Upload
hadi-winarso
View
954
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Purwokerto town as public education, makes it as crowd jam. Until now there hasnot been a regulation to control vehicle production so effect to air pollution. One ofpollutant substance endanger to human health is Pb (Plumbum). Pb substance ion our bodyeffect many problem of health and one of important on health and safety study. thatthreshold value of Pb level in the blood that is over than 10μg/dl can effect subjectivefatigue and effect of it is workplace productivity down, one of places have high potentiallyPb exposure is gasoline station. Now there are 9 Gasoline station in Puwokerto town with234 operator worker so with this very important to do research. The research goals are toknow levels of Pb blood`s gasoline operator worker, to know subjective fatigue felt bygasoline operator and to know the correlation between blood Pb level with subjectivefatigue felt by gasoline station operator workers.This research used analytic method with Cross-Sectional approach. Respondentsincluded in this study were operator workers who worked more than 3 years in workingperiod and be on the alert as responden. This research held on may year of 2010. Samplingtechnique in this research used Purposive randim sampling, and used research instrumentquestioner.Research Result sew that blood Pb level on 19 the operator worker`s body ofGasoline station in Puwokerto town over than threshold value or more than 10μg/dl, 11 or56% respondents included on slight subjective fatigue and 8 respondent included on hardfatigue, Chi-square test sew that there was cells under expected count so used fisher’sexact test and obtained value 0,00 so it can be taken conclusion that this research wassignificant and there was a relationship between blood Pb level with subjective fatigue.The conclusion of this research that there is significant correlation between bloodPb level and subjective fatigue, and higher blood Pb level will effect to more severefatigue. Suggestion to head master of gasoline station to give enough nutrition, checkhealth operator worker regularly, give rest time to secrete Pb level in blood from body,give personal protective equipment such as masker and gloves.
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KADAR Pb DARAH DENGAN KELELAHAN
SUBYEKTIF PETUGAS SPBU DI KOTA PURWOKERTO
TAHUN 2010
Oleh :
HADI WINARSO
NIM : P17433107209
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2010
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program studi Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Karya Tulis Ilmiah. Juni 2010
Abstrak
Hadi Winarso ([email protected])
HUBUNGAN KADAR Pb DARAH DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF
PETUGAS SPBU DI KOTA PURWOKERTO TAHUN 2010 II + 57 halaman : gambar, tabel, lampiran
Kota Purwokerto sebagai pusat pendidikan menjadikannya sebagai kota dengan
lalu lintas yang padat. Sampai saat ini belum ada aturan untuk mengontrol produksi
kendaraan bermotor maka berakibat pada pollusi udara. Salah satu bahan pencemar udara
yang berbahaya terhadap kesehatan manusia adalah timah hitam atau yang sering disingkat
Pb (plumbum). Pb di dalam tubuh memiliki banyak masalah kesehatan dan salah satu
dampak penting dalam studi keselamatan dan kesehatan kerja adalah kadar Pb dalam darah
di atas nilai ambang batas yaitu 10µg/dl dapat menyebabkan kelelahan subyektif sehingga
dapat menurunkan produktivitas kerja. Salah satu tempat yang memiliki potensi tinggi
terhadap adanya paparan Pb adalah SPBU. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya kadar Pb darah petugas SPBU, mengetahui tingkat kelelahan subyektif yang
dirasakan oleh tenaga operator SPBU dan mengetahui hubungan antara kadar Pb darah
dengan kelelahan subyektif tenaga operator SPBU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan
Cross-sectional. Responden yang masuk dalam penelitian ini adalah tenaga operator SPBU
di Kota Purwokerto yang memiliki masa kerja di atas 3 tahun, dan bersedia menjadi
responden. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei tahun 2010. Teknik
sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dan intrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukan kadar timah hitam (Pb) darah 19 petugas operator
SPBU di kota Purwokerto di atas nilai ambang batas yaitu lebih besar dari 10µg/dl. 11
(56%) termasuk dalam kategori Pb rendah, 8 (42,1) responden termasuk dalam kategori
kadar Pb darah tinggi. Hasil perhitungan Chi-square terdapat sel dibawah nilai harapan
sehingga digunakan Fisher`s Exact Test dan didapatkan nilai 0,00 maka maka dinyatakan
signifikan dan ada hubungan antara kadar Pb darah dengan kelelahan.
Terdapat hubungan antara kadar Pb darah dengan kelelahan subyektif, semakin
tinggi kadar Pb seseorang maka akan mengalami kelelahan subyektif yang semakin berat.
Saran yang sebaiknya dilakukan yaitu memperhatikan asupan gizi kerja, mengecek secara
rutin kondisi kesehatan tenaga kerja memberikan waktu untuk istirahat kepada tenaga kerja
sehinga kadar Pb dapat disekreskan oleh tubuh, memberikan alat pelindung diri berupa
masker dan sarung tangan.
Daftar bacaan : 1988-2010
Kata kunci :Kadar Pb darah
Klasifikasi : -
Ministry of Health Republic Indonesia
Health Polytechnic Kemenkes of Semarang
Majors Health of Environment
Program Study Diploma of III Environmental Health
Scientific Research, July 2010
Abstract
Hadi Winarso ([email protected])
The Correlation Between Lead Blood With Subjective Fatigue Gasoline Station Operators
in Purwokerto Town Year of 2010
II + 57 Page : Image : Table, enclosures
Purwokerto town as public education, makes it as crowd jam. Until now there has
not been a regulation to control vehicle production so effect to air pollution. One of
pollutant substance endanger to human health is Pb (Plumbum). Pb substance ion our body
effect many problem of health and one of important on health and safety study. that
threshold value of Pb level in the blood that is over than 10µg/dl can effect subjective
fatigue and effect of it is workplace productivity down, one of places have high potentially
Pb exposure is gasoline station. Now there are 9 Gasoline station in Puwokerto town with
234 operator worker so with this very important to do research. The research goals are to
know levels of Pb blood`s gasoline operator worker, to know subjective fatigue felt by
gasoline operator and to know the correlation between blood Pb level with subjective
fatigue felt by gasoline station operator workers.
This research used analytic method with Cross-Sectional approach. Respondents
included in this study were operator workers who worked more than 3 years in working
period and be on the alert as responden. This research held on may year of 2010. Sampling
technique in this research used Purposive randim sampling, and used research instrument
questioner.
Research Result sew that blood Pb level on 19 the operator worker`s body of
Gasoline station in Puwokerto town over than threshold value or more than 10µg/dl, 11 or
56% respondents included on slight subjective fatigue and 8 respondent included on hard
fatigue, Chi-square test sew that there was cells under expected count so used fisher’s
exact test and obtained value 0,00 so it can be taken conclusion that this research was
significant and there was a relationship between blood Pb level with subjective fatigue.
The conclusion of this research that there is significant correlation between blood
Pb level and subjective fatigue, and higher blood Pb level will effect to more severe
fatigue. Suggestion to head master of gasoline station to give enough nutrition, check
health operator worker regularly, give rest time to secrete Pb level in blood from body,
give personal protective equipment such as masker and gloves.
Reference 1988-2010
Key word Blood Pb level
Clasification -
iii
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN KADAR Pb DARAH DENGAN KELELAHAN SUBYEKTIF
PETUGAS SPBU DI KOTA PURWOKERTO
TAHUN 2010
Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu persyaratan
Untuk Mencapai Derajat Ahli Madya Kesehatan Lingkungan
Oleh
HADI WINARSO
NIM: P17433107209
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2010
iv
v
vi
BIODATA
Nama : Hadi Winarso
Tempat Tanggal Lahir : Kebumen 2 Desember 1986
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Desa Ngabean Rt 5 Rw 04, Kecamatan Mirit,
Kabupaten Kebumen
Riwayat Pendidikan : Tk PGRI Desa Ngabean lulus tahun 1993
: SD Negeri 2 Ngabean lulus tahun 1999
: SMP Negeri 1 Mirit lulus tahun 2002
: Madrasah Aliyah Negeri Kutowiangun lulus
tahun 2005
: Bekerja di lembaga Bahasa Inggris & Komputer
British Foundation Course selesai tahun 2007
: Diterima sebagai Mahasiswa Kesehatan
Lingkungan Purwokerto Tahun 2007
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
dari sesuatu urusan , kerjakanlah dengan
sungguh – sungguh urusan yanglain” (QS.
Al Insyirah : 6-7)
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta
2. Kakak-kakakku yang kuhormati, Muslihatun, Amin
Mukhtar, dan Nurkhafid
3. Keluarga Besarku
4. My Soulmate (ami) Nisa Hidayati atas doa, semangat &
dukungannya.kepada Penulis sehingga dapat
terselesaikan dengan baik
5. Sahabatku yang telah Membantu dalam penelitian:
Mbak Ann, Fauzan Ma`ruf, Sugiharno, Mz Ardani Latif.
Terimakasih kepada kalian semua
6. Almamaterku yang medidikku selama kuliah ini
7. Mas Eko Widianto yang senantiasa memberi bantuan
referensi dalampenyusunan KTI ini
8. Mas Ardani Latif yang senantiasa memberi bantuan
dalam analisis data SPSS
viii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hadi Winarso
Nim : P17433107209
Judul karya tulis ilmiah : Hubungan Kadar Pb Darah dengan Kelelahan
Subyektif Petugas SPBU di Kota Purwokerto
Tahun 2010
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah
betul-betul hasil karya saya dan bukan hasil penjiplakan dari hasil Karya orang lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dan apabila kelak di kemudian hari
terbukti ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Purwokerto, 15 Juli 2010
Yang menyatakan
Hadi Winarso
NIM. P17433107209
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah atas limpahan taufik dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan
Kadar Pb Darah Dengan Kelelahan Subyektif Petugas SPBU di Kota
PurwokertoTahun 2010”
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu
persyaratan untuk memproleh derajat Ahli Madya Kesehatan Lingkungan dan
sebagai tugas akhir Program Studi DIII Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto Tahun 2010.
Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini ternyata penulis mendapat banyak
bantuan baik dari segi moril, meteriil dan spiritual dari berbagai pihak, untuk itulah
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bp. Sugiyanto, Spd, M.App,Sc selaku direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Semarang
2. Bp. Marsum, B.E, S.Pd, M.HP, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
3. Bp. Sugeng Abdullah, SST, M.Si, Selaku Ketua Program Studi DIII
Kesehatan Lingkungan Purwokerto
4. Bp. Yulianto, BE, SPd, M.Kes, selaku dosen mata kuliah Hyperkes dan
sekaligus dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah I
5. Bp. Hari Rudijanto IW, ST, M.Kes, selaku dosen mata kuliah PPLF
sekaligus pembimbing Karya Tulis Ilmiah II
x
6. Keluargaku tercinta yang ada di Kebumen terutama ayah ibu yang
senantiasa memberi motivasi dan doa kepada penulis baik bersifat materi
maupun nonmateri dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.
7. Unit perpustakaan yang senantiasa membantu penulis dalam mencari
referensi terkait penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
8. Teman teman satu kelas yang senantiasa saling memberi motivasi sehingga
dapat selesai tepat pada waktunya.
Besar keinginan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini menjadi ilmu yang
bermanfaat bagi para pembaca khusunya para teman-teman mahasiswa dan adik
kelas dan semoga juga dapat dijadikan sebagai referensi untuk menunjang
proses belajar-mengajar
Purwokerto, Juli 2010
Penulis
Hadi winarso
P17433107209
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... v
BIODATA .................................................................................................. vii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan .......................................................................................... 3
D. Manfaat ........................................................................................ 4
E. Ruang Lingkup ............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
A. Pengertian .................................................................................... 6
B. Sumber Sumber Pencemaran Pb ................................................... 7
C. Syarat Udara Yang Sehat .............................................................. 12
D. Pencemaran Timah Hitam............................................................. 13
E. Upaya Untuk Mengatasi Pencemaran Pb ...................................... 21
F. Pekerja SPBU................................................................................ 24
xiii
G. Kelelahan ..................................................................................... 24
H. Penurunan Produktivitas ............................................................... 28
I. Kerangka Teori ............................................................................. 30
J. Hipotesis ...................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 32
A. Variabel Penelitian ........................................................................ 32
B. Jenis Penelitian.............................................................................. 35
C. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 35
D. Populasi dan Sampel ..................................................................... 35
E. Pengumpulan Data ........................................................................ 36
F. Pengolahan Data ........................................................................... 38
G. Analisis Data ................................................................................. 49
BAB IV HASIL .......................................................................................... 40
A. Gambaran Umum SPBU di Kota Pur wokerto ............................. 40
B. Data Khusus .................................................................................. 42
1. Analisi Univariat .................................................................... 42
2. Analisi Bivariat ..................................................................... 46
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 51
A. Gambaran Umum .......................................................................... 51
B. Data Khusus .................................................................................. 51
BAB V I SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 56
A. Simpulan ....................................................................................... 56
B. Saran ............................................................................................. 56
xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi opersional ....................................................................................... 33
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Lebih Dari 3 Tahun Tenaga
Operator SPBU Kota Purwokerto ................................................................................ 36
Tabel 3.3 Jumlah sampel yang diambil tiap SPBU ...................................................... 37
Tebel 4.4 Tabulasi silang kadar Pb Darah dengan Kelelahan Subyektif .................... 48
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme pencemaran udara ................................ 9
Gambar 2.2 Kerangka teori ......................................................... 30
Gambar 3.1 Hubungan antar variabel penelitian ........................ 32
Gambar 4.1 Tingkat paparan pb darah operator SPBU .............. 44
Gambar 4.2 Kelelahan subyektif ................................................ 44
Gambar 4.4 Masa Kerja ............................................................. 46
Gambar 4.5 BBM Terjual ........................................................... 47
Gambar 5.1 Proporsi masa kerja operator SPBU ....................... 52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner penelitian
Lampiran 2. Jadwal penelitian
Lampiran 3. Surat Permohonan menjadi responden
Lampiran 4. Pernyataan Informed Consent
Lampiran 5. Perhitungan besarnya sampel yang diambil
Lampiran 6. Proses pemeriksaan Pb darah
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
.
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis (Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009). Kondisi Lingkungan
yang diharapkan dalam pembangunan kesehatan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang baik, perumahan,
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan,
serta terwujudnya masyarakat yang saling tolong menolong dalam
memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Pencemaran udara merupakan sebuah konsekuensi yang tidak dapat
dihindari sebagai akibat dari tingginya produksi kendaraan bermotor yang
tidak terkendali. Sejauh ini belum ada peraturan yang mengatur pembatasan
laju produksi kendaraan bermotor, dan didukung sifat masyarakat Indonesia
yang konsumtif sehingga laju pertumbuhan kendaraan yang ada di Indonesia
mencapai peningkatan yang nyata. Adanya kenyataan ini akan
menimbulkan efek pencemaran udara yang serius dan salah satu banan
pencemaran udara yang berbahaya adalah adanya paparan
1
2
2
logam berat Plumbum (Pb) atau lebih dikenal dengan nama timah
hitam atau timbal.
Timbal di udara terutama berasal dari penggunaan bahan bakar
bertimbal yang dalam proses pembakaran melepaskan timbal oksida
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia, sehingga
dengan demikian banyak kelompok masyarakat yang terpapar karena bahan
pecemar Pb salah satunya adalah petugas SPBU Pajanan timah hitam (Pb)
dapat menimbulkan berbagai efek negatif terhadap kesehatan, yaitu pada
saraf pusat dan saraf tepi, sistem kardiovaskuler, sistem hemotopoetik,
ginjal, pencernaan, sistem reproduksi, dan bersifat karsinogenik, termasuk
kelelahan yang bersifat subyektif. (Nordberg, 1998).
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam
studi Kesehatan Kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal dilaporkan
menderita gejala kelelahan yang bersifat subyektif diantaranya kehilangan
nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, pusing dan lain
lain. (http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-
pemantauan-pencemaran/168-pencemaran-pb-timbal?start=3)
Hasil uji yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan sebagian besar
bensin yang dipasok Pertamina masih berkadar timah hitam (Pb) di atas
ketentuan yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,013 gram per liter
berbagai uji yang telah dilakukan di beberapa tempat diperoleh sebagai
berikut, bensin yang beredar di Palembang kadar timbalnya mencapai 0,528
gram per liter, Makassar (0,272 gram per liter), Medan (0,213 gram per
3
3
liter), Bandung (0,117 gram per liter) dan Yogyakarta (0,068 gram per liter).
(www.Dekes.go.id)
Sebagian besar SPBU yang tersebar di Indonesia belum
memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya termasuk di Kota
Purwokerto. Saat ini di Kota Purwokerto telah dibangun 9 SPBU, dengan
tenaga operator sebanyak 260 orang. (HISWANA Migas Banyumas)
Kemungkinan adanya paparan timah hitam (Pb) yang tinggi dapat
terjadi salah satunya terhadap operator SPBU yang bertugas melayani
pengisian bahan bakar dan dapat mengakibatkan kelelahan subyektif yang
mempengaruhi produktivitas kerja, sehingga peneliti berkeinginan untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Kadar Pb Darah Dengan
Kelelahan Subyektif Petugas SPBU di Kota Purwokerto Tahun 2010”
B. Masalah
1. Berapakah kadar timah hitam (Pb) dalam darah petugas SPBU di Kota
Purwokerto tahun 2010?
2. Apa saja derajat kelelahann subyektif yang dirasakan petugas SPBU di
Kota Purwokerto tahun 2010?
3. Apakah ada hubungan antara kadar timah hitam (Pb) darah dengan
tingkat kelelahan subyektif pada petugas SPBU Kota Purwokerto tahun
2010?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar Pb dalam darah petugas SPBU di Kota
Purwokerto tahun 2010.
4
4
2. Untuk mengetahui derajat kelelahan subyektif yang dirasakan petugas
SPBU di Kota Purwokerto tahun 2010.
3. Untuk mengetahui hubungan antara kadar Pb darah dengan tingkat
kelelahan subyektif pada petugas SPBU Kota Purwokerto tahun 2010.
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi masyarakat
bahwa ternyata di SPBU merupakan tempat yang potensial terhadap
pencemaran Pb sehingga masyarakat akan mengerti upaya antisipasi apa
yang sebaiknya dilakukan ketika akan masuk di area SPBU.
2. Bagi Pengusaha SPBU di Kota Purwokerto
Sebagai bahan pertimbangan untuk pengusaha SPBU di Kota
Purwokerto bagaimana upaya yang tepat untuk memperhatikan
lingkungan kerja dan keselamatan para pekerjanya sehingga para pekerja
terjamin kesehatannya.
3. Bagi Pemerintah
Sebagai pertimbangan untuk pemerintah mengenai kebijakannya untuk
menghapuskan atau setidaknya mengurangi kadar Pb dalam BBM yang
beredar di Indonesia khusunya di Kota Purwokerto.
4. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi
Sumbangan perbendaharaan ilmu pengetahuan dan kepustakaan ilmu
Pengendalian Pencemaran Lingkungan Fisik dan Hygiene Perusahaan
dan Keselamatan Kerja di Politeknik Kesehatan Depkes Semarang pada
5
5
umumnya dan Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto pada
khususnya.
5. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam berfikir dan bertindak
secara sistematis dalam upaya pengelolaan lingkungan fisik terhadap
pencemaran Pb.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah jumlah pekerja SPBU
yang melayani pelanggan dalam mengisi BBM dengan masa kerja dengan
kriteria >3 tahun, kelelahan yang dirasakan pekerja.
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian.
1. Pengertian Udara.
“Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting untuk kehidupan di muka bumi ini.
Udara digunakan untuk untuk bernafas, untuk proses
fotosintesis dan untuk menahan sinar ultrafiolet dari matahari.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan
sama sekali karena beberapa gas selalu dibebankan ke udara
sebagai produk sampingan dari proses-proses alami”
(Atamakusuma, 1996, h.150)
2. Pengertian Pencemaran Udara.
Susunan udara yang tidak normal adalah udara yang mengalami
perubahan dari susunan keadaan normal, dan udara dikatakan telah
tercemar. Pencemaran udara menurut Undang-Undang Republik
Indonesia No 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu:
“Masuknya atau dimasukinya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke udara dan atau perubahannya tatanan
lingkungan sehingga kualitas udara turun sampai tingkat
tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
3. Pengertian Pb / Timbal
Menurut Wikipedia:
“Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya
diambil dari bahasa Latin Plumbum.Unsur ini beracun dan
efek dari racun ini antara lain: menurunkan daya ingat otak”.
6
7
7
4. Pengertian SPBU
Menurut Wikipedia:
“Stasiun pengisian bahan bakar adalah tempat di mana
kendaraan-kendaraan dapat diisikan dengan bahan bakar. Di
Indonesia, stasiun pengisian bahan bakar dikenal dengan nama
SPBU (singkatan dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)
dan juga pom bensin. Di Medan, SPBU disebut galon.”
B. Sumber-sumber Pencemararan Pb
Timbal yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu
berbentuk gas dan berbentuk partikel gas. Timbal berasal dari pembakaran
aditif dari bensin untuk kendaraan bermotor yang tediri dari tetraetil Pb dan
tetrametil Pb. Partikel-partikel timah hitam (Pb) di udara berasal dari sumber-
sumber lain seperti pabrik Alkil Pb dan Pb-okside pembakaran arang dan
sebagainya. Polusi Pb terbesar adalah berasal dari pembakaran bensin,
dimana dihasilkan berbagai komponen Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.
(Ferdiaz, Srikandi, 1992, h 61)
1. Sumber Pencemaran Udara
Menurut Soejono et al, (1991) sumber pencemaran udara secara garis
besar dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Kegiatan alam (Natural Source)
Contohnya : Kebakaran hutan, hembusan debu oleh angin
dan bencana alam gunung berapi
b. Aktivitas manusia (man made source)
Contohnya : Industri, transportasi, dan pembangkit tenaga
listrik.
8
8
2. Proses pencemaran udara.
Secara umum terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas
manusia dapat dibagi menjadi tiga kategori:
a. Gesekan (Attrition)
Terjadinya di setiap aspek kehidupan mulai yang sederhana, seperti
gesekan sepatu, gesekan ban sepatu sampai ke hal yang kompleks
seperti penyebaran partikel-partikel ke udara melalui proses
sanding (pemecahan batuan), grinding (pengeboran), dan spraying
(penyemprotan)
b. Penguapan (Vaporization)
Vaporization penguapan adalah suatu perubahan bentuk dari cair ke
bentuk gas. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya
kekuatan tertentu, seperti tekanan atau pemanasan sedangkan yang
lain adalah secara alamiah, pada temperatur normal.
c. Pembakaran (Combustion)
Combustion adalah proses pembakaran sebagai contoh pembakaran
batu bara, minyak untuk pembakaran kendaraan bermotor
pembakaran tersebut dapat berlangsung sempurna yang dapat
mengakibatkan pencemaran.
3. Mekanisme penyebaran pencemaran udara.
Masalah pencemaran udara menyangkut 3 (hal) pokok yaitu :
Sumber, pergerakan dari pollutan dan penerima, jika digambarkan
adalah sebagai berikut:
9
9
Sumber Transport of the Pollotion is
Determined by meteorological Kondisi
Source Transportasi Recepient
Sumber : Soejono et al, 1991
Gambar 2.1
Gambar Mekanisme Pencemaran Udara
Berdasarkan gambar di atas jelas bahwa penyebaraan bahan
pencemar ditentukan oleh kondisi meteorologi, yaitu berhubungan
dengan atmosfir, dimana di dalamnya dapat dipelajari antara lain
mengenai beberapa kekuatan yang menyebabkan atmosfir bergerak
sehingga dapat menyebarkan bahan pencemar, dan juga kondisi
topografi.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara.
Udara ambien yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat
antara lain :
a. Keadaan cuaca
Ada beberapa keadaan cuaca yang dapat mempengaruhi
pencemaran udara yaitu :
1) Suhu udara
Tinggi rendahnya suhu udara mempengaruhi konsentrasi
pencemaran udara. Perubahan suhu akan membuat suatu aliran
udara menjadi cepat turun naik sehingga akan terjadi
penurunan konsentrasi pencemar udara.
10
10
2) Tekanan udara
Zat-zat yang ada di udara akan bereaksi dengan pencemar
secara kimia di udara, dan tekanan udara akan mempercepat
atau bahkan akan memperlambat proses terjadinya reaksi
kimia tersebut, sehingga konsentrasi pencemar bisa bertambah
atau berkurang karena tekanan udara.
3) Kelembaban udara
Pengaruhnya berupa banyak sedikitnya kadar uap air di udara
mempengaruhi konsentrasi pencemar di udara. Karena bahan
pencemar akan bereaksi dengan uap air, maka dari itu akan
terjadi penurunan konsentrasi pencemar udara.
4) Keadaan awan
Cuaca udara dan banyaknya sinar matahari yang dipancarkan
ke bumi dipengaruhi oleh keadaan awan. Dengan adanya
pengaruh awan dan sinar matahari maka proses reaksi zat
pencemar dan zat yang ada di udara akan terjadi. Dengan
adanya reaksi tersebut maka konsentrasi bahan pencemar yang
ada di udara akan mengalami penurunan atau bahkan bisa
terjadi sebaliknya.
5) Angin
Merupakan udara yang bergerak, dengan adanya angin maka
akan memperluas penyebaran zat pencemar di udara, di
samping itu juga udara dapat mengencerkan zat pencemar,
11
11
karena pengaruh arah dan kecepatan angin akan terjadi
penurunan kadar pencemar udara setempat.
6) Curah hujan
Semakin tinggi curah hujan di suatu tempat akan mengurangi
konsentrasi pencemar udara, karena pertikel-partikel pencemar
akan jatuh bersama hujan ke tanah sehingga pencemaran udara
yang terjadi berkurang karena adanya pengaruh air hujan itu.
7) Sinar matahari
Sedikit banyak sinar matahari yang menyinari bumi
mempengaruhi cepat lambatnya reaksi laju pencemaran udara
dengan zat-zat lain di udara sehingga konsentrasi zat pencemar
di udara akan berbeda-beda.
b. Topografi
Faktor ini memiliki pengaruh pada pergerakan udara, dan ada tiga
macam pengaruhnya antara lain :
1) Dataran Rendah
Daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan
terbang jauh ke seluruh penjuru dan dapat melewati batas
negara dan mencemari udara negara lain.
2) Dataran Tinggi
Daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan
udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap
berada di lapisan permukaan bumi
12
12
3) Lembah
Daerah lembah, aliran angin sangat sedikit dan tidak bertiup ke
segala penjuru. Keadaan ini cenderung menahan polutan yang
terdapat dipermukaan bumi. (Dirjen PPM dan PLP,1991)
C. Syarat udara yang sehat
Udara merupakan mekanisme campuran dari berbagai macam gas,
komposisi normal udara terdiri dari gas Nitrogen 78,1% Oksigen 20,9% dan
Karbondioksida 0,03 sementara selebihnya berupa Argon, Neon, Kripton,
Xenon, Helium, dan lain lain. Udara juga mengandung uap air, debu, bakteri,
spora dan sisa tumbuh-tumbuhan. udara yang sehat berati udara yang aman
digunakan untuk bernafas dan sehat tanpa adanya zat yang terkandung di
dalam udara itu yang dapat membahayakan kesehatan.
Menurut Anies (2006, h, 20) udara yang sehat harus memiliki kriteria
sebagai berikut:
1) Memenuhi kualitas Fisik
a) Bebas debu
b) Bebas bau
c) Bebas dari kelembaban yang tinggi Over humidity
d) Temperatur dan kelembaban sesuai dengan kondisi kenyamanan
tubuh dapat digunakan
e) Bebas asap atau koloid sejenisnya
f) Bebas suara yang mengganggu
13
13
2) Memenuhi Kualitas Kimia
Bebas partikulat kimia, uap atau gas kimia beracun dan berbahaya
3) Memenuhi Kualitas Biologi
a) Bebas patogen yang berupa virus, bakteri, tungau debu, serangga
penghasil benang atau sejenisnya
b) Bebas patogen
c) Bebas serangga
4) Memenuhi Kualitas Radioaktif
Bebas radiasi ionik dan radiasi non ionik dapat dilakuan dengan
menghilangkan atau membatasi dan mengatur penggunaan sumber
radiasi tersebut. Sumber radiasi ionik di rumah tangga antara lain kompor
gas, air dari sumur artesis, material bangunan tertentu, lampu petromak.
Sumber radiasi non ionik diantaranya photocopy, microwave, TV, HP,
radio, Wireless, listrik tegangan tinggi (SUTET), monitor komputer dan
elektronik lainnya.
D. Pencemaran Timah Hitam (Pb)
1. Bahaya Timah Hitam (Pb)
Menurut Rama Prihardana, dkk (2007,h.10-15) unsur yang paling
berbahaya adalah timbal (Pb). Penelitian kedokteran menunjukan, meski
dalam dosis yang rendah, tetapi jika paparan sangat tinggi, racun ini dapat
mengakibatkan kerusakan otak, ginjal dan gangguan gastro intestinal.
Bensin banyak mengandung timbal. Pada tahun 1921 di USA, timbal atau
timah hitam dalam bentuk tertra etil lead (TEL) pertama kali ditemukan
14
14
dan dicampurkan dalam bensin oleh Thomas Midgley di pusat riset
General Motor.
Timbal yang memiliki rumus kimia (C2H3)4Pb, yang ditambahkan
ke dalam bensin ternyata memiliki dua fungsi yaitu sebagai bahan aditif
untuk meningkatkan nilai oktan bahan bakar yang berbahan mutu rendah
yang berfungsi untuk mengurangi letupan di dalam mesin atau
menghilangkan proses knocking (nglitik) pada saat proses pembakaran.
Timbal juga memiliki kegunaan sebagai pelumas antara katup mesin dan
dudukannya. Jadi timbal bermanfaat untuk mempertahankan umur mesin
mobil. Timah hitam yang dicampurkan dalam bensin dapat membentuk
bantalan empuk berwarna hitam, sehingga dudukan katup tidak cepat aus.
Dampaknnya mesin menjadi awet dan tahan lama, tetapi berdampak
terhadap kesehatan manusia. Pb yang masuk kedalam tubuh kita sebagian
ditimbun di dalam tulang dan masuk ke peredaran darah sehingga
menimbulkan risiko keracunan. Penimbunan Pb memiliki dampak jangka
panjang. Pengaruh Pb dimulai dari janin dalam kandungan sampai kepada
orang tua. Hampir semua organ tubuh dipengaruhi oleh timbal. Dampak
itu tidak hanya bergantung pada kadar dan lamanya seseorang terkena
racun Pb, melainkan juga pada umur seseorang. Makin muda usia
seseorang makin serius dampaknya. Janin dan balita sangat peka terhadap
keracunan timah hitam (Pb).
Timbal yang ditimbun di dalam tulang seorang perempuan
dimobilisasi saat perempuan itu mengandung dan masuk ke dalam
15
15
peredaran darah, dari peredaran darah sang ibu, Pb masuk ke janin, setelah
lahir, balita mendapatkan asupan timbal terus menerus dari udara melalui
pernafasannya dan air susu ibu. Balita memiliki kebiasaan memasukan
tangannya ke mulut yang memungkinkan tercemar debu yang
mengandung timbal. Kesehatan janin dan pertumbuhan balita menjadi
terganggu, karena timbal menghambat sintesis sel darah merah. Anemia
dan meningkatkan risiko kematian balita.
Timah Hitam (Pb) juga menghambat perkembangan syaraf. Anak
menghadapi risiko penyakit neurotik, sukar belajar, dan menurunkan
tingkat IQ. Peningkatan kadar timbal dalam darah dari 10 µg/dl menjadi
20 µg/dl menurunkan IQ rata-rata 2 point. Pada remaja, Pb meningkatkan
tindakan kriminal. Pb dilaporkan pula memacu penyakit autis.
Pada perempuan dewasa, Pb mengganggu sistem reproduksi, siklus
mentruasi terganggu dan menjadi tidak teratur, risiko keguguran
kandungan meningkat. Pb juga menimbulkan risiko lahirnya bayi di bawah
normal. Pada pria juga menggangu produksi sperma menurun, serta
penurunan kualitas sperma dengan terbentuknya sperma cacat. Sperma
yang cacat akan mengakibatkan lahirnya bayi yang cacat. Pria yang
darahnya tercemar Pb mengalami penurunan libido (gairah seksual) dan
dapat menyebabkan disfungsi ereksi (erection disfungtion). Pada lansia Pb
dapat mempercepat proses penuaan dan memperpendek umur.
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam
studi kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal dilaporkan
16
16
menderita gejala kelelahan yang bersifat subyektif diantaranya kehilangan
nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah lupa, pusing dan lain
lain. http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-
pemantauan-pencemaran/168-pencemaran-pb-timbal?start=3)
Penggunaan masker untuk mencegah paparan Pb tidaklah benar
kerena masker hanya dapat menahan partikel yang berukuran 10 µ
sedangkan Pb di dalam udara berbentuk molekul yang berukuran 2,5 µ.
2. Sifat Timah Hitam (Pb)
Timah hitam (Pb) adalah logam berat yang berwarna abu-abu
kebiru-biruan, mudah ditempa, mudah dicetak, dan mudah dibentuk.
Timah Hitam (Pb) mempunyai berat atom : 207,2 berat jenis :11,3,
titik lebur : 323 0C dengan NAB : 0,15 mg/m
3 (Dep. Kes. RI 1990).
3. Sumber Sumber Pencemaran Udara.
Timah hitam (Pb) merupakan salah satu logam berat yang banyak
digunakan dalam bidang industri, pertanian, transportasi, dan barang-
barang keperluan rumah tangga. Produksi timah hitam (Pb) di dunia
pencapai 4 juta ton pada awal tahun 1670, dimana negara penghasil timah
hitam (Pb) adalah Amerika Serikat, Australia, Canada, sedangkan negara-
negara industri yang lain merupakan negara-negara pengimpor sebagian
besar hasil produksi timah hitam (Pb) untuk keperluan industrinya.
(Perves, 1997).
Bidang industri merupakan bidang yang banyak menggunakan
timah hitam (Pb) dan mengeluarkannya dalam bentuk limbah cair maupun
17
17
partikel-partikel udara, beberapa industri yang mengeluarkan limbah timah
hitam (Pb) diantaranya adalah industri peleburan besi baja, pabrik batu
baterai, pabrik kertas, pabrik tekstil yang menggunakan timah hitam (Pb)
di udara sekitar rumah, sehingga akan menyebabkan kerugian dan penyakit
pada anak-anak. (Perves, 1997).
4. Pencemaran udara Timah Hitam (Pb) dari kendaraan bermotor.
Bensin kendaraan bermotor adalah campuran kompleks senyawa
hydrokarbon, yang mempunyai titik didih sekitar 40-2000C dan digunakan
sebagai bahan bakar mesin kendaraan (Harjono, IR, 1987).
Indonesia menghasilkan dua macam bensin yaitu :
a. Bensin premium yang mempunyai angka oktan minimum 87 dan
berwarna kuning.
b. Bensin super yang mempunyai angka oktan minimum 98 dan
berwarna merah, sering disebut bensin super 98.
Sebelum kedua macam bensin tersebut diproduksi di Indonesia,
bensin yang diproduksi ialah bensin reguler yang mempunyai angka oktan
79 yang berwarna jingga.
Sifat yang paling penting untuk bensin bermotor yaitu :
a. Sifat mudah menguap
Sifat kemudahan menguap bensin berpengaruh terhadap kemudahan
mesin untuk dihidupkan dalam keadaan dingin, pemanasan dan
percepatan, uniformitas distribusi bahan bakar dalam silinder dan daya
serta ekonomi penggunaan bensin pada semua kondisi mesin.
18
18
b. Mempunyai bilangan oktan yang tinggi
Bensin dengan bilangan oktan yang rendah akan sering menimbulkan
peristiwa knocking di dalam ruang silinder, yang mana banyak
senyawa hydrokarbon yang tidak ikut terbakar sehingga akan
memperbesar polutan yang terbentuk. Selain itu penggunaan Tetra
Etil Lead akan menambah pollutan di udara terutama timah hitam
(Pb).
Kecenderungan bensin untuk mengetuk di dalam mesin tergantung
kepada jenis, ukuran dan struktur molekul senyawa hydrokarbon dalam
bensin dan jumlah TEL yang ditambah dalam bensin.
Tetra Etil Lead (TEL) adalah suatu cairan berat dengan kerapatan
1,659 g/cc, titik didih 2000C dan larutan dalam bensin. Efektifitas TEL
menurunkan ketukan mesin tergantung kepada jumlah TEL yang
ditambahkan kedalam bensin dan komposisi bensin.
Berhubung TEL dalam ruang pembakaran mesin dapat
memberikan endapan timbal oksid dan timbal sulfat, maka perlu ditambah
dengan TEL senyawa Brom dan Khlor untuk mengurangi endapan
tersebut.
Penggunaan bahan bakar minyak yang mengandung timah hitam
atau Pb (Leaded gasoline), telah banyak menyebabkan terjadinya
pencemaran timah hitam (Pb) pada tanah, tanaman ataupun jalan di dekat
jalan raya (Soejono at al, 1991). Pengguna timah hitam (Pb) sebagai bahan
campuran di dalam bahan bakar minyak untuk pertama kalinya di kenalkan
19
19
di Inggris pada tahun 1923. Timah hitam (Pb) ditambahkan dalam bahan
bakar dalam bentuk timah hitam (Pb) organik (Tetra Etil-Pb atau Tetra
Etil-Pb ). Pemberian timah hitam (Pb) di satu sisi bertujuan untuk
menaikan angka oktan mesin, meper-irit konsumsi bahan bakar dan
mengurangi knock pada kendaraan bermotor, terutama pada bahan bakar
yang berkualitas rendah. Disamping itu juga dapat menjaga supaya tidak
terjadi pembakaran yang berlebihan pada mesin (Dix, 1992). Dari
sejumlah timah hitam (Pb) yang ditambahkan dalam bahan bakar minyak
70-80% akan diemisikan dalam lubang pengeluaran, pembuangan sisa-sisa
hasil pembakaran dari kendaraan bermotor, dalam bentuk partikel-partikel
yang tersebar di udara dalam bentuk senyawa timah hitam (Pb) anorganik
seperti PbBr02 PbClBr, dan PbS merupakan senyawa yang tidak mudah
larut dalam air. (Ratcliffe, 1981). Sifat senyawa timah hitam (Pb) dimana
warnanya mirip dengan debu biasa
5. Mekanisme Lepasnya Pb ke lingkungan
Timah hitam yang keluar dari knalpot dalam bentuk partikel yang
sangat halus, adanya polutan Pb karena pada bensin diberikan bahan
adiktif berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra Ethil Lead (TEL) Unsur zar
tencemar TEL dapat teremisikan ke udara dapat terjadi pada saat setelah
bensin itu terbakar maupun belum terbakar yaitu terjadi peristiwa
penguapan oleh bahan bakar sehingga berpotensi adanya paparan Pb
dimana orang beraktifitas.
20
20
6. Penyerapan dan penimbunan timah hitam (Pb) oleh tubuh.
Dampak buruk timah hitam (Pb) terhadap kesehatan berbeda
dengan gas CO yang masuk kedalam tubuh hanya melalui udara
pernafasan saja, timah hitam (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernafasan yang berupa debu, makanan dan minuman.
Sumber pencemaran timah hitam (Pb) adalah gas buangan dari kendaraan
bermotor dan beberapa jenis pabrik, serta sumber pencemaran udara
ruangan seperti rokok dan cat dinding. Timah hitam (Pb) yang terdapat air
minum diperkirakan berasal dari dari pencemaran timah hitam (Pb) yang
teremisi di udara. Timah hitam (Pb) yang diserap oleh tubuh melalui
isapan udara, 30-50%-nya diserap oleh darah. Dari Pb yang diserap oleh
tubuh sebagian akan masuk ke dalam aliran darah besarnya kandungan
timah hitam (Pb) dalam diindikasikan sebagai ukuran derajat toksisitaas Pb
dalam tubuh.
Pb dapat diperiksa dalam darah, jaringan lunak dan tulang.
Idealnya dalam pemeriksaan timah hitam Pb dalam darah dilakukan
setelah beberapa minggu seorang terpapar, pemeriksaan dalam jaringan
lunak stelah beberapa bulan terpapar, dalam jaringan tulang jika setelah
beberapa tahun terpapar,
Paparan timah hitam (Pb) di SPBU menjadi tempat yang potensial,
kerena banyak terjadi pencemaran udara yang serius dari kendaraan yang
mengisi bahan bakar dan kolompok yang memiliki risiko terhadap paparan
adalah operator SPBU yang mengisi bahan bakar .
21
21
E. Upaya Untuk Mengatasi Pencemaran Pb
Pengawasan terhadap paparan Pb di tempat kerja termasuk SPBU perlu
dilaksanakan mulai proses produksi bahan bakar minyak sampai dengan tahap
pencegahan paparan terhadap tenaga kerja di SPBU. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tenaga kerja sekaligus
meningkatkan produktivitas kerja yang tingi.
Menurut Rama Prihardana. Dkk (2007, h, 13) upaya untuk mencegah
paparan Pb ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu.
1. Absorbsi
Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan
konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-
kadang dapat juga tidak menggunakan air (dry absorben).
2. Adsorpsi
Mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan dan zat
adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat
menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain karbon aktif dan
silikat.
3. Kondensasi
Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai
titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik
kondensasi tinggi dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas
organik lain).
4. Pembakaran
22
22
menghancurkan gas Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil
pembakaran berupa Karbon Dioksida dan air. Adapun proses
pemisahannya secara fisik dikerjakan bersama-sama dengan proses
pembakaran secara kimia.
5. Reaksi kimia
Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang.
Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan
Amoniak yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan
padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan Belerang
dipergunakan copper oksid atau kapur dicampur arang.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel
dapat dilakukan melalui enam konsep yaitu:
1. Membersihkan (scrubing)
Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat scrubbing ada
berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray
2. Menggunakan filter
Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan filter.
Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat
semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan
dengan pembersihan gas dan filter polutan partikel.
3. Menggunakan presipitasi elektronik
Cara ini berbeda dengan cara mekanis lainnya, sebab langsung ke butir-
butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang diberi aliran listrik
23
23
sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan partikel dan
ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang
telah dibersihkan.
4. Menggunakan kolektor negatif
Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi
keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan
gaya sentripetal yang memakai siklon.
5. Program langit biru
Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik pencemaran
udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan
yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi (baca:
kendaraan bermotor), yaitu: Pertama, mengganti bahan bakar kendaraan.
Bahan bakar disel dan premium pembakarannya kurang sempurna
sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru, hal
ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar gas
yang memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin
kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan
bakar gas. Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada
kendaraan bermotor.
6. Menggalakan penanaman pohon
Mempertahankan paru-paru Kota dengan memperluas pertamanan dan
penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal pencemaran. Sebab
tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan melepaskan
24
24
oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan
kehadiran oksigen.
F. Pekerja SPBU
Pekerja di SPBU adalah pekerja yang bekerja baik yang melayani
pengisian bahan bakar maupun yang tidak berhubungan lansung dengan
pengisian bahan bakar minyak namun demikian keduanya memiliki potensial
terhadap pola penyakit akibat kerja, pekerja yang melayani pengisian bahan
bakar memiliki potensial bahaya yang lebih besar tehadap pencemaran timah
hitam (Pb) dibandingkan dengan pekerja yang tidak berhubungan dengan
pengisian bahan bakar.
http://spbu-hjrafikah.blogspot.com/2009_06_01_archive.html
G. Kelelahan
1. Pengertian Kelelahan
Kelelahan bagi setiap orang memiliki arti tersendiri dan bersifat
subyektif. Lelah adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi
dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan merupakan mekanisme
perlindungan tubuh untuk menghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga
dengan demikian terjadilah pemulihan (Suma’mur, 1996: 67).
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan
penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004: 107).
Menurut Cameron (1973) yang dikutip oleh Hanida Rahmawati. N
(1998: 11) kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak
25
25
hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan
hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah,
penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.
2. Jenis Kelelahan
Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan
ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996: 190). Kelelahan kerja dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
a. Berdasarkan Proses dalam otot
Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum (AM Sugeng Budiono, 2003: 86).
1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)
Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya
tekanan melalui fisik dalam satu waktu disebut kelelahan otot
secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya
gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan
sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya
kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan
meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja,
sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala
Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar
atau external signs (AM Sugeng Budiono, 2003: 87)
26
26
Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan
otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan.
Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya
kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan
meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya
efisiensi otot. Sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf
adalah penyebab sekunder.
Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa
perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan
kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan
saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai
kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat
otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial
kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya
frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.
Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan
menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka,
2004: 107).
2) Kelelahan umum ( General Fatigue)
Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih
yang luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat
karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah
27
27
untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa
berat dan merasa “ngantuk” (AM Sugeng Budiono, 2003:87).
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,
intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab
mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004: 107).
b. Berdasar penyebab kelelahan
Dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara
lain: kebisingan, suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan
oleh faktor psikologis (konflik- konflik mental), monotoni
pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yang
bertumpuktumpuk, selain itu dapat juga disebabkan karena adanya
paparan logam berat di tempat kerja (Kalimo, 1987) yang dikutip
oleh Hanida Rahmawati. N (1998: 12).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kelelahan
Menurut Grandjean (1988: 167). Faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan: sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi),
intensitas lamanya pembeban fisik dan mental. Lingkungan kerja
misalnya kebisingan, pencahayaan & cuaca kerja dan paparan logam berat
di tempat kerja. Faktor psikologis misalnya rasa tanggungjawab dan
khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun. Status
kesehatan dan status gizi.
28
28
Menurut Siswanto (1991: 43) faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan :
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,
variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi
dengan pekerjaan.
b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggung jawab dan khawatir
yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta
menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja
termasuk paparan logam berat di tempat kerja.
d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi
e. Jenis pekerjaan yang monoton dan membosankan
Menurut Suma’mur (1989: 69) terdapat lima kelompok sebab
kelelahan yaitu:
a. Keadaan yang monoton
b. Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental
c. Keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan
kebisingan, paparan zat kimia
d. Keadaan kejiwaan seperti tanggungjawab, kekhawatiran atau
konflik.
e. Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi
29
29
H. Penurunan Produktivitas
Byrd dan Moore (1986) menyatakan bahwa penurunan produktivitas kerja
pada pekerja terutama oleh adanya kelelahan kerja. menurut ILO (1983)
kesakitan dan nutrisi yang tidak memadai. Sementara kelelahan subyektif
terhadap tenaga kerja terdiri atas :
1. Pelemahan kegiatan
a. Perasaan berat di kepala
b. Lelah Seluruh Badan
c. Berat di kaki
d. Menguap
e. Pikiran kacau
f. Mengantuk
g. Ada beban pada mata
h. Gerakan canggung dan kaku
i. Berdiri tidak stabil
j. Ingin berbaring
2. Pelemahan motivasi
a. Susah berfikir
b. Lelah untuk berbicara
c. Gugup
d. Tidak dapat berkonsentrasi
e. Sulit memusatkan perhatian
f. Mudah lupa
30
30
g. Kepercayaan diri berkurang
h. Merasa cemas
i. Sulit mengontrol sikap
j. Tidak tekun dalam bekerja
3. Pelemahan fisik
a. Sakit di kepala
b. Kaku di bahu
c. Nyeri punggung
d. Sesak nafas
e. Haus
f. Suara serak
g. Kepala merasa pening
h. Spasme di kelopak mata
i. Tremor pada anggota badan
j. Merasa Kurang sehat
I. Kerangaka Teori
Produktivitas Kerja
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Tenaga Kerja
Penyakit
Akibat Kerja
SPBU
Paparan Pb
Terhadap Tenaga
Kerja
Kadar Pb Dalam Darah
Petugas Operator SPBU
Kelelahan
Subyektif
Produktivitas
Kerja Menurun
Menurun
Upaya
31
31
Hipotesis
H1 = Ada hubungan antara kadar timah hitam (Pb) darah dengan kelelahan
subyektif petugas SPBU di Kota Purwokerto Tahun 2010.
32
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Jenis variabel
a. Variabel terikat (dependent variable) adanya variabel ini
dipengaruhi oleh variebel bebas. Variebel terikat dalam
penelitian ini adalah kelelahan subyektif Petugas SPBU
b. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini
adalah, kadar timah hitam (Pb) darah petugas operator SPBU
c. Variabel pengganggu (confounding variable), yaitu variabel
yang diduga memiliki kaitan atau pengaruh terhadap variebel
terikatnya. Variabel pengganggu dalam penelitian ini antara lain
usia, masa kerja, dan jumlah bahan bakar yang terjual dalam
sehari
2. Hubungan antar variabel
32
INPUT Kadar Pb dalam
darah µg/dl
Variabel Bebas Variabel Terikat
Kelelahan
Subyektif
Variabel
Penganggu
Usia
Masa kerja
Jumlah bahan
bakar yang terjual
perhari
Gambar 3.1 Hubungan Antara Variabel Penelitian
33
33
3. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Devinisi
Operasional
Cara
pengeukuran
Alat Ukur Satuan Skala Data
1 Kadar timah
hitam (Pb)
Banyaknya kadar Pb
dalam darah
(µg/dl)yang
ditunjukan dalam
darah setelah
diperiksa dengan
menggunakan
microwave digester
Memeriksa
kandungan PB
dalam darah
dengan
mickrowabe
digester
Microwave digester
µg/dl
Rasio
2 Kelelahan
subyektif
kelelahan yang
dirasakan oleh
petugas operator
SPBU setelah
melakukan
pekerjaanya,
kelelahan subyektif
tersebut akan
dihubungkan dengan
tingkat kadar timah
hitam (Pb) dalam
darahnya, dan
dikategorikan ringan
dan berat
Menanyakan
dengan
Menggunakan
kuesioner
Kuesioner -
Nominal
33
34
34
No Variabel Definisi
Operasional
Cara
Pengukuran Alat Ukur Satuan Skala data
3 Usia Tingkat umur yang
dimiliki tenaga kerja
operator SPBU yang
di mungkinkan
memiliki pengaruh
dengan kelelahan
subyektif.
Menanyakan
dengan
Menggunakan
kuesioner
Kuesioner Tahun Ordinal
4 Masa kerja adalah lamanya
tenaga kerja sejak
mulai bekerja di
SPBU hingga saat
pemeriksaan.
Menanya dengan
Menggunakan
kuesioner Kuesioner Tahun Ordinal
5 Jumlah bahan
bakar yang
terjual
Jumlah bahan bakar
adalah rata-rata
jumlah bahan bakar
yang terjual dalam
sehari
Wawancara
langsung terhadap
pengelola SPBU Kuesioner Liter Ordinal
34
35
35
B. Jenis penelitian
Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectioal atau
penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan
efek dengan cara pendekatan observasi, atau pengumpulan data dalam satu
waktu (Point time approach) Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter
atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
C. Waktu dan lokasi penelitian
1. Waktu
a. Tahap persiapan : Nopember 2009 – Perbruari 2010
b. Tahap pelaksanaan : Pebruari-April 2010
c. Tahap penyelesaian : April–Mei 2010
2. Lokasi
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta
D. Populasi dan sampel
1. Populasi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga operator yang
melayani pengisisan bahan bakar yang bekerja di SPBU di Kota
Purwokerto dengan jumlah 234 orang
2. Sampling
Pengumpulan sampel dilakukan dengan purposive sampling atau metode
sampling yang mendasarkan pada criteria tertentu yang sebelumnya
ditentukan oleh peneliti terhadap populasi yang akan dijadikan responden,
kriteria dari peneliti antara lain operator yang telah bekerja di atas 3 tahun
36
36
bersedia mengisi informed concent dan bersedia untuk diperiksa kadar Pb
darahnya berdasarkan observasi lapangan dan didapatkan sampel
sebanyak 19 orang.
Tabel 3.3
Jumlah Sampel yang Diambil Tiap SPBU
No Nama SPBU Banyaknya Sampel
yang diambil
1 SPBU 44-5310SPBU 44-
53106, Jalan Gerilya,
Purwokerto 4
2 SPBU 44-5310 SPBU 44-
53103, Jalan Jenderal
Sudirman, Purwokerto Selatan
2
3 SPBU 44-53119, Jalan
Senopati, Purwokerto 3
4 SPBU 44-53107, Jalan
Gerilya, Purwokerto Selatan 2
5 SPBU 44-53110, Jalan
Suparjo Rustam, Sokaraja 2
6 SPBU 44-53115, Jalan
Profesor Doktor Bunyamin,
Purwokerto Utara
3
7 SPBU 44-53108, Jalan
Laksamana Yos Sudarso,
Purwokerto
1
8 -
1
9 SPBU 44-53112, Jalan
Sokaraja, Sokaraja 1
Total 19
E. Pengumpulan data
1. Jenis Data
a. Data Umum
Data umum yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kondisi geografis setempat, tahun beroprasi, ijin usaha, dan alamat
lokasi dari masing-masing SPBU yang ada di Kota Purwokerto.
37
37
b. Data Khusus
Data khusus yang di kumpulkan adalah data kadar timah hitam (Pb)
dari petugas SPBU yang diukur dengan menggunakan alat pengukur
microwave digester, dan hasil questioner untuk mengumpulkan data
mengenai kelelahan subyektif operator SPBU
2. Sumber data
a. Sumber Data Primer
Sumber data Primer dalam penelitian ini adalah pemeriksaan kadar
timah hitam (Pb) darah dan hasil questioner tentang kelelahan
subyektif yang dirasakan.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang
banyak diambil melalui artikel, buku, internet dan hasil karya tulis
orang lain.
3. Cara pengumpulan data
a. Kadar Pb darah
Pengumpulan data mengenai kadar Pb dalam darah dengan
menggunakan alat Microwave digester yaitu pengambilan sampel
darah sebanyak 3cc kemudian sampel dikirim ke laboratorium Bio-
marker Balai Besar Tehnik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta untuk
diperiksa kandungan Pb darahnya, mengenai langkah pemeriksaan
dapat dilihat dalam lampiran 6.
38
38
b. Kelelahan subyektif
Menanya secara langsung kepada tenaga operator SPBU dengan
mengguakan kuesioner mengenai kelelahan yang dirasakan pada
saat dan setelah bekerja
c. Data umum
Dikumpulkan dengan cara menanya secara langsung kepada
pengusaha SPBU mengenai kondisi geografis setempat, tahun
beroprasi, ijin usaha, dan alamat lokasi dari masing-masing SPBU
yang ada di Kota Purwokerto.
4. Instrumen pemeriksaan
a. Kuesioner
Berfungsi untuk mengumpulkan data mengenai kelelahan subyektif
yang dirasakan tenaga operator di SPBU pada saat dan setelah bekerja
b. Microwave Digester
Untuk memeriksa sampel darah dari operator SPBU mengenai kadar
timah hitam (Pb) yang terdapat dalam darahnya.
F. Pengolahan data
Data-data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing (pengolahan) yaitu mencatat, mengoreksi, dan menyeleksi, data
yang telah terkumpul.
2. Coding (pengkodean) yaitu pemberian kode pada kelompok-kelompok
data hasil pengamatan dan pengukuran yang diperoleh dari lapangan.
39
39
3. Tabulating (tabulasi data) yaitu pengolahan data kedalam bentuk tabel
untuk dianalisis.
G. Analisis data
1. Bivariat
Menganalisis kadar Pb dalam darah dengan kelelahan subyektif yang
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik
2. Univariat
Menganalisis tiap variabel yaitu variabel bebas berupa kadar Pb dalam
darah µg/dl, variabel terikat yaitu kelelahan subyektif, dan variabel
pengganggu (usia, masa kerja, jumlah bahan bakar rata-rata yang terjual
setiap hari) dengan penjelasan distribusi dan prosentase
Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan Chi square (X2) dengan menggunakan soft ware SPSS 10
40
40
BAB IV
HASIL
A. Gambaran Umum SPBU di Kota Purwokerto
1. Kondisi Geografis
Purwokerto merupakan Ibu Kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
dengan jumlah penduduk 249.705 jiwa pada tahun pada Hasil sensus tahun
2010 . Kota Purwokerto terletak di bagian selatan kaki gunung slamet ,
salah satu gunung berapi yang masih aktif di Jawa, secara geografis Kota
Purwokerto terletak di daerah 109°dan 109°30’ Bujur Timur, 7°30’
Lintang Selatan,. Sampai dengan saat ini telah terbangun 9 SPBU yang
diantarnaya :
a. SPBU 44-53106, Jalan Gerilya, Purwokerto
b. SPBU 44-53103, Jalan Jenderal Sudirman, Purwokerto
c. SPBU 44-53119, Jalan Senopati, Purwokerto
d. SPBU 44-53107, Jalan Gerilya, Purwokerto
e. SPBU 44-53110, Jalan Suparjo Rust
f. SPBU 44-53115, Jalan Profesor Doktor Bunyamin, Purwokerto Utara
g. SPBU 44-53108, Jalan Laksamana Yos Sudarso, Purwokerto
h. -
i. -
Purwokerto sebagai pusat pendidikan menjadikan sebagai daerah
dengan padat lalulintas dengan padatnya kendaraan maka kebutuhan akan
40
41
41
bahan bakar juga meningkat sehingga diperlukan pasokan BBM dengan
jumlah yang besar. Sebagai upaya pemerintah daerah untuk memenuhi
kebutuhan BBM maka pemerintah Kabupaten Banyumas Membentuk
HISWANAMIGAS (Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan
Gas) HISWANAMIGAS memiliki tugas memantau, membina, dan
mengkoordinir para wiraswasta nasional minyak bumi dan gas seluruh
Kabupaten Banyumas.
2. Kondisi Demografi
Penduduk Purwokerto pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar
1.524.901 jiwa atau naik sebesar 15.534 jiwa. Dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduknya pertahun (2008-2009) sebesar 1,03%, yang
berarti mengalami percepatan pertumbuhan sebesar 0,28 persen dari
kurun waktu sebelumnya(2006-2007). Laju pertumbuhan menurun
terlihat cukup bervariasi, tertinggi ada pada Kecamatan Rawalo
sebesar 8,78 persen dan yang terendah pada kecamatan Banyumas
yakni sebesar 0,18 persen.
Rasio jenis kelaminnya pada akhir tahun 2010 sebesar 99,66;
yang berarti dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 99
penduduk laki-laki. Jumlah rumah tangga pada akhir tahun 2009.
sebesar 397.755 atau naik sebesar 8.810 rumah tangga (2,27 persen)
dari tahun sebelumnya. Rata-rata jiwa perumah tangga sekitar 4 jiwa.
dengan yang terendah pada Kecamatan Lumbir sekitar 3 jiwa dan yang
tertinggi pada Kecamatan Purwokerto Utara sekitar 5 jiwa.Luas
42
42
wilayah Purwokerto sebesar 1.327,59 km2, sehingga kepadatan
penduduknya sebesar 1.149 jiwa/km2 (gambar 1.2). Dengan kepadatan
tertinggi ada di Kecamatan Purwokerto Timur sebesar 7.575 jiwa/km2
dan yang terendah di Kecamatan Lumbir sebesar 442 jiwa/km2.
(http://students.ukdw.ac.id/~22022868/topografi.htm)
SPBU yang terbangun di Kota Purwokero telah menyerap tenaga
kerja sejumlah 324 orang dengan tenaga kerja. Tenaga kerja yang telah
bekerja dengan masa kerja diatas tiga 3 tahun sejumlah 108 orang dari
sejumlah itu perlu diadakanya perhatian terhadap risiko kemungkinan
paparan Pb (timah timah hitam) di lokasi pengisian bahan bakar umum
karena SPBU merupakan salahsatu tempat yang memiliki resiko yang
tinnggi adanya paparan timah hitam (Pb).
B. Data Khusus
1. Analisi Univariat
a. Kadar Pb dalam darah.
Pemeriksaan Pb darah dilakukan dengan mengambil sampel darah
terhadap 19 responden di 9 SPBU di Kota Purwokerto dan setiap
responden diambil darahnya sebanyak 3cc kemudian sampel darah tersebut
dikirim ke BBTKL Yogyakarta untuk memeriksa kadar Pb dalam darah
dan setelah dilakukan pemeriksaan hasil pemeriksaan yang dilakukan
menujuk beberapa kaitan yang bervariasi data mengenai kadar timah hitam
(Pb) darah dapat dijelaskan melalui diagram sebagai berikut.
43
43
Gambar 4.1 Kadar Pb Dalam Darah
Berdasarkan diagram di atas dapat dipahami bahwa sebanyak 11
atau sebesar 57,9 % responden mengalami paparan pb dalam kadar yang
rendah sementara sisanya yaitu sebanyak 8 atau sebesar 42,1%
responden mengalami paparan timah hitam Pb dalam kategori tinggi.
Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh (Ambar Slastuti,
2006) menyatakan bahwa seseorang dikatakan terpapar tinggi apabila
kadar Pb > 40 µg/dl dan dikatakan terpapar rendah jiku < 40 µg/dl
b. Tingkat Kelelahan Subyektif Operator SPBU
Gambar 4.2 Kelelahan subyektif
Rendah58%
Tinggi42%
11 orang
8 orang
Ringan63%
Berat37%7 orang
12 orang
44
44
Dari gambar yang telah disajikan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebanyak 19 responden, sebanyak 12 orang atau sebesar 63,2%
termasuk dalam kategori kelelahan subyektif ringan dan sisanya yaitu
sebesar 7 orang atau sebesar 36,8 % termasuk dalam kategori kelelahan
subyektif ringan.
c. Usia Tenaga Operator SPBU di Kota Purwokerto
Gambar Grafik 4.3
Usia Tenaga Kerja Operator SPBU Purwokerto
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
stargess diperoleh kategorial usia menjadi 4 dan berdasarkan gambar
diargam di atas dapat di simpulkan bahwa usia tenaga kerja operator
SPBU antara 19-25 tahun sebanyak 5 atau sebesara 26,3% , Usia antara
26-32 tahun sebanyak 7 atau sebesar 37%, 33-39 tahun sebanyak 1 atau
sebesar 5,3% dari total responden, dan 47-53 sebanyak 5 atau sebesar
32% dari total responden.
26%
37%5%
32%
Usia Tenaga Kerja
19-25 Tahun
26-32 Tahun
33-39 Tahun
47-53 Tahun
45
45
d. Berdasarkan Masa Kerja
Gambar Grafik 4.4
Masa Kerja Operator SPBU
Karakteristik responden berdasarkan masa kerja sesuai gambar
diagram lingkaran di atas adalah sebanyak 11 atau sebesar 57,9% sudah
bekerja antara 3-6 tahun, sebanyak 1 atau sebesar 5% dari responden
sudah bekerja di SPBU dengan masa kerja antar 7-10 tahun, sebanyak 2
atau sebesar 10% dari responden sudah bekerja di SPBU dengan masa
kerja antar 11-14 tahun, sebanyak 1 atau sebesar 5% dari responden
sudah bekerja di SPBU dengan masa kerja antar 15-18 tahun, sebanyak
2 atau sebesar 10% dari responden sudah bekerja di SPBU dengan masa
kerja antar 19-22 tahun, dan sebanyak 2 atau sebesar 10% dari
responden sudah bekerja di SPBU dengan masa kerja antar 23-26 tahun.
58%
5%
10%
5%
11%
11%
Masa Kerja
3-6 Tahun
7-10 Tahun
11-14 Tahun
15-18 Tahun
19-22 Tahun
23-26 Tahun
46
46
e. Jumlah BBM yang Dijual Oleh Operator SPBU
Gambar diagram 4.5
BBM yang terjual oleh operator SPBU
Sesuai dengan diagram di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
sebanyak 13 responden atau sebesar 68,4% operator SPBU menjual
BBM antar 538-571 Kilo liter/hari dan sisanya yaitu sebanyak 6
responden atau sebesar 31,6% menjual BBM antara 640-673 Kilo
liter/hari.
2. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kadar
timah hitam (Pb) darah dengan kelelahan subyektif yang dirasakan
maka digunakan uji Chi-Square kedua variabel dikatakan
berhubungan apabila hasil perhitungan atau X2
hitung lebih besar dari X2
tabel maka dinyatakan berhubungan atau nilai signifikansi p-value lebih
538-571 Kilo liter68%
640-673 Kilo liter32%
BBMTerjual Oleh Operator
47
47
kecil dai nilai α = 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
sebagai berikut
Tabel 4.1
Tabulasi Silang Kadar Timah Hitam (Pb) Darah dan Kelelahan Subyektif
Kadar Pb Darah
Kelelahan
Subyektif Total
X2 p-value
Ringan Berat
Rendah
7
57,9%
4
0,0%
11
57,9%
15,240 0,00
Tinggi 5
5,3%
3
36,8%
8
42,1%
Total 12
63,2%
7
36,8%
19
100%
Nilai X2
hitung = 15,240
Nilai X2
tabel = 3,481
p-value =0,00
Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 11 responden
atau sebesar 57,9% yang termasuk dalam katekori kadar Pb darah
rendah 7 orang atau sebesar 57,9% menalami kelelahan subyetif
ringan sementara 4 orang 0,0% dari responden menglami kelelahan
subyektif berat dan 8 responden atau sebesar 42,1% yang masuk
dalam kategori dengan Pb darah tinggi 5 orang atau sebesar 5,3%
mengalami kelelahan subyektif ringan dan 3 orang atau sebesar 36,6%
termasuk dalam kategori kelelahan subyektif berat.
Tabulasi silang pada tabel diatas tidak dapat digunakan untuk
menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara kadar Pb darah
dengan kelelahan subyektif karena ada 2 sel yang memiliki nilai
48
48
dibawab nilai harapan yaitu yaitu 5, selain itu karena tabel
kontingensinya sudan 2x2 maka tidak bias dilakukan marges sel, maka
dapat diperoleh dengan nilai fisher`s exact test jika nilainya < α=0,05
maka dinyatakan memiliki hubungan yan gsignifikan tetapi apabila >
dari α tidak memiliki hubungan yang signifikan (sophyudin,2002).
Berdasrkana hasil perhitungan diperoleh nilai fisher`s exact
sebesar 0,00 berarti < α=0,05 maka dinyatakan memiliki hubungan
yang signifikan antara kelelahan kadara Pb darah dengan kelelehan
subyektif, semakin tingi kadar Pb darah maka seorang operator akan
mengalami kelelahan yang semakin berat sehingga hipotesis H1 yang
menyatakan ada hubungan antara kadar Pb darah dengan kelelah
subyektif dinyatakan diterima.
a. Analisis variabel terikat dengan variabel penggangu
Untuk menguji dari pengaruh variabel penggangu (confonding
factor ) digunakan uji regresi logistik (Sophiyudin, 2002). Dalam
penelitian ini variabel kelelahan subyektif dihubungkan dengan 3
variabel pengganggu antara lain usia, masa kerja dan jumlah bahan
bakar yang terjual dengan hasil sebagai berakut :
1) Analisis Hubungan Antara Usia Dengan Kelelahan Subyektif
Berdasarkan analisis regresi logistik, dapat disimpulkan
bahwa variabel usia tidak memiliki kemaknaan secara statistik
pengaruh adanya kelelahan subyektif terhadap tenaga kerja hal
ini terbukti dengan p-value sebesar 0,944 atau p>0,05 sehingga
49
49
variabel penggangu usia tidak memiliki pengaruh terhadap
kelelahan subyektif.
2) Analisis Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Kelelahan
Subyektif
Analisis regresi logistik dengan membandingkan variabel
kelelahan subyektif terhadap masa kerja dapat disimpulakan
tidak memiliki pengaruh secara statistik hal ini terbukti dengan
hasil nilai p-value sebesar 0,782 atau p>0,05 sehingga variabel
penggangu masa kerja tidak memiliki pengaruh terhadap
kelelahan subyektif operator SPBU
3) Analisis Hubungan Antara Jumlah BBM Terjual Dengan
Kelelahan Subyektif
Hasil analisis diperoleh nilai 0,127 yang berarti > dari α
= 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penggangu
berupa jumlah BBM yang terjual tidak memiliki pengaruh yang
signifikan
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa kelelahan subyektif tidak memiliki pengaruh terhadap
variabel pengganggu (Confounding Variable) berupa usia, masa
kerja, maupun jumlah bahan bakar yang terjual
50
50
BAB V
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Kondisi Geografis
Lokasi merupakan hal yang penting dalam menentukan kelancaran
dalam usaha. lokasi yang baik dan strategis akan dapat meningkatkan
akses dan daya beli masyarakat terhadap jasa yang kita tawarkan
demikian pula SPBU yang ada di Kota Purwokerto sebanyak 9 SPBU
yang ada di Purwokerto yang terbangun semunaya terletak di dekat jalan
raya utama yang melintasi akses jalur transportasi di Kota Purwokerto di
sepanjang Jl Gerilya, Jl Jendral Soedirman, Jl Suparjo Rustam, Jl Prof.
Dr Hr Bunyamin, Jl laksamana Yos sudarso, Jl suparjo Rustam, San Jl
Sokaraja.
2. Kondisi Demografis
Sampai saat ini seluruh SPBU di Kota Purwokerto telah menyerap
234 tenaga kerja operator dengan proporsi tenaga kerja yang telah
bekerja lebih dari 3 tahun sebanyak 52 atau sebesar 22%, sementara
sisanya sebanyak 182 atau sebesar 78% tenaga kerja telah bekerja
kurang dari tiga tahun.
50
51
51
Gambar 5.1
Proporsi Masa Kerja Pekerja Operator SPBU
Mengingat SPBU merupakan tempat yang potensial terhadap
adanya paparan Pb maka sangat penting adanya upaya untuk melindungi
tenaga kerja karena tenaga kerja merupakan salah satu aset yang penting
terhadap perusahaan, tenaga kerja yang terjamin kesehatannya akan
dapat meningkatkan produktivitas kerja perusahaan begitu juga di
SPBU.
B. Data Khusus
1. Kadar Pb Darah Pekerja Operator SPBU
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada seluruh variable
penelitian dan data pendukung yang ada, yang hasilnya telah diuraikan
pada bab sebelumnya, penulis berusaha untuk membahas dan
menganalisa data baik dari data primer maupun data sekunder serta
hasil uji statistic dengan analisis Chi-Square yang kemudian
dibandingkan dengan teori atau penelitian terdahulu dapat dijelaskan
sebagai berikut :
52 orang
182 orang
52
52
Secara umum hasil pemeriksaan kadar timah hitam (Pb) darah pada
pekerja operator SPBU berkisar antara 14,38 µg/dl dampai dengan
227,25 µg/dl sehingga seluruhnya di atas nilai ambang batas
sebagaimana yang diterapkan oleh ATSDR (Agency for Toxic
Substances and Disease Registry) yaitu nilai ambang batas kurang dari
10µg/dl namun ATSDR tidak menjelaskan tingkat paparan sehingga
penulis menyesuaikan dengan penelitian dari (Ambar Silastuti,2006)
yang menyatakan bahwa kadar Pb darah diakatakan terpapar ringan
jika terdapat kadar Pb kurang dari 40 µg/dl dan dikatakan terpapar
tinggi jika lebih dari 40 µg/dl
Hasil pemeriksaan kadar Pb darah terhadap 19 responden dapat
dijelaskan bahwa 11 orang atau sebesar 57,9% termasuk dalam
kategori kadar Pb darah rendah, sementara 8 orang atau sebesar 42,1
termasuk dalam kategori terpapar tinggi yaitu dengan kadar timah
hitam (Pb) lebih dari 40 µg/dl dengan tingginya tingkat kadar Pb darah
yang oleh pekerja operator SPBU maka dapat dipastikan adanya efek
yang dirasakan oleh tenaga kerja. Pajanan timah hitam (Pb) dapat
menimbulkan berbagai efek negatif terhadap kesehatan yaitu akan
berpengaruh terhadap saraf pusat dan saraf tepi, sitem kardiovaskuler,
sitem hematopeotik, termasuk berdampak pada kelelahan subyektif
(Norberg, 1998)
53
53
2. Kelelahan Subyektif
Menurut (Suma`mur, 1996 : 67) lelah adalah aneka keadaan yang
disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan
merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk menghindari
kerusakan lebih lanjut, agar terjadi pemulihan.
Hasil pemeriksaan kelelahan subyektif yang dirasakan terhadap 19
operator SPBU yang telah bekerja >3 tahun maka diperoleh data
sebagai berikut. 12 orang atau sebesar 63,2% termasuk dalam ketegori
mengalami kelelahan subyektif ringan dan sebanyak 7 orang atau
sebesar 36,8% termasuk dalam kategori kelelahan subyektif berat.
Menurut (ILO, 1983 dan Grandjean, 1985) kelelahan
dapat disebabkan oleh berbagai hal diantarnya:
a. Penyebab medis : flu, anemia, gangguan tidur, hypothyroidism,
hepatitis, TBC, dan penyakit kronis lainnya.
b. Penyebab yang berkaitan dengan gaya hidup : kurang tidur, terlalu
banyak tidur, alkohol dan miras, diet yang buruk, kurangnya
olahraga, gizi, daya tahan tubuh, circadian rhythm.
c. Penyebab yang berkaitan dengan tempat kerja : kerja shift,
pelatihan tempat kerja yang buruk, stress di tempat kerja,
pengangguran, workaholics, suhu ruang kerja, penyinaran,
kebisingan, monotoni pekerjaan, kebosanan, beban kerja dan
disebab karena adanya paparan logam berat di tempat kerja yang
54
54
misalnya timah hitam (Pb) yang mempengaruhi produktivitas kerja
secara umum.
3. Analisis Hubungan Kadar Pb dengan Kelelahan Subyektif
Hasil perhitungan Chi-Square tidak dapat membuktikan adanya
hubungan antara kadar Pb darah dengan kelelahan subyektif karena
hasil tabulasi silang didapatak sel yang kurang dari nilai harapan maka
dilanjutkan dengan uji Fisher`s exact test , uji fisher`s exact test
menyatakan adanya hubungan jika nilainya kurang dari 0,05, dan
berdasarkan analisis data diperoleh nilai Fisher`s exact test sebesar
0,00 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara kadar Pb
darah dengan kelelahan, semakian tinggi kadar Pb darah tenaga kerja
maka akan mengalami kelelahan yang dirasakan.
Mengingat dampaknya yang begitu signifikan terhadap kelelahan
subyektif yang akhirnya akan berdampak pada produktivitas kerja
maka perlu dilakukan upaya diantarnya :
a. Bagi operator SPBU sikap kerja yang baik sebaiknya tidak
menghadap langsung ke tangki kendaraan karena bahan bakar
dapat melepaskan senyawa Pb dalam bahan bakar dan akan
terhirup langsung oleh opertor SPBU
b. Saran kepada pengusaha SPBU untuk senantiasa memeriksa
kandungan Pb bahan bakar dan melarang kandungan Pb jika
memang melebihi batas persayaratan, mengecek kandungan kadar
Pb darah secara rutin dan diberikan waktu istirahat agar tubuh
55
55
mensekresi Pb akibat paparan di tempat kerja, memberi masker dan
sarung tangan untuk pekerja untuk mngurangi paparan di tempat
kerja.
c. Asupan gizi kerja yang baik untuk meningkatakan stamina dan
daya tahan tubuh.
d. Menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum memegang makanan
karena bisa dimungkinkan dapat melalui tangan yang menyentuh
bahan bakar.
4. Hasil Analisis Data dengan Menggunakan Regresi Logistik
Analisis antara kelelahan subyektif dengan variabel pengganggu
berupa usia, masa kerja, dan bahan bakar yang terjual tidak memiliki
huubungan yang signifikan sehinggan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa kelelahan subyektif yang dirasakan oleh operator
SPBU tidak dipengaruhi oleh usia, masa kerja dan banyaknya bahan
bakar yang dijual.
56
56
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kadar Pb darah petugas operator SPBU di Kota Purwokerto seluruhnya di
atas nilai ambang batas yaitu lebih dari 10 µg/dl sedangkan kadar Pb
darah hasil pemeriksaan diperoleh 14,38-227,25µg/dl.
2. Sebanyak 12 orang atau sebesar 63,2% mengalami kelelahan subyektif
ringan dan sebanyak 7 orang atau sebesar 36,8% terkategori mengalamai
kelelahan subyektif berat.
3. Hasil perhitungan Chi-square terdapat sell yang hasilnya di bawah nilai
harapan sehingga digunakan Fisher`s exact test dan dinyatakan terdapat
hubungan yang signifikan antara kadar Pb darah dengan kelelahan
subyektif karena nilainya < α =0,05 dan semakin tinggi kadar Pb darah
maka pekerja akan mengalami kelelahan yang semakin berat.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapakan mematuhi rambu-rambu yang disarankan oleh
SPBU missal tidak menyalakan mesin pada saat melakukan pengisian
BBM di SPBU hal ini untuk mengurangi kadar Pb di udara.
2. Bagi Pengusaha SPBU
Upaya untuk mengurangi risiko bahaya yang ada di tempat kerja dapat
dilakukan upaya dari sumber, media dan upaya perlindungan terhadap
manusiannya alat pelindung diri.
56
57
57
a. Sumber
Pengusaha SPBU sebaiknya bekerja sama dengan Pertamina untuk
menggantikan bahan bakar yang mengandung Pb dengan bahan
penaik oktan yang lebih ramah lingkungan, selain itu selalu
memeriksakan kadar Pb dalam BBM agar jangan sampai melebihi
standar yang ditetapkan.
b. Media
Udara yang kotor penuh dengan kadar Pb di udara, upaya yang
dilakukan sebaiknya pengusaha SPBU menyarankan kepada operator
SPBU sebaiknya untuk tidak menghadapakan muka langsung ke
tangki BBM karena Pb masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.
c. Upaya perlindungan terhadap tenaga kerja
Memberi masker dan sarug tangan kepada operator SPBU untuk
mengurangi udara dan tangan.
3. Bagi pemerintah
Mengeluarkan aturan atau kebijakan yang tegas terhadap perusahaan
penghasil minyak bumi dan gas alam agar menghilankan kandungan Pb
dalam BBM mengingat dampaknya terhadap kesehatan manusia
khususnya tenaga operator SPBU.
4. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Sebaiknya potensi paparan Pb yang ada di SPBU menjadi perhatian yang
penting mengingat dampak luasnya tidak hanya kepada operator SPBU itu
sendiri tetapi juga dapat berdampak kepada masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
A. Siswanto. 1991. Ergonomi. Surabaya: Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Yogyakarta
Ahmad Tohardi. 2002. Pemahaman Praktis Manajeman Sumber Daya Manusia.
Bandung : CV Mandar Maju
Ambar Silastuti.2006. Hubungan Antara Kadar Pb Dengan Produktivitas Tenaga
Kerja di Bagian Penjahitan Pt Bengawan Solo Garmen Indonesia.
Semarang: Uviversitas Negeri Semarang
Anies .2006. Waspada Penyakit Tidak Menular Solusi Mencegah dari Aspek
Perilaku dan Lingkungan .Jakarta: PT Elex Media Komputindo
AM. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: BP
UNDIP
Aris Santjaka. 2008. Bio statistik. Purwokerto: Kampus 7 Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto
ATSDR.2010. Prediacated Environmental Toxic.
http://www.atsdr.cdc.gov/az/p.html
Byrd dan more. 1989. Penurunan Produktivitas di Tempat Kerja. Surabaya. PT
Ganesa
Dep. Kes. RI 1990. Tentang promosi kesehatan http:// www. Depkes.go.id
Depkes RI Pusat Kesehatan Kerja. 2006. Promosi Kesehatan. http:// www.
Depkes.go.id
Dix.1992. Bahan-Bahan Emisi di Bahan Bakar. Jakarta: Pusat general motor
Grandjean. 1988. Fitting The Task to The Man. London: Taylor and Francis
Hanida Rahmawati.N. 1998. Kelelahan Tenaga Kerja Wanita dan Pemberian
Musik Pengiring Kerja (Suatu Kajian di Bagian Pembatik Tulis dan
Penjahit Ardiyanto Batik Yogyakarta). Thesis. Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1402&It
emid= diakses tanggal 31 Desember 2009 Pukul 07:12)
http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-
pencemaran/168-pencemaran-pb-timbal?start=3 diakses tanggal 6 Maret 2010
Pukul 23:02)
Peraturan Perundang-undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup
Peraturan perundang-undangan Dirjen PPM dan PLP,1991 tentang pedoman dan
penyelidikan Kejadian Luar Biasa
Perves.1997. Bahaya Pb di Lingkungan. Semarang: CV mandar maju
Rama Pridahdana, DKK. 2008. Bioetanol Ubi Kayu; Bahan Bakar Masa Depan.
Jakarta : PT AgroMedia Pustaka
Soekidjo Notoatmojo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Siswanto .1994. Fakror-Faktor Penyebab Kelelahan. Jakarta. Rineka Cipta
Srikandi Ferdiaz. 1992. Pencemaran Air dan Udara, Yogyakarta: PT. Kanisus
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Suma’mur P.K. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT
Toko Gunung Agung
Sutrisno Hadi.2006. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi UGM
KUESIONER UNTUK OPERATOR PENGISI BAHAN BAKAR
PETUGAS SPBU DI KOTA PURWOKERTO
TAHUN 2010
A. Data umum
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Masa kerja :
B. Data khusus
Kelelahan kerja subyektif
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan melingkari pada pilihan jawaban
yang telah tersedia a, b,c atau d dengan ketentuan :
a. Tidak pernah Anda tidak pernah merasakan gejala atau perasaan
tersebut setelah bekerja dalam satu periode shif kerja (8
jam kerja)
b. Kadang
kadang
Anda merasakan gejala atau perasaan tersebut setelah
bekerja sebanyak satu kali dalam periode shif kerja (8
jam kerja)
c. Sering Anda merasakan gejala atau persaaan tersebut setelah
bekerja sebanyak 2 kali sampai 3 kali dalam 1 periode
shif kerja (8 jam kerja)
d. Ya (selalu) Anda selalu merasakan gejala atau perasaan tersebut
setalah bekerja dalam 1 periode shif kerja (8 jam kerja)
I. PELEMAHAN KEGIATAN
1. Apakah anda pernah merasakan sakit kepala yang berat saat bekerja
atau setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
2. Apakah anda pernah merasakan lelah pada seluruh badan pada saat
bekerja atau setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
3. Apakah kaki anda pernah merasakan pegal atau ngilu pada saat atau
setelah bekerja
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
4. Apakah anda sering menguap pada saat bekerja atau setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
Lampiran 1
c. Sering
d. Ya (selalu)
5. Apakah anda pernah pernah merasakan pikiran anda kacau pada saat
atau setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
6. Apakah anda sering merasa mengantuk pada saat bekerja atau setelah
bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
7. Apakah anda pernah merasakan seperti ada beban pada mata?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
8. Apakah anda pernah merasa canggung dan kaku dalam melakukan
aktivitas anda setelah selesai bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
9. Apakah anda pernah merasa tidak stabil pada saat bekerja atau setelah
bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
10. Apakah anda pernah merasakan keinginan untuk berbaring pada saat
bekerja atau setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
II. PELEMAHAN MOTIVASI
1. Apakah anda merasa susah untuk berpikir pada saat dan setelah
bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
2. Apakah anda merasakan enggan atau lelah saat berbicara?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
3. Apakah anda merasa gugup setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
4. Apakah anda merasakan susah berkonsentrasi setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
5. Apakah anda merasa sulit untuk memusatkan perhatian?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
6. Apakah anda merasa sering lupa dalam waktu dekat ini?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
7. Apakah anda sering merasa kurang percaya diri setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
8. Apakah anda merasa cemas?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
9. Apakah merasa sulit untuk mengontrol sikap setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
10. Apakah anda merasa malas atau kurang tekun dalam melakukan
pekerjaan anda?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
III. PELEMAHAN FISIK AKIBAT UMUM
1. Apakah anda merasa sakit kepala setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
2. Apakah bahu anda merasa kaku setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kandang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
3. Apakah anda merasakan nyeri pada punggung setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
4. Apakah nafas anda terasa sesak dan tekanan pada saat dan setelah
berkerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (sering)
5. Apakah tenggorokan anda terasa haus setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
6. Apakah suara anda terasa serak setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
7. Apakah anda merasa pening di kepala?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
8. Apakah anda pernah merasakan bagian tubuh anda gemetar tanpa
disadari pada saat dan setelah bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
9. Apakah anda mengelurakan air mata akibat kerja yang anda lakukan ?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
10. Apakan anda pernah merasa kurang sehat pada saat dan setelah
bekerja?
a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang
c. Sering
d. Ya (selalu)
Keterangan
Nilai A =1, Nilai B =2 Nilai C= 3, Nilai D=4
Cara penulisan menurut Sutrisno Hadi (1978,) adalah sebagai berikut:
1) Skala pengukuran kelelahan kerja subyektif terdiri 30 item pertanyaan,
skor bergerak dari 1-2
2) Skor ideal tertinggi yang dicapai adalah 130 dan skor terendah yang
dicapai adalah 30.
3) Rerata ideal di dapat adalah 50
4) Standar deviasi ideal 12,5
5) Lebar interval adalah 18,75 = 18
Rumus
dari hasil perhitungan di atas maka kategori penilaian kelelahan subyektif adalah
sebagai berikut
NO Kategori Skala Pengukuran
1 Kelelahan sangat ringan 30-67
3 Kelelahan berat 68-130
Lampiran 2
No Kegiatan
Tahun 2009 Tahun 2010
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Persiapan
2 Percarian lokasi
penelitian
3 Penyusunan proposal
penelitian
4 Pelaksanaan penelitian
5 Penyusunan laporan
penelitian
6 Seminar Laporan
penelitian
7 Revisi
Lampiran 3
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth : Tenaga Operator SPBU
Di : SPBU di Kota Purwokerto
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bersama ini kami mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan para
petugas operator SPBU di kota Purwokerto, untuk berkenan mengisi atau memilih
jawaban yang paling cocok atau sesuai dengan kelelahan subyektif yang dirasakan
pada saat dan setelah bekerja dari daftar kuesioner yang akan disediakan dengan
memberi tanda chek (x) di tempat jawaban yang tersedia.
Pernyataan yang kami ajukan tidak ada hubungannya dengan nilai dan tidak
mempengaruhi keadaan responden dalam bentuk apapun.
Atas perhatian dan kesediaan bapak/ ibu, kami ucapkan banyak
terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Purwokerto, Februari 2010
Peneliti
Hadi Winarso
NIM.P17433107209
Lampiran 4
PERNYATAAN INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian dengan judul
“Hubungan Kadar Pb Darah dengan Kelelahan Subyektif Petugas SPBU Tahun di
Kota Purwokerto 2010 yang diteliti oleh :
Nama : Hadi Winarso
NIM : P17433107209
Alamat : Desa Ngabean Rt/ 05/04 Kecamatan
Mirit, Kebumen
Demikian surat pernyataan ini dibuat tanpa paksaan dari pihak manapun.
Responden
(…………………….)
Lampiran 5
PERHITUNGAN BESARNYA SAMPEL YANG DITELITI
Diketahui Populasi: 108 orang
n=
dimana
Z = nilai konfersi α ditribusi normal (1.96)
P = Probabilitas Kejadian yang diteliti (0.5)
d= Tingkat ketelitian (10% /0.1)
n=
= 51.82
= 52 orang
Lampiaran 6
PEMERIKSAAN PB DARAH
1. Alat
a. Microwife Digester
2. Bahan
a. Larutan HCL 1 N
b. Aquadest
c. Sampel darah
d. HNO3
e. Natrium EDTA
3. Persiapan pengujian:
a. Menyiapkan alat dan bahan
Menyiapkan sampel pemeriksaan Pb darah dan bahan-bahan yang
digunakan
b. Tahap penyetingan alat untuk pemeriksaan bahan kimi pada zat cair
Nyalakan alat dengan menekan tombol On pada alat, dan periksa
kondisi alat dengan mengkalibrasi alat
4. Tahap penuesuaian larutan dengan alat
Tahap penyesuaian bahan yang diperiksa dengan cara memasukan sampel
darah sebanyak 3 cc dengan menambahkan HNO3 25 cc dan masukan ke
dalam fesel kemudian dimasukan ke dalam microwave kemudian
menseting alat dengan menekan tombol chemist yang artinya adalah
pemeriksaan bahan kimia dan pilih Pb.
5. Taham pemeriksaan
Setelah semuanya telah siap kemudian tahap pemeriksaan dengan
yaitu sebagai berikut
a. Tambahkan dengan aquadest sehingga volumenya menjadi 50 cc
kemudian
b. Periksa dengan menggunakan microwife digester dan baca berapa
kadar Pb yang ditampilkan oleh microwave digester dan tulis hasilnya
6. Proses perhitungan
Setelah hasil pemeriksaan darah ditemukan kandungan pb darahnya
selanjutnya dihitung dengan rumus
Mg/l
Selanjutnya dikonfesi dengan satuan µg/dl
DATA HASIL PENELITIAN
TERHADAP RESPONDEN
NO Kode
Sampel
Kadar
Pb
Darah
(µg/dl)
Kelelahan
Subyektif
Jenis
Kelamin
Usia Masa
Kerja
Banyaknya Bahan
Bakar Yang Dijual
(Kilo liter)
1 4022 BM 36 Ringan L 21 3.5 538
2 4023 BM 102.63 Berat L 26 3 538
3 4024 BM 160.13 Berat P 19 4 538
4 4025 BM 94.88 Berat P 20 4 538
5 4026 BM 21.75 Ringan P 21 3 538
6 4027 BM 14.38 Ringan L 30 10 538
7 4028 BM 39 Ringan L 44 13 538
8 4029 BM 40.5 Ringan L 27 4 538
9 4030 BM 19.5 Ringan L 53 24 558
10 4031 BM 17.38 Ringan L 27 5 558
11 4032 BM 24.63 Ringan L 45 25 558
12 4033 BM 34.63 Ringan L 24 3 558
13 4034 BM 30.75 Berat L 26 4 558
14 4035 BM 224.25 Berat L 39 18 654
15 4036 BM 32.63 Ringan L 30 4 654
16 4037 BM 122.75 Berat L 40 17 654
17 4038 BM 59 Ringan L 25 4 654
18 4039 BM 135.25 Berat P 45 4 654
19 4040 BM 35 Ringan P 36 5 654
Lampiran 7
Proses Pengambilan Darah Petugas Operator
SPBU
Penyiapan Form Penelitian, Pengisian Informed
Concent
Pengisian Quesioner Oleh Operator SPBU
Pemeriksaan Tensi Darah Petugas Operator SPBU
Penyuluhan dan Konseling
Tehnik Pengiriman Sampel
Persiapan Pemeriksaan Sampel Pb Darah
Fesel dan Microwife Digester Unutuk Memeriksa kadar Pb darah