Upload
ag-badia-pato
View
50
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
batu kapur
Citation preview
3.2. Penambangan Kuari Batu Kapur
Sebelum memulai tahapan aktivitas penambangan, Seksi Perencanaan dan Pengawasan
Tambang PT Semen Indonesia (Persero), Tbk. akan merencanakan seluruh aktivitas
penambangan kemudian diteruskan kepada Seksi Operasi Tambang dan ke pihak PT UTSG
yang akan melangsungkan operasi penambangan dengan target produksi batu kapur
sebanyak 14.000.000 ton/tahun. Tahapan aktivitas penambangan dilaksanakan sebagai
berikut.
a. Land Clearing
Sebelum melaksanakan kegiatan eksploitasi, dilakukan kegiatan pembersihan lahan
dengan menggunakan alat gusur bulldozer dengan spesifikasi alat terlampir (Lampiran C).
Lahan di area kuari batu kapur pada mulanya hanya ditanami rerumputan dan tanaman liar
kecil kemudian dibersihkan secara stripping. Tanah hasil pembersihan dimuat dengan
backhoe dan diangkut dengan dumptruck ke penyimpanan sementara top soil (top soil bank)
dan akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan pasca tambang.
b. Pengupasan Top Soil
Tanah penutup endapan batu kapur memiliki ketebalan 20 sampai 30 cm. Lapisan tanah
penutup (top soil) diambil secara stripping dengan bulldozer, dimuat dengan backhoe dan
diangkut dengan dumptruck untuk dibawa ke top soil bank yang akan dimanfaatkan untuk
reklamasi lahan.
c. Perataan Jalan Tambang
Jalan tambang yang menghubungkan antara lokasi penambangan dengan crushing plant
dapat dibagi menjadi dua, yaitu jalan angkut utama dan jalan operasi tambang. Jalan angkut
utama yaitu jalan angkut dari pinggir kuari ke lokasi crushing plant dan bersifat permanen
selama umur masing-masing kuari yang memiliki lebar 50 m dan kemiringan 15%.
Sedangkan jalan operasi tambang merupakan jalan yang menghubungkan jalan angkut utama
dengan front penambangan dan bersifat dinamis sesuai dengan kemajuan penggalian
berdasarkan jadwal produksi dengan lebar jalan 15 m dan kemiringan jalan 15%.
Jalan tambang dibuat dari tanah dan batu kapur dengan bulldozer lalu dipadatkan dan
diratakan dengan Motor Grader Komatsu tipe 705 A-4 untuk menghasilkan konstruksi jalan
yang kuat.
Gambar 3.1. Motor Grader (Dok. Pribadi Kegiatan Penambangan PTSI)
d. Pemboran
Kuari batu kapur akan dibuat menjadi lokasi produksi batu kapur yang membentuk
jenjang-jenjang setinggi 6 m dan lebar 4 m dengan sudut kemiringan 800 dengan batas
produksi pada elevasi 30 mdpl dan dibagi menjadi beberapa blok. Jenjang akan dibuat
melalui kegiatan pemboran dan peledakan.
Pemboran adalah aktivitas yang dilakukan sebelum peledakan, dengan menggunakan
alat bor jenis putar-tumbuk Crawler Rock Drill (CRD) Atlas Copco dengan spesifikasi
terlampir (Lampiran D) dengan posisi lubang ledak vertikal. Tujuan pemboran adalah untuk
meletakkan bahan peledak pada posisi yang sudah direncanakan. Pembuatan lubang bor
secara tepat bertujuan memperoleh hasil fragmentasi dan produksi yang diharapkan.
Alat bor yang dipakai memiliki kemampuan menggali sedalam 42 meter setiap satu
jam, sehingga berdasarkan rencana kedalaman 6 meter maka satu alat bor dapat membuat 7
buah lubang ledak dalam satu jam. Kegiatan pemboran dilaksanakan setiap hari pada pukul
07.00-11.00 WIB.
Gambar 3.2. Crawler Rock Drill (Dok. Pribadi Aktivitas Penambangan PTSI)
Berdasarkan Tim, 2014 dalam Rekayasa Desain Geometri Peledakan, geometri lubang
bor dipersiapkan sebagai berikut:
1. Diameter = 3,5 inch
Diameter adalah dimensi ukuran bukaan lingkaran lubang bor . Faktor yang membatasi
pemilihan diameter lubang bor adalah ukuran fragmentasi, produksi yang dihasilkan dan alat
muat serta alat angkut yang tersedia.
2. Burden = 2,5 m
Burden adalah jarak terdekat antara lubang bor terhadap free face dengan pengukuran
relatif tegak lurus. Free face adalah bidang bebas atau permukaan batuan yang berhubungan
langsung dengan udara.
3. Spasi = 3,0 m
Spasi adalah jarak antara lubang bor dalam satu baris yang nilainya berhubungan
langsung dengan fungsi burden.
4. Kedalaman = 6,6 m
Kedalaman adalah dimensi hasil pengeboran vertikal dari permukaan sampai pada batas
ketentuan kedalaman lubang yang direncanakan. Kedalaman lubang bor yang diukur adalah
kedalaman keseluruhan lubang bor termasuk subdrilling.
5. Subdrilling = 0,6 m
Subdrilling adalah tambahan kedalaman dari lubang bor di bawah rencana lantai
jenjang yang berfungsi untuk menghindari tonjolan pada lantai (toe) dan merapikan dasar
lantai untuk pemboran berikutnya.
Toe adalah bagian batuan yang tertinggal antara floor dengan free face berupa tonjolan.
Floor adalah lantai/kaki yang sudah ada atau yang akan direncanakan. Floor harus selalu rata
untuk kemudahan transportasi.
6. Stemming = 2 m
Stemming adalah material penutup di dalam lubang bor yang berfungsi untuk
mengurung gas ledakan.
7. Pola lubang pemboran dibuat zig-zag (stuggered)
Lubang bor disusun zig-zag atau stuggered.
Gambar 3.3. Geometri Lubang Bor (Hyatt Regency, Suwandhi : 2012)e. Peledakan
Aktivitas peledakan dimaksudkan untuk membebaskan suatu massa batuan dari batuan
induknya dengan ukuran yang diinginkan sehingga memudahkan pemuatan dan
pengangkutan. Peledakan dilakukan pada batuan keras yang tidak dapat langsung digali
dengan excavator.
Aktivitas peledakan dilaksanakan setiap hari pada pukul 12.00-13.00 WIB
menggunakan bahan dan alat penunjang peledakan dengan spesifikasi terlampir (Lampiran
E).
Aktivitas peledakan direncanakan sebagai berikut:
1. Bahan peledak ANFO dan penguat ledak Power Gel Magnum 3151
ANFO (Amonium Nitrat Fuel Oil) yaitu dua komponen non eksplosif yang dicampur
bersama.
Sifat-sifat ANFO (Wirtgen Surface Mining Manual : 2005):
a) Fuel Oil absorbency (>6%)
b) Densiti rendah (<0.85 g/cc)
c) Kandungan air rendah (<0.2%)
d) Tidak berpotensi menempel pada dinding atau peralatan pemuatan
e) Non caking (tidak mudah mengeras ketika penumpukan)
f) Tidak mudah hancur.
ANFO yang mengandung unsur Ammonium Nitrate Prill (94%) and Fuel Oil (6%)
memiliki kelebihan dan kerugian, yaitu:
Kelebihan:
a) Mudah untuk dibuat
b) Cost effective
c) Sederhana.
Kerugian ANFO adalah bahan ini tidak tahan air.
2. Metode listrik dengan detonator listrik MS Delay Detonator
Pada peledakan dengan listrik, perbedaan antara peledakan secara serentak ataupun
beruntun hanya terletak pada jenis detonator yang dipakai. Pada peledakan serentak
digunakan instantaneous detonator sedangkan pada peledakan beruntun digunakan delay
detonator.
Pemakaian delay detonator dimaksudkan agar mendapatkan perbedaan wak-
tu peledakan antara dua lubang sehingga diperoleh peledakan secara beruntun. Pengaturan
waktu delay adalah 25 milisekon.
Manfaat dari penggunaan waktu tunda dalam operasi peledakan adalah:
a) Hasil fragmentasi lebih baik
b) Mengurangi goncangan dan getaran
c) Lemparan hasil bongkaran lebih terarah
d) Mengetahui keberhasilan peledakan di tiap lubang ledak.
3. Rangkaian peledakan seri-paralel
Rangkaian seri terdiri dari lintasan tunggal dari aliran yang melewati setiap detonator
dalam sirkuit. Keuntungan dari sirkuit ini adalah mudah dites dengan ohmmeter bila terjadi
putus hubungan. Pada rangkaian paralel, dua kabel leg wire masing-masing dihubungkan
pada kabel positif dan negatif dari blasting machine. Kerugian dengan cara ini adalah sulit
sekali mendeteksi dengan tepat bila ada sambungan yang terputus pada salah satu titik dalam
rangkaian. (Tim : 2014)
Gambar 3.4. Rangkaian Seri-Paralel (Hyatt Regency, Suwandhi : 2012)
Terdapat kabel-kabel penunjang yang dijadikan sebagai penghubung antar lubang bor
dan delay detonator serta penghubung sirkuit seri dan paralel dalam rangkaian peledakan
yaitu:
a) Leg wire
Leg wire adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik, yang salah satu
ujungnya dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat dalam detonator. Panjang leg wire
bervariasi tergantung kebutuhan.
b) Connecting wire
Kawat yang mempunyai isolasi, dipakai untuk menghubungkan leg wire dengan firing
wire.
c) Firing Line – Leading Wire
Kawat yang dipergunakan untuk menghubungkan sumber tenaga listrik dengan
rangkaian detonator.
d) Bush wire
Perpanjangan dari firing line yang menghubungkan masing-masing detonator (parallel
circuit) atau masing-masing detonator dalam seri (parallel series circuit).
4. Fragmen hasil peledakan berdiameter maksimal 80 cm
5. Batas maksimal rambatan yang dihasilkan dari efek peledakan yaitu 3 mm/s rambat
getaran dan 90 dB rambat suara. Perhitungan rambatan dari efek peledakan dengan
menggunakan Blastmate.
6. Susunan rangkaian peledakan di lubang bor adalah:
a) 6,6 meter kedalaman lubang
b) 6,0 m tinggi jenjang dan 0,6 m subdrilling
c) 2 m dari atas diisi stemming
d) Dinamit Gel dihubungkan detonator yang diletakkan pada posisi vertikal
e) Isian ANFO 25 kg/lubang.
7. Keamanan di sekitar area peledakan:
a) Operator dan pengawas peledakan berjarak 300 meter dari lokasi ledakan
b) Alat berat berjarak 300 meter dari lokasi ledakan
c) Manusia berjarak 500 meter dari lokasi peledakan
d) Penggunaan APD (safety helmet, safety shoes, field uniform) harus dilengkapi saat
berada di lapangan
e) Telepon selular, kamera, dan alat elektronik lainnya dinonaktifkan
f) Dilarang menghidupkan rokok dan sumber api lainnya.