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai tujuan yang ditentukan oleh guru. Suatu tujuan tidak tercapai dengan suatu pengalaman saja, akan tetapi melalui berbagai pengalaman dalam bermacam-macam situasi di dalam maupun di luar sekolah. Pengalaman di sekolah dapat mempengaruhi pengalaman di luar sekolah. Yang dianggap kurikulum adalah hasil yang nyata pada anak. Di sini tampak, bahwa dibedakan rencana pelajaran dengan kurikulum. Pengalaman di dalam dan luar sekolah hendaknya saling melengkapi dan norma-norma yang berlaku di sekolah hendaknya juga diterapkan dalam rumah tangga maupun masyarakat. Kurikulum adalah suatu yang direncanakan, a plan for learning. Apa yang direncanakan biasanya bersifat ideal. Ini dapat dianggap sebagai ideal currikulum. Tidak segala sesuatu yang direncanakan akan menjadi kenyataan. Macam-macam sebabnya maka terjadi perbedaan atau gap antara kurikulum yang ideal dengan kurikulum yang nyata atau real curriculum. Di sini tampak adanya perbedaan antara kurikulum seperti direncanakan dengan kurikulum yang dapat direalisasikan di dalam kelas pada anak. Kurikulum seperti yang direncanakan biasanya berupa kurikulum yang ideal, yang dicita-citakan, yang berisi harapan-harapan yang sering berbunyi muluk-muluk. Tidak mudah mewujudkan apa yang tercantum di dalam kurikulum yang ideal itu. Maka karena ituselalu terdapat suatu perbedaan atau gap antara ideal curriculum dengan real curriculum. Kurikulum bagi mereka bukanlah semata-mata terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang sebaiknya disebut program pelajaran. Kumpulan macam-macam mata pelajaran dengan uraian tentang bahannya yang dicetak dalam bentuk buku, yang sering disebut kurikulum sebaiknya diberi nama buku pedoman guru.

Harold B, Alberty cs. Dalam Reorganizing the High School Curriculum, 1965 memandang kurikulum sebagai segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah bagi para pelajar. Tidak diadakan pembatasan antara kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas. Dengan kegiatan itu sekolah mengharapkan perubahan-perubahan dalam kelakuan siswa yang sesuai dengan filsafat dan tujuan pendidikan. B Othanel smith, W.O. Stanly dan J. Harlan Shores, memendang kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada

anak yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya. Kita lihat bahwa ada yang memandang kurikulum sebagai actual learning experiences yaitu pengalaman belajar yang nyata, akan tetapi ada pula yang menganggap kurikulum sebagai potential learning experiences, yaitu pengalaman belajar yang secara potensial mungkin dapat diperoleh anak. William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum, 1966, menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah. Kurikulum mengandung segala pengalaman anak di bawah tanggung jawab sekolah. Pada satu pihak terdapat anak-anak yang beraneka raga, di lain pihak kehidupan dalam masyarakat dengan segala masalah tetapi juga keindahan dan kekayaannya. Kurikulum adalah alat atau instrumen untuk mempertemukan kedua pihak itu agar anak dapat merealisasikan bakatnya secara optimal dan di samping itu juga belajar menyumbangkan jasanya untuk meningkatkan taraf hidup dalam masyarakatnya. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa dengan kurikulum di maksud the result of effors, yaitu hasil usaha orang dewasa yang nyata dalam bentuk kelakuan anak. Maka kurikulum itu bukanlah buku pelajaran atau program studi, bahkan juga bukan rencana atau maksud guru. Hubungan program studi dengan kurikulum dapat diumpamakan seperti hubungan antara peta dengan pengalaman mengadakan perjalanan itu sendiri. J. Lioyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School Curriculum Improvement, 1973, dalam kurikulum termasuk metode belajar dan mengajar, cara mengevaluasi kemajuan murid dan seluruh program, perubahan dalam tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah, ruangan, ruang serta kemungkinan adanya pilihan mata pelajaran. Ketiga aspek pokok, yakni program, manusia dan struktur sangat erat hubungannya sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan ketiga-tiganya.B. Perubahan Dalam Kurikulum 1. Perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingatan serta mental disiplin kepada tujuan, makna dan motivasi mencapai tujuan dalam proses belajar.

2. Perubahan dari kepercayaan akan tradisi dan pendapat subjektif kepada penggunaan metode dan hasil penemuan ilmiah sebagai dasar proses pendidikan (teknologi pendidikan).

3. Pendirian bahwa apa yang dipelajari sama pentinnya dengan bagaimana cara kita mempelajarinya. Jadi proses belajar tak kurang pentingnya dari produk atau hasil belajar. Maka yang diutamakan bukan hanya bahan pelajaran melainkan juga motivasi belajar dan metode belajar.

4. Perubahan dalam pola pembinaan kurikulum oleh para ahli yang memilih dan menyusun bahan berdasarkan logika disiplin masing-masing ke arah partisipasi yang luas dari pihak guru, murid, masyarakat dan para ahli untuk mengidentifikasi tujuan pendidikan dan cara-cara untuk mencapainya. C. Faktor-faktor yang Harus Dipertimbangkan Dalam Pembinaan

Kurikulum

Merencanakan sebuah kurikulum bukan pekerjaan yang mudah. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dan di antaranya sering terdapat hal-hal yang bertentangan, misalnya: Apakah bahan pelajaran harus didasarkan atas minat dan kebutuhan anak sekarang pada saat ini, ataukah harys ditujukan kepada kebutuhan kelak sebagai orang dewasa? Apakah harus diutamakan pendidikan anak sebagai individu atau sebagai anggota masyarakat? Apakah harus dipetingkan pendidikan umum ataukah anak itu harus disiapkan untuk kejuruan tertentu? Apakah harus diberikan mata pelajaran yang terpisah-pisah ataukan pelajaran itu sebaiknya dipusatkan sekitar masalah-masalah hidup yang dihadapi anak sekarang? Apakah semua anak diharuskan mengikuti semua pelajaran yang ditentukan ataukan anak-anak harus diberi kebebasan memilih pelajaran-pelajaran yang sesuai denga minat dan kesanggupan masing-masing? Apakah harus diadakan satu macam kurikulum bagi seluruh negara ayaukan diberikan kebebasan kepada tiap-tiap daerah untuk menentukan kurikulum sesuai dengan kebutuhan daerah itu? Apakah kurikulum harus ditentukan oleh pusat secara sentral ataukah dianjurkan agar tiap-tiap sekoalh menentukan kurikulumnya sendiri atau rundingan bersama antara guru, orang tua dan murid? Pada umumnya dalam membina kurikulum kita dapat berpegang pada asas-asas yang berikut: 1. Asas filosofis dan tujuan pendidikan

Sekolah bertujuan mendidik anak menjadi manusia yang baik dalam masyarakat tempat ia hidup. Apakah yang dimaksud dengan baik, pada hakekatnya ditetukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut oleh para guru, orang tua, masyarakat, negara dan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan juga dalam bahan pelajaran yang harus disajikan guna mencapai tujuan itu. Pendidikan di negara otokratis mempunyai kurikulum yang berlainan dengan di negara demokratis, pendidikan di negara beragama Budha berbeda dengan pendidikan di negara Islam atau Kristen. Kurikulum senantiasa bertalian erat dengan filsafat pendidikan. Filsafat menentukan tujuan yang dicapai dengan alat yang disebut kurikulum.

2. Asas Psikologis

a. Psikologi belajar Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat mempelajari macam-macam ketrampilan. Soal yang penting ialah: bagaimanakan anak itu belajar? Kalau kita tahu bagaiman proses belajar berlangsung, dalam keadaan-keadaan yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka dapat disusun dan disajikan dengan jalan yang seefektif-efektifnya. Oleh sebab belajar itu rupanya satu proses yang pelik dan kompleks, maka kita tak heran tentang adanya bermacam-macam teori belajar yang mencoba menjelaskan, juga secara eksperimental, bagaimana proses belajar itu berlangsung. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tiap teori itu mengandung kebenaran, tetepi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses itu.

Teori yang kita anut dapat turut menentukan bahan pelajaran yang disajikan tetapi juga metode untuk mengajarkannya. Jadi terdapat hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar.

b. Psikologi anak Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni untuk memberikan situasi-situasi belajar kepada anak-anak agar mereka dapat mengembangkan bakatnya. Sebab itu sudah sewjarnyalah anak itu sendiri merupakan faktor dalam pembinaan kurikulum yang tak dapat diabaikan. Antara lain karena pengaruh Plato, berabad-abad lamanya anak-anak dididik tanpa diperhatikan ciri-ciri khas tiap-tiap anak. Anak itu dipandang sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil. Baru pada permulaan abad kedua puluh anak mendapat perhatian yang besar. Anak-anak dpelajari secara ilmiah, sehingga lebih banyak diperoleh keterangan tentang minatnya, perkembangannya, kebutuhannya dan sebagainya.

Ada kurikulum yang progresif yang semata-mata didasarkan atas minat dan kebutuhan anak yang disebutchild centered curriculum yang dapat kita pandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan minat atau kebutuhan anak-anak. Walaupun kurikulum yang child-centered itu mengandung kelemahan-kelemahan dan boleh dikatakan tidak ada lagi yang melakukannya sepenuhnya di sekolah, namun usaha itu talah berhasil untuk menunjukkan perhatian para pendidik kepada kepentingan anak. 3. Asas Sosiologis

Anak itu tidak hidup seorang diri, melaikan senantiasa hidup di dalam suatu masyarakat. Di situ ia harus memenuhi tugas-tugas dengan penuh tanggung jawab sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia hanya menerima jasa-jasa dari masyarakat dan ia harus pula menyumbangkan baktinya unruk memajukan masyarakat itu. Tuntutan masyarakat tak dapat diabaikannya.

Masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak-anak dalam kelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak dan kebutuhannya. Karena anak harus hidup dalam masyarakat itu, tak dapat tiada masyarakat itu harus harus dijadikan pula suatu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembinaan kurikulum. Di sini harus dijaga keseimbangan antara kepentingan anak sebagai individu dengan kepentingan sebagai anggota masyarakat dan ini dapat dicapai kalau dicegah kurikulum yang semata-mata bersifat society centered.

4. Asas Organisatoris

Asas ini mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran yakni organisasi kurikulum. Asas ini bertalian erat dengan pendapat-pendapat mengenai dasar-dasar yang di atas. Ilmu jiwa asosiasi yang menganggap bahwa keseluruhan ialah jumlah bagian-bagiannya, menganjurkan kurikulum merupakan mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang mempunyai keuntungan-keuntungan, tetepi juga banyak mengandung kelemahan. Dengan timbulnya psikologi Gestalt, maka prinsip keseluruhan mempengaruhi organisasi kurikulum yang disusun secara unit dengan tidak mengadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran.D. Bentuk bentuk Pengembangan KurikulumMenurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam Pembinaan dan pengembangan kurikulum. Ada berbagai macam bentuk pengembangan kurikulum, namun semuanya dapat digolongkan dalam dua bentuk yaitu pengembangan atas dasar sistem dan pengembangan atas dasar mata pelajaran yaitu sebagai berikut :1.Pengembangan atas dasar sistema. Berawal dari pembaharuan organisasianal suatu sector khusus sistem pendidikan, seperti pembaruan kurikulum SD atau sekolah menengah.b. Lebih bertititk tolak dari pnalaran kurikulum sebagai sutu keseluruhan daripada sebagai satu bagian spesifik.c. Mencoba merefleksi tujuan-tujuan umum suatu program pembaharuan dan merumuskan tujuan-tujuan khusus dari tujuan umum tersebut.d.Mengusahakan kesamaan bobot antara affective learning dengan kognitif learning. Lebih menruh perhatian pada aspek-aspek perkembangan manusia lainnya.e.Menekankan frame factor organisasional. Perubahan organisasional diikuti oleh proses perubahan kurikulum yang berencana.f.Bergantung pada reorientasi sikap-sikap guru yang tradisional. Penetaan tujuan, dukungan dan nasihat guru lebih ditekankan pada persiapan materi pelajaran.g.Dalam banyak hal pembaharuan nampaknya lebih bertitik tolak pada pertimbangan-pertimbangan politik dan sosial daripada pertimbanagn pendidikan. 2.Pengembangan atas dasar mata pelajarana. belajar pada suatu bidang pengetahuan khusus.Berawal dari perubahan atau usaha untuk meningkatkan kualitas b. Fokusnya terletak pada peningkatan bagian tertentu kurikulum.c.Pengembangan dimulai atas dasar isi dan tujuan-tujuan yang lebih sempit.d. Lebih menekankan tahap-tahap persiapan field trial dan diseminasi jenis materi kurikulum yang baru. Dengan kata lain lebih mengikuti pola heuristic daripada pola tradisional. Misalnya pembaharuan di dalam bidang studi matematika diawali dengan riset, lalu pengembangan dan akhirnya difusi.e.Sering diidentifikasikan dengan pengembangan materi ajar-belajar. Kurang memperhatikan in-servis training para guru, karena menurut pandangan para pengikut bentuk ini materi itu sendiri sudah cukup untuk menetapkan dan mentransmisi perubahan-perubahan yang dianjurkan dalam pendekatan pengajaran.f.Diawali dengan modernisasi bahan pelajaran dan penilaian ulang pendekatan pengajaran. Manfaat dan daya tariknya kemudian dapat membandingkan tindakan-tindakan politik dan ekonomi.BAB III

PENUTUP

A. KesimpulanKurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar. Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu sistem.Terdapat empat landasan kurikulum yang dapat di jadikan patokan, anatara lain: asas filosofis dan tujuan pendidikan, Asas Psikologis, Asas Sosiologis serta Asas Organisatoris. B. Rekomendasi

Walaupun kami sudah melaksanakan tugas ini seoptimal dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kesempurnaan, memiliki banyak kekurangan baik itu dari segi makalah maupun dari segi penyampaiannya. Karena segala kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, sedangkan kami hanyalah manusia yang tidak sempurna dan memiliki banyak khilaf dan kesalahan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang positif serta membangun. Selain itu juga kami mengharapkan ada kajian yang lebih mendalam mengenai materi tersebut di masa yang akan datang.PAGE