23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak langsung terhadap pola pikir dan budaya masyarakat. Modernisasi identik dengan peralihan tata cara dan aktivitas masyarakat dari yang bersifat tradisional menjadi modern dalam semua sektor kehidupan. Salah satu modernisasi berdampak kepada bidang mata pencaharian masyarakat khususnya petani yang nota benenya berada di wilayah pedesaan. Modernisasi pengolahan lahan pertanian menjadi tidak dominan dikerjakan oleh alat alat pertanian tradisional. Petani telah banyak menggunakan atau mengadopsi alat alat pertanian yang bersifat modern. Sehingga berpengaruh terhadap pola tanam, cara kerja, waktu dan berimbas pula pada pendapatan petani. Tulisan ini memusatkan diri pada satu pertanyaan kunci mengenai masalah modernisasi pertanian. Fokus bahasan mengenai kehidupan petani dalam tulisan ini lebih ditujukan pada masyarakat pedesaan. Apakah dampak yang diberikan modernisasi terhadap kehidupan petani di pedesaan, apakah secara umum berdampak positif atau malahan dengan adanya modernisasi pertanian pengaruh negatif lebih dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung.

KTI koreksi pembimbing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KTI koreksi pembimbing

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sangat berdampak langsung terhadap pola pikir dan budaya masyarakat.

Modernisasi identik dengan peralihan tata cara dan aktivitas masyarakat dari

yang bersifat tradisional menjadi modern dalam semua sektor kehidupan.

Salah satu modernisasi berdampak kepada bidang mata pencaharian

masyarakat khususnya petani yang nota benenya berada di wilayah pedesaan.

Modernisasi pengolahan lahan pertanian menjadi tidak dominan dikerjakan

oleh alat – alat pertanian tradisional. Petani telah banyak menggunakan atau

mengadopsi alat – alat pertanian yang bersifat modern. Sehingga berpengaruh

terhadap pola tanam, cara kerja, waktu dan berimbas pula pada pendapatan

petani.

Tulisan ini memusatkan diri pada satu pertanyaan kunci mengenai

masalah modernisasi pertanian. Fokus bahasan mengenai kehidupan petani

dalam tulisan ini lebih ditujukan pada masyarakat pedesaan. Apakah dampak

yang diberikan modernisasi terhadap kehidupan petani di pedesaan, apakah

secara umum berdampak positif atau malahan dengan adanya modernisasi

pertanian pengaruh negatif lebih dirasakan baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Page 2: KTI koreksi pembimbing

2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Apakah yang dimaksud modernisasi ?

2. Bagaimana dampak modernisasi terhadap masyarakat pedesaan ?

C. Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis memiliki tujuan

yang dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Tujuan obyektif

Yaitu penulis ingin mengetahui pengaruh modernisai dan globalisasi bagi

masyarakat pedesaan

2. Tujuan subyektif

Yaitu memenuhi salah satu syarat kelulusan di Madrasah Aliyah Daarul

Uluum PUI Majalengka

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode

Untuk mencapai tujuan penulisan metode mempunyai peranan

yang sangat penting.oleh karena itu penulis akan menentukan metode

penulisan. Adapun metode yang dipakai dalam penulisan karya tulis

ilmiah ini adalah metode deskriptif dengan studi kepustakaan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah

studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari

berbagai sumber seperti buku, naskah atau internet.

Page 3: KTI koreksi pembimbing

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Modernisasi

Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke

arah yang lebih maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan

masyarakat. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah

proses perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju

dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Sebagai suatu bentuk perubahan sosial, modernisasi biasanya

merupakan bentuk perubahan sosial yang terarah dan terencana. Perencanaan

sosial (social planning) dewasa ini menjadi ciri umum bagi masyarakat atau

negara yang sedang mengalami perkembangan.

Suatu perencanaan sosial haruslah didasarkan pada pengertian yang

mendalam tentang bagaimana suatu kebudayaan dapat berkembang dari taraf

yang lebih rendah ke taraf yang lebih maju atau modern. Di Indonesia,

bentuk-bentuk modernisasi banyak kita jumpai di berbagai aspek kehidupan

masyarakatnya, baik dari segi pertanian, industri, perdagangan, maupun

sosial budayanya.

Page 4: KTI koreksi pembimbing

4

Salah satu bentuk modernisasi di bidang pertanian adalah dengan

adanya teknik-teknik pengolahan lahan yang baru dengan menggunakan

mesin-mesin, pupuk dan obat-obatan, irigasi teknis, varietas-varietas

unggulan baru, pemanenan serta penanganannya, dan sebagainya. Semua itu

merupakan hasil dari adanya modernisasi. Pada gambar berikut terlihat

adanya kemajuan atau modernisasi dalam hal pemanenan hasil pertanian.

Pada gambar (a) terlihat bahwa pengolahan hasil panen masih dilakukan

secara manual; pada gambar (b) terlihat bahwa petani setempat mulai

menggunakan teknologi sederhana dalam pengolahan hasil panennya; dan

pada gambar (c) terlihat bahwa proses pemanenan dan pengolahan hasil

panen dilakukan dengan menggunakan alat pertanian yang canggih sehingga

proses pemanenan dan pengolahannya dapat dilakukan sekaligus.

Berbagai bidang tersebut dapat berkembang melalui serangkaian

proses yang panjang sehingga mencapai pola-pola perilaku baru yang

berwujud pada kehidupan masyarakat modern. Sayangnya, penggunaan

istilah modernisasi banyak disalahartikan sehingga sisi moralnya terlupakan.

Banyak orang yang menganggap modernisasi hanya sebatas pada suatu

kebebasan yang bersifat keduniawian.

Tidak mengherankan juga bila banyak anggota masyarakat yang salah

melangkah dalam menyikapi atau memahami tentang konsep modernisasi.

Untuk menghindari kesimpangsiuran pengertian dan kesalahan pemahaman

tentang modernisasi, maka secara garis besar istilah modern dapat diartikan

berikut ini:

Page 5: KTI koreksi pembimbing

5

1. Modern berarti kemajuan yang rasional dalam segala bidang dan

meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan

merata.

2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam

pergaulan hidup. Agar modernisasi (sebagai suatu proses) tidak mengarah

ke angan-angan belaka, maka modernisasi harus mampu memproyeksikan

kecenderungan yang ada dalam masyarakat sekarang ke arah waktu-waktu

yang akan datang.

Proses modernisasi tidak serta merta terjadi dengan sendirinya.

Modernisasi dapat terjadi apabila ada syarat-syarat berikut ini.:

1. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa

maupun masyarakat.

2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan

birokrasi.

3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur.

4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dari masyarakat terhadap

modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa

5. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.

6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Hal yang harus kalian pahami adalah bahwa modernisasi berbeda

dengan westernisasi. Jika modernisasi adalah suatu bentuk proses perubahan

dari cara-cara tradisional ke cara-cara yang lebih maju; westernisasi adalah

proses peniruan oleh suatu masyarakat atau negara terhadap kebudayaan dari

negara-negara Barat yang dianggap lebih baik dari budaya daerahnya.

Page 6: KTI koreksi pembimbing

6

Berdasarkan hal tersebut, pengertian modernisasi lebih baik daripada

westernisasi.

Akan tetapi, bersamaan dengan proses modernisasi biasanya juga

terjadi proses westernisasi, karena perkembangan masyarakat modern itu

pada umumnya terjadi di dalam kebudayaan Barat yang tersaji dalam

kemasan Barat pula.

Modernisasi dialami oleh semua lapisan masyarakat, karena

dimanapun dan bagaimanapun tidak ada masyarakat yang bersifat stagnan

(tidak mengalami perubahan). Masyarakat adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana

sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam

kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa

Arab, musyarak.

Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan

hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah

komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Umumnya, istilah

masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup

bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam

bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat

pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan

masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.

Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai

kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Page 7: KTI koreksi pembimbing

7

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti

hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata

socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan

kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap

anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam

mencapai tujuan bersama.

Desa, atau udik, menurut definisi universal, adalah sebuah

aglomerasi permukiman di area perdesaan (rural). Di Indonesia, istilah desa

adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan,

yang dipimpin oleh Kepala Desa. Sebuah desa merupakan kumpulan dari

beberapa unit pemukiman kecil yang disebut kampung {Banten, Jawa Barat}

atau dusun {Yogyakarta} atau banjar (Bali) atau jorong (Sumatera Barat).

Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain misalnya Kepala Kampung atau

Petinggi di Kalimantan Timur, Pambakal di Kalimantan Selatan, Hukum Tua

di Sulawesi Utara.

Masyarakat pedesaan atau petani dalam hubungannya dengan alat

– alat pertanian yang merupakan hasil adopsi dari proses modernisasi

pertanian salah satunya adalah traktor. Traktor adalah kendaraan yang

didesain secara spesifik untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah,

atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian

atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan suatu jenis

kendaraan untuk pertanian. Instrumen pertanian umumnya digerakkan

dengan menggunakan kendaraan ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi

sumber utama mekanisasi pertanian.

Page 8: KTI koreksi pembimbing

8

B. Pengaruh Modernisasi Terhadap Masyarakat Pertanian

Usaha pertanian merupakan salah satu sektor yang terus menerus

dikembangkan pemerintah, dengan maksud agar dapat meningkatkan

produksi yang tidak hanya diperuntukkan bagi konsumsi penduduk setempat,

namun diusahakan dapat dinikmati oleh seluruh upaya peningkatan produksi.

Maka dalam penggunaan lahan sawah harus berpengairan teknis

dengan melakukan modernisasi dalam sistem pertanian yang akan

mendukung terhadap kualitas hasil panen. Karena kenyataan yang tidak

menjadi rahasia umum lagi bahwa pemilikan lahan pertanian kaum tani

adalah sangat sempit, sehingga apapun yang dihasilkan di atas lahan

pertanian itu hampir sulit dipercaya untuk bisa memenuhi kebutuhan petani.

Sebagai salah satu desa yang mayoritas jumlah penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani, maka dalam kegiatan di sawah petani di desa

sumberjaya telah melakukan mekanisasi dalam sistem pertanian.

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah adalah untuk

mengetahui dampak modernisasi pertanian terhadap kehidupan sosial

ekonomi masyarakat pertanian. Secara umum dampak modernisasi yang

merupakan hasil proses globalisasi adalah sebagai berikut. Penulis paparkan

secara keilmuan dengan analisis yang bersifat kompleks.

Modernisasi merupakan salah satu bentuk perubahan social, yang

mana setiap masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda satu sama lain,

salah satunya adalah sikap masyarakat terhadap modernisasi. Secara garis

besar dapat dibedakan menjadi sikap positif dan sikap negatif berikut ini.

Page 9: KTI koreksi pembimbing

9

1. Sikap Positif

Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat

terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung

unsur-unsur sebagai berikut:

a. Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan

langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan

globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak

terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah

menerima perubahan dan kemajuan zaman.

b. Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan

kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari

hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki

kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang

terjadi

c. Kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap

antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya

arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai

pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif)

pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak

baik bagi kita.

d. Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan

selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri

Page 10: KTI koreksi pembimbing

10

terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja

penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki

pengaruh positif bagi si pelaku.

e. Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan

zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang

sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini

menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka,

kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak

modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-

unsur budaya asli sebagai identitas diri. Jepang merupakan salah satu

negara yang modern dan maju, namun tetap mempertahankan

identitas diri mereka sebagai masyarakat Jepang.

2. Sikap Negatif

Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan

akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan

bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi.

Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.

a. Tertutup dan was-was (apatis); sikap ini umumnya dilakukan oleh

masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan

masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga,

dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap

seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik

Great Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga

kurang baik, karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan

Page 11: KTI koreksi pembimbing

11

dan perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan

masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring

dengan kemajuan zaman.

b. Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh

masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis

modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya

tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh

modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya

memercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan

mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini cenderung pasif

dan tidak memiliki inisiatif.

c. Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini

ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa

adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk

kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak

semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat

kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu

modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-

unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin

terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya,

masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut

dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.

Page 12: KTI koreksi pembimbing

12

Pembangunan pertanian tidak dapat begitu saja lepas dari pembangunan

pedesaan. Sebagaimana menurut pandangan umum, bahwa pedesaan hampir

selalu diidentikkan dengan pertanian dan sebaliknya, pertanian diidentikkan

dengan pedesaan. Hal ini telah dimaklumi bersama karena sebagian besar petani

di Indonesia hidup di pedesaan, dan sebagian besar penduduk desa umumnya

bermata-pencaharian sebagai petani.

Raharjo (2004) dalam bukunya mengutip pendapat Paul H.Landis yang

menyatakan dalam garis besar ciri-ciri kebudayaan tradisional masyarakat desa

adalah sebagai berikut. Pertama, adaptasi yang kuat terhadap lingkungan

alamnya, sehingga pola kebudayaan masyarakat desa terikat dan mengikuti

karakteristik khas lingkungan (alam) nya. Contohnya pertanian yang sangat

tergantung pada jenis tanah, keadaan iklim dan sebagaianya akan menentukan

karakteristik suatu desa menurut jenis komoditas yang dihasilkan. Kedua,

rendahnya tingkat inovasi masyarakatnya. Ketiga, mengembangkan filsafat hidup

yang organis. Refleksi dari filsafat ini adalah tebalnya rasa kekeluargaan dan

kolektivitas. Keempat, pola kebiasaan hidup yang lamban, akibat pengaruh irama

alam yang ajeg dan lamban. Kelima, kepercayaan terhadap takhayul. Keenam,

hidup bersahaja. Ketujuh ,rendahnya kesadaran masyarakatnya akan waktu.

Kedelapan, cenderung bersifat praktis, tidak begitu mengindahkan estetika dan

ornamen-ornamen, tidak berbasa-basi, sehingga menumbuhkan sifat jujur,terus

terang dan bersahabat.

Langsung atau tidak langsung telah menciptakan karakter petani

pedesaan yang cenderung subsisten dan stagnan. Ketergantungan pada alam,

rendahnya inovasi, sifat praktis, kebiasaan hidup yang lamban, kepercayaan pada

Page 13: KTI koreksi pembimbing

13

takhayul dan kebersahajaan hidup yang selalu “nrimo” itulah yang melahirkan

pola pertanian tradisional yang subsisten. Pertanian subsisten yang dimaksudkan

di sini adalah usaha pertanian yang hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidup pelaku usahanya saja dan keluarganya, serta tidak ditujukan untuk mencari

keuntungan. Dalam halini, masyarakat desa cenderung menerima atau merasa

cukup dengan apa yang bias mereka peroleh dari alam, tanpa merasa perlu

menambah upaya untuk meningkatkan penghasilan. Ciri lainnya, yakni tebalnya

rasa kekeluargaan, gotong-royong dan persahabatan menguatkan ikatan di antara

petani pedesaan untuk saling membantu dalam usaha tani. Masih banyak pedesaan

yang mengembangkan kelompok gotong-royong dalam pengolahan lahan, yakni

dengan bergantian melakukan pengolahan lahan diantara petani-petani anggota.

Hal tersebut di atas sejalan dengan pernyataan Mubyarto danSantosa

(1993) bahwa pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi

untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu,

pertanian/agrikultur adalah sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi

sebagian besar petani di Indonesia. Petani di Indonesia pada umumnya lebih

mengedepankan orientasi sosial-kemasyarakatan, yang diwujudkan dengan tradisi

gotong royong dalam kegiatan mereka.

Modernisasi di bidang pertanian di tandai dengan perubahan yang

mendasar pada pola-pola pertanian, dari cara-cara tradisional menjadi cara-cara

yang lebih maju. Perubahan-perubahan tersebut meliputi beberapa hal, antara lain

dalam pengelolahan tanah, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk,

pengunaan sarana-sarana produksi pertanian, dan pengaturan waktu panen.

Pengenalan terhadap pola yang baru dilakukan dengan pembenahan terhadap

Page 14: KTI koreksi pembimbing

14

kelembagaan-kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, seperti, kelompok

Tani, KUD, PPL, Bank Perkreditan, P3A, dan sebagainya. Selanjutnya ditetapkan

pola pengembangan dalam bentuk, usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan

diversifikasi. Selama beberapa pelita, modenisasi pertanian telah membawa

perubahan-perubahan yang berarti. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan produksi

pertanian yang mencapai puncak ketika tercapainya swasembada pangan.Namun

kondisi ini tidak bertahan lama, dan pada akhirnya membawa kembali bidang

pertanian di Indonesia dalam suasana keperhatinan yang ditandai dengan

menurunnya tingkat produksi, sehingga menjadikan Indonesia kembali sebagai

pengimpor beras. Sebagai asumsi dasar, kondisi ini terbentuk melalui berbagai

proses yang tidak dapat di lepaskan. Pertama, dari aspek modernisasi itu sendiri,

dan Kedua berkaitan dengan perubahan-perubahan sosial yang muncul dari

modernisasi yang tidak diantisipasi secara dini.

Perubahan-perubahan sosial petani akibat dari modernisasi adalah

dengan diperkenalkannya mesin-mesin, seperti mesin penuai dan traktor tangan

telah menghilangkan mata pencaharian penduduk yang selama ini mendapatkan

upah dari menuai.Kemudian, pemakaian traktor tangan telah menggantikan tenaga

kerbau, sehingga sebagaian besar petani tidak lagi berternak kerbau. Untuk kasus

ini, hasil penelitian Scott tentang petani di Sedaka, Malaysia, diuraikan dengan

cermat bagaimana penggunaan teknologi itu telah merubah hubungan sosial di

Malaysia. Scott memberikan contoh tentang digunakannya mesin pemanen dan

perontok padi, kemudian pemilik tanah memutuskan hubungan dengan pekerja.

Putusnya hubungan antara pemilik tanah dan para pekerja membuat perbedaan

antara kelas kaya dan miskin semakin nyata. Mesin juga telah merubah orientasi

Page 15: KTI koreksi pembimbing

15

para tuan tanah, dari anggapan usaha sebagai salah satu fungsi sosial menjadi

kerja sebagai upaya untuk mendapatkan keuntungan (Scott, 2000: 202).

Penelitian Scott menunjukan bahwa penggunaan teknologi pertanian

mempunyai dampak terhadap perubahan struktur masyarakat, dan akhirnya

berpengaruh terhadap pola-pola institusional masyarakat. Kondisi ini akan

memperluas struktur kemiskinan.Sedangkan tujuan dari pembangunan pertanian

itu sendiri pada dasarnya adalah untuk memperkecil struktur kemiskinan.

Modernisasi pertanian merupakan suatu upaya dalam menghadapi

tantangan jaman yang semakin kompleks dengan berbagai permasalahan

pertanian. Pada awalnya pertanian hanya mengandalkan keadaan alam saja tanpa

melakukan suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas. Namun sejalan

dengan menurunya kemampuan lahan pertanian dalam memenuhi kebutuhan

sementara jumlah penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan

kebutuhan akan pangan pun meningkat di samping terjadinya penyempitan lahan

pertanian dengan adanya alih fungsi lahan. Oleh karena itu, manusia mulai

berfikir formula-formula yang tepat guna dalam upaya peningkatan produktivitas

pertanian.

Pemerintah dalam hal ini pihak yang mempunyai otoritas untuk

mengmbil suatu kebijakan tanpa adanya analisis dampak yang akan terjadi dalam

melakukan suatu perubahan system pertanian yang mengarah pada modernisasi

pertanian. Kenyataan di lapangan penggunaan teknologi dan bibit unggul dapat

memberikan dampak positif bagi sebagian petani yang dapat menjangkau

teknologi dan bibit unggul tersebut. Namun di sisi lain dengan adanya teknologi

dan bibit unggul tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap kehidupan petani

Page 16: KTI koreksi pembimbing

16

terutama pelaku buruh tani yang mata pencahariannya bergantung pada pihak lain

yang membutuhkan jasanya. Tetapi dengan adanya teknologi tersebut mata

pencaharian buruh tani dapat terancam. Misalnya dalam pengelolaan tanah 1 ha

jika dengan buruh tani membutuhkan sekitar 14 orang dengan waktu beberapa

hari tetapi adanya traktor cukup dengan satu orang dan hanya membutuhkan waku

kurang dari satu hari. Sehingga penerapan teknologi bidang pertanian ini di satu

sisi menguntungkan petani di sisi lain dapat mengurangi lapang kerja yang

tersedia dan akhirnya menimbuilkan kesenjangan social yang sangat jauh antara

yang kaya dan miskin.

Solusinya penerapan pertanian yang berabasis teknologi yang

mengarah pada modernisasi pertanian perlu dilakukan secara menyeluruh mulai

dari pengelolaan lahan hingga menghasilkan suatu produk yang siap

dipasarkan.Dengan demikian, buruh tani yang perananya digantikan dengan

adanya teknologi traktor dan lainnya dapat dialihkan pada tahap pengelolaan

pasca panen atau bagian pemasaran sehingga dengan penerapan modernisasi

pertanian ini tidak lagi mengurangi lapangan kerja namun dapat menciptakan

lapangan kerja baru yang juga membantu para petani dalam menyalurkan hasil

buminya.Dengan demikian akan tercipta suatu system produksi yang

menghasilkan produk yang berkualitas dengan memperhatikan kesejahteraan

petani dan buruh tani sekitarnya.

Tentunya dengan penerapan modernisasi pertanian secara otomatis

tanpa adanya penanganan yang seius akan menimbulkan masalah baru yaitu

berkurngnya lapangan pekerjaan karena peranan pekerja tergantikan oleh

peralatan dan cara yang berbasis teknologi sehingga dalam pengelolaan lahan

Page 17: KTI koreksi pembimbing

17

dapat mengurangi jumlah pekerja. Hal ini tentunya menguntungkan bagi pelaku

tani dalam skala besar, tetapi tidak untuk petani kecil yang tidak dapat

menjangkau dalam pembiayaan peralatan pertanian yang berbasis teknologi

tersebut. Dengan demikian penerapan suatu teknologi dalam upaya efisiensi dan

intensifikasi pertanian guna mendapatkan kualitas produk yang dihasilkan baik

juga harus dikaji ulang mengenai dampak social yang ditimbulkan. Jangan sampai

penggunaan suatu teknologi akan mematikan mata pencaharian petani kecil yang

mengakibatkan kesenjangan social sehingga rentan terhadap konflik social. Oleh

karena itu, dalam penerapan modernisasi pertanian harus dikaji juga mau kemana

para buruh tani yang peranannya tergantikan oleh suatu teknologi tepat guna,

seperti halnya solusi permasalahan sebelumnya, maka dalam penerapan

modernisasi pertanian perlu adanya perluasan cakupan produksi yang tadinya

hanya menghasilkan bahan mentah saja, dengan adanya penerapan modernisasi

pertanian proses produksi ditingkatkan menjadi produk yang siap dipasarkan,

sehingga dalam proses tersebut terdapat perluasan lapangan pekerjaan yang

nantinya akan diisi oleh para buruh tani yang kehilangan pekerjaan akibat adanya

penerapan teknologi. Dengan kata lain para pengambil kebijakan harus juga

memperhatikan para buruh tani yang pekerjaannya digantikan oleh suatu

teknologi dengan memberikan pekerjaan pengganti yang dihasilkan dari perluasan

produksi pertanian. Sehingga terciptanya hubungan yang sinergis antara

pemerintah selaku pengambil kebijiakan, petani dan para buruh tani dalam upaya

menghasilkan produk dan jasa yang mempunyai daya saing di era perdagangan

pasar bebas ini.

Page 18: KTI koreksi pembimbing

18

Sebagaimana hasil penelitian Scott yang menyebutkan bahwa hubugan

antar petani dan petani lain dapat renggang akibat suatu penerapan alat mesin

pertanaian. Hasil penelitian tersebut di Malaysia hubungan tuan tani dan buruh

tani terputus akibat adanya mesin perontok padi yang menggantikan peranan

buruh tani tersebut. Hal tersebut mungkin juga terjadi atau bahkan sudah terjadi di

Indonesia. Selain itu, antara petani kelas atas yang mampu membeli atau

menyewa peralatan pertanian tingkat kesejahteraannya akan jauh berbeda dengan

petani yang hanya mengandalkan cara tradisional. Selain dampak negative

modernisasi pertanian juga dapat memberikan pengaruh positif bagi para pelaku

tani. Salah satunya dapat mempererat hubungan petani yang terhimpun dalam

suatu wadah kelompok tani dikarenakan ketidak mampuan petani secar individu

dalam menyediakan peralatan peratnian sehingga memaksa mereka untuk

melakukan swadaya atau bergotong royong dalam menyediakan peralatan yang

dibutuhkan.Sehingga tercipta harmonisasi antar petani. Dengan demikian suatu

penerapan modernisasi dapat memberikan dampak negative atau positif

tergantung bagaimana penanganan atau inisiatif pemerintah yang bekerjasama

dengan para petani dalam menghadapi setiap permaslahan pertanian khususnya

dalam penerapan pertanian berbasis teknologi.

Page 19: KTI koreksi pembimbing

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ilmiah ini dapat

dismpulkan sebagai berikut:

1. Modernisasi pertanian merupakan tuntutan jaman yang tidak biasa

dielakan lagi guna peningkatan produksi pertanian secara kualitas dan

kuantitas.

2. Penerapan modernisasi pertanian dapat menghilangkan mata pencaharian

buruh tani yang peranannya tergantikan oleh adanya alat mesin pertanian

sehingga kesejahteraannya dapat berkurang jika tidak ada tindak lanjut

pihak pengambil kebijakan untuk memperhatikan nasib buruh tani

tersebut.

3. Pengaruh modernisasi pertanian bagi para petani dapat mengurangi

lapangan pekerjaan jika penerapannya tidak memperhatikan aspek social

yang ditimbulkan.

4. Modernisasi pertanian dapat berdampak buruk terhadap hubungan petani

dengan buruh tani, tetapi dapat mempererat hubungan antar petani dengan

membuat suatu wadah yang menciptakan suasana gotong royong dalam

penyediaan peralatan pertanian.

Page 20: KTI koreksi pembimbing

20

B. Saran

Sebagai saran dari penulis apabila ingin menganalisi tentang

modernisasi pertanian alahkah baiknya dikaji tentang bagaimana kaitannya

penerapan modernisasi pertanian dengan punahnya produk unggulan local

suatu daerah. Penulis masih dalam tahap belajar dalam penulisan makalahini

yang tentunya banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun isi

makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dalam penulisan karya tulis

ilmiah di masa yang akan datang.

Page 21: KTI koreksi pembimbing

21

DAFTAR PUSTAKA

Budiman Arief.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga.Jakarta:Gramedia

Eko Sutoro. Jurnal Pembangunan Politik, Pemberdayaan Politik dan Transformasi

Politik

Leibo, J. Sosiologi Pedesaan: Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat

Desa Berparadigma Ganda. Yogyakarta: Andi Offset.

Munthe H Marhaeni.Modernisasi dan Perubahan Sosial Masyarakat dalam

Pembangunan Pertanaian Suatu Tinjauan Sosiologis.Medan: Sosiologi FISIP

USU

Saragih Bungaran.2004.Perkembangan Mutahir Pertanian Indonesia dan Agenda

Pembangunan Ke Depan.Malang : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Suryana Achmad.2005.Rencana Strategi Badan Litbang Pertanian.Jakarta :Badan

litbang Pertanian.

Page 22: KTI koreksi pembimbing

22

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan bahwa dengan adanya

masukan modern di bidang pertanian dapat membantu para petani dalam

mengerjakan kegiatan di sawah karena mekanisasi peralatan pertanian tidak

membutuhkan banyak waktu dan tenaga, namun disamping itu juga dapat

mengakibatkan berkurangnya kebutuhan tenaga kerja manusia. Tenaga kerja

manusia dan hewan dapat digantikan oleh mesin-mesin modern seperti traktor,

pompa air dan mesin perontok padi.

B. Saran

Adapun sarannya bahwa agar modernisasi dapat berjalan baik dan

berhasil seperti yang diharapkan, maka harus ada kerjasama yang baik dari

berbagai pihak antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pamong desa,

tokoh masyarakat maupun dari petani itu sendiri selain itu Agar terciptanya

kerjasama yang baik dari berbagai pihak, pemerintah dapat memberdayakan

sumber daya alam melalui penerapan teknologi maju guna meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani.

Page 23: KTI koreksi pembimbing

23

DAFTAR PUSTAKA

Joseph,Martin.1990. Sociology For Every One. Oxford, U.K: Polity Press

Kuntowijoyo. 1987. Budaya dan Masyarakat.Yogyakarta: Tiara Wacana

Macionis, John J. 1991. SociologyHertfordshire, U.K.: Prentice Hall

Mulyadi, Yad.1999. Antropologi. Jakarta:Depdikbud

Nasikun, Dr.2004. Sitem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tambahan

http//:www.wikipedia.org/