10
3.2. Penambangan Kuari Batu Kapur Sebelum memulai tahapan aktivitas penambangan, Seksi Perencanaan dan Pengawasan Tambang PT Semen Indonesia (Persero), Tbk. akan merencanakan seluruh aktivitas penambangan kemudian diteruskan kepada Seksi Operasi Tambang dan ke pihak PT UTSG yang akan melangsungkan operasi penambangan dengan target produksi batu kapur sebanyak 14.000.000 ton/tahun. Tahapan aktivitas penambangan dilaksanakan sebagai berikut. a. Land Clearing Sebelum melaksanakan kegiatan eksploitasi, dilakukan kegiatan pembersihan lahan dengan menggunakan alat gusur bulldozer dengan spesifikasi alat terlampir (Lampiran C). Lahan di area kuari batu kapur pada mulanya hanya ditanami rerumputan dan tanaman liar kecil kemudian dibersihkan secara stripping. Tanah hasil pembersihan dimuat dengan backhoe dan diangkut dengan dumptruck ke penyimpanan sementara top soil (top soil bank) dan akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan pasca tambang. b. Pengupasan Top Soil Tanah penutup endapan batu kapur memiliki ketebalan 20 sampai 30 cm. Lapisan tanah penutup (top soil) diambil secara stripping dengan bulldozer, dimuat dengan backhoe dan diangkut dengan dumptruck untuk dibawa ke top soil bank yang akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan. c. Perataan Jalan Tambang Jalan tambang yang menghubungkan antara lokasi penambangan dengan crushing plant dapat dibagi menjadi dua, yaitu jalan

kuari batu kapur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

batu kapur

Citation preview

Page 1: kuari batu kapur

3.2. Penambangan Kuari Batu Kapur

Sebelum memulai tahapan aktivitas penambangan, Seksi Perencanaan dan Pengawasan

Tambang PT Semen Indonesia (Persero), Tbk. akan merencanakan seluruh aktivitas

penambangan kemudian diteruskan kepada Seksi Operasi Tambang dan ke pihak PT UTSG

yang akan melangsungkan operasi penambangan dengan target produksi batu kapur

sebanyak 14.000.000 ton/tahun. Tahapan aktivitas penambangan dilaksanakan sebagai

berikut.

a. Land Clearing

Sebelum melaksanakan kegiatan eksploitasi, dilakukan kegiatan pembersihan lahan

dengan menggunakan alat gusur bulldozer dengan spesifikasi alat terlampir (Lampiran C).

Lahan di area kuari batu kapur pada mulanya hanya ditanami rerumputan dan tanaman liar

kecil kemudian dibersihkan secara stripping. Tanah hasil pembersihan dimuat dengan

backhoe dan diangkut dengan dumptruck ke penyimpanan sementara top soil (top soil bank)

dan akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan pasca tambang.

b. Pengupasan Top Soil

Tanah penutup endapan batu kapur memiliki ketebalan 20 sampai 30 cm. Lapisan tanah

penutup (top soil) diambil secara stripping dengan bulldozer, dimuat dengan backhoe dan

diangkut dengan dumptruck untuk dibawa ke top soil bank yang akan dimanfaatkan untuk

reklamasi lahan.

c. Perataan Jalan Tambang

Jalan tambang yang menghubungkan antara lokasi penambangan dengan crushing plant

dapat dibagi menjadi dua, yaitu jalan angkut utama dan jalan operasi tambang. Jalan angkut

utama yaitu jalan angkut dari pinggir kuari ke lokasi crushing plant dan bersifat permanen

selama umur masing-masing kuari yang memiliki lebar 50 m dan kemiringan 15%.

Sedangkan jalan operasi tambang merupakan jalan yang menghubungkan jalan angkut utama

dengan front penambangan dan bersifat dinamis sesuai dengan kemajuan penggalian

berdasarkan jadwal produksi dengan lebar jalan 15 m dan kemiringan jalan 15%.

Jalan tambang dibuat dari tanah dan batu kapur dengan bulldozer lalu dipadatkan dan

diratakan dengan Motor Grader Komatsu tipe 705 A-4 untuk menghasilkan konstruksi jalan

yang kuat.

Page 2: kuari batu kapur

Gambar 3.1. Motor Grader (Dok. Pribadi Kegiatan Penambangan PTSI)

d. Pemboran

Kuari batu kapur akan dibuat menjadi lokasi produksi batu kapur yang membentuk

jenjang-jenjang setinggi 6 m dan lebar 4 m dengan sudut kemiringan 800 dengan batas

produksi pada elevasi 30 mdpl dan dibagi menjadi beberapa blok. Jenjang akan dibuat

melalui kegiatan pemboran dan peledakan.

Pemboran adalah aktivitas yang dilakukan sebelum peledakan, dengan menggunakan

alat bor jenis putar-tumbuk Crawler Rock Drill (CRD) Atlas Copco dengan spesifikasi

terlampir (Lampiran D) dengan posisi lubang ledak vertikal. Tujuan pemboran adalah untuk

meletakkan bahan peledak pada posisi yang sudah direncanakan. Pembuatan lubang bor

secara tepat bertujuan memperoleh hasil fragmentasi dan produksi yang diharapkan.

Alat bor yang dipakai memiliki kemampuan menggali sedalam 42 meter setiap satu

jam, sehingga berdasarkan rencana kedalaman 6 meter maka satu alat bor dapat membuat 7

buah lubang ledak dalam satu jam. Kegiatan pemboran dilaksanakan setiap hari pada pukul

07.00-11.00 WIB.

Page 3: kuari batu kapur

Gambar 3.2. Crawler Rock Drill (Dok. Pribadi Aktivitas Penambangan PTSI)

Berdasarkan Tim, 2014 dalam Rekayasa Desain Geometri Peledakan, geometri lubang

bor dipersiapkan sebagai berikut:

1. Diameter = 3,5 inch

Diameter adalah dimensi ukuran bukaan lingkaran lubang bor . Faktor yang membatasi

pemilihan diameter lubang bor adalah ukuran fragmentasi, produksi yang dihasilkan dan alat

muat serta alat angkut yang tersedia.

2. Burden = 2,5 m

Burden adalah jarak terdekat antara lubang bor terhadap free face dengan pengukuran

relatif tegak lurus. Free face adalah bidang bebas atau permukaan batuan yang berhubungan

langsung dengan udara.

3. Spasi = 3,0 m

Spasi adalah jarak antara lubang bor dalam satu baris yang nilainya berhubungan

langsung dengan fungsi burden.

4. Kedalaman = 6,6 m

Page 4: kuari batu kapur

Kedalaman adalah dimensi hasil pengeboran vertikal dari permukaan sampai pada batas

ketentuan kedalaman lubang yang direncanakan. Kedalaman lubang bor yang diukur adalah

kedalaman keseluruhan lubang bor termasuk subdrilling.

5. Subdrilling = 0,6 m

Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari lubang bor di bawah rencana lantai

jenjang yang berfungsi untuk menghindari tonjolan pada lantai (toe) dan merapikan dasar

lantai untuk pemboran berikutnya.

Toe adalah bagian batuan yang tertinggal antara floor dengan free face berupa tonjolan.

Floor adalah lantai/kaki yang sudah ada atau yang akan direncanakan. Floor harus selalu rata

untuk kemudahan transportasi.

6. Stemming = 2 m

Stemming adalah material penutup di dalam lubang bor yang berfungsi untuk

mengurung gas ledakan.

7. Pola lubang pemboran dibuat zig-zag (stuggered)

Lubang bor disusun zig-zag atau stuggered.

Gambar 3.3. Geometri Lubang Bor (Hyatt Regency, Suwandhi : 2012)e. Peledakan

Aktivitas peledakan dimaksudkan untuk membebaskan suatu massa batuan dari batuan

induknya dengan ukuran yang diinginkan sehingga memudahkan pemuatan dan

Page 5: kuari batu kapur

pengangkutan. Peledakan dilakukan pada batuan keras yang tidak dapat langsung digali

dengan excavator.

Aktivitas peledakan dilaksanakan setiap hari pada pukul 12.00-13.00 WIB

menggunakan bahan dan alat penunjang peledakan dengan spesifikasi terlampir (Lampiran

E).

Aktivitas peledakan direncanakan sebagai berikut:

1. Bahan peledak ANFO dan penguat ledak Power Gel Magnum 3151

ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil) yaitu dua komponen non eksplosif yang dicampur

bersama.

Sifat-sifat ANFO (Wirtgen Surface Mining Manual : 2005):

a) Fuel Oil absorbency (>6%)

b) Densiti rendah (<0.85 g/cc)

c) Kandungan air rendah (<0.2%)

d) Tidak berpotensi menempel pada dinding atau peralatan pemuatan

e) Non caking (tidak mudah mengeras ketika penumpukan)

f) Tidak mudah hancur.

ANFO yang mengandung unsur Ammonium Nitrate Prill (94%) and Fuel Oil (6%)

memiliki kelebihan dan kerugian, yaitu:

Kelebihan:

a) Mudah untuk dibuat

b) Cost effective

c) Sederhana.

Kerugian ANFO adalah bahan ini tidak tahan air.

2. Metode listrik dengan detonator listrik MS Delay Detonator

Pada peledakan dengan listrik, perbedaan antara peledakan secara serentak ataupun

beruntun hanya terletak pada jenis detonator yang dipakai. Pada peledakan serentak

digunakan instantaneous detonator sedangkan pada peledakan beruntun digunakan delay

detonator.

Pemakaian delay detonator dimaksudkan agar mendapatkan perbedaan wak-

tu peledakan antara dua lubang sehingga diperoleh peledakan secara beruntun. Pengaturan

waktu delay adalah 25 milisekon.

Manfaat dari penggunaan waktu tunda dalam operasi peledakan adalah:

a) Hasil fragmentasi lebih baik

b) Mengurangi goncangan dan getaran

Page 6: kuari batu kapur

c) Lemparan hasil bongkaran lebih terarah

d) Mengetahui keberhasilan peledakan di tiap lubang ledak.

3. Rangkaian peledakan seri-paralel

Rangkaian seri terdiri dari lintasan tunggal dari aliran yang melewati setiap detonator

dalam sirkuit. Keuntungan dari sirkuit ini adalah mudah dites dengan ohmmeter bila terjadi

putus hubungan. Pada rangkaian paralel, dua kabel leg wire masing-masing dihubungkan

pada kabel positif dan negatif dari blasting machine. Kerugian dengan cara ini adalah sulit

sekali mendeteksi dengan tepat bila ada sambungan yang terputus pada salah satu titik dalam

rangkaian. (Tim : 2014)

Gambar 3.4. Rangkaian Seri-Paralel (Hyatt Regency, Suwandhi : 2012)

Terdapat kabel-kabel penunjang yang dijadikan sebagai penghubung antar lubang bor

dan delay detonator serta penghubung sirkuit seri dan paralel dalam rangkaian peledakan

yaitu:

a) Leg wire

Leg wire adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang salah satu

ujungnya dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat dalam detonator. Panjang leg wire

bervariasi tergantung kebutuhan.

b) Connecting wire

Page 7: kuari batu kapur

Kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk menghubungkan leg wire dengan firing

wire.

c) Firing Line – Leading Wire

Kawat yang dipergunakan untuk menghubungkan sumber tenaga listrik dengan

rangkaian detonator.

d) Bush wire

Perpanjangan dari firing line yang menghubungkan masing-masing detonator (parallel

circuit) atau masing-masing detonator dalam seri (parallel series circuit).

4. Fragmen hasil peledakan berdiameter maksimal 80 cm

5. Batas maksimal rambatan yang dihasilkan dari efek peledakan yaitu 3 mm/s rambat

getaran dan 90 dB rambat suara. Perhitungan rambatan dari efek peledakan dengan

menggunakan Blastmate.

6. Susunan rangkaian peledakan di lubang bor adalah:

a) 6,6 meter kedalaman lubang

b) 6,0 m tinggi jenjang dan 0,6 m subdrilling

c) 2 m dari atas diisi stemming

d) Dinamit Gel dihubungkan detonator yang diletakkan pada posisi vertikal

e) Isian ANFO 25 kg/lubang.

7. Keamanan di sekitar area peledakan:

a) Operator dan pengawas peledakan berjarak 300 meter dari lokasi ledakan

b) Alat berat berjarak 300 meter dari lokasi ledakan

c) Manusia berjarak 500 meter dari lokasi peledakan

d) Penggunaan APD (safety helmet, safety shoes, field uniform) harus dilengkapi saat

berada di lapangan

e) Telepon selular, kamera, dan alat elektronik lainnya dinonaktifkan

f) Dilarang menghidupkan rokok dan sumber api lainnya.