28
1) Pernyataan yang tidak benar: A. Gambar prarencana ditujukan untuk mendapatkan persetujuan dari calon penyandang dana proyek B. Gambar prarencana ditujukan untuk berkomunikasi guna mendapatkan persetujuan dari pihak klien C. Gambar Dokumen Konstruksi digunakan untuk membuat perhitungan biaya sebelum dan saat pelelangan kontraktor D. Gambar Dokumen Konstruksi digunakan untuk membuat perhitungan biaya pada saat pelelangan kontraktor dan untuk menjadi acuan kontraktor dalam membangun STANDAR KINERJA / HASIL KARYA PERENCANAAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Pasal 88 Pengertian Pengertian standar Kinerja/ Hasil Karya Arsitek : (1) Kinerja/ hasil karya Arsitek adalah Dokumen hasil Perencanaan Perancangan Arsitektur yang antara lain terdiri dari : gambar-gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB, Daftar Volume (Bill of Quantity) dan laporan-laporan lainnya. (2) Yang diatur dalam BAB ini hanya hasil karya yang berkaitan dengan Layanan Utama Jasa Arsitek dengan tahap pekerjaan sebagai berikut : a. Tahap Konsepsi Perencanaan Perancangan b. Tahap Pra-Rancangan / Schematic Design c. Tahap pengembangan Rancangan d. Tahap Penyiapan Dokumen Pelelangan dan Proses Pelelangan e. Tahap Pengawasan Berkala Pasal 89 Hasil Karya Tahap Konsepsi Perencanaan Perancangan Hasil Karya Tahap Konsepsi Perencanaan Perancangan Arsitektur terdiri dari : - Program Perencanaan Perancangan

KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

1) Pernyataan yang tidak benar: A. Gambar prarencana ditujukan untuk mendapatkan persetujuan dari calon penyandang dana proyek B. Gambar prarencana ditujukan untuk berkomunikasi guna mendapatkan persetujuan dari pihak klien C. Gambar Dokumen Konstruksi digunakan untuk membuat perhitungan biaya sebelum dan saat pelelangan kontraktor D. Gambar Dokumen Konstruksi digunakan untuk membuat perhitungan biaya pada saat pelelangan kontraktor dan untuk menjadi acuan kontraktor dalam membangun

STANDAR KINERJA / HASIL KARYA

PERENCANAAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Pasal 88

Pengertian

Pengertian standar Kinerja/ Hasil Karya Arsitek :

(1) Kinerja/ hasil karya Arsitek adalah Dokumen hasil Perencanaan Perancangan Arsitektur yang antara lain terdiri dari : gambar-gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Rencana Anggaran Biaya (RAB, Daftar Volume (Bill of Quantity) dan laporan-laporan lainnya.

(2) Yang diatur dalam BAB ini hanya hasil karya yang berkaitan dengan Layanan Utama Jasa Arsitek dengan tahap pekerjaan sebagai berikut :

a. Tahap Konsepsi Perencanaan Perancangan

b. Tahap Pra-Rancangan / Schematic Design

c. Tahap pengembangan Rancangan

d. Tahap Penyiapan Dokumen Pelelangan dan Proses Pelelangan

e. Tahap Pengawasan Berkala

Pasal 89

Hasil Karya Tahap Konsepsi Perencanaan Perancangan

Hasil Karya Tahap Konsepsi Perencanaan Perancangan Arsitektur terdiri dari :

- Program Perencanaan Perancangan

Page 2: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

- Konsep Perencanaan Perancangan

- Sketsa Gagasan

(1) Laporan Program perencanaan Perancangan yang merupakan hasil pengolahan dan analisa data primer maupun sekunder dan informasi lain yang diterima dari Pengguna Jasa maupun pihak-pihak lain yang terkait memenuhi batasan sasaran/ tujuan proyek dari Pengguna Jasa serta ketentuan/ persyaratan pembangunan yang berlaku mencakup laporan tentang :

a. Program rencana Kerja, menjelaskan rencana penanganan pekerjaan perencanaan perancangan.

b. Program dan susunan pola ruang, menjelasakan susunan kebutuhan, besaran dan jenis ruang serta analisa hubungan fungsi ruang.

(2) Konsep Perencanaan Perancangan merupakan uraian yang menampung tujuan proyek dan program Perencanaan Perancangan serta pemikiran-pemikiran yang mendasar tentang latar belakang dan pertimbangan semua bidang, sebagai landasan penanganan perencanaan perancangan yang diwujudkan dalam uraian tertulis, diagram-diagram dan atau gambar.

(3) Sketsa Gagasan merupakan gambar sketsa dalam skala yang memadai yang menggambarkan gagasan Perencanaan Perancangan yang jelas tentang pola pembaginan ruang dan bentuk bangunan, sebagai interpretasi dari tujuan dan kebutuhan proyek, program dan Konsep Perencanaan Perancangan.

Setelah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, Dokumen Konsepsi Perencanaan Perancangan ini merupakan dasar Perencanaan Perancangan tahap selanjutnya.

Pasal 90

Hasil Karya Tahap Pra Rancangan

Hasil Karya tahap ini adalah gambaran menyeluruh system bangunan berdasarkan Konsepsi Perencanaan Perancangan yang telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, yang disajikan dalam bentuk gambar-gambar dan laporan tertulis, meliputi antara lain:

(1) Dokumen Pra Rancangan merupakan pengembangan dari sketsa gagasan ke tahap selanjutnya untuk mendapatkan persetujuan rencana dari lembaga yang berwenang, dalam skala 1 : 500, 1 : 200, 1 : 100 dan atau yang memadai untuk kejelasan informasi yang ingin dicapai, antara lain mencakup dan menjelaskan mengenai hal-hal :

a. Situasi : yang menunjukan posisi bangunan di dalam tapak terhadap lingkungan berdasarkan Rencana Tata Kota.

Page 3: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

b. Rencana Tapak : yang menunjukan hubungan denah bangunan dan Tata Ruang Luar/ Penghijaun didalam kawasan tapak.

c. Denah : yang menggambarkan susunan Tata Ruang Dalam bangunan yang berskala dan menerangkan peil lantai.

d. Tampak bangunan : yang menunjukan pandangan ke empat sisi / arah bangunan.

e. Potongan bangunan : secara melintang dan memanjang untuk menunjukan secara garis besar penampang dan sistem struktur bangunan.

(2) Laporan Perencanaan Perancangan yang merupakan laporan teknis yang menjelaskan tentang :

a. Gagasan Perencanaan Perancangan

b. Pemilihan Sistem Struktur Bangunan

c. Pemilihan Sistem Instalasi Teknik

(3) Laporan Prakiraan Biaya yang merupakan laporan perhitungan secara kasar biaya bangunan yang secara lengkap dan menyeluruh.

Setelah seluruh gambar dan berkas laporan dijelaskan, diperiksa dan mendapat persetujuan pengguna Jasa, maka Dokumen Pra Rancangan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk Perencanaan Perancangan tahap selanjutnya.

Pasal 91

Hasil Karya Tahap Pengembangan Rancangan dan Gambar Kerja

Hasil Karya tahap ini adalah pengembangan secara lebih rinci dan terukur dari Dokumen Pra Rancangan yang telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, meliputi antara lain :

(1) Gambar Pengembangan, dalam skala yang memadai untuk kejelasan informasi yang dibutuhkan (skala 1 : 500, 1 : 200, 1 : 100, 1 : 50), meliputi antara lain:

a. Rancangan Tapak untuk menunjukan hubungan-hubungan antara lantai dasar bangunan dan Tata Ruang Luar terhadap garis sempadan bangunan, jalan dan ketentuan rencana Tata Kota lainnya.

b. Denah yang menunjukan lantai-lantai dalam bangunan, susunan tata ruang dalam, koordinat bangunan, peil lantai, dan ukuran-ukuran elemen bangunan serta jenis bahan yang digunakan.

c. Tampak Bangunan, yang menujukan pandangan ke empat arah bangunan dan bahan bangunan yang digunakan secara jelas.

Page 4: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

d. Potongan Bangunan, secara melintang dan memanjang yang menjelaskan sistem struktur, ukuran dan peil elemen bangunan (Pondasi, lantai, dinding, langit-langit dan atap) secara menyeluruh.

(2) Gambar Detail

Gambar-gambar detail dengan skala yang sesuai untuk kebutuhan dilapangan (1:20, 1:10 1:5 dan seterusnya), yang memberikan penjelasan mengenai :

a. Detail pelaksanaan dan pemasangan serta penyelesaian bahan/ material dan elemen / unsur bangunan.

b. Detail peralatan dan perlengkapan bangunan yang melekat langsung pada bangunan.

c. Detail-detail pekerjaan lain yang memerlukan penjelasan yang lebih rinci dan jelas.

(3) Garis Besar Spesifikasi Teknis (Outline Specifications) yang menjelaskan jenis, tipe dan karakteristik material/bahan yang dipergunakan.

(4) Pra Rencana Anggaran Biaya mencakup laporan uraian perhitungan biaya yang meliputii masing-masing elemen arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal, tata ruang luar / lansekap dan lain-lain.

Pasal 92

Hasil Karya Tahap Penyiapan Dokumen Pelelangan dan Proses Pelelangan

(1) Hasil Karya tahap Penyiapan Dokumen Pelelangan, berdasarkan Dokumen Pengembangan Rancangan dan Gambar Kerja yang telah mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa, merupakan dokumen untuk pelelangan dalam bentuk :

a. Gambar-gambar Pelelangan, merupakan bundel dokumen Gambar Kerja yang telah diseleksi sesuai kebutuhan untuk Pelelangan berdasarkan paket-paket yang sudah ditentukan dan disetujui oleh Pengguna Jasa

b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat/RKS

Rencana Kerja dan Syarat-syarat terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu :

i) Uraian Umum, sekurang-kurangnya mencakup :

Keterangan mengenai jenis pekerjaan

Keterangan mengenai Pengguna Jasa

Keterangan mengenai Perencana Perancang

Keterangan mengenai Pengawas Terpadu

Page 5: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Syarat-syarat Pelelangan

Bentuk Surat Penawaran

ii) Syarat-syarat Administrasi, sekurang-kurangnya mencakup :

Jangka waktu pelaksanaan

Tanggal penyerahan pekerjaan

Syarat-syarat pembayaran

Denda kelambatan

Besaran jaminan Pelaksanaan

Asuransi

iii) Syarat-syarat Teknis, sekurang-kurangnya mencakup :

Persyaratan Bahan dan Cara Pelaksanaan :

(a) Jenis dan uraian teknis pelaksanaan pekerjaan

(b) Jenis dan mutu bahan yang dipergunakan

(c) Persyaratan tata cara pelaksanaan, dan

(d) Persyaratan Teknis lainnya.

Persayaratan Perlengkapan / Peralatan Bangunan atau elemen / bagian bangunan yang digunakan, menjelaskan tentang :

(a) Persyaratan mutu / kualitas produk dan kinerja / performance.

(b) Standar acuan yang digunakan

(c) Tata cara pengujian

Persyaratan khusus

Bilamana ketiga persyaratan yang tersebut diatas masih belum menjelaskan maksud perencana dan dianggap perlu, maka dapat ditambahnkan syarat-syarat khusus.

Mengingat bahwa syarat-syarat teknis mempunyai hubungan sangat erat dengan gambar-gambar dan Rencana Anggaran Biaya, maka syarat-syarat teknis merupakan keterangan lengkap dari semua hal yang tidak dapat dijelaskan secara/ melalui gambar. Karena harus

Page 6: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

lebih teliti dan cermat agar RKS atau gambar-gambar tidak satu bagianpun yang bertentangan satu dengan yang lainnya.

c. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Sesuai dengan tata cara pelelangan Rencana Anggaran Biaya dibuat berdasarkan uraian pekerjaan yang disusun menurut jenis pekerjaan yang ada dalam pelaksanaan konstruksi. RAB untuk tahap ini disusun berdasarkan gambar kerja dan RKS dengan memperhitungkan segala biaya pengadaan bahan maupun alat.

(2) Dokumen tersebut diatas merupakan dasar untuk pelaksanaan pekerjaan terutama gambar kerja maupun RKS. Oleh karena itu semua informasi didalamnya harus difinitif dan tidak mengandung pertentangan atau perbedaan satu dengan lainnya.

(3) Pelelangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan yang wajar dan memenuhi syarat-syarat pembangunan sehingga pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan dengan baik dan benar.

(4) Arsitek pada Tahap Pelelangan membantu Pengguna Jasa secara keseluruhan atau sebagian dalam :

a. Mempersiapkan Dokumen Pelelangan

b. Memberikan penilaian atas penawaran aspek teknis

c. Memberikan saran/ nasehat serta rekomendasi pemilihan Pelaksana Konstruksi

Pasal 93

Hasil Karya Tahap Pengawasan Berkala

Arsitek sebagai Perencana perancang dalam tahap pelaksanaan konstruksi dan bukan sebagai Pemimpin Proyek atau Pengawas Terpadu melakukan Pengawasan Berkala mewakili Pengguna Jasa dalam hal-hal yang menyangkut teknik pelaksanaan Konstruksi, yang meliputi :

(1) Memberikan penjelasan tambahan untuk memperjelas maksud dan pengertian yang telah ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan / dokumen perjanjian / kontrak kerja konstruksi.

(2) Membuat gambar-gambar dan atau syarat-syarat tambahan untuk menyesuaikan dengan keadaan lapangan, bila dianggap perlu untuk memperjelas hal-hal yang kurang jelas dalam dokumen pelaksanaan / dokumen perjanjian/ kontrak kerja konstruksi.

(3) Memeriksa dan apabila diperlukan memperbaiki atau memerintahkan untuk memperbaiki gambar bengkel / shop drawing yang dibuat oleh Pelaksana Konstruksi dan atau pihak ketiga untuk Pelaksanaan Konstruksi.

(4) Pemeriksaan Pelaksanaan Pekerjaan sekurang-kurangnya 4 (empat) minggu sekali, atau sebanyak-banyaknya 2 (dua) minggu sekali.

Page 7: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

TAHAPAN KERJA ARSITEK DAN HONORARIUM I. Jenis Tugas dan Lingkup Pekerjaan Arsitek Layanan Utama Jasa Arsitek dalam pekerjaan perencanaan dan perancangan Arsitektur akan dilaksanakan dalam tahapan pekerjaan sebagai berikut: Pekerjaan Tahap ke 1 : Tahap Konsep Rancangan Pekerjaan Tahap ke 2 : Tahap Pra Rancangan / Skematik Desain

Page 8: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Pekerjaan Tahap ke 3 : Tahap Pengembangan Rancangan Pekerjaan Tahap ke 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja Pekerjaan Tahap ke 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Tahap ke 6 : Tahap Pengawasan Berkala. Pelaksanaan tahapan-tahapan pekerjaan Perancangan dilaksanakan sebagai berikut:

Setiap tahapan pekerjaan perancangan dapat dilaksanakan jika tahap pekerjaan sebelumnya telah mendapat persetujuan penguna jasa. Tahap 1 : Tahap Konsep Rancangan (1) Sebelum kegiatan perancangan dimulai, perlu ada kejelasan mengenai semua data dan informasi dari pengguna jasa yang terkait tentang kebutuhan dan persyaratan pembangunan agar supaya maksud dan tujuan pembangunan dapat terpenuhi dengan sempurna. (2) Pada tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi pemeriksaan seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis dan pengolahan data yang menghasilkan:

a. Program Rancangan yang disusun arsitek berdasarkan pengolahan data primer maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai batasan tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang berlaku. Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat persetujuan pengguna jasa, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk konsep rancangan. b. Konsep Rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait (baik struktur, mekanikal, elektrikal, dan atau bidang keahlian lain bila diperlukan) yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang menampung semua aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek.

Setelah mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa konsep ini merupakan dasar perancangan tahap selanjutnya. Tahap 2 : Tahap Prarancangan / Skematik Desain (1) Prarancangan Pada tahap ini berdasarkan Konsep Rancangan yang paling sesuai dan dapat memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek menyusun pola dan gubahan bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Sedangkan nilai fungsional dalam bentuk diagram-diagram. Aspek kualitatif

lainnya serta aspek kuantitatif seperti perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, biaya, dan waktu pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupun gambar-gambar. Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, arsitek akan melakukan kegiatan tahap selanjutnya. (2) Sasaran tahap ini adalah untuk: a. Membantu pengguna jasa dalam memperoleh pengertian yang tepat atas program dan konsep rancangan yang telah dirumuskan arsitek.

b. Mendapatkan pola dan gubahan bentuk rancangan yang tepat, waktu pembangunan yang paling singkat, serta biaya yang paling ekonomis. c. Memperoleh kesesuaian pengertian yang lebih tepat atas konsep rancangan serta pengaruhnya terhadap kelayakan lingkungan. d. Menunjukkan keselarasan dan keterpaduan konsep rancangan terhadap ketentuan Rencana Tata Kota dalam rangka perizinan. Tahap 3 : Tahap Pengembangan Rancangan

(1) Pada tahap Pengembangan Rancangan, arsitek bekerja atas dasar prarancangan yang telah disetujui oleh pengguna jasa untuk menentukan:

Page 9: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

a. Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-elektrikal, serta disiplin terkait lainnya dengan mempertimbangkan kelayakan dan kelaikannya baik terpisah maupun secara terpadu. b. Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, dan nilai ekonomi.

c. Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem bangunan, kesemuanya disajikan dalam bentuk gambar-gambar, diagram-diagram sistem, dan laporan tertulis. Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil pengembangan rancangan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan digunakan oleh arsitek sebagai dasar untuk memulai tahap selanjutnya. (2) Sasaran tahap ini adalah: a. Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter bangunan secara menyeluruh, pasti, dan terpadu.

b. Untuk mematangkan konsep rancangan secara keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan sistem-sistem yang terkandung di dalamnya baik dari segi kelayakan dan fungsi, estetika, waktu, dan ekonomi bangunan. Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja (1) Pada tahap Pembuatan Gambar Kerja, berdasarkan hasil Pengembangan Rancangan yang telah disetujui pengguna jasa, Arsitek menerjemahkan konsep rancangan yang terkandung dalam Pengembangan Rancangan tersebut ke dalam gambar-gambar dan uraian-uraian teknis yang terinci sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi.

Arsitek menyajikan dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-gambar kerja dan tulisan spesifikasi dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas, lengkap dan teratur, serta perhitungan kuantitas pekerjaan dan perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan yang jelas, tepat, dan terinci. Setelah diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, Gambar Kerja yang dihasilkan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan siap digunakan untuk proses selanjutnya. (2) Sasaran tahap ini adalah: a. Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi, agar supaya konsep rancangan yang tergambar dan dimaksud dalam Pengembangan Rancangan dapat diwujudkan secara fisik dengan mutu

yang baik. b.Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar supaya biaya dan waktu pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat dipertanggungjawabkan. c. Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi pelaksanaan pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang terkandung dalam dokumen pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja konstruksi. Tahap 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi (1) Penyiapan Dokumen Pengadaan Pelaksana Konstruksi

Pada tahap ini, arsitek mengolah hasil pembuatan Gambar Kerja ke dalam bentuk format Dokumen Pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan Uraian Rencana Kerja dan Syarat-Syarat teknis pelaksanaan pekerjaan-(RKS) serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) termasuk Daftar Volume (Bill of Quantity/BQ). Sehingga secara tersendiri maupun keseluruhan dapat mendukung proses: a. Pemilihan pelaksana konstruksi b. Penugasan pelaksana konstruksi c. Pengawasan pelaksanaan konstruksi d. Perhitungan besaran luas dan volume serta biaya pelaksanaan pembangunan yang jelas.

(2) Pada Tahap Pelelangan arsitek membantu pengguna jasa secara menyeluruh atau secara sebagian dalam:

Page 10: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

a. Mempersiapkan Dokumen Pelelangan; b. Melakukan prakualifikasi seleksi pelaksana konstruksi; c. Membagikan Dokumen Pelelangan kepada peserta/lelang; d. Memberikan penjelasan teknis dan lingkup pekerjaan; e. Menerima penawaran biaya dari pelaksana konstruksi; f. Melakukan penilaian atas penawaran tersebut;

g. Memberikan nasihat dan rekomendasi pemilihan Pelaksanaan Konstruksi kepada pengguna jasa h. Menyusun Perjanjian Kerja Konstruksi antara Pengguna Jasa dan Pelaksana Konstruksi (3) Sasaran tahap ini adalah: Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu konstruksi yang wajar dan memenuhi persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga Konstruksi dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar. Tahap 6 : Tahap Pengawasan Berkala (1) Dalam tahap ini:

a. Arsitek melakukan peninjauan dan pengawasan secara berkala di lapangan dan mengadakan pertemuan secara teratur dengan pengguna jasa dan Pelaksana Pengawasan Terpadu atau MK yang ditunjuk oleh pengguna jasa. b. Dalam hal ini, arsitek tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian atau menerus. c. Penanganan pekerjaan pengawasan berkala dilakukan paling banyak 1 (satu) kali dalam 2 (dua) minggu atau sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan. (2) Apabila lokasi pembangunan berada di luar kota tempat kediaman arsitek, maka biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perjalanan arsitek ke lokasi pembangunan, wajib diganti oleh pengguna jasa sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau yang ditetapkan dan disepakati bersama sebelumnya.

(3) Sasaran tahap ini adalah: a. Untuk membantu pengguna jasa dalam merumuskan kebijaksanaan dan memberikan pertimbangan-pertimbangan untuk mendapatkan keputusan tindakan pada waktu pelaksanaan konstruksi, khususnya masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek. b. Untuk membantu Pengawas Terpadu atau MK khususnya dalam menanggulangi masalah-masalah konstruksi yang berhubungan dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek. c. Untuk turut memastikan bahwa pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan ketentuan mutu

yang terkandung dalam rancangan yang dibuat oleh arsitek. II. Hak Milik dan Hak Kekayaan Intelektual (1) Hak Milik a. Hak kepemilikan atas setiap dokumen perancangan yang telah dibuat oleh Arsitek, dalam setiap kondisi akan tetap berada pada Arsitek, termasuk setelah penyelesaian proyek atau setelah pemutusan hubungan kerja, ataupun bila rancangan yang telah diselesaikan tersebut tidak direalisasikan. b. Dokumen Perancangan tersebut baik sebagian maupun keseluruhan tidak diperkenankan digunakan oleh pengguna jasa untuk proyek lain ataupun ditambahkan pada proyek yang bersangkutan kecuali

atas seizin dari arsitek dengan suatu persetujuan tertulis, dan dengan kesepakatan penambahan imbalan jasa atas penggunaan dokumen tersebut sesuai dengan ketentuan imbalan jasa. (2) Hak Perwujudan Rancangan a. Hak perwujudan adalah hak untuk merealisasikan atau mewujudkan suatu rancangan arsitektur menjadi suatu wujud karya arsitektur yang nyata. b. Pengguna Jasa mendapatkan hak perwujudan rancangan sebanyak 1 (satu) kali setelah memenuhi kewajiban membayar imbalan jasa atas penugasan untuk pembuatan rancangan arsitektur dan segala sesuatu yang menyangkut penugasan tersebut kepada arsitek.

c. Perwujudan ulang berdasarkan rancangan arsitektur dengan atau tanpa perubahan apapun, wajib memberitahukan dan dengan persetujuan tertulis dari arsitek dan dengan imbalan jasa sesuai ketentuan

Page 11: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

imbalan jasa perwujudan ulang rancangan arsitektur yang berlaku. (3) Tanda Nama Arsitek berhak untuk membubuhkan tanda nama arsitek pada gambar arsitektur (4) Hak Dokumentasi dan Hak Penggandaan

a. Arsitek memiliki hak dokumentasi termasuk membuat gambar-gambar atau foto-foto maupun rekaman dalam bentuk lainnya baik keadaan di dalam maupun di luar bangunan hasil rancangannya. b. Hanya arsitek yang memiliki hak penggandaan atas gambar-gambar rancangan arsitektur yang dibuatnya. (5) Hak Kekayaan Intelektual meliputi hak-hak di atas diatur sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain: a. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta; b. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten;

c. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang Merek; d. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri; dan e. Peraturan Perundang-undangan yang mengatur Hak Kekayaan Intelektual lainnya 2) Peraturan tentang sempadan, KDB, KLB, tinggi bandunan, dsb. merupakan: A. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah kabupaten/pemerintah kota di daerah masing-masing B. Peraturan yang dibuat oleh Pemerintah RI, berlaku di seluruh wilayah RI C. Ketentuan yang universal, dapat berlaku umum di berbagai negara D. Ketentuan desain yang diusulkan oleh konsultan arsitek kepada klien

GSB (Garis Sepadan Bangunan)

Secara umu GSB adalah garis imaginer yang menentukan jarak terluar bangunan terhadap

ruas jalan. Kita dilarang keras membangunan melibihi batas GSB yang sudah ditentukan.

Besarnya GSB ini tergantung dari besar jalan yang ada di depannya. Jalan yang lebar tentu

saja mempunyai GSB yang lebih besar dibandingkan jalan yang mempunyai lebar yang

lebih kecil. Biasanya jarag GSB ini adalah 3 s.d 5 m. Untuk lebih pastinya saya sarankan

tanya terlebih dahulu ke pihak developer atau tata kota setempat.

KDB (Koefisien Dasar Bangunan)

KDB dapat dimengerti secara sederhana adalah nilai persen yang didapat dengan

membandingkan luas lantai dasar dengan luas kavling. kalau kita mempunyai lahan 300 m2

dan KDB yang ditentukan 60% maka areal yang dapat kita bangun hanya 60% x 300 m2 =

180 m2. Kalai lebih dari itu artinya kita melebihi KDB yang ditentukan. Kurangi lagi ruang

yang dianggap tidak terlalu perlu. Sisa lahan digunakan untuk ruang terbuka hijau yang

berfungsi sebagai area resapan air.

KLB (Koefisien Luas Bangunan)

Kalau KDB hanya melibatkan luas lantai dasar, maka KLB melibatkan seluruh lantai yang

kita desain termasuk lantai dasar itu sendiri. Cara perhitungannya tetap sama yauitu

membandingkan luasan seluruh lantai dengan luas kavling yang ada.

Menurut Sumber yang saya dapat "Pada dasarnya diwilayah Jakarta sendiri sudah ada

standartnya" tapi kembali lagi standar tersebut standar yang mana ?

KDB = 40%

KLB = 7

Jumlah Lantai = 12

Ex. Cara Mencari KDB, KLB dan Jumlah Lantai :

Page 12: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Diketahui : Luas Lahan = 10.000 m2

KDB = 30%

KLB = 7

Ditanya : Berapa KDB ?

Berapa KLB ?

Berapa JM (Jumlah Lantai) ?

Jawab : KDB = Luas Lahan x KDB

10.000 m2 x 30%

3.000 m2

KLB = KLB x Luas Lahan

7 x 10.000 m2

70.000 m2

JL = KLB / KDB

70.000 m2 / 3.000 m2

23.33333

23 Lantai

3) Halaman di depan garis sempadan suatu lahan boleh dibangun kecuali: A. Tiang bendera dan pagar B. Garasi dan gardu satpam permanen C. Overstek, kanopi (teritisan/seronday) tanpa kolom sampai batas tertentu dari garis sempadan D. (kepotong)

GSB adalah batas yang mana bangunan bisa dibangun secara masif. Di luar batas

GSB hanya boleh dilewati oleh bagian dari bangunan yang terbuka seperti taman, teras,

carport, balkon dan sejenisnya. GSB tidak boleh dibangun bangunan permanen, kolom,

garasi

Garis sempadan bangunan adalah Garis yang dikenal dengan singkatan GSB ini membatasi

jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar saluran air kotor,

atau riol, sampai batas terluar muka bangunan. Garis ini berfungsi sebagai pembatas ruang,

atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang

dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana

saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dan sebagainya. [1]

Garis sempadan bangunan menjamin adanya ruang terbuka hijau privat dalam bentuk

halaman rumah, menambah keamanan, serta mengurangi pengaruh bising dari kendaraan

di jalan raya terhadap penghuninya.

4) (gakebaca)

Page 13: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

5) Jumlah maksimal lantai bangunan yang diijinkan dibatasi dengan ketentuan angka yang: A. Sama dengan angka hasil dari KLB (misalnya 3) dibagi KDB (misalnya 60%) = 5(?) B. Angka bisa lebih besar dari angka KLB (misalnya 3) dibagi KDB (misalnya 60%) >= 5(?) C. Angka bisa lebih kecil dari angka KLB (misalnya 3) dibagi KDB (misalnya 60%) <= 5(?) D. Merupakan angka hasil dari KLB (misalnya 3) dikurangi KDB (misalnya 60%) = 2.4(?) Lihat perhitungan di nomor 2 6) Pintu tangga kebakaran di lantai dasar membuka: A. Ke arah ruang dalam yang terjamin keamanannya (security) B. Langsung ke ruang luar bangunan C. Bisa langsung ke luar bisa ke dalam bangunan D. Ke arah dalam bila tersedia sprinkler Tangga kebakaran terlindung, adalah tangga yang dilindungi oleh saf tahan api dan termasuk didalamnya lantai dan atap atau ujung atas struktur penutup. Tangga kebakaran, adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran. Bangunan gedung dengan dua atau lebih lantai besmen yang luasnya lebih dari 900 m2 harus dilengkapi dengan saf tangga kebakaran yang tidak perlu memasang lif pemadam kebakaran. Bilamana saf tangga kebakaran terlindung untuk pemadaman kebakaran diperlukan untuk melayani besmen, maka saf tersebut tidak perlu harus melayani lantai-lantai di atasnya, kecuali bila lantai-lantai atas tersebut bisa dicakup berdasarkan ketinggian atau ukuran bangunan gedung. Sistem ventilasi mekanik untuk setiap tangga kebakaran dan jalur eksit, bila disediakan, harus merupakan sistem berdiri sendiri bekerja hanya pada moda pasokan dan eksklusif pada tangga tertentu, dan harus memenuhi persyaratan berikut: (a) Udara pasok sistem harus langsung ditarik dari luar, dengan titik hisapnya berjarak tidak kurang dari 5 meter dari setiap lubang pembuangan. (b) Untuk tangga kebakaran melayani lebih dari 4 lapis, udara pasok harus disalurkan melalui sebuah cerobong udara vertikal sepanjang tinggi tangga dan menyembur dari lubang pelepasan didistribusikan pada setiap lantai bordes tangga kebakaran. Jika cerobong udara udara pasok yang melayani tangga kebakaran harus menembus pelindung tangga, bagian dari cerobong udara yang melalui luar tangga kebakaran harus dilindungi dengan konstruksi dengan ketahanan api yang sama dengan elemen struktur. Di setiap bangunan gedung di mana tinggi yang dihuni melebihi 24 m, setiap tangga kebakaran internal harus dipresurisasi sesuai persyaratan di dalam peraturan ini (b) Semua persyaratan presurisasi untuk tangga kebakaran dalam peraturan ini harus sesuai dengan ketentuan standar yang berlaku dalam SNI No. 03-6571-2001 atau edisi terakhir. (c) Di setiap bangunan gedung yang mempunyai lebih dari 4 lapis bismen, tangga kebakaran yang terhubung ke lobi untuk pemadaman kebakaran (fire fighting lobby) di setiap lantai bismen harus dipresurisasi sesuai persyaratan di dalam peraturan ini. (d) Presurisasi dapat diperpanjang sampai ke lobi penahan asap (smoke-stop lobby)

Page 14: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Inspeksi Tangga kebakaran (a) Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan terbuka pintu tangga. (b) Bersih, dan tidak digunakan untuk tempat istirahat/merokok penghuni/ karyawan, serta tidak digunakan untuk gudang. (c) Tidak boleh dipakai untuk tempat peralatan seperti panel, unit AC dan sejenisnya. (d) Kerusakan pada lantai, anak tangga dan pegangan tangga. (e) Lampu pencahayaannya hidup. 7) Persyaratan tentang jarak untuk menentukan lokasi tangga kebakaran dinyatakan dengan: A. Jarak antar dua tangga kebakaran terdekat B. Jarak dari pintu keluar ke tangga kebakaran terdekat C. Jarak terjauh dari suatu titik di dalam bangunan ke tangga kebakaran terdekat D. Jarak terdekat dari suatu titik dalam ruangan ke tangga kebakaran terjauh

Pembahasan: Sesuai Kepmen PU Nomor 02/KPTS/1985 tentangketentuan pencegahan

dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung, Pasal 4 poin C:

Keterangan tambahan tentang ruang efektif & sirkulasi:

Page 15: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

8) Bukaan pintu: A. Pintu rumah tinggal sebaiknya membuka ke dalam atau ke luar B. Pintu bangunan publik membuka ke arah luar C. Pintu tangga kebakaran di setiap lantai membuka ke arah luar tangga D. Pintu tangga kebakaran di setiap lantai membuka ke arah dalam tangga Pembahasan:

Pintu rumah tinggal sebaiknya membuka ke arah dalam, karena (1) “menghormati tamu”, yaitu agar pintu tidak akan terdorong ke arah tamu saat dibukakan; (2) untuk alasan keamanan, engsel pintu sebaiknya berada di dalam sehingga tidak mudah dirusak dari luar. Jawaban A salah

Pintu bangunan publik sebaiknya membuka ke luar untuk alasan keselamatan. Saat terjadi keadaan darurat yang mengharuskan ruangan segera dikosongkan, pintu yang membuka ke luar akan memudahkan pergerakan jika dibandingkan dengan pintu yang membuka ke dalam yang mengharuskan orang mundur sejenak untuk membukanya. Dalam Kepmen PU Nomor 02/KPTS/1985 pasal 4 tentang persyaratan bangunan, disebutkan bahwa “Lubang pintu bangunan perumahan dan gedung yang langsung menghadap keluar, daun pintunya harus membuka ke luar.” Jawaban B benar

Mengacu pada Kepmen PU tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung, tangga kebakaran harus “dilengkapi dengan pintu tahan terhadap api, minimum dua jam, dengan arah pembukaan ke tangga kebakaran dan menutup secara otomatis.” Pasal 5 juga menyatakan bahwa

Pengecualian terdapat pada pintu tangga kebakaran pada lantai dasar, karena harus membuka ke arah luar untuk memperlancar evakuasi. Jawaban C dan D salah.

9) Untuk dapat menghalangi cahaya matahari langsung masuk ke dalam bukaan jendela yang sama desainnya di dinding utara dan selatan sebuah gedung di kota Bandung pada bangunan yang tepat berorientasi timur barat, diperlukan kisi penahan matahari horizontal yang: A. Di sisi utara sedikit lebih menjorok keluar daripada yang di sisi selatan B. Di sisi selatan lebih menjorok lebih banyak keluar daripada yang di sisi utara C. Di sisi utara harus sama dengan yang di sisi selatan D. Tidak ada jawaban yang benar Pembahasan:

Overhang horisontal dan sirip vertikal sangat efektif yang diletakkan di fasade bangunan yang

menghadap utara dan selatan terutama di bulan Juli dan Desember karena saat itu matahari

berada pada posisi yang paling tinggi. Tetapi saat matahari berada di sudut yang rendah

(14.00 – 17.00), shading devices tersebut tidak lagi efektif. Fasade timur dan barat merupakan

masalah yang cukup sulit karena faktor sudut matahari berada di sudut yang rendah di pagi

hari dan sore hari. Sebaiknya untuk kasus ini kita harus menggunakan double fasade dan

dinding masif yang secara signifikan dapat mereduksi radiasi. Shading devices dapat lebih

efektif di sisi timur atau utara dengan mengkombinasikan sirip elemen vertikal dan horisontal.

Page 16: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Bacaan tambahan tentang radiasi matahari (sumber: http://sarisanisah.wordpress.com):

Orientasi dan bukaan jendela merupakan aspek yang selalu berkaitan erat dalam mengendalikan

radiasi matahari yang masuk bangunan. Bangunan dengan kebutuhan sinar matahari untuk

menghangatkan ruangan membutuhkan bukaan dan arah orientasi menuju sinar matahari. Sebaliknya

bangunan dengan tingkat kebutuhan radiasi panas yang rendah membutuhkan bukaan dan arah

orientasi yang menghindari bertatapan langsung dengan sinar matahari.

Atur desain dan posisi bukaan. Buat banyak bukaan pada sisi timur untuk memasukkan

cahaya pagi, sebaliknya kurangi bukaan pada sisi barat. Sinar matahari sore, berpotensi

menciptakan panas, yang jika masuk ke dalam rumah membutuhkan waktu cukup lama untuk

hilang. Usahakan semua ruang mendapat bukaan dan terhubung dengan ruang luar. Kalau

tidak memungkinkan adanya bukaan/jendela di kanan kiri bangunan, gunakan desain skylight.

Ventilasi silang. Jenis, posisi dan ukuran lubang jendela pada sisi atas dan bawah dari

bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang. Selain itu, dua buah jendela yang saling

berhadapan atau menyiku akan membentuk ventilasi silang.

Hindari menempatkan kamar tidur pada sisi barat, karena terhubung langsung dengan sinar

matahari sore. Penumpukan panas pada bangunan berorientasi ke arah Barat, masih akan

terasa hingga pk. 21.00. Artinya walau matahari telah terbenam, suhu dalam ruangan yang

beroriantasi ke arah barat masih tinggi/ suasana masih sangat hangat. Jika mungkin,

tempatkan area basah pada sisi barat.

Untuk bangunan bertingkat, buat lubang void agar tercipta pergerakan udara.

Buat innercourt di tengah ruangan, bisa berupa taman kering, kolam atau ruang terbuka.

Adanya innercourt selain sebagai “lubang” ke arah cahaya matahari juga untuk memberi

“nafas” dalam ruangan.

Desain plafon yang tinggi – minimal 2.75m- sehingga pergerakan udara di dalam rumah

menjadi lebih bebas.

Penggunaan elemen pembayangan merupakan langkah lanjutan yang dapat ditempuh setelah

mengendalikan orientasi dan bukaan. Jika orientasi dan bukaan tak dapat ditoleransi dikarenakan

kebutuhan perancangan, maka elemen pembayangan menjadi sangat penting. Elemen pembayangan

dapat dirancang sesuai dengan posisi dan arah kedatangan radiasi matahari sehingga bukaan dapat

terlindung dari radiasi sinar langsung. Terdapat 2 klasifikasi elemen pembayangan (Santamouris dkk,

1996), yaitu :

Elemen pembayangan permanen (fixed shading elements), disini termasuk dalam posisi

eksternal antara lain dalam bentuk overhang, vertical fins, kombinasi horisontal dan vertikal

(egg-crate type), balkon. Jika dalam posisi internal antaralain dalam bentuk light-shelves dan

louvre di atas jendela.

Elemen yang dapat diatur (adjustable /retracable shading elements), yang termasuk elemen

eksternal adalah tenda, awning, blinds, pergola, dan yang internal seperti curtains, rollers,

venetian blinds.

Penetrasi radiasi matahari menuju bangunan melalui jendela juga ditentukan oleh kualitas solar

optical dari material kaca tersebut. Bahan yang bersifat opaque dan transparan mempunyai sifat yang

berbeda dalam meneruskan radiasi langsung sinar matahari. Dengan mengendalikan thermal property

dari material kaca penetrasi dapat diatur jumlahnya. Sifat material transparan dikendalaikan melalui

aspek reflectivity, solar transmittance, dan absorptance.

Pembayangan oleh overstek juga akan mereduksi radiasi matahari. Bidang jendela yang sepenuhnya

terbayangi oleh overstek hanya akan menerima radiasi tidak langsung, yaitu radiasi matahari yang

berasal dari pantulan di angkasa dan pantulan di tanah. Sedangkan bidang jendela yang sepenuhnya

tidak terbayangi akan menerima radiasi total.

Page 17: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Buat penghalang berbentuk kisi-kisi horisontal, untuk menahan pancaran matahari sore secara

langsung masuk ke dalam ruang. Rumah yang menghadap barat, pancaran sinar matahari sore yang

mengarah ke dalam rumah, akan mengakibatkan rumah terasa panas. Dinding luar yang langsung

terkena sinar matahari sore, akan meneruskan panas ke dalam rumah. Akibatnya, kenyamanan dalam

rumah berkurang karena masuknya udara panas. Solusi sederhana yang bisa dilakukan adalah

memasang AC /kipas angin, menambahkan tirai berkain tebal di jendela atau kerai kayu/bambu di

bagian depan rumah. Selain itu, buat secondary skin, dan tempatkan pada bukaan berupa jendela.

lubang angin, pintu menuju balkon, teras rumah, atau jalan/selasar. Bentuknya bisa berupa kisi-kisi

transparan, standing wall, berongga atau menggunakan tanaman rambat.

Menahan matahari bisa dilakukan dengan membuat peri-peri, yaitu semacam kanopi beton dalam

posisi tegak vertikal menerus sepanjang tinggi jendela. Panas matahari dibutuhkan, namun tidak

berlebihan, karena akan mengurangi kenyamanan dalam rumah.

10) Untuk perancangan sebuah bangunan kantor sewa (murni kantor sewa) yang bukan proyek prestisius atau monumental, teori-teori yang paling relevan digunakan untuk merancang adalah: A. Sense of identity, place attachment, sense of place B. Ruang sentrapetal, defensible space, crowding C. Pattern language, flexibility D. Ruang sentrifugal, proximity Pembahasan:

Konsep pattern language (+form language):

Dalam desain arsitektural dan urbanisme, terdapat dua bahasa yang saling melengkapi, yaitu bahasa pola (pattern language) serta bahasa bentuk (form language). Bahasa pola memuat aturan tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan binaan. Bahasa ini mengkodifikasikan solusi-solusi praktis yang telah berkembang sepanjang sejarah peradaban, yang disesuaikan dengan budaya lokal, aturan dalam masyarakat, serta iklim setempat. Sebaliknya, bahasa bentuk terbatas pada rupa geometris. Bahasa bentuk didefinisikan melalui elemen-elemen pembentuk ruang yang terdiri atas lantai, dinding, partisi, dan sebagainya, yang secara keseluruhan merepresentasikan suatu bentuk, gaya, atau langgam tertentu pada bangunan. Penggunaan bahasa pola dalam membangun kantor/work environments dapat dilakukan dengan memeriksa komponen dari kantor-kantor yang telah terbangun, yang dinilai berhasil menciptakan ruang yang nyaman secara emosional. Seorang software developer zaman sekarang memiliki banyak kriteria ruang bekerja yang serupa dengan nenek moyang di masa lalu yang mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan mengukir peralatan berburu atau membuat lukisan di dalam goa. (Nikos A. Salingaros, “A Theory of Architecture”, http://www.archdaily.com/488929/a-theory-of-architecture-part-1-pattern-language-vs-form-language/)

Konsep flexibility: Fleksibilitas penggunaan ruang adalah suatu sifat kemungkinan dapat digunakannya sebuah ruang untuk bermacam-macam sifat dan kegiatan, dan dapat dilakukannya pengubahan susunan ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa mengubah tatanan bangunan. Kriteria pertimbangan fleksibilitas adalah:

Page 18: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

o Segi teknik, yaitu kecepatan perubahan, kepraktisan, resiko rusak kecil, tidak

banyak aturan, memenuhi persyaratan ruang. o Segi ekonomis, yaitu murah dari segi biaya pembuatan dan pemeliharaan.

Ada tiga konsep fleksibilitas, yaitu ekspansibilitas, konvertibilitas, dan versabilitas. Ekspansibilitas adalah konsep fleksibilitas yang penerapannya pada ruang atau bangunan yaitu bahwa ruang dan bangunan yang dimaksud dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan. Untuk konsep konvertibilitas, ruang atau bangunan dapat memungkinkan adanya perubahan tata atur pada satu ruang. Untuk konsep versatibilitas, ruang atau bangunan dapat bersifat multi fungsi. Pada beberapa contoh Ruang : Fleksibilitas Ruang Kerja Pengaturan ruang kerja dengan sistem koridor (coridor office) yang terdiri dari ruang-ruang tertutup dan saling terpisah satu dengan yang lain, kurang memenuhi tuntutan fleksibilitas ruang. Perkembangan pengaturan ruang kerja saat ini dengan sistem ruang-ruang yang lebih terbuka (sistem open plan office), lebih sesuai untuk diterapkan pada obyek rancangan nantinya. Menurut Logan (1997), penggunaan sistem open plan akan lebih ekonomis, efisiensi ruang tercapai, tidak memerlukan dinding permanen sehingga aliran kerja lebih lancar, ada kemudahan komunikasi, dan lebih fleksibel terutama dalam kemudahan perubahan layout ruang kerja. Untuk menunjang kemudahan perubahan layout, dapat digunakan perabot dengan sistem moduler. Sistem ini memudahkan perubahan tatanan dengan memainkan modul-modul yang sudah ada. Fleksibilitas Ruang Arsip Data-data penelitian berupa arsip dan dokumentasi yang terus berkembang, memerlukan ruang yang cukup besar untuk menyimpan. Keterbatasan lahan dan ruang, mengakibatkan ruang yang dirancang harus memiliki tingkat fleksibilitas tinggi. Menurut Coenen (1998), pengaturan ruang penyimpanan ini harus dapat memperkirakan pertambahan koleksi data sekurang-kurangnya untuk lima tahun ke depan. Untuk obyek rancangan yang memiliki keterbatasan lahan, perkembangan koleksi dapat diantisipasi dengan beberapa cara seperti yang dikemukakan Feireiss (1998), yaitu antara lain :

o Pembangunan ruang penyimpanan dalam beberapa tahap. Bangunan pada tahap pertama sudah harus mempersiapkan struktur dasar bangunan untuk tahapan kedua, dan begitu seterusnya. Dengan demikian, pengembangan desain tidak perlu merubah secara keseluruhan struktur utama yang sudah ada.

o Pemakaian perabot penyimpanan yang praktis, dalam arti kemudahan pengaturan, perubahan, penggantian dan pemindahan. Hal ini kecuali untuk penyimpanan benda-benda yang memerlukan perlakuan khusus, sehingga memerlukan perabot khusus pula.

o Penerapan sistem rotasi silang, yaitu adanya rotasi antara koleksi dalam ruang penyimpanan dengan ruang pameran.

o Pengecekan kembali koleksi setiap beberapa tahun sekali. Maksudnya untuk memilah kembali kemungkinan koleksi yang dapat disimpan dalam bentuk media yang lebih kecil (mikrografi, CD, dan sebagainya), kemungkinan untuk melimpahkan koleksi ke lembaga lain, dan lain-lain.

Fleksibilitas Ruang Pameran Tuntutan fleksibilitas ruang pamer pada dasarnya adalah sama dengan tuntutan fleksibilitas pada ruang arsip. Perkembangan materi pameran dari waktu ke waktu menurut adanya ruang pamer yang dapat mengantisipasi hal itu. Khusus untuk ruang pamer, selain karena adanya perkembangan materi paeran, tuntutan fleksibilitas ruang juga dikarenakan tuntutan

Page 19: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

perbaruan tata pameran dan koleksi yang dipamerkan sekurang-kurangnya setiap lima tahun. Hal ini untuk mengantisipasi kebosanan pengunjung, menggairahkan kegiatan pameran, dan juga untuk mengikuti perkembangan jaman. Menurut Feireiss (1998), untuk mengantisipasi hal-hal di atas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu antara lain :

o Perkembangan materi diantisipasi dengan sistem rotasi koleksi dari ruang pamer ke ruang penyimpanan secara rutin.

o Perubahan materi pameran, menyebabkan perubahan tata pameran. Untuk itu perabot yang digunakan sebagai penunjang perlu dipilih yang praktis, mudah dibongkar dan dipasang, serta fleksibel untuk diletakkan pada tempat-tempat yang berbeda.

o Pemakaian sekat pembatas yang tidak permanen, sehingga mudah untuk diubah sewaktu-waktu.

13) Teori yang paling relevan digunakan untuk perancangan sebuah bangunan spa dan resort adalah: A. Sense of place & place attachment B. Defensible space & centrifugal space C. Pattern language & proximity D. Crowding & centripetal space

Sense of place:

Persepsi subjektif dan perasaan manusia secara sadar terhadap lingkungannya, yang berakar dari

pengalaman subjektif (memori, tradisi, sejarah, budaya, dan masyarakat) dan objektif dari

lingkungannya (lanskap, bau, suara, dll) (Hashem dkk., 2013).

Sense of place dapat dicapai dengan memahami kegiatan sehari-hari dan simbolisasi yang ada

dalam kehidupan pengguna, sehingga dapat mengubah ruang yang tipikal menjadi ruang yang

memiliki karakter khusus bagi orang-orang tertentu (Relph, 1976).

Tingkatan sense of place:

1. Lack of sense of place : tidak adanya sense of space.

2. Belonging to a place : mulai adanya ikatan emosional dengan lingkungannya.

3. Attachment to a place : adanya hubungan emosi yang kuat terhadap lingkungan.

Lingkungan memiliki arti yang penting, karakter, dan identitas yang unik bagi manusia

tersebut.

4. Sacrifice for a place : manusia rela mengorbankan sesuatu untuk tempat tersebut.

Page 20: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Place attachment:

Ikatan emosional yang terjadi antar manusia dengan suatu tempat (Florek, 2011). Semakin manusia

merasa terikat dengan suatu tempat, manusia makin peduli dengan tempat tersebut (Mesch &

Monar, 1992).

Jika attached betah

Defensible space:

Sense of ownership

Desain yang baik memunculkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab penghuni terhadap

tempat tersebut, sehingga muncul dorongan untuk mempertahankan tempat tersebut dari

tindak kriminal.

4 faktor terbentuknya defensible space:

1. Territoriality

2. Natural surveillance : desain yang memungkinkan penghuni dapat melihat apa yang terjadi

di lingkungannya

3. Image : desain yang memunculkan rasa aman

4. Milleu (lingkungan sekitar) : memanfaatkan dekat dengan kantor polisi, area komersial yang

ramai, dll untuk mencegah kriminalitas

Contoh kasus : Pruitt Igoe (kurangnya defensible space akibat tidak adanya rasa kepemilikan

terhadap lingkungan sehingga angka kriminalias tinggi).

Proximity

Kedekatan; hal yang terjadi bila beberapa elemen disusun secara berdekatan sehingga membentuk

grup atau cluster (Schulz, 1968).

Pattern Language

Kumpulan aturan / solusi praktis yang menjawab permasalahan desain yang timbul mengenai

bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya.

Solusi-solusi ini didapatkan dari pengamatan mengenai desain-desain ruang yang ada: desain

seperti apa yang berhasil dan mana yang tidak di suatu budaya / komunitas.

Dari pengamatan muncul solusi apa yang selalu berhasil, oleh karena itu disebut pola (pattern).

tanpa proximity dengan

proximity

Page 21: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Karena merupakan solusi-solusi desain yang berangkat dari preseden-preseden yang telah ada di

suatu budaya tertentu, pattern language dapat menjadi guideline perancangan yang cocok

dengan masyarakat dengan budaya tersebut.

Centripetal & Centrifugal Space :

Jenis ruang luar yang terbentuk dari massa bangunan (Fawcett, 1998).

a. Centripetal space

Ruang yang terasa melingkupi (enclosed).

Contoh : ruang yang terbentuk dari 4 kolom, ruang yang terbentuk dari susunan 4 bidang

dinding, plaza yang terbentuk dari void yang dikelilingi massa bangunan.

b. Centrifugal space

Ruang terbuka tanpa batas luar yang jelas, terbentuk dari adanya satu massa di pusat sehingga

membentuk suatu ruang radial terbuka di sekelilingnya.

Contoh : Monas, St. Peter’s Basilica

Crowding

Perasaan subyektif yang muncul seiring dengan adanya orang lain dalam suatu ruangan (Gifford,

2002).

Merupakan salah satu hal yang berkaitan dengan konsep “privasi”.

Konteks sederhana: berkaitan dengan “densitas” (jumlah orang per unit luasan).

Biasanya memunculkan efek negatif dalam emosi, perilaku, dan interaksi antar manusia (Stokols,

1978).

Faktor desain yang mempengaruhi :

a. Skala

b. Peletakan ruang

c. Organisasi ruang

Page 22: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

d. Ketinggian langit-langit

e. Pencahayaan

Faktor yang menambah efek crowding :

a. Langit-langit rendah

b. Koridor panjang

c. Cahaya suram

d. Kepadatan tinggi

e. Bangunan tinggi

f. Dinding lengkung

14) Salah satu unsur bangunan yang tidak sesuai diterapkan pada perancangan bangunan kantor sewa bertingkat: A. atrium B. double loaded corridor C. single loaded corridor D. balkon

Kantor : Bangunan yang menampung berbagai kegiatan seperti administrasi, menerima, mencatat, menata, menyimpan, menampung kegiatan konsultans, transaksi, dll.

Kantor sewa : Bangunan komersial yang dapat dimiliki dengan sistem sewa. Isu perancangan kantor sewa: 1. Efisiensi ruang : Rentable area semaksimal mungkin. Pada kantor sewa area

nonrentable < 15% luas keseluruhan bangunan (gross floor area), biasanya 9%-10%. 2. Efisiensi sirkulasi : Dapat dicapai dengan mudah, mengakomodasi sirkulasi kendaraan

dan pejalan kaki, luasan akses keluar-masuk sesuai standar, area parkir memadai. 3. Efisiensi energi : Pemanfaatan cahaya alami, penghawaan alami, dll. Penghawaan alami dapat dicapai dengan stack effect ventilation: a. Bukaan jendela b. Atrium c. Cerobong angin 4. Peletakan core sesuai kebutuhan dan efisien. 5. Operation&maintenance bangunan. 6. Fleksibilitas ruang (fungsi, kapasitas, alat): karena disewakan jadi kebutuhan tiap pemilik

dapat berbeda-beda. 7. Green building Hal yang perlu diperhatikan dalam desain : 1. Konfigurasi core

Page 23: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

2. Lantai (bentuk dan ukuran) 3. Floor to floor height 4. Selubung bangunan 5. Sistem mekanikal dan elektrikal 6. Sistem struktur 7. Kebutuhan parkir dan loading 8. Jadwal pemakaian 9. Biaya dan waktu 10. Peraturan bangunan Isi core : 1. Sirkulasi vertikal (Lift, tangga kebakaran) 2. Ruang mekanikal (AC/AHU, shaft, pompa) 3. Toilet 4. Ruang elektrikal (panel listrik tiap lantai, shaft listrik, kontrol alarm, pusat telepon, pusat

komputer, ruang kontrol Building Automation System bila diperlukan) 5. Ruang penunjang (pantry, gudang, mushola) 6. Ruang lainnya (genset, mesin lift, dll) Jenis berdasarkan tipikal jalur pencapaian : 1. Tipe koridor : Ruang dicapai dengan koridor, bisa single / double loaded corridor. Bentuk

bangunan memanjang atau linier. 2. Tipe menara : Dicapai dengan sirkulasi vertikal dalam core. Bentuk bangunan menara

(high rise). 15) Penyusunan program ruang untuk sebuah proyek perancangan kantor sewa di tengah kota Bandung sebaiknya didasarkan atas: A. Kapasitas maksimal lahan sesuai ketentuan KDB & KLB B. Proyeksi perkiraan jumlah penyewa dan pengunjung kantor sewa C. Luas modul terkecil ruang sewa dan tipologi kantor sewa D. Proyeksi permintaan akan kantor sewa di Bandung Bangunan kantor sewa sebagai bangunan komersial dalam penyusunan program ruangnya harus sesuai dengan demand yang ada sehingga dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. 16) Informasi tentang kebutuhan luas ruang yang dikehendaki para calon penyewa gedung kantor sewa di Bandung bisa didapat secara lebih efektif dari: A. Survey ke para calon penyewa untuk mendapatkan data primer B. Studi literature (Neufert, Time Saver Standard, dsb.) C. Studi banding bangunan sejenis di kota yang setara D. Berkonsultasi ke konsultan properti di Bandung

Survey ke calon penyewa seringkali tidak efektif karena di sejumlah kasus pembangunan kantor sewa, calon penyewa belum pasti siapa saja.

Neufert dll merupakan standar yang sangat universal dan tidak mengakomodasi kebutuhan ruang yang khusus di suatu daerah.

Dengan studi banding bisa didapatkan jumlah riil kebutuhan luas ruang, asalkan preseden yang diambil setara baik dalam lokasi maupun kelasnya.

17) Tujuan perencanaan yang paing relevan dalam proyek gedung kantor sewa (yang bukan proyek prestisius) adalah: A. Mengefisienkan sirkulasi antar ruang B. Memaksimalkan rentable space C. Mengangkat citra bangunan D. Menaikkan nilai jual tanah

Page 24: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berdasarkan isu perancangan kantor sewa pada penjelasan soal no (14). 18) Isu paling penting dalam perencanaan gedung apartemen di tengah kota: A. Zoning (privat, semiprivat, publik) B. Sirkulasi di dalam dan di luar gedung C. Mematuhi UDGL (Urban Design Guidelines) D. Optimalisasi penggunaan lahan

A. APARTMENT

1. Pengertian

Unit perumahan; merupakan suatu tipe real estate hunian yang dapat

disewakan / dimiliki sendiri. Lantai 1 dan lantai 2 dapat digunakan selain

perumahan (area public)

di jepang disebut apato , kelasnya lebih tinggi dari Manson disebut flat /

mansion blok

Tingkat sosial lebih tinggi dan mahal, yang murah disebut rumah susun

Ada beberapa tipe kos-kosan yang bisa juga disebut apartment

2. Sejarah

Relative baru di Indonesia, tetapi sebenarnya banyak pengadaan rumah yang

pantas disebut apartment

3. Tipologi

studio, efficiency/ bachelor apartment (kamar, kamar mandi, langsung tempat

makan, dapur

one-bedrom apartment

two-bedroom apartment

three-badroom apartment

tidak berhubungan dengan status pernikahan

ada yang khusus untuk senior citizen (orang tua) dengan fasilitas manula

ada yang tidak mengizinkan membawa anak/ hewan peliharaan karena

mengganggu ketenangan

condominium = 1 unit , dengan fasilitas milik bersama(kolam berenang/

fasilitas public lainnya milik bersama)

Page 25: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

= membeli 1 unit hotel , namun saat tidak ditempati diserahkan kepada

operator untuk disewakan. Saat akan digunakan cukup member tahu operator,

maka ruang akan disediakan

panthouse

2LDK (2 bedroom, livingroom, dining, kitchen)

4. Konfigurasi

Studio/efficiency/bachelor apartment

Apartment kecil beruang tunggal dengan fungsi kamar tidur, ruang keluarga, ruang

makan disatukan di ruang tersebut, dengan tambahan dapur yang disatukan maupun

di ruang sendiri yang terpisah dan kamar mandi berukuran

kecil yang memiliki ruang terpisah..

Efficiency/bachelor apartment biasanya berukuran lebih

kecil.

Ini adalah unit apartment yang biasanya menjadi unit

terkecil dan termurah di blok apartmentnya. Di US biasanya ukuran berkisar antara

25-45 meter persegi, dan lebih kecil lagi di negara-negara lain.

One bedroom apartment

Unit apartment dengan satu kamar tidur di ruang

terpisah.

Page 26: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Two bedroom apartment

Unit apartment dengan dua kamar tidur, ruang keluarga, dapur, kamar mandi yang

terpisah.

Three bedroom apartment

Unit apartment dengan tiga kamar tidur, ruang keluarga, dapur, kamar mandi

(biasanya ada dua) yang terpisah.

2LDK

Page 27: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Kurang lebih sama dengan two bedroom apartment, namun memiliki ruang keluarga,

ruang makan, dan dapur yang disatukan. Sebutan tipe unit apartment ini muncul dari

tipe apartment di Jepang. Unit ini juga biasanya terkenal karena bentuknya yang

compact.

5. Isu perancangan spesifik

Memaksimalkan luas yang disewakan, dibandingkan yang tak tersewakan

(koridor, lift, tangga)

Pada apartment mewah, lantai teratas dapat dibuat eksklusif.

Pada apartment yang bersifat sosial dapat menggunakan koridor / lantai 1 sebagai

fasilitas bersama untuk sosialisasi

Khas Indonesia terdapat kamar pembantu

Page 28: KULIAH PERANCANGAN ARSITEKTUR

Apartemen yang mahal pegawainya menggunakan seragam khusus dan

terdapat password-password tertentu

Saat ini sebuah apartmen tidak boleh bila hanya memiliki 1 tangga, karena

bahaya bila terjadi bencana seperti kebakaran dan gempa bumi