Upload
fitri-immawati
View
27.707
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
F2 FR
F 1
α1
α2α
SKL 1. Membaca pengukuran salah satu besaran dengan menggunakan alat ukur tertentu.
Jangka sorong :
Hasil Pengukuran (HP)
100
sskalanoniuskalautamaHP +=
100
72 +=HP
= 2,07
Mikrometer skup
100
155,5 +=HP = 5,65
SKL 2. Menentukan besaran skalar dan vektor serta
menjumlah /mengurangkan besaran-besaran vektor dengan berbagai cara.
22
tottot yx +
tot
tot
x
y
Resultan 2 vektor
Besar resultan : FR = αcos2 21
2
2
2
1 FFFF ±+
Arah resultan :
2
1
sinαF
=
1
2
sinαF
= αsin
RF
Dot Product : F1 . F2 = |F1|.|F2| cos α
Cross Product : F1 x F2 = |F1|.|F2| sin α
SKL 3. Menentukan besaran-besaran fisis gerak
lurus, gerak melingkar beraturan, atau gerak parabola.
GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN
Syarat : ∆v # 0 dan a kons
vo = kecepatan awal
v = kecepatan pada saat tertentu
Gerak Vertikal
a. Gerak Jatuh Bebas = GLBB, a = g, vo = 0.
b. Gerak Dilempar vertical ke bawah = GLBB, a = g, vo ≠ 0
c. Gerak Dilempar vertical ke atas = GLBB, a = - g, vo ≠ 0
d. Di titik tertinggi vt = 0
Gerak Parabola Gerak pada sumbu x Gerak pada sumbu y
ax = 0 → vx + konstan → GLB
vo cos α = vp cos ө = vH ay = -g → vy berubah
x = vo cos α . t vy = vo sin α - gt
h = vo sin α . t- 2
1 gt2
v2
y = vy
0 sin2 α - 2gh
titik tertinggi H → syarat : vy = 0
titik terjauh B → syarat : h = 0
tH = g
vo αsin=
g
h2 tB = 2tH = g
vo αsin2
hH = g
v
2
sin 22
0 α xB =
g
vo α2sin2
Gerak Melingkar Beraturan (GMB) laju tetap, vector arah
tidak tetap. V = ω.r, asp = R
v2
, Fsp = mR
v2
SKL 4. Menentukan berbagai besaran dalam hukum
Newton dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hukum Newton I
ΣF = 0 → Benda diam tetap atau bergerak beraturan GLB
Hukum Newton II
v = vo + at
s = vo . t + 2
1at
2
v2
= v2
o + 2as
s = ½ (vo + vt)t
v
tvo
s
tvo
2
F cos aαF
S
F
V1
S
V2a
h1
h2
ΣF = m . a atau a = m
F∑
Arah percepatan a = arah resultan gaya ΣF
Hukum Newton III
Hukum ini dikenal dengan Hukum aksi-reaksi
Faksi = - Freaksi
GAYA GESEKAN
Gaya Gesekan Kinetik (fs)
fk = µk . N
Gaya Gesekan Statik (fs)
Bekerja pada benda yang diam, syarat: ΣFx = 0, fs tidak tetap,
bervariasi dari nol sampai dengan fs maks.
fs maks = µs . N
Umumnya : fs maks. > fk → µs > µk → 0 ≤ µ ≤ 1
SKL 5. Menentukan hubungan besaran-besaran fisis
yang terkait dengan gaya gravitasi. Gaya Gravitasi
F = G 2r
mM g =
2r
GM
W = mg; m = massa benda
M = massa bumi
r = Jarak pusat bumi ke benda; g = percepatan gravitasi.
Hk Kappler :
3
2
1
2
2
1
=
R
R
T
T,
SKL 6. Menentukan letak titik berat dari berbagai
benda homogen. Letak titik berat
• Dimensi satu:
xo = ....
...
21
2211
++
++
ll
ll xx l = panjang
• Dimensi dua:
xo = ....
...
21
2211
++
++
AA
AxAx A = luas
• Titik Pusat massa:
xo = ....
...
21
2211
++
++
mm
mxmx m = massa
SKL 7. Menganalisis hubungan besaran-besaran yang
terkait dengan gerak rotasi. Massa Partikel
I = m1r12 + m3r3
2
(1) Rotasi murni (2) Menggelinding
EKrot = 2
1 Iω2
EKtot = EKtrans + EKrot
EKtot = 2
1 mv2 +
2
1 Iω2
Momentum sudut L = I ω
Momen Gaya (Torsi) : τ = F.L sin θ
SKL 8. Menentukan besaran-besaran yang terkait
dengan usaha dan perubahan energi. Usaha (W)
W = F cos α s → W = Fs cos α
Usaha dan perubahan energi
W = F . s
• W = EK2 – EK1 = 2
1 mv22-
21 mv1
2 = ∆EK
• W = ∆ Ep
• W = ∆ EM
Daya (P) P = W/t = F . v
SKL 9. Menjelaskan sifat elastisitas benda atau
penerapan konsep elastisitas dalam kehidupan sehari-hari.
HUKUM HOOKE (ELASTISITAS)
Besarnya penmbahan panjang suatu zat padat (∆L),
sebandinng dengan gaya yang bekerja padannya (F)
E = :A
F L
L∆ atau τ = E . e
E = Modulus Young
Pada pegas
F = k . ∆x : Ep = 2
1. K (∆x)
2
SKL 10. Menentukan besaran-besaran yang terkait
dengan hukum kekekalan energi mekanik.
SKL 11. Menentukan besaran-besaran fisis yang terkait dengan impuls, momentum, atau hukum kekekalan momentum.
I = F . ∆t P = m . v → f . ∆t = m . ∆v Pada tumbuhan (ΣFluar = 0) berlaku Hukum Kekekalan
Momentum :
m2 v2, + m1 v1
, = m2 v2 + m1 v1
Koefisien elastisitas (e)
e = - )(
)(
21
21
vv
vv
−
− → 0 ≤ e ≤ 1
3
t(oC)
100
0 ES 0oC Q2,Les
Q1,? t1
ES-50oC
Q3,? t2
Q4,LuapQ5,? t3
Q
h1
v0
h2
vt
h
V1= 0
BA
P
CD
VQ2
Q1
T1
T2
e =
1
2
h
h =
1
2
v
v
SKL 12. Menjelaskan proses perpindahan kalor atau
penerapan azas Black dalam kehidupan sehari-hari.
AZAS BALCK
Akibat pemberian kalor Q pada benda adalah :
• Perubahan suhu : Q = m . c . ∆t → c = kalor jenis
• Perubahan fasa : Q = m . L → L = kalor laten
Diagram kalor-suhu untuk air
Q1 = m . c . ∆t1 → ces = 2
1kal/g
oc
Q2 = m . Les → Les = 80 kal/g
Q3 = m . c . ∆t2 → cair = 1 kal/g oc
Q4 = m . Luap → 540 kal/g oc
SKL 13. Mendeskripsikan azas Bernoulli dalam fluida
dan penerapannya. Persamaan Kontinuitas
Q1 = Q2 ⇒ Q = t
vol= A . v
maka A1v1 = A2v2
Q = Debit : (m3/s).
Hukum Bernoulli
P + pgh + 2
1 pv2 = konstan
Penerapan Hukum Bernoulli pada tangki Bocor
Vo = 12gh x = 2 2.1 hh
t =
g
h22 vt = 2
2
0 2ghv +
vt = kcepatan air tiba di lantai
SKL 14. Menentukan variabel-variabel pada
persamaan umum gas ideal. Hukum Boyle-Gay lussac
Merupakan penggabungan hukum Boyle dengan Gay-Lussac
yaitu
T
pV= konstan →
1
11
T
Vp=
2
22
T
Vp
Persamaan keadaan Gas ideal
PV = nRT atau PV = NkT → nR = Nk
n = BM
m=
oN
Ndan R = k . No
dengan :
n = jumlah mol gas R = tetapan gas umum
m = massa 1 partikel gas = 8,31 J/mol K
BM = berat molekul = 0,082 It.atm/mol K.
No = bilangan Avogadro k = konstanta boltzman
= 6,02 x 1023part
/mol = 1,38 x 10-23
J/K
P = 3
1
V
Nmv2
T= temperatur (K)
SKL 15. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi energi kinetik gas.
−
Ek = 3/2 kT , −
Ek : Ek rata-rata SKL 16. Menentukan berbagai besaran fisis dalam
proses termodinamika pada mesin kalor. Mesin Carnot (Mesin Ideal)
Siklus Carnot adalah sikus ideal yang terdiri dari dua proses
isotherm dan dua proses adiabatis.
• T1 > T2
• Proses A → B dan proses C → D adalah proses isotherm.
• Proses B → C dan proses D → A dalah proses adiabatis
Q1 = kalor yang diberikan pada gas oleh reservoir bersuhu
tinggi (T1)
Q2 = kalor yang dilepas oleh gas pada reservoir bersuhu rendah
(T2)
Kerja yang diperoleh : W = Q1 - Q2
Efisiensi : η =
1Q
W → η =
1
21
Q
QQ −= 1 -
1
2
Q
Q
η = 1 -
1
2
T
TT dalam Kelvin
MESIN PENDINGIN CARNOT
Koefisien Daya Guna Mesin Kp =
21
2
TT
T
−
SKL 17. Menentukan besaran-besaran yang terkait dengan pengamatan menggunakan mikroskop atau teropong.
Mikroskop
- Mikroskop mempergunakan dua buah lensa positif
(obyektif dan okuler)
- Benda terletak di R II dari lensa (antara fob dan 2fob)
4
ob ok
FokFob = Fok
- Sifat bayangan akhir : diperbesar, maya dan terbalik dari
asalnya.
Panjang mikroskop d = S’ob + Sok
d = jarak lensa objektif dengan okuler
bayangan oleh lensa objektif merupakan benda bagi lensa
okuler
lensa okuler berfungsi sebagai lup
- Perbesaran linier total :
Mtot = Mob . Mok =
ob
ob
S
S 'x
ok
ok
S
S '
- Perbesaran sudut total untuk mata tidak berakomodasi
Syarat : S’ok = ∞ , Sok = fok
Mtot =
ob
ob
S
S 'x
ok
n
f
S
Perbesaran sudut total untuk mata berakomodasi maksimum.
Syarat : S’ok = -sn
Mtot =
ob
ob
S
S 'x
+1
fok
sn
Teropong Bintang
- mempergunakan dua buah lensa positif (objektif dan okuler)
- fob > fok karena letak benda jauh sekali
- dipergunakan untuk mengamati benda-benda angkasa luar
- memperbesar sudut penglihatan agar benda tampak lebih
jelas dn dekat, buka lebih besar.
- Bayangan akhir S'
ok terbalik
Karena bintang-bintang sangat jauh, maka : Sob = ∞ → S’ob = fob
Rumus umum perbesaran sudut Mtot =
ob
ob
S
S 'x
ok
ob
S
f
Perbesaran sudut untuk mata tidak berakomodasi.
Syarat :
=
∞=
okok
ok
fS
S 'letak fob berhimpit fok
Mtot =
ok
ob
S
f=
ok
ob
f
f
Teropong bumi (dengan lensa pembalik)
d = fob + 4 fp + fok (tanpa akomodasi)
Teropong panggung : (lensa obj (+) ; lensa okuler (-)
d = fob - fok
SKL 18. Menjelaskan berbagai jenis gelombang
elektromagnet serta manfaatnya atau bahayanya dalam kehidupan sehari-hari.
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang-
gelombang yang tidak bermuatan listrik, yaitu :
gelombang radio, televise, radar, inframerah, cahaya
tampak, ultra violet, sinar x, sinar γ
semakin kekanan f makin besar
SKL 19. Menentukan besaran-besaran tertentu dari
gelombang berjalan. 16. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN
v = f . λ
y = A sin (ωt – kx + oϕ )
fk πωλπ
2,2
==
SKL 20. Menentukan besaran-besaran yang terkait dengan peristiwa interferensi atau difraksi cahaya.
kisi Difraksi
d sin θ = m . λ m = 0, 1, 2, 3, …
d = jarak kedua celah
l = jarak layer kecelah
l
dp.= m.λ
p = jarak terang ke m dari terang pusat.
λ = panjang gelombang cahaya yang dipakai.
Syarat terjadi gelap (interferensi minimum)
l
dp.= (bil.ganjil) x
2
1 λ
Lenturan pada Celah Tunggal
d = lebar celah
l = jarak layer ke celah
Syarat terjadinya gelap
d sin θ = m . λ atau l
dp.= m . λ
m = 1, 2, 3, …
Kisi
Syarat terjadinya terang : d sin θ = m . λ , d = 1/N
5
R BA
I
BA p
SKL 21. Membandingkan intensitas atau taraf intensitas dari beberapa sumber bunyi yang identik.
INTENSITAS (I) DAN TARAF INTENSITAS BUNYI (TI)
Intensitas adalah energi yang dipindahkan persatuan waktu atau
daya (P) per satuan luas
(A).
• Intensitas (I)
I = A
P (W/m
2) I1 : 12 =
2
1
1
R:
2
2
1
R
• Taraf Intensitas (TI)
TI = I 0 log
oI
I
di mana :
TI = taraf intensitas (dB)
I = Intensitas bunyi (W/m2)
Io = intensitas ambang = 1 0-12
W/m2
Perbandingan Intensitas
a. Jumlah (n)
1
2
1
2
n
n
I
I=
b. Jarak (R) :
2
2
1
1
2
=R
R
I
I
TI2 – TI1 = 10 log
1
2
I
I
SKL 22. Menentukan besaran-besaran tertentu yang
menimbulkan efek Doppler atau menentukan perubahan akibat efek Doppler tersebut.
EFEK DOPPLER
• fp =
s
p
vv
vv
±
±. fs → Bila kecepatan angin diabaikan
• fp = ( )[ ]( )[ ]sa
a
vvv
vpvv
±±
±±. fs → Bila kecepatan anngin tidak
diabaikan
SKL 23. Menentukan besaran-besaran yang terkait
dengan hukum Coulomb atau medan listrik. LISTRIK STATIS
Hukum Coulomb
Menurut Coulomb besar antara 2 muatan listrik adalah :
F = k . 2
21 .
r
F = gaya coulomb, q = muatan listrik
r = jarak kedua muatan
Medan Listrik
E = q
F F = q . E E = kuat medan listrik di tempat muatan
listrik q
Catatan :
• E dan F adalah besaran vector
• Jika q positif maka F searah dengan E
• Jika q negative maka berlawanan arah dengan E
E =
'q
F → E = k . 2r
q (N/C = V/m)
Potensial Listrik
v = k .
r
q karena E = k .
2k
q maka v = E . r
o R = jari-jari bola
o r = jarak ke pusat
o potensial di dalam bola = potensial di kulit bola
(r ≤ R) yaitu v = k .
r
q
potensial di luar bola (r>R) v = k .
r
q
Potensial listrik pada dua keping sejajar
v= E . d atau v =
oεσ
. d d = jarak kedua keeping
Energi potensial Listrik
Besarnya energi potensial listrik (EP) pada suatu titik yang
potensialnya v adalah :
Ep = qV sehingga Ep =
o
qqk
ε21.
SKL 24. Menentukan hasil pengukuran kuat arus dan
atau tegangan listrik. Kuat Arus Listrik
I = t
q I = dalam Ampere
q = dalam coulomb
t = dalam detik
Hukum ohm
Arus listrik pada hambatan berasal dari potensial tinggi, kepotensial
rendah, maka VA > VB
VAB = I . R → VAB = VA - VB VAB = -VBA
VBA = VB - VA
Hambatan Listrik (R)
R = ρ . A
l
alatxskalaskala
tunjukskalaPengukuranH _
max_
_. =
6
SKL 25. Menggunakan hukum Ohm dan hukum Kirchoff untuk menentukan berbagai besaran listrik dalam rangkaian tertutup.
Hukum Kirchoff I : ΣI masuk = ΣIkeluar
Hukum Kirchoff II : Vab = ΣI.R + ΣE
SKL 26. Menentukan besaran-besaran yang terkait
dengan medan magnet induksi di sekitar kawat berarus.
KEMAGNETAN
• Induksi Magnetik di sekitar kawat bawah lurus berarus
B = a
Io
πµ2
B = induksi magnetik
oµ = permeabili tas hampa
= 4π . 10-7
ωb/amp . m
a = jarak dari kawat berarus
I = kuat arus listrik
• Induksi magnetik di sekitar kawat melingkar berarus
Bp = a
Io
2
µ→ B =
a
NIo
2
µ
a = jari-jari lingkaran
r = jarak titik dari kawat lingkaran
N = jumlah lilitan kawat
• Induksi magnetik dalam solenoida
Besarnya induksi magnetik di tengah-tengah Solenoida
BT = l
NIoµ
Besarnya induksi magnetik di titik ujung solenoida
Bu = l2
NIoµ l = panjang solenoida
N = banyak lilitan
I = kuat arus listrik
• Induksi magnetik dalam toroida
Induksi magnetik hanya ada di dalam belitan toroida
B = L
NIoµ L = keliling toroida
di O induksi magnetik = nol
SKL 27. Menjelaskan timbulnya gaya magnet (gaya Lorentz) atau menentukan besaran-besaran yang mempengaruhinya.
• Gaya Lorentz pada kawat berarus
FL = BI l sin α
α = sudut yang dibentuk oleh B dan I
• Gaya Lorentz pada muatan bergerak
FL = q v B sin α α = sudut v terhadap B
Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet
Bila v //B maka F = 0 → bergerak lurus
Bila v ⊥ B, ada gaya sentripetal F = qvB → bergerak melingkar
qvB = R
mv2
→ R =
qB
mv atau ω = m
qB
• Gaya pada dua kawat sejajar berarus listrik
l
F = a
iio
πµ
2
. 21
SKL 28. Menjelaskan kaitan besaran-besaran fisis
pada peristiwa induksi Faraday. Hukum Faraday
• εind. = -N dt
dΦ → Φ = B . A
• Fluks berubah karena A berubah
Jika kawat PQ yang panjangnya l di geser dengan kecepatan v.
εind. = B l v syarat : B ⊥ A, kalau B // A → εind = 0
• Hukum Henry
εind = -L dt
dl dl/dt = perubahan arus terhadap waktu
L = koefisien induksi diri (Henry)
Energi yang tersimpan didalam kumparan (W) adalah :
W = 2
1 LI2
W = energi dalam inductor
Transformator
• Jika efesien ( )η transformator = 100 % maka :
s
p
V
V=
p
s
I
I →
p
s
I
I=
s
p
N
N
• Jika efesiensi ( )η transformator < 100 % maka :
Psekunder = η Pprimer Vs . Is = η . Vp . Ip
Generator Arus Bolak-balik (Alternator)
• ε = NAB ω sin ωt
• ε = εmaks sin ωt
• εmaks = N . A . B . ω
SKL 29. Menentukan besaran-besaran fisis pada
rangkaian arus listrik bolak-balik yang mengandung resistor, induktor, dan kapasitor.
Tegangan dan Arus Bolak-Balik
V = Vm sin ωt I = Im sin ωt
Besar harga efektif/ms Veff =
2
mV dan Ieff =
2
mI
Harga rata-rata
Ir = πm21
dan Vr = πmV2
Ir = kuat arus rata-rata; Vr = tegangan rata-rata
Hambatan terhadap AC
Xc = cω
1 ( Ω ) XL = ω L ( Ω )
Xc =
fcπ2
1 ( Ω ) XL = 2π f . L ( Ω )
Z = 22 )( cL XXR −+
R = Z cos ϕ
7
tg ϕ = R
XX cL −, ϕ = sudut fasa
resonansi : XL = Xc → Z = R sehinggafres = π2
1
LC
1
Penjumlahan tegangan VR = I . R
VL = I . XL dan Vtot = I . Z atau I = z
Vtot
Vc = I . Xc
Daya pada Arus Bolak-Balik
P = I2
R
SKL 30. Membedakan teori-teori atom. Model Atom Rutherford
- Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan listrik positif
mengandung hampir seluruh massa atom dan dikelilingi oleh
electron-elektron bermuatan listrik negative seperti model
tata surya.
- Selama mengelilingi inti, gaya sentripetal pada electron
dibentuk oleh gaya tarik elektrostatik.
- Kelemahan :
Etot akan mengecil sehingga r mengecil hingga suatu saat
bersatu dengan inti → tidak benar.
Spektrum atom hidrogen dinyatakan kontinu → tidak benar,
ternyata adalah spectrum garis.
Model atom bohr
postulat Bohr, yaitu :
- Elektron berputar mengelilingi inti pada lintasan tertentu
yang disebut lintasan stasioner tanpa melepas/menyerap
energi, dengan besar momentum sudut (mvr) sebagai
berikut :
mvr = π2
.hn
n = bilangan kuantum utama 1, 2, 3, 4 …
h = konstanta planck
- Elektron dapat berpindah dari lintasannya ke lintasan
yang lebih rendah jika melepaskan energi (berupa foton)
dan kelintasannya yang lebih tinggi jika mendapat energi.
Elektron dari r3 ke r2 melepas energi :
E3 – E2 = h f1 = frekuensi foton yang dilepas.
rn = n2
. r1
rn = jari-jari electron pada orbit ke n, r1 = 5,28 x 10-11
m
En = 2
1
n
E
En = energi elektron pada jari-jari rn’ E1 = -13,6 ev
energi untuk membebaskan sebuah elektron dari kulit ke n
adalah :
E = 2
6,13
neV
Kelemahan Bohr, yaitu :
- Lintasan elektron yang sebenarnya masih mempunyai sub
orbital jadi tidak sesederhana dalam teori Bohr.
- Teori Bohr tidak dapat menerangkan kajadian-kejadian
dalam ikatan kimia dengan baik, pengaruh medan magnet
terhadap atom dan spectrum atom berelektron banyak.
Spektrum atom Hidrogen
Secara umum panjang gelombang ( λ ) spectrum dirumuskan
sebagai berikut :
λ1
= R
−
22
11
BA nn
λmax nB = nA + 1, λmin nB = ~
R = konstanta Rydberg = 1,097 x 107
m-1
NB = (nA + 1), (nA + 2), (nA + 3) ….
Deret lyman : nA = 1
Deret balmer : nA = 2
Deret paschen : nA = 3
Deret Bracket : nA = 4
Deret pfund : nA = 5
SKL 31. Menganalisis teori relativitas dan besaran-
besaran yang terkait. Relativitas Kecepatan
Penjumlahan kecepatan relativistic adalah sebagai berikut :
V =
2
21
21
1C
VV
VV
+
+
V1 = kecepatan benda 1 terhadap tanah
V2 = kecepatan benda 2 terhadap benda 1
V = kecepatan benda 2 terhadap tanah (kerangka acuan diam)
c = kecepatan cahaya
Relativitas Panjang (kontraksi lorentz)
L’ = L2
21c
v−
L’ = panjang benda diukur oleh pengamat yang bergerak terhadap
benda.
L = panjang benda diukur oleh pengamat yang diam terhadap
benda.
v = kecepatan relative antara kerangka acuan.
Relativitas Waktu
∆t’ = 22 /1 cv
t
−
∆
∆t’ = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak
terhadap kejadian.
∆t = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap
kejadian.
Relativitas Massa
m = 22 /1 cv
mo
−
Massa dan Energi
E = mc2
EK = Etotal – Ediam atau EK= 22 /1 cv
mo
−c
2 – mo . c
2
8
SKL 32. Menjelaskan teori kuantum Planck dan kaitannya dengan radiasi benda hitam.
Pergeseran Wien
λmax . T = C T = suhu mutlak (K) C = 2,898 x 10
-3 m . k
Teori Kuantum Max Planck
Cahaya terdiri dari paket energi (kuanta, foton) yang
terkuantisasi.
h = tetapan planck = 6,6 x 10-34
J . s
n foton : E = n . h . f = n . h . λc
Efek Foto Listrik
W = hfo = energi ambang logam
E = W + EK → hf = hfo + 21
mv2
Efek Compton
- berlaku hukum kekekalan momentum
- λ’ - λ = cm
h
o
(1 – cos θ ) → λ ’ > λ atau f’ < f
Partikel/materi sebagai gelombang
Hipotesa De Broglie
λ = p
h→ λ =
mqV
h
mEk
h
mv
h
22==
SKL 33. Menentukan besaran-besaran fisis pada
reaksi inti atom. Reaksi Inti
A + B C + D
(reaktan) (produk)
Berlaku Hk. Kekekalan nomor atom dan nomor massa
Energi = (reaktan – produk) x 931 MeV
E + = menghasilkan energy
E - = menyerap energi
Energi ikat inti (Eikat)
Eikat = ∆m . c2
∆m = penyusutan massa (massa defek)
∆m = mteori – mnyata’ sehingga :
∆m = (zmp + (A – Z)mn) – minti
mp = massa proton
mn = massa netron
- massa 1 sama = 1,66 x 10-27
kg → 1 sma ≈ 931,4 MeV
1eV = 1,6 x 10-19
joule
Radioaktivitas/ Peluruhan
N = No
Tt
2
1 dan T =
λλ693,021
=n
λ = konstanta peluruhan
Aktivitas : A = λ N
SKL 34. Menentukan jenis-jenis zat radioaktif atau mengidentifikasi manfaat radioisotop dalam kehidupan. Sinar gamma : mengukur ketebalan logam
Sinar gamma (Co-60) : Membunuh sel-sel kangker
Sinar beta(ββββ) : mendeteksi kebocoran pipa
Iodium : memantau kelenjer tiroid
Karbon (C-14) : mendeteksi umur fosil
Pemindaian(scanning)
Iodium-131 : Tiroid paru-paru
Kromium-51 : Limpa
Selenium-75 : Pankreas
Teknetium-99 : tulang, paru-paru
Galium-67 : Getah bening