Click here to load reader
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Microsoft Word - document
1
KURIKULUM 2013 dan PENILAIAN DIRI
Meri Fuji Siahaan
Universitas Pelita Harapan-Fakultas Ilmu Pendidikan
Tangerang-Lippo Karawaci
Abstrak
Salah satu landasan filosofis kurikulum 2013 adalah experimentalism and social reconstructivism
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berfikir reflektif bagi penyelesian masalah
sosial dan masyarakat. Berfikir reflektif adalah suatu keterampilan yang melibatkan penilaian terhadap
apa yang telah terjadi. Keterampilan ini dapat dilatih dengan menerapkan teknik penilaian diri (self-
assessment) yaitu dengan mengumpulkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
pencapaian kompetensi tertentu dan kemudian merencanakan serta menerapkan strategi perbaikan.
Kompetensi yang dapat dinilai tidak hanya mencakup kompetensi sikap namun mencakup kompetensi
pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian penilaian diri merupakan elemen kunci penilaian
formatif. Paper ini akan mendeskripsikan tentang bagaimana mengaplikasikan penilaian diri dan review
dari beberapa penelitian tentang kegunaannya bagi siswa.
Kata kunci: kurikulum 2013, penilaian diri, penilaian formatif
2
PENDAHULUAN
Salah satu indikator kompetensi pedagogik guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesi Nomor 16 tahun 2007 adalah menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar. Indikator tersebut dijabarkan lebih detail lagi yaitu; guru
menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, menentukan prosedur penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar, mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar serta menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan.
Penyelenggaraan penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang, sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no.66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Pada
salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tersebut juga dijelaskan bahwa salah
satu teknik penilaian kompetensi sikap adalah penilaian diri dengan menggunakan instrument
berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri (self-assessment) adalah teknik penilaian dimana
siswa melakukan proses memonitor dan mengevaluasi pikiran dan tindakan mereka sendiri
ketika belajar, dan mengidentifikasi strategi-strategi yang dapat mengembangkan pemahaman
dan keterampilan mereka (McMillan & Hearn, 2008). Penilaian diri terjadi ketika siswa menilai
kompetensinya sendiri untuk kemudian menentukan strategi-strategi perbaikan sehubungan
dengan kesenjangan yang ditemukan antara kompetensi yang mereka miliki dan kompetensi
yang diharapkan terhadap mereka. Teknik penilaian diri dapat dilakukan bukan hanya untuk
menilai kompetensi sikap namun juga kognitif dan keterampilan.
Sehubungan dengan proses yang terjadi pada penilaian diri, maka penilaian diri
berfungsi sebagai penilaian formatif. Komponen kunci pada penilaian formatif adalah; bukti
pengetahuan dan pemahaman siswa, umpan balik yang diberikan kepada siswa, dan melakukan
perubahan terhadap cara mengajar & cara siswa belajar (Cauley & McMillan, 2010). Penilaian
diri merupan teknik penilaian formatif yang efektif karena informasi yang dikumpulkan bukan
hanya dari sudut pandang guru semata tetapi berkolaborasi dengan siswa dalam menilai
belajarnya sendiri. Dan tidak berhenti sampai batas mengevaluasi diri saja, namun siswa terlibat
dalam menemukan cara cara untuk mengembangkan diri . Dengan demikian, siswa menjadi
lebih bertanggung jawab dengan belajarnya sendiri, meningkatkan keterlibatan akademik dan
motivasinya.
Oleh karena penilaian diri memiliki dampak positif dalam keberlangsungan
pembelajaran, penulis menyarankan agar guru - guru meningkatkan penerapan teknik penilaian
diri dalam kegiatan pembelajaran. Penulis juga menyarankan agar guru - guru diberikan lebih
banyak pembekalan dalam proses pelaksanaannya.
3
PEMBAHASAN
A. Penilaian
Penilaian adalah proses yang berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber tentang proses dan hasil belajar siswa (Arifin, 2013: 4). Penilaian memiliki
tujuan bukan hanya untuk guru namun juga untuk siswa itu sendiri. Arikunto (2009: 6-8)
menjelaskan bahwa tujuan penilaian bagi siswa adalah untuk dapat mengetahui sejauh mana
siswa tersebut berhasil mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Sedangkan bagi guru,
penilaian bertujuan untuk memberikan informasi tentang penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang telah diajarkan guru yang akan menuntun guru untuk mengambil tindakan
lanjut. Race, Brown & Brenda (2005: 5-6) mendaftar beberapa alasan umum penilaian
dilakukan, diantaranya adalah: menuntun siswa memeriksa seberapa baik perkembangan
mereka sebagai pembelajar, menolong siswa belajar dari kesalahan dan kesulitan mereka,
mengklasifikasikan pencapaian siswa, mengijinkan siswa untuk menggambarkan diri mereka
sendiri bila dibandingkan dengan teman-temannya sekelas dan memberikan umpan balik
kepada guru tentang keberlangsungan pengajaran.
Ditinjau dari fungsinya, penilaian dibagi atas tiga yaitu; tes diagnostik, tes yang berfungsi
untuk menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang akan dipelajari. Tes formatif
adalah tes yang berfungsi sebagai umpan-balik bagi siswa dan guru untuk menilai pelaksanaan
pembelajaran. Tes sumatif bertujuan untuk menentukan posisi kemampuan siswa (Arikunto,
2009: 44-45). Marzano (2006: 8) membedakan penilaian formatif sebagai penilaian yang
dilakukan selama proses pembelajaran sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilakukan diakhir pembelajaran.
Airasian pada Marzano (2006: 9) juga menjelaskan perbedaan penilaian formatif dan
summatif. Penilaian formatif adalah penilaian yang bersifat interaktif dan dipergunakan secara
utama untuk memperbaiki kegiatan atau proses belajar yang sedang berlangsung. Sementara
penilaian summatif yang dilakukan diakhir pembelajaran tidak dapat digunakan untuk
memperbaiki pembelajaran yang sedang berlangsung. Black dan Willian pada Marzano (2006:
9) juga menjelaskan bahwa penilaian formatif adalah semua tindakan yang dilakukan oleh guru
dan/atau siswa untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan sebagai umpan balik
untuk memodifikasi kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Mereka juga menambahkan bahwa
penilaian formatif memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan penilaian sumatif pada
pembelajaran siswa. Dengan demikian penilaian formatif harus dilakukan lebih sering, seperti
yang dinyatakan oleh Drowns, Kulik pada Marzano (2006:9) bahwa frekuensi penilaian
berhubungan dengan pencapaian akademik siswa.
B. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan salah satu contoh dari penilaian alternatif penilaian yang
didasarkan pada tugas tugas autentik yang mendemonstrasikan kemampuan siswa
berdasarkan tujuan pembelajaran, dan proses yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menilai pembelajaran mereka sendiri dan juga teman-teman mereka ( Mistar, 2011).
4
Andrade & Valtcheva (2009) menjelaskan penilaian diri sebagai suatu proses penilaian formatif
dimana siswa melakukan refleksi terhadap kualitas pekerjaan mereka sendiri, membandingkan
kualitas ketercapaian tersebut terhadap kriteria yang telah ditentukan, dan melakukan
perbaikan terhadap pembelajarannya sendiri. Hal yang senada juga dikemukakan oleh Wilson &
Win Jan (1998: 2) bahwa penilaian diri adalah tindakan memonitor tingkat pengetahuan sendiri,
pembelajarannya, kemampuannya, pikirannya, tindakan dan strategi yang dipergunakan.
Di Amerikan Serikat dan Kanada, teknik penilaian yang sangat memiliki tujuan formatif
adalah penilaian diri (Mistar, 2011). Penilaian diri memberi kesempatan yang besar kepada
siswa terlibat dalam pembelajaran, membuat mereka lebih mengenali diri mereka sendiri,
kompetensinya, cara mereka berfikir, strategi-strategi yang mereka telah lakukan, dan
selanjutnya menentukan tujuan tujuan yang ingin dicapai untuk meningkatkan
pembelajarannya sehubungan dengan hasil refleksi dari pengenalan itu. Dengan demikian siswa
dapat memahami bahwa membuat kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
Teknik penilaian diri memerlukan keterampilan reflektif dan metakognitif. Refleksi
merupakan tindakan membuat penilaian tentang apa yang telah terjadi. Sedangkan
Metakognisi adalah kepekaan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang proses
berfikirnya sendiri dan strategi-strategi yang telah dilakukannya, dan kemampuannya sendiri
untuk mengevaluasi dan mengatur proses berfikirnya sendiri. Keterampilan refleksi dan
metakognitif teraplikasi pada pelaksanaan penilaian diri yang dimulai dengan kepekaan
terhadap proses berfikir yang kemudian dievaluasi (keterampilan reflektif) dan akhirnya
ditransformasi menjadi suatu pengaturan diri (keterampilan metakognitif) (Wil